• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Sukawati - Kecamatan Sukawati - Kabupaten Gukawati.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Sukawati - Kecamatan Sukawati - Kabupaten Gukawati."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN KELUARGA KKN PPM UNUD PERIODE XIII TAHUN 2016

DESA : SUKAWATI

KECAMATAN : SUKAWATI

KABUPATEN : GIANYAR

NI LUH PUTU DIAH DESVI ARINA

1321405009

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT (LPPM)

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan individu program Keluarga Dampingan di Desa Sukawati ini. Adapun penulisan laporan ini merupakan syarat untuk menyelesaikan program kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM).

Dalam penyelesaian program Keluarga Dampingan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yaitu:

1. Ibu Putu Lirishati Soethama.,SS.,M.Hum selaku dosen pembimbing lapangan yang telah memberi dukungan, pengarahan dan pendampingan terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan program dengan baik.

2. Bapak Dewa Gede Dwi Putra selaku Kepala Desa Sukawati yang membantu penulis dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi penulis.

3. Bapak I Made Abur, selaku Sekretaris Desa Sukawati yang membantu penulis dalam menyelesaikan masalah dan membantu dalam mencari solusi.

4. Bapak I Nyoman Gatra selaku Kelian dinas Banjar Tameng yang telah membantu mahasiswa dalam melakukan survei Keluarga Dampingan dan membantu dalam berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa.

5. Ni Made Nyangkih selaku Keluarga Dampingan yang telah bekerja sama dengan baik dan terbuka, sehingga kegiatan ini dapat berjalan lancar.

6. Teman-teman KKN PPM di Desa Sukawati yang memberikan semangat dan pendapat dalam pemecahan masalah yang dihadapi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Namun, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini sangat penulis harapkan. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

(4)

BAB I

GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

Sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi, selain pendidikan dan penelitian, terdapat satu hal yaitu pengabdian yang menjadi salah satu implementasi dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan Universitas Udayana secara serentak. Salah satu program inti dari Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Udayana (KKN PPM UNUD) adalah mendampingi keluarga kurang sejahtera atau keluarga prasejahtera. Tujuan dari diadakannya program ini yaitu untuk menggali potensi yang dimiliki keluarga prasejahtera tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan dengan melihat dan menganalisa permasalahan yang dihadapi serta menyelesaikan permasalahannya.

Mahasiswa dalam hal ini bertugas untuk mengidentifikasi masalah serta memecahkan untuk mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi oleh keluarga dampingan yang bersangkutan. Keluarga yang didampingi mahasiswa adalah keluarga yang termasuk dalam kriteria keluarga prasejahtera atau keluarga kurang sejahtera, sehingga dengan adanya mahasiswa dapat meningkatkan kesejahteraan, baik dari segi materi atau spiritualnya untuk menuju hidup yang lebih baik. Khususnya dapat memberdayakan keluarga di Keluarga Dampingan.

(5)

1.1 Profil Keluarga

1.1.1 Identitas Keluarga Dampingan

No Nama Status Umur /

Tgl Lahir

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1. Ni Made Nyangkih Kepala Keluarga Ibu 42 tahun/ 31-12-1973

SD Buruh Serabutan Ibu Wayan bekerja sebagai buruh serabutan, terkadang menjadi pengayah membuat banten, buruh pasir, ataupun bekerja membantu pekerjaan Rumah tetangga. 2. I Komang

Warta

Anak 24 tahun/

31-12-1968

SMA Karyawan Bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah villa di daerah Ketewel

(6)

Tak kenal maka tak sayang, begitu pepatah mengatakan. Pada program KKN Tematik PKP (Pengembangan Kawasan Pemukiman) di Desa Sukawati, penulis mendapat KK dampingan atas nama Ibu Ni Made Nyangkih yang lahir di Gianyar tepatnya pada tanggal 2 Mei 1958 atau pada tahun ini sudah menginjak usia 58 tahun. Ibu Made memiliki 3 orang anak putri pertama dan dan keduanya sudah menikah dan memiliki keluarga kecilnya. Kehidupan memang tidak ada yang bisa tertebak, terkadang lika-liku kehidupan yang sangat sulit membuat Ibu Made merasa putus asa. Sang suami yaitu I Made Budi tutup usia pada bulan maret 2016 karena penyakit struk yang di deritanya. Sebelum sang ayah meninggal keadaan ekonomi keluarga tidak sesulit sekarang karena sang ayah yang sebelumnya bekerja sebagai tukkang bangunan mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memberi nafkah keluarga. Namun, sejak sakit kurang lebih selama 2 tahun belakangan, keadaan ekonomi seakan terhimpit karena harus menopang beban kebutuhan keluarga seorang diri. Hal itulah yang menyebabkan kini Ibu Made hanya tinggal berdua ditemani sang anak bungsu yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga.

Ibu Ni Made Nyangkih beserta anaknya I Komang Warta tinggal di Banjar Tameng, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Keluarga ini menempati rumah yang dapat dikatakan permanen. Rumah keluarga ini memiliki luas 8 x 9 m yang terdiri dari 2 kamar tidur. Kamar mandi terletak diluar bangunan utama tepatnya di sebelah pintu masuk rumah. Begitu juga dengan bangunan dapur yang letaknya terpisah dengan bangunan tempat tinggalnya. Mekanisme memasak keluarga ini masih sangat sederhana sering kali masih menggunakan tunggu kayu sehingga asap yang keluar dari tungku kayu bakar mengepul setiap aktivitas memasak dilakukan.

Beban moril sangat terasa sepeninggal sang suami, namun hal tersebut tidak mematahkan semangat Ibu Made untuk melanjutkan kehidupannya. Ibu Made yang dulunya hanya ibu rumah tangga kini juga turut serta menambah penghasilan keluarga dengan menjadi tenanga pembantu membuat banten disalah satu kerabat yang tidak jauh dari rumahnya. Dari pukul 07.00 pagi Ibu Made sudah memasak untuk anaknya, dan berangkat bekerja pukul 08.00 s.d 17.00. Penghasilan yang diperoleh Ibu Made tidaklah seberapa hanya 30.000/hari, terlebih pekerjaan yang dilakoni tidaklah setiap hari karena tergantung pesanan banten (sarana upacara).

(7)

dapat menjadi penghasilan pokok keluarga kecil ini. Setiap bulannya Komang mendapat gaji sebesar 1.800.000 yang harus dimanfaatkan dengan baik, karena sepeninggal sang ayah keluagra ini harus melunasi hutang-hutang pinjaman di koperasi yang jika dinominalkan 700.000/bulan. Memang tidak ada jalan lain, ketika sang ayah meninggal mau tidak mau upacara harus digelar dan uang untuk Ngaben (upacara pembakaran mayat) sementara meminjam di kooperasi dan harus dilunasi hingga saat ini.

1.2Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga

Sejatinya dalam hidup ini bersyukur adalah hal yang wajib dilakukan karena jika dilihat lebih jauh masih ada banyak orang yang nasibnya jauh lebih tidak beruntung. Terkait dengan pendapatan ekonomi keluarga sang anak yang bekerja sebagai karyawan swasta sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluraga, baik itu kebutuhan untuk biaya di dapur (sehari-hari), adat istiadat atau yang dalam hal ini adalah upacara dan juga biaya tak terduga lainnya. Terlepas dari hutang yang cukup memberatkan yang dimiliki keluarga ini harus dilunasi secara perlahan dengan sangat melakukan pengiritan di kebutuhan yang lainnya.

Keseharian sang ibu yang hanya sebagai buruh serabutan dengan penghasilan 30.000/bulan dan sifatnya tidak tetap juga sangat kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan Rumah Tangga terutama untuk kebutuhan upacara, mengingat keluarga ini memiliki 1 sanggah (tempat sembahyag di rumah) yang tergolong besar atau sanggah pusat untuk seluruh keluarga besar melakukan persembahyangan. Keluaarga ini tidak memiliki kebun ataupun sawah pribadi yang dapat dikelola, karena itulah lahan pekerjaan yang dilakoni masih terbatas dan bergantung pada orang lain.

1.2.2 Pengeluaran keluarga a. Kebutuhan sehari-hari

(8)

Makan sehari-hari : Rp 30.000 x 30 hari = Rp 900.000

Kebutuhan Mck = Rp 20.000

Kopi = Rp 20.000

Gula = Rp 20.000 +

Rp 960.000

b. Sosial

Pengeluaran di bidang sosial, mencakup keperluan – keperluan adat istiadat di banjar dan lain-lain jumlahnya tidak tetap dan bersifat kondisional. Dalam kegiatan sosial ini, keluaraga ini mempunyai pengeluaran dalam sebulan yang dapat diperkirakan sebagai berikut:

Biaya suka duka banjar = Rp 10.000 Pengeluaran tidak terduga = Rp 40.000 +

Rp 50.000/per bulan

c. Kesehatan

Mengarah pada aspek kesehatan, keluarga Ibu Made memang sedikit kurang paham terkait dengan pentingnya menjaga pola makan dan pola hidup bersih. Terlihat sarana MCK yang dimiliki kurang bersih sehingga terlihat kurang layak pakai. Tanggungan kesehatan yang dimiliki sang anak dari perusahaan dimana ia bekerja juga sangat membantu jaminan kesehatan keluarga ini, terlebih ketika beberapa hari lalu Komang mengalami musibah kecelakaan ketika akan berangkat bekerja.

Ibu Made memiliki sakit kepala yang dapat tiba-tiba muncul ketika sangat kelelahan selama melakukan aktivitasnya. Disamping itu pola makan yang kurang teratur juga membuat penyakit maag sering menyerang. Hal tersebut tidak dapat dianggap remeh karena ketika sudah sakit maka seluruh aktivitas pasti akan terganggu.

d. Pendidikan

(9)

seperti pekerjaan yang dilakoni sekarang yaitu sebagai satpam di sebuah villa. Hanya saja, kedepannya harus di pikirkan kembali jika perusahaan mengharuskan standarisasi sarjana maka akan sangat sulit bertahan di dunia kerja professional.

e. Lain-lain

(10)

BAB II

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

2.1Permasalahan Keluarga

Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan, dari aspek prioritas permasalahan keluarga Ibu Made lebih mengarah pada aspek ekonomi yang mana sang anak dengan upah setiap bulannya yang harus mengutamakan untuk membayar hutang-piutang di kooperasi sedangkan keperluan rumah tangga dan adat sangatlah besar sehingga meskipun Ibu Made turut serta bekerja sebagai buruh harian lepas, hal tersebut tidak secara gambling menyelesaikan permasalahan ekonomi keluarga ini.

Permasalahan sosial internal keluarga juga terlihat jelas di keluarga ini sehingga komunikasi yang terjalinpun terlihat kurang baik satu sama lain antara 1 bangunan rumah dan bangunan rumah lainnya.

2.2Masalah Prioritas

2.2.1 Permasalahan Ekonomi

Keluarga ini merupakan salah satu keluarga yang kurang mampu di Banjar Tameng Sukawati. Bangunan rumah yang terlihat sudah puluhan tahun dengan beberapa bagian atap yang dalam kondisi rusak parah sejatinya sudah tidak layak huni, namun penghasilan keluarga ini tidaklah sampai untuk mengalokasikan dana pada perbaikan bangunan karena untuk kebutuhan sehari-hari saja keluarga ini harus sangat berhemat.

Dengan pekerjaannya sebagai buruh dan penghasilan yang tidak banyak, Ibu Made cukup kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, mengingat sang anak difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, pembayaran hutang, dan kebutuhan adat yang tak terduga.

2.2.2 Permasalahan Kesehatan Keluarga

(11)

juga sangat mempengaruhi pola hidup dan kesehatan keluarga ini, bagaimana tidak kondisi WC atau kamar mandi yang dimiliki atapnya sudah bolong, tanpa pintu dan kondisi ruangan yang sangat tidak sehat. Selain itu, penyakit rematik yang dimiliki oleh Ibu Made yang kerap kali muncul dimalam hari juga sering kali mengganggu aktivitas, bahkan sering kali menyebabkan Ibu Made tidak dapat bekerja.

2.2.3 Permasalahan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci yang paling penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka akan lebih besar peluang mendapat pekerjaan yang lebih layak.

(12)

BAB III

USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

3.1 Program

Berdasarkan beberapa masalah yang dipaparkan diatas, maka penulis mencoba mencarikan solusi bagi keluarga Ibu Ni Made Nyangkih yang diharapkan dapat memberikan sedikit kemajuan pada keluarga ini.

Pada awal kunjungan kerumah Ibu Made tentu suasana asing sangat terasa, beliau pun masih sedikit canggung karena didatangi mahasiswa. Berdasarkan itulah pada awal-awal pertemuan saya dengan keluarga ini lebih kepada mengajak mengobrol santai dan ringan sehingga Ibu Made yang notabena sebelumnya merasa kesepian menjadi mempunyai teman untuk sekedar berbagi cerita. Ketika rasa nyaman sudah terbina dengan baik, Ibu Madepun tak segan untuk menceritakan kehidupannya. Sesekali Ibu Made mengenang mendiang suaminya yang masih melekat begitu hebatnya di kehidupannya. Belaiu bercerita kesulitan-kesulitan apa yang sangat dirasakan setelah ditinggal sang suami. Hal yang sangat wajar rasa sedih masih sangat terasa dibenak Ibu Made mengingat suaminya merupakan tulang punggung keluarga yang kini digantikan oleh sang anak bungsu Komang Warta.

Berawal dari obrolan ringan, seluruh permasalahan yang dimiliki oleh keluarga ini mulai terungkap satu persatu, mulai dari permasalahan ekonomi, permasalahan sosial, pendidikan, hingga harapan sederhana sang Ibu untuk dapat melihat putranya menikah.

3.1.1 Penyelesaian Masalah Ekonomi atau Pendapatan

(13)

menyisihkan 5.000/hari maka selama satu bulan Ibu Made sudah memiliki tabungan 150.000 untuk keperluan tak terduga. Mungkin hal tersebut terlihat sepele namun jika dilakukan secara rutin, cara ini dapat membantu untuk meringankan dalam mengurangi permaslahan ekonomi yang dimiliki.

Terlepas dari itu, pekarangan rumah juga bisa diberdayakan untuk bercocok tanam seperti menanam cabai, sayuran yang mudah tumbuh seperti bayam, dan kayu manis. Jika hal tersebut dapat dilakukan bukan hanya dapat memimalisasi pengeluaran, tapi juga dapat menjadikan makanan yang masak lebih sehat dan segar karena dipetik secara langsung dan secara otomatis tentu akan berpengaruh positif terhadap kesehatan. Hal ini dirasa sangat tepat karena tanaman tersebut bukanlah tanaman yang harus diperhatikan setiap saat, jadi tidak megganggu aktivitas utama Ibu Made.

Terkait dengan aktivitas tambahan lainya, Ibu Made juga bisa membuat kerajinan berupa jejaitan seperti canang ceper yang bisa dijual dan dijadikan penghasilan tambahan sewaktu-waktu, aktivitas ini juga dapat dibantu oleh sang anak ketika pulang bekerja. Solusi lain yang diberikan antara lain dengan memelihara hewan ternak seperti ayam atau bebek yang tergolong mudah dipelihara. Beberapa solusi tersebut dirasa efektif untuk membantu menambah penghasilan keluarga ini, yang paling penting adalah semangat dari keluarga ini harus selalu dipertahankan karena sejatinya hidup akan terus berlanjut jadi berlarut-larut bersedih tidak akan menyelesaikan apa-apa.

3.1.2 Penyelesaian Masalah Kesehatan

(14)

dari bekerja sore hari idealnya mandi menggunakan air hangat agar kondisi tubuh dan otot yang lelah tidak kaget jika dipaksakan mandi dengan air dingin. Terkait dengan upaya medis dari pemerintah, keluarga ini sudah memiliki Jamkesmas, hal ini tentu dapat lebih memudahkan keluarga ini untuk mendapat pelayanan kesehatan yang layak.

Solusi sederhana yang cukup penting bagi keluarga ini salah satunya adalah menanam tanaman obat di sekitar halaman rumah. Selain dapat menambah asri dan sehat pada lingkungan juga sangat bermanfaat untuk mengatasi penyakit yang ringan seperti batuk, pilek, dan penyakit lain tanpa harus membeli obat dan tentu sedikitnya dapat menekan pengeluaran. Hal tersebut didukung oleh kegemaran Ibu Made yang masih memanfaatkan cara-cara tradisional (meboreh) membuat ramuan obat tradisional ketika demam ataupun sakit kepala.

3.1.3 Penyelesaian Masalah Pendidikan

Terkait dengan permasalan pendidikan yang dialami keluarga ini memang tidak terlalu krusial karena sang anak I Komang Warta sudah menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sudah bekerja sebagai satpam di salah satu villa yang bealamat di Desa Ketewel Sukawati. Namun, terlepas dari itu perlu kita ingat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kesempatan untuk mendapatkan peluang pekerjaan yang lebih baik. Komang Warta sudah pernah melamar pekerjaan sebagai staf internal namun belum diterima karena pendidikan terakhir hanya SMA.

3.2 Jadwal Kegiatan

Kegiatan dampingan keluarga dilakukan dalam bentuk kunjungan ke rumah kelurga Ibu Made Nyangkih sebanyak 20 kali dalam sebulan pelaksanaan KKN PPM. Adapun kegiatan yang dilakukan selama kunjungan tersebut adalah sebagai berikut.

No Hari/tanggal Waktu Durasi Jenis Kegiatan

1 Selasa, 26 Juli 2016

14.00 – 16.00 WITA

2

Kunjungan ke Kelian Dinas Banjar Tameng, Survei untuk mencari Keluarga Dampingan dan konfirmasi mengenai KK

(15)

2 Rabu, 27 Juli 2016

09.00-13.00 WITA

4 Kunjungan perdana dengan berbincang-bincang dengan pemilik rumah

3 Kamis, 28 Juli 2016

16.00-21.00 WITA

5

Berkunjung ke KK Dampingan sekaligus melakukan pendekatan personal dengan

pihak keluarga dampingan (mencari informasi secara umum)

4 Sabtu, 30 Juli 2016

16.00-21.30 WITA

5.5

Survei tentang keadaan keluarga Ibu Made Nyangkih sekaligus mengambil foto

beberapa aktivitas

5 Minggu, 31 Juli 2016

10.00-14.00 WITA

4

Berkunjung dan berbincang dengan anaknya (Komang Warta) terkait silsilah

keluarganya

6 Senin, 1 Agustus 2016

16.00-22.00 WITA

6 Berbincang dan membantu Ibu Made membuat banten (sarana upacara)

7 Rabu, 3 Agustus 2016

16.00-21.00 WITA

5 Berbagi cerita dan pengalaman terkait latar belakang keluarga sambil menonton tv

8 Sabtu, 6 Agustus 2016

17.00-21.00 WITA

4

Konsultasi dengan KK Dampingan mengenai masalah ekonomi dan

kendalanya

9 Minggu, 7 Agustus 2016

10.00-14.00 WITA

4 Diskusi masalah pekerjaan dengan Komang Warta

10 Selasa, 8 Agustus 2016

17.00-22.00 WITA

5 Memberi saran-saran tentang permasalahan ekonomi

11 Sabtu, 12 Agustus 2016

17.00-21.00 WITA

(16)

12 Minggu, 13 Agustus 2016

10.00-13.00 WITA

3 Berkunjung ke KK Dampingan untuk bercocok tanam

13 Kamis, 17 Agustus 2016

17.00-22.00 WITA

5 Berkunjung ke KK Dampingan untuk membawa janur dan membantu majejaitan

14 Jumat, 18 Agustus 2016

17.00-22.00 WITA

5

Berkunjung ke KK Dampingan untuk majejaitan sambil berbincang tentang

permasalahan pendidikan

15 Minggu, 20 Agustus 2016

10.00-14.30 WITA

4.5 Membantu menyapu (bersih-bersih rumah dan pekarangan)

16 Senin, 21 Agustus 2016

17.00-22.00 WITA

5 Berkunjung dan mengambil beberapa foto kegiatan Ibu Made di sore-malam hari

17 Selasa, 22 Agustus 2016

08.00-13.00 WITA

5 Turut serta ke rumah dimana Ibu Made bekerja sebagai buruh banten

18 Rabu, 23 Agustus 2016

16.00-22.00

WITA 6

Majejaitan sambil berbincang tentang pentingnya menjaga pola hidup bersih dan

sehat

19 Jumat, 25 Agustus 2016

16.00-22.00 WITA

6 Bertemu dengan KK Dampingan sambil membantu memasak untuk makan malam

20 Sabtu, 26 Agustus 2015

17.00-22.00 WITA

5

Berkunjung ke KK dampingan serta menyerahkan kenang-kenangan sekaligus

(17)

BAB IV

PELAKSANAAN PENDAMPINGAN KELUARGA

4.1. Pelaksanaan

4.1.1. Waktu

Adapun waktu dari pelaksanaan pendampingan keluarga Ibu Made Nyangkih ini termasuk ke dalam Jam Kerja Efektif Mahasiswa (JKEM) yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa yaitu minimal 15 kali dalam sebulan, maka dari itu selama pelaksanaan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Sukawati kunjungan yang dilakukan ke rumah KK dampingan adalah sebanyak 20 kali. Kunjungan yang dilakukan bersifat kondisional atau menyesuaikan dengan jadwal pemilik rumahatau KK dampingan yaitu sesudah pemilik rumah pulang kerja ataupun ketika libur kerja.

4.1.2. Lokasi

Lokasi pelaksanaan program KK Dampingan ini adalah di Banjar Tameng, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

4.1.3. Kegiatan Pelaksanaan

(18)

membantu. Kunjungan ke rumah KK dampingan dilakukan sejumlah 20 kali dengan waktu yang disesuaikan dan kondisional.

4.2. Hasil Pendampingan Keluarga

1. Masalah Ekonomi atau Pendapatan

Terkait dengan hasil pendampingan dalam penyelesaian permasalahan ekonomi dan pendapatan keluarga Ibu Made Nyangkih selama kurun waktu pendampingan, tentu sangat diharapkan menuai hasil yang positif. Selama pendampingan atau 20 kali kunjungan yang dilakukan, dirasakan ada perubahan yang cukup baik. Hal tersebut dilihat dari semangat Ibu Made meningkat untuk mengisi waktu senggang dengan membuat ceper sebagai pekerjaan tambahan, dan juga mulai menanam sayur bayam di pekarangan rumahnya untuk keperluan memasak. Ibu Made juga mulai bisa menyisihkan penghasilannya dengan menabung di celengan yang saya berikan. Meski terlihat kecil bahkan remeh, namun upaya menyisihkan uang 5000/harinya itu sangat bermanfaat sebagai cakangan keperluan tak terduga, terlebih ketika Hari Raya Galungan sudah sangat dekat tentu akan banyak keperluan lain yang mendesak. Sang anak yaitu Komang Warta juga kerap kali membantu ibunya untuk membuat ceper ketika waktu senggang setelah pulang kerja. Hal itu juga membuat Ibu Made sangat senang karena dapat berkumpul dengan anak satu-satunya sembari melakukan aktifitas membuat ceper, secara otomatis waktu untuk bermain ataupun sekedar nongkrong di warung yang kerap kali dilakukan sang anak juga sedikit berkurang.

(19)

2. Masalah Kesehatan

Banyak orang beranggapan bahwa kesehatan itu sangatlah mahal. Hal tersebut sepertinya kurang disadari oleh keluarga Ibu Made dan juga Komang Warta karena Ibu Made sering kali membeli makanan sudah jadi sebagai lauk makanan di keluarganya. Alasannya memang dapat diterima, mengingat mereka hanya hidup berdua. Namun, sebenarnya justru karena hidup hanya berdualah kesehatan harus menjadi prioritas. Setelah lebih dari 5 kali kunjungan, Ibu Made akhirnya rutin memasak di pagi hari sekaligus membungkuskan nasi dan lauk seadanya untuk dibawa Komang ke tempatnya bekerja. Kebiasaan makan pagi sebelum berangkat ke tempat bekerja juga rutin dilakukan Ibu Made meski hanya dengan lauk telur goreng, dan tak jarang juga membawa bekal ke tempatnya bekerja. Hal tersebut sangat tepat untuk menghindari penyakit maag yang diderita Ibu Made semakin parah. Terkait dengan penyakit rematik yang juga diderita, setelah diberikan pengertian tentang upaya-upaya yang dilakukan, kini Ibu Made sudah menggunakan air hangat ketika merasa aktifitasnya terlalu melelahkan. Meracik obat herbal (boreh) juga kerap kali dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit timbul. Orang-orang zaman dahulu percaya kemampuan obat herbal yang diracik sendiri tidak kalah fungsinya, maka dari itu Ibu Made sudah secara rutin melumuri kakinya dengan racikan beras kencur setiap malam hari.

3. Masalah Pendidikan dan Sosial

(20)

ataupun menempuh khursus kepariwisataan sudah ada dan direalisasikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan upah yang lebih tinggi akan menanti.

4.3Kendala Pendampingan Keluarga

(21)

`BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pendampingan yang telah dilakukan di Keluarga Ni Made Nyangkih selama 20 kali kunjungan berkala, sangat terlihat perbedaan terutama dari kondisi psikologis dan meningkatnya semangat Ibu Made. Kondisi awal yang terlihat masih diselimuti kesedihan karena terbayang-bayang mediang sang suami, peralahan mulai berkurang. Permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi prioritas perlahan dapat diberikan solusi berupa upaya menyisihkan penghasilan sejumlah 5000/harinya, menambah penghasilan dengan membuat ceper (sarana upacara) saat waktu senggang, dan juga konsisten dalam menyisihkan gaji sang anak untuk membayar hutang di kooperasi. Terkait dengan permasalahan kesehatan solusi sederhana perilaku hidup bersih dan sehat juga sudah mulai direalisasikan, mulai dari sarana mck yaitu toilet yang rutin dibersihkan, pola makan yang sudah teratur karena membawa bekal ke tempat bekerja, dan mengefektifkan pembuatan ramuan tradisional (boreh) sebagai upaya pencegahan sakit kepala dan rematik. Jika dilihat dari sudut pandang permasalahan pendidikan juga terlihat meningkatnya semangat sang anak untuk menambah kemampuan atau skill di bidang kepariwisataan dengan mengikuti kursus atau sekoah lanjutan agar nantinya dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

5.2 Rekomendasi

(22)

2. Keluarga dampingan disarankan untuk mendahulukan prioritas kebutuhan keluarga dengan membiasakan membuat rencana keuangan sederhana sehingga kelebihan uangnya dapat ditabung yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan mendadak.

3. Mengingat kesehatan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan ini, maka kebersihan wc harus senantiasa dijaga. Jika tidak bisa membenahi, maka sedikit tidaknya harus rajin dibersihkan.

4. Kedepan pendidikan harus menjadi prioritas utama, kedepan tentunya garis keturunan akan terus berlanjut maka dari itu anak-anak penerus dikeluarga itu harus mengutamakan pendidikan agar peluang kerja yang dilakoni tidak terbatas.

(23)

LAMPIRAN FOTO 1. Foto rumah

(24)

3. Foto Kamar Mandi

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan suatu solusi yang efektif dan optimal dari permasalahan-permasalahan di atas, maka dibutuhkan suatu perencanaan dan analisis yang yang tepat

Untuk Biaya Operasional Kendaraan (BOK) trayek Aie Pacah – Lubuk Begalung – Pasar Raya pada tahun 2013 lebih kecil dibandingkan dari tahun 2005.. Kata kunci : Biaya

The students said that writing is difficult because in writing process students should master some aspects like vocabulary, the structure (spelling, punctuation or grammar)

The noun to verb derivation has the same rule as the other suffixes where suffix attaches to the base word, i.e..

Dari hasil penelitian terdapat 35 kebutuhan konsumen yang diinginkan pada saat bersantap disuatu rumah makan, maka metode QFD digunakan untuk merancang dan menyusun prioritas

Haul yang dalam bahasa Arab berarti tahun, dalam masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mempunyai arti yang sangat khusus, yaitu suatu upacara ritual keagamaan untuk

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak manajemen Warung Paskal diketahui bahwa masalah yang dialami perusahaan adalah pihak manajemen dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran penerapan perencanaan agregat guna menimimalkan biaya produksi dalam menghadapi permintaan konsumen yang