i
PENDAMPINGAN KELUARGA KKN PPM UNUD
PERIODE TAHUN 2016
DESA
: ABUAN
KECAMATAN
: KINTAMANI
KABUPATEN
: BANGLI
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT (LPPM)
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kegiatan Keluarga
Dampingan di Desa Abuan. Program ini merupakan salah satu program dari program
Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM).
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami mendapat banyak petunjuk, bimbingan,
saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
Bapak Ir. Nyoman Ardika, M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam
pelaksanaan program ini.
Bapak Nyoman Sucitra selaku Perbekel Desa Abuan atas bimbingannya selama program KKN-PPM berlangsung.
Bapak I Kadek Purwanta sebagai Kelian Banjar Dinas Abuan atas informasi dan data yang telah diberikan kepada kami.
Seluruh keluarga dampingan kami yang berlokasi di Desa Abuan
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini.
Karena terbatasnya pengetahuan yang kami miliki, maka kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Atas segala
perhatian dan bantuannya, kami sampaikan terimakasih.
Abuan, Agustus 2016
iv DAFTAR ISI
Halaman Judul...i
Kata Pengantar...ii
Lembar Pengesahan...iii
Daftar Isi...iv
BAB I Gambaran Umum Keluarga Dampingan 1.1 Profil Keluarga Dampingan ...1
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan ………....3
BAB II Identifikasi dan Prioritas Masalah 2.1 Permasalahan Keluarga...……….6
2.2 Masalah Prioritas...8
BAB III Usulan Pemecahan Masalah 3.1 Program……….. …...10
3.2 Jadwal Kegiatan………..………...11
BAB IV Pelaksanaan, Hasil dan Kendala Pendampingan Keluarga 4.1 Pelaksanaan………...15
4.2 Hasil………..………...15
4.3 Kendala...16
BAB V Penutup 5.1 Simpulan...17
BAB I
GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
1.1 Profil Keluarga Dampingan
Program keluarga dampingan merupakan salah satu program pokok dari
KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) yang bertujuan
untuk membentuk karakter mahasiswa yang memiliki rasa peduli tinggi dan dapat
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui pembelajaran pemberdayaan
masyarakat secara langsung dan terpadu. Dalam program ini mahasiswa dapat secara
langung menerapkan baik ilmu sosial di masyarakat maupun ilmu yang di dapatkan
mahasiswa di bangku kuliah melalui pendampingan keluarga pra sejahtera. Maksud dari
program pendampingan keluarga atau KK dampingan ini adalah untuk membantu
memberdayakan keluarga melalui penerapan ilmu dan teknologi dalam bidang
wirausaha, pendidikan dan keterampilan, program keluarga berencana dan kesehatan,
serta pembinaan lingkungan untuk membangun keluarga yang mandiri, bahagia dan
sejahtera. Tujuan lain dari program pendampingan keluarga bagi mahasiswa adalah
untuk meningkatkan kepedulian dan kemampuan mahasiswa dalam mengatasi
permasalahan keluarga melalui penerapan ilmu dan teknologi yang telah dipelajari.
Dalam program keluaga dampingan ini, penulis mendapat kesempatan untuk
mendampingi keluarga Bapak Ranggia yang termasuk kedalam salah satu keluarga pra
sejahtera di Desa Abuan. Keluarga Bapak Ranggia terdiri dari 5 orang yaitu Bapak
Ranggia, istrinya Ibu Wayan Gingin yang sering disapa Mien Srija serta 3 orang
cucunya yaitu Ni Nengah Mulianingsih, I Komang Adika Putra, Ni Ketut Sumiati.
Bapak Ranggia dan istrinya bekerja sebagai petani sedangkan cucunya masih masuk
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Untuk lebih jelasnya profil keluarga Pak
Ranggia dapat dilihat pada Tabel 1.
Bapak Ranggia mengatakan ia tidak menempuh pendidikan SD oleh karena itu
ia memilih bekerja sebagai petani. Ia juga tidak memiliki keterampilan lain sehingga
tidak dapat memiliki pekerjaan tambahan. Sama halnya dengan Pak Ranggia Ibu Gingin
juga tidak menempuh pendidikan SD dan tidak memiliki keterampilan lain. Karena Pak
Ranggia dan Bu Gingin tidak pernah sekolah, mereka belum mengenal huruf dan angka
berkomunikasi sehari-hari Pak Ranggia dan Ibu Gingin biasa menggunakan Bahasa Bali
namun keduanya tidak fasih menggunakan Bahasa Indonesia. Mereka pun kurang
mengerti bila diajak berbicara dengan Bahasa Indonesia. Ketiga cucu Pak Ranggia dapat
berkomunikasi baik menggunakan Bahasa Bali maupun Bahasa Indonesia.
Tabel 1. Identitas Keluarga Bapak I Wayan Darmana
Sehari-hari Pak Ranggia yang bekerja sebagai petani memilih untuk lebih sering
tinggal di pondok yang ada di ladangnya. Ibu Gingin setiap harinya pergi ke ladang
pada pagi hari dan kembali ke rumah pada malam hari. Biasanya saat pulang ia kembali
membawa kayu bakar untuk memasak dan sayuran yang bisa keluarga mereka konsumsi
hingga keesokan harinya. Setiap hari ketiga cucu pak ranggia pergi sekolah, cucu
pertama Pak Ranggia bersekolah di SMPN 6 Kintamani di Desa Bayung Gede dengan
transportasi pick up bersama dengan teman-teman satu desa yang bersekolah disana.
Cucu kedua dan ketiga bersekolah di SDN Abuan dan bersekolah dengan berjalan kaki.
Sebagai petani, Pak Ranggia dan Ibu Gingin yang sudah tergolong kelompok
lanjut usia (Lansia) ini masih memiliki beban menghidupi dan merawat ketiga cucunya.
Dikatakan ayah dari cucunya meninggal empat tahun yang lalu dan ibu dari cucunya
Mulianingsih Cucu 12 th 12-09-2003 Tamat SD Pelajar
lalu. Dengan keadaan seperti ini Pak Ranggia dan Ibu Gingin yang merawat ketiga
cucunya.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
1.2.1 Pendapatan Keluarga
Keluarga Bapak Ranggia termasuk keluarga dengan ekonomi yang kurang.
Bapak Ranggia bekerja sebagai petani dan tinggal memondok di ladangnya. Ia
dikatakan jarang pulang. Sang istri, Ibu Gingin bekerja juga sebagai petani. Penghasilan
keluarga Pak Ranggia tidak menentu setiap bulannya. Dikatakan dalam 6 bulan sekali ia
memanen ketela yang ditanam diladangnya dan dapat dapat menghasilkan ketela
sebanyak 60 ember dimana ia menjualnya dengan harga Rp.40.000,00-Rp.50.000,00
setiap embernya namun bila panen kurang baik ia bisa mendapatkan kurang dari 50
ember. Dengan demikian penghasilan keluarga Pak Ranggia Rp.2.000.000,00 -
Rp.3.000.000,00 atau Rp.350.000,00 – Rp.500.000,00. Ibu Gingin juga mengatakan bila
panen cukup banyak beberapa hasil tani ketela yang ia panen disimpan dan dijual bila
uang yang disimpan habis. Cucu pertama dari Pak Ranggia juga sesekali membantu
tetangga dalam hal membuat banten dan membantu membuat kue untuk dijual. Dari
pekerjaan ini ia mendapatkan uang jajan untuk dirinya.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
a Kebutuhan sehari-hari
Untuk keperluan makan sehari-hari, Ibu Gingin biasanya mendapatkan bahan
makanan seperti sayuran dari ladang yang ia tanam. Untuk keperluan beras,
keluarga ini membeli beras raskin seharga Rp. 25.000,00 untuk 15 kg beras dan bila
beras raskin tersebut belum tersedia ia membeli beras di warung. Untuk lauk pauk
dikatakan Ibu Gingin sesekali membeli bahan lauk pauk karena uang tidak selalu
cukup. Terkadang cucunya mendapat lauk seperti telur dan sedikit uang jajan dari
tetangganya. Ibu Gingin tinggal bersama dengan ketiga cucunya namun Pak
Ranggia tinggal memondok di ladang miliknya. Dari uraian di atas, dapat diketahui
bahwa keluarga ini harus memenuhi kebutuhannya sehari-hari dari hasil panen yang
tidak menentu setiap panennya. Penghasilan yang diperoleh pun sering tidak
mencukupi untuk kehidupan sehari-hari sehingga keluarga ini sering kali hanya
bersih, keluarga ini mendapatkan air bersih dari penampungan air hujan dan sungai
yang cukup jauh dari rumahnya, dikatakan mereka tidak sanggup membeli air untuk
keperluan sehari-hari. Selain itu, untuk keperluan penerangan keluarga ini
membayar listrik sekitar 15 ribu perbulannya yang ia bayarkan ke petugas.
a. Kesehatan
Dari segi kesehatan dikatakan keluarga Bapak Ranggia termasuk orang yang
relatif jarang sakit. Secara umum keadaan umum Ibu Gingin dan ketiga cucunya
baik namun Ibu Gingin yang sudah berumur 69 tahun ini merasa kelelahan untuk
bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya termasuk cucunya.
Untuk cucu-cucu dari Ibu Gingin dikatakan relatif jarang sakit. Dalam 3 bulan
terakhir mereka dikatakan tidak memiliki keluhan penyakit yang mengharuskan
untuk mencari pertolongan kesehatan. Bila merasa sakit keluarga ini mencari
pertolongan kesehatan ke bidan di puskesdes setempat.
Dikatakan Ibu Gingin tidak memiliki masalah kesehatan yang menyebabkan
beliau tidak bisa bekerja. Ibu Gingin juga tidak begitu memiliki keluhan di bidang
kesehatan gigi dan mulut dikatakan ia tidak memiliki keluhan baik sebelum makan
maupun sesudah makan. Berbeda dengan Pak Ranggia, ia memiliki keluhan nyeri
di pinggang bawah. Hal ini sudah ia rasakan sejak kurang lebih dua bulan yang lalu.
Karena keluhan ini ia tidak dapat berjalan jauh sehingga ia lebih memilih tinggal di
pondok dekat ladangnya agar tidak setiap hari berjalan jauh. Namun Pak Ranggia
belum pernah mencari pertolongan tenaga kesehatan untuk keluhannya ini.
Dari segi kesehatan yang lainnya, kebersihan keluarga ini kurang baik. Mereka
dikatakan mandi satu kali sehari bahkan sering kali mandi dua hari sekali. Hal ini
dikarenakan untuk keperluan air keluarga ini hanya mendapatkan persedian air dari
tampungan air hujan karena tidak sanggup membeli air untuk keperluan sehari-hari.
Keluarga ini juga belum memiliki asuransi kesehatan dan dikatakan selalu
membayar apabila berobat ke bidan di puskesdes.
b Kerohanian
Seluruh keluarga Bapak Ranggia beragama Hindu. Apabila di Desa terdapat
upacara keagamaan biasanya Ibu Gingin membayar iuran kepada dibanjar.
Sedangkan untuk kegiatan sembahyang sehari-hari biasanya dipersiapkan sendiri.
15.000,00 hingga Rp. 20.000,00. Dikatakan Ibu Gingin bahwa terkadang ia berat
untuk membayar uang iuran tersebut dan saat itu tetangganya membayar iuran
untuk keluarga Pak Ranggia.
c Sosial
Untuk biaya-biaya di bidang sosial biasanya keluarga Bapak Ranggia tidak
menganggarkan secara khusus pembiayaannya. Iuran yang sering diminta oleh
banjar meliputi iuran banjar dan uang untuk warga yang memiliki duka (sakit,
kematian, ngaben) namun dikatakan keluarga ini juga merasa berat membayar iuran
tersebut dan terkadang iuran mereka dibayarkan oleh warga sekitar. Dengan
keadaan keuangan yang minim apabila ada pengeluaran mendadak yang berkaitan
dengan keperluan sosial maka keluarga ini mengeluarkan biaya tambahan.
d Pendidikan
Dari keterangan Ibu Gingin keluarga Bapak Ranggian cukup merasa berat
membayar biaya pendidikan serta keperluan sekolah ketiga cucunya. Meskipun
uang sekolah bulanan gratis, namun biaya awal sekolah tetap harus dibayarkan serta
tambahan pengeluaran untuk keperluan sekolah juga harus dianggarkan. Namun
dikatakan keluarga Bapak Ranggia mendapatkan bantuan berupa biaya pendidikan
dan keperluan sekolah seperti seragam. Tetapi, bila ada iuran-iuran tambahan dari
sekolah keluarga ini harus mencari tambahan penghasilan untuk membayarnya.
Salah satu pengeluaran rutinnya adalah biaya transportasi cucu pertama Pak
Ranggia yang bersekolah di SMP di Desa Bayung Gede. Setiap harinya ia
berangkat ke sekolah dan kembali dengan naik pick up bersama dengan
BAB II
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga dampingan, yaitu keluarga
Bapak Ranggia, maka penulis melakukan beberapa kunjungan ke kediaman keluarga
dampingan. Selama kunjungan penulis melakukan pendekatan secara personal dengan
Ibu Gingin dan cucu-cucunya, yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan dengan
anggota keluarga. Diharapkan dengan pendekatan secara personal masalah-masalah
yang dialami keluarga ini dapat diidentifikasi dengan baik dan dapat dibantu sesuai
prioritas kebutuhan. Permasalahan tersebut meliputi permasalahan kesehatan yang
dialami, masalah perekonomian, serta melihat-lihat suasana tempat tinggal keluarga
Bapak Ranggia.
2.1 Permasalahan Keluarga
Penulis telah melakukan beberapa kali kunjungan ke kediaman Pak Ranggia di
minggu awal pelaksanaan KKN-PPM. Di awali dengan perkenalan serta pendekatan
secara personal serta dari hasil pengamatan, penulis mencoba mengidentifikasi
permasalahan yang dialami keluarga Pak Ranggia. Beberapa masalah yang dihadapi
keluarga ini sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan penulis adalah sebagai
berikut.
2.1.1 Masalah Perekonomian Keluarga
Dalam segi ekonomi keluarga Pak Ranggia dapat dikatakan masih kurang.
Mereka masih merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terlebih lagi
kebutuhan tambahan seperti pendidikan dan bila ada anggota keluarga yang sakit.
Dengan pekerjaan sebagai petani di ladang yang kecil, keluarga Pak Ranggia memiliki
pendapatan yang tidak menentu dan kurang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keluarga Bapak Ranggia tidak memiliki penghasilan tetap setiap hari dan setiap bulan.
Hasil tani sayuran yang ia peroleh juga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga Pak Ranggia.
Menurut keterangan Ibu Gingin, keluarganya tidak memiliki uang simpanan baik
untuk keperluan mendadak maupun dana kesehatan. Ia mengatakan sulit menyisihkan
bertopang dari hasil tani di ladangnya keluarga Pak Ranggia merasa masih sulit
mencukupi kebutuhan.
2.1.2 Masalah Kesehatan
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan sederhana yang dilakukan penulis
Keluarga Pak Ranggia tidak memiliki penyakit berat maupun penyakit kronis. Namun
dikatakan sejak kurang lebih dua bulan terakhir Pak Ranggia memiliki keluhan nyeri
pinggang bawah. Keluhan ini sudah ia rasakan sejak kurang lebih dua bulan yang lalu.
Karena keluhan ini ia tidak dapat berjalan jauh sehingga ia lebih memilih tinggal di
pondok dekat ladangnya agar tidak setiap hari berjalan jauh. Pak Ranggia juga belum
pernah mencari pertolongan tenaga kesehatan untuk keluhannya ini. Terlebih lagi ia
tidak memiliki kendaraan dan tidak ada keluarga yang mengantar. Ketiga cucu Pak
Ranggia juga dikatakan jarang sakit. Dalam beberapa bulan terakhir ketiga cucunya
dikatakan tidak memiliki penyakit yang mengharuskan untuk rawat inap. Bila ada
anggota keluarga yang sakit, ibu gingin mengatakan mencari pertolongan kesehatan ke
Bidan di Puskesdes Desa Abuan. Namun, ia mengaku keluarganya belum memiliki
jaminan kesehatan karena merasa kesulitan mengurus administrasinya. Oleh karena itu
ia mengaku masih harus membayar bila berobat.
Masalah kesehatan utama yang ada dalam keluarga Pak Ranggia adalah masalah
kebersihan yang tidak terjaga. Dengan tidak adanya orang tua serta kakek dan neneknya
yang sering tidak di rumah, ketiga cucu Pak Ranggia dapat dikatakan tidak terurus
dengan baik. Dikatakan oleh Nengah, cucu pertama Pak Ranggia, bahwa mereka mandi
sekitar satu kali sehari, bahkan tidak jarang mereka mandi satu kali dalam dua hari. Ibu
Gingin mengatakan mereka cukup kesulitan memperoleh air bersih. Sumber utama air
bersih mereka adalah air curahan hujan dan air sungai yang cukup jauh dari rumahnya.
Dikatakan disekitar rumahnya terdapat sungai kecil namun jaraknya cukup jauh yaitu
sekitar 2 kilometer. Ia mengatakan tidak sanggup membeli air bersih untuk keperluan
sehari-hari karena mahal. Pakaian yang dimiliki keluarga Pak Ranggia juga terbatas,
satu baju yang dimiliki biasanya dipakai untuk 3-4 hari. Kebersihan sekitar rumah Pak
Ranggia juga tidak terlalu bersih, sering kali saat sore hari ketiga cucunya bermain di
pekarangan rumahnya di tanah yang kotor dan tidak mencuci tangan ataupun mandi
pekarangannya. Meskipun dikatakan jarang terkena penyakit namun kebiasaan ini
cukup membuat mereka berisiko mendapatkan berbagai macam penyakit.
2.1.3 Masalah Penataan Bangunan
Untuk penataan bangunan dan halaman, kediaman Pak Ranggia tergolong
kurang terjaga kebersihannya. Rumah Pak Ranggia terdiri dari 3 bangunan, yaitu 1
bangunan berisi 2 kamar yang digunakan untuk menyimpan buku dan pakaian, 1
bangunan kecil dengan 1 ruangan yang digunakan untuk memasak dan tidur seluruh
anggota keluarganya serta 1 bangunan seperti balai. Meskipun rumah Pak Ranggia
mendapat fasilitas listrik namun hanya terdapat lampu kecil yang menyala. Lampu itu
terletak di bangunan kecil yang digunakan untuk memasak dan tidur. Keluarga Pak
Ranggia tidak memiliki kamar mandi dan jamban sehingga mereka mandi di luar
ruangan dan buang air besar di ladang dekat rumanya. Dinding rumah mereka terbuat
dari semen. Untuk keperluan air, keluarga ini menampung air hujan untuk keperluan
sehari-hari seperti mencuci dan mandi dan untuk keperluan memasak keluarga ini masih
menggunakan kayu bakar.
2.2 Masalah Prioritas
2.2.1 Masalah Perekonomian
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi, penulis merasa bahwa masalah
perekonomian merupakan masalah utama bagi keluarga Pak Ranggia dimana dari
pendapatan yang minim keluarga Pak Ranggia dapat dikategorikan sebagai keluarga
ekonomi rendah. Penghasilan utama keluarga Pak Ranggia sebagai petani di ladang
yang tidak begitu besar dan tenaga yang tidak sekuat saat beliau masih muda menjadi
salah satu alasan minimnya pemasukan keuangan dari keluarga ini. Ditambah lagi
keluhan nyeri Pak Ranggia yang membuat terbatasnya hal yang dapat dikerjakan Pak
Ranggia. Dengan kekurangan ini memaksa Pak Ranggia dan Ibu Gingin tidak dapat
merawat cucunya dengan baik karena harus meninggalkan mereka untuk bekerja. Umur
mereka yang sudah tergolong kelompok lansia, tenaga yang sudah tidak lagi sekuat
masa muda serta minimnya keterampilan yang dimiliki Pak Ranggia dan Ibu Gingin ini
membuat mereka tidak dapat mencari pekerjaan tambahan untuk mencari pemasukan
2.2.2 Masalah Kesehatan
Meskipun dikatakan anggota keluarga tidak memiliki sakit maupun keluhan
kesehatan dalam beberapa bulan terakhir, namun kebiasaan keluarga Pak Ranggia yang
tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta tidak menjaga kebersihan diri dan
tempat tinggal menjadi beberapa risiko timbulnya berbagai macam penyakit. Ditambah
lagi ketiga cucu Pak Ranggia yang mendapatkan asuhan dan perhatian yang kurang
memadai untuk anak-anak seumurnya menjadi salah satu hal yang meningkatkan faktor
risiko gangguan kesehatan. Untuk hal kebersihan, kurangnya air bersih, tidak adanya
kamar mandi dan jamban menjadi salah satu aspek yang meningkatan risiko penyakit.
2.2.3 Masalah Penataan Bangunan
Keadaan ekonomi keluarga Pak Ranggia yang tergolong kurang ini menjadi
salah satu alasan kurang diperhatikannya penataan bangunan serta kesedian kamar
mandi maupun jamban keluarga. Rumah Pak Ranggia terbuat dari semen dan ventilasi
serta keadaan pintu dan jendela yang rusak. Ruang kecil yang dipakai untuk memasak,
makan serta tidur pun cukup kotor. Keadaan ventilasi ruangan tersebut juga minim
sehingga ruang tersebut sangat lembab dan penerangan kurang bahkan di siang hari.
Meskipun terdapat fasilitas listrik di kediaman Pak Ranggia penerangan di rumah sangat
buruk. Dari keseluruhan kediaman Pak Ranggia hanya ada satu lampu yang menyala
yaitu lampu yang terletak di ruangan kecil yang dipakai untuk memasak, makan dan
tidur. Hal ini membuat saat malam kediaman Pak Ranggia menjadi gelap. Keluarga Pak
Ranggia masih menggunakan kayu bakar untuk memasak karena ia dapat mencari
sendiri bahan bakar tersebut. Namun ventilasi yang kurang serta tidak terdapatnya
BAB III
USULAN PEMECAHAN MASALAH
3.1 Program
3.1.1 Perekonomian
Permasalahan di bidang ekonomi merupakan permasalahan utama bagi keluarga
Pak Ranggia. Untuk menanggulangi permasalahan ini butuh beberapa hal yang
diperhatikan termasuk umur Pak Ranggia dan Bu Gingin yang sudah cukup tua dan
cucu-cucunya yang masih kecil. Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan
ekonomi keluarga ini adalah mencari pemasukan keuangan selain pemasukan dari hasil
tani. Meskipun tidak mudah, beberapa saran usaha menambah pemasukan keluarga
adalah membantu membuat kerajinan tangan untuk dijual dan berjualan kue. Bila Bu
Ranggia bisa mempelajari cara membuat kerajinan tangan seperti sokasi Bu Ranggia
dapat tinggal di rumahnya dan mengurusi cucu-cucunya. Kerajinan tangan ini juga
dapat dibuat saat waktu luang. Di dekat kediaman Bu Ranggia terdapat 1 orang
pengrajin sokasi. Dengan kerjasama dengan beliau diharapakan hal ini dapat
meningkatkan pemasukan keluarga Ibu Ranggia. Hal lain yang mungkin dilakukan
adalah berjualan kue. Meskipun membutuhkan modal awal yang cukup besar Bu
Ranggia dapat membuat kue-kue jajanan pasar yang dapat ia titipkan di warung-warung
dekat rumah dan warung di sekolah. Ditambah lagi cucu pertama Pak Ranggia memiliki
hobi memasak sehingga akan lebih menyukai mengerjakan hal ini. Hal lain yang penulis
usahakan adalah mencari orang tua asuh untuk cucu-cucu dari Pak Ranggia. Dengan
demikian diharapkan biaya pengeluaran keluarga Pak Ranggia dapat berkurang.
3.1.2 Kesehatan
Pada bidang kesehatan, hal yang menjadi masalah utama adalah kebersihan, baik
kebersihan lingkungan rumah maupun kebersihan personal. Meskipun efek dari tidak
terjaganya kebersihan diri dan lingkungan rumah ini belum terjadi namun hal ini
membuat selurh keluarga Pak Ranggia memiliki risiko tinggi terjadi penyakit. Hal ini
penulis coba tanggulangi dengan edukasi secara ringan dan pendekatan secara personal
kepada Pak Ranggia, Ibu Gingin dan ketiga cucu mereka. Pentingnya menerapkan pola
hidup bersih dan sehat ini juga diikuti dengan dampingan yang adekuat dan
bersih dan sehat yang dimaksud diantaranya adalah memberikan pengetahuan mengenai
besarnya pengaruh buruk yang dapat diberikan lingkungan kotor terhadap kesehatan,
pentingnya menjaga kebersihan diri dengan mandi dan sikat gigi, menjaga kebersihan
rumah, menjaga kebersihan dapur, pentingnya merebus air sebelum diminum,
pentingnya mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan menggunakan sabun
serta pentingnya mencuci bahan makanan sebelum dimasak. Meskipun tidak memiliki
jamban penulis juga memberikan edukasi tentang pentingnya buang air besar di jamban
dan mencari alternatif jamban keluarga.
Selain permasalahan pola hidup bersih dan sehat, permasalahan lain yang dapat
diidentifikasi penulis adalah belum adanya jaminan kesehatan untuk keluarga Pak
Ranggia ini. Penulis mencoba mencarikan solusi dengan mengedukasi pentingnya
memiliki jaminan kesehatan dan berusaha membantu pembuatan jaminan kesehatan
terutama BPJS Penerima Bantuan Iuran. Untuk keluhan nyeri pinggang Pak Ranggia,
penulis mencoba memberikan penjelasan tentang nyeri punggung bawah serta mencoba
membantu Pak Ranggia untuk mencari tenaga kesehatan agar keluhan tersebut dapat
membaik.
3.1.3 Penataan Bangunan
Hal utama yang menjadi masalah dalam pentataan bangunan rumah Pak Ranggia
adalah tidak terawatnya keadaan rumah tersebut. Bila belum ada uang untuk
memperbaiki keadaan rumah termasuk pintu dan ventilasi, setidaknya penulis mengajak
agar kebersihan rumah Pak Ranggia dapat dijaga. Penulis juga menyarankan agar lampu
penerangan yang digunakan menggunakan lampu LED yang lebih terang dan lebih
hemat. Untuk tempat tinggal penulis menyarankan agar keluarga Pak Ranggia
memisahkan kamar tidur dengan dapur dan tempat makan. Sehingga tempat tidur
keluarga Pak Ranggia dapat bersih dari kotoran dapur sisa makanan maupun serangga.
3.2 Jadwal Kegiatan
Kegiatan KK dampingan dilakukan dalam bentuk kunjungan ke rumah dan
Pondok Pak Ranggia. Dalam waktu lima minggu, dilakukan kunjungan sebanyak 36
kali. Adapun kegiatan yang dilakukan selama kunjungan tersebut adalah sebagai
Tabel 2. Agenda Kegiatan Kunjungan KK Dampingan
3. 29/7/2016 17.00 – 20.00 Melakukan identifikasi permasalahan dalam KD
4. 30/7/2016 15.00 – 19.00 Melakukan identifikasi permasalahan dalam KD
5. 31/7/2016 13.00 – 14.00 Mengajar baca anak KD
6. 31/7/2016 16.00 – 20.00
Melakukan pendekatan secara personal ke anak
KD dan mendampingi anak KD dalam
mengerjakan tugas sekolah
7. 01/8/2016 11.00 – 13.00 Identifikasi lebih jauh masalah lain yang dihadapi keluarga dan membantu baca dan tulis anak KD
8. 02/8/2016 09.00 – 10.00
Melakukan pendekatan secara personal kepada
KD dan menggali permasalahan keluarga lebih
dalam.
9. 02/8/2016 15.00 – 18.00 Diskusi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi dan mengajar berhitung
10. 03/8/2016 11.00 – 15.00 Membantu mengajar baca dan tulis anak KD dan berdiskusi mengenai permasalahan ekonomi KD
11. 04/8/2016 13.00 – 15.00 Identifikasi masalah di bidang penataan bangunan dan mengajar Bahasa Inggris anak KD
12. 04/8/2016 17.00 – 20.00
Bincang-bincang santai mengenai kondisi
lingkungan di sekitar rumah dan mendampingi
anak KD dalam mengerjakan tugas sekolah
13. 05/8/2016 13.00 – 18.00
Penyampaian tentang pentingnya kesehatan diri
dan cuci tangan. Melakukan pendekatan secara
personal kepada anak KD dengan ikut bermain
permainan tradisional.
anak KD baca dan tulis.
15. 07/8/2016 13.00 – 15.00 Mengajar bahasa inggris kepada anak KD dan membantu mendampingi mengerjakan tugas.
16. 07/8/2016 16.00 – 20.00
Review tentang segala hal yang telah didiskusikan
selama ini terkait permasalahan yang dihadapi.
Berdiskusi tentang pemisahan ruang tidur dan
dapur serta penggunaan lampu LED.
mendampingi anak KD mengerjakan tugas
sekolah.
21. 12/8/2016 15.00 – 20.00
Berdiskusi tentang usaha yang dapat dilakukan
untuk menambah penghasilan keluarga serta
penyuluhan tentang kesehatan lansia.
22. 13/8/2016 11.00 – 16.00 Bermain dengan anak KD, membantu kegiatan sehari-hari KD.
23. 14/8/2016 08.00 – 12.00
Mengajar bahasa inggris anak KD dan
menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan
24. 14/8/2014 14.00 – 17.00
Membantu mendampingi anak KD mengerjakan
tugas sekolah dan Penyuluhan tentang garam
beryodium
25. 15/08/2016 15.00-18.00 Pembuatan tong sampah keluarga dan berdiskusi tentang pentingnya kebersihan rumah
26. 16/08/2016 17.00-20.00 Membantu kegiatan sehari hari KD dan berdiskusi tentang penyakit hipertensi.
bawah.
28. 17/08/2016 19.00-20.00 Berdiskusi tentang pentingnya memiliki dan mengurus jaminan kesehatan.
29. 18/08/2016 14.00-17.00 Membantu kegiatan sehari-hari KD dan mengajar berhitung anak KD
30. 19/08/2016 15.00-17.00
Membantu kegiatan sehari-hari KD dan
mendampingi anak KD mengerjakan tugas
sekolah.
31. 20/08/2016 17.00-20.00
Mendampingi anak KD mengerjakan tugas
sekolah dan berdiskusi tentang pentingnya jamban
keluarga.
32. 21/08/2016 17.00-20.00
Membantu kegiatan sehari-hari KD dan
mendampingi anak KD mengerjakan tugas
sekolah.
33. 22/08/2016 17.00-20.00
Membantu kegiatan sehari-hari KD dan
mendampingi anak KD mengerjakan tugas
sekolah.
34. 23/08/2016 09.00-12.00 Mengunjungi pondok dan ladang KD dan membantu kegiatan sehari-hari KD
35. 24/08/2016 15.00-18.00 Membantu mengajar calistung dan mendampingi anak KD mengerjakan tugas sekolah.
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA
4.1. Pelaksanaan
Pelaksanaan pendampingan keluarga dalam rangka KKN-PPM UNUD kami
dilaksanakan di Desa Abuan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Dalam
kesempatan ini penulis berkesempatan untuk mendampingi keluarga Pak Ranggia.
Pelaksanaan kegiatan KK Dampingan ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh kelompok mahasiswa KKN PPM XI di Desa Abuan. Kegiatan KK
Dampingan yang dilakukan berupa kunjungan ke kediaman keluarga yang didampingi.
Selama kunjungan tersebut, dilakukan pendekatan secara personal agar dapat penulis
dapat mengidentifikasi permasalahan keluarga lebih dalam dan agar saran dan
pengetahuan yang diberikan penulis dapat diterima dan di implementasikan dengan baik
oleh keluarga dampingan.
Waktu yang digunakan untuk kegiatan KK Dampingan ini termasuk ke dalam
Jam Kerja Efektif mahasiswa (JKEM) yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa yaitu
minimal 15 kali dalam lima minggu yang setara dengan 90 jam kegiatan. Jadwal
kunjungan ke keluarga dampingan dilakukan sebanyak 36 kali selama lima minggu,
dimana setiap lama kunjungan rata-rata 4,5 jam untuk tiap kunjungan, sehingga total
kunjungan mencapai lebih dari 90 jam.
4.2. Hasil
Pada Program Keluarga Dampingan yang telah dilaksanakan ini, meskipun
belum terlalu besar efek yang diberikan dari dampingan serta saran yang diberikan oleh
penulis namun sudah mulai ada beberapa perubahan seperti kesadaran menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Pada dampingan ini penulis juga sempat membantu
memperbaiki tempat air dan pembuatan tempat sampah. Dengan ini diharapkan dapat
membantu keluarga Pak Ranggia untuk mulai menerapkan polah hidup bersih dan sehat.
Penulis juga menyarankan agar keluarga Pak Ranggia untuk memiliki asuransi
kesehatan seperti BPJS terutama BPJS Penerima Bantuan Kesehatan, penulis juga
tersebut. Dari segi kebiasaan dan hasil saran dan pengetahuan yang penulis berikan,
penulis merasa memerlukan waktu agar keluarga Pak Ranggia dapat menerapkannya
dan terlihat hasil dari dampingan keluarga ini. Namun seluruh dampingan dari penulis
sampai saat ini diterima dengan baik dan segala program yang diprioritaskan telah
cukup baik terlaksana.
4.3. Kendala
Dari lima minggu dampingan penulis kepada keluarga Pak Ranggia Kendala
yang ditemukan selama melaksanakan KK dampingan adalah pertama, Pak Ranggia dan
Ibu Ranggia tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan penulis tidak lancar
berbahas Bali. Untuk mengatasi masalah ini penulis meminta bantuan rekan satu
kelompok KKN untuk menemani kunjungan sering kali juga penulis meminta tolong
kepada Nengah, cucu pertama Pak Ranggia, untuk menjadi penerjemah. Permasalahan
kedua, adalah pasangan Pak Ranggia yang sulit ditemui karena tidak tinggal satu rumah
dengan ketiga cucunya. Oleh karena itu penulis menyiapkan waktu lebih banyak untuk
dapat bertemu dengan seluruh keluarganya serta agar dapat menjalin kedekatan secara
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Program keluarga dampingan merupakan salah satu program pokok dari
KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) yang bertujuan
untuk membentuk karakter mahasiswa yang memiliki rasa peduli tinggi dan dapat
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui pembelajaran pemberdayaan
masyarakat secara langsung dan terpadu. Dimana dalam program ini mahasiswa dapat
memberdayakan keluarga melalui penerapan ilmu dan teknologi dalam bidang
wirausaha, pendidikan dan keterampilan, program keluarga berencana dan kesehatan,
serta pembinaan lingkungan untuk membangun keluarga yang mandiri, bahagia dan
sejahtera.
Penulis berkesempatan untuk mendampingi keluarga Bapak Ranggia. Terdapat
beberapa permasalahan yang dapat penulis identifikasi dalam keluarga ini yaitu masalah
perekonomian, masalah kesehatan, dan masalah tata ruang bangunan. Pada masalah
ekonomi keluarga Pak Ranggia dapat dikatakan termasuk keluarga dengan ekonomi
rendah. Dalam hal ini penulis memberikan saran dengan menyarankan mencari
pendapatan tambahan yang tidak terlalu berat mengingat usia Pak Ranggia da Ibu
Gingin yang sudah usia lanjut serta cucu mereka yang masih kecil. Saran yang penulis
berikan adalah berjualan kue dan membuat kerajinan sokasi. Penulis juga melakukan
usaha mencarikan keluarga asuh untuk membantu perekonomian keluarga Pak Ranggia
terutama dalam hal pendidikan.
Pada masalah kesehatan, permasalahan utama keluarga ini adalah kebersihan yang
sangat kurang, keterbatasan perekonomian dan kurangnya asuhan dari keluarga turut
menjadi faktor kurangnya kebersihan di keluarga Pak Ranggia. Dalam hal ini penulis
melakukan pendekatan secara personal kepada cucu-cucu Pak Ranggia agar penulis
dapat menanamkan pentingnya kesehatan dan agar mereka dapat menerapkan pola
hidup bersih. Penulis juga memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan
tubuh dan lingkungan. Masalah kesehatan lain yang dapat penulis identifikasi adalah
Pak Ranggia yang memiliki keluhan nyeri pinggang yang membuat pekerjaan yang ia
mendapatkan pertolongan tenaga kesehatan serta memberikan edukasi tentang penyakit
yang ia alami. Untuk hal jaminan kesehatan, penulis juga mencoba mencari info tentang
pengadaan kartu BPJS Penerima Bantuan Iuran untuk keluarga tidak mampu serta
berdiskusi dengan perangkat desa untuk pengadaannya. Diharapkan desa juga dapat
turut membantu pelaksanaan kartu jaminan tersebut.
Pada masalah tata ruang bangunan, permasalahan terletak di kurangnya
kebersihan, penerangan serta tidak adanya kamar mandi dan jamban keluarga. Dalam
hal ini penulis mencoba memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal, memberikan edukasi tentang lampu hemat energi dan
memberikan contohnya serta memberikan edukasi tentang pentingnya memiliki jamban
keluarga.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan berbagai permasalahan yang dijumpai penulis dalam keluarga yang
didampingi, yaitu keluarga Bapak Ranggia, maka rekomendasi yang dapat penulis
berikan, antara lain :
Diharapkan agar keluarga Pak Ranggia mencari pendapatan sampingan yang dapat dikerjakan oleh Ibu Gingin dan cucu dirumah. Sehingga dapat menambah
penghasilan keluarga serta ketiga cucunya juga bisa mendapatkan pengasuhan yang
cukup.
Keluarga Pak Ranggia diharapkan dapat menerapkan pola hidup bersih yang penulis coba tanamkan di keluarganya sehingga mencegah terjadinya penyakit di keluarga
Pak Ranggia dari hal-hal yang sederhana.
Keluarga Bapak Ranggia juga diharapkan mampu mengaplikasikan saran dan solusi yang coba penulis berikan untuk permasalahan dalam keluarganya.
Untuk perangkat desa, diharapkan keluarga Pak Ranggia bisa mendapatkan perhatian lebih dan bantuan dalam hal administrasi seperti bantuan mengurus jaminan
LAMPIRAN FOTO KELUARGA DAMPINGAN
Foto Penulis bersama Keluarga Bapak Ranggia
Penulis mengajarkan pelajaran sekolah Penulis membantu keseharian KD
Foto kediaman keluarga dampingan Foto pondokan keluarga dampingan
Foto pondokan keluarga dampingan Foto dapur keluarga dampingan
Foto tempat tidur keluarga dampingan Foto tempat tidur keluarga dampingan