Universitas Kristen Maranatha ix
STUDI PERBANDINGAN ANALISIS PELAT
KONVENSIONAL DAN PELAT PRACETAK
Rd. Roro Galuh S. G. NRP : 0821012
Pembimbing: Winarni Hadipratomo, Ir.
ABSTRAK
Pelat merupakan komponen dalam bangunan yang dibuat untuk menerima beban mati (DL dan SDL) dan beban hidup (LL). Dalam pembuatannya, pelat terus dikembangkan. Mulai dari bahan kayu yang masih dipergunakan sampai sekarang, sampai ke pelat pracetak. Pelat pracetak diciptakan untuk memudahkan pengerjaan pengadaan pelat pada bangunan. Namun demikian, pelat konvensional pun masih eksis digunakan sampai sekarang.
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi dari suatu pelat konvensional dan pelat pracetak. Pelat konvensional didesain dengan ukuran, mutu beton, dan pembebanan yang sama dengan pelat pracetak.
Momen lentur pelat konvensional lebih besar, begitu juga dengan lendutan pelat konvensional lebih besar dibandingkan dengan pelat pracetak. Lendutan pada pelat pracetak tidak memenuhi ijin lendutan bersih, dimungkinkan karena program yang digunakan tidak mendefinisikan tendon monolit dengan pelat. Untuk perbandingan harga, pelat pracetak lebih murah dari pelat konvensional.
Universitas Kristen Maranatha x
COMPARATIVE STUDY OF ANALYSIS OF
CONVENTIONAL AND PRECAST SLAB
Rd. Roro Galuh S. G. NRP: 0821012
Advisor: Winarni Hadipratomo, Ir.
ABSTRACT
Slab is a building component created to receive dead loads (DL and SDL) and live load (LL). In the mean time, slabs continues to be developed, starting from wooden planks still available recently, to precast slabs. Precast slab was created to facilitate the procurement of concrete slab on site. However, conventional slabs still exist nowadays.
The purpose of this thesis is to analyze and compare the efficiency of conventional and precast slab. The conventional slab was design referring the precast, by means of same size, same concrete quality, and same loading as well.
Flexural moments on conventional slab is more than that of the precast slab, as well deflection of conventional slab is greater. Deflection of the precast slab do not meet allowed precast of deflection net, made possible because the program used does not define a monolithic slab-tendon. For price comparisons, precast slab is cheaper than the conventional slab.
Universitas Kristen Maranatha xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Pernyataan Orisinalitas Laporan Tugas Akhir ... iii
Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... iv
Surat Keterangan Tugas Akhir ... v
Surat Keterangan Selesai Tugas Akhir ... vi
Kata Pengantar ... vii
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 2
1.4 Sistematika Penelitian ... 2
1.4 Lisensi Perangkat Lunak ... 3
BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 4
2.1 Beton ... 4
2.2 Pelat ... 4
2.2.1 Pelat Konvensional... 5
2.2.2 Pelat Pracetak ... 5
2.3 Perbandingan Keuntungan dan Kerugian Pelat Konvensional dan Pelat Pracetak ... 6
2.4 Metode Perhitungan ... 10
2.4.1 Metode Perhitungan Pelat Konvensional ... 11
2.4.2 Metode Perhitungan Pelat Pracetak ... 14
2.5 Pemasangan ... 16
2.5.1 Pemasangan Pelat Konvensional... 16
2.5.2 Pemasangan Pelat Pracetak ... 17
BAB III PEMODELAN, DATA BEBAN DAN DESAIN AWAL ... 20
3.1 Pemodelan Struktur bangunan ... 20
3.2 Data Pembebanan ... 21
3.3 Desain Awal Pelat Konvensional ... 22
3.4.1 Desain Awal Balok ... 22
3.4.2Desain Awal Pelat ... 23
3.4.3Desain Awal Kolom ... 25
3.4 Desain Pelat Pracetak ... 26
3.5.1Desain Awal Balok ... 26
Universitas Kristen Maranatha xii
3.5.3Desain Awal Kolom ... 27
3.5 Pemodelan dan Input Struktur Bangunan pada ETABS Nonlinier v 9.5 ... 28
3.6 Perencanaan pada Pelat Konvensional (Pelat Satu Arah) ... 41
3.6.1Perencanaan Pelat Lantai ... 41
3.6.2Perencanaan Pelat Atap ... 42
3.7 Perencanaan Pelat pada Pelat Pracetak ... 44
3.7.1Perencanaan Pelat Lantai ... 44
3.7.2Perencanaan Pelat Atap ... 46
BAB IV PEMBAHASAN ... 48
4.1 Perbandingan Hasil Analisis SAP2000 v15.0.0 ... 48
4.1.1Momen ... 48
4.1.2Lendutan ... 50
4.2 Analisis Biaya ... 52
4.2.1Pelat Konvensional (Satu Arah) ... 52
4.2.2Pelat Pracetak ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
Universitas Kristen Maranatha xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemantauan Produksi secara Komputerisasi ... 8
Gambar 2.2 Pelat Pracetak ... 8
Gambar 2.3 Test Beban di Puslitbang ... 9
Gambar 2.4 Proses Pemasangan ... 9
Gambar 2.5 Permukaan Bawah Pelat Pracetak sebagai Beton Exposed ... 10
Gambar 2.6 Pelat Konvensional Monolit dengan Balok Penumpu... 10
Gambar 2.7 Rancangan Pelat Satu Arah ... 11
Gambar 2.8 Prinsip Kondisi Batas Layan Tegangan pada Elemen Prategang .. 14
Gambar 2.9 Pemasangan dengan Tower Crane ... 17
Gambar 2.10 Pemasangan dengan Mobile Crane ... 17
Gambar 2.11 Pemasangan dengan Hoist ... 18
Gambar 2.12 Perletakan pada Balok Baja... 18
Gambar 2.13 Perletakan pada Balok Beton ... 18
Gambar 2.14 Perletakan pada Bekisting Balok Beton ... 19
Gambar 3.1 Denah Struktur Pelat Satu Arah ... 21
Gambar 3.2 Denah Struktur Pelat Pracetak... 21
Gambar 3.3 Balok B1, B2 dan B3 pada Pelat Satu Arah ... 23
Gambar 3.4 Kolom K1 di Lt. 1 pada Pelat Satu Arah... 25
Gambar 3.5 Balok dan Pelat di sekeliling Kolom K2 Lt.2 pada Pelat Satu Arah. ... 25
Gambar 3.6 Balok dan Pelat di sekeliling Kolom K1 Lt.1 pada Pelat Satu Arah ... 26
Gambar 3.7 Balok B1, B2 dan B3 pada Pelat Pracetak ... 26
Gambar 3.8 Kolom K1 di Lt. 1 pada Pelat Pracetak ... 28
Gambar 3.9 Mendefinisikan Satuan Model Bangunan ... 29
Gambar 3.10 Mendefinisikan Model Grid Only ... 29
Gambar 3.11 Mendefinisikan Material ... 30
Gambar 3.12 Input Data - Data Material Beton ... 30
Gambar 3.13 Input Data - Data Material Tulangan ... 31
Gambar 3.14 Mendefinisikan Elemen Struktur ... 31
Gambar 3.15 Input Balok B1 (a) Rectangular Section (b) Reinforcement Data . 32 Gambar 3.16 Input Balok B2 (a) Rectangular Section (b) Reinforcement Data . 32 Gambar 3.17 Input Balok K1 (a) Rectangular Section (b) Reinforcement Data . 33 Gambar 3.18 Input Balok K2 (a) Rectangular Section (b) Reinforcement Data . 33 Gambar 3.19 Input Pelat Lantai (a) Pelat Keseluruhan (b) Tulangan Pelat ... 34
Gambar 3.20 Input Pelat Atap (a) Pelat Keseluruhan (b) Tulangan Pelat ... 34
Gambar 3.21 Input Jenis Beban ... 35
Gambar 3.22 Input Kombinasi Pembebanan(a) Combo 1 (b) Combo 2 ... 35
Gambar 3.23 Memilih Kombinasi Pembebanan ... 36
Gambar 3.24 Pemodelan Bangunan ... 36
Gambar 3.25 Penentuan Perletakan ... 37
Gambar 3.26 Pembebanan pada Pelat ... 37
Gambar 3.27 Menjalankan Analisis ... 38
Universitas Kristen Maranatha xiv
Gambar 3.29 Input Data-data Material Tendon ... 39
Gambar 3.30 Input Data-data Material Beton Pracetak ... 39
Gambar 3.31 Mendefinisikan Tendon... 39
Gambar 3.32 Input Data-data Tendon (a) wire d7 mm (b) 2 kali luas wire ... 40
Gambar 3.33 Pemodelan Tendon (a) keseluruhan (b) panel ... 40
Gambar 3.34 Pelat Satu Arah ... 41
Gambar 3.35 Momen M11 pada Pelat Lantai Konvensional ... 41
Gambar 3.36 Momen M11 pada Pelat Atap Konvensional ... 43
Gambar 3.37 Penulangan Pelat Pracetak ... 44
Gambar 3.38 Sistem Perletakan (a) sketsa (b) di lapangan ... 45
Gambar 3.39 Momen M11 pada Pelat Atap di Struktur yang Menggunakan Pelat Pracetak ... 46
Gambar 4.1 Mendefinisikan Analisis pada Pelat ... 48
Gambar 4.2 Momen M11 Pelat pada Struktur yang Menggunakan Pelat Konvensional (a) Lantai (b) Atap ... 49
Gambar 4.3 Momen M11 Pelat pada Struktur yang Menggunakan Pelat Pracetak (a) Lantai (b) Atap ... 50
Gambar 4.4 Deformasi pada Pelat Lantai Pracetak ... 51
Gambar 4.5 Deformasi pada Pelat Lantai Konvensional ... 52
Gambar 4.6 Memilih Tabel Data untuk Perhitungan pada Analisa Harga Pelat Konvensional (Pelat Satu Arah)...……….58
Gambar 4.7 Tabel Daftar Material berdasarkan Tipe Batang pada Struktur yang Menggunakan Pelat Konvensional ... 58
Gambar 4.8 Tabel Daftar Material berdasarkan Tipe Batang pada Struktur yang Menggunakan Pelat Pracetak ... 64
Gambar L2.1 Detail Penulangan Pelat Lantai pada Struktur Pelat Satu Arah ... 71
Gambar L2.2 Detail Penulangan Pelat Atap pada Struktur Pelat Satu Arah ... 72
Gambar L2.3 Detail Penulangan Pelat Atap pada Struktur Pelat Pracetak ... 73
Gambar L4.1 Pemodelan untuk Verifikasi... 81
Universitas Kristen Maranatha xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Ukuran dan Tipe Pelat Beton Pracetak ... 8
Tabel 2.2 Tebal Minimum Balok Non-Prategang atau Pelat Satu Arah bila Lendutan Tidak Dihitung [SNI, 2002] ... 11
Tabel 2.3 Nilai Rasio Minimum Luas Tulangan terhadap Luas Bruto Penampang Beton [SNI, 2002] ... 12
Tabel 2.4 Desain Tegangan pada Tendon ... 15
Tabel 3.1 Perhitungan Dimensi Awal Balok pada Pelat Satu Arah ... 23
Tabel 3.2 Perhitungan Dimensi Awal Balok pada Pelat Pracetak ... 27
Tabel 3.3 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai ... 42
Tabel 3.4 Perhitungan Penulangan Pelat Atap ... 44
Tabel 3.5 Perhitungan Penulangan Pelat Atap pada Struktur Pelat Pracetak ... 47
Tabel 4.1 Perbandingan Harga Pelat Konvensional dan Pelat Pracetak ... 66
Tabel L1.1 Tabel Daya Dukung Pelat HCS ... 69
Universitas Kristen Maranatha xvi
DAFTAR NOTASI
a Tinggi blok tegangan persegi ekuivalen, mm
Ag Luas bruto penampang, mm2
As Luas tulangan tarik, mm2
Ast Luas total tulangan longitudinal, mm2
b Lebar penampang, mm
B1 Balok 1
B2 Balok 2
d Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik, mm
dx Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik arah x, mm
dy Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik arah y, mm
DL Beban mati, kg/m2
Ec Modulus elastisitas beton, N/mm2
Es Modulus elastisitas baja, N/mm2
fc’ Mutu beton pada kondisi layan atau beban kerja, N/mm2
fy Mutu tulangan baja, N/mm2
fys Kuat tegangan leleh baja, N/mm2
h Tinggi penampang, mm
ht Tebal minimum pelat, mm
jd Lengan momen, mm
L Panjang bentang pelat, mm
LL Beban hidup, kg/m2
Universitas Kristen Maranatha xvii
Lx Bentang terpendek yang ditinjau, mm
Ly Bentang terpanjang yang ditinjau, mm
Mn Kapasitas momen nominal, N-mm
Mu Momen terfaktor desain, N-mm
Pn Kuat beban aksial, N
qu Beban ultimate, N/m2
SDL Beban mati tambahan, kg/m2
tpatap Tebal pelat atap, mm
U Faktor pembebanan
V Volume pelat, m3
Wbalok Berat beban balok, kg
WDL Berat beban mati, kg
Wkolom Berat beban kolom, kg
WLL Berat beban hidup, kg
WME Beban mekanikal dan elektrikal, kg
Wpelat Berat beban pelat lantai, kg
Wplafond Berat plafon, kg
Wwaterproof Berat waterproof, kg
Xx Koefisien momen arah x
Xy Koefisien momen arah y
β Rasio bentang bersih panjang terhadap bentang bersih pendek
c Berat volume beton, kN/m3
Rasio penulangan
Universitas Kristen Maranatha xviii
min Rasio minimum luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton
Universitas Kristen Maranatha xix
DAFTAR LAMPIRAN
L.1 Tabel Pendukung Perhitungan Penulangan 69
L.2 Gambar Detail 71
L.3 Desain Awal Struktur 74
v
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR
Sesuai dengan persetujuan dari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Kristen Maranatha, melalui surat No. 1266/TA/FTS/UKM/VIII/2011
tanggal 11 Agustus 2011, dengan ini saya selaku Pembimbing Tugas Akhir
memberikan tugas kepada:
Nama : Rd. Roro Galuh S. G.
NRP : 0821012
untuk membuat Tugas Akhir bidang Struktur dengan judul:
ANALISIS PERBANDINGAN DAN DESAIN PELAT KONVENSIONAL DENGAN
PELAT PRA CETAK
Pokok pembahasan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Literatur
3. Pemodelan, Data Beban dan Desain Awal
4. Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Hal-hal lain yang dianggap perlu dapat disertakan untuk melengkapi penulisan
Tugas Akhir ini.
Bandung, 11 Agustus 2011
Winarni Hadipratomo, Ir.
vi
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir dari
mahasiswa:
Nama : Rd. Roro Galuh S. G.
NRP : 0821012
Menyatakan bahwa Tugas Akhir dari mahasiswa tersebut diatas dengan judul:
ANALISIS PERBANDINGAN DAN DESAIN PELAT KONVENSIONAL DENGAN
PELAT PRA CETAK
dinyatakan selesai dan dapat diajukan pada Ujian Sidang Tugas Akhir (USTA).
Bandung, 4 Agustus2012
Winarni Hadipratomo, Ir.
LAMPIRAN I
TABEL PENDUKUNG PERHITUNGAN PELAT
L1.1 Tabel Daya Dukung Pelat HCS
Untuk menentukan pelat HCS yang akan digunakan pada struktur yang dirancang, seluruh beban yang bekerja pada pelat diakumulasi. Kemudian dapat ditentukan tipe pelat dari tabel berikut:
L1.2 Tabel Luas Tulangan Berulir
Dalam menentukan luas tulangan yang digunakan pada suatu pelat, dipakai tabel luas tulangan sebagai berikut:
LAMPIRAN II
GAMBAR DETAIL
L2.1 Detail Penulangan Pelat Lantai pada Pelat Satu Arah
Penulangan pelat lantai pada pelat satu arah memakai tulangan D10–75 untuk daerah lapangan, D10-75 untuk tumpuan interior, D10-255 untuk daerah tumpuan exterior dan tulangan pembagi. Detail penulangan adalah sebagai berikut:
(a) (b)
L2.2 Detail Penulangan Pelat Atap pada Pelat Satu Arah
Penulangan pelat atap pada pelat satu arah memakai tulangan D10–195 untuk daerah lapangan, D10-220 untuk tumpuan interior, D10-255 untuk daerah tumpuan exterior dan tulangan pembagi. Detail penulangan adalah sebagai berikut:
(a) (b)
L2.3 Detail Penulangan Pelat Atap pada Pelat Pracetak
Penulangan pelat atap pada struktur yang memakai pelat pracetak memakai tulangan D10–195 untuk daerah lapangan, D10-210 untuk tumpuan interior, D10-255 untuk daerah tumpuan exterior dan tulangan pembagi. Detail penulangan adalah sebagai berikut:
(a) (b)
74 Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN III
DESAIN AWAL STRUKTUR
L3.1 Desain Awal Pelat Konvensional
Desain awal dalam Tugas Akhir ini menggunakan perangkat lunak SAP2000 v.10. Dalam melakukan analisis digunakan Metode Kekuatan Batas (Strength Design Method), dimana pada metode ini beban adalah beban terfaktor yaitu beban kerja dikalikan berat jenis (γ) yang tergantung pada jenis beban. Sedangkan kuat nominal yang dihitung dikalikan faktor reduksi ( ) yang tergantung pada jenis gaya dalam. Disini faktor beban dan faktor reduksi merupakan faktor keamanan.
L3.1.1 Desain Awal Balok
Desain awal balok dalam Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan ukuran balok sebelum dianalisis menggunakan program SAP2000 v.10. Desain awal balok ini juga mengacu kepada Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (lihat tabel 2.2).
Oleh karena komponen struktur pada gambar denah pelat, balok dan kolom Tugas Akhir ini dianggap pada dua tumpuan, maka syarat tebal minimum balok, h adalah L/16.
Berdasarkan gambar denah pelat, balok dan kolom seperti pada Gambar 3.3, dilakukan desain awal balok sebagai berikut:
1. Balok B1 adalah semua balok induk arah X, dengan panjang bentang
75 Universitas Kristen Maranatha Dipilih ukuran balok: b = 400 mm
h = 600 mm
2. Balok B2 adalah semua balok induk arah Y, dengan panjang bentang
L = 8000 mm
3. Balok B3 adalah semua balok anak arah Y, dengan panjang bentang
L = 8000 mm
L3.1.2 Desain Awal Kolom
A. Pembebanan pada kolom lantai 2
76 Universitas Kristen Maranatha = (8 x 8) x 2400 x 0,17
= 26112 kg
WME = beban mekanikal dan elektrikal = A x berat ME
Total beban mati pada lantai 2 adalah:
WDL2 = Wbalok + Wpelat + Wplafon + WME + WWaterproof dianggap sama dengan beban bangunan yang berfungsi sebagai lantai dan rumah tinggal sederhana, yaitu sebesar 125 kg/m2
Maka beban yang terjadi pada kolom lantai 2 seluruhnya dapat dihitung dengan kombinasi pembebanan, sehingga beban pada kolom lantai 2 adalah:
W2 = 1,2 WDL2 + 1,6 WLL2 = 1,2.( 41000) + 1,6.( 8000) = 62000 kg
= 620000 N
Perencanaan ukuran kolom [SNI, 2002] dihitung sebagai berikut:
77 Universitas Kristen Maranatha Dimana :
Ag : Luas Penampang Kolom
Ast : 1,5% x Ag
Pn max : Kuat beban aksial maksimum
Pn(max)= 0,8 [0,85 fc’ ( Ag–Ast ) + fyx Ast]
B. Pembebanan pada kolom lantai 1 Perhitungan beban mati :
78 Universitas Kristen Maranatha
Total beban mati pada lantai 1 adalah:
WDL1 = Wbalok+ Wpelat+ Wkolom + Wplafon+ Wfinishing + WME+ WDL2 = 10368 + 26112 + 864 + 1152 + 5568 + 1600 + 41000
= 84752 kg ≈ 5 kg
WLL1 = 1000 kg/m2 x (8 x 8) = 64000 kg
Nilai beban hidup [PPI, 1983] dimana bangunan berfungsi sebagai gudang mempunyai nilai beban hidup sebesar 1000 kg/m2 dengan nilai beban minimum untuk gudang adalah sebesar 400 kg/m2.
Sehingga beban pada kolom lantai 1 ini adalah:
79 Universitas Kristen Maranatha L3.1.3 Desain Pelat Pracetak
3.5.1 Desain Awal Balok
Dengan bangunan sama, akan didesain memakai pelat pracetak dengan modul kolom sama dengan desain yang di depan. Dengan demikian dipilih pelat pracetak bentang 4 m.
Berdasarkan gambar denah pelat, balok dan kolom seperti pada Gambar 3.7, maka dilakukan desain awal balok dengan cara perhitungan yang sama pada desain balok di atas, balok induk dan balok anak yang digunakan dihitung dan ditabelkan dengan Tabel 3.2.
1. Balok B1 adalah semua balok induk arah X, dengan panjang bentang
L = 8000 mm
2. Balok B2 adalah semua balok induk arah Y, dengan panjang bentang
L = 8000 mm
3. Balok B3 adalah semua balok anak arah Y, dengan panjang bentang
L = 8000 mm
h≥ =
80 Universitas Kristen Maranatha
A. Pembebanan pada kolom lantai 2
Dengan cara perhitungan yang sama dengan desain kolom di atas, didapat luas penampang kolom yang dibutuhkan yaitu:
Ag = 0,0487 Pn Max B. Pembebanan pada kolom lantai 1
Dengan cara perhitungan yang sama dengan desain kolom di atas, didapat luas penampang kolom yang dibutuhkan yaitu:
Ag = 0,0487 Pn Max
81 Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN IV
VERIFIKASI
Untuk verifikasi, dilakukan pemodelan sederhana pada program SAP2000 v15.0.0 Ultimate dengan pemodelan seperti pada Gambar L4.1 berikut:
Gambar L4.1 Pemodelan untuk Verifikasi
Data-data struktur seperti material, ukuran elemen struktur dan pembebanan disamakan dengan pemodelan pada BAB III. Dilakukan verifikasi momen pada lapangan dengan perhitungan sebagai berikut:
Beban yang bekerja pada pelat lantai dihitung sebagai berikut: 1. Beban Mati (DL)
Berat sendiri pelat (t = 170 mm) = 0,170 x 2400= 408 kg/m2 Beban finishing yang diperhitungkan terdiri dari:
Beban waterproof = 5 kg/m2
Beban plafond dan penggantung = 18 kg/m2 Beban mekanikal dan elektrikal = 25 kg/m2 +
DL = 456 kg/m2 2. Beban Hidup (LL)
82 Universitas Kristen Maranatha Dengan demikian beban terfaktor yang bekerja pada pelat yang diperhitungkan berdasarkan kombinasi [SNI, 2002] adalah sebagai berikut: qu = 1,2 DL + 1,6LL
= 1,2 (456) + 1,6 (125) = 747,2 kg/m2
= 7,472 kN/m2
Ly = 7700 mm
Lx = 3600 mm
= 77
3 = 2,13 > 2
Maka pelat tersebut merupakan pelat 1 arah. Tentukan momen lentur terfaktor [SNI, 2002]:
Mu lapangan = . qu.L2 = -
.
7,472.(3,6)2 = 6,052 kNm/mHasil output SAP seperti pada Gambar L4.2 adalah 6,156 kNm/m Selisih = 0,104 kNm/m atau dalam persentase yaitu 1,69 %
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan material yang sering digunakan dalam pembangunan. Semua komponen dalam suatu bangunan dapat dibuat dari beton, mulai dari pondasi sampai atap. Karena sifatnya yang dapat di desain sesuai keinginan (bentuk dan mutu dapat disesuaikan), penggunaan beton mayoritas digunakan dalam pembangunan infrastrukur.
Di era yang semakin maju ini, banyak inovasi-inovasi yang dilakukan. Dalam hal beton, inovasi pun banyak dilakukan. Mulai dari peningkatan mutu beton, pembuatan beton prategang, sampai pembuatan beton pracetak.
Pelat merupakan komponen dalam bangunan yang menjadi pengaku bangunan dan dibuat untuk menerima beban mati (DL dan SDL) dan beban hidup (LL). Dalam pembuatannya, pelat terus dikembangkan. Mulai dari bahan kayu yang masih dipergunakan sampai sekarang, sampai ke pelat pracetak. Pelat pracetak diciptakan untuk memudahkan pengerjaan pengadaan pelat pada bangunan. Namun demikian, pelat konvensional masih eksis digunakan sampai sekarang.
Pada tugas akhir ini akan dilakukan análisis perbandingan antara pelat konvensional dengan pelat pracetak dan desain pelat konvensional yang akan dibandingkan dengan pelat pr acetak yang telah dibuat di pabrik.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembahasan penelitian dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mendesain pelat konvensional dengan mengacu pada pelat pracetak, yaitu dengan mutu beton yang sama.
2 Universitas Kristen Maranatha 1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:
1. Analisis terhadap perbandingan antara pelat konvensional dan pelat pracetak. 2. Pelat pracetak yang digunakan adalah jenis HCS (Hollow Core Slab) dari BEP
(Beton Elemindo Perkasa) tanpa topping (non screading). 3. Jenis beban yang bekerja pada model struktur tersebut adalah:
a. Beban mati (DL), yaitu beban mati akibat berat sendiri.
b. Beban mati tambahan (SDL), yaitu beban mati tambahan yang bukan berat sendiri.
c. Beban hidup (LL)
4. Beban hidup yang bekerja pada pelat lantai adalah 1000 kg/m2 dan pada pelat atap beton adalah 125 kg/m2.
5. Fungsi bangunan sebagai gudang. 6. Bangunan 2 lantai.
7. Mutu beton untuk desain pelat konvensional dan pelat pracetak yaitu fc’ = 40 MPa.
8. Program yang digunakan untuk menentukan gaya-gaya dalam struktur yang akan dibahas adalah SAP2000 v.10.
1.4 Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur, berisi Beton, Pelat, Perbandingan Keuntungan dan Kerugian Pelat Konvensional dan Pelat Pracetak, Metode Perhitungan Pelat Konvensial, Pemasangan.
BAB III Pemodelan, Data Beban dan Desain Awal, berisi Pemodelan Struktur Bangunan, Data Pembebanan, Desain Awal Pelat Konvensional, Desain Pelat Pracetak, Pemodelan dan Input Struktur Bangunan pada SAP2000 v.10.
3 Universitas Kristen Maranatha BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi Kesimpulan dan Saran hasil dari penelitian/ penulisan Tugas Akhir.
1.5 Lisensi Perangkat Lunak (Jika ada)
67 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Momen yang bekerja pada pelat konvensional lebih besar dibandingkan dengan pelat pracetak. Begitu juga dengan lendutan yang terjadi pada pelat konvensional lebih besar dari pelat pracetak. Nilai momen dan lendutan adalah sebagai berikut:
Momen : pelat konvensional = 35,952 kN/m pelat pracetak = 29,971 kN/m Lendutan : pelat konvensional = 14,064 mm
pelat pracetak = 8,471 mm
Pada perhitungan lendutan, lendutan ijin bersih tidak memenuhi syarat ijin lendutan bersih, hal ini dimungkinkan karena pada program SAP2000, tendon dianalisis program dengan tidak monolit dengan pelat sehingga pengaruh tendon kurang besar dan lendutan yang didapat kurang akurat.
Dari perbandingan harga, pelat pracetak lebih murah dari pelat konvensional, perbedaan pada pelat lantai adalah Rp 368.436.134 atau dalam persentase yaitu 39,2 %. Sedangkan untuk struktur keseluruhan, perbedaan biaya yaitu Rp 211.618.548 atau dalam persentase yaitu 9,7 %.
5.2 Saran
68 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Standardisasi Nasional, 2002, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI 2847-2002), BSN, Bandung.
2. Departemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Indonesia, BSN, Bandung.
3. Beton Elemindo Perkasa.CD Produk Pelat Precast, BEP, Bandung.
4. Departemen Pekerjaan Umum, 1983, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, DPU, Bandung.
5. Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Standardisasi Harga Tertinggi Satuan Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, DPU, Bandung.
6. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, 2008, Analisa Harga Satuan Pekerjaan. DPU, Bandung.
7. Dipohusodo, I., 1999, Struktur Beton Bertulang, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
8. Elliot, Kim S., 2002, Precast Concrete Structure, Butterworth-Heinemann, Woburn.
9. Evrianto, Wulfram I., 2006, Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta.