5. PENGUJIAN SISTEM
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian sistem pada security surveillance system. Pengujian sistem pada security surveillance system membutuhkan dua buah handphone yang mendukung teknologi MMS. Selain itu, untuk handphone yang digunakan sebagai pengirim pesan MMS harus dapat digunakan sebagai modem supaya handphone yang digunakan untuk mengirim MMS tersebut dapat mengadakan koneksi GPRS.
5.1. Spesifikasi yang Digunakan untuk Pengujian Sistem
Pengujian sistem pada security surveillance system menggunakan sebuah webcam dan dua buah jenis handphone yaitu Nokia 3660 dan Samsung SGHX100. Handphone Nokia 3660 digunakan untuk mengirimkan MMS sedangkan handphone Samsung SGHX100 digunakan sebagai penerima MMS.
Untuk melakukan proses monitoring, webcam yang digunakan adalah Philips PCVC730K ToUcam Fun yang mempunyai spesifikasi :
Sensor : CMOS
Pixels : 640 (H) x 480 (V)
Still image resolution : 800 (H) x 600 (V) Illumination : < 5 lux
Integrated lens : F2.0
Frames/second (fps) : up to 30
Adapun spesifikasi notebook yang digunakan adalah sebagai berikut : Intel Centrino 1,4 GHz dengan memory 256MB
Integrated infrared device
Borland Jbuilder9 Personal Edition Visual Basic 6
VideoOCX
Sedangkan kartu seluler yang dipakai adalah Indosat-M3 (2 buah) dan Simpati, jadi pengujian sistem dilakukan menggunakan ketiga buah kartu seluler
76
menurut kartu selular yang digunakan : Pengirim : IM3 (1) >< Penerima : IM3 (2) Pengirim : IM3 >< Penerima : Simpati Pengirim : IM3 >< Penerima : E-mail Pengirim : Simpati >< Penerima : IM3 Pengirim : Simpati >< Penerima : E-mail
Pada setiap variasi, akan dilakukan lima kali pengujian.
5.2. Kriteria Pengujian Sistem
Pengujian pada security surveillance system meliputi pengujian pada program motion detection dan program pengiriman MMS. Pada program motion detection akan dilakukan pengujian untuk proses motion detection dan control program sedangkan pada program pengiriman MMS akan dilakukan pengujian untuk proses pengiriman MMS.
5.3. Pengujian Sistem pada Security Surveillance System
Setelah program motion detection dijalankan, yang dilakukan pertama kali adalah melakukan setting konfigurasi pada menu configuration. Pada menu configuration, user dapat mengubah nilai threshold sesuai dengan yang diinginkan. Tampilan menu configuration yang dipakai untuk pengujian program dapat dilihat pada Gambar 5.1. berikut :
78
Gambar 5.1. Tampilan Menu Konfigurasi
Setelah melakukan setting konfigurasi pada menu configuration, selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pengiriman MMS pada menu MMS settings.
Tampilan menu MMS settings yang dipakai untuk pengujian program dapat dilihat pada Gambar 5.2. berikut :
:
Gambar 5.2. Tampilan Menu MMS Settings
Setelah melakukan konfigurasi maka selanjutnya adalah menjalankan program motion detection. Untuk menjalankan program motion detection maka menu yang dipilih adalah menu execute. Setelah tombol “start” ditekan maka webcam akan mulai melakukan proses monitoring. Tampilan proses monitoring oleh webcam dapat dilihat pada Gambar 5.3. berikut :
Gambar 5.3. proses monitoring yang dilakukan Webcam
Jika webcam mendeteksi adanya gerakan yang terjadi, webcam akan melakukan proses capture. Jumlah gambar yang disimpan jika ada gerakan yang terjadi dapat disesuaikan dengan keinginan user. Pada pengujian program ini jumlah gambar yang disimpan adalah lima (setiap dideteksi adanya gerakan maka gerakan tersebut disimpan menjadi 5 buah gambar). Kelima gambar tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.4. sampai 5.8. berikut :
80
Gambar 5.4. Gambar Pertama
Gambar 5.5. Gambar Kedua
Gambar 5.6. Gambar Ketiga
Gambar 5.7. Gambar Keempat
Gambar 5.8. Gambar Kelima
Setelah gambar motion detection akan
enjalankan program pengiriman MMS. Program pengiriman MMS akan ngirim
disimpan, maka program m
me kan gambar secara otomatis. Pada waktu program pengiriman MMS dijalankan maka webcam akan menunggu sampai proses pengiriman MMS selesai dan tidak melakukan proses capture walaupun terdeteksi adanya gerakan. Berhasil atau tidaknya suatu pengiriman MMS dapat diketahui dari log file yang ada pada program pengiriman MMS. Log file pada pengujian program dapat dilihat pada Gambar 5.9. berikut :
82
:
Gambar 5.9. Log File pengiriman MMS
Setelah mengirimkan MMS, maka program pengiriman MMS akan kembali ditutup, kemudian program motion detection menampilkan status pengiriman MMS. Status pengiriman MMS pada pengujian sistem dapat dilihat pada Gambar 5.10. berikut :
Gambar 5.10. Status Pengiriman MMS
Pada menu history dapat dilihat data tentang gambar yang dikirim, threshold, dan juga status, waktu dan tanggal pengiriman. Menu history pada pengujian sistem dapat dilihat pada Gambar 5.11. berikut :
84
Gambar 5.11. Menu History
Setelah semua proses pengiriman MMS selesai maka webcam akan kembali melakukan proses monitoring. Hasil pengiriman MMS pada pengujian sistem dapat dilihat pada Gambar 5.12. berikut :
Gambar 5.12.Hasil Pengiriman MMS
Secara keseluruhan, pengujian sistem pada security surveillance system dapat berjalan dengan cukup baik. Berdasarkan pengujian sistem, kualitas koneksi GPRS di Indonesia masih kurang baik, terutama jika melalui lintas operator.
Tabel untuk hasil pengujian sistem yang telah dilakukan pada security surveillance system dapat dilihat pada Tabel 5.1. berikut :
Tabel 5.1. Hasil Pengujian Sistem
Pengirim Penerima Hasil Pengujian Keterangan Nokia 3660
Kartu : IM3 (1)
Samsung SGHX100 Kartu : IM3 (2)
Dari 5 kali pengujian : 3 kali sukses, 2 kali gagal
2 kali gagal karena MMS Post timeout Nokia 3660
Kartu : IM3
Samsung SGHX100 Kartu : Simpati
Dari 5 kali pengujian : 5 kali gagal
2 kali gagal karena MMS Post timeout, 3 kali gagal karena HP penerima tidak bisa retrieve pesan MMS yang dikirim Nokia 3660
Kartu : IM3
Dinadan***@yahoo.com Dari 5 kali pengujian : 5 kali sukses
Nokia 3660 Kartu : Simpati
Samsung SGHX100 Kartu : IM3
Dari 5 kali pengujian : 5 kali gagal
5 kali gagal karena hubungan ke WAP gateway gagal
Nokia 3660 Kartu : Simpati
Dinadan***@yahoo.com Dari 5 kali pengujian : 5 kali gagal
Hubungan ke WAP gateway gagal
86
Security surveillance system dapat melaksanakan proses pengiriman MMS dengan cukup baik. Banyak pengujian yang berakhir gagal karena kualitas layanan MMS dan GPRS yang masih kurang reliable. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengirimkan MMS dari handphone ke handphone yang juga sering berakhir dengan kegagalan. Maka dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan MMS dan GPRS yang ada masih sangat kurang.
5.5 Hasil Pengujian Filesize
Pada pengujian filesize diuji hubungan antara besarnya data MMS yang dikirimkan dengan prosentase keberhasilan pengiriman MMS. Ada tiga buah variasi filesize yang dikirimkan yaitu :
Lebih kecil dari 10 KB Antara 10KB –20KB Lebih besar dari 20KB
Tabel untuk hasil pengujian filesize dapat dilihat pada Tabel 5.2. berikut :
Tabel 5.2. Hasil Pengujian Filesize
Filesize Jumlah pengujian Hasil % keberhasilan
< 10 KB 10 kali 8 kali berhasil 80%
10 –20 KB 10 kali 3 kali berhasil 30%
> 20 KB 10 kali 1 kali berhasil 10%
Hasil pengujian filesize membuktikan bahwa jika filesize yang dikirim semakin kecil maka prosentase keberhasilan untuk mengirimkan pesan MMS semakin besar.
5.5 Hasil Pengujian Motion Detection
Pengujian motion detection dilakukan untuk mengetahui kemampuan webcam untuk melakukan pengenalan motion detection. Pada uji coba ini digunakan threshold 15 dan 25. hasil pengujian motion detection dapat dilihat pada Tabel 5.3. berikut :
Kecepatan Threshold Jumlah Pengujian Hasil
0.5 meter / detik 25 10 10 kali berhasil
1 meter / detik 25 10 8 kali berhasil
2 meter / detik 25 10 0 kali berhasil
0.5 meter / detik 15 10 10 kali berhasil
1 meter / detik 15 10 10 kali berhasil
2 meter / detik 15 10 4 kali berhasil
Dari hasil pengujian motion detection, semakin cepat suatu gerakan maka akan sulit terdeteksi oleh program motion detection. Jika nilai threshold diturunkan kemungkinan program motion detection untuk mendeteksi adanya gerakan yang cepat semakin besar.
Berdasarkan hasil pengujian sistem maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan spesifikasi yang ada, security surveillance system ini telah dapat berjalan dengan baik. Rendahnya prosentase keberhasilan pengiriman MMS disebabkan karena rendahnya kualitas layanan MMS dari operator GSM di Indonesia.