• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA ACUAN PROGRAM NAMA PROGRAM. Pelatihan Jarak Jauh Pengawasan Transnational Organized Crimes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA ACUAN PROGRAM NAMA PROGRAM. Pelatihan Jarak Jauh Pengawasan Transnational Organized Crimes"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERANGKA ACUAN PROGRAM NAMA PROGRAM

Pelatihan Jarak Jauh Pengawasan Transnational Organized Crimes

D E S K R I P S I P R O G R A M TUJUAN PROGRAM

Membentuk para pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk dapat memahami tugas pengawasan kepabeanan dan cukai dan meningkatkan kewaspadaan terkait kejahatan lintas negara (Transnational Organized Crimes/TOC)

KEBUTUHAN STRATEGIS UNIT PENGGUNA YANG AKAN DICAPAI

Tersedianya SDM yang dapat memahami tugas pengawasan kepabeanan dan cukai terkait kejahatan lintas negara (Transnational Organized Crimes/TOC)

SASARAN (TARGET LEARNERS)

Pegawai Bea dan Cukai di unit pengawasan dan unit Pelayanan yang bertugas di Frontliner (Bandara Internasional, Pelabuhan Internasional dan Pos Lintas Batas Negara)

MODEL PEMBELAJARAN

TATAP MUKA (TM) NON TATAP MUKA (NTM) E-learning

Bimbingan di tempat Kerja Pelatihan jarak jauh Magang

Lainnya………..

STANDAR KOMPETENSI Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:

a. Menjelaskan gambaran umum transnational organized crimes

b. Menjelaskan teknik pengawasan penyelundupan narkotika, psikotropika dan prekursor (NPP) c. Menjelaskan teknik pengawasan barang impor/ekspor serta kepekaan/kesadaran (awareness)

terhadap barang impor/ekspor yang terindikasi melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI) d. Menjelaskan teknik pengawasan barang terkait terorisme

e. Menjelaskan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang terkait dengan pelanggaran dan tindak pidana kepabeanan dan cukai

f. Melaksanakan passenger control

(2)

2

g. Menjelaskan pengawasan terhadap tumbuhan dan satwa liar (TSL) yang ditetapkan dalam convention on international trade in endangered species of wild fauna and flora (cites) dan benda cagar budaya dalam kaitanya dengan Transnational Organized Crimes

h. Menjelaskan keterkaitan antara kejahatan lintas negara yang satu dengan kejahatan lintas negara lainnya

KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pelatihan ini siswa mampu:

a. Menjelaskan gambaran umum Transnational Organized Crimes (TOC) 1) Menjelaskan konsep dasar dan lanjutan TOC

2) Menjelaskan dasar hukum pengawasan TOC 3) Menjelaskan jenis-jenis TOC

4) Menjelaskan peranan dan tanggung jawab DJBC dalam penanganan TOC 5) Menjelaskan strategi penanganan TOC di DJBC

b. Menjelaskan teknik pengawasan penyelundupan narkotika, psikotropika dan prekursor (NPP) 1) Menjelaskan ketentuan dan tata laksana pengawasan terhadap NPP

2) Menjelaskan tren dan modus penyelundupan NPP

c. Menjelaskan teknik pengawasan barang impor/ekspor serta menumbuhkan kepekaan/kesadaran (awareness) terhadap barang impor/ekspor yang terindikasi melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI)

1) Menjelaskan latar belakang, definisi dan ruang lingkup HKI 2) Menjelaskan kewenangan DJBC terkait pelanggaran HKI

3) Menjelaskan SOP terkait penegakan HKI di DJBC (permohonan rekordasi, perpanjangan, penegahan, dst)

4) Menjelaskan aplikasi CEISA HKI

d. Menjelaskan teknik pengawasan barang terkait terorisme

1) Menjelaskan definisi, sejarah dan dasar hukum penanggulangan kejahatan terorisme 2) Menjelaskan masalah, isu terorisme dan kontra terorisme global dan regional

3) Menjelaskan kebijakan nasional penanggulangan terorisme

4) Menjelaskan peran DJBC dalam pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan terorisme 5) Menjelaskan identifikasi barang-barang terkait kejahatan terorisme CBRNE (Chemical,

Biological, Radioaktif, Nuclear, Explosive), SALW (Small Arm and Light Weapon), STCE (Strategic Trade Control Enforcement)

6) Menjelaskan mekanisme pengawasan barang strategis (STCE) dengan berfokus pada analisa impor ekspor komoditi berfungsi ganda (dual use goods) bahan peledak

7) Menjelaskan analisa data terkait indikasi perlintasan barang-barang terkait kejahatan terorisme e. Menjelaskan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang terkait dengan pelanggaran dan tindak

pidana kepabeanan dan cukai, (Cross Border Cash Carrying/Transportation) / CBCC dan Mutual Legal Assistance (MLA)

1) Menjelaskan definisi dan dasar hukum TPPU

2) Menjelaskan ruang lingkup dan modus operandi TPPU 3) Menjelaskan rezim anti TPPU dan instansi terkait 4) Menjelaskan kewenangan DJBC dalam TPPU

(3)

3 5) Menjelaskan Trade Based Money Laundring

6) Menjelaskan kebijakan internasional terkait pemberantasan TPPU

7) Menjelaskan pengawasan pembawaan uang tunai/instrumen pembayaran lainnya (Cross Border Cash Carrying/Transportation) / CBCC

8) Menjelaskan mekanisme Mutual Legal Assistance (MLA) f. Melaksanakan passenger control

1) Mempraktikan aplikasi Passanger Analysis Unit (PAU), Aplikasi Passanger Name Record Goverment (PNR Gov.), Aplikasi Passanger Risk Management (PRM)

2) Melaksanakan passanger targetting

3) Menjelaskan konsep analisis terhadap orang dan/atau penumpang

4) Menjelaskan konsep standardisasi pengawasan penumpang berbasis manajemen resiko

g. Menjelaskan pengawasan terhadap tumbuhan dan satwa liar (TSL) yang ditetapkan dalam convention on international trade in endangered species of wild fauna and flora (CITES) dan benda cagar budaya dalam kaitanya dengan transnational organized crimes

1) Menjelaskan ketentuan mengenai CITES dan benda cagar budaya

2) Menjelaskan teknik identifikasi TSL dalam CITES dan benda cagar budaya

3) Mengidentifikasi kerawanan dalam impor dan ekspor terhadap Benda Cagar Budaya

h. Menjelaskan Keterkaitan antara kejahatan lintas negara yang satu dengan kejahatan lintas negara lainnya (Wrap Up Materi)

1) Menjelaskan keterkaitan antara kejahatan lintas negara yang satu dengan kejahatan lintas negara lainnya

(4)

4

LAMA PELATIHAN EFEKTIF DAN DAFTAR MATA PELAJARAN

No Kegiatan Nama Mata Pelajaran

Jam Pelajaran Sekuen TM/ Sinkronus NTM/ Asinkronus Total 1 Mata Pelajaran

Pokok Gambaran Umum TOC 6 2 8 1

Teknik Pengawasan

Penyelundupan NPP 4 4 8 2

Teknik Pengawasan Barang Impor/Ekspor Yang

Terindikasi Melanggar HKI

6 2 8 3

Teknik Pengawasan Barang Terkait Terorisme (PGS, SALW, WMD, IED, STCE)

12 4 16 4

TPPU (CBCC, MLA) 6 2 8 5

2 Mata Pelajaran

Penunjang Lartas (CITES, Cagar Budaya) 6 2 8 6

PRM (Passanger Risk

Management) 6 2 8 7

Wrap Up TOC 6 2 8 8

TOTAL JP 52 20 72

JP Evaluasi Peserta (Ujian) Komprehensif 2

TOTAL JP KESELURUHAN 74

DILAKSANAKAN DALAM ± 10 hari

Keterangan:

1. 1 hari pelaksanaan sebanyak 8 JP

2. Dalam 1 hari dibagi menjadi 2 sesi pembelajaran (sesi satu ( pagi s.d siang) dan sesi dua (siang s.d sore), yang disesuaikan dengan pengemasan teknis penyampaian materi)

3. Dalam setiap sesi dilaksanakan dengan metode Non Tatap Muka (NTM)/asinkronus dan Tatap Muka (TM)/sinkronus.

4. Pada setiap sesi, urutan penyampaian materi dengan sinkronus dan asinkronus disepakati pada rapat persiapan dengan pengajar/pengampu tiap mata pelajaran.

5. Sinkronus dilakukan melalui media daring misalnya (namun tidak terbatas pada) video conference dengan menggunakan aplikasi meeting online atau media lain seperti live discussion/live chat, dll atau kombinasi dari beberapa media daring.

6. Pemberian penugasan dan/atau latihan baik berupa kuis atau-pun sejenisnya sebagai salah satu aktifitas peserta, dapat diberikan langsung oleh pengajar pada saat proses tatap muka

(5)

5

7. Sesi evaluasi peserta/ujian dilaksanakan pada hari terakhir pelatihan. Setelah semua materi tersampaikan kepada peserta.

8. Materi dalam bentuk modul pembelajaran/bentuk lainnya untuk kegiatan belajar mandiri/asinkronus, dibagikan kepada peserta/siswa minimal 1 hari sebelum mata pelajaran tersebut dibahas.

9. Pemberian materi kepada peserta dapat melalui berbagai media yang tersedia.

JENIS DAN JENJANG PROGRAM Desain Pembelajaran ini berjenjang lanjutan

PERSYARATAN PESERTA a. Pelaksana Pemeriksa dengan Pangkat golongan minimal II/d b. Diutamakan yang bertugas sebagai Intelijen Analis

c. Masa kerja minimal 5 Tahun di DJBC d. Sehat jasmani dan rohani;

e. Tidak sedang menjalani atau dalam proses penjatuhan hukuman disiplin; f. Tidak sedang mengikuti diklat lain;

g. Ditunjuk oleh Sekretaris DJBC.

KUALIFIKASI PENGAJAR Umum

a. Memiiki kemampuan dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada siswa. b. Mempunyai pengalaman mengajar / pernah menjadi instruktur.

Khusus

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung materi/mata pelajaran yang diajarkan/diampu.

b. Memiliki pengalaman kerja / pelatihan pada bidang terkait materi yang akan diajarkan.

c. Merupakan narasumber yang direkomendasikan oleh Pusdiklat Bea dan Cukai atau unit teknis terkait (DJBC).

d. Metode pengajaran dapat dilakukan menggunakan dengan metode (sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku):

1. Team Teaching 2. Sharing Jamlat, dan

3. Pengajar dapat didampingi oleh asisten pengajar

Referensi pengajar yang berasal dari eksternal untuk pelatihan ini (namun tidak terbatas): 1. Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT)

2. Detasemen Khusus (DENSUS)

3. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) 4. Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP)

(6)

6 BENTUK EVALUASI EVALUASI LEVEL 1 • Evaluasi Pengajar • Evaluasi Penyelenggaraan EVALUASI LEVEL 2

Evaluasi terhadap peserta

Evaluasi peserta dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Unsur-unsur yang dinilai

Segala kegiatan/aktifitas selama siswa/peserta diklat mengikuti pembelajaran akan dinilai oleh pengajar/instruktur/narasumber/pelatih/panitia penyelenggara/lainnya yang ditunjuk oleh Pusdiklat Bea dan Cukai, baik di kelas maupun di asrama. Hal ini akan mempengaruhi kelulusan siswa/peserta diklat. Adapun unsur kegiatan/aktifitas yang akan dinilai adalah:

a) Kegiatan dan aktifitas belajar mengajar di kelas atau-pun pada proses pembelajaran di luar kelas (baik melalui pembelajaran tatap muka maupun non tatap muka) akan dinilai oleh pengajar/instruktur/ narasumber/ widyaiswara/ pengajar lainnya yang ditunjuk oleh Pusdiklat Bea dan Cukai berikut hasil evaluasi (ujian) peserta pelatihan.

b) Presensi dan kegiatan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap tata tertib diklat, dan perilaku di asrama akan dinilai oleh pelatih/ petugas piket/ panitia penyelenggara.

2) Tujuan Penilaian

a) Mengukur tingkat kepatuhan dan kedisiplinan peserta pelatihan

b) Mengukur tingkat aktivitas peserta dalam penyelesaian tugas/ pada proses pembelajaran. c) Mengukur tingkat keberhasilan penyerapan materi pelajaran.

d) Mengukur tingkat kesiapan implementasi dalam dunia kerja.

e) Menentukan kelulusan peserta berdasarkan standar nilai yang berlaku. 3) Sistem Penilaian

Setiap penilaian mengacu ketentuan sebagai berikut : Mata Pelajaran yang diujikan :

No Mata Pelajaran JP Evaluasi Peserta

(Ujian) 1 Gambaran Umum TOC

2 JP 2 Teknik Pengawasan Penyelundupan NPP

3 Teknik Pengawasan Barang Impor/Ekspor Yang Terindikasi Melanggar HKI

4 Teknik Pengawasan Barang Terkait Terorisme (PGS, SALW, WMD, IED, STCE)

5 TPPU (CBCC, MLA)

6 Lartas (CITES, Cagar Budaya) 7 PRM (Passanger Risk Management) 8 Wrap Up TOC

Keterangan :

(7)

7 b. Nilai Patokan (NP)

Adapun NP masing-masing mata pelajaran adalah sebagai berikut :

MATA PELAJARAN NP

1 Gambaran Umum TOC 11

2 Teknik Pengawasan Penyelundupan NPP 11

3 Teknik Pengawasan Barang Impor/Ekspor Yang Terindikasi

Melanggar HKI 11

4 Teknik Pengawasan Barang Terkait Terorisme (PGS, SALW, WMD,

IED, STCE) 23

5 TPPU ( CBCC, MLA) 11

6 Lartas (CITES, Cagar Budaya) 11

7 PRM (Passanger Risk Management) 11

8 Wrap up TOC 11

c. Nilai Presentasi (NPR)

Nilai Presentasi (NPR) merupakan gabungan dari beberapa komponen penilaian.

NPR yang mata pelajarannya tidak diujikan/diujikan secara komprehensif (tidak per-mata pelajaran) tetapi memiliki nilai patokan/bobot, komponen Nilai Presentasinya yaitu:

1. Nilai kehadiran peserta pelatihan, yang diberi simbol “P”, diberi bobot 30% 2. Nilai aktivitas peserta, yang diberi simbol “Q”, diberi bobot 70%

Dengan demikian NPR dirumuskan menjadi:

Keterangan: 1. Nilai presensi

Peserta wajib menyelesaikan keseluruhan proses/rangkaian pelatihan jarak jauh (PJJ). Setiap proses/tahapan pembelajaran selama PJJ, diperhitungkan sebagai perolehan poin dalam pemberian nilai presensi/kehadiran serta jumlah jamlat yang diikuti oleh peserta. Apabila peserta tidak mengerjakan tahapan pada setiap mata pelajaran dalam pelatihan, maka jumlah jamlat yang diperoleh peserta untuk tiap mata pelajaran tersebut tidak diperhitungkan dan tidak mendapatkan penilaian.

2. Nilai Aktifitas

Pemberian nilai aktifitas didapat dari kegiatan dan aktifitas selama proses pembelajaran, baik melalui pembelajaran sesi sinkronus maupun sesi asinkronus/belajar mandiri (misalnya dari pengerjaan kuis, grup chating ataupun pembelajaran materi baik dalam bentuk materi video dan/atau bentuk lainnya) akan dinilai oleh widyaiswara, pengajar, instruktur, fasilitator, narasumber, pelatih, panitia penyelenggara, dan/atau pihak lainnya yang ditunjuk.

NPR = (P x 30) + (Q x 70) 100

(8)

8

d. Nilai Tertimbang (NT) setiap mata pelajaran diperoleh dengan menggunakan rumus:

NT = NPR x NP 100

e. Nilai Komprehensif (NK) merupakan nilai yang diperoleh dari hasil ujian peserta yang dikemas secara komprehensif dan individual.

f. Nilai Akhir (NA) diperoleh dari jumlah Nilai Tertimbang (∑NT), ditambahn degan Nilai Komprehensif (NK) dengan bobot masing-masing, sehingga dapat dirumuskan menjadi:

NA = (∑NT x 50) + ( NK x 50 ) 100 g. Syarat Kelulusan : NK ≥ 60 NA ≥ 65 EVALUASI LEVEL 3 - EVALUASI LEVEL 4 - FASILITAS Dalam pembelajaran

1. Komputer / laptop masing-masing siswa/peserta; 2. Jaringan internet;

3. Materi dalam bentuk modul / bahan ajar dan/atau bahan tayang; 4. Kuota internet peserta, pengajar dan penyelenggara; dan 5. Fasilitas lainnya sesuai keperluan dalam pelatihan ini.

(9)

9

6. Media Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat berupa namun tidak terbatas pada:  Kemenkeu Learning Center;

 Google Classroom;  Webex;  Microsoft Teams;  Zoom;  Google Drive;  Dropbox;  Google Docs;  Email;  Whatsapp;  Line;  Telegram;  Buku; dan / atau  CD/DVD.

Jakarta, 22 September 2020 Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik Harry Mulya

(10)

10 Lampiran

Rencana Rundown PJJ Pengawasan Transnational Organized Crimes dan Rincian Mata Pelajaran

Hari JP Tujuan Materi Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Mata Pelajaran Pokok

1 8 Menjelaskan gambaran umum Transnational Organized Crimes Gambaran umum Transnational Organized Crimes 1) Definisi Transnational Organized Crimes • Persepktif Sejarah Perkembangan TNOC di dunia • Perspektif Mekanisme kegiatan TNOC • Perspektif pendekatan filosofis TNOC • Hal-hal yang mempengaruhi TNOC • Ancaman yang dibuat oleh

aksi TNOC

• Dampak yang ditimbulkan oleh TNOC

• Laporan-laporan terkait TNOC di dunia dan Indonesia

• Siklus TNOC

2) Dasar hukum pengawasan TOC

• Perspektif DJBC ikut serta menangani TNOC

• Konvensi-konvensi internasional yang mengatur pengawasan TNOC

• Relevansi peraturan terkait kewenangan DJBC

3) Jenis-jenis TOC

• Perbedaan TNOC dan kejahatan lain yang identik • Aspek ilegal dan illicit • Karaketristik TNOC • Jenis-jenis TNOC • Jenis-jenis TNOC yang

diadopsi oleh DJBC 4) Peranan dan tanggung jawab

(11)

11

DJBC dalam penanganan TOC

• Fungsi DJBC dalam TNOC • Tantangan masa depan

Indonesia terkait TNOC • Tantangan DJBC ke depan

terkait narkotika, money laundering, terorisme, HKI, cites, dll

5) Strategi penanganan TOC di DJBC

• Big concept strategi pengawasan TNOC DJBC • Sistem milik DJBC dalam

hal pengawasan TNOC 2 8 Melaksanakan Teknik

Pengawasan Penyelundupan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor

Teknik Pengawasan Penyelundupan NPP

1) Ketentuan dan tata laksana pengawasan terhadap NPP • Kewenangan DJBC Dalam UU Narkotika No 35 Tahun 2009 • Pengertian dan Penggolongan Narotika Berdasarkan UU Narkotika No 35 Tahun 2009 • Jenis-jenis Narkotika Populer di Indonesia • Pengertian dan Penggolongan New Psychoactive Subtance (NPS) Menurut UNODC • Menjelaskan Pengertian dan Penggolongan Psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997 • Prekursor

2) Tren dan modus penyelundupan NPP • Jaringan perdagangan

internasional

• Jaringan perdagangan Nasional/lokal

• Profil Negara Produsen Narkotika • Modus Penyembunyian 3 8 Menjelaskan teknik pengawasan barang impor/ekspor serta Teknik Pengawasan Barang

1) Latar belakang, definisi dan ruang lingkup HKI

(12)

12 menumbuhkan

kepekaan/kesadaran

(awareness) terhadap barang impor/ekspor yang terindikasi melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI)

Impor/Ekspor yang Terindikasi Melanggar HKI

perlindungan HKI • Definisi dari HKI dan

masing- masing Objek HKI • Ruang lingkup HKI. Baik

secara umum maupun secara khusus (DJBC) • Dasar Hukum HKI secara

nasional maupun DJBC 2) Kewenangan DJBC terkait

pelanggaran HKI

• Kriteria kewenangan DJBC atas skema pengawasan HKI

• Perbedaan kewenangan penegakan HKI dengan Bea Cukai negara lain 3) SOP terkait penegakan HKI di

DJBC (permohonan rekordasi, perpanjangan, penegahan, dst) • Tatacara proses pengajuan rekordasi • Tatacara proses perpanjangan rekordasi • Tatacara penegahan

barang yang diduga melanggar HKI • Tatacara Penanguhan

sementara

• Tatacara perubahan data rekordasi

4) Aplikasi CEISA HKI • Fungsi Ceisa HKI • Ruang lingkup yang di

sajikan oleh Ceisa HKI • Kendala dan

pengembangan Ceisa HKI 4 & 5 16 Menjelaskan Teknik

Pengawasan Barang Terkait Terorisme Teknik Pengawasan Barang Terkait Terorisme (PGS, SALW, WMD, IED, STCE)

1) Definisi, sejarah dan dasar hukum penanggulangan kejahatan terorisme

• Mendefinisikan terorisme • Sejarah terorisme di dunia • Dasar hukum penanganan

terorisme

• Rancangan PMK tentang penindakan atas barang yang diduga terkait dengan tindakan terorisme

(13)

13

dan/atau kejahatan lintas negara

2) Masalah, isu terorisme dan kontra terorisme global dan regional./DENSUS)

• Trend global terorisme terkini

• Isu kontemporer terkait terorisme (narkoterorisme, media social, gender dan anak, kejahatan

transnasional) • Kontra terorisme • Proyeksi kejahatan

terorisme ke depan beserta penanganannya

3) Kebijakan nasional

penanggulangan terorisme (BNPT)

• Konsep kebijakan

keamanan nasional dalam penanganan terorisme • Peran TNI, Polri, dan

Intelijen dalam penanganan terorisme dalam perspektif keamanan nasional • Produk kebijakan

pemerintah Indonesia tentang terorisme sejak periode orde lama, orde baru dan terkini

4) Peran DJBC dalam pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan terorisme. BNPT/DENSUS) 5) Identifikasi barang-barang

terkait kejahatan terorisme CBRNE (Chemical, Biological, Radioaktif, Nuclear, Explosive), SALW (Small Arm and Light Weapon), STCE (Strategic Trade Control Enforcement)

• CBRNE • SALW • STCE

• Operasi Nasional dan Global terkait pengawasan

(14)

14

barang terkait kejahatan terorisme

6) Mekanisme pengawasan barang strategis (STCE) dengan berfokus pada analisa impor ekspor komoditi berfungsi ganda (dual use goods) bahan peledak

7) Analisa data terkait indikasi perlintasan barang-barang terkait kejahatan terorisme 6 8 Menjelaskan Tindak Pidana

Pencucian Uang (TPPU) yang Terkait dengan Pelanggaran dan Tindak Pidana

Kepabeanan dan Cukai (Cross Border Cash

Carrying/Transportation (CBCC) dan Mutual Legal Assistance (MLA))

TPPU (CBCC, MLA)

1) Definisi dan dasar hukum TPPU

• Latar belakang tindak pidana pencucian uang • Definisi tindak pidana

pencucian uang

• Dasar hukum tindak pidana pencucian uang

2) Ruang lingkup dan modus operandi TPPU

• Pengenaan pasal tindak pidana pencucian uang • Jenis pelaku tindak pidana

pencucian uang

• Tipologi pencucian uang • Tahapan/ skema pencucian

uang

3) Rezim anti TPPU dan instansi terkait

• Tujuan rezim anti tindak pidana pencucian uang • Peran masing-masing instansi terkait 4) kewenangan DJBC dalam TPPU • Kewenangan Penyidik PNS DJBC dalam penanganan perkara TPPU

• Proses penyidikan dan pendekatan yang digunakan dalam

penanganan perkara TPPU 5) Trade Based Money

Laundring

• Definisi Trade Based Money Laundering

(15)

15

Laundering

6) kebijakan internasional terkait pemberantasan TPPU

• Kolaborasi internasional yang dilakukan pemerintah terkait pemberantasan TPPU

• Manfaat dari kolaborasi internasional yang dilakukan pemerintah terkait pemberantasan TPPU 7) Ketentuan Pengawasan Pembawaan Uang Tunai/Instrumen Pembayaran Lainnya (Cross Border Cash Carrying/Transportation) / CBCC

• Latar belakang pengawasan CBCC • Definisi uang dan

instrumen pembayaran lainnya • Dasar hukum CBCC • mekanisme penanganan pelanggaran atas CBCC • Pelaporan CBCC dan/atau pelanggaran (GRIPS) • Analisa data terkait

pengawasan CBCC

8) Mekanisme Mutual Legal Assistance (MLA)

• Definisi dan dasar hukum MLA

• Prinsip pelaksanaan MLA • Prosedur permohonan dan

permintaan bantuan MLA

Mata Pelajaran Penunjang 7 8 Melakasanakan Passanger Control PRM (Passanger Risk Management)

1) Pengenalan aplikasi PAU/PNR • Konsep Passanger Control • Risk management concept

on passenger

• Pengenalan aplikasi PAU (sejarah/elemen

data/penggunaan)

• Pengenalan aplikasi PRM (sejarah/elemen

(16)

16

data/penggunaan) • Praktek penggunaan

PAU/PNR.GOV/PRM 2) Passenger Targetting

• Membaca dashboard pada aplikasi PRM

• Membaca wordcloud pada aplikasi PRM

• Input kalender event pada aplikasi PRM

• Pencarian person of interest (POI) melalui menu pelintas batas pada aplikasi PRM

• Menggunakan dynamic parameter pada aplikasi PRM

• Membuat watchlist pada aplikasi PRM

• Input target pada aplikasi PRM

• Input laporan riksa pada telegram PRM

• Pencarian tagar telegram pada aplikasi PRM • Membaca laporan riksa

pada aplikasi PRM • Membuat trend

pengawasan melalui aplikasi PRM untuk disajikan sebagai Laporan Kerja Analis Intelijen 3) Analisis terkait orang dan/atau

penumpang

• Filosofi analisis intelijen • psikoanalisis terhadap

orang dan/atau orang yang melakukan perjalanan lintas negara

• Konsep analisis targeting • Konsep PSA

4) A – Z passenger risk management and clearance • Information (Pre-arrival) • Behaviour & Phisycal

(arrival)

• Post Seizure Analysis (post-arrival)

(17)

17 8 8 Menjelaskan pengawasan

terhadap tumbuhan dan satwa liar (TSL) yang ditetapkan dalam CITES dan benda cagar budaya dalam kaitanya dengan transnational organized crimes

Lartas (CITES dan Cagar Budaya)

1) Ketentuan mengenai CITES dan Benda Cagar Budaya • Gambaran Umum

Keanekaragaman Tumbuhan dan hewan di Indonesia

• Ketentuan Lartas Terkait Tumbuhan Dan Satwa Liar (Cites) dan Cagar Budaya 2) Teknik identifikasi TSL dalam

CITES dan Benda Cagar Budaya

• Langkah Identifikasi Komoditi Tumbuhan dan Satwa Liar

• Kerjasama intsansi terkait/Koordinasi dengan instansi lain terkait identifikasi TSL dalam CITES dan benda cagar budaya

3) identifikasi kerawanan dalam impor dan ekspor terhadap Benda Cagar Budaya

• Komoditi Rawan Perdagangan Ilegal di Indonesia

• Perdagangan Ilegal Tumbuhan Dan Satwa Liar Dalam Perspektif TNOC • Alur perdagangan benda

cagar budaya

• Modus-modus pelanggaran • Contoh kasus

9 8 Menjelaskan keterkaitan antara kejahatan lintas negara yang satu dengan kejahatan lintas negara lainnya (wrap up materi)

Wrap Up TOC 1) Keterkaitan antara kejahatan lintas negara yang satu dengan kejahatan lintas negara lainnya (Wrap up materi)

• Potensi objek TNOC yang diadopsi oleh DJBC) • Potensi objek TNOC yang

dapat diadopsi oleh DJBC • Kejahatan TNOC secara

parsial dan mencari relasi keterkaitan

• Kejahatan TNOC secara holistik dan mendapatkan skema kegiatan

(18)

18

2) Menjelaskan Operasi-Operasi dan Konvensi-Konvensi Internasional terkait TOC • Operasi – operasi nasional

dan internasional yang diikuti DJBC terkait TNOC • Urgensi dari

operasi-operasi yang diikuti oleh DJBC

• Fokal point dari operasi-operasi yang diikuti oleh DJBC

(19)

19

Rencana Skema Pelaksanaan PJJ Pengawasan Transnational Organized Crimes

No Waktu Kegiatan Keterangan * Evaluasi

1 08.00-09.30 10.00-11.30 13.00-14.30 14.30-15.30 16.00-17.00 (Di atas jam 18.00, pemberian

materi secara offline)

Materi Pembuka: Gambaran Umum TOC

A. Penyampaian Materi: 1. Pembelajaran Mandiri 2. Asistensi Daring

B. Penguatan Penerimaan Materi: 1. Diskusi

2. Kuis

3. Tugas: Rangkuman dan Esai C. Pembentukan Opini dan Mindset

1. Warung Kopi Digital (ada pemandu/asisten daring) 2. Presentasi: Kelompok dan

Individu 15.30 s.d 17.00

Asistensi Daring (Penilaian terhadap Keaktifan Siswa) 2

NPP Diskusi (Penilaian Terhadap Peran

Serta Siswa)

3 HKI Kuis dan Tugas (Penilaian

Terhadap Penyerapan Materi)

4 Terorisme (PGS, SALW,

WMD, IED)

Presentasi (Penilaian Kerjasama Tim dan Kedalaman Materi)

5 TPPU (CBCC, MLA)

6 Lartas (CITES , Cagar

Budaya, STCE)

7 PRM (Passanger Risk

Management)

8 GUTOC (Wrap Up)

* Asinkronus dan sinkronus tergantung kebutuhan di lapangan. (Di komunikasikan pada Rapat Persiapan dengan pengampu tiap mata pelajaran)

Keterangan:

1. Sesi pertama di isi dengan Belajar Mandiri (NTM/Asinkronus) dan TM/Sinkronus.

2. Sesi Kedua di isi dengan berdiskusi, tugas (NTM) dan Sinkronus dilakukan dengan (namun tidak terbatas pada) Kuis, warung kopi digital serta presentasi (TM) dengan pendampingan fasilitator.

3. Metode Pembelajaran dan pendukungnya adalah sebagai berikut : a. Penyampaian Materi:

• Pembelajaran Mandiri • Asistensi Daring

b. Penguatan Penerimaan Materi: • Diskusi

• Kuis

• Tugas: Rangkuman dan Esai c. Pembentukan Opini dan Mindset

• Warung Kopi Digital

Referensi

Dokumen terkait

pada perusahaan manufaktur periode 2008-2009.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan tarif

Seorang lulusan/output prodi pendidikan dan keagamaan Katolik harus memiliki kepribadian yang baik dan matang, sikap sopan, taat, patuh, disiplin dan memiliki iman

Merupakan pembahasan konsep dasar perencanaan dan perancangan sistem operasional kereta api, tata ruang dalam dan ruang luar, kemudahan pergantian moda transportasi kendaraan

Di dalam norma subyektif terdapat dua aspek pokok yaitu: keyakinan akan harapan, harapan norma referen, merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh

- Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa, rumpun bambu yang terbakar masih bisa tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai

Senyawa-senyawa anorganik dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen. Rumus senyawa ini ada yang biner yaitu terdiri dari dua jenis atom dan poliatom yaitu terdiri lebih dari

Walaupun persetujuan tapak bukanlah suatu langkah perijinan yang formal dalam beberapa negara anggota, organisasi pengoperasi harus diminta, pada tahap ini atau paling tidak

Bagaimanakah hubungan dosis dengan efek toksik yang ditimbulkan terhadap sistem skeletal janin pada tikus bunting jika diberikan selama masa organogenesis?...