7 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
7.1 PENDAHULUAN
7.1.1 LATAR BELAKANG
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan ketentuan
teknisnya serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2019 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 dan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2020 tentang Perubahan APBD (P-APBD) Tahun Anggaran 2020
maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2020.
Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Daerah. Sedangkan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban penggunaan APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Adapun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 terdiri dari :
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan dan disusun
dengan Akuntansi Berbasis Akrual sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP berbasis akrual.
7.1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
7.1.2.1 Maksud
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 disusun
dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders (Masyarakat, DPRD, Lembaga
Pengawas, Lembaga Pemeriksa dan Pemerintah Pusat) dalam menilai akuntabilitas serta dalam
pengambilan keputusan.
Informasi yang termuat dalam Laporan Keuangan ini antara lain informasi mengenai sumber
dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit Laporan Operasional, aset, kewajiban, ekuitas dan arus
kas suatu entitas pelaporan.
7.1.2.2 Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur
adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat dalam mengambil dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya. Selain itu Laporan Keuangan juga menyediakan informasi yang berguna
untuk :
1.
Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan pemanfaatan sumber daya ekonomi;
2.
Menyediakan informasi mengenai ketaatan dan kesesuaian realiasi terhadap anggaran yang
3.
Menyediakan informasi mengenai posisi dan perubahan atas sumber daya ekonomi, kewajiban
dan ekuitas Pemerintah Provinsi Jawa Timur baik jangka pendek maupun jangka panjang;
4.
Menyediakan informasi mengenai cara Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya;
5.
Menyediakan informasi mengenai potensi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk membiayai
penyelenggaran kegiatan pemerintahan; dan
6.
Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur dalam mendanai aktivitasnya.
7.1.3 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
1.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
2.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355)
3.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4368)
4.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400)
5.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587)
sebagaimana telah dibuah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4614);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Lampiran I (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5165);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6322);
9.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;
10.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2015 tentang Penyisihan
Piutang dan Penyisihan Dana Bergulir pada Pemerintah Daerah;
11.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah;
12.
Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Provinsi Jawa Timur;
13.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020;
14.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2020 tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2020;
15.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pedoman Penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Gubernur Nomor 74 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pedoman Penerapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur;
16.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi Piutang
Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
17.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi Piutang
BLUD Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
18.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 94 Tahun 2013 tentang Kebijakan Penyusutan Aset Tetap
Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur;
19.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Timur;
20.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2017 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Timur;
21.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 63 Tahun 2019 tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan
Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 63 Tahun 2019 tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan
Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020;
22.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 95 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020;
23.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2020 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 55 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2020 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah
Provinsi Jawa Timur;
24.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2020 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020;
25.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 66 Tahun 2020 tentang Sistem dan Prosedur
Penatausahaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur secara Daring;
26.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 67 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur;
7.1.4 PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
7.1.4.1 Unsur Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 merupakan laporan yang
mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Provinsi Jawa
Timur, yang terdiri dari PPKD dan SKPD. Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun
2020 terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan Daerah.
Data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja Barang
dan Jasa, Belanja Bunga, Belanja Modal, dan Pembiayaan (penerimaan dan pengeluaran)
didasarkan pada LRA SKPD dan data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer,
Lain-lain Pendapatan yang Sah, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Tak Terduga,
Transfer dan Pembiayaan (penerimaan dan pengeluaran) didasarkan pada LRA PPKD.
2. Neraca
Neraca memuat informasi mengenai posisi Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca SKPD
disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban, dan Ekuitas. Neraca
PPKD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas.
3. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh
Bendahara Umum Daerah selama Tahun Anggaran berjalan.
4. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan
entitas yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
5. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan
dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan
SAL akhir.
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari
ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun
yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan dalam
rangka pengungkapan yang memadai.
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 disusun berdasarkan
penggabungan antara laporan keuangan SKPD. Laporan keuangan SKPD dari Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan
Keuangan, Laporan keuangan SKPD selaku BLUD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan sedangkan Laporan keuangan PPKD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
7.1.4.2 Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan
1.
Pendahuluan
Memuat penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan,
landasan hukum penyusunan laporan keuangan, pendekatan penyusunan laporan keuangan dan
sistematika isi catatan atas laporan keuangan.
2.
Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD
Ekonomi makro yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan APBD, serta perubahan
anggaran yang dilakukan. Kebijakan keuangan menjelaskan kebijakan keuangan yang
dipergunakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran yang bersangkutan.
Indikator pencapaian target kinerja APBD menyajikan informasi tentang indikator pencapaian
target kinerja APBD.
3.
Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan, memuat realisasi pencapaian efektivitas dan
efisiensi dari target kinerja keuangan. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target
yang telah ditetapkan.
4.
Kebijakan Akuntansi
Entitas pelaporan keuangan daerah, memuat informasi tentang entitas akuntansi dan entitas
pelaporan keuangan daerah.
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis pengukuran yang mendasari
penyusunan laporan keuangan, penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang
ada dalam standar akuntansi pemerintahan.
5.
Penjelasan Pos-Pos Keuangan
Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan, pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, arus kas dan pengungkapan atas pos-pos aset dan
kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan, belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis
akrual, serta penjelasan Laporan Kinerja Keuangan APBD dan Ikhtisar Laporan Keuangan
BUMD.
6.
Penjelasan Atas Informasi-Informasi Non Keuangan
Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian manapun dari
laporan keuangan.
7.2 EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
7.2.1 EKONOMI MAKRO
7.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pada Triwulan IV tahun 2020 tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tercatat sebesar
-2,39 % (c-to-c) terkontraksi 2,64% dibandingkan dengan Tahun 2019 yaitu sebesar 5,52%. Tingkat
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di Tahun 2020 lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi nasional yang tercatat sebesar -2,07 % (c-to-c), namun kinerja konstribusi Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur atas Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi ke dua, yaitu sebesar
14,9 % atau 2.299,46 triliun dari 15.434,2 triliun.
Gambar 7-1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2018-2020
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pada Tahun 2018 dan 2019 pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Tahun
2020 (c-to-c) ekonomi Jawa Timur terkontraksi sebesar -2,39% % atau terkontraksi sebesar 7,91 % dari
tahun 2019.
Tabel 7-1 Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2020
No Lapangan Usaha terhadap Kumulatif TW IV Kumulatif TW IV 2020 2019 (c-to-c)
Sumber Pertumbuhan
(c-to-c)
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,94 0,09 B Pertambangan dan penggalian - 4,18 - 0,21
C Industri pengolahan -2,06 -0,62
D Pengadaan listrik dan gas -2,39 -0,01 E Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah
dan daur ulang 5,03 0,00
F Konstruksi -3,28 -0,31
G Perdagangan besar dan eceran ; reparasi
mobil dan sepeda motor -5,74 -1,07
5,50
5,52
(2,39)
5,17
5,02
(2,07)
2018
2019
2020
No Lapangan Usaha terhadap Kumulatif TW IV Kumulatif TW IV 2020 2019 (c-to-c)
Sumber Pertumbuhan
(c-to-c)
H Transportasi dan pergudangan -11,16 -0,33 I Penyediaan akomodasi dan makan minum -8,87 -0,49
J Informasi dan komunikasi 9,83 0,58
K Jasa keuangan dan asuransi 0,18 0
L Real estate 3,95 0,07
M,N Jasa perusahaan -7,22 -0,06
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
jaminan sosial wajib -0,39 -0,01
P Jasa pendidikan 3,96 0,11
Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 8,70 0,06 R,S,
T,U Jasa lainnya -13,80 -0,20
PDRB -2,39 -2,39
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel diatas Peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur secara c-to-c cukup
signifikan terjadi pada Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,83 %. Kondisi ini
didorong adanya pemberlakuan skema WFH (Work From Home) dan SFH (School From Home)
sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat
virtual seperti Zoom Meeting, Google Meet dan aplikasi-aplikasi lain yang menunjang rapat secara
daring.
Gambar 7-2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha secara Kumulatif
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Berdasarkan grafik di atas laju Pertumbuhan PDRB menurut lapangan tertinggi usaha terjadi
pada sektor : Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 9,83%, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 8,7% dan Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan daur ulang sebesar 5,03%.
Sedangkan laju pertumbuhan yang paling terkonstraksi terjadi pada sektor : Jasa lainnya sebesar
-13,8%, Transportasi dan pergudangan sebesar -13,8% serta sektor Penyediaan akomodasi dan makan
minum yang tercatat sebesar -8,87%. Tingginya kontraksi laju pertumbuhan pada tiga sektor tersebut
antara lain disebabkan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi
9,83
8,7
5,03
-13,8
-11,16
-8,87
Informasi dan komunikasiJasa kesehatan dan kegiatan sosial
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang Jasa lainnya
Transportasi dan pergudangan
pergerakan masyarakat, Kebijkan tersebut diberlakukan dalam rangka mengurangi dampak penyebaran
Covid-19 di Jawa Timur.
Tabel 7-2 Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No. Lapangan Usaha terhadap Kumulatif TW IV Kumulatif TW IV 2020 2019 (c-to-c)
Sumber Pertumbuhan
(c-to-c)
1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga -0,83 -0,49
2 Pengeluaran konsumsi LNPRT 0,23 0
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -3,18 -0,14 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto -4,31 -1,18
5 Perubahan Inventori - -
6 Ekspor barang dan jasa 10,06 1,27
7 Dikurangi impor barang dan jasa -9,22 -1,43
8 Net ekspor antar wilayah - -
PDRB -2,39 -2,39
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Gambar 7-3 Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran (6 komponen Terbesar)
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Sebagian besar komponen PDRB Menurut Pengeluaran mengalami kontraksi. Komponen yang
masih tumbuh adalah komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,23% dan Ekspor Luar Negeri
10,06%. Pertumbuhan komponen LNPRT sepanjang tahun ini dipicu oleh kampanye dan pelaksanaan
pemilihan umum serentak pada akhir 2020 dan kegiatan keagamaan. Sedangkan Ekspor Luar Negeri
dipengaruhi ekspor unggulan Jawa Timur antara lain perhiasan / permata, kayu, barang dari kayu,
tembaga dan perabot rumah tangga Komponen yang mengalami kontraksi terdalam yaitu PMTB 4,31%;
disusul Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,18%; Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0,83%; dan
Impor Luar Negeri sebagai komponen pengurang terkontraksi sebesar 9,22%. Terkontraksinya
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dipengaruhi oleh realisasi semen dan belanja
modal turun. Disamping itu karena pandemi covid-19, diberlakukannya PSBB menjadikan ruang gerak
masyarakat terbatas.
-0,83
0,23 -3,18 -4,31 10,06 -9,22Pengeluaran konsumsi rumah tangga Pengeluaran konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor barang dan jasa Dikurangi impor barang dan jasa
Secara nominal besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
tahun 2020 mencapai Rp 2.299,43 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 1.610,41
triliun. Adapun rincian PDRB berdasarkan lapangan usaha di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7-3 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku 2020 dan atas Dasar Harga Konstan 2010 (dalam milyar rupiah)
No Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 273 571,96 167 303,71 B Pertambangan dan penggalian 80 495,43 80 286,71 C Industri pengolahan 705 796,59 488 594,41 D Pengadaan listrik dan gas 6 749,19 4 451,89 E Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan
daur ulang 2 125,35 1 666,53
F Konstruksi 213 813,20 148 652,44
G Perdagangan besar dan eceran ; reparasi mobil
dan sepeda motor 412 115,94 289 800,41
H Transportasi dan pergudangan 68 485,65 43 060,26 I Penyediaan akomodasi dan makan minum 128 334,68 83 538,62 J Informasi dan komunikasi 118 481,56 106 612,55 K Jasa keuangan dan asuransi 62 415,11 41 449,26
L Real estate 41 103,05 29 565,69
M,N Jasa perusahaan 18 906,26 12 180,02
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
jaminan sosial wajib 57 424,80 34 848,51
P Jasa pendidikan 65 013,61 45 760,00
Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 16 458,29 12 259,46 R,S,
T,U Jasa lainnya 28 174,19 20 389,19
PDRB 2 299 464,87 1 610 419,65
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
7.2.1.2 Inflasi
Berikut adalah Laju Inflasi Jawa Timur Tahun 2018 – 2020 :
Tabel 7-4 Laju Inflasi Jawa Timur Tahun 2018-2020
Sumber : BPJ Jawa Timur diolah
No PERIODE 2020 2019 2018
1. Y-on-Y 1,44 2,12 2,86
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur selama bulan Desember 2020 pada
8 (delapan) Kota IHK (Indeks Harga Konsumen) Jawa Timur menunjukan adanya kenaikan harga di
sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan IHK sebesar 0,46 %. nilai
tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi bulan Desember tahun 2019 yaitu sebesar
0,53%. Sedangkan laju inflasi tahun kalender Jawa Timur di bulan Desember 2020 sebesar 1,44%, lebih
rendah dibandingkan tahun 2019 yang tercatat sebesar 2,12%.
Tabel 7-5 Andil Inflasi Jawa Timur Desember 2020 Menurut Kelompok Pengeluaran
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Pada Desember 2020 dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok memberikan
andil/sumbangan inflasi, satu kelompok memberikan andil/sumbangan deflasi, empat kelompok
memberikan andil terhadap inflasi / deflasi yang sangat kecil, dan satu kelompok tidak memberikan
andil. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: kelompok makanan,
minuman dan tembakau sebesar 0,35 %, kelompok transportasi sebesar 0,11 %, kelompok penyediaan
makanan dan minuman/restoran sebesar 0,03 %, dan kelompok perlengkapan, peralatan dan
pemeliharaan rutin rumah tangga serta kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,01 %. Kelompok
pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa
lainnya sebesar 0,04 %. Sementara kelompok pengeluaran yang memberikan andil terhadap
inflasi/deflasi yang sangat kecil adalah kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok perumahan, air,
listrik, dan bahan bakar rumah tangga, kelompok transportasi, kelompok informasi, komunikasi, dan
jasa keuangan, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya. Sedangkan kelompok yang tidak
mengalami perubahan adalah kelompok pendidikan.
No. Kelompok Pengeluaran Desember Inflasi 2020
Andil Inflasi Desember
2020
Inflasi Tahun
Kalender 2020 Inflasi Year On Year 2020
Umum 0,46 0,46 1,44 1,44
1 Makanan, Minuman, dan Tembakau 1,51 0,35 2,26 2,26 2 Pakaian dan Alas Kaki 0,08 0,00 0,90 0,90 3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga 0,01 0,00 1,06 1,06
4 Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga
0,11 0,01 1,08 1,08
5 Kesehatan 0,18 0,01 2,51 2,51
6 Transportasi 0,84 0,11 -0,58 -0,58
7 Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,02 0,00 0,08 0,08 8 Rekreasi, Olahraga, dan Budaya 0,01 0,00 0,10 0,10
9 Pendidikan 0,00 0,00 0,63 0,63
10 Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran 0,35 0,03 2,23 2,23 11 Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya -0,57 -0,04 5,66 5,66
Gambar 7-4 Komoditas Penyumbang Inflasi di Jawa Timur Desember 2020
No. Jenis Komoditas / Barang Presentase Perubahan Harga Sumbangan Inflasi
1 Cabai rawit 51,58 0,08
2 Angkutan udara 6,61 0,08
3 Telur ayam ras 10,19 0,06
4 Cabai merah 46,47 0,05
5 Daging ayam ras 4,32 0,05
6 Tomat 40,88 0,03
7 Tarif kereta api 9,89 0,03
8 Bayam 7,64 0,01
9 Tongkol diawetkan 4,60 0,01
10 Biaya fotocopy 7,76 0,01
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel diatas, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Desember
2020 antara lain : cabai rawit, angkutan udara, telur ayam ras, cabai merah, daging ayam ras, tomat,
tarif kereta api, bayam, tongkol diawetkan, biaya fotokopi. Komoditas cabai merah, tomat, telur ayam
ras, dan cabai rawit menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di semua kota IHK di Jawa Timur.
Tabel 7-6 Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Desember 2020
No Wilayah Tingkat Inflasi Inflasi Tahun Kalender
Jawa Timur 0,46 1,44 1 Surabaya 0,50 1,33 2 Madiun 0,47 1,86 3 Probolinggo 0,47 1,88 4 Malang 0,34 1,42 5 Kediri 0,28 1,93 6 Sumenep 0,71 2,37 7 Banyuwangi 0,43 1,74 8 Jember 0,36 2,08
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jawa Timur selama Desember 2020,seluruh
kota mengalami inflasi. Secara berurutan dapat disebutkan yaitu Sumenep sebesar 0,71 %, Surabaya
sebesar 0,50 %, Madiun dan Probolinggo masing-masing sebesar 0,47 %, Banyuwangi sebesar 0,43 %,
Jember sebesar 0,36 %, Malang tercatat sebesar 0,34 %, sedangkan inflasi terendah tercatat di Kediri
sebesar 0,28 %.
Jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari - Desember) 2020 di 8 kota IHK Jawa
Timur, sampai dengan bulan Desember 2020 Sumenep merupakan kota dengan inflasi tahun kalender
tertinggi yaitu mencapai 2,37%, sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah
Surabaya yang mengalami inflasi sebesar 1,33%.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar tenaga kerja.
Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur TPT Jawa Timur pada Agustus 2020 tercatat sebesar
5,84%, mengalami kenaikan sebesar 1,92 % dibandingkan periode Agustus tahun 2019.
Tabel 7-7 Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Timur dan Nasional Tahun 2018 – 2020
No Wilayah 2020 2019 2018 1. Jawa Timur 5,84 3,92 3,99 - Perkotaan 7,37 4,60 4,64 - Perdesaan 4,13 3,18 3,31 2. Nasional 7,07 5,28 5,34
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT di daerah perkotaan Jawa Timur lebih tinggi
dibandingkan TPT di daerah perdesaannya. Pada Agustus 2020, TPT perkotaan sebesar 7,37 %,
sedangkan TPT perdesaan sebesar 4,13 %.
Tabel 7-8 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Periode Agustus 2018-Agustus 2020
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 di Jawa Timur sebanyak 22,26 juta orang, mengalami
kenaikan 1,81 persen atau sekitar 396,37 ribu dibandingkan Agustus 2019. Komponen pembentuk
angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pada Agustus 2020, sebanyak 20,96
juta orang penduduk di Jawa Timur bekerja sedangkan sebanyak 1,30 juta orang menganggur.
Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Jawa Timur juga meningkat. TPAK pada Agustus 2020 tercatat sebesar 70,33 %, meningkat 0,72 %
poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi
ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja. Kenaikan TPAK ini utamanya disebabkan oleh
kenaikan jumlah penganggur dan jumlah absolut penduduk bekerja yang terserap di sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan.
Berdasarkan jenis kelamin, masih terdapat perbedaan mencolok diantara TPAK laki-laki dan
TPAK perempuan. Pada Agustus 2020, TPAK laki-laki sebesar 84,67 %, sedangkan TPAK perempuan
sebesar 56,56 %. Dibandingkan dengan tahun 2019, TPAK laki-laki turun sebesar 0,07 % poin,
disamping itu TPAK perempuan meningkat 1,49 % poin.
Status Ketenagakerjaan
2020 2019 2018 Perubahan 1 Tahun (2019 – 2020)
Juta Juta Juta Ribu %
Penduduk usia kerja 31,66 31,42 31,16 241,32 0,77 Angkatan kerja 22,26 21,87 21,68 396,37 1,81
Bekerja 20,96 21,03 20,83 -69,65 -0,33
Penganggur 1,30 0,84 0,85 466,02 55,80
Bukan Angkatan Kerja 9,39 9,55 9,49 -155,05 -1,62 Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) 70,33 69,61 69,56 0,72
Laki-laki 84,67 84,74 84,41 -0,07
Gambar 7-5 Presentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2018-2020
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur hingga Agustus 2020 masih didominasi oleh penduduk
bekerja berpendidikan SD ke Bawah sebanyak 9,22 juta orang (44,00 %), Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sebanyak 3,89 juta orang (18,54 %), Sekolah Menangah Atas (SMA) sebanyak 3,31 juta orang
(15,80 %), dan Sekolah Menangah Kejuruan (SMK) sebanyak 2,39 juta orang (11,39 %). Penduduk
bekerja berpendidikan tinggi (Diploma ke Atas) ada sebanyak 2,16 juta orang (10,28 %) mencakup
0,37 juta Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur, Agustus 2020 7 juta orang penduduk bekerja
berpendidikan Diploma dan 1,79 juta penduduk bekerja lulusan S1 ke atas/universitas
Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja yang meningkat di Jawa Timur adalah
mereka yang berpendidikan tamat SMA sebesar 0,99% poin dan SMP sebesar 0,21% poin. Sebaliknya,
persentase penduduk bekerja dengan pendidikan SD ke bawah mengalami penurunan paling tinggi,
yaitu sebesar 0,88% poin dibandingkan tahun sebelumnya.
7.2.1.4 Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk
Tabel 7-9 Indeks Gini Jawa Timur dan Nasional Periode Bulan September Tahun 2020– 2018
No Indikator 2020 2019 2018
1. Jawa Timur (Perkotaan + Perdesaan) 0,373 0,364 0,371
- Perkotaan 0,364 0,374 0,375
- Perdesaan 0,318 0,314 0,322
2. Nasional 0,385 0,380 0,384
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Pada bulan September 2020 tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur dengan
Gini Ratio tercatat sebesar 0,373, di daerah perkotaan tercatat sebesar 0,364 sedangkan di daerah
perdesaan tercatat sebesar 0,318. Hal ini menunjukan bahwa tingkat ketimpangan di daerah perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan.
44,00
44,88
46,16
18,54
18,33
18,30
15,80
14,81
14,95
11,39
11,44
10,74
8,53
8,73
8,24
1,75
1,81
1,62
2020
2019
2018
Metode lain yang digunakan dalam mengukur tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
adalah pengukuran Ketimpangan Bank Dunia, dimana tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori
yaitu :
Tabel 7-10 Kategori Tingkat Ketimpangan Bank Dunia Kategori Presentase Pengeluaran Penduduk
Tinggi < 12 %
Sedang 12 – 17 %
Rendah > 17 %
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Tabel 7-11 Distribusi Pengeluaran Penduduk Jawa Timur September 2019 – September 2020 Daerah / Tahun Penduduk 40
% terbawah Penduduk 40 % menengah Penduduk 20 % menengah Jumlah Perkotaan September 2019 17,92 37,33 44,75 100 Maret 2020 17,81 37,22 44,97 100 September 2020 18,50 36,46 45,04 100 Perdesaan September 2019 20,52 40,18 39,9 100 Maret 2020 20,71 39,55 39,74 100 September 2020 21,36 37,62 41,02 100 Total September 2019 18,43 37,64 43,93 100 Maret 2020 18,46 37,26 44,29 100 September 2020 19,06 36,43 44,51 100
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas pada September 2020, persentase pengeluaran pada
kelompok 40 % terbawah adalah sebesar 19,06 %. Ini berarti tingkat ketimpangan ukuran Bank Dunia
Provinsi Jawa Timur berada pada kategori ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok
40 persen terbawah pada bulan September 2020 ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi Maret
2020 yang sebesar 18,46 persen.
Berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan, persentase pengeluaran pada kelompok
penduduk 40% terbawah di daerah perkotaan pada September 2020 sebesar 18,50% berkategori
ketimpangan rendah. Demikian pula untuk daerah perdesaan, persentase pengeluaran kelompok
penduduk 40% terbawah pada September 2020 berada pada kategori ketimpangan rendah (21,36
persen).
7.2.1.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk
(enlarging people choice), IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu : (1) umur
panjang dan hidup sehat, (2) Pengetahuan dan (3) standar hidup layak. Kategori IPM dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 7-12 Kategori Indeks Pembangunan Manusia Kategori Presentase IPM
Kategori Presentase IPM
Tinggi 70 ≤ IPM < 80
Sedang 60 ≤ IPM < 70
Rendah IPM < 60
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Tabel 7-13 Indeks Pembangunan Manusia
No IPM 2020 2019 2018
1. Jawa Timur 71,71 71,50 70,77
2. Nasional 71,94 71,92 71,39
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Indeks Pembangunan manusia di Jawa Timur konsisten mengalami peningkatan dalam kurun
waktu 3 tahun, pada tahun 2018 IPM Jawa Timur tercatat sebesar 70,77, lebih rendah 0,62 dibandingkan
IPM nasional yang tercatat sebesar 71,39. Pada tahun 2019 IPM Jawa Timur tercatat 71,50 lebih rendah
0,41 dibandingkan IPM nasional yang tercatat sebesar 71,91. Di tahun 2020 IPM Jawa Timur tercatat
sebesar 71,71 lebih tinggi dari tahun 2018 dan 2019 namun lebih rendah 0,42 dari capaian IPM Nasional
yaitu 71,94. Capaian IPM Jawa Timur pada periode 2018 – 2020 masuk pada kategori tinggi, hal ini
menunjukan bahwa upaya Pemerintah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Timur dalam
meningkatkan pembangunan manusia cukup berhasil.
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan 3 aspek utama yaitu : umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu peningkatan capaian
IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya.
Tabel 7-14 IPM Jawa Timur Menurut Komponen Tahun 2018-2020
Komponen Satuan Tahun
2020 2019 2018
Umur Harapan Hidup Saat Lahir
(UHH) Tahun 71,30 71,18 70,97
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 13,19 13,16 13,10 Rata - rata lama sekolah (RLS) Tahun 7,78 7,59 7,39 Pengeluaran per kapita 000 Rp 11,601 11,739 11,380
IPM 71,71 71,5 70,77
Pertumbuhan IPM % 0,30 1,03 0,71
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa meningkatnya pembangunan manusia di Jawa Timur
disebabkan oleh meningkatnya masing-masing komponen pembentuk IPM antara lain : (umur harapan
hidup (UHH), harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS) dan pengeluaran per kapita.
Tabel 7-15 Kabupaten/Kota di Jawa Timur dengan IPM Tertinggi Tahun 2020
No Kabupaten / Kota (Tahun) UHH (Tahun) HLS (Tahun) RLS Pengeluaran (ribu rupiah) IPM 1 Kota Surabaya 74,18 14,80 10,49 17.755,00 82,23 2 Kota Malang 73,27 15,51 10,18 16.593,00 81,45 3 Kota Madiun 72,81 14,40 11,14 16.018,00 80,91 4 Kab Sidoarjo 74,04 14,93 10,50 14.458,00 80,29 5 Kota Blitar 73,75 14,32 10,11 13.733,00 78,57 6 Kota Kediri 74,02 15,26 9,93 12.239,00 78,23
No Kabupaten / Kota UHH (Tahun) HLS (Tahun) RLS (Tahun) Pengeluaran (ribu rupiah) IPM 7 Kota Mojokerto 73,32 14,00 10,25 13.499,00 78,04 8 Kab Gresik 72,66 13,73 9,30 13.246,00 76,11 9 Kota Batu 72,61 14,13 9,07 12.824,00 75,90 10 Kota Pasuruan 71,52 13,62 9,12 13.281,00 75,26
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa IPM tertinggi tercatat di Kota Surabaya yaitu
sebesar 82,23, diikuti oleh Kota Malang dengan capaian IPM sebesar 81,45, Kota Madiun dengan
capaian IPM sebesar 80,91 dan Kabupaten Sidoarjo dengan capaian IPM sebesar 80,29. Keempat
Kabupaten/Kota tersebut memiliki IPM dengan kategori sangat tinggi.
Kota Surabaya tercatat mempunyai UHH terbaik sebesar 74,18 tahun. Sarana dan prasarana
kesehatan di Surabaya relatif lengkap, dan masyarakatnya dengan mudah memanfaatkan akses sarana
dan prasarana kesehatan, disamping itu kesadaran masyarakat Surabaya untuk berpola hidup sehat juga
cukup tinggi, sehingga mendukung meningkatnya usia harapan hidup.
Kota Malang mempunyai HLS tertinggi sebesar 15,51 tahun, sedangkan RLS tertinggi tercatat
di Kota Madiun sebesar 11,14 tahun. Pengeluaran per kapita yang disesuaikan tahun 2020 tertinggi
tercatat di Surabaya atau sebesar Rp17,75 juta, diikuti Kota Malang, Kota Madiun dan Kabupaten
Sidoarjo masing-masing Rp16,59 juta.
7.2.1.6 Tingkat Kemiskinan
Tabel 7-16 Prosentase Penduduk Miskin Jawa Timur Periode Maret & September Tahun 2018-2020
No Periode 2020 2019 2018
1. September - 10,20 10,85
2. Maret 11,09 10,37 10,98
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama periode September 2019 – Maret 2020 tingkat
kemiskinan di Jawa Timur mengalami kenaikan sebesar 0,89 yaitu sebesar 363,10 ribu jiwa dari jumlah
sebesar 4.056,00 ribu jiwa pada bulan September 2019 menjadi 4.419,10 ribu jiwa pada bulan Maret
2020.
Tabel 7-17 Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin Jawa Timur Menurut Daerah Periode Maret & September Tahun 2019 – 2020
Daerah / Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Presentase Penduduk Miskin Perkotaan Maret 2019 1.449,27 6,84 September 2019 1.438,15 6,77 Maret 2020 1.682,14 7,89 Perdesaan Maret 2019 2.662,98 14,43 September 2019 2.617,85 14,16 Maret 2020 2.736,97 14,77 Total Maret 2019 4.112,25 10,37 September 2019 4.056,00 10,20
Daerah / Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)
Presentase Penduduk Miskin
Maret 2020 4.419,10 11,90
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Ditinjau berdasarkan daerah (perkotaan dan perdesaan), selama periode Maret 2020 sampai
dengan September 2020, penurunan presentase penduduk miskin di perkotaan turun 0,27 % dan di
perdesaan turun 0,07 %.
Tabel 7-18 Jumlah Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah Periode Maret 2019 – Maret 2020 Daerah / Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan
Maret 2019 305.759,00 105.971,00 411.731,00 September 2019 310.555,00 108.014,00 418.570,00
Maret 2020 317.324 110.942 428.175
Perubahan Mar 19 – Sept 19 (%) 1,57 1,93 1,66 Perubahan Sept 19 – Mar 20 (%) 2,15 2,71 2,29
Perdesaan
Maret 2019 290.587,00 91.740,00 382.327,00 September 2019 294.266,00 93.809,00 388.075,00
Maret 2020 306.255 96.274 402.503
Perubahan Mar 19 – Sept 19 (%) 1,27 2,26 1,5 Perubahan Sept 19 – Mar 20 (%) 4,07 2,60 3,72
Total
Maret 2019 298.341,00 99.346,00 397.687,00 September 2019 302.757,00 101.415,00 404.172,00
Maret 2020 311.891 104.110 416.001
Perubahan Mar 19 – Sept 19 (%) 1,48 2,08 1,63 Perubahan Sept 19 – Mar 20 (%) 3,02 2,66 2,93
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Berdasarkan tabel diatas
dapat diketahui bahwa, Pada bulan Maret 2020, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis
kemiskinan sebesar 74,97%. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih rendah dibanding di
perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 2,29 % dan untuk wilayah perdesaan
sebesar 3,72%.tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (2,15
% untuk perkotaan dan 4,07 % untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,71 % untuk
perkotaan dan 2,60 % untuk perdesaan).
Tabel 7-19 Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Terbesar pada Garis Kemiskinan Tahun 2019 - 2020 Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Perdesaaan
Makanan Makanan
Beras 22,40 Beras 24,10
Rokok kretek filter 11,79 Rokok kretek filter 10,77
Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Perdesaaan
Telur ayam ras 3,77 Gula Pasir 3,38
Gula Pasir 2,93 Daging ayam ras 3,04
Tempe 2,59 Tempe 2,50
Tahu 2,53 Tahu 2,49
Mie instan 2,06 Mie instan 2,18
Kue basah 2,00 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 2,03 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 1,83 Bawang merah 1,92 Makanan lainnya 18,35 Makanan lainnya 19,91
Bukan Makanan Bukan Makanan
Perumahan 5,71 Perumahan 5,73
Bensin 5,24 Bensin 4,90
Listrik 3,29 Listrik 2,32
Pendidikan 1,85 Pendidikan 1,09
Perlengkapan mandi 1,21 Perlengkapan mandi 1,05
Kesehatan 0,89 Kesehatan 0,98
Bahan makanan lainnya 7,73 Bahan makanan lainnya 7,83
Total 100 100
Sumber : BPS Jawa Timur diolah
Pada Maret 2020, jenis komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis
Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama. Komoditi beras yang
memberi sumbangan terbesar baik di perkotaan (22,40 %) maupun di perdesaan (24,10 %). Rokok
kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (11,79 % di perkotaan
dan 10,77 % di perdesaan). Komoditi lainnya yang mempengaruhi Garis Kemiskinan adalah telur ayam
ras, gula pasir, daging ayam ras, tempe, tahu, mie instan, kopi, dan bawang merah.
7.2.2 KEBIJAKAN KEUANGAN
7.2.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah
Kebijakan Pendapatan Daerah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2020 diarahkan untuk memenuhi target Pendapatan Daerah yang akan dicapai melalui langkah-langkah
antara lain :
1. Untuk Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) difokuskan pada :
a. Intensifikasi Pajak Daerah yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok;
b. Intensifikasi dan ekstensifikasi target penerimaan dan Retribusi Daerah;
c. Intensifikasi hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;
d. Intensifikasi lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
2. Penerimaan dari Pendapatan Dana Perimbangan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik berupa Bantuan Operasional
Sekolah Reguler, Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah dan Tunjangan Profesi Guru PNS
Daerah.
Kebijakan penganggaran pada Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 diarahkan untuk memenuhi
target Pendapatan Daerah yang disesuaikan dengan kondisi perekonomian. Beberapa perubahan
kebijakan pada pos Pendapatan Daerah antara lain :
1. Penyesuaian target Pendapatan Asli Daerah, yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan
dan Pajak Rokok.
2. Penyesuaian target pendapatan Retribusi Daerah dan jumlah layanan sesuai Perubahan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 13 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah.
3. Penyesuaian target Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan yang berasal dari Bagian
Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Daerah dan Perusahaan Milik Pemerintah.
4. Penyesuaian target Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah utamanya yang berasal
dari Perangkat Daerah/Unit Kerja yang melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD).
5. Penyesuaian Target Dana Perimbangan sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang
Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020.
Termasuk dilakukan penyesuaian target Pendapatan Dana Bagi Hasil atas Kurang Bayar
Tahun Anggaran 2018 dan 2019 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
20/PMK.07/2020 tentang Penyaluran Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Pada Tahun Anggaran 2020
dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 36/PMK.07/2020 tentang Penetapan
Alokasi Sementara Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran 2019 Dalam Rangka
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Kemudian juga dilakukan
penyesuaian target Pendapatan Dana Alokasi Khusus Non Fisik yang diperuntukkan untuk
Pemberian Insentif Tenaga Kesehatan mendasari Keputusan Menteri Keuangan Nomor
15/MK.7/2020 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Rincian Alokasi Dana Cadangan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) Tambahan Gelombang III Tahun Anggaran 2020.
6. Penyesuaian target Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus berupa penyesuaian alokasi Dana
Insentif Daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
87/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Dana Insentif Daerah Tambahan Tahun Anggaran 2020 serta
Penyesuaian Pendapatan Hibah Program Hibah Jalan Daerah (PHJD) sesuai Surat Sekretaris
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tanggal 8 Mei 2020 Nomor :
PR.0204-Sj/366 Perihal Penyesuaian Pagu Hibah Jalan Daerah Tahun 2020.
7.2.2.2 Kebijakan Belanja Daerah
Kebijakan Belanja Daerah APBD Tahun Anggaran 2020 diarahkan pada :
1. Mengalokasikan Anggaran Belanja Pegawai pada kelompok Belanja Tidak Langsung yang terdiri
dari :
a. Belanja Gaji dan Tunjangan;
b. Tambahan Penghasilan PNS;
c. Belanja penerimaan lainnya, Pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
d. Belanja insentif pemungutan pajak daerah.
2. Mengalokasikan Anggaran Belanja yang bersumber dari Pendapatan yang bersifat spesifik terdiri
dari :
a. Hibah BOS yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus Non Fisik (BOS) Reguler ;
b. Belanja yang mendukung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebesar 37,5 % dari 50 % alokasi
Pendapatan Pajak Rokok bagian Provinsi serta 50 persen alokasi Pendapatan Dana Bagi Hasil
Cukai dan Tembakau (DBHCHT).
3. Mengalokasikan Anggaran Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah kepada Kabupaten/Kota
4. Mengalokasikan Anggaran Belanja pada Perangkat Daerah yang menerapkan fungsi
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD)
5. Mengalokasikan Anggaran Belanja untuk program prioritas dalam rangka menstimulus kinerja
utama, dalam bentuk Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung
6. Mengalokasikan Anggaran Belanja untuk Bantuan Keuangan kepada Partai Politik
7. Mengalokasikan Anggaran Belanja Tidak Terduga untuk keperluan darurat termasuk keperluan
mendesak yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Arah Kebijakan Belanja Daerah pada Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 diarahkan pada beberapa fokus belanja antara lain :
1. Pelaksanaan Program Prioritas dalam rangka menstimulus Indikator Kinerja Utama Pemerintah
Provinsi Jawa Timur.
2. Penyesuaian Belanja Penunjang Operasional Gubernur/Wakil Gubernur dan Belanja untuk
Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur.
3. Penyesuaian Belanja Pegawai kepada Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap
dengan Perjanjian Kerja.
4. Penyesuaian Belanja Hibah dalam rangka menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan
Pemerintah Daerah.
5. Penyesuaian Belanja Bantuan Sosial yang digunakan untuk melindungi masyarakat dari
kemungkinan risiko sosial.
6. Penyesuaian Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan pemenuhan kewajiban atas kurang salur Belanja
Bagi hasil pajak kepada Kabupaten/Kota sesuai amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
7. Optimalisasi Belanja Bantuan Keuangan untuk membantu pelaksanaan urusan Pemerintahan
Daerah dalam rangka optimalisasi pencapaian target kinerja maupun pelayanan.
8. Penyesuaian/Pergeseran anggaran belanja Program/Kegiatan pada SKPD/Unit Kerja dalam rangka
optimalisasi Belanja Daerah.
9. Penyesuaian anggaran belanja pada SKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK BLUD).
10. Penyesuaian belanja yang bersumber dari Dana Transfer, antara lain: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Insentif Daerah.
11. Realokasi Belanja Program dan Kegiatan yang ditunda untuk ditampung dalam Belanja Tidak
Terduga dengan fokus prioritas untuk penanganan COVID-19 sesuai peraturan
Perundang-undangan antara lain :
a. Belanja Bidang Kesehatan dan hal-hal lain terkait kesehatan dalam rangka pencegahan dan
penanganan pandemi COVID-19, antara lain mengadakan Alat Pelindung Diri (APD) tenaga
medis, sarana dan peralatan layanan kepada masyarakat, dan penanganan pasien COVID-19 ;
b. Penyediaan jaring pengaman sosial/social safety nett antara lain melalui pemberian bantuan
sosial kepada masyarakat miskin/kurang mampu yang mengalami penurunan daya beli akibat
adanya pandemi COVID-19; dan/atau
c. Penanganan dampak ekonomi terutama menjaga agar dunia usaha tetap hidup, antara lain
melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dalam rangka
memulihkan dan menstimulasi kegiatan perekonomian di daerah.
7.2.2.3 Kebijakan Pembiayaan Daerah
Kebijakan penerimaan pembiayaan pada Rancangan APBD Tahun Anggaran 2020
diarahkan pada :
1. Mengalokasikan anggaran Penerimaan Pembiayaan pada obyek Perkiraan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran 2019;
2. Mengalokasikan anggaran Pengeluaran Pembiayaan pada obyek pembayaran pokok hutang sebelum
jatuh tempo kepada Lembaga Keuangan Bank atas pinjaman Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi;
3. Mengalokasikan anggaran pembiayaan netto yang merupakan selisih antara penerimaan
pembiayaan daerah dengan pengeluaran pembiayaan daerah untuk menutup defisit anggaran daerah.
Perubahan Pembiayaan Daerah pada Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 diarahkan pada :
1. Pemanfaatan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) yang berasal dari selisih antara SiLPA
Tahun Anggaran 2019 (audited) dengan Perkiraan SiLPA yang telah dianggarkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2019 tentang APBD Tahun Anggaran 2020;
2. Menutup defisit anggaran daerah dari Pembiayaan Netto (selisih antara Penerimaan Pembiayaan
Daerah dengan Pengeluaran Pembiayaan Daerah).
7.2.2.4 Kebijakan Penyesuian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2020 (Refocusing dan Realokasi)
Sebagai tindak lanjut atas kebijakan terkait dengan penanganan pandemi Covid-19 maka
dilakukan penyesuaian atas APBD Tahun Anggaran 2020 dalam rangka pencegahan, penyebaran dan
percepatan penanganan Covid-19. Adapun kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait dengan
dengan penyesuaian APBD TA 2020 diantaranya :
1. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2020 tentang Perubahan Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 95 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 tanggal 6 April 2020, dengan rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp33.028.697.094.100,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp35.196.609.483.734,00
2.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 95 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 23 April 2020, dengan
rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp27.249.585.125.210,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp29.417.497.514.834,00
3.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 47 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 95 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 7 Agustus 2020, dengan
rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp27.277.545.125.210,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp29.445.457.514.834,00
4.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 50 Tahun 2020 tentang Perubahan ke Empat Atas
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 95 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 18 Agustus 2020
dengan rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp27.296.370.167.210,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp29.464.182.556.834,00
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait dengan dengan penyesuaian Perubahan
APBD TA 2020 antara lain :
1. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2020 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 6 November 2020
dengan rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp29.989.011.107.763,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp34.322.400.597.645,39
2.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 74 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2020 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 23 November 2020
dengan rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp30.112.828.318.164,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp34.534.917.808.046,39
3.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 85 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2020 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 22 Desember 2020
dengan rincian :
- Jumlah Pendapatan : Rp30.142.938.913.337,00
- Jumlah Belanja Daerah : Rp34.565.028.403.219,39
7.2.3 PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
7.2.3.1 Pendapatan
Tabel 7-20 Pencapaian Target Kinerja Pendapatan Tahun Anggaran 2020
Uraian
Anggaran Setelah
Perubahan
Realisasi
%
/(Berkurang)
Bertambah
%
PENDAPATAN 30.142.938.913.337,00 31.631.024.771.618,20 104,94 1.488.085.858.281,29 4,94 PENDAPATAN ASLI DAERAH 15.448.832.795.589,00 17.950.996.508.801,00 116,20 2.502.163.713.212,03 16,20 Pendapatan Pajak Daerah 12.377.000.000.000,00 14.412.667.226.293,00 116,45 2.035.667.226.293,00 16,45 Pendapatan Retribusi Daerah 71.404.342.050,00 84.103.244.969,90 117,78 12.698.902.919,90 17,78 Pendapatan Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah yang Dipisahkan 421.292.043.260,00 417.764.005.747,60 99,16 (3.528.037.512,40) (0,84) Lain-Lain PAD yang Sah 2.579.136.410.279,00 3.036.462.031.790,53 117,73 457.325.621.511,53 17,73 PENDAPATAN TRANSFER 14.590.457.608.637,00 13.575.794.898.763,20 93,05 (1.014.662.709.873,74) (6,95) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN 14.494.774.440.637,00 13.480.111.730.763,20 93,00 (1.014.662.709.873,74) (7,00) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA 95.683.168.000,00 95.683.168.000,00 100,00 0,00 0,00 TRANSFER PEMERINTAH DAERAH-LAINNYA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
BANTUAN KEUANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Uraian
Anggaran Setelah
Perubahan
Realisasi
%
/(Berkurang)
Bertambah
%
Pendapatan Hibah 103.648.509.111,00 104.233.364.054,00 100,56 584.854.943,00 0,56Pendapatan Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
JUMLAH PENDAPATAN 30.142.938.913.337,00 31.631.024.771.618,20 104,94 1.488.085.858.281,29 4,94
7.2.3.2 Belanja
Tabel 7-21 Pencapaian Target Kinerja Belanja Tahun Anggaran 2020
Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi % /(Berkurang) Bertambah % BELANJA 28.303.851.580.769,30 26.077.913.616.487,20 92,14 (2.225.937.964.282,12) (7,86) BELANJA OPERASI 24.629.062.917.118,40 23.156.806.028.284,50 94,02 (1.472.256.888.833,91) (5,98) Belanja Pegawai 7.805.285.953.933,92 7.605.952.242.667,79 97,45 (199.333.711.266,13) (2,55) Belanja Barang 6.577.497.553.292,56 5.910.184.426.774,29 89,85 (667.313.126.518,27) (10,15) Belanja Bunga 12.575.000.000,00 12.340.227.687,49 98,13 (234.772.312,51) (1,87) Belanja Subsidi 37.500.000.000,00 28.803.592.300,00 76,81 (8.696.407.700,00) (23,19) Belanja Hibah 10.080.713.190.142,00 9.514.406.648.901,00 94,38 (566.306.541.241,00) (5,62) Belanja Bantuan Sosial 115.491.219.750,00 85.118.889.954,00 73,70 (30.372.329.796,00) (26,30) BELANJA MODAL 2.284.845.579.345,04 1.904.556.949.359,00 83,36 (380.288.629.986,04) (16,64) Belanja Tanah 6.046.042.900,00 4.604.775.400,00 76,16 (1.441.267.500,00) (23,84) Belanja Peralatan dan Mesin 1.227.543.928.599,04 1.122.384.416.207,00 91,43 (105.159.512.392,04) (8,57) Belanja Gedung dan Bangunan 628.262.001.118,00 500.886.112.716,00 79,73 (127.375.888.402,00) (20,27) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 259.166.838.865,00 135.201.265.143,00 52,17 (123.965.573.722,00) (47,83) Belanja Aset Tetap Lainnya 148.472.042.613,00 126.820.538.234,00 85,42 (21.651.504.379,00) (14,58) Belanja Aset Lainnya 15.354.725.250,00 14.659.841.659,00 95,47 (694.883.591,00) (4,53) BELANJA TAK TERDUGA 1.389.943.084.305,87 1.016.550.638.843,70 73,14 (373.392.445.462,17) (26,86) Belanja Tak Terduga 1.389.943.084.305,87 1.016.550.638.843,70 73,14 (373.392.445.462,17) (26,86) TRANSFER 6.261.176.822.450,00 6.208.844.021.122,00 99,16 (52.332.801.328,00) (0,84) TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE
KABUPATEN/KOTA 5.457.292.065.000,00 5.457.178.817.483,00 100,00 (113.247.517,00) 0,00 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada
Kabupaten/Kota 5.457.292.065.000,00 5.457.178.817.483,00 100,00 (113.247.517,00) 0,00 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada
Pemerintahan Desa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada
Kabupaten/Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada
Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi % /(Berkurang) Bertambah % Belanja Bagi Hasil Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah Kepada Kabupaten/Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 TRANSFER BANTUAN KEUANGAN KE
PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 803.884.757.450,00 751.665.203.639,00 93,50 (52.219.553.811,00) (6,50) Transfer Bantuan Keuangan Ke Pemerintah
Daerah Lainnya 803.884.757.450,00 751.665.203.639,00 93,50 (52.219.553.811,00) (6,50)
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 34.565.028.403.219,30 32.286.757.637.609,20 93,41 (2.278.270.765.610,12) (6,59)
SURPLUS / (DEFISIT) (4.422.089.489.882,39) (655.732.865.990,98) 14,83 3.766.356.623.891,41 (85,17) PEMBIAYAAN 4.422.089.489.882,39 4.355.766.063.784,83 98,50 (66.323.426.097,56) (1,50) PENERIMAAN PEMBIAYAAN 4.458.042.489.882,39 4.391.517.489.882,39 98,51 (66.525.000.000,00) (1,49) Penggunaan SiLPA 4.369.342.489.882,39 4.369.342.489.882,39 100,00 0,00 0,00
Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Penerimaan Pinjaman Daerah 88.700.000.000,00 22.175.000.000,00 25,00 (66.525.000.000,00) (75,00) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Penerimaan Piutang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 4.458.042.489.882,39 4.391.517.489.882,39 98,51 (66.525.000.000,00) 0,00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 35.953.000.000,00 35.751.426.097,56 99,44 (201.573.902,44) (0,56)
Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pembayaran Pokok Utang 35.953.000.000,00 35.751.426.097,56 99,44 (201.573.902,44) (0,56)
Pemberian Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 35.953.000.000,00 35.751.426.097,56 99,44 (201.573.902,44) 0,00
PEMBIAYAAN NETTO 4.422.089.489.882,39 4.355.766.063.784,83 98,50 (66.323.426.097,56) (1,50)
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran