• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN DAMAS II, PRIGI, KAB. TRENGGALEK DENGAN SISTEM CONCRETE STEEL HYBRID HALF THROUGH ARCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN DAMAS II, PRIGI, KAB. TRENGGALEK DENGAN SISTEM CONCRETE STEEL HYBRID HALF THROUGH ARCH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK - Jembatan Damas II merupakan salah satu jembatan yang termasuk dalam rencana Jalur Lintas Selatan (JLS) yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat untuk pengembangan wilayah dan ekonomi wilayah selatan Jawa Timur. Jembatan ini menghubungkan kecamatan Prigi dan Munjungan di Kabupaten Trenggalek yang terpisah oleh rintangan berupa sungai dan bantarannya yang memiliki lebar mencapai kurang lebih 180 m, maka dari itu diperlukan adanya jembatan bentang panjang.

Akan tetapi, konstruksi jembatan yang direncanakan tetap memperhatikan aspek keindahan, kemudahan dalam pelaksanaan, kuat dalam memikul beban rencana, serta memiliki biaya yang ekonomis.

Modifikasi perencanaan jembatan ini, yang awalnya berupa jembatan busur beton di bawah, memperlihatkan struktur dari jembatan yang direncanakan yang terdiri pada busur dipasang dengan pipa baja dan beton serta gaya - gaya yang terjadi dalam struktur utama ini dengan gaya aksial tekan yang terjadi lebih besar dari gaya-gaya yang lain (sama dengan jembatan busur dengan tipe yang sama yaitu jembatan busur beton seperti perencanaan awal) yang sesuai dengan tata perencanaan jembatan SNI T-02-2005.

Serta penambahan pilar penyangga agar gaya aksial pada bagian pratekan dapat diperkecil.

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan modifikasi perencanaan jembatan Damas II, Prigi, Kab. Trenggalek dengan sistem Concrete-Steel Hybrid Half Through Arch Bridge yang memiliki panjang total mencapai 180 m dan lebar jembatan 12 m. Perencanaan dimulai dengan menentukan lantai kendaraan dan trotoar, gelagar yang digunakan (memanjang dan melintang), I-Girder Pratekan, Struktur Sekunder, Sambungan, dan Perletakan pada sisi Balok Pratekan yang direncanakan. Dari hasil perhitungan tersebut nantinya akan dituangkan ke dalam gambar teknik.

Kata Kunci : Jembatan Busur, Jembatan Concrete–

Steel Half Through Arch, Jembatan Damas II, , SNI T-02- 2005

I PENDAHULUAN

Jembatan Damas II, nantinya akan menghubungkan Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Prigi di Kabupaten Trenggalek, direncanakan untuk dibangun oleh pemerintah Indonesia karena bertujuan untuk pengembangan wilayah serta perekonomiannya. Karena itu, pembangunan Jembatan Damas II ini diharapkan mampu mengembangkan ekonomi kecamatan Munjungan sehingga mampu berkembang seperti daerah yang lain.

Perencanaan jembatan busur tersebut nantinya akan menggunakan jumlah tiang pancang yang banyak pada tiap pilarnya. Dengan jumlah tersebut, memang dapat menahan beban (baik beban kendaraan hingga beban gempa) yang diterima. Akan tetapi dengan lebar jembatan yang sangat lebar tersebut butuh ratusan buah tiang pancang dan memberikan ruang yang lebar bagi perahu-perahu milik masyarakat sekitar untuk melewati bagian bawah jembatan.

Kondisi ideal yang diharapkan dari permasalahan yang ada adalah dilakukannya modifikasi perencanaan struktur

utama perencanaan Jembatan Damas II ini dengan rusuk busur baja yang dikombinasikan dengan beton karena kedua material ini nantinya akan bekerja sama dalam menerima beban akibat tarik dan tekan yang terjadi.

Dengan latar belakang serta kondisi ideal yang diinginkan tersebut, maka dalam penulisan tugas akhir ini akan dilakukan Modifikasi Perencanaan Jembatan Damas II, Prigi, Kab. Trenggalek dengan sistem Concrete-Steel Hybrid Half Through Arch Bridge.

II METODE

Metode yang dilakukan dalam merencanakan struktur jembatan ini dimulai dengan mengumpulkan data–data untuk perencanaan awal dari Balai Besar Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Jawa Timur. Kemudian dilakukan modifikasi perencanaan pada jembatan tersebut dengan menggunakan studi literatur yang ada (dalam menentukan letak lantai kendaraan, material yang akan digunakan, dll). Setelah studi literatur yang cukup, dilakukan preliminary design jembatan tersebut dengan menentukan material yang mudah didapatkan dan dimobilisasi ke lapangan dan kemudian melakukan perhitungan untuk desain lantai kendaraan dan gelagar-gelagar yang akan digunakan (memanjang dan melintang). Setelah itu, dilakukan permodelan untuk struktur-struktur utama yang akan digunakan dengan menggunakan program bantu dalam melakukan pembebanan yang akan terjadi pada jembatan tersebut nantinya. Hasil dari program bantu tersebut akan membantu dalam melakukan analisa struktur-struktur utama tersebut. Apabila analisa yang didapatkan belum memenuhi syarat ketika dilakukan pengontrolan, maka dilakukan proses ulang dengan menentukan dimensi yang cocok. Dan apabila analisa yang didapat memenuhi syarat, maka tugas akhir ini berakhir.

Data-data perencanaan secara keseluruhan adalah mencakup data umum jembatan, data bahan, dan data tanah.

 Data Umum Perencanaan Jembatan

Nama Jembatan : Jembatan DAMAS II

Lebar Jembatan : 11 meter

Letak Lantai Kendaraan : Di atas.

Lebar Rintangan : ± 150 meter

Elevasi Dasar Sungai : + 20,074 m Elevasi Muka Air Normal : + 22,368 m Elevasi Muka Air Banjir : + 23,157 m

Bentang Jembatan : 180 meter

Nama Sungai : Sungai Prigi

Lokasi : Prigi, Kabupaten

Trenggalek

Kecepatan Angin : 35 m / s

Zona Gempa : Zona Gempa 6

PRELIMINARY DESIGN

Meliputi data-data perencanaan awal yang mencakup perkiraan dimensi awal dari elemen struktur, penentuan mutu bahan dan material yang akan digunakan. Data-data umum jembatan yang akan direncanakan ulang adalah sebagai berikut :

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN DAMAS II, PRIGI, KAB. TRENGGALEK DENGAN SISTEM CONCRETE – STEEL HYBRID HALF THROUGH ARCH

Mochamad Syaiful Arif, Ir. Mudji Irmawan, MS., Ir. Faimun, M.Sc., Ph.D.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: msyaifularif@yahoo.com, irmawan@ce.its.ac.id, faimun@ce.its.ac.id

(2)

 Data Perencanaan Jembatan

Lebar Jembatan = 12 meter.

(Total = 17,305 m) Bentang Jembatan = 180 meter.

Letak Lantai Kendaraan = Di tengah.

Tinggi Jembatan = ±18,200 meter.

Struktur Utama = Jembatan Pelengkung dari Beton dan Baja

 Data Bahan

Kekuatan Tekan Beton ( f’c ) = 35 MPa Tegangan Putus Baja ( fu ) = 410 MPa Tegangan Leleh Baja ( fy ) = 250 MPa Mutu Profil Baja BJ 41 dengan :

Tegangan Putus ( fu ) = 410 MPa Tegangan Leleh ( fy ) = 250 MPa

 Penentuan Dimensi Tebal Pelat Minimum dengan Beton Bertulang berdasarkan BMS 1992 Pasal 6.7.1.2

200 ≤ D ≥ 100 + 0,04 L

(D dalam satuan mm, sedangkan L dalam m) III HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERENCANAAN TEBAL PELAT LANTAI

Menurut BMS 1992 Pasal 6.7.1.2, disebutkan bahwa untuk tebal pelat lantai minimum untuk lantai kendaraan harus memenuhi persyaratan berikut ini :

Gambar 3.1 Potongan Lantai Kendaraan

Untuk Tebal Pelat Beton (d3) direncanakan 250 mm / 25 cm.

Untuk Tebal Lapisan Aspal (d4) direncanakan 50 mm / 5 cm.

Penulangan Arah Melintang : Ø 16 – 125

Penulangan Arah Memanjang : Ø 10 – 100

Untuk perencanaan trotoar, akan direncanakan dengan pagar pembatas / railing (Gambar 3.2)

Gambar 3.2 Trotoar / Kerb

Penulangan Kerb : Ø 16 – 125

B. PERENCANAAN GELAGAR MEMANJANG Untuk perencanaan gelagar memanjang akan digunakan berupa Profil WF 500 x 300 x 11 x 15 dengan BJ 41 (Gambar 3.3) dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002.

Gambar 3.3 Dimensi Gelagar Memanjang yang Dipakai C. PERENCANAAN GELAGAR MELINTANG

Untuk perencanaan gelagar melintang akan digunakan berupa Profil WF 1400 x 700 x 25 x 50 dengan BJ 41 (Gambar 3.4) dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002.

Gambar 3.4 Dimensi Gelagar Melintang yang Dipakai Direncanakan menggunakan shear connector sepanjang balok melintang (17,305 m) untuk menahan gaya T akibat tegangan plastis yang terjadi sebanyak 180 buah yang disusun dengan 2 baris (Gambar 3.5). dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002

Gambar 3.5 Perencanaan Shear Connector D. PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA

 BUSUR PIPA

Perencanaan busur utama pada bentang tengah menggunakan pipa baja (steel tube arch ribs), dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002, memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Gambar 3.6 Dimensi Busur Utama Pipa Baja Dikontrol dengan kapasitas terhadap gaya aksial tekan (dominan), geser, momen, dan tegangan dalam yang terjadi.

(3)

 BUSUR BETON

Perencanaan busur utama pada bentang yang menggunakan material beton memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Gambar 3.7 Dimensi Busur Utama Beton

Data perencanaan untuk material struktur utama yang terbuat dari beton ini adalah sebagai berikut :

f’c = 35 MPa

fy = 390 MPa

L = 7,832 m

Gambar 3.8 Kapasitas Struktur Busur Beton Dari hasil analisa program PCACOL didapatkan untuk struktur busur beton ini menggunakan tulangan longitudinal 44 D57 (1,82%) dengan mengacu pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.3.1.

Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang dari :

 A = 0,3 x x − 1

 A = 0,3 x x − 1

S adalah spasi tulangan transversal pada arah longitudinal dan harus sesuai dengan ketentuan SNI 03- 2847-2002 pasal 23.4.4.1 - 23.4.4.3, nilai s diambil nilai terkecil dari :

¼ × b kolom = ¼ × 2500 = 625 mm

6 × D = 6 × 57 = 342 mm

100 ≤ s ≤ 150 mm Diambil s = 100 mm

A = 0,3 x s x h x f′

f x A

A − 1

= 0,3 x 100 x (2500 − 50 x 2 − 8 x 2) x 35 390

x 2500 x 2500 2400 x 2400 − 1

= 545,569 mm

A = 0,3 x s x h x f′

f

= 0,3 x 100 x (2500 − 50 x 2 − 8 x 2) x 35 390

= 1925,538 mm

digunakan 7 D20 - 100 (As = 2199.115 mm2).

Pengekangan dipasang sepanjang lo, yaitu:

 lo ≥ h = 2500 mm

 lo ≥ 1/6. ln = 1/6 x (4500 -700) = 633.33 mm

 lo ≥ 500 mm

diambil daerah sendi plastis atau lo= 2500 mm.

 BATANG TARIK

Batang tarik ini dipasang pada busur yang berupa profil WF 1400 x 600 x 18 x 20 (Gambar 3.9) dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002. Profil ini dipesan khusus dari pabrik (langsung berupa fabrikasi dengan memesan beberapa segmen).

Gambar 3.9 Dimensi Batang Tarik

Dikontrol dengan kapasitas terhadap gaya aksial tarik (dominan), geser, momen, dan tegangan dalam yang terjadi.

 KABEL PENGGANTUNG

Pada perencanaan kabel penggantung (hanger cables), jenis dan karakteristik kabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

(MULTI STRAND CABLES)

 Diameter Nominal Strand = 15,240 mm.

 Luas Penampang Kabel (A) = 314,519 mm2.

 Modulus Elastisitas (Es) = 2,0 x 105MPa.

 Tegangan Putus Baja (fpu) = 1860 MPa.

Besar tegangan leleh untuk 1 kabel (fpe) adalah 70 % dari tegangan putus baja :

f = 70 % x f

= 70 % x 1860

= 1302 MPa = 1302 N mm

Dari hasil analisis (menggunakan software bantu tersebut) didapatkan gaya tarik awal pada kabel - kabel tersebut adalah sebagai berikut :

(4)

Tabel 3.1 Gaya Tarik pada Hanger Cables

Sebagai contoh, akan diambil satu bagian yang memiliki nilai terbesar yaitu 1016.798 kN.

A = P f =

1016798

1302 = 780,951 mm A

A = 780,951

182.415 = 4,281 ≈ 5 strand

Jadi dalam satu kabel akan digunakan sebanyak 5 buah strand dalam 1 kabel penggantung.

 PILAR PENYANGGA

Data perencanaan untuk pilar penyangga yang terbuat dari beton ini adalah sebagai berikut :

f’c = 35 MPa fy = 390 MPa L = 5,073 m

Pu = 4338,549 kN = 4338549 N.

Vu = 1896,707 kN = 1896707 N.

Mu = 4823,715 kN = 4823715 N.

Dari hasil analisa program PCACOL didapatkan untuk struktur busur beton ini menggunakan tulangan longitudinal 28 D57 (1,16%) dengan mengacu pada SNI 03 - 2847 - 2002 ( Sama seperti busur beton ).

Gambar 3.10 Dimensi Pilar Penyangga

 BALOK PRATEKAN

Spesifikasi girder pratekan (Design of Prestressed Concrete Structures by T.Y. Lin) yang akan digunakan balok berbentuk I-Girder (Gambar 3.11) yang ditambah

dengan balok diafragma berdimensi 1000 x 800 pada bagian tengah penampang.

Gambar 3.11 Spesifikasi Balok I-Girder E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

Dimensi dari gelagar pengaku menggunakan profil WF 500 x 300 x 11 x 15 (Gambar 3.12) dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002.

Gambar 3.12 Dimensi Gelagar Pengaku F. PERENCANAAN SAMBUNGAN

SAMBUNGAN GELAGAR MEMANJANG–

MELINTANG

Dilakukan dengan menggunakan pelat siku dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002 Pasal 13.1 – 13.4, yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Pelat Siku : L 120 x 120 x 15 ; BJ 41 Diameter Baut : 16 mm (Ulir) ; BJ 50

Karena direncanakan akan dilubangi dengan menggunakan mesin bor, maka diameter baut (Dbaut) menjadi 16 + 1,5 = 17,5 mm.

Dipasang sejumlah 6 baut pada gelagar memanjang dan 6 baut pada gelagar melintang.

Gambar 3.13 Sambungan ke Gelagar Melintang

Gambar 3.14 Sambungan ke Gelagar Melintang

Hanger Pu Pu

Cables ( kN ) ( N ) 1 1016.798 1016798

2 725.616 725616

3 646.394 646394

4 609.274 609274

5 584.853 584853

6 567.632 567632

7 557.135 557135

8 554.707 554707

9 557.522 557522

10 568.530 568530

11 586.561 586561

12 612.573 612573

13 652.194 652194

14 727.988 727988

15 982.064 982064

(5)

SAMBUNGAN GELAGAR MELINTANG–BATANG TARIK

Dilakukan dengan menggunakan pelat siku dengan mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002 Pasal 13.1 – 13.4, yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Pelat Siku : L 150 x 150 x 16 ; BJ 41 Diameter Baut : 18 mm (Ulir) ; BJ 50

Karena direncanakan akan dilubangi dengan menggunakan mesin bor, maka diameter baut (Dbaut) menjadi 18 + 1,5 = 19,5 mm.

Dipasang sejumlah 14 baut pada gelagar melintang dan 14 baut pada batang tarik.

Gambar 3.15 Sambungan ke Gelagar Melintang

Gambar 3.16 Sambungan ke Gelagar Melintang

SAMBUNGAN GELAGAR PENGAKU-KLEM KABEL GANTUNG

Dilakukan dengan menyambung kedua elemen tersebut (klem dan gelagar pengaku) dengan menggunakan sambungan las yang mengacu pada SNI 03 - 1729 - 2002 Pasal 13.5.3, yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Las : yang memiliki tebal 10 mm Mutu Las : FE90xx

Gambar 3.15 Sambungan Gelagar Pengaku – Klem Kabel

SAMBUNGAN GELAGAR MEMANJANG–BALOK MELINTANG TEPI

Menggunakan AISC T-DG01-Column Base Plate (karena strukturnya yang mirip dengan base plate pada struktur bangunan baja).

Didapatkan :

Dimensi Pelat Baja = 600 x 600 Tebal pelat penyambung = 4 cm.

Panjang Pengangkeran = 50 cm.

Gambar 3.16 Sambungan Gelagar Memanjang ke Pelat Baja

Gambar 3.17 Sambungan Gelagar Memanjang - Balok Melintang Tepi

SAMBUNGAN BATANG TARIK–STRUKTUR UTAMA BETON

Menggunakan AISC T-DG01-Column Base Plate (karena strukturnya yang mirip dengan base plate pada struktur bangunan baja).

Didapatkan :

Dimensi Pelat Baja = 600 x 600 Tebal pelat penyambung = 8 cm.

Panjang Pengangkeran = 65 cm.

Gambar 3.18 Sambungan Batang Tarik ke Pelat Baja

(6)

Gambar 3.19 Sambungan Batang Tarik – Struktur Utama Beton

SAMBUNGAN BUSUR UTAMA PIPA BAJA DAN BUSUR UTAMA BETON

Menggunakan AISC T-DG01-Column Base Plate (karena strukturnya yang mirip dengan base plate pada struktur bangunan baja).

Didapatkan :

Dimensi Pelat Baja = 2000 x 2000 Tebal pelat penyambung = 14 cm.

Panjang Pengangkeran = 166 cm. ( Masing - masing Angker )

Gambar 3.20 Sambungan Busur Utama Baja – Busur Utama Beton ( Arah X dan Y )

Gambar 3.21 Sambungan Busur Utama Baja – Busur Utama Beton (Arah X dan Y)

G. PERENCANAAN PERLETAKAN

Direncanakan perletakan / elastomer pada abutment di mana sebagai tempat bertumpunya balok - balok pratekan dengan dimensi elastomer yang direncanakan adalah 850 mm x 850 mm x 87 mm. (Gambar 3.22)

Gambar 3.22 Dimensi Elastomer IV KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis melalui tugas akhir ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1.)

Lay our rencana modifikasi jembatan Damas II dengan sistem Concrete - Steel Hybrid Half Through Arch.

2.)

Dimensi lantai kendaraan yang digunakan adalah:

Pelat Beton 250 mm.

Lapisan Aspal 50 mm.

Tinggi Kerb 250 mm.

3.)

Dimensi penampang yang digunakan pada Jembatan Damas II, yaitu:

Gelagar Memanjang : WF 500 x 300 x 11 x 15

Gelagar Melintang : WF 1400 x 700 x 25 x 50

Prestressed Concrete: I Girder dengan tendon Strands 5 - 12

Busur Baja : D = 1600 mm dan t = 70 mm.

Busur Beton : b = 2500 mm dan h = 2500 mm.

Batang Tarik : WF 1400 x 600 x 18 x 20

Kabel Penggantung : D = 150 mm

4.)

Dalam melakukan analisis terhadap bagian struktur utama yang bermaterialkan baja telah sesuai dengan persyaratan yang ada dan memenuhi terhadap gaya dalam yang akan terjadi.

5.)

Dalam melakukan pengontrolan masing – masing dimensi struktur jembatan telah sesuai dengan persyaratan yang ada.

6.)

Mengenai teknis pelaksanaan pembangunan jembatan ini dituangkan dalam gambar - gambar yang terletak pada bagian lampiran.

V SARAN

Saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1.) Perlu dilakukan analisis dan perencanaan untuk bangunan bawah sesuai dengan kondisi tanah setempat yang berupa tanah lunak.

2.) Konstruksi bangunan atas dapat menggunakan konstruksi dari material beton ( dapat berupa box girder, dll )

DAFTAR PUSTAKA

[ 1 ] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI T – 02 - 2005 Standar Pembebanan Untuk Jembatan.

Jakarta: BSN.

[ 2 ] Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Bina Program Jalan, 1992, Bridge Management System ( BMS ).

[ 3 ] Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03 - 1729 - 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Jakarta: BSN.

[ 4 ] Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03 - 2847 - 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : BSN.

(7)

[ 5 ] Lin, T.Y.. 1963. Design of Prestressed Concrete Structures. United States of America. John Wiley & Sons, Inc.

[ 6 ] American Institute of Steel Construction, Inc..

1990. AISC T - DG01 - Column Base Plate.

United States of America : American Institute of Steel Construction, Inc.,2003.

[ 7 ] Arif, M. S.. 2013. Modifikasi Perencanaan Jembatan Damas II, Prigi, Kab. Trenggalek Dengan Sistem Concrete – Steel Hybrid Half Through Arch. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2013. (Belum Dipublikasikan)

Gambar

Gambar 3.1 Potongan Lantai Kendaraan
Gambar 3.7 Dimensi Busur Utama Beton
Tabel 3.1 Gaya Tarik pada Hanger Cables
Gambar 3.15 Sambungan ke Gelagar Melintang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Disisi lain, pariwisata halal juga bersifat inklusif dan menghormati nilai-nilai budaya lokal (local wisdom) termasuk budaya masyarakat Jawa Barat. Nilai-nilai universal yang

Sayangnya, dalam kasus Marni tidak ditemukan di rekam medisnya keterangan apakah dia bekerja atau tidak, atau kondisi

perusahaan yang lebih besar cenderung menghindari kenaikan laba yang drastis karena akan dibebani pajak yang lebih besar, apabila perusahaan melaporkan

Dari analisis deskriptif, variabel kode etik akuntan berada dalam kategori cukup baik dan variabel kualitas laporan hasil audit dalam kriteria cukup baik Hal ini

yang diteliti, 12 melalui wawancara dengan narasumber terkait penerapan prinsip kehati-hatian dalam membuat akta otentik dikaitkan dengan Pasal 34 Peraturan Kepala

Pertimbangan Pengadilan Negeri yang dikuatkan Pengadilan Tinggi hanya berdasarkan bukti P-10 berupa surat keterangan dari Balai Harta Peninggalan Malang tersebut tidak

2.000.000,-(dua juta rupiah) bila dibandingkan dengan cicilan angsuran setiap bulannya kepada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan Bank Danamon, maka nasabah

serta memberi jawaban atas permasalahan-permasalahan hukum, terutama yang terkait dengan akibat hukum perceraian terhadap kedudukan perempuan dari perkawinan nyerod