• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN WISATA PANCUR PITU DI DUSUN ORO-ORO WARU DESA SUMBERBENDO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN WISATA PANCUR PITU DI DUSUN ORO-ORO WARU DESA SUMBERBENDO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N

(Penelitian Berbasis Pengabdian Kepada Masyarakat)

PENGEMBANGAN WISATA PANCUR PITU DI DUSUN ORO-ORO WARU DESA SUMBERBENDO

KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN

Oleh:

K e t u a : Suyikno, S.Ag, MH.

NIP. 197307052011011001

A n g g o t a :

Muh. Sholihuddin, M.HI.

NIP: 197707252008011009

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2020

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Laporan Penelitian Berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini merupakan hasil penelitian pendampingan dengan menggunakan pendekatan Asset Based Communities Development (ABCD). Laporan ini disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. Penulisan laporan ini tak mungkin dapat diselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan segenap motivasi demi terselesaikannya laporan ini, khususnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Masdar Hilmy, S.Ag., M.A., Ph.D, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan Penelitian Berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

2. Prof. Dr. H. Sahid H.M., M.Ag. M.H. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sunan Ampel Surabaya, yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan Penelitian Berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

3. Dr. Rubaidi, M.Ag., M.H. Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sunan Ampel Surabaya, yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis untuk melakukan Penelitian Berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

4. Suprapto, Kepala Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pendampingan berbasis aset di Desa Sumberbendo.

5. Seluruh perangkat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis untuk menggali data dan informasi terkait penelitian pendampingan berbasis aset di Desa Sumberbendo.

(3)

iii

6. Sukarno, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, yang menjadi teman diskusi yang asyik selama penulis melakukan penelitian pendampingan berbasis aset di Desa Sumberbendo.

7. Seluruh pihak yang membantu terlaksananya penelitian pendampingan berbasis aset di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Surabaya, 17 Oktober 2021

Penulis

(4)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PROFIL DESA SUMBERBENDO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN ... 1

A. Letak Geografis ... 1

B. Sejarah Desa Sumberbendo ... 3

C. Susunan Organisasi Pemerintah Desa Sumberbendo ... 5

D. Sarana dan Prasarana ... 8

E. Demografi Desa Sumberbendo ... 9

1. Jumlah Penduduk ... 9

2. Wilayah Administrasi Desa Sumberbendo ... 13

F. Profil Penduduk Desa Sumberbendo ... 14

1. Kondisi Keagamaan ... 14

2. Mata Pencaharian ... 15

3. Tingkat Pendidikan ... 18

4. Tradisi dan Kebudayaan ... 20

a. Perayaan Sedekah Bumi ... 21

b. Pergelaran Seni Tayub ... 21

5. Komunitas-komunitas Lokal ... 22

a. Komunitas Pemberdayaan Ekonomi ... 22

b. Komunitas Seni ... 22

BAB II ASET DESA SUMBERBENDO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN ... 24

A. Pendekatan Pendampingan ... 24

1. Metode ABCD ... 24

2. Elemen Kunci ABCD ... 25

3. Prinsip-prinsip ABCD ... 27

(5)

v

4. Subjek dan Sasaran Pendampingan ... 29

5. Teknik Pengumpulan Data ... 29

a. Observasi ... 29

b. Focus Group Disscusion (FGD) ... 30

c. Wawancara Semi Terstruktur ... 30

6. Teknik Validasi Data... 30

a. Triangulasi Teknik ... 31

b. Triangulasi Sumber Data... 31

c. Triangulasi Komposisi Tim ... 31

B. Aset Alam ... 32

1. Hutan ... 32

2. Kebun ... 33

a. Pisang ... 33

b. Singkong ... 33

c. Pohon Jati ... 34

3. Sungai ... 34

C. Aset Asosiasi/Jaringan Sosial ... 35

1. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) ... 35

2. Gotong Royong ... 36

D. Aset Organisasi ... 36

1. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ... 37

2. Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) ... 38

3. Karang Taruna (Kartar) ... 38

4. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ... 39

5. Organisasi Keagamaan ... 39

E. Aset Fisik ... 41

1. Balai Desa dan Balai RW ... 41

2. Jalan ... 42

3. Masjid dan Musalla ... 43

4. Jembatan dan Tanggul ... 43

5. Gedung Puskesmas Pembantu (PusTu) ... 43

(6)

vi

6. Bangunan Sekolah ... 44

7. Lapangan Olahraga ... 44

8. Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) ... 44

F. Aset Personal ... 45

1. Petani ... 45

2. Peternak ... 45

G. Aset Cerita Sukses ... 46

H. Aset Ekonomi ... 47

1. Sawah ... 47

2. Porang ... 48

3. Hewan Ternak ... 48

a. Ayam Buras ... 49

b. Itik ... 49

c. Kambing ... 50

d. Sapi ... 50

I. Aset Budaya ... 51

1. Reog ... 51

2. Karawitan ... 51

3. Dongkrek ... 51

4. Jaranan... 52

BAB III PROSES FASILITASI ASET DESA SUMBERBENDO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN ... 53

A. Tahap-tahap Pendampingan ... 53

1. Mempelajari dan Mengatur Skenario (Define) ... 53

2. Menemukan Masa Lampau (Discovery) ... 53

3. Memimpikan Masa Depan (Dream) ... 54

4. Memetakan Aset... 54

5. Perencanaan Aksi (Design) ... 55

6. Pemantauan, Pembelajaran, dan Evaluasi (Destiny) ... 55

B. Proses Pendampingan ... 56

C. Implementasi Program Kerja ... 62

(7)

vii

1. Pengembangan Pancur Pitu Sebagai Kawasan Konservasi ... 62

2. Pemeliharaan Pancur Pitu Melalui Tradisi Gotong Royong ... 66

3. Optimalisasi Peran Keluarga Miskin ... 69

D. Pelatihan Manajemen Koperasi ... 71

1. Rumah Porang ... 74

2. Pembangunan Tempat Persinggahan ... 75

3. Persewaan Kendaraan ... 79

4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 80

5. Spot Foto ... 82

BAB IV KESIMPULAN ... 85

A. Kesimpulan... 85

B. Rekomendasi ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susunan Organisasi Pemerintah Desa Sumberbendo Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ... 5 Tabel 2. Proposisi Tokoh Lokal di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan,

Kabupaten Madiun ... 6 Tabel 3. Tabel Sarana dan Prasarana di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan,

Kabupaten Madiun ... 8 Tabel 4. Proporsi Penduduk Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten

Madiun ... 9 Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia di Desa Sumberbendo,

Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ... 11 Tabel 6. Tabel Wilayah Administrasi Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan,

Kabupaten Madiun ... 13 Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sumberbendo,

Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ... 15 Tabel 8. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ... 19 Tabel 9. Aset Organisasi di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten

Madiun ... 37 Tabel 10. Jumlah Keluarga Miskin di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan,

Kabupaten Madiun ... 69

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun . 2

Gambar 2. Keterkaitan antara Elemen Kunci ABCD ... 26

Gambar 3. Diagam Venn Posisi Aset Organisasi di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ... 40

Gambar 4. Pendopo Balai Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ... 41

Gambar 5. Tumpukan Porang di Lokasi Permukiman Warga ... 48

Gambar 6. Wawancara Peneliti dengan Penggerak Desa di Sebuah Warung Kopi ... 57

Gambar 7. Banner Perum Perhutani tentang Larangan di Kawasan Konservasi 63 Gambar 8. Spot Foto Kekinian di Salah Satu Sudut Pancur Pitu ... 65

Gambar 9. Ketua Tim Peneliti Berada di Taman Pancur Pitu yang Sedang Direnovasi ... 66

Gambar 10. Aktivitas Kerja Bakti oleh Pokdarwis dan Pemuda Setempat ... 68

Gambar 11. Slide Presentasi Manajemen Koperasi ... 71

Gambar 12. Pendampingan Manajemen Koperasi ... 73

Gambar 13. Lokasi Pembangunan Pondok Peristirahatan ... 77

Gambar 14. Pembangunan Tempat Pemandian ... 78

Gambar 15. Pembangunan Kamar Mandi ... 78

Gambar 16. Lokasi Rencana Pengembangan UMKM ... 81

Gambar 17. Salah Satu Spot Foto di Lokasi Pancur Pitu ... 82

(10)

1 BAB I

PROFIL DESA SUMBERBENDO

KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN

A. Letak Geografis

Desa Sumberbendo berada di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Jarak desa ini dengan Kecamatan Saradan adalah sekitar 20 kilometer dengan waktu tempuh kira-kira 40 menit. Sedangkan jaraknya dengan Kabupaten Madiun kurang lebih 37 kilometer atau sekitar satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Dibanding desa-desa lainnya, Desa Sumberbendo merupakan desa yang berjarak paling jauh dari kecamatan dan kabupaten. Karena letak geografisnya yang terpencil serta jauh dari pusat kota dan jalan raya, desa ini hanya dapat diakses menggunakan kendaraan pribadi berupa motor atau mobil. Siapa pun yang berkunjung ke sana menggunakan kendaraan umum semisal bus antar kota atau mobil pickup harus turun di jalan masuk desa kemudian melanjutkan perjalanannya dengan memanfaatkan jasa ojek pangkalan. Hal tersebut dikarenakan selain memiliki medan yang cukup terjal dengan jalan-jalan kecil yang berliku dan berkelok, Desa Sumberbendo juga dikelilingi dengan hutan yang sangat luas.

Sebagaimana diketahui, desa-desa yang berada di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, berdekatan dengan hutan-hutan yang lebat dan rindang. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, terdapat hutan seluas 1.919 Ha di kecamatan tersebut.

Desa Sumberbendo berbatasan dengan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Klino, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro di sebelah utara, adapun di sebelah selatan desa ini berbatasan dengan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tulung, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.

Sedangkan di sebelah barat, desa ini berbatasan dengan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kedung Brubus, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Ini berarti, baik di sebelah utara, selatan, maupun barat, desa yang berada di pedalaman serta memiliki pemandangan yang indah tersebut bersinggungan dengan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Madiun. Hal tersebut mengecualikan di sebelah timur, di mana Desa

(11)

2

Sumberbendo berbatasan dengan Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.

Ditinjau dari luasnya lahan yang dimiliki, Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, termasuk desa dengan lahan yang cukup luas yaitu 536.305 Ha, terdiri dari pemukiman seluas 72.689 Ha, tanah sawah seluas 95.346 Ha, serta tanah tegalan/ladang seluas 368.270 Ha.1 Data tersebut menunjukkan bahwa desa ini merupakan wilayah agraris. Sebagian besar penduduknya memilih untuk menggeluti sektor pertanian sebagai sumber perekonomian keluarga. Itulah mengapa, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang pertanian telah lama diajarkan sekaligus diwariskan lintas generasi. Di samping memiliki lahan yang cukup luas, kekayaan alam yang dimiliki desa ini cukup melimpah. Seperti banyaknya sumber mata air dengan kandungan air yang jernih, sungai yang bebas dari berbagai polusi, juga tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana desa-desa lain yang berada di wilayah Kabupaten Madiun, Desa Sumberbendo memiliki iklim kemarau selama 6 bulan, musim penghujan selama 5 bulan, serta musim pancaroba selama 1 bulan. Akan tetapi, beberapa tahun belakangan, bermacam faktor menyebabkan bergantinya musim-musim ini seringkali tidak bisa dipastikan.

Gambar 1. Peta Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

1 Dokumen Balai Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(12)

3 B. Sejarah Desa Sumberbendo

Sejarah Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, pada dasarnya tak terlepas dari mitologi masyarakat setempat yang telah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Dalam taraf tertentu, fakta-fakta seputar kisah yang dimaksud sangat sulit dibuktikan kebenarannya melalui metode penulisan sejarah modern. Namun demikian, catatan sejarah yang dibumbui dengan mitos-mitos rakyat Nusantara tidak bisa dikesampingkan begitu saja lantaran awal mula lahirnya desa-desa di Indonesia memiliki keterkaitan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Di samping memuat filosofi kehidupan orang desa, fakta sejarah yang bercampur dengan mitologi tersebut juga merekam semangat zaman.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, sejarah Desa Sumberbendo bermula dari kisah para pencari kayu bakar yang menemukan sebuah sumber air yang cukup besar.

Pada tahun 1903 sejumlah orang yang berasal dari Tawangsono dan Kali Pelem mencari kayu bakar di hutan belantara. Sebagaimana kebiasaan pada masa itu, dapur tradisional memerlukan kayu bakar untuk mengolah aneka bahan makanan sehingga bisa dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga. Setelah berjalan beberapa lama, sebagian dari mereka merasa haus dan berusaha mencari sumber air di sekitarnya. Sayangnya, mereka tetap tidak menemukannya, meskipun sejumlah titik telah diperiksa secara teliti dan seksama. Karena masih saja merasa kepanasan, orang-orang tersebut memilih untuk beristirahat sejenak. Mereka duduk dengan santai dan bergerombol di bawah pohon bendo (sejenis pohon sukun). Tanpa diduga sebelumnya, mereka dikejutkan dengan suara aliran air dari arah tertentu.

Gemericik air yang terdengar di suatu tempat tiba-tiba membuat mereka terperanjat.

Mereka seolah masih tidak percaya ketika menemukan sebuah sumber air yang mengalir deras di bawah pohon bendo.

Para pencari kayu bakar tersebut tidak tinggal diam dan beranjak dari sana.

Kejadian di atas segera dilaporkan kepada tokoh masyarakat yang tinggal Kedunggaleh. Mereka berharap agar penemuan sumber air direspons sekaligus ditindaklanjuti oleh tokoh-tokoh lokal yang dipercaya mampu melahirkan kebijaksanaan. Kemudian Petinggi (kepala desa) yang bernama Ponco, Carik

(13)

4

(sekretaris desa) yang bernama Dito, serta Ki Jogoboyo (petugas keamanan desa) yang bernama Karinem, memutuskan untuk bergegas ke lokasi guna melihat sumber air yang baru saja ditemukan. Mereka masih diliputi rasa keheranan bercampur kegembiraan saat mendapati bahwa sumber air yang dimaksud rupanya cukup besar dengan persediaan air yang melimpah.

Tak berselang lama Petinggi, Carik serta Ki Jogoboyo berkumpul untuk menggelar musyawarah bersama. Sejak lama tersebar anggapan masyarakat tradisional bahwa pembicaraan mengenai penemuan sumber air harus memperoleh prioritas utama. Bagaimanapun, keberadaan sumber air pada masa silam merupakan hal yang sangat penting dan strategis. Mengingat, berlangsungnya kehidupan manusia mensicayakan adanya air di tempat tinggal mereka. Itulah mengapa, orang desa menilai bahwa sumber air mampu mendatangkan kemuliaan, keberuntungan, serta kebaikan bagi desa. Sumber air menandai bahwa dari situlah kehidupan manusia bermula. Setelah masing-masing tokoh masyarakat mengeluarkan pendapat, tibalah mereka mengambil keputusan. Salah satu hasil kesepakatan musyawarah pada waktu itu adalah menetapkan “Sumberbendo” sebagai nama sumber air yang bersih dan jernih tersebut. Nama ini pada dasarnya diambil dari kata sumber (Bahasa Jawa) yang bermakna sumber air, serta bendo yang merupakan pohon di mana sumber air tersebut ditemukan. Puluhan tahun kemudian, seiring dengan perubahan zaman, akhirnya lambat laun Sumberbendo berkembang menjadi suatu desa kecil yang bertahan hingga sekarang dan dihuni oleh sejumlah orang.2

2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, Desa Sumberbendo Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun (Madiun: Pemerintah Desa Sumberbendo, 2018), 8.

(14)

5

C. Susunan Organisasi Pemerintah Desa Sumberbendo

Berikut disajikan sususnan organisasi Pemerintah Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, periode 2019-2024:3

Tabel 1. Susunan Organisasi Pemerintah Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

No Nama Jabatan

1 Suprapto Kepala Desa Sumberbendo

2 Sujarmi Sekretaris Desa

3 Djuari Kepala Seksi Pemerintahan

4 Subianto, S.Ag Kepala Seksi Kesejahteraan

5 Suwardi Kepala Urusan Perencanaan

6 Kasiman Kepala Urusan Keuangan

7 Sukimin Kepala Pelaksana Kewilayahan

Dusun Piji

8 Ike Ardilasari Kepala Pelaksana Kewilayahan Dusun Tawangsono

9 Supari Kepala Pelaksana Kewilayahan

Dusun Kece

10 Sutimun Kepala Pelaksana Kewilayahan

Dusun Oro-oro Waru

Berdasarkan data di atas, sebagian besar perangkat desa diduduki oleh kaum lelaki, mulai dari Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan Perencanaan, hingga Kepala Seksi Kesejahteraan.

Dalam periode pemerintahan yang sedang berlangsung, ternyata hanya Sekretaris Desa yang dijabat oleh perempuan. Sementara Staf Petugas Desa, yang posisinya diperbantukan oleh kepala desa, juga diduduki oleh perempuan. Kondisi demikian menggambarkan bahwa posisi-posisi strategis di desa berada dalam domain kaum

3 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(15)

6

lelaki. Apalagi, tersebar anggapan sebagian masyarakat bahwa posisi-posisi tersebut lebih layak dimiliki oleh kaum lelaki daripada perempuan.

Selain susunan perangkat desa, dominasi kaum lelaki terhadap perempuan juga cukup tampak dalam Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:4

Tabel 2. Proposisi Tokoh Lokal di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

Tokoh Lokal Jenis Kelamin Jumlah

a. Sekretaris Desa Laki-laki 0

Perempuan 1

b. Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum Laki-laki 1

Perempuan 0

c. Kepala Urusan Keuangan Laki-laki 1

Perempuan 0

d. Kepala Urusan Perencanaan Laki-laki 1

Perempuan 0

e. Kepala Seksi Pemerintahan Laki-laki 0

Perempuan 1

f. Kepala Seksi Kesejahteraan Laki-laki 1

Perempuan 0

h. Staf Petugas Desa Laki-laki 0

Perempuan 1

i. BPD dan Anggota Laki-laki 6

Perempuan 3

j. LPM dan Anggota Laki-laki 10

Perempuan 3

k. TP. PKK Desa Laki-laki 0

Perempuan 9

4 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(16)

7

l. Kepala Dusun Laki-laki 3

Perempuan 1

m. Ketua RW Laki-laki 3

Perempuan 1

n. Ketua RT Laki-laki 33

Perempuan 0

Apabila ditinjau secara seksama, kepengurusan BPD dan LPM didominasi oleh kaum lelaki, sementara mayoritas Ketua Rukun Warga (RW) adalah lelaki.

Terpilihnya kaum perempuan menjadi pengurus BPD dan LPM mencerminkan penyesuaian terhadap amanat peraturan perundang-undangan. Keberadaan perempuan dalam tubuh organisasi sekadar mencerminkan formalitas.

Ditampungnya remaja-remaja putri dan ibu-ibu muda dalam beberapa organisasi dilakukan dalam rangka mengakomodir norma-norma yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, di mana kepengurusan atau keanggotaan BPD dan LPM harus diwarnai oleh kaum perempuan.

Hal di atas dilengkapi dengan kepemimpinan Rukun Tetangga (RT) di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun yang juga dipegang oleh kaum lelaki. Dari sekian banyak posisi strategis di desa, hanya organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merupakan pengecualian.

Data di atas menunjukkan bahwa kepengurusan PKK dipegang oleh kaum perempuan. Hal ini merupakan hal lazim, karena PKK seolah merepresentasikan diri sebagai organisasi perempuan. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalamnya memang lebih identik dengan urusan kaum Hawa dibanding kaum lelaki.

Bagaimanapun, PKK lebih banyak menampilkan ibu-ibu dan para remaja putri di ranah publik. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh PKK juga bertujuan mewadahi kepentingan kaum perempuan di desa.

(17)

8 D. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia hingga tahun 2021 di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, adalah sebagai berikut:5

Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

No Jenis Sarana Prasarana Volume/Jumlah

1 Balai Desa 1

2 TK/PAUD 4

3 SD 4

4 SLTP 1

5 SLTA -

6 Perguruan Tinggi -

7 Polindes -

8 Puskesmas Pembantu 1

9 Rumah Sakit -

10 Jalan Propinsi -

11 Jalan Kabupaten 5.000 m

12 Jalan Kecamatan -

13 Jalan Desa (aspal dan rabat) 3.000 m

14 Jalan desa (tanah) 2.000 m

15 Jalan Desa (macadam/telford) 5.000 m

16 Lapangan -

17 Terminal -

18 Perkantoran -

19 Pasar Desa 1

20 Masjid/Musholla 18

21 Gereja -

5 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(18)

9

Terbatasnya sarana dan prasarana di Desa Sumberbendo menyebabkan masyarakat setempat terkendala dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Padahal, tersedianya sarana dan prasarana memadai bagi masyarakat setempat merupakan kebutuhan mendesak. Pemerintah desa seharusnya memahami kondisi demikian dengan memaksimalkan dana desa yang beberapa tahun belakangan digelontorkan dari pemerintah pusat. Apalagi, prioritas penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tersebut diarahkan untuk memperbaiki infrastrukur desa-desa di seluruh Indonesia.

Terdapat beberapa instansi yang hingga tahun 2021 dijumpai di Desa Sumberbendo, di antaranya instansi pemerintahan, kelompok swadaya masyarakat, pusat layanan kesehatan, serta lembaga pendidikan. Sejumlah perkantoran yang berada di Desa Sumberbendo yaitu Kantor Desa, PosPin, kantor PKK, PusTu (Puskesmas Pembantu), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Simpan Pinjam dan Koperasi Serba Usaha. Seluruh perkantoran di atas pada dasarnya juga bisa dikategorikan sebagai sarana dan prasarana desa.

E. Demografi Desa Sumberbendo 1. Jumlah Penduduk

Pemukiman Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun terbilang sangat padat. Jumlah penduduknya terdiri dari sekitar 6.674 jiwa dengan rincian di bawah ini:6

Tabel 4. Proporsi Penduduk Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

Penduduk Jumlah

Total Penduduk 6.674

Penduduk Laki-laki 3.572

Penduduk Perempuan 3.102

Penduduk Pendatang sd Tahun 2021 27

Penduduk Pergi sd Tahun 2021 23

6 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(19)

10

Selain warga setempat atau penduduk asli, Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun juga dihuni oleh kaum pendatang. Mereka datang ke sana dengan berbagai alasan, semisal perkawinan, pekerjaan, atau alasan lainnya. Selain itu, ada juga beberapa orang yang memilih pergi dari sana untuk merantau, bekerja, dan lain sebagainya. Dengan demikian, terdapat faktor pendorong dan pendarik mengapa orang-orang memilih untuk menghuni desa tersebut atau keluar dari sana.

Adanya kaum pendatang di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun turut mengubah sosiologi dan psikologi masyarakat. Dalam beberapa aspek, corak kehidupan orang-orang desa telah bergeser. Di sana-sini telah terjadi tukar-menukar kebudayaan. Bagaimanapun, bercampurnya orang- orang yang lahir di desa tersebut dengan orang-orang luar memunculkan cara pandang baru. Seiring meningkatnya intensitas hubungan antara penduduk asli dengan para pendatang, pertukaran budaya merupakan hal yang tidak mungkin dihindari.

Bila dibandingkan, jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan. Dalam taraf tertentu, proporsi penduduk semacam ini turut membentuk pemikiran, cara pandang dan corak berpikir masyarakat setempat.

Kegiatan-kegiatan masyarakat seringkali menempatkan sekaligus mengutamakan

Laki-Laki 53%

Perempuan 46%

Pendatang 1%

Pergi 0%

Persentase Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Pendatang Pergi

(20)

11

kaum laki-laki selaku aktornya. Data yang ada menunjukkan bahwa akses dan ruang publik di desa lebih diprioritaskan bagi kaum lelaki. Bagi masyarakat setempat, penokohan kaum lelaki merupakan hal yang wajar, sementara penokohan kaum perempuan justru dipertanyakan. Pemikiran yang menggariskan pengutamaan para lelaki sekaligus pengesampingan para perempuan senantiasa dipertahankan oleh masyarakat setempat. Selain karena diwariskan lintas generasi, menguatnya kultur patriarki juga dipengaruhi oleh besarnya penduduk laki-laki yang melebihi penduduk perempuan.

Tabel yang disajikan berikut menggambarkan jumlah penduduk Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun pada tahun 2021 berdasarkan struktur usianya.7

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

Usia Fase Jumlah

a. <1 tahun Bayi 105

b. 1-4 tahun Balita 221

c. 5-14 tahun Remaja 776

d. 15-39 tahun Dewasa (I) 1215

e. 40-64 tahun Dewasa (II) 3200

f. 65 tahun ke atas Lansia 657

Total 6.674

7 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(21)

12

Sebagian besar penduduk Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk usia produktif mendominasi struktur penduduk di desa tersebut. Dalam konteks inilah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM) menemukan urgensinya. Apalagi, sebagian besar penduduk Indonesia terutama mereka yang memiliki usia produktif belum cukup mendapat perhatian. Padahal, besarnya jumlah penduduk dengan usia produktif membuka peluang bagi desa untuk berkarya.

Apabila diperhatikan, kondisi demikian menampilkan hal yang kontradiktif. Di satu sisi, besarnya jumlah penduduk usia produktif merupakan keunggulan atau kelebihan yang semestinya bisa dimanfaatkan oleh desa tersebut.

Banyak hal yang bisa dicapai oleh pemerintah dengan tersedianya banyak tenaga di desa. Berbagai program dan kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun pemerintah desa dapat berhasil diwujudkan lantaran didukung dengan banyaknya orang-orang dengan usia produktif. Dengan adanya bonus demografi,

(22)

13

desa-desa di Indonesia sebenarnya diuntungkan karena berpeluang dalam upaya memperbaiki produktivitas masyarakat desa.

Namun, di sisi lain, besarnya jumlah penduduk usia produktif juga rentan menimbulkan ekses atau dampak negatif. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang selama ini menghantui desa-desa di Indoensia dikhawatirkan memunculkan persoalan tersendiri. Perebutan sumber-sumber ekonomi di desa tidak mungkin dihindari. Apabila hal ini yang terjadi, maka kondisi desa yang guyub dan damai akan dinodai dengan adanya perselisihan, permusuhan, atau pertengakaran. Atas dasar itulah, besarnya jumlah penduduk usia produktif di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun harus direspons sekaligus dikelola dengan bijak.

2. Wilayah Administrasi Desa Sumberbendo

Wilayah administrasi di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun secara umum terdiri dari wilayah dusun/lingkungan, Rukun Warga (RW) serta Rukun Tetangga (RT). Ketiga wilayah administrasi tersebut dijabarkan melalui rincian tabel di bawah ini:8

Tabel 6. Wilayah Administrasi Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

No Nama Dusun Jumlah RW Jumlah RT

1 Piji 1 9

2 Tawangsono 1 7

3 Oro-Oro Waru 1 9

4 Kece 1 8

Data di atas menggambarkan bahwa meskipun setiap dusun di Desa Sumberbendo memiliki jumlah RW yang sama, yaitu 1 (satu), akan tetapi masing-

8 Wawancara dengan Suprapto, Kepala Desa Sumberbendo, pada 1 September 2021, pukul 10:37 WIB.

(23)

14

masing dusun mempunyai jumlah RT yang berbeda. Dusun Piji dan Dusun Oro-oro Waru merupakan dusun dengan jumlah RT terbanyak, yaitu 9 (Sembilan) RT.

Adapun Dusun Kece berjumlah 8 (delapan) RT, sementara Dusun Tawangsono berjumlah 7 (tujuh) RT. Luas masing-masing dusun di desa tertentu antara lain menyebabkan perbedaan jumlah RT. Semakin besar suatu dusun, semakin banyak pula jumlah RT-nya. Begitu pula sebaliknya. Semakin kecil suatu dusun, semakin sedikit pula jumlah RT-nya. Namun demikian, hal ini tidak bisa dijadikan sebagai pedoman yang baku dan pasti. Di desa-desa lain di Indonesia, boleh jadi ditemukan fakta bahwa luasnya dusun kurang sebanding dengan jumlah RT yang ada.

Perbandingan antara gambaran desa-desa di Jawa dan luar Jawa merupakan contoh representatif sekaligus menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.

Bagaimanapun, desa-desa di Indonesia mempunyai keanekaragaman dan karakter tersendiri.

F. Profil Penduduk Desa Sumberbendo 1. Kondisi Keagamaan

Dalam bidang keagamaan, masyarakat Desa Sumberbendo sebenarnya bercorak heterogen. Selain Islam, ada agama-agama lain yang sejak lama dipeluk oleh masyarakat setempat. Namun demikian, sebagaimana desa-desa lain di Jawa Timur, mayoritas penduduk Desa Sumberbendo adalah muslim. Kuatnya masyarakat setempat memegang teguh nilai keagamaan antara lain ditandai dengan banyaknya sarana dan prasarana peribadatan di sana. Keberadaan musalla dan masjid sebagai tempat beribadah di sejumlah titik merupakan bentuk atau wujud orang-orang desa mengekspresikan rasa keimanan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Ritual-ritual peribadatan dan bermacam aktivitas keagamaan seringkali digelar di tempat yang dianggap suci tersebut. Di samping mendekatkan diri kepada Tuhan, orang-orang desa juga menjadikan musalla dan masjid sebagai sarana mengukuhkan tali persaudaraan, kekeluargaan, serta kekerabatan. Betapa ikatan sosial dan solidaritas yang terjalin antarwarga mampu dikuatkan oleh mereka dengan mengadakan even-even tertentu sebagai wadah silaturahim. Kerukunan,

(24)

15

keguyuban, serta kenyamanan Desa Sumberbendo di antaranya didukung dengan terselenggaranya acara syukuran warga dan peringatan hari-hari besar kegamaan di musalla dan masjid.

Uniknya, walaupun terdapat berbagai pemeluk agama, akan tetapi keberagaman yang ada di Desa Sumberbendo tidak lantas menjadikan masyarakatnya terpecah belah. Dalam beberapa aspek kehidupan, mereka senantiasa mengutamakan persatuan di atas segalanya. Mereka berupaya menunjukkan rasa saling menghargai antara satu orang dengan lainnya. Dengan menjunjung tinggi tepa selira (tenggang rasa) bermacam perbedaan mampu ditanggapi dengan arif dan bijak. Aktivitas-aktivitas sosial yang melibatkan beragam elemen masyarakat diselenggarakan dengan cara gotong royong.

Kebersamaan yang diwujudkan dalam berbagai kesempatan menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sumberbendo hidup berdampingan secara harmonis dalam bingkai toleransi. Dalam konteks inilah, tercipta kerukunan antar umat beragama yang merefleksikan sekaligus mengejawantahkan prinsip, dasar, serta nilai-nilai Pancasila.

2. Mata Pencaharian

Tabel yang disajikan di bawah ini menggambarkan jumlah penduduk Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun pada tahun 2021 berdasarkan pekerjaan penduduk atau mata pencahariannya.9

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

Profesi Jenis Kelamin Jumlah

a. Petani Laki-laki 1798

Perempuan 54

1 1051

9 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

(25)

16

b. Buruh Tani Perempuan 901

c. Buruh Pabrik Laki-laki 256

Perempuan 150

d. PNS Laki-laki 4

Perempuan 1

e. Pegawai Swasta Laki-laki 123

Perempuan 16

f. Wiraswasta / pedagang Laki-laki 142

Perempuan 34

g. TNI Laki-laki 3

Perempuan 0

h. POLRI Laki-laki 2

Perempuan 0

i. Bidan (Honorer) Laki-laki 0

Perempuan 1

j. Perawat (Honorer) Laki-laki 1

Perempuan 0

Total 6.674

Petani 41%

Buruh Tani 43%

Buruh Pabrik 9%

PNS 0%

Pegawai Swasta 3%

Wiraswasta 4%

TNI 0%

POLRI 0%

Bidan 0%

Perawat 0%

Persentase Pekerjaan Penduduk

Petani Buruh Tani Buruh Pabrik PNS Pegawai Swasta

Wiraswasta TNI POLRI Bidan Perawat

(26)

17

Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun adalah buruh tani dengan jumlah 1.952 orang, disusul dengan petani yang berjumlah 1.852 orang.

Jumlah buruh tani yang melebihi petani di desa ini menggambarkan bahwa banyak orang yang bekerja di sektor pertanian dengan memanfaatkan lahan orang lain.

Meskipun bekerja di sawah, tetapi sesungguhnya mereka tidak memiliki lahan pertanian. Mereka memiliki skill bertani yang diwariskan secara turun-temurun.

Itulah mengapa, pada umumnya kondisi perekonomian mereka lebih rendah daripada pemilik sawah. Terdapat kesenjangan antara penggarap sawah dengan pemiliknya. Sebagian buruh tani menerima pembagian hasil keuntungan dengan ketentuan dan besaran yang telah ditetapkan oleh pemilik sawah atau berdasarkan kesepakatan keduanya.

Berdasarkan data tersebut, pekerjaan yang berhubungan dengan sektor pertanian ternyata tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki, melainkan juga kaum perempuan. Banyak kaum hawa di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun yang ikut terlibat dalam menggarap sawah. Meskipun pekerjaan buruh tani didominasi oleh kaum lelaki, namun kaum perempuan yang menjadi buruh tani juga menyumbang angka yang besar. Di sela-sela kesibukan menyelesaikan tugas-tugas domestik, semisal memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, serta membereskan pekerjaan rumah tangga lainnya, para istri masih menyisakan waktu untuk bekerja. Mereka berusaha membantu suaminya dalam memperoleh tambahan penghasilan. Hal ini membuktikan bahwa kaum perempuan di desa tersebut memiliki etos kerja yang tinggi. Semangat mereka dalam memperbaiki taraf hidup keluarga patut diapresiasi.

Pada umumnya buruh tani atau petani merupakan mata pencaharian dengan penghasilan yang relatif rendah. Dengan menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghasilan utama, kondisi perekonomian masyarakat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun puluhan tahun silam terbukti cukup memprihatinkan. Masyarakat setempat selalu mengandalkan hasil bumi untuk mencukupi keperluan sehari-hari, mulai dari bahan-bahan pokok, kebutuhan sosial, hingga biaya pendidikan anak. Tenaga, waktu, dan pikiran yang

(27)

18

dicurahkan untuk menggarap sawah kurang seimbang dengan hasil yang diperoleh.

Melejitnya harga pupuk, cuaca yang tidak menentu, perubahan kontur tanah merupakan sebagian kesulitan yang dialami oleh para petani. Namun demikian, mereka tetap menjadikan sektor pertanian sebagai sumber perekonomian yang utama dikarenakan karena itulah satu-satunya cara agar mereka tetap bertahan hidup.

Hal di atas berubah ketika mereka mulai mengenal porang sebagai salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan. Bagi orang-orang yang memahami pemanfaatan porang, budi daya tanaman ini barang tentu menjanjikan kesejahteraan. Kondisi finansial masyarakat setempat turut berubah seiring dengan semakin melonjaknya orang-orang di desa yang menganggap bahwa budi daya porang memberikan hasil yang memuaskan. Orang-orang yang awalnya menggarap sawah dengan padi sebagai tanaman utamanya, kini beralih ke tanaman porang. Di sinilah terjadi pergeseran dari petani padi ke petani porang. Pergeseran tersebut rupanya juga turut mengubah siklus kehidupan mereka, termasuk dalam kegiatan perekonomian, aktivitas sosial, serta corak pertanian di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.

Masyarakat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun kini dapat menambah penghasilan dari tanaman porang. Bagi orang-orang yang memiliki modal besar, pundi-pundi kekayaan bisa dikumpulkan dengan memberdayakan porang yang ditanam di sekeliling rumah atau dalam wilayah hutan. Mereka yang memiliki lahan yang luas bahkan lebih memilih untuk mempekerjakan orang lain daripada bekerja sendiri. Jumlah upah tertentu yang harus dikeluarkan untuk mengganti keringat pengelola tanaman tersebut bukanlah suatu permasalahan, mengingat hasilnya yang melimpah dan menggiurkan.

3. Tingkat Pendidikan

Kondisi pendidikan Desa Sumberbendo hingga tahun 2021 cukup memprihatinkan. Mayoritas penduduk Desa Sumberbendo hanyalah merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) di lembaga pendidikan terdekat. Bahkan, sebagian di antara mereka tidak sempat menamatkan sekolah dikarenakan bermacam faktor.

(28)

19

Jauhnya jarak pemukiman dengan sekolah yang dituju merupakan salah satu penghalang masyarakat setempat untuk menyelesaikan proses pendidikannya.

Sebagaimana diketahui, ditinjau dari aspek geografisnya, Desa Sumberbendo merupakan desa terpencil dan jauh dari keramaian. Selain letaknya cukup jauh dari kecamatan dan kabupaten, instansi pendidikan yang tersedia di desa juga sangat terbatas. Sulitnya akses serta lamanya jarak tempuh ke beberapa sekolah membuat masyarakat setempat memilih untuk tidak melanjutkan studinya. Kondisi demikian diperparah dengan rendahnya tingkat perekonomian masyarakat setempat serta minimnya motivasi orang-orang desa untuk menempuh studi yang harus dilalui selama beberapa tahun. Berikut disajikan tabel yang menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun hingga tahun 2021.10

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun

Tidak Tamat SD

Tingkat SD

Tingkat SLTP

Tingkat SLTA

Tingkat PT

329 4.390 956 474 25

10 Dokumen Profil Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Tahun 2021.

5%

71%

16%

8%

0%

Persentase Pendidikan Masyarakat Desa Sumberbendo

Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi

(29)

20

Tabel di atas mengindikasikan bahwa jumlah lulusan SD menempati urutan pertama yang menggambarkan tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Disusul dengan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), baru kemudian lulusan Perguruan Tinggi (PT). Apabila lulusan SD berjumlah 4.390 orang, lulusan SLTP berjumlah 956, lulusan SLTA berjumlah 474 orang, maka lulusan PT hanya berjumlah 25 orang. Ini berarti, ditinjau dari aspek pendidikan, Desa Sumberbendo mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang sangat rendah. Beragam potensi yang ada di desa kurang diimbangi dengan tersedianya SDM yang memadai. Padahal, dengan banyaknya orang-orang desa yang menjadi sarjana memberikan peluang untuk memajukan desa sekaligus meningkatkan taraf hidup warganya. Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh selama mereka menjadi mahasiswa bisa diaplikasikan di desa. Teori yang didapatkan selama mereka berada di bangku perkuliahkan dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun seorang sarjana atau lulusan PT tidak sepenuhnya dijamin mampu menjadi penggerak desa, akan tetapi proses studi yang dilalui minimal membuka cakrawala pengetahuan orang desa sekaligus mengubah pola dan cara berpikir mereka.

4. Tradisi dan Kebudayaan

Setiap masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, mempunyai tradisi dan kebudayaan masing-masing. Beragam tradisi dan kebudayaan yang dijalankan di setiap daerah mencerminkan karakter dan sifat masyarakatnya. Sayangnya, seiring dengan gencarnya arus modernisasi dan globalisasi, sejumlah tradisi dan kebudayaan terpaksa menghilang ditelan zaman.

Dalam konteks inilah, apa yang dilakukan oleh orang-orang desa patut mendapat apresiasi. Mereka sebisa mungkin berupaya agar tradisi dan kebudayaan yang diajarkan oleh para pendahulu tetap dilestarikan. Ada beberapa tradisi dan kebudayaan yang hingga kini berjalan di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, di antaranya sebagai berikut:

(30)

21 a. Perayaan Sedekah Bumi

Kegiatan yang diadakan oleh warga di ruang publik atau alam terbuka ini merefleksikan ungkapan rasa syukur yang mendalam terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh. Seberapa kecil atau besar hasil yang didapat dari sawah yang digarap, para petani selalu mensyukurinya dengan mengulurkan sedekah kepada sesama. Dengan menghadirkan aneka pergelaran dan kesenian rakyat, sedekah bumi pada umumnya dihadiri oleh banyak orang, baik mereka yang berdomisili di desa, para tetangga desa, maupun tamu undangan. Dalam taraf tertentu, kegiatan yang biasanya diselenggarakan dua tahun sekali ini bercorak sakral karena digenapi dengan bermacam ritual. Makanan-makanan tradisional dihidangkan bagi siapa saja yang menghadirinya. Masyarakat setempat pada umumnya menyajikan aneka masakan berbahan sayuran, buah-buahan, serta tanaman lainnya yang dihasilkan dari sawah. Masih bertahannya sedekah bumi di desa-desa Indonesia merupakan gambaran bahwa orang-orang desa senantiasa berupaya melestarikan tradisi nenek moyang sekaligus menerapkan nilai-nilainya pada masa belakangan.

b. Pergelaran Seni Tayub

Tayub tidak hanya populer di desa-desa Madiun, melainkan juga di wilayah- wilayah Jawa lainnya. Terutama di desa-desa pedalaman, tayub merupakan hiburan yang menarik, sehingga masih dipertahankan oleh sebagian orang.

Dalam perjalanannya, tayub merefleksikan corak dan karakter suatu masyarakat. Itulah mengapa, ragam tayub di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Di Desa Sumberbendo, tayub merupakan kolaborasi antara tari, sinden dan seni karawitan. Sebagai kesenian rakyat, tayub pada umumnya digelar dalam rangka menyemarakkan pesta pernikahan, khitanan serta hajatan besar lainnya. Tayub juga digunakan oleh warga Desa Sumberbendo untuk menandai perhelatan acara-acara monumental yang mengundang atau melibatkan banyak orang, semisal perayaan kemenangan seseorang dalam ajang Pemilihan Kepala Desa. Tayub seringkali

(31)

22

dilaksanakan tengah malam antara pukul 21.00-03.00 WIB. Kesan cabul yang melekat pada tayub menjadikan sebagian orang Islam mulai menjauhinya. Meskipun tindakan-tindakan erotis sudah berangsur-angsur dikurangi atau bahkan dihilangkan oleh siapa saja yang aktif di dalamnya, namun kesan negatif tetap melekat pada seni ini.

5. Komunitas-komunitas Lokal

Berdasarkan penelusuran peneliti bersama tim, ada sejumlah komunitas lokal yang hingga tahun 2021 masih bertahan, yaitu:

a. Komunitas Pemberdayaan Ekonomi 1) Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah suatu lembaga lokal yang memberikan layanan keuangan bagi masyarakat Desa Sumberbendo, terutama orang-orang yang bergerak dalam usaha kecil dan menengah.

Mereka yang selama ini tidak mempunyai akses terhadap perbankan dan layanan keuangan terkait cukup terbantu dengan keberadaan LKM di Desa Sumberbendo. Dengan memanfaatkan bermacam layanan yang diberikan, usaha masyarakat setempat dapat berkembang dengan pesat. Kegiatan- kegiatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dijalankan oleh masyarakat setempat dapat berjalan dengan optimal seiring dengan adanya LKM. Kelompok Simpan Pinjam dan Koperasi Serba Usaha yang berdiri beberapa tahun terakhir di Desa Sumberbendo termasuk dalam lingkup LKM.

2) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Komunitas yang terdiri dari para petani dalam lingkup desa ini berperan besar dalam menjaga Desa Sumberbendo sebagai wilayah agraris di Kabupaten Madiun. Di samping mengelola sawah, irigasi, hasil panen, serta hal-hal lainnya terkait bidang pertanian, orang-orang yang tergabung dalam Gapoktan juga berusaha sebisa mungkin memfasilitasi pemecahan masalah- masalah yang selama ini dihadapi oleh kaum tani, semisal peristiwa gagal

(32)

23

panen, merebaknya bermacam hama dan sulitnya memasarkan hasil pertanian. Eksistensi komunitas ini cukup dirasakan oleh masyarakat setempat karena secara tidak langsung dinilai dapat membantu para petani dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Mereka yang aktif dalam Gapoktan bisa saling bertukar informasi tentang pertanian.

b. Komunitas Seni

1) Grup Musik Gazanada

Grup ini merupakan grup musik lokal yang diinisiasi oleh masyarakat Desa Sumberbendo dalam rangka mengembangkan skill dan bakat warga dalam bidang musik. Keberadaan grup ini menjadi sarana pelecut orang-orang yang selama ini tertarik dengan musik. Meskipun dengan alat-alat yang sederhana, mereka rajin menggelar latihan. Beberapa kali mereka diundang untuk menyemarakkan hajatan warga.

2) Pencak Silat

Pencak silat merupakan seni bela diri yang sanggup bertahan di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi. Bahkan, di lingkup Kecamatan Saradan, pencak silat berkembang dengan baik dan pesat. Pencak silat mampu menarik simpati banyak kalangan. Bukan hanya remaja putra, pencak silat juga sangat diminati oleh remaja putri. Sebagian kepala desa dan perangkat desa juga merupakan orang yang aktif dalam kepengurusan perguruan pencak silat. Di samping meneguhkan kedudukan seseorang dalam masyarakat, hal ini juga bertujuan mendekatkan diri dengan sejumlah komunitas atau organisasi yang berafiliasi dengan perguruan pencak silat.

Eksistensi perguruan pencak silat di desa-desa Madiun tak perlu diragukan.

Itulah mengapa, bagi orang-orang yang ingin terjun ke dunia politik, mengakrabi tokoh-tokoh dan guru-guru pencak silat merupakan siasat jitu dalam upaya meraih dukungan publik.

(33)

24 BAB II

ASET DESA SUMBERBENDO

KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN

A. Pendekatan Pendampingan 1. Metode ABCD

Metode yang digunakan dalam pendampingan ini adalah Asset Based Community-driven Development (ABCD). Metode ABCD adalah suatu pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat dengan memposisikan manusia untuk diajak mengetahui sekaligus memahami segenap potensi serta aset yang dimiliki.11 Dalam kalimat yang dissampaikan oleh Steve Skinner, ABCD adalah cara bekerja dengan komunitas yang dimulai dari keterampilan, bakat, dan kemampuan orang-orang di akar rumput, dengan fokus pada aset dan kekuatan, bukan pada kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh mereka.12

Metode ABCD bertujuan mencapai tatanan kehidupan sosial di mana masyarakat menjadi aktor utama sekaligus penentu upaya pembangunan di lingkungannya atau lazim dinamakan Community-Driven Development (CDD).

Upaya ini ditempuh dalam rangka memahami potensi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan suatu masyarakat. Dengan demikian, manusia mampu berinisiatif mengembangkan potensi atau aset yang ada. Dalam konteks ini, tujuan diadakannya pendampingan ini adalah mengembangkan potensi sekaligus aset di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Melalui pendekatan ABCD, masyarakat difasilitasi untuk aktif merumuskan agenda maupun program yang didesain dalam upaya memperbaiki kualitas hidup mereka.

Sumber mata air Pancur Pitu yang menjadi ikon pariwisata lokal diharapkan dapat dikembangkan secara optimal sehingga memberikan beragam manfaat bagi masyarakat setempat.

11 Eko Sudarmanto, dkk. Konsep Dasar Pengabdian Kepada Masyarakat: Pembangunan dan Pemberdayaan. (Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis, 2020), 224.

12 Steve Skinner. Building Strong Communities: Guidelines on Empowering the Grass Roots (London: Macmillan Education, 2019), 9.

(34)

25

Pendampingan yang dilakukan oleh dosen-dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini menggunakan ABCD yang selama ini lebih dikenal sebagai pendekatan berbasis aset. Hal ini berangkat dari fakta bahwa Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun sebagai lokasi pendampingan mempunyai sejumlah aset. Yang patut disayangkan, sebagian besar masyarakat setempat belum menyadari hal tersebut. Padahal, orang-orang yang tinggal di Desa Sumberbendo pada dasarnya perlu menyadari berbagai potensi dan aset yang selama ini dimiliki.

Setiap individu dalam masyarakat harus memahami bahwa aset merupakan modal yang besar dalam memunculkan kekuatan sekaligus membangun kemandirian.

Rendahnya pemahaman sekaligus kesadaran mereka mengenai potensi dan aset yang dimiliki melatarbelakangi peneliti bersama tim dalam memilih pendekatan ABCD dalam kegiatan pendampingan yang dilakukan.

2. Elemen Kunci ABCD

Setiap metode pendekatan pada dasarnya mempunyai proses yang beragam berdasarkan pemikiran dan cara pandang masing-masing. Ada pendekatan yang mengkaji permasalahan yang harus diatasi, ada pendekatan yang mencurahkan perhatian pada konteks sejarah, ada pula pendekatan yang berupaya mewujudkan mimpi manusia menjadi kenyataan. Metode pendekatan terakhir biasanya lebih kerap memperhatikan aset dan mimpi masyarakat. Metode pendekatan semacam ini menawarkan tiga elemen kunci sebagai berikut:13

a. Energi Masa Lampau

Elemen ini menggali hal-hal yang mampu mengantarkan individu, kelompok, atau masyarakat pada kesuksesan. Munculnya rasa bangga dan terbentuknya solidaritas antara satu orang dengan orang lainnya bisa disebabkan dengan mengingat kembali kisah-kisah sukses pada masa silam.

Cara ini mampu melahirkan daya pikat tersendiri terhadap bagaimana mereka berjuang mewujudkan kesuksesan mereka.

13 Edi Irawan. Model Pengabdian Berbasis Kompetisi. (Yogyakarta: Zahir Publishing), 41

(35)

26 b. Daya Tarik Masa Depan

Elemen ini merencanakan komitmen dan misi yang ingin diraih oleh manusia pada masa depan. Individu, kelompok, atau masyarakat diajak memaknai kesuksesan serta cara mencapainya. Komitmen meraih kesuksesan bersama adalah sebuah motivasi besar bagi setiap manusia.

Adanya visi serta strategi yang harus ditempuh menjadikan masyarakat ingin senantiasa berupaya mewujudkannya. Pada saat inilah, masyarakat sendiri yang akan merangkai kisah sukses mereka.

c. Persuasi Masa Kini

Elemen ini membentuk ulang situasi masa kini dari gambaran aset yang memiliki kekurangan, namun ditinjau dari cara pandang yang berbeda.

Bentuk penghargaan terhadap aset dilakukan dengan menjadikannya cukup bermakna. Persuasi masa kini bisa dilakukan dengan memetakan aset.

Masyarakat dan fasilitator sebisa mungkin menghargai semua aset individu maupun aset kelompok yang bisa dikembangkan bersama. Hal ini menjadi dasar kemitraan antara kelompok lokal dengan pihak luar, termasuk pemerintah. Berikut disajikan bagan 3 elemen kunci yang dimaksud:

Gambar 2. Keterkaitan antara Elemen Kunci ABCD

Ketiga elemen yang disebutkan di atas menjadi kunci utama dalam pendekatan pendampingan, di mana antara satu elemen dengan elemen lainnya

(36)

27

memiliki keterkaitan yang sangat erat. Pemilihan ABCD sebagai metode pendampingan meniscayakan adanya ketiga elemen tersebut.

3. Prinsip-prinsip ABCD

ABCD sebagai suatu pendekatan dalam upaya mengembangkan dan memberdayakan masyarakat memiliki dasar paradigmatik dan beberapa prinsip yang yang mendasarinya. Di samping berperan sebagai acuan pokok, paradigma dan prinsip ini juga mencerminkan karakteristik ABCD yang membedakannya dengan pendekatan-pendekatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

lainnya. Ini berarti, metode ABCD memuat paradigma sekaligus beberapa prinsip yang digunakan dalam mengembangkan masyarakat dengan berbasis pada aset.

Poin penting dalam paradigma dan prinsip pendekatan ABCD yaitu semua hal diarahkan pada pemahaman manusia dan internalisasi kekuatan, potensi, aset, serta pendayagunaannya secara mandiri dan optimal. Setiap prinsip menggambarkan adanya penyadaran masyarakat terhadap kekuatan serta energi positif yang perlu diketahui, dipahami, diidentifikasi, diinternalisasi, serta dimobilisasi oleh mereka dalam rangka meningkatkan kesejahteran. Dengan jalan ini, semua elemen masyarakat juga semakin berdaya. Paradigma dan beberapa prinsip pengembangan masyarakat berbasis aset dalam pendekatan ABCD yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Setengah terisi lebih berarti (half full and half empty) 2. Semua punya potensi (no body has nothing)

3. Partisipasi (participation) 4. Kemitraan (partnership)

5. Penyimpangan positif (positive deviance) 6. Berasal dari dalam masyarakat (endogenous) 7. Mengarah pada sumber energi (heliotropic)

Melalui ketujuh prinsip di atas, masyarakat diajak mengenali sekaligus mendalami potensi atau aset yang dimiliki. Seiring dengan munculnya rasa kepemilikan aset oleh setiap elemen masyarakat, perubahan yang diharapkan bisa diwujudkan secara perlahan. Apabila potensi atau aset telah berhasil digali, maka

(37)

28

setiap anggota komunitas bisa berperan aktif dalam kehidupan. Mereka dapat berkontribusi nyata terhadap adanya perubahan. Dalam taraf tertentu, keterbatasan fisik yang dimiliki seseorang tidak menghalanginya untuk memberikan sumbangsih atau kontribusi bagi masyarakat. Ada banyak kisah inspiratif orang-orang sukses yang justru mampu membalikkan keterbatasan fisik menjadi suatu kekuatan besar.

Bagaimanapun, aset merupakan modal berharga yang dimiliki oleh seluruh masyarakat. Pendekatan ABCD semakin menemukan urgensi dan relevansinya ketika dikaitkan dengan sejumlah aset Desa Sumberbendo yang sebisa mungkin dapat dioptimalkan. Dalam pendekatan ini, peneliti bersama tim menggunakan beragam cara dalam pendekatan ABCD, salah satunya dengan “melihat gelas separuh terisi dan separuh kosong”. Bagian gelas yang terisi menggambarkan potensi, aset atau kelebihan masyarakat, sementara bagian gelas yang kosong mengisyarakatkan kekurangannya. Ini berarti, setiap individu dalam masyarakat mempunyai sesuatu untuk bisa dioptimalkan. Apabila mereka bersedia memfokuskan diri pada apa yang dimiliki sekaligus mengembangkannya secara maksimal, niscaya hal tersebut menjadi semacam kekuatan yang besar bagi mereka.

Munculnya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai potensi atau aset mereka memerlukan partisipasi aktif semua elemen masyarakat yang menjadi kunci utama pendampingan. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dijalankan oleh dosen-dosen UIN Sunan Ampel Surabaya bermula dari masyarakat dan untuk masyarakat. Dengan demikian, partisipasi merupakan proses untuk meraih tujuan tertentu. Merujuk Britha Mikkelsen, partisipasi menghasilkan pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Dapat diartikan bahwa partisipasi adalah alat yang digunakan untuk membangun tujuan pembangunan yang berkeadilan sosial.14

14 Britha Mikkelsen. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2011), 65.

(38)

29 4. Subjek dan Sasaran Pendampingan

Pendampingan ini mengambil lokasi di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Subjek dan sasaran utama dalam pendampingan yang dilakukan oleh dosen-dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini adalah orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan sumber mata air Pancur Pitu di Dusun Oro-oro Waru. Mempertimbangkan aset yang dimiliki oleh masyarakat setempat sekaligus semangat mereka dalam upaya mewujudkan harapan, fasilitator memilih Desa Sumberbendo sebagai lokasi pendampingan.

Aspek atau bidang yang dibidik dalam pendampingan adalah pemberdayaan ekonomi pariwisata. Dalam konteks ini, fokus pendampingan diarahkan pada penguatan komunitas. Sebagaimana diketahui, Desa Sumberbendo termasuk salah satu desa di Kabupaten Madiun yang sejak lama dibekali dengan potensi atau aset yang cukup besar, semisal melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA), besarnya Sumber Daya Manusia (SDM), serta tingginya kekuatan sosial.

Meskipun dalam taraf tertentu, aset fisik di sana cukup terbatas, akan tetapi aset yang terakhir ini tetap saja dapat digunakan secara maksimal dalam upaya membentuk kemandirian masyarakat. Aset–aset inilah yang sebenarnya menjadi modal utama dalam memberdayakan masyarakat.

5. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data disesuaikan dengan pendekatan pendampingan, yaitu ABCD. Teknik-teknik pengumpulan data yang dianggap cukup relevan sekaligus menunjang kegiatan pendampingan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset adalah:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan langkah awal yang ditempuh oleh peneliti bersama tim untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pendampingan. Observasi atau pengamatan dilakukan dengan melihat, meninjau, serta mengamati kondisi masyarakat di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Hasil dari kegiatan ini dinilai

(39)

30

dapat memberikan beragam informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat setempat sekaligus hal-hal yang selama ini mampu bertahan. Observasi atau pengamatan merupakan langkah awal yang turut menentukan beberapa langkah berikutnya. Dalam rangka menghasilkan data yang valid, bisa dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, peneliti bersama tim berusaha melakukan kegiatan ini secara maksimal.

b. Focus Group Disscusion (FGD)

FGD merepresentasikan diskusi kelompok dengan menghadirkan sejumlah orang yang memiliki keterkaitan dengan tema atau objek yang dibahas.

Dalam praktiknya, diskusi ini dihadiri oleh lebih dari tiga orang. Dengan menetapkan topik pembahasan, fokus pembahasan dalam diskusi diharapkan tidak melebar. Sebagai salah satu teknik pengambilan data dalam pendampingan ini, FGD dijalankan baik secara formal maupun informal dengan dipandu oleh seorang moderator. Seluruh orang yang hadir dalam FGD berhak memberikan pendapat atau pandangan. Moderator, peserta, dan notulen diusahakan diambil dari masyarakat. Fasilitator hanya berperan selaku pendamping diskusi supaya diskusi dapat berjalan dengan tertib dan lancar. Di samping menemukan konsep dan pandangan masyarakat setempat serta menggali data yang dibutuhkan, teknik ini juga merupakan cara mensinergikan antara pemikiran fasilitator dengan masyarakat.

c. Wawancara Semi Terstruktur

Teknik ini dianggap lebih fleksibel karena dilakukan dengan memastikan poin-poin yang akan ditanyakan kepada narasumber. Dalam hal ini, peneliti bersama tim sebisa mungkin memahami dan mendalami pertanyaan berdasarkan jawaban narasumber. Dalam wawancara semi terstruktur, suasana terkesan lebih santai, nyaman dan informal. Data yang digali melalui teknik ini diharapkan lebih valid dan akurat karena narasumber menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dengan suka rela.

Narasumber yang diwawancarai merupakan aktor- aktor yang dinilai berperan besar dalam proses pendampingan.

(40)

31 6. Teknik Validasi Data

Data yang telah diperoleh untuk keperluan pendampingan cukup penting untuk divalidasi kembali oleh peneliti bersama tim. Dalam hal ini, fasilitator berusaha seoptimal mungkin memeriksa kembali apakah data yang diperoleh merupakan data yang valid atau akurat. Pemeriksaan data yang berhasil dikumpulkan dengan data lain yang ada di luar dijalankan melalui triangulasi.

Dengan cara ini, data dan segenap informasi yang berhasil dikumpulkan dinilai memuaskan sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Ada tiga macam triangulasi yang dijalankan oleh fasilitator selama proses pendampingan, yaitu:

a. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dalam pendampingan ini dijalankan dengan menyampaikan pertanyaan serupa, tetapi melalui teknik yang berbeda.

Fasilitator dapat memilih menggunakan observasi, FGD, atau wawancara semi terstruktur. Data yang berhasil dikumpulkan melalui teknik observasi divalidasi dengan teknik FGD maupun wawancara. Apabila memuat perbedaan, maka fasilitator akan mendiskusikan terlebih dahulu mengenai data tersebut. Dengan jalan ini, data yang diperoleh diharapkan lebih valid dan akurat lantaran divalidasi dengan sejumlah teknik yang berbeda.

b. Triangulasi Sumber Data

Teknik ini dalam proses pendampingan dijalankan dengan menyampaikan pertanyaan serupa kepada sumber yang beragam. Fasilitator akan memerika apakah data yang telah dikumpulkan memiliki kesamaan. Dalam konteks ini, sumber yang menjadi rujukan yaitu orang-orang yang terkait dengan tema pendampingan. Fasilitator berusaha menggali data dan informasi mengenai peristiwa-peristiwa penting di Desa Sumberbendo serta hal-hal yang mempunyai keterkaitan dengan isu pendampingan.

c. Triangulasi Komposisi Tim

Triangluasi komposisi tim dalam pendampingan ini dijalankan oleh fasilitator serta sub-tim fasilitator atau tim pendukung. Dalam pendampingan ini, pihak yang sering terlibat dalam teknik ini adalah anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan karang taruna. Hal ini

(41)

32

berangkat dari pertimbangan bahwa mereka inilah yang selama ini terlibat secara langsung dalam pengelolaan lokasi-lokasi wisata di Desa Sumberbendo. Dengan demikian, anggota Pokdarwis dan karang taruna menjadi sub-tim fasilitator yang berpartisipasi aktif dalam proses pendampingan. Data dan informasi yang dikumpulkan oleh mereka diserap sekaligus dibandingkan guna memperoleh data yang valid dan akurat.

B. Aset Alam

Desa Sumberbendo memiliki beberapa aset yang perlu dirawat sekaligus dikembangkan oleh masyarakat setempat, di antaranya aset-aset yang dimaksud adalah sebagai berikut:15

1. Hutan

Sebagaimana diketahui, sebagian besar luas wilayah Desa Sumberbendo merupakan kawasan perhutanan. Itulah mengapa, keberadaan hutan sangat penting bagi masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya jumlah petani porang, pemanfaatan lahan hutan untuk menanam dan mengembangbiakkan tanaman porang merupakan keniscayaan. Kondisi demikian mendapat respons dari pihak Perhutani yang menyewakan sebagian lahan hutan bagi siapa saja yang membutuhkannya. Tersedianya lahan hutan yang disewakan barang tentu memberikan keuntungan bari orang-orang desa yang ingin menjadikan porang sebagai sumber perekonomian utama maupun tambahan. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman tersebut menjanjikan omset yang cukup besar bagi masyarakat setempat. Dengan jarak panen kurang lebih dua tahun, para petani porang dapat memperoleh keuntungan yang berlipat dari modalnya. Bahkan, sebelum masa panen tiba, Sebagian petani porang bisa memetik keuntungan terlebih dahulu.

15 Hasil observasi lapangan di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, pada tanggal 4 September 2021 pukul 10.00 WIB.

Gambar

Gambar 1. Peta Desa Sumberbendo,   Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Tabel 1. Susunan Organisasi Pemerintah Desa Sumberbendo,  Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Tabel 2. Proposisi Tokoh Lokal di Desa Sumberbendo,  Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Sumberbendo,  Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah pedesaan sebagai unit perencanaan tersusun atas unsur-unsur penyusunan potensi wilayah yang meliputi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia(SDM)

Lestari dari Kementrian Kehutanan RI dan Juara 2 Desa Wisata terbaik se DIY tahun 2013.19 Dengan mempertimbangkan potensi SDM dan SDA dan serangkaian aktivitas pemberdayaan

1) Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang belum paham akan Desa Wisata Lurik Tlingsing. 2) Pengelolaan yang kurang maksimal dari penggurus Pokdarwis dan

Sedangkan beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pengembangan Desa Doulu sebagai desa wisata adalah masyarakat kurang menyadari potensi pariwisata

Tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata di Desa Paku Alam adalah untuk melihat potensi yang ada di desa tersebut dari aspek lokasi

Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa desa telah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap untuk pengimplementasikan Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Potensi kearifan lokal yang dapat dikemas dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata di Desa Wisata Pagerharjo adalah guyup rukun dan gotong

Berdasarkan hasil penelitian, kasus di Dusun Sade memiliki beberapa kendala dalam proses pengembangan desa wisata, antara lain; Pertama, kurangnya Sumber Daya Manusia SDM; Kedua,