• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING PADA MATA PELAJARAN PAI TENTANG BERSIKAP JUJUR PADA SISWA SDN I SARI MULYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING PADA MATA PELAJARAN PAI TENTANG BERSIKAP JUJUR PADA SISWA SDN I SARI MULYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1223 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING PADA MATA PELAJARAN PAI

TENTANG BERSIKAP JUJUR PADA SISWA SDN I SARI MULYA”

HASMIYAH, S.Pd

Email: [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar PAI melalui metode circuit learning pada siswa Kelas 2 SDN 1 Sari Mulya Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian ini menggunakan studi tindakan (circuit learning) pada peserta didik Kelas 2 SDN 1 Sari Mulya Kabupaten Tanah Bumbu dengan dua siklus.

Metode pengumpulan datanya menggunakan tes dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Circuit Learning dan di bantu dengan metode Circuit Learning pada pembelajaran PAI mempermudah bagi guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan mengoptimalkan/menuntaskan hasil belajar peserta didik.

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Circuit Learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi sikap jujur pada siswa kelas 2 SDN 1 Sari Mulya Kabupaten Tanah Bumbu dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Hal ini terlihat dari dari peningkatan hasil rata-rata setiap siklusnya. Pada prasiklus nilai rata-rata yaitu 70,21. Nilai rata-rata tersebut meningkat pada siklus I yaitu 75,28 dan pada siklus II nilai rata-ratanya yaitu 87,71. Apabila dilihat dari perolehan nilai tertinggi pada setiap siklusnya juga mengalami peningkatan. Pada prasiklus nilai tertinggi yaitu 82, pada siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu meningkat menjadi 100. Persentase ketuntasan belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu pada prasiklus yang tuntas hanya 28,57%, pada siklus I meningkat menjadi 57,14% dan pada siklus II meningkat menjadi 96,42%. Hanya ada 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal dikarenakan pengaruh intelegensinya yang kurang, padahal minat dan semangatnya cukup tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada semua pihak (peserta didik, guru dan orang tua) untuk dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran PAI.

PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia yang hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam konteks ini membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu berkembang dan berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi

(2)

1224 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

dan bermoral tinggi. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan pencapaian tersebut salah satu cara bisa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran inovatif.

Disisi lain minat siswa terhadap mata pelajaran PAI menurun, siswa lebih suka dengan mata pelajaran lain yang berbasis teknologi dan informasi oleh karena itu mata pelajaran PAI perlu aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan agar peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Peranan pendidikan agama Islam sangat penting dalam era globalisasi seperti sekarang ini, dengan pembekalan moral kepada peserta didik sehingga mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan tatanan moral. Mengingat kekhawatiran akan pengaruh jangka panjang dari kemajuan IPTEK yang mungkin melampaui batas, PAI harus bertindak untuk mencegah dampak-dampak yang menyertai kemajuan tersebut. Pendidikan agama Islam dituntut mampu menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara pada nilai-nilai Islami.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting, karena harus mampu membentuk sikap dan perilaku yang agamis peserta didik. Sikap dan perilaku yang harus dibentuk terutama yaitu sikap jujur, karena jujur merupakan sikap yang menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan dan berani karena benar.

Pendidikan agama Islam pada sekolah umum masih terdapat ketidakseimbangan antara alokasi waktu yang tersedia dan materi pelajarn yang begitu luas mengakibatkan prestasi siswa jauh dari harapan yang diinginkan. Hal ini terbukti kurang tercapainya nilai yang diperoleh oleh siswa, terutama pada materi sikap jujur yaitu rentang nilai antara 60 dan 70 sedangkan KKM yang ditetapkan 75. Persentasi hasil belajar yang tuntas pada mata pelajaran PAI materi Nabi Muhammad saw Teladanku Dan Keuntungan bersikap jujur adalah 28,57%, sedangkan yang tidak tuntas adalah 71,42%.

Dengan diterapkannya metode circuit learning diharapkan hasil belajar akan lebih meningkat.

Salah satu solusi penulis ingin mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi sikap jujur dengan menggunakan metode circuit learning pada siswa kelas II SDN 1 Sari Mulya. Alasan memakai metode circuit learning pembelajarannya lebih menyenangkan siswa karena dapat bergerak jadi tidak monoton duduk saja dan membuat semaksimal untuk berfikir.

Dengan harapan dengan metode circuit learning hasil belajar siswa pada materi tersebut meningkat.

Metod Penelitian

Circuit Learning Menurut Huda (2013: 311) model pembelajaran circuit learning (belajar memutar) merupakan model pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola penambahan dan pengulangan.

Circuit learning dapat menambah kreativitas siswa dan mengaktifkan siswa karenamembuat pengetahuan siswa yang didapat dalam pembelajaran dialami sendiri oleh siswa sehingga menjadi bermakna dan sulit dilupakan, mengemukakan tujuan model pembelajaran circuit learning yaitu, mengajarkan keadaan prima dalam belajar

(3)

1225 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

sehingga mencegah rasa takut, jenuh, pikiran negatif, bosan dan tidak percaya diri dalam belajar. Disebut model belajar memutar karena siswa benar-benar menempuh informasi dalam pola yang sama setiap hari. Belajar memutar di mulai dengan keadaan pikiran yang sukses dan percaya diri. (Surawan, 2020: 96)

Kebanyakan siswa mempunyai asosiasi negatif dengan ujian. Mereka takut, dan rasa takut membuat mereka tertutup. Setelah berjam-jam belajar, mereka menghadapi ujian dengan pikiran kosong. Bahkan murid yang paling tekun sekalipun kadang- kadang mendapatkan kesulitan menghadapi tes. Jadi, langkah pertama adalah menerobos keadaan negatif tersebut dan menggantinya dengan pikiran dan perasaan yang memberdayakan. Berdasarkan pengertian di atas, penulis sependapat dengan Huda bahwa circuit learning adalah model pembelajaran yang memaksimalkan daya pikir dan perasaan yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran karena pengetahuan yang didapat dalam pembelajaran dialami sendiri oleh siswa. Circuit learning dikembangkan oleh Teller dalam De Porter (1999: 180) seorang konsultan pendidikan, model pembelajaran ini memuat tiga langkah berurutan:

Keadaan tenang pada saat belajar Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.

1. Peta pikiran Siswa mencatat apa yang di tulis guru di papan tulis dengan kreativitasnya masing-masing tetapi tetap memperhatikan simbol-simbol dalam matematika serta menuliskan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.

2. Menambah dan mengulang Setelah siswa memperoleh materi yang telah diberikan oleh guru, melalui metode tanya jawab guru mengingatkan kembali hal-hal yang penting dari materi yang telah di bahas pada setiap kali pertemuan

Adapun kekurangan dan kelebihan circuit learning : Kekurangan model circuit learning

1) Memerlukan waktu yang relatif lama

2) Tidak semua pokok bahasan bisa disajikan berupa peta konsep Kelebihan model circuit learning

1) Meningkatkan kreativitas siswa dalam merangkai kata dengan bahasasendiri 2) Melatih konsentrasi siswa untuk fokus pada peta konsep yang disajikanguru.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam ruang kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi oleh guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran (Arikunto, 2006: 3). Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, pendidik dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif, misalnya bagi guru penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat meningkatkan profesionalitasnya serta dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Dalam implementasinya penelitian tindakan kelas ini dapat mendukung

(4)

1226 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan. Metode ini memicu siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Maka dari itu siswa dituntut untuk selalu siap dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik dan benar.

Dalam penelitian ini ada empat tahapan yang dilalui yaitu Tahap Perencanaan Tindakan (Planning) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting), Pengamatan (observing) dan refleksi. Keempat tahapan ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap tahapan siklus didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya.

Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas, agar permasalahan- permasalahan dalam pembelajaran di dalam kelas dapat dipecahkan. Adapun penelitian yang akan diteliti terdiri atas empat rangkaian yang dilakukan secara berulang-ulang yaitu tahapan-tahapannya antara lain perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil tes formatif pembelajaran prasiklus diperoleh hasil yang jauh dari harapan, karena masih banyak siswa yang hasilnya dibawah KKM.

Ketuntasan yang harus dicapai siswa yaitu 75. Hasil tes formatif prasiklus dapat dilihat dari tabel 1 berikut:

Prasiklus

NO Nama Nilai

1 Ahmad Subaedi 66

2 Amelia Ade Safitri 73

3 Ana Firdiana 65

4 Andika Dwi Sulistiyo 80

5 Andreas Vicky Aditya 66

6 Anggita Salsa Afiva 53

7 Arya Saputra 72

8 Devta Septia Ningrum 80

9 Dhewi Normala Anggraeni 73

10 Dida Pramudya Darmansa 82

11 Dimas Ridlo Alfian 70

12 Dio Gilang Armanda 73

13 Dwi Sundari 80

14 Farhan Afif Rydian 71

15 Galang Satrio Nugroho 66

16 Galih Setiawan 70

17 Ganjar Adiatama 73

18 Hesti Lukitowati 73

19 Ibnu Khadafi Alhussein 75

20 Kelvin Fajar Hidayanto 66

21 Khodirul Akbar 73

(5)

1227 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

22 Maulana Assyaafi 75

23 Tiara Puspita Sari 80

24 Tira Gustiana Dewi 66

25 Tri Kusuma Dewi 72

26 Wahyu Widayat 75

27 Winda Rahmawati 75

28 Zidda Amalia 66

Jumlah 1999

Nilai tertinggi 82

Nilai terendah 53

Tuntas 8 28,57%

Tidak tuntas 20 71,42%

Rata-rata 70,21

Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1

NO Nama Nilai

1 Ahmad Subaedi 80

2 Amelia Ade Safitri 75

3 Ana Firdiana 82

4 Andika Dwi Sulistiyo 90

5 Andreas Vicky Aditya 72

6 Anggita Salsa Afiva 70

7 Arya Saputra 78

8 Devta Septia Ningrum 88

9 Dhewi Normala Anggraeni 70

10 Dida Pramudya Darmansa 85

11 Dimas Ridlo Alfian 72

12 Dio Gilang Armanda 80

13 Dwi Sundari 80

14 Farhan Afif Rydian 72

15 Galang Satrio Nugroho 90

16 Galih Setiawan 75

17 Ganjar Adiatama 70

18 Hesti Lukitowati 60

19 Ibnu Khadafi Alhussein 80

20 Kelvin Fajar Hidayanto 64

21 Khodirul Akbar 70

22 Maulana Assyaafi 80

23 Tiara Puspita Sari 85

24 Tira Gustiana Dewi 75

(6)

1228 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

25 Tri Kusuma Dewi 70

26 Wahyu Widayat 75

27 Winda Rahmawati 60

28 Zidda Amalia 60

Jumlah 2108

Nilai

tertinggi 90

Nilai

terendah 60

Tuntas 16 57,14%

Tidak tuntas 12 42,85%

Rata-rata 75,28

Tabel ini menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 60. Nilai rata-rata yang dicapai adalah 75,28. Berdasarkan kategori tersebut, maka nilai-nilai yang diperoleh siswa pada siklus 1

Tabel Rentang Nilai Siswa Siklus 1

No Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 0-14 0 0%

2 15-24 0 0%

3 25-34 0 0%

4 35-44 0 0%

5 45-54 0 0%

6 55-64 4 14,28%

7 65-74 8 28,57%

8 75-84 11 39,28%

9 85-94 5 17,85%

10 95-100 0 0%

Jumlah 28 100%

Tabel ini memperlihatkan bahwa nilai-nilai yang diperoleh siswa yaitu pada kisaran 55-64 yaitu sebanyak 4 siswa, pada kisaran 65-74 yaitusebanyak 8 siswa, pada kisaran 75-84 ada 11 siswa dan pada kisaran 85-94 ada 5 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa 16 siswa berhasil tuntas sedangkan 12 siswa lainnya tidak tuntas.

Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

NO Nama Nilai

1 Ahmad Subaedi 90

2 Amelia Ade Safitri 85

3 Ana Firdiana 88

(7)

1229 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

4 Andika Dwi Sulistiyo 95

5 Andreas Vicky Aditya 100

6 Anggita Salsa Afiva 80

7 Arya Saputra 95

8 Devta Septia Ningrum 100

9 Dhewi Normala Anggraeni 88

10 Dida Pramudya Darmansa 90

11 Dimas Ridlo Alfian 100

12 Dio Gilang Armanda 90

13 Dwi Sundari 95

14 Farhan Afif Rydian 100

15 Galang Satrio Nugroho 95

16 Galih Setiawan 90

17 Ganjar Adiatama 80

18 Hesti Lukitowati 80

19 Ibnu Khadafi Alhussein 85

20 Kelvin Fajar Hidayanto 75

21 Khodirul Akbar 85

22 Maulana Assyaafi 90

23 Tiara Puspita Sari 95

24 Tira Gustiana Dewi 85

25 Tri Kusuma Dewi 75

26 Wahyu Widayat 80

27 Winda Rahmawati 75

28 Zidda Amalia 70

Jumlah 2456

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 70

Tuntas 27 96,42%

Tidak tuntas 1 3,57%

Rata-rata 87,71

Pada tabel ini menunjukkan bahwa sudah mengalami peningkatan sangat baik.

Pada tabel ini nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 70. Nilai rata-rata yang dicapai adalah 87,71. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak 27 siswa (96,42%) sedangkan yang tidak tuntas hanya 1 siswa (3,57%) yaitu mendapatkan nilai 70.

Setelah pelaksanaan siklus II selesai, peneliti melakukan refleksi atas kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Ternyata keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada persiapan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa.

a. Keberhasilan

(8)

1230 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

a) Pembelajaran siklus II dinyatakan sudah berhasil karena dilihat dari hasil tes formatif dari 28 siswa, yang nilainya tuntas (KKM) sebanyak 27 siswa atau 96,42%.

b) Hasil pengamatan terhadap siswa menunjukkan peningkatan yaitu Siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan Siswa semangat mengikuti pembelajaran PAI materi sikap jujur.

b. Kekurangan

a) Masih ada 1 siswa yang belum berhasil mencapai hasil maksimal atau belum memenuhi KKM, kondisi tersebut dikarenakan siswa mengalami rendah dalam berfikir.

Perbandingan hasil tes formatif dari prasiklus,siklus I dan siklus II Standar Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

No Angka Ketuntasan Jml % Jml % Jml %

1 ≤ 75 Tidak 20 71,42 % 12 42,85% 1 3,57%

2 ≥ 75 Tuntas 8 28,57 % 16 57,14% 27 96,42%

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa penerapan metode pembelajaran Circuit Learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa khususnya pada materi sikap jujur. Hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan. Pada pra siklus presentase ketuntasan belajar siswa adalah 28,57%, pada siklus I meningkat 57,14% dan pada siklus II menjadi 96,42%.

Keberhasilan peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi sikap jujur melalui metode Circuit Learning pada siswa kelas II Semester Gasal SDN 1 Sari Mulya ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam meliputi intelegensi peserta didik, minat peserta disik dan motivasi peserta didik.

Kesulitan satu siswa yang nilainya belum tuntas dikarenakan intelegensinya kurang baik, padahal minat dan semangat siswa tersebut sangat tinggi. Faktor eksternal yang dominan pada penelitian ini adalah lingkungan sekolah. Hal ini terbukti bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah salah satu komponen dari lingkungan sekolah diperbaiki. Komponen tersebut yaitu cara penyajian materi dengan menggunakan metode circuit learning.

Cara penyajian materi dengan menggunakan metode circuit learning dan di bantu dengan metode Circuit Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Ketepatan dalam memilih metode dalam kegiatan pembelajaran dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran Circuit Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa juga terlihar dari peningkatan hasil rata-rata setiap siklusnya. Pada prasiklus nilai rata-rata yaitu 70,21. Nilai rata-rata tersebut meningkat pada siklus I yaitu 75,28 dan pada siklus II nilai rata-ratanya yaitu 87,71. Apabila

(9)

1231 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

dilihat dari perolehan nilai tertinggi pada setiap siklusnya juga mengalami peningkatan.

Pada prasiklus nilai tertinggi yaitu 82, padan siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu meningkat menjadi 100.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Learning Circuit dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi sikap jujur pada siswa kelas II SDN I Sari Mulya dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Hal ini dibuktikan dari peningkatan hasil rata-rata setiap siklusnya. Pada prasiklus nilai rata-rata yaitu 70,21. Nilai rata-rata tersebut meningkat pada siklus I yaitu 75,28 dan pada siklus II nilai rata-ratanya yaitu 87,71. Apabila dilihat dari perolehan nilai tertinggi pada setiap siklusnya juga mengalami peningkatan. Pada prasiklus nilai tertinggi yaitu 82, pada siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu meningkat menjadi 100.

Persentase ketuntasan belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu pada prasiklus yang tuntas hanya 28,57%, pada siklus I meningkat menjadi 57,14% dan pada siklus II meningkat menjadi 96,42%. Hanya ada 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal dikarenakan pengaruh intelegensinya yang kurang, padahal minat dan semangatnya cukup tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunta, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Echols, John M, Hasan Shadily.1992. Kamus Inggris Indonesia: An English Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia.

Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum danPerbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Majid, Abdul, Dian Andrayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(10)

1232 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Rohman, Arif. 2013. Memahami Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo.

Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya:

Usana Ofset Printing.

Sukarmad, Winarno. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Surawan. 2020. Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.

Yogyakarta : K-Media.

Thoha, Chabib, Abdul Mukti. 1998. PBM PAI DI SEKOLAH: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Uno, Hamzah, Nurdin Mohamad. 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM.

Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gambar

Tabel  ini  memperlihatkan  bahwa  nilai-nilai  yang  diperoleh  siswa  yaitu  pada  kisaran 55-64 yaitu sebanyak 4 siswa, pada kisaran 65-74 yaitu sebanyak 8 siswa, pada  kisaran 75-84 ada 11 siswa dan pada kisaran 85-94 ada 5 siswa

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.494 yang berarti 49,4% faktor-faktor keputusan pembelian secara online pada ibu muda kelas menengah di Perumahan Johor Indah Permai 1

Media dekak FPB merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi tentang faktor pesekutuan terbesar. Media dekak FPB ini mampu membantu siswa

[r]

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Dengan adanya komputerisasi, maka kemudahan dalam pencarian dan penambahan data dapat dirasakan sehingga setiap orang akan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.

Data yang disembunyikan harus dapat diekstrasi kembali seperti proses pada gambar 1 Karena tujuan steganografi adalah pesan rahasia yang tersembunyi, maka pesan rahasia

[r]