• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI SARJANA OLEH SUWARDINI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI SARJANA OLEH SUWARDINI NIM"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS تعنلا /AL-NA’TU/ DALAM KITAB ـارملا غولب /BULŪGU AL-MARĀMI/

SKRIPSI SARJANA OLEH

SUWARDINI NIM. 150704004

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

ANALISIS تعنلا /AL-NA’TU/ DALAM KITAB ـارملا /BULŪGU غولب AL-MARĀMI/

SKRIPSI SARJANA

OLEH

SUWARDINI NIM. 150704004

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan,

Suwardini

NIM. 150704004

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehinga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis

تعنلا

/Al-Na’tu/ Dalam Kitab

ـارملا غولب

/Bulūgu Al-Marāmi/”, sebagai suatu karya tulis dalam memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyyah kepada zaman yang terang benderang yang dipenuhi iman dan taqwa.

Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca khususnya para peminat Bahasa Arab.

Medan, Peneliti,

SUWARDINI 150704004

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Peneliti menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivati dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

3. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.

Bahrum Saleh, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara atas dorongan yang diberikan kepada peneliti terhadap penulisan skripsi ini.

4. Bapak Bahrum Saleh, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.

5. Ibu Dra. Kacar ginting, M.ag dan Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku dosen penguji dan pengajar dengan penuh perhatian, serta kasih sayang, yang telah membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya.

(7)

6. Ibu Dra. Khairawati, M.A., Ph.D selaku dosen penasehat akademik yang dengan penuh perhatian telah memberikan semangat, motivasi dan nasihat bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada khususnya dan Staf Pengajar Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada peneliti selama masa perkuliahan, serta Staf Administrasi Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.

8. Teristimewa dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta peneliti ucapkan kepada Ayahanda Aswarsyah dan Ibunda Supiah Rangkuti atas pengorbanan dan ketulusannya dalam menasehati dan memberikan dukungan moril ataupun materil yang tidak terhingga nilainya hingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Sarjana. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya. Aamiin.

9. Tersayang adinda Abdul Rahman, dan seluruh keluarga serta kerabat dekat peneliti yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat kepada peneliti sehingga skripsi ini selesai dan peneliti mencapai gelar sarjana.

10. Tersayang As-sab‟iyyah, Saila, Dilla, Fitriani, Mar‟ah, Puja, dan Hazrina yang selalu membantu, saling menyayangi dan tidak pernah meninggalkan.

11. Terkhusus untuk 2 orang yaitu kakanda Siti Aflah dan Lukmanul Hakim, yang mampu meluangkan waktunya dan membantu peneliti dari awal pembuatan sampai akhir penyelesaian skripsi ini.

12. Seluruh keluarga besar Sastra Arab 2015, Rauda, Shakila, Popi, Lisa, Dedek, Ade, Nina, Farah, Irna, Jannah, Ummiani, Seftia, Fittam, Eka, Latif Leboy, Rico, Sangkot, Kholiq, Rijal, Yaqin, Iqbal, Fadlan, Khair, Arham, Fariz, Nazir, Yusuf, dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, semoga kita semua sukses dan persaudaraan kita selalu terjaga.

13. Kawan-kawan yang sering menyemangati, Adawiyah, Cik Fitri, Cik Dira.

(8)

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Jazākumullāhu khairan.

Medan, Peneliti,

SUWARDINI 150704004

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Metode Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Kajian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Pengertian Nahwu ... 8

2.2.2. Pengertian Na‟at ... 8

2.2.3. Jenis-Jenis Na‟at ... 9

2.2.3.1 Na‟at Mufrad ... 10

2.2.3.2 Na‟at Jumlah ... 16

2.2.2.3 Na‟at Syibhul Jumlah ... 16

2.2.4. Na‟at Dari Segi Asal ... 17

2.2.5. Tujuan Na‟at ... 18

2.2.6. I‟rab Dalam Na‟at ... 19

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

3.1. Hasil ... 22

3.2. Pembahasan ... 22

(10)

3.2.1. Na‟at Mufrad yang berbentuk Isim Musytaq ... 22

3.2.2. Na‟at Mufrad yang berbentuk Isim Jamid ... 48

3.2.3. Na‟at Jumlah ... 55

3.2.4. Na‟at Syibhul Jumlah ... 61

BAB IV PENUTUP ... 65

4.1. Kesimpulan ... 65

4.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

(11)

ABSTRAK

Suwardini. 2019. Analisis

تعنلا

/Al-Na’tu/ Dalam Kitab

ـارملا غولب

/Bulūgu Al- Marāmi/. Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas apa saja bentuk, tujuan, dan i‟rab na‟at dalam kitab غولب ـارلدا /bulūgu al-marāmi/. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, tujuan, dan i‟rab na‟at dalam kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/. Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Babti (1992) dan Al-Ghulayainy (2013). Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini terdapat 88 data diantaranya na‟at mufrad yang berbentuk isim musytaq ada 52 data, na‟at mufrad yang berbentuk isim jamid ada 16 data, na‟at jumlah ada 13 data dan na‟at syibhul jumlah ada 7 data. Dari macam-macam na‟at tersebut terdapat beberapa tujuan na‟at yaitu حاضيلإا /al-´ῑḍāḥu/ „menjelaskan‟ sebanyak 32 data, صيصختلا /al- takhṣῑṣu/ „mengkhususkan‟ sebanyak 47 data, حدلدا /al-madḥu/ „pujian‟ sebanyak 8 data, dan ـذلا /al-żammu/ „celaan‟ sebanyak 1 data.

(12)

ةيديرجت ةروص

.ينيدراوس ٢۹۱۰

مسق .ـارملا غولب باتك يف تعنلا ليلحت . ـولع ةيلك برعلا بدلأا

.ةيلامشلا ةرطموس ةعماجب ةفاقثلا ذى يأ نع ثحبي ثحبلا ا أ امأ .ـارلدا غولب باتك تٓ تعنلا بارعإ و ،ؼادىأ ،لكش

ى دا ؼ

ثحبلا ةفرعلد .ـارلدا غولب باتك تٓ تعنلا بارعإو ،ؼادىأ ،لكش ثحبلا اذى

ثوبح ىمسي

لدا بتك ي لا ةقيرط ـادختساب ة ةّيفصو

نلااب ةّي رظ ( تيبب )

٢٩٩٣

( نيييلاغلاو ).

٣١٢٤

فأ جئاتن ثحبلا

دجوت فأ ؿدي قتشلدا مسإ نم درفلدا تعن اهنيب تٓو ,تانايب

٨٨

دمالجا مسإ نم درفلدا تعن ،

٦٣

ةلملجا تعن ،

٢٧

ةلملجا وبش تعنو ،

٢٤

حاضيلإا يى تعنلا عاونأ نم ؼدلذا دجو .

٧

،

٤٣

صيصختلا حدلدا ،

٥٧

ـذلاو ،

٨

تانايب

٢

(13)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alif - tidak dilambangkan

ب

bā` B -

ت

tā` T -

ث

ṡā` es (dengan titik di

atas)

ج

Jīm J -

ح

ḥā` ha (dengan titik di

bawah)

خ

khā` Kh -

د

Dāl D -

ذ

Żāl Ż zet (dengan titik di

atas)

ر

rā` R -

ز

Zai Z -

س

Sīn S -

ش

Syīn Sy -

(14)

ص

ṡad es (dengan titik di bawah)

ض

ḍad de (dengan titik di

bawah)

ط

ṭā` t (dengan titik di

bawah)

ظ

ẓa zet (dengan titik di

bawah)

ع

ʻain koma terbalik (di

atas)

غ

Gain g -

ؼ

fā` f -

ؽ

Qāf q -

ؾ

kāf` k -

ؿ

Lām l -

ـ

Mīm m -

ف

Nūn n -

ك

Wāwu w -

ق

hā` h -

ء

Hamzah ` Apostrof

ي

yā` y -

(15)

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh :

نَبَسَْتَ

ditulis tahsabanna

C. Tā` marbutāh di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh:

ةنس

ditulis sanah 2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh:

لىولأا ةسردم

ditulis madrasatu al-ūla

D. Vokal Pendek

Fathah ditulis “a” contoh:

سنك

ditulis kanasa Kasrah ditulis “i” contoh:

حرف

ditulis fariḥa Dhammah ditulis “u” contoh:

بتك

ditulis kutubun

E. Vokal Panjang

a panjang ditulis “ā”: contoh:

ـان

ditulis nāma i panjang ditulis “ī” : contoh:

بيرق

ditulis qarībun u panjang ditulis “ū”: contoh:

روطف

ditulis fuṭūrun F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ي

(fathah dan ya`) ditulis “ai”.

(16)

Contoh:

نيب

ditulis baina

Vokal Rangkap

ك

(fathah dan waw) ditulis “au”.

Contoh:

ـوص

ditulis ṣaumun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof (`)

Contoh:

متنأأ

ditulis a`antum

H. Hamzah

Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof („)

Contoh :

فاميإ

ditulis īmānu

I. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata للها) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah

Contoh:

للها بتك

ditulis kitabullah

J. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh :

فارقلا

ditulis Al- Qur`ān

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

Contoh:

سمشلا

ditulis asy-syamsu

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai manusia kita tidak akan pernah berhenti saling berinteraksi dengan manusia yang lainnya karena antara manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan sebagian cara berinteraksi manusia dengan manusia yang lainnya adalah dengan cara komunikasi antara sesama, baik itu dengan bahasa lisan atau bahasa tulisan. Sebagai media komunikasi, berbagai bahasa mengalami kemajuan sejalan dengan perkembangan budaya masing-masing termasuk Bahasa Arab. Allah telah menganugerahkan keistimewaan terhadap bahasa Arab ketika memilihnya sebagai bahasa Al-Qur‟an. Hal tersebut ditegaskan dalam Q.S Yusuf (12):2:

ْلَزْػنَا اننِإ َفْوُلِقْعَػت ْمُكنلَعَل اًّيِبَرَع اًنآْرُػق ُهاَن (

٢ )

/innā anzalnāhu qur´ānan „arabiyyan la‟allakum ta‟qilūna/ “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an berbahasa Arab, agar kamu mengetahuinya”.

Bahasa Arab adalah kata-kata yang menggambarkan dan mengekspresikan apa yang dimaksud oleh orang Arab. Dan bahasa Arab ini sampai kepada kita dari berbagai jalan yang dapat dipercaya. Ketika bahasa Arab telah bersentuhan dengan non Arab, maka para ahli bahasa Arab, merumuskan dan menghimpun bahasa Arab asli dalam berbagai kamus sebagai rujukan keasliannya sehingga bisa terhindar dari kesalahan. Ilmu asal-usul bahasa Arab disebut dengan Al-Ulumul Al-‟Arabiyyah.

Jadi, ulumul „arabiyyah ilmu yang menghimpun keaslian bahasa Arab sebagai rujukan bahasa Arab supaya terhindarkan dari kesalahan lisan dan tulisan dalam berbahasa Arab. Ulumul „arabiyyah ini terbagi ke dalam tiga belas cabang ilmu, yaitu: ilmu shorof, ilmu i‟rob (yang disatukan menjadi ilmu nahwu), ilmu rosm, ilmu ma‟ani, ilmu al bayan, ilmu badi‟, ilmu „aruudh, ilmu qowafi, ilmu

(18)

qordhu syi‟ri, ilmu insya‟, ilmu khitobah, ilmu tarkhul adab, dan matan a-lughoh.

(Muhidin, 2017:15)

Menurut Al-Ghulayaini (2013:28) menyebutkan bahwa ilmu nahwu adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang keadaan suatu kalimat dalam bahasa Arab di tinjau dari perubahan akhir ataupun tidak berubah akhir suatu kata

Dalam ilmu nahwu mengenal adanya tawabi‟. Menurut Babti (1992:384) menyebutkan bahwa Tawabi‟ adalah lafadz yang selamanya di akhir, yang mengikuti jenis i‟rabnya (kongruen), yang di mana jenis i‟rabnya itu disebut matbu‟. Apabila matbu‟nya marfu‟, manshub, majrur, ataupun majzum, wajib bagi tawabi‟ untuk mengikutinya. Tawabi‟ terbagi pada 5 yaitu تعنلا /al-na‟tu/, فايبلا فطع /‟aṭfu al-bayāni/, ديكوتلا /al-taukῑdu/, ؿدبلا /al-badlu/, dan قسننلا فطع /‟aṭfu al- nasqi/. Penelitian ini memfokuskan hanya pada salah satu tawabi‟ yaitu na‟at dan na‟at sangat beragam, seperti yang banyak terdapat dalam kitab ـارلدا غولب /Bulūgu Al-Marāmi/.

Menurut Yunus (2015:71) ـارلدا غولب /Bulūgu Al-Marāmi/ berasal dari kata غلب /balaga/ „mencapai‟, dan kata ـارلدا /Al-Marāmi/ „ingin‟ yang berbentuk dari masdar mimi, yakni kata benda yang dibentuk dari kata kerja ـار /rāma/.

Kitab ـارلدا غولب /Bulūgu Al-Marāmi/ karya Ibnu Hajar Al-„asqalani merupakan salah satu kitab yang masyhur di kalangan penuntut ilmu dan para da‟i. Kitab ini berisi kumpulan hadits-hadits Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam dalam masalah-masalah hukum. Buku ini banyak dijadikan acuan hukum Fiqih oleh para fuqaha (ahli fiqih). Dan kitab ini disertai keterangan derajat hadits yang terkandung di dalamnya. Kitab ـارلدا غولب /Bulūgu Al-Marāmi/ memuat 1.373 buah hadits dan mencakup 346 halaman.

Alasan peneliti mengambil judul ini karena na‟at merupakan kajian yang sangat penting dalam bahasa Arab dan struktur ini sering muncul dalam teks-teks

(19)

bahasa Arab dan peneliti memilih kitab ـارلدا غولب /Bulūgu Al-Marāmi/ karya Ibnu Hajar Al-„asqalani, karena kitab ini memiliki keistimewaan didalamnya. Pertama adalah ikhtishar „ringkas‟, yang dimana kitab ini menyajikan hadits-hadits Nabi yang penting dalam bentuk ringkas tanpa pengulangan, kedua intiqa‟ „seleksi‟, yang di dalamnya hanya menyajikan hadits-hadits hukum dan selain dari hukum tidak disajikan seperti hadits akidah, akhlak, kisah-kisah, dan ketiga takhrij

„lokasi hadits‟, menyebutkan perawi haditsnya seperti hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam shahihnya, At-Thabarani.

Setelah peneliti membaca dan mengkaji bahwasanya di dalam kitab ـارلدا غولب /Bulūgu Al-Marāmi/ terdapat banyak susunan na‟at. Peneliti membatasi hanya pada bab ةراهط /ṭahāratun/ dan bab ةلاص /ṣalātun/, karena di dalamnya terdapat 16 bab yang tiap babnya mengandung berbagai macam contoh na‟at.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis bab ةراهط /ṭahāratun/ dan bab ةلاص /ṣalātun/ karena salat merupakan kewajiban untuk setiap umat muslimin dan merupakan rukun Islam yang kedua, dan yang pertama kali dihisab di akhirat nanti dan sebelum melakukan ibadah salat hendaknya untuk thaharah (bersuci) terlebih dahulu.

Salah satu hadits yang terdapat di dalamnya na‟at sebagai berikut:

ننلا نفَأ :ونع للها يضر ٍرِباَج ْنَع ُوَلَو َِب

َص نل ُللها ى َع َل ْي ِو َو َس نل َم ِب َءاَشِعلاَو َبِرْغَمْلا اَُِّ ىنلَصَف َةَفِلَدْزُمْلا ىَتَأ ٍد ِحاَو ٍفَذَأ

.ِْنٌَػتَماَقِإَو

/Wa lahu „an jābirin raḍiya allahu „anhu: anna al-nabiyya ṣalla allahu „alaihi wa sallama atā al-muzdalifata faṣalla bihā al-magriba wa al-„isya‟a bi ażanin wāḥidin wa iqāmataini/ “Riwayat Muslim Melalui Jabir r.a., ia berkata:

sesungguhnya nabi SAW datang ke muzdalifah, lalu berliau mengerjakan salat maghrib dan isya dengan sekali adzan dan dua kali iqamah.

Pada lafadz

ٍد ِحاَو ٍفَذَأ

/ażanin wāḥidin/ „sekali adzan‟, na‟at terletak pada lafadz

ٍد ِحاَو

/wāḥidin/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan

(20)

untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ٍفَذَأ

/ażanin/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ٍد ِحاَو

/wāḥidin/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ٍفَذَأ

/ażanin/. Lafadz

ٍدِحاَو ٍفَذَأ

/ażanin wāḥidin/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/ „mengkhususkan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk تع /al-na‟tu/ yang terdapat dalam kitabنلا ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/ pada bab ةراهط /ṭahāratun/ dan babةلاص /ṣalātun/

2. Apa saja tujuan تع /al-na‟tu/نلا yang terdapat dalam kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/ pada bab ةراهط /ṭahāratun/ dan babةلاص /ṣalātun/

3. Apa saja i‟rab yang terdapat dalam na‟at

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bentuk-bentuk تع /al-na‟tu/ yang terdapat dalam kitabنلا غولب ـارلدا /bulūgu al-marāmi/ pada bab ةراهط /ṭahāratun/ dan babةلاص /ṣalātun/

2. Mengetahui tujuan تع /al-na‟tu/ yang terdapat dalam kitabنلا

ـارلدا غولب

/bulūgu al-marāmi/ pada bab ةراهط /ṭahāratun/ dan babةلاص /ṣalātun/

3. Mengetahui apa saja i‟rab yang terdapat dalam na‟at

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis:

(21)

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi sebuah referensi mengenai تع /al-na‟tu/ dalam kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/ dan نلا untuk meningkatkan wawasan bagi para peminat bahasa mengenai تع /al-na‟tu/ نلا dalam kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan ajar mengenai تع /al-na‟tu/ sehingga bisa memberikan pemahaman yang baru untuk نلا menambah wawasan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yang mana peneliti meneliti تعنلا /al-na‟tu/ dalam kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/.

Peneliti memperoleh data dari bahan-bahan referensi berupa hadits yang terdapat di dalam kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dan peneliti menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif yaitu menggambar kan subjek atau objek yang berupa naskah wawancara , catatan lapangan dan lainnya yang ada pada saat sekarang berdasarkan fakta dan memang demikian adanya (Moleong, 2006:11)

(22)

Adapun tahap-tahap pengumpulan dan penganalisisan adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan bahan rujukan atau referensi yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.

2. Mengumpulkan data yang di peroleh dari kitab

ـارلدا غولب

/bulūgu al-marāmi/.

3. Mengklasifikasikan data yang diperoleh dari kitab

ـارلدا غولب

/bulūgu al- marāmi/

4. Menganalisis data dengan menguraikan dan menjelaskan serta menyusunnya secara sistematis dalam bentuk laporan awal

5. Menyusun laporan penelitian menjadi sebuah karya ilmiah (skripsi)

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

Beberapa kajian terdahulu yang berkaitan dengan na‟at adalah:

Zainuddin (2016) skripsi UIN Sunan Ampel dengan judul “Na‟at Dan Tujuan-Tujuanya Dalam Kitab Washiyatul Mushtafa”. Penelitian ini membahas tentang na‟at dan tujuan-tujuannya dalam kitab washiyatul mushtafa. Masalah yang di kemukakan dalam pembahasan ini meliputi macam-macam na‟at dalam kitab washiyatul mushtafa dan tujuan-tujuan penggunaan na‟at dalam kitab washiyatul mushtafa. Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa na‟at dalam kitab washiyatul mushtafa terdapat 65 data dan terdapat 4 macam na‟at yaitu 51 na‟at haqiqi, 1 na‟at sababi, 13 na‟at jumlah, dan 51 na‟at mufrad, sedangkan tujuannya ada 3 macam yaitu taudih (penjelasan), takhsis (pengkhususan), dan maddah (pujian) adapun yang taudhih terdapat 19 data, takhsis 29 data, dan madah terdapat 6 data.

Selanjutnya, Siti Aflah (2018) skripsi USU dengan judul “Analisis Na‟at Mufrad Pada Surah Al-kahfi”. Penelitian ini membahas tentang na‟at mufrad di dalam surah Al-Kahfi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kedudukan na‟at mufrad yang ada di dalam surah Al-Kahfi. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dan menggunakan teori Al- Ghulayaini dan Ni‟mah. Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 57 data yang ditemukan, dari data tersebut terdapat 27 na‟at mufrad dari isim musytaq dan 31 na‟at mufrad dari isim jamid yang mana ada yang berkedudukan sebagai mubtada dan khabar.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah pada penelitian terdahulu dan penelitian saat ini sama-sama mengkaji tentang na‟at. Sedangkan perbedaannya ada pada objek penelitian dan peneliti menambahkan tentang i‟rab dalam na‟at.

(24)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Nahwu

Menurut Al-Ghulayaini (2013:28) menyatakan bahwa

ُؿاَوْحَا اَُِّ ُؼَرْعُػت ٍؿْوُصُأِب ٌمْلِع :ُوْحَنلا ِءاَنِبْلاَو ِباَرْعِْلإا ُثْيَح ْنِم ُةنيِبَرَعْلا ُتاَمِلَكْلا

/al-naḥwu: „ilmun bi uṣūlin tu‟rafu bihā aḥwālu al-kalimātu al-„arabiyyatu min ḥaiṡu al-i‟rābi wa al-binā´i/ „Nahwu adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang keadaan suatu kalimat dalam bahasa Arab di tinjau dari perubahan akhir ataupun tidak berubah akhir suatu kata‟

2.2.2 Pengertian Na’at

Terdapat beberapa pengertian na‟at menurut para ahli di antaranya sebagai berikut:

Menurut Babti (1992:1116), definisi na‟at adalah:

عبات وى تعنلا ضرغلا ققلػ ديدج نىعبم وعوبتم لمكي

/Al-na‟tu huwa tābi‟un yukammilu matbū´uhu bima´na jadῑdin yuḥaqqiqu al- gardu/ „Na‟at ialah pengikut untuk menyempurnakan yang diikutinya dengan makna yang baru untuk menguatkan tujuannya.‟

Sedangkan Al-Ghulayaini (2010:641) Na‟at adalah:

وب قلعتي ام ؿاوحأ وأ ولاوحأ ضعب نٌبيل مسا دعب ركذي ام وى :)اضيأ ةفصلا ىمسيو( تعنلا

/Al-na‟tu (wa yusamma al-ṣifatu aiḍan: huwa mā yużkaru ba´da ismin liyubayyina ba´ḍa ahwālihi au ahwāli mā yata´allaqu bihi/ „Na‟at (disebut juga sifat) yaitu sesuatu yang disebutkan setelah isim untuk menjelaskan sebagian keadaannya atau keadaan-keadaan yang berkaitan dengannya.‟

Menurut Hamid (2014:169), menjelaskan bahwa:

هنًكنتو وفيرعتو ،وضفخو وبصنو وعفر تٓ توعنملل عبات وى تعنلا

(25)

/al-na‟tu huwa tābiun lilman‟ūti fi raf‟ihi wanaṣbihi wakhafḍihi, wa ta‟rifuhu watankῑruhu/ „Na‟at adalah yang mengikuti kepada yang disifati dalam hal rafa‟, nashab, dan khafadnya serta hal ma‟rifah dan nakirahnya.‟

Jadi dapat di simpulkan dari semua pengertian di atas bahwa na‟at adalah suatu kata (tabi‟) yang menyempurnakan kata lain (matbu‟) dengan menjelaskan sifat-sifat yang berkaitan dengannya dalam hal rafa‟, nashab, dan khafadnya serta dalam hal ma‟rifah dan nakirahnya.

Menurut Hamid (2014:173-174):

َػي َتْعنػنلا نفَأ نرلا َنِم ٌدِحاَوَو ،ِعْمَْلجاَو ِةَيِنْثنتلاَو ِداَرْػفِْلإا َنِم ٌدِحاَو .ٍةَرَشَع ْنِم ٍةَعَػبْرَأ ِتٓ ُوَتْوُعْػنَم ُعِبنت

، ِضْفَْلخاَو ِِْصننلاَو ِعْف

ِْنًِكْننػتلاَو ِفْيِرْعنػتلا َنِم ٌدِحاَوَو ، ِثْيِنْأنتلاَو ِْنًِكْذنتلا َنِم ٌدِحاَوَو

/anna al-na‟ta yattabi‟u man‟ūtahu fῑ arba‟atin min „asyaratin. wāḥidun min al- ifrādi wa al-taṡniyati wa al-jam‟i, wa wāḥidun min al-raf‟i wa al-naṣbi wa al- khafḍi, wa wāḥidun min al-tażkῑri wa al-ta‟nῑṡi, wa wāḥidun min al-ta‟rῑfi wa al- tankῑiri/ „Bahwa na‟at mengikuti man‟utnya dalam empat dari sepuluh hal:

 Salah satu dari mufrad, mutsanna, dan jamaknya.

 Salah satu dari hal rafa‟, nashab, dan khafadhnya.

 Salah satu dari hal mudzakkar dan muannatsnya.

 Salah satu dari hal ma‟rifah dan nakirahnya.

2.2.3 Jenis-Jenis Na’at

Menurut Babti (1992:1118) na‟at terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Na‟at yang berjenis mufrad

Na‟at yang terdiri dari dua jenis kata (isim musytaq dan isim jamid) yang meliputi isim fa‟il, isim maf‟ul, sifat musyabbahah, isim tafdhil, masdar, isim isyarah, isim mausul, isim „adad, dan sebagainya.

b. Na‟at yang berjenis jumlah

Na‟at yang terdiri dari jumlah fi‟liyah dan jumlah ismiyah c. Na‟at yang berjenis syibhul jumlah

Na‟at yang terdiri dari kelompok kata jar majrur dan zaraf.

(26)

2.2.3.1 Na’at Mufrad

Menurut Babti (1992:1118) mengatakan bahwa na‟at mufrad adalah na‟at yang terbentuk bukan dari jumlah (kalimat) dan bukan yang menyerupai ةلجم /jumlatun/, dan bisa terdiri dari نىثم /muṡanna/ atau عجم /jama‟/, ردصم /maṣdarun/, مسا ؿوصولدا /ismu al-mauṣūl/, ةراشلإا مسا /ismu al-isyāratu/. Na‟at mufrad terbagi menjadi 2 kategori yaitu isim mustaq dan isim jamid.

a. Isim Musytaq

لعفلا نم اذوخأم فاك ام وى قتشلدا مسلإا

/al-ismu al-musytaqu huwa mā kāna ma´khużan min al-fi‟li/ „Isim musytaq ialah isim yang diambil dari fi‟il.‟

ًّقتشم اسما فوكي فأ تعنلا تٓ لصلأا مساو ،ةهبشلدا ةفصلاو ،ؿوعفلدا مساو ،لعافلا مساك :ا

ولض ،ليضفتلا ءاج(

)وقلخ نسح لجر اذى ،بوبلمحا ًادلاخ ـركأ ،دهتَّا ذيملتلا

/Al-aṣlu fῑ al-na‟ti an yakūna isman musytaqqan: ka ismi al-fā´ili, wa ismi al- maf´ūli, wa al-ṣifati al-musyabbahati, wa ismi al-tafḍῑli, nahwu (jā´a al-tilmῑżu al- mujtahidu, akrama khālidan al-maḥbūba, hażā rajulun ḥasanun khuluquhu/

„Lafadz na‟at berasal dari isim musytaq: seperti isim fa‟il, isim maf‟ul, shifat musyabbahah, dan isim tafdhil. Contoh: telah datang seorang murid yang sungguh-sungguh, aku memuliakan si khalid yang di cintai, ini adalah seorang lelaki yang baik akhlaknya.‟

Adapun yang termasuk kategori isim musytaq adalah:

1) Isim Fa‟il

ولعاف ىلعو ثدلحا ىلع ؿدي مسا :لعافلا مسا

/Ismu al-fā‟il: ismun yadullu alā al-ḥadaṡi wa alā fā‟ilihi/ „Isim fa‟il adalah isim yang menunjukkan atas kejadian dan pelakunya.‟

Isim fa‟il adalah isim yang diambil dari fi‟il ma‟lum. Apabila terdiri dari tsulasi mujarrad, maka polanya لعاف /fā‟ilun/. Seperti لتق /qatala/ „membunuh‟ menjadi لتاق /qātilun/ „orang yang membunuh‟.

(27)

contoh:

لاتاق لاجار ترظن /naẓartu rājulan qātilan/ „aku memandang seorang laki-laki yang membunuh‟.

Apabila „ain fi‟ilnya berillat, makan diganti „ain fi‟ilnya tersebut dengan hamzah.

Contoh:

ـان /nāma/ „tidur‟ menjadi مئان /nā´imun/ „orang yang tidur‟, مئانلا اديز تيار /ra´aitu zaidan al-nā´ima/ „aku melihat zaid yang tidur‟.

Isim fa‟il tersebut merupakan isim sifat yang apabila menempati posisi untuk menjelaskan kata sebelumnya, maka kata tersebut menjadi na‟at.

2) Isim Maf‟ul

لعفلا ويلع عقو ام ىلعو ثدلحا ىلع ؿدي يذلا قتشلدا مسلإا وى ؿوعفلدا مسا

/ismu al-maf‟ūlu huwa al-ismu al-musytaqu allażῑ yadullu „alā al-ḥadaṡa wa „alā mā waqa‟a „alaihi al-fi‟li/ „Isim maf‟ul adalah isim musytaq yang menunjukkan kejadian yang jatuh setelah fi‟il.‟

Apabila terdiri dari tsulasi mujarrad, maka polanya ؿوعفم /maf‟ūlun/,

Contoh: للها ةياعرب ظوفلمحا لفطلا /al-ṭiflu al-maḥfūẓu bi ri‟āyati allahi/ „anak kecil itu dijaga dengan penjagaan Allah‟.

Apabila isim maf‟ul terdiri dari selain tsulasi mujarrad, maka cukup mengganti huruf mudhara‟ahnya dengan huruf mim yang di dhammahkan dan huruf sebelum akhir di fathahkan.

Contoh

زفغتسا

/istagfara/ menjadi

رفغتسم

/mustagfarun/.

3) Sifat Musyabbahah

ؼوصولدا تٓ تباث نىعم ىلع ؿديل ـزلالا لعفلا نم ذخأي فصو يى ةهبشلدا ةفص

(28)

/ṣifatu al-musyabbahatu hiya waṣfun yu´khożu min al-fi‟li lāzimi liyadullu „alā ma‟na ṡābitin fῑ al-mauṣufi/ „Sifat yang diambil dari fiil lazim untuk menunjukkan atas makna yang tetap.‟

Sifat musyabbahah diambil dari sulasi mujarrad yang dikiaskan atas 4 pola:

- Wazan

لعفا

/af‟alu/ untuk mudzakkar, seperti

رحم

/ḥamira/ menjadi

رحمأ

/aḥmaru/ dan

ءلاعف

/fa‟lā´u/ untuk muannats, seperti

ءارحم

/ḥamrā´u/.

- Wazan

فلاعف

/fa‟lānu/ untuk mudzakkar, seperti

شطع

/‟aṭisya/ menjadi

فاشطع

/‟aṭsyānu/ dan

ىلعف

/fa‟lā/ untuk muannats, seperi

ىشطع

/‟aṭsyā/.

- Wazan

لعف

/fa‟ilun/ untuk mudzakkar, seperti

ضغم

/magiḍa/ menjadi

ضغم

/magiḍun/ dan

ةلعف

/fa‟ilatun/ untuk muannats, seperti

ةضغم

/magiḍatun/.

- Wazan

ليعف

/fa‟ῑlun/ untuk mudzakkar, seperti

ـرك

/karuma/ menjadi

يمرك

/karῑmun/ dan

ةليعف

/fa‟ῑlatun/ untuk muannats, seperti

ةلؽرك

/karῑmatun/.

Sifat musyabbahah yang diambil dari selain tsulasi mujarrad itu berpola isim fa‟il.

Seperti

ميقتسلدا طارصلا اندىا

/ihdinā al-ṣirāṭa al-mustaqῑma/ „tunjukilah kami jalan yang lurus‟.

4) Isim tafdhil

لا مسا ت تشا نٌئيش فأ ىلع ؿدتل لعفلا نم ذخؤت ةفص وى ليضف اهيف رخلآا ىلع العدحأ دازو ةفص تٓ اك

/ismu al-tafḍῑlu huwa ṣifatun tu´khażu min al-fi‟li litadullu „alā ´an syai´aini isytarakan fῑ ṣifatin wa zāda aḥaduhumā „alā al-´ākhiri fῑhā/ „Sifat yang diambil dari fi‟il untuk menunjukkan atas dua hal yang bergabung dalam sifat dan salah satunya melebihi yang lain padanya.‟

Isim tafdhil hanya mempunyai satu wazan yaitu

لعفا

/af‟alu/ untuk mudzakkar dan

ىلعف

/fu‟lā/ untuk muannats. Seperti

لضف

/faḍala/ menjadi

لضفأ

/afḍalu/ dan

ىلضف

(29)

/fuḍlā/. Seperti

دملز نم ملعأ ليلخ

/khalῑlun a‟lamu min muḥammadin/ „Khalil lebih mengetahui dari Muhammad‟

b. Isim Jamid

Kadang na‟at itu terdiri dari isim jamid yang dipindahkan dari isim musytaq meliputi:

1) Masdar

Apabila masdarnya terbuat dari isim ma‟rifah atau isim nakirah. Contoh:

اذى

ةقث ِيبط

/hażā ṭabῑbun ṡiqatun/ „ini adalah dokter yang dipercaya‟. Kata

ةقث

/ṡiqatun/ merupakan masdar nakirah yang menjadi na‟at untuk kata

ِيبط

/ṭabῑbun/

yang ditakwilkan sebagai musytaq yaitu

ؽوثوم

/mauṡūqun/ „yang dipercaya‟.

2) Isim Isyarah

Isim isyarah, seperti

اذى لجرلا ءاج

/jā´a al-rajulu hażā/ „telah datang seorang lelaki yang ini‟. Terkadang isim isyarah yang menunjukkan makna tempat, tetapi sedikit. Sebenarnya isim isyarah itu bukan na‟at tetapi menggantikan yang di buang, seharusnya yang dibuang itulah menjadi na‟at. Seperti

نم برشتل ةلفاقلا تعرس أ

وجوم:يأ ،انى ءام

د

/asra‟ati al-qāfilatu litasyraba min mā´in hunā, ayyu: maujūdin/

„kafilah itu bergegas untuk minum air yang disini, maksudnya yang ada‟. Kata

انى

/hunā/ bermaksud menggantikan tempat yang di buang yaitu

دوجوم

/maujūdun/.

3) Kata

وذ

/żū/.

Kata

وذ

/żū/ yang bermakna

ِحاص

/ṣāḥibun/. Seperti

ةعانصلاب ةبرخ وذ لجر نيراز

/zāranῑ rajulun żū khibratin bi al-ṣinā‟ati/ „Seorang laki-laki yang mempunyai

(30)

keahlian dalam bidang industri mengunjungi aku‟. Kata

وذ

/żū/ adalah na‟at bagi

لجر

/rajulun/ yang ma‟fu dengan waw karna dia berbentuk

ةتسلا ءاسملأا

/al-asmā´u al-sittatu/ dan dianya

ؼاضم

/muḍāfun/ dan kata

ةبرخ

/khibratun/ menjadi

ويلإ ؼاضم

/muḍāfun ilaihi/.

4) Kata

تاذ

/żāta/

Kata

تاذ

/żāta/ yang bermakna

ةبحاص

/ṣāḥibatun/. Seperti

ةمكح تاذ ةأرما نيتراز

ةغلاب

/zāratnῑ ´imra´atun żātu ḥikmatin bāligatin/ „seorang perempuan yang

mempunyai kebijaksanaan yang besar mengunjungi aku‟. Kata

تاذ

/żāta/ adalah na‟at yang marfu‟ dengan dhammah dan dianya

ؼاضم

/muḍāfun/ dan kata

ةمكح /

ḥikmatin/ menjadi

ويلإ ؼاضم

/muḍāfun ilaihi/.

5) Isim Mausul Yang Diiringi Dengan

ؿا

/Alif Lam/

Isim mausul yang diiringi dengan alif lam, seperti

لمتكا يذلا لمعلا نيرسي

/yasurrunῑ al-„amala allażῑ iktamala/ „Perbuatan yang sempurna itu membuatku senang. Kata

يذلا

/al-lażῑ/ adalah na‟at yang berbentuk isim mausul mabni atas sukun, dalam keadaan rafa‟ dan kata

لمعلا

/al-„amala/ adalah man‟ut yang ada

ؿا

/alif lam/.

6) Na‟at Yang Menunjukkan Atas Bilangan Man‟utnya.

Seperti

ةسخم ؿاجر نيراز

/zāranῑ rijālun khamsatun/ „Lima orang pria mengunjungi aku‟. Kata

ةسخم

/khamsatun/ adalah na‟at yang berbentuk isim adad dan kata

ؿاجر

/rijālun/ sebagai man‟utnya.

(31)

7) Na‟at Yang DiNisbahkan

Na‟at yang diberikan huruf

ءايلا

/al-yā´u/ bertasydid (nisbah) di akhir isim dan huruf sebelumnya dibaca kasrah. Seperti

ّنيانبل لجر نيراز

/zāranῑ rajulun libnāniyyun/ „lelaki yang berkebangsaan Lebanon telah mengunjungi aku‟. Kata

ّنيانبل

/libnāniyyun/ adalah na‟at untuk kata

لجر

/rajulun/.

8) Na‟at Yang Menunjukkan Pengertian Kiasan

Na‟at yang menunjukkan pengertian tasybih atau perumpamaan dan na‟at dilihat bukan dari lafadz melainkan maknanya. Seperti

دسأ لجر نيراز

/zāranῑ rajulun

„asadun/ „lelaki yang seperti harimau telah mengunjungi aku‟. Kata

دسأ

/´asadun/

adalah na‟at untuk kata

لجر

/rajulun/ yang tidak dilihat dari lafadz melainkan maknanya yaitu

اعاجش

/syujjā‟an/ „pemberani‟.

9)

ام

/mā/ Nakirah Yang Di Maksudkan Ibham

Apabila na‟at berbentuk

ام

/mā/ nakirah yang di maksudkan ibham (belum jelas). Seperti

هرفس نم ِلاطلا داع ام رملأ

/li amrin mā „āda al-ṭālibu min safarihi/

„karena ada suatu perkara, siswa itu kembali dari perjalanannya‟. Dan

ام اباتك نيطعا

/a´ṭinῑ kitāban mā/ „berikan aku kitab manapun‟. Maksud ام disini adalah kitab yang mutlak atau umum, tidak ada kaitan dengan sifat tertentu atau khusus.

10) Kata

يا

/ayyu/ dan

لك

/kullu/

Kata

يا

/ayyu/ dan

لك

/kullu/ bisa menjadi na‟at yang menunjukkan sifat bagi mausufnya. Contoh

يا

/ayyu/:

لجر يا لجر تنا

/anta rajulun ayyu rajulin/

(32)

„kamu adalah seorang lelaki yang sempurna kelelakiannya. Contoh

لك

/kullu/:

تنا

دهتَّا لك دهتَّا

/anta al-mujtahidu kullu al-mujtahidi/ „engkau adalah seorang yang

bersungguh-sungguh yang sempurna kesungguhannya‟.

11) Kata قح /ḥaqqun/ dan دج /jaddun/

Seperti

ٍءاغصإ نقح ًءاغصإ ِيطخلل انيغصأ

/aṣgainā lilkhaṭῑbi iṣgā´an ḥaqqa iṣgā´in/

„kami mendengarkan penceramah itu dengan benar-benar mendengarkannya‟.

Kata

نقح

/ḥaqqa/ adalah na‟at bagi

ًءاغصإ

/iṣgā´an/.

2.2.3.2 Na’at Jumlah

Naat jumlah adalah yang terdiri dari jumlah fi‟liyah atau ismiyah yang kalimat nya disifati, seperti: اباتك لملػ لجر ءاج /jā´a rajulun yaḥmilu kitāban/ „telah datang seorang lelaki yang membawa buku‟. Lafadz لملػ /yaḥmilu/ merupakan na‟at yang berbentuk jumlah fi‟liyah dan man‟utnya terletak pada lafadz لجر /rajulun/.

2.2.3.3 Na’at Syibhul Jumlah

Na‟at syibhul jumlah adalah na‟at yang terdiri dari zaraf atau jar majrur yang menempati na‟at. Seperti

نصغلا ؽوف روفصع فقو

/wafaqa „uṣfūrun fauqa al- guṣni/ „telah jatuh burung yang di atas ranting‟ dan

صفق نم روفصع راط

/ṭāra

„uṣfūrun min qafaṣin/ „telah terbang seekor burung dari kandang‟. Lafadz

صفق نم

/

min qafaṣin/ merupakan na‟at yang bentuk jar manjur dan man‟utnya terletak pada lafadz

روفصع

/„uṣfūrun/.

(33)

2.2.4 Na’at Dari Segi Asal

Menurut Babti (1992:1116) pembagian na‟at terdiri dari:

1. Na‟at Haqiqi

لان نًمض ىلع لمتشي فأ وتملاعو ،وتلزنبم وى اميف وأ ،وعوبتم سفن تٓ ةفص ىلع ؿدي يذلا وى يقيقلحا تع

توعنلدا لىإ دوعي

/al-na‟tu al-ḥaqῑqῑ huwa allażῑ yadullu „alā ṣifatin fῑ nafsi matbū‟ihi, au fῑmā huwa bi manzilatihi, wa „alāmatihi an yasyta‟mila „alā ḍamῑrin ya‟ūdu ilā al- man‟ūti/ „Na‟at haqiqi adalah na‟at yang menunjukkan sifat yang ada pada yang diikutinya atau apa-apa yang dikembalikan kepadanya dan tandanya bahwa dia menggunakan dhamir yang kembali pada man‟utnya.‟

Contoh dalam salah satu hadits:

ِإ ْنِم َمنلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىنلَص ِللها ُؿوُسَرَو اَنَأ ُلِسَتْغَأ ُتْنُك :ْتَلاَق اَهْػنَع ُللها َيِضَر اَهْػنَع َو ٍد ِحاَو ٍءاَن

ِوْيِف اَنْػيِدْيَأ ُفِلَتَْتخ

انيديأ يقتلتو :تابح نبا دازو ،ويلع قفتم .ِةَباَنِْلجا َنِم

/wa „anhā raḍiya allahu „anhā qālat: kuntu agtasilu anā wa rasūlu allahi ṣalla allhu „alaihi wa sallama min inā´in wāḥidin takhtalifu aidῑnā fῑhi min al-jinābati/

„Dari Aisyah r.a., ia berkata: Aku dan Rasulullah SAW pernah bersama-sama dari sebuah wadah, tangan kami saling berganti mencedo air di dalam itu karena jinabah‟.

2. Na‟at Sababi

لان ع توعنلداب طابترا هدعب مسا تٓ نىعم ىلع ؿدي يذلا وى ببسلا ت

/al-na‟tu al-sababῑ huwa allażῑ yadullu „alā ma‟nā fῑ ismin ba‟dahu irtibāṭun bi al-man‟ūti/ Na‟at sababi adalah na‟at yang menunjukkan sifat yang ada pada isim setelahnya yang memiliki ikatan dengan man‟utnya. Seperti

هوخأ لضافلا لجرلا ءاج

/Jā´a al-rajulu al-fāḍilu akhūhu/ „Telah datang laki-laki yang saudaranya terhormat‟.

(34)

2.2.5 Tujuan Na’at

Menurut babti (1992:1116) mengatakan bahwa banyak tujuan na‟at, diantaranya:

1.

حاضيلإا

/al-´ῑḍāḥu/ „menjelaskan‟

Apabila man‟utnya terdiri dari isim ma‟rifah, seperti

ط ايلخا دمحبم تررم

/marartu bi muḥammadin al-khiyāṭi/ „aku bertemu Muhammad yang seorang penjahit. Kata

ط ايلخا

/al-khiyāṭu/ merupakan na‟at yang bermaksud menjelaskan dan

دملز

/muḥammadun/ adalah man‟utnya yg berbentuk isim ma‟rifah.

2.

صيصختلا

/altakhṣῑṣu/ „mengkhususkan‟

Apabila man‟utnya terdiri dari isim nakirah, seperti

ليوط لجرب تررم

/marartu

bi rajulin ṭawῑlin/ „aku bertemu dengan seorang lelaki yang tinggi‟. Kata

ليوط /

ṭawῑlin/ merupakan na‟at yang bermaksud mengkhususkan dan kata

لجر

/rajulun/

adalah man‟utnya yang berbentuk isim nakirah.

3.

حدلدا

/al-madḥu/ „pujian‟

Apabila mausufnya telah dipahami maksudnya bagi lawan bicara, maka tidak membutuhkan penjelasan, seperti

ميحرلا نحمرلا للها مسب

/bismi allahi al-raḥmāni al-raḥῑmi/ „dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang‟. Kata

نحمرلا

/al-raḥmānu/ dan

ميحرلا

/al-raḥῑmu/ adalah na‟at yang telah dipahami maksudnya bagi lawan bicara dan tidak membutuhkan penjelasan.

(35)

4.

ـذلا

/al-żammu/ „celaan‟

Apabila na‟at bermaksud celaan, seperti

ميجرلا فاطيشلا نم للهاب ذوعا

/a‟ūżu billahi min al-syaiṭāni al-rajῑmi/ „aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk‟.

5.

محتلا

/al-taraḥḥumu/ „kasih sayang‟

Na‟at yang bermaksud kasih sayang, seperti

ءامسلا تٓ نم مكحمري ضرلأا تٓ نم اوحمرا

/irḥamū man fῑ al-arḍi yarḥamkum man fῑ al-samā´i/ „sayangi kamulah apa-apa yang ada di bumi maka yang dilangit akan menyayangimu‟.

6.

ديكوتلا

/al-taukῑdu/ „menguatkan‟

Na‟at yang bermaksud menguatkan, seperti

ةدحاو ةخفن روصلا تٓ خفن اذإف

/fa´iżā

nufikha fῑ al-ṣūri nafkhatun wāḥidatun/ „maka apabila sangkakala ditiup dengan sekali tiup‟.

2.2.6 I’rab Dalam Na’at

Menurut Al-Ghulayaini (2013:36) menyebutkan:

ٌرَػثَأ ُباَرْعِلإا ْوُزَْلر ْوَأ اًرْوُرَْلر ْوَأ اًبْوُصْنَم ْوَأ اًعْوُػفْرَم اَىُرِخَأ َفْوُكَيَػف ،ِةَمِلَكْلا ِرِخأ ِتٓ ِلِماَعْلا ُوُثٍّدَُلػ

ِوْيِضَتْقَػي َِْسَح ،اًم

ِلِماَعْلا َكِلاَذ

/al-i‟rabu aṡarun yuḥaddiṡuhu al-„āmili fῑ akhiri al-kalimati, fayakūna akhiruhā marfū‟an aw manṣūban aw majrūran aw majzūman, ḥasba yaqtaḍῑhi żālika al-

„āmili/ „I‟rab adalah memindahkan amil-amil yang baru pada akhir kata sehingga akhirnya menjadi marfu‟, manshub, majrur, atau majzum sesuai dengan amil tersebut‟

(36)

1. Tanda-Tanda I’rab

Menurut Al-Ghulayaini (2013) tanda-tanda i‟rab sebagai berikut:

a. Rafa‟ tandanya ةمضلا /al-ḍammatu/, فللأا /al-alifu/, واولا /al-wāwu/, dan فونلا /al-nūnu/

b. Nashab tandanya ةحتفلا /al-fatḥatu/, فللأا /al-alifu/, ةرسكلا /al-kasratu/, ءايلا /al- yā´u/ dan فونلا ؼذح /ḥażfu al-nūnu/ „membuang nun‟

c. Jar tandanya /al-kasratu/, ءايلا /al-yā´u/ dan ةحتفلا /al-fatḥatu/

d. Jazm tandanya فوكسلا /al-sukūnu/, فونلا ؼذح /ḥażfu al-nūnu/ „membuang nun‟, dan ةلعلا ؼرح ؼذح /ḥażfu ḥarfi al-„illati/ „membuang huruf „illat.

2. Macam-Macam I’rab

Menurut Al-Ghulayaini (2013:41) macam-macam i‟rab adalah a. I‟rab Lafzi

ِلِماَعْلا ُوُبِلَْلغ ِةَمِلَكْلا ِرِخَا ِتٓ ُرِىاَظ ٌرَػثَأ :ُّيِظْفنللا ُباَرْعِلإا

/al-i‟rābu al-lafẓiyyu: aṡarun ẓāhirun fῑ akhiri al-kalimati yajlibuhu al-„āmili/

„i‟rab lafzi adalah bekas yang nyata pada akhir suku kata yang disebabkan oleh amil‟

I‟rab lafzi terdapat kata mu‟rab di akhirnya, bukan رخلأا لتعم /mu‟talu al-akhiru/ dan bukan pula termasuk ؼرصني لا يذلا مسا /ismu al-lażi lā yanṣarifu/

Contoh:

َػي َلا ...

ِتٓ ْمُكُدَحَأ ْلِسَتْغ ْلا َم

ندلا ِءا ِمِئا ٌُِنُج َوُىَو ...

„Lafadz

ِمِئا ندلا

/al-dā´imi/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah‟

(37)

b. I‟rab Taqdiri

ِلِماَعْلا ُوُبِلَْلغ ِةَمِلَكْلا ِرِخَا ىَلَع ٌرِىاَظ َرْػيَغ ٌرَػثَأ :ُّيِرْيِدْقَػتلا ُباَرْعِلإا

/al-i‟rabu al-taqdῑriyyu: aṡarun gaira ẓāhirun „ala akhiri al-kalimati yajlibuhu al-

„āmili/ „I‟rab taqdiri: bekas yang tidak kelihatan pada akhir kata yang disebabkan oleh adanya amil‟

Maka harkatnya menjadi diperkirakan, karena harkat tersebut tidak dapat dilihat.

Ia ada pada kata-kata yang mu‟rab yang mu‟tal akhir baik itu mu‟tal فللأا /al-alifu/, واولا /al-wāwu/ maupun ءايلا /al-yā´u/

Contoh:

َو ِتاَوَلنصلا ىَلَع اوُظِفاَح ىَطْسُوْلا ِة َلانصلا

َْنٌِتِناَق ِوّلِل اوُمْوُػقَو

Lafadz

ىَطْسُوْلا

/al-wusṭā/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah muqaddarah.

c. I‟rab Mahalli

اًرندَقُم َلاَو اًرِىاَظ َفْوُكَي َلاَف .ِلِماَعْلا ٌّيِراَبِتْعِا ٌرُّػيَغَػت :ُّيٍّلَحَمْلا ُباَرْعِلإا

/al-i‟rabu al-maḥalliyyu: tagayyurun i‟tibāriyyun al-„āmili. Falā yakūna ẓāhiran wa lā muqaddaran/ „anggapan perubahan yang disebabkan oleh amil, maka perubahan tersebut tidak tampak, dan juga tidak diperkirakan harkatnya‟

I‟rab mahalli terdapat pada kata mabni.

ِتٓ ْمُكُدَحَأ ننَلْوُػبَػي َلا ...

ْلا َم ِءا ندلا يِذنلا ِمِئا نُتّ ،ْيِرَْلغ َلا

ِوْيِف ُلِسَتْغَػي ...

Lafadz يِذنلا /al-lażῑ/ memiliki i‟rab mabni atas sukun dan menempati tempat jar.

(38)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian

Data yang peneliti peroleh dari kitab ـارلدا غولب /bulūgu al-marāmi/ sebanyak 88 data. Diantaranya na‟at mufrad yang berbentuk isim musytaq sebanyak 52 data, na‟at mufrad yang berbentuk isim jamid sebanyak 16 data, na‟at jumlah sebanyak 13 data. Dan na‟at syibhul jumlah sebanyak 7 data

Dari macam-macam na‟at tersebut terdapat beberapa tujuan na‟at yaitu حاضيلإا /al-´ῑḍāḥu/ „menjelaskan‟ sebanyak 32 data, صيصختلا /al-takhṣῑṣu/ „mengkhususkan‟

sebanyak 47 data, حدلدا /al-madḥu/ „pujian‟ sebanyak 8 data, dan ـذلا /al-żammu/

„celaan‟ sebanyak 1 data.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Na’at Mufrad yang berbentuk Isim Musytaq

Adapun na‟at mufrad berbentuk isim musytaq yang terdapat dalam kitab

غولب

ـارلدا

/bulūgu al-marāmi/ sebagai berikut:

1. Hadits yang ke-5

ِتٓ ْمُكُدَحَأ ْلِسَتْغَػي َلا ...

ْلا َم ندلا ِءا ِمِئا ٌُِنُج َوُىَو ...

/...Lā yagtasil aḥadukum fῑ al-mā´i al-dā´imi wa huwa junubun.../ „...Janganlah seseorang dari kalian mandi di air yang diam, sedangkan ia mempunyai jinabah‟

Pada lafadz

ِمِئا ندلا ِءا ْلا َم

/al-mā´i al-dā´imi/ „air yang diam‟, na‟at terletak pada lafadz

ِمِئا ندلا

/al-dā´imi/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ِءا ْلا َم

/al-mā´i/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ِمِئا ندلا

/al-dā´imi/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ِءا ْلا َم

/al-mā´i/. Lafadz

ِمِئا ندلا ِءا ْلا َم

/al-mā´i al-

(39)

dā´imi/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

حاضيلإا

/al-´ῑḍāḥu/ „menjelaskan‟

karena man‟utnya terdiri dari isim ma‟rifah.

2. Hadits yang ke-20

ْنَعَو َر ٍْنٌَصُح ِنْب َفاَرْمِع َي ِض

ُللها َع ْن ُو ننلا نفَأ َص نِب ُللها ى نل َع َل ْي ِو َو َس نل َم ِةَداَزَم ْنِم اْوُؤنضَوَػت ُوَباَحْصَأَو ٍةَكِرْشُم ٍةَأَرْما

. ..

/Wa „an „imrāna ibni ḥuṣainin raḍiya allahu „anhu anna al-nabiyya ṣalla allahu

„alaihi wa sallama wa aṣḥābahu tawaḍḍa´ū min mazādati imrā´atin musyrikatin.../ „Dari Imran bin Husain r.a., ia berkata: „Nabi SAW dan para sahabatnya pernah berwudhu dari tempat air milik seorang wanita yang musyrik...‟

Pada lafadz

ْشُم ٍةَأَرْما ٍةَكِر /

imrā´atin musyrikatin/ „wanita yang musyrik‟, na‟at terletak pada lafadz

ٍةَكِرْشُم

/musyrikatin/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ٍةَأَرْما

/imrā´atin/.

Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ٍةَكِرْشُم

/musyrikatin/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ٍةَأَرْما

/imrā´atin/. Lafadz

ٍةَكِرْشُم ٍةَأَرْما /

imrā´atin musyrikatin/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/ „mengkhususkan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

3. Hadits yang ke-49

َر ٍدْيَز ِنْب ِللها ِدْبَع ْنَعَو َع ُللها َي ِض

ْنِم َقَشْنَػتْساَو َضَمْضَمَف ُهَدَي َلَخْدَأ نُتّ ِءْوُضُولا ِةَفِص ِتٓ ُو ْن ٍد ِحاَو ٍّفَك

َكِلَذ ُلَعْفَػي

ُم .اًث َلاَث ِوْيَلَع ٌقَفنػت

/Wa „an „abdi allahi ibni zaidin raḍiya allahu „anhu fῑ ṣifati al-wuḍū´i ṡumma adkhala yadahu famaḍmaḍa wastansyaqa min kaffin wāḥidin yaf‟alu żalika ṡalāṡan.../ „Dari Abdullah bin Zaid r.a., mengenai gambaran wudhu (Rasulullah saw): “Kemudian Nabi saw memasukkan kedua tangannya (untuk mengambil air), lalu berkumur dan menghisap air ke lubang hidungnya dari telapak tangan yang sama. Hal ini beliau lakukan sebanyak tiga kali...‟

Pada lafadz

ٍد ِحاَو ٍّفَك

/kaffin wāḥidin/ „telapak tangan yang sama‟, na‟at terletak pada lafadz

ٍد ِحاَو

/wāḥidin/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ٍّفَك

/kaffin/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ٍد ِحاَو

/wāḥidin/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah

(40)

karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ٍّفَك

/kaffin/. Lafadz

ٍد ِحاَو ٍّفَك

/kaffin wāḥidin/

adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/ „mengkhususkan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

4. Hadits yang ke-80

َْلحا ِءاَضَق ْنَع َيْهنػنلا ُّ ِنياَرَػبنطلا َجَرْخَأَو ...

َتَْتَ ِةَجا ْلا ِراَجْشَلأا

ِةَرِمْثُم َرَمُع ِنْبا ِثْيِدَح ْنِم يِراَلجا ِرْهنػنلا ِةنفَضَو

ٍفْيِعَض ٍدَنَسِب

/... Wa akhraja al-ṭabarāniyyu al-nahya „an qaḍā´i taḥta al-asyjāri al-muṡmirati wa ḍaffati al-nahri al-jāri min hadῑṡi ibni „umara bisanadin ḍa‟ῑfin/ „...Imam Thabarani meriwayatkan tentang larangan buang hajat di bawah pohon yang berbuah dan di tepi sungai yang mengalir, dari hadits Ibnu Umar dengan sanad yang lemah.

Pada lafadz

ِةَرِمْثُم ْلا ِراَجْشَلأا

/al-asyjāri al-muṡmirati/ „pohon yang berbuah‟, na‟at terletak pada lafadz

ِةَرِمْثُم ْلا

/al-muṡmirati/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ِراَجْشَلأا

/al-asyjāri/.

Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ِةَرِمْثُم ْلا

/al-muṡmirati/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ِراَجْشَلأا

/al-asyjāri/.

Lafadz

ِةَرِمْثُم ْلا ِراَجْشَلأا

/al-asyjāri al-muṡmirati/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

حاضيلإا

/al-´ῑḍāḥu/ „menjelaskan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim ma‟rifah.

5. Hadits yang ke-106

َو اَنَأ ُلِسَتْغَأ ُتْنُك ...

َر ُس ْو ُؿ ِللها َص نل ُللها ى َع َل ْي ِو َو َس نل َم ْنِم ٍد ِحاَو ٍءاَنِإ .ِةَباَنِْلجا َنِم ِوْيِف اَنْػيِدْيَأ ُفِلَتَْتخ

...

/...Kuntu agtasilu anā wa rasūlu allahi ṣalla allahu „alaihi wa sallama min inā´in wāḥidin takhtalifu aidῑnā fῑhi min al-jinābati/... „Aku dan Rasulullah saw pernah bersama-sama dari satu wadah, tangan kami saling berganti mencedok air di dalam wadah itu karena mandi jinabah‟

Pada lafadz

ٍد ِحاَو ٍءاَنِإ

/inā´in wāḥidin/ „satu wadah‟, na‟at terletak pada lafadz

ٍد ِحاَو

/wāḥidin/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk

man‟utnya terletak pada lafadz

ٍءاَنِإ

/inā´in/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at

(41)

mufrad. Lafadz

ٍد ِحاَو

/wāḥidin/ memiliki i‟rab jar dengan kasrah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ٍءاَنِإ

/inā´in/. Lafadz

ٍد ِحاَو ٍءاَنِإ

/inā´in wāḥidin/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/ „mengkhususkan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

6. Hadits yang ke-109

َضْرَلأا ِوْيَدَيِب َبَرَض نُتّ )اَذَكَى َكْيَدَيِب َؿْوُقَػت ْفَأ َكْيِفْكَي اَنلظِإ )...

ًةَدِحاَو ًةَبْرَض ...

/...(Innamā yakfῑka an taqūla biyadaika hakażā) ṡumma ḍaraba biyadaihi al-arḍa ḍarbatan wāḥidatan.../ „...Sesungguhnya cukup bagimu hanya dengan melakukan seperti ini dengan kedua telapak tanganmu.” Selanjutnya beliau memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah sekali pukul...‟

Pada lafadz

ًةَدِحاَو ًةَبْرَض

/ḍarbatan wāḥidatan/ „sekali pukul‟, na‟at terletak pada lafadz

ًة َدِحاَو

/wāḥidatan/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ًةَبْرَض

/ḍarbatan/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ًة َدِحاَو

/wāḥidatan/ memiliki i‟rab nashab dengan fathah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ًةَبْرَض

/ḍarbatan/. Lafadz

ًةَدِحاَو ًةَبْرَض

/ḍarbatan wāḥidatan/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/

„mengkhususkan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

7. Hadits yang ke-116

نلاِإ ِمُّمَينػتلاِب ُلُجنرلا َيٍّلَصُي َلا ْفَأ ِةننُّسلا َنِم :ؿاق امهنع للها يضر ٍسانبَع ِنْبا ِنَعَو ًةَدِحاَو ًة َلاَص

ِة َلانصلِل ُمنمَيَػتَػي نُتّ ،

لا هاور .ىَرْخُلأا .اًّد ِج ٍفْيِعَض ٍداَنْسِإِب ُِّنيْطُقَراند

/Wa „an ibni „abbāsin raḍiya allahu „anhumā qāla: min al-sunnati an lā yuṣalliya al-rajulu bi al-tayammumi illā ṣalātan wāḥidatan, ṡumma yatayammamu liṣṣalāti al-ukhrā. Rawāhu al-dāraquṭniyyu bi isnādin ḍa‟ῑfin jiddan/ „Dani Ibnu Abbas r.a., ia berkata: “Termasuk sunnah (tuntutan Nabi saw) ialah hendaknya seseorang tidak mengerjakan shalat dengan tayamum kecuali hanya sekali salat, kemudian ia bertayamum lagi untuk salat lainnya”. (HR. Daraquthni dengan sanad yang dhaif sekali).

(42)

Pada lafadz

ًةَدِحاَو ًة َلاَص

/ṣalātan wāḥidatan/ „sekali salat‟, na‟at terletak pada lafadz

ًة َدِحاَو

/wāḥidatan/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ًة َلاَص

/ṣalātan/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ًة َدِحاَو

/wāḥidatan/ memiliki i‟rab nashab dengan fathah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ًة َلاَص

/ṣalātan/. Lafadz

ًةَدِحاَو ًة َلاَص

/ṣalātan

wāḥidatan/ adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/ „mengkhususkan‟

karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

8. Hadits yang ke-117

...

ْسِلْجَتْلَو ِرْصَعلاَو ِرْهُّظلِل ْلِسَتْغَػتْلَػف ِءاَمْلا َؽْوَػف ًةَرْفُص ْتَأَر اَذِإَف ،ٍنَكْرِم ِتٓ

اًدِحاَو ًلاْسُغ ِبِرْغَمْلِل ْلِسَتْغَػتَو

ِحاَو ًلاْسُغ ِءاَشِعلاَو .اًد

..

/...Waltajlis fῑ mirkanin, faiżā rā´at ṣufratan fauqa al-mā´i falyagtasil liẓẓuhri wa al-„aṣri guslan wāḥidan wa tagtasil lilmagribi wa al-„isyā´i guslan wāḥidan.../

„...Dan hendaklah ia duduk di tempat cucian. Apabila ia melihat warna air menjadi merah kekuning-kuningan, hendaklah ia mandi sekali mandi untuk salat zhuhur dan salat ashar, dan mandi lagi untuk salat maghrib dan isya sekali mandi...‟

Pada lafadz

اًدِحاَو ًلاْسُغ

/guslan wāḥidan/ „sekali mandi‟, na‟at terletak pada lafadz

ًدِحاَو

/wāḥidan/ yang merupakan isim musytaq yang berbentuk isim fa‟il dan untuk man‟utnya terletak pada lafadz

ًلاْسُغ

/guslan/. Adapun lafadz ini merupakan na‟at mufrad. Lafadz

ًدِحاَو

/wāḥidan/ memiliki i‟rab nashab dengan fathah karena mengikuti matbu‟nya yaitu

ًلاْسُغ

/guslan/. Lafadz

اًدِحاَو ًلاْسُغ

/guslan wāḥidan/

adalah na‟at man‟ut yang bertujuan

صيصتخ

/takhṣῑṣ/ „mengkhususkan‟ karena man‟utnya terdiri dari isim nakirah.

9. Hadits yang ke-118

ُضاَحَتْسُأ ُتْنُك :ْتَلاَق ٍشْحَج ِتْنِب َةَنَْحم ْنَعَو ًةَرْػيِثَك ًةَضْيَح

ًةَدْيِدَش ...

/Wa „an ḥamnata binti jaḥsyin qālat: kuntu ustaḥāḍu ḥaiḍatan kaṡῑratan syadῑdatan.../ „Dari Hamnah binti Jahsy, ia berkata: Aku mengalami suatu haid yang banyak sekali...‟

Referensi

Dokumen terkait

LKjIP Pengadilan Agama Jakarta Barat merupakan suatu system manajemen yang berorientasi pada hasil capaian kinerja dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan

Dalam rangka meningkatkan kinerja kerja sama Perguruan Tinggi di Lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III, sesuai dengan Surat Direktorat Jenderal

Status gizi dalam kategori obesitas memiliki jaringan lemak yang berlebihan sehingga akan terjadi pendesakan pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita

Menurut Satzinger et al (2007) dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design menjelaskan bahwa sebuah use case itu menunjukan sebuah tongkat sederhana

Wakil Bupati Kayong Utara dan Polres Kayong Utara yang diwakili Oleh Kabag Ops Polres Kayong Utara mengizinkan pemanfaatan / pengolahan limbah kayu yang terdapat di areal

Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola, memberikan persetujuan atas strategi rumah sakit dan program yang terkait dengan pendidikan para profesional kesehatan

Kelompok aktivitas pada Sekolah Islam Terpadu Al-Azhar di Semarang ini dibagi menjadi 6 unit gedung yaitu :. Yayasan, KB-TK, SD, SMP, SMA dan Masjid dimana pada tiap gedung