• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Alel Induk dan Anakan Kelapa Sabut Merah (Cococs nucifera L.) dan Kekerabatannya Berdasarkan Penanda DNA Mikrosatelit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ragam Alel Induk dan Anakan Kelapa Sabut Merah (Cococs nucifera L.) dan Kekerabatannya Berdasarkan Penanda DNA Mikrosatelit."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UDAYANA UNIVERSITY PRESS

2014

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL SAINS

DAN TEKNOLOGI 2014

“Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan

dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”

Denpasar, 18 - 19 September 2014

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT

(3)

iv | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014

“Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan

dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”

Denpasar, 18 - 19 September 2014

Editor

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS. Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP.

Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Si. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Prof. Dr. I Wayan Budiasa Suyasa, M.Si.

Prof. Dr. Ir. Bambang Admadi H., MP. Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST., MT., Ph.D.

Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, MA. Dr. Ni Nyoman Kertiyasa, SE., M.S.

Prof. Dr. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc

Diterbitkan Oleh: Udayana University Press Kampus Universitas Udayana Denpasar

(4)

KATA PENGANTAR ... vii

SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix

SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS UDAYANA ... xiii

PEMBICARA UTAMA 1. PERANAN SAINS DAN TEKNOLOGI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAMMENINGKATKAN KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD ... 3

2. PETA JALAN KEBIJAKAN NASIONAL ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Prof. Dr. Ir. IGN Wiratmaja Puja, MSc.. ... 5

3. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DALAM MEWUJUDKAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI (PHL) Dr. Ir. Agus Sarsito, M.For.Sc. ... 6

4. PERSPEKTIF NANO SCIENCE DALAM BIOLOGI Prof. Sutiman Bambang Sumitro, MS., D.Sc. ... 7

5. PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN SEBAGAI STRATEGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK PANGAN Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc. ... 8

PRESENTASI ORAL: BIDANG KETAHANAN PANGAN 1. PROPAGASI SPORA ENDOMIKORIZA INDIGENUS BALI MENGGUNAKAN TANAMAN INANG YANG BERBEDA Meitini Wahyuni Proborini dan Ida Bagus Gede Darmayasa ... 21

2. STUDI JENIS DAN POTENSI SAMPAH KOTA DI TPA SUWUNG SEBAGAI SUMBER PAKAN UNTUK PEMELIHARAAN SAPI BALI N.L.P. Sriyani, T Ariana I.N, Lanang Oka Cakra, I.G ... 26

3. EFEK TOKSISITAS EKSTRAK RUMPUT LAUT COKLAT Turbinaria SEBAGAI FOOD ADDITIVE ALAMI Pramono Sasongko, Endang Rusdiana ... 31

(5)

xxiv | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014

PRESENTASI ORAL: BIDANG BIODIVERSITAS, LINGKUNGAN, DAN SUMBER DAYA ALAM

1. PENAMPILAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PESANGGARAN DENPASAR-BALI

Tirta A.IN., AA.Oka, Gd.Suranjaya, NLP.Sriyani ... 635

2. ANALISIS PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KOTA PONTIANAK

Josua P. Hutajulu, Marisi Aritonang ... 640

3. APLIKASI ORYZALIN DAN SINAR GAMMA PADA TANAMAN PACAR AIR (Impatiens balsamina, L.)

Made Ria Defi anidan Ni Wayan Sudatri ... 647

4. FOTODEGRADASI ZAT WARNA TEKSTIL METHYLENE BLUE

DAN CONGO RED MENGGUNAKAN KOMPOSIT ZnO-AA DAN SINAR UV

Ni Putu Diantariani, Iryanti Eka Suprihatin dan Ida Ayu Gede Widihati ... 652

5. POTENSI MANGROVE DALAM IMMOBILISASI TIMBAL

Iryanti Eka Suprihatin ... 660

6. KERAGAMAN LEBAH TRIGONA SEBAGAI SALAH SATU PLASMA NUTFAH DI BALI SELATAN

Ni Luh Watiniasih, Ni Made Suartini ... 665

7. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FENOL DARI KULIT BUAH TAMARILLO (Solanum betaceum Cav.) YANG AKTIF SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Ida Ayu Raka Astiti Asih, Ni Made Puspawati, Wiwik Susanah Rita,

Ni Luh Putu Devi Sintia Dewi ... 671

8. KAJIAN RE-DESAIN PERAIRAN TELUK BENOA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN

I GedeHendrawan ... 679

9. STRUKTUR GENETIK BRAHMANA SIWA DAN BHUDA DI BALI BERDASARKAN DNA MIKROSATELIT KROMOSOM –Y

I Ketut Junitha, Ni Luh Watiniasih, I A Manik Damayanti ... 688

10. DIVERSITAS GENETIK MONYET EKOR PANJANG MENGGUNAKAN MARKA D-LOOP REGION mtDNA DI KAWASAN BALI UTARA

I Nengah Wandia, I GA. Arta Putra, I Gede Soma ... 696

11. POTENSI EKSTRAK DAUN JATI (Tectona grandis L.f ) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus fl avus SECARA INVITRO

Ni Putu Adriani Astiti dan Sang Ketut Sudirga ... 704

12. PEMBANGUNAN DANPELESTARIAN SUMBER DAYA HUTAN DI SEKITAR KAWASAN BEDUGUL BALI

(Studi Kasus Rencana Pembangunan PLTP Bedugul (Geothermal)

(6)

RAGAM ALEL INDUK DAN ANAKAN KELAPA SABUT MERAH

(Cococs nucifera L.) DAN KEKERABATAANNYA BERDASARKAN

PENANDA DNA MIKROSATELIT

Eniek Kriswiyanti dan I Ketut Junitha Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana,

Kampus Bukit Jimbaran, Kuta E mail : eniek_kriswiyanti@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ragam alel dan hubungan kekerabatan induk dan anakan kelapa sabut merah di Bali. Pelaksanaan penelitian pada bulan Mei-Oktober 2013. Sampel daun muda induk dan anakan kelapa sabut merah (Cococs nucifera L.) sebagai sumber DNA diambil dari kabupaten Klungkung, Bangli dan Gianyar sebanyak 16 individu. DNA diekstraksi dengan metoda CTAB ditambah 2% merkaptoetanol. Enam pasang primer mikrosatelit digunakan untuk mendeterminasi ragam alel. DNA hasil ekstraksi diamplifi kasi dengan PCR, amplikon dielekroforesis pada gel poliakrilamide (PAGE) 6 % dan divisualisasikan dengan pewarnaan perak nitrat. Panjang pita DNA aplikon ditentukan dengan memplot jarak migrasinya pada kertas semilog. Frekuensi masing-masing alel pada setiap lokus digunakan sebagai dasar untuk menghitung heterozigositas menurut Nei,1987. Dendogram dibuat dengan program Mega 5.2.2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam alel dan heterozigositas anakan kelapa sabut merah lebih tinggi daripada induknya. Secara genetik 83.3 % alel kelapa sabut merah anakan sama dengan induknya, 16,7 % tidak sama induk. Terdapat dua kelompok kekerabatan kelapa sabut merah, kelapa udang Klungkung Br. Babung terpisah dari kelompok kelapa udang lainnya. Kelapa brahma masuk kelompok kelapa udang, dan kelapa macan masuk kedalam kelompok kelapa mulung.

Kata Kunci: DNA, mikrosatelit, alel, serabut merah

1. PENDAHULUAN

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L., Arecaceae) di Bali berdasarkan kegunaannya dibedakan menjadi dua, yaitu kelapa atau nyuh (bahasa Bali) biasa dan nyuh madan. Nyuh biasa adalah jenis kelapa yang umum digunakan untuk membuat bahan makanan dan kopra (minyak), sedang nyuh madan adalah jenis kelapa yang memiliki karakter unik dan nama khusus, diperlukan untuk sarana upacara (upakara) bagi umat hindu maupun bahan obat tradisional (usada). Keragaman kelapa madan tersebut ada lebih dari 20 jenis, diantaranya adalah kelapa sabut merah. Kelapa sabut merah umumnya ada dua : kelapa udang (Cocos nucifera L. “Udang”) : warna kulit buah coklat, dasar kelopak dan atau serabut (mesocarpium) pada waktu masih muda berwarna merah/pink. Kelapa Mulung (Cocos nucifera L. “Mulung”) sama dengan kelapa Udang, tapi kulit buah berwarna hijau (Kriswiyanti, 2013). Kelapa Udang dan Mulung sebagai salah satu bahan dalam pelaksanaan upacara: Padudusan alit dan Padudusan Agung (Supartha, 2000; Nala 2004).

Kelapa sabut merah juga ditemukan di daerah Gorontalo dan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara serta di Pulau Timor NTT. Ciri khas kelapa ini adalah adanya warna merah (pink) pada daerah basal atau daerah pangkal buah (dibawah pericarp). Jenis kelapa ini sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Minyaknya digunakan sebagi obat urut, sedangkan airnya digunakan untuk obat sakit demam (Maskromo, 2000).

(7)

748 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014

DNA telah digunakan juga untuk pelacakan tetua pada tanaman kelapa (Pandin, dkk. 2008). Penelitian untuk menentukan keragaman genetik antar aksesi atau populasi kelapa juga dilakukan oleh Rajesh et al. (2008), Dasanayaka et al. (2009), Manimekalai dan Nagarajan (2010), Kumar et al. (2011), Liu, et al (2011), Kriswiyanti et.al (2012), Xiao, et al (2013), dan Kriswiyanti et.al (2013).

Kelapa sabut merah merupakan salah satu bahan penting yang diperlukan untuk keberlanjutan budaya upacara dan usada di masyarakat Bali, dan keberadaannya (populasi) sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ragam alel dan hubungan kekerabatan induk dan anakan kelapa sabut merah di Bali. Ragam dan kombinasi alel-alel dari lokus mikrosatelit DNA yang diperoleh dari induk dan anakannya dapat digunakan sebagai dasar pemuliasilangan dalam usaha konservasi plasma nutfah kelapa sabut merah di Bali.

2. BAHAN DAN METODE

Sampel daun muda kelapa sabut merah didapatkan dari hasil eksplorasi di daerah Br Babung dan Pikat Kabupaten Klungkung, Jelekungkang, Tambahan, Kubu kabupaten Bangli, dan Tulikup dan Pejeng kabupaten Gianyar. Ekstraksi, PCR dan elektroforesis dilakukan di laboratorium Forensik dan Primata Universitas Udayana. Penelitian dilakukan dari bulan Mei – Oktober 2013. Sampel penelitian adalah daun muda dari 16 individu induk dan anakan. Isolasi DNA dari sampel daun muda dengan metoda CTAB (N-Cetyl-N, N, N-Trimetyl Amonium Bromide) ditambah 2% merkaptoetanol (Doyle dan Doyle, 1987). DNA hasil ekstraksi ditentukan dengan elektroforesis pada gel agarosa 0.8% dalam buffer TAE selama 30 menit (Sambrook et al., 1989) dan dengan membandingkan dengan lambda DNA dengan konsentrasi yang diketahui. Enam pasang primer mikrosatelit untuk tanaman kelapa yang digunakan : CnCirB3, CnCirC3, CNZ01, CNZ09, CNZ21 dan CNZ51 (Pandin et al., 2008; Kumar et al, 2011). Mikrosatelit diamplifi kasi dengan PCR Pengamatan hasil PCR dilakukan dengan elekroforesis pada gel poliakrilamide (PAGE) 6 % (Sambrook et al., 1989), dan visualisasi pita-pita DNA pada gel diwarnai dengan perak nitrat (Tegelstorm, 1986). Panjang DNA amplikon ditentukan dengan memplot jarak migrasinya pada kertas semilog (Hutchinson, 2001). Frekuensi alel dan heterozigositas (keragaman genetik) dihitung berdasarkan rumus Nei (1987), kemudian dendogram dibuat dengan UPGMA program Mega 5.2.2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL

Dari hasil eksplorasi kelapa sabut merah termasuk kelapa dalam, didapat 4 ragam : kelapa udang (3 individu), mulung (3 individu), kelapa brahma (1 individu) dan 1 individu kelapa macan. Ditambah 8 individu anakannya jadi seluruh sampel yang diekstraksi adalah 16 individu. Hasil ekstraksi tidak semua dapat teramplifi kasi, kecuali pada CNZ51 semua sampel individu teramplifi kasi, pada primer CNZ01 yang teramplifi kasi 10 individu, CnCirB3 yang teramplifi kasi 14 individu dan CnCirC3 yang teramplifi kasi 10 CNZ09 yang teramplifi kasi 10 individu, CNZ21 yang teramplifi kasi 8 individu. Dengan ragam alel, panjang dan frekuensi alel sebagai berikut (Tabel 1 dan 2).

Ragam alel kelapa sabut merah

(8)

Tabel 1. Ragam alel induk, anakan kelapa sabut merah pada enam primer:

Nama dan asal kelapa CNZ51 CNZ01 CnCirB3 CnCirC3 CNZ09 CNZ21

1.Induk Udang Klungkung/Babung 140, 140 120,130 130, 130

2.Anak udang Klungkung/Babung 140, 140 120,130 130, 130

3.Induk Udang Bangli/

Jelekungkang 145,145 100,110 120, 120 155, 155 260,280

4.anak Udang Bangli/

Jelekungkang 130, 145 100,110 120, 120 155, 155 260,280

5.Induk Udang Klungkung/Pikat 145, 170 120, 115 155, 155 150,170 240,260

6.anak Udang Klungkung/Pikat 145, 145 115, 115 155, 155 150,170 240,260

7.Induk Mulung Bangli/Jelekungkang 145, 170 170,180 130, 130

8.anak Mulung Bangli/

Jelekungkang 145, 170 170,180 130, 130

9.Induk Mulung Gianyar/Pejeng 145, 170 110,120 180,180 155, 155 150,170 270,270

10.anak Mulung Gianyar/Pejeng 145, 170 110,120 180,180 155, 155 150,170 270,270

11.Induk Mulung Gianyar/Tulikup 145, 170 110,120 180,180 130,130

12.anak Mulung Gianyar/Tulikup 145, 170 110,120 180,180 130,130

13.Induk Macan Bangli/Tambahan 170,170 140, 140 150,150 270,270

14.anak Macan Bangli/

Tambahan 155, 170 140, 140 150,150 270,270

15.Induk Brahma Bangli/Kubu 140,125 100,115 190,180 150,150

16.anak Brahma Bangli/Kubu 140,125 100,115 190,180 150,150

Alel anakan sama dengan induknya 83.3 %

Heterozigositas

Heterozigositas harapan (He) dan heterozigositas teramati/observed (Ho) secara umum anakan lebih tinggi daripada induk, rerata He induk 0.691±0.08 (0.589-0.8), anakan 0.72±0.07 keduanya tertinggi pada primer CNZ01. Rerata Ho induk 0.49 (0.0-1.0), pada anakan 0.56 (0.28-1.0) keduanya tertinggi pada primer CNZ09 (table 3).

Hubungan kekerabatan induk anak kelapa sabut merah

(9)

750 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014

Tabel 2. Panjang (bp) dan frekuensi alel kelapa sabut merah pada enam primer:

CNZ51 CNZ01 CnCirB3 CnCirC3 CNZ09 CNZ21

Panjang dan 125 0.062 100 0.2 115 0.107 130 0.2 130 0.2 240 0.125 130 0.0312 110 0.3 120 0.178 140 0.25 150 0.6 260 0.25 140 0.187 115 0.1 130 0.142 155 0.55 170 0.2 270 0.5

145 0.375 120 0.3 170 0.071 280 0.125

155 0.031 130 0.1 180 0.425

170 0.312 190 0.071

Individu 16 10 14 10 10 8

JAI 4 5 6 3 3 4

JAA 6 5 6 4 2 4

Jumlah alel Induk 25 Rerata alel 4.16 Jumlah alel Anak 27 rerata alel 4.5

Keterangan:; JAI= Jumlah Alel Induk; JAA= Jumlah Alel Anak

Tabel 3. Heterozigositas induk, anak kelapa sabut merah

Primer Heterozigositas harapan(He±SE) Heterozigositas teramati (Ho)

induk Anak Induk Anak

Rata-rata jumlah alel, frekuensi alel dan heterozigositas anakan kelapa sabut merah lebih tinggi dari induknya menunjukan bahwa alel anakan lebih beragam dari induknya. Hasil penelitian yang menunjukkan ragam alel tinggi pada kelapa di Bali: Dengan 4 primer yang sama ragam alel ditemukan 28 alel rata-rata perlokus 7 alel dari 16 individu nyuh madan dari Kabupaten Klungkung (Kriswiyanti et al 2012). Ragam alel 3,33 dan heterozigositas rendah ditemukan pada 12 aksesi kelapa genjah Philippina (Noel et al, 2011). Penelitian Kriswiyanti et al (2013) menunjukan bahwa ragam alel tinggi yaitu 80 alel, rata-rata perlokus 13.33 alel pada 58 individu nyuh madan di provinsi Bali dengan 6 primer yang sama dengan penelitian ini.

(10)

Gambar 1. Dendogram enam belas individu induk dan anakan kelapa sabut merah berdasar penanda DNA Mikrosatelit

Ditanjau dari hubungan kesamaan alel antara kelapa induk dan anakan masing-masing pasangan individu menunjukkan bahwa 83.3 % kelapa anakan memiliki alel yang sama dengan induknya atau hanya 16.7 % kelapa anakan yang memiliki alel berbeda dengan pohon induknya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terdapat kontinyuitas genetik antara kelapa induk dan anakan. Dengan keadaan genetik demikian mestinya akan memberikan fenotipe yang sama antara induk dan anakan. Berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa tidak semua kelapa madan akan menghasilkan keturunan yang sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pertama gen atau DNA mikrosatelit merupakan DNA yang tidak menyandi sifat morfologis, kedua pada kelapa Dalam terjadi penyerbukan silang (Dasayanaka et al., 2009) sehingga walaupun ukuran alel-alel kelapa anakan sama dengan kelapa induknya tetapi karena alel dengan ukuran sama berasal dari tetua berbeda dari pohon tetangganya dengan karakter morfologi berbeda maka akan mengekspresikan karakter yang berbeda. Oleh karena itu identifi kasi ragam alel yang tersebar pada pohon kelapa biasa di sekitar masing-masing kelapa unik perlu diketahui untuk memastikan apakah ada alel yang sama pada pohon kelapa tetangganya?

Terdapat 2 kelompok kekerabatan pada pada kelapa sabut merah yang menunjukkan kelapa macan masuk kelompok kelapa mulung sedang kelapa brahma masuk kelapa udang. Kumar et al. (2011) menggunakan mikrosatelit DNA (SSR) pada 14 aksesi dapat dikelompokkan menjadi 3, kelompok 1 terdiri atas 5 aksesi New Guinea, kelompok kedua terdiri atas 4 aksesi dari Polynesia, Prancis, kelompok ke 3 dari 5 aksesi kepulauan Salamon yang diidentifi kasi dari aksesi Pasifi k Selatan.

4. KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Ragam alel dan heterozigositas anakan kelapa sabut merah lebih tinggi daripada induknya, dengan 6 primer diperoleh sebanyak 27 ragam alel, rata-rata 4.5 alel perlokus. Frekuensi alel tertinggi pada primer CNZ09 pada panjang alel 150 bp (0,6). Secara genetik 83.3 % alel kelapa sabut merah anakan sama dengan induknya, 16,7 % tidak sama induk. Terdapat dua kelompok kekerabatan kelapa sabut merah

Induk Kelapa Mulung Bangli

Induk Kelapa Mulung Gianyar Tulikup

Anak Kelapa Mulung Gianyar Tulikup

(11)

752 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014

dan kelapa udang Klungkung Br. Babung terpisah dari kelompok kelapa udang lainnya. Kelapa brahma masuk kelompok kelapa udang, dan kelapa macan masuk kedalam kelompok kelapa mulung.

4.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian tentang ragam alel populasi kelapa dimana masing-masing induk kelapa sabut merah berada untuk menentukan apakah alel-alel masing-masing induk kelapa juga tersebar pada individu kelapa lain disekitarnya?

UCAPAN TERIMA KASIH

1.Dikti dan Rektor Unud. yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penelitian ini, 2. Ketua LPPM Universitas Udayana yang telah memproses usulan penelitian ini, 3. Kepala lab. Molekuler Fakultas Kedokteran dan UPT Forensik Unud yang telah memberikan bantuan penggunaan fasilitas laboratorium.Publikasi ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Fundamental yang dibiayai dari Dana RM Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian No: 175.48/UN14.2/ PNL.01.03.00/2013, tanggal 16 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

Dasanayaka, P.N., Everard, J.M.D.T., Karunanayaka E. H. and Nandadasa, H.G. (2009) Analysis of Coconut (Cocos nucifera L.) Diversity Using Microsatellite Markers with Emphasis on Management and Utilization of Genetics Resources. J. Natn. Sci. Foundation Sri Lanka 37 (2): 99-104.

Devakumar, K; V.Niral, B.A Jerard, C Jayabose, R Chandramohanan and P M Jacob. (2010). Microsatellite Analysis of Distint Coconut Accsseions from Agatti and Kavaratti Island Lakshadweep, India. Scientia Hort. 125 (2010) : 309-315

Doyle J.J. and Doyle J.L. (1987) A Rapid DNA Isolation Procedure for Small Amount of Leaf Tissue. Phytochem. Bull. 19 : 11-15.

Hutschinson, F. 2001. DNA Band Size Semi-log Plotting. Cancer Research CenterScience Education Partnership.

Kriswiyanti, E. I Gede Rai Maya Temaja, I Made Sudana and I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya (2012) Alleles Variation of Coconut Accessions (Cocos nucifera L., Are caceae) Based on Microsatelite DNA. Proceedings 4th International Conference on Biosiences and Biotechnology: 235-238.

Kriswiyanti, E. (2013) Keanekaragaman Karakter Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Digunakan Sebagai Bahan Upacara Padudusan Agung. Jurnal Biologi XVII (1): 15-19.

Kriswiyanti, E. I Gede Rai Maya Temaja, I Made Sudana and I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya (2013) Genetic Variation of coconut Tall (Cocos nucifera L., Are caceae) in Bali, Indonesia Based on Microsatellite DNA. Journal of Biology Agriculture and Healthcare 3(13):2013: 97-101.

Kumar, S. P; Manimekalai, R. and Kumari B.D.R. (2011) Microsatellite Marker Based Characterization of South Pasifi c Coconut (Cocos nucifera L.) Accessions. Int. J. Plant Breed. Genet., 5: 34-43.

Liu, X; Tang,H; Li, D and Hou, L. (2011) Genetic Diversity of Coconut Cultivars in China by Microsatellite (SSR). Moleculer Plant Breeding 2 (2): 83-91.

Manimekalai, R and Nagarajan, P. (2010) SSR and ISSR Markers Based Populati on Genetic Structure of Coconut (Cocos nucifera L.) Germplasm AccssionIndian J. of Plant Genetic Resources, 23 (1) : 77-82.

Maskromo, I. (2000) Karakterisasi Kelapa Semi Dalam Solo Asal Sulawesi Tengah. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palm Lain Manado. Zuriat 11 (2) : 1-8

(12)

Nei, M. (1987) Moleculer Evolusionary Genetic. Columbia University Press, New York, USA

Noel, K K J., Edmond, K.K., Konan, K J L and Eugene, K.K. (2011). Microsatellite gene diversity within Philippines dwarf coconut palm (Cocos nucifera L.) Resources at Port-Bout d’Ivoire. Scientifi c Research Essays 6 (28): 5986-5992.

Pandin, D.S., Hartana A., Hajrial Aswidinnoor,dan Asep Setiawan. (2008) Pelacakan tetuapopulasi Kelapa Dalam Mapanget No.32 (DMT-32) menggunakan analisis aliran gen (Gene Flow) berdasarkan penanda mikrosatelit (SSR). J. Penelitian Tanaman Industri 14 (4): 131-140

Pandin, DS. (2010) Penanda DNA untuk Pemuliaan Tanaman Kelap (Cocos nucifera L.) Perspektif 9 (1): 21-35.

Rajesh, M.K., P Nagarajan, B.A. Jerrard, V.Arunachalam and R. Dhanapal, (2008) Microsatellite variability of coconut accession (Cocos nucifera L.) from Andaman and Nicobar Islands. J. Current Science, 94 (12) : 1627-1631.

Sambrook, J., Fritsch, and Maniatis, T. (1989) Moleculer Cloning. A Laboratory Manual Second Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press.

Supartha, N.O. (2000) Fungsi Tumbuh -Tumbuhan Dalam Upacara Agama Hindu. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III: 11-19

Tegelstöm H. (1986) Mitochondrial DNA in Natural Population : an Improved Routine for Screening of Genetic Variation Base on Sensitive Silver Staining. Electrophoresis. 7: 226-229

Gambar

Tabel 1. Ragam alel induk, anakan kelapa sabut merah pada enam primer:
Tabel 2. Panjang (bp) dan frekuensi alel kelapa sabut merah pada enam primer:CNZ51CNZ01CnCirB3CnCirC3CNZ09
Gambar 1. Dendogram enam belas individu induk dan anakan kelapa sabut merah                                   berdasar penanda DNA Mikrosatelit

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif - kuantitaf yang dilakukan pada pedagang daging kambing di Pasar Kota Malang.. Kota Malang

Panggabean, HimpunanPutusan Mahkamah Agung Mencapai Perjanjian Kredit Perbankan(Berikut Tanggapan), Jilid 1, (Bandung : Penerbit PT. Sebagai perbandingan, Pasal

sangat berpengaruh terhadap suatu proses kegiatan yang akan berjalan. Dari penelitian di atas diketahui bahwa faktor yang mendukung kegiatan kesenian karawitan dalam

Metode analisa data dilakukan secara deskriptif dan inferensial dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Temuan penelitian adalah: 1) Keputusan investasi

Pemanfaatan energi air merupakan langkah yang sangat baik guna meningkatkan fungsi dari pada energi tersebut yang selama ini hanya di gunakan sebagai kebutuhan sehari-hari

Pada konversi gliserol yang lain, Trejda dkk., (2011) juga meneliti tentang konversi gliserol menjadi  glycerol triacetate  dengan reaksi esterifikasi gliserol dan asam

Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 2 Hafidz Ash- Shidiq (2015) Analisis Pengaruh Suku Bunga Indonesia (SBI), Uang Beredar, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah

Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kegiatan dan aktifitas siswa dalam pembelajaran dan mengamati kegiatan guru