• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi DSAR-DASAR LOGIKA

Pertemuan ke-1

BAGIAN I

ARTI PENTING LOGIKA

Apakah arti penting Logika? Mengapa kita perlu belajar Logika? Logika (logike;

logos; manifestasi pikiran manusia) adalah Ilmu yang mempelajari sistematika berpikir rasional sebagai bentuk penalaran yang dimiliki manusia. Ini menjadi kekhasan sendiri karena berpikir secara rasional adalah pembedaan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Berpikirpun juga merupakan kegiatan yang bermacam-macam, namun berpikir rasional tidak lain merupakan berpikir yang menuntut sistematika untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritis yang selalu dipikirkan oleh manusia. Mengapa pula manusia berusaha mendapatkan jawaban? Antara lain karena ditanya dan karena rasa ingin tahu sebagai bentuk alamiah dari pikiran manusia. Selain itu pada masa sekarang, tuntutan terhadap manusia untuk menggunakan akal sehatnya semakin lama semakin besar ditengah kecanggihan teknologi dan ketidakpercayaan diri menghadapi berbagai perubahan yang begitu drastis.

Oleh karena itu awalnya Logika merupakan bawaan lahiriah dari manusia yang disebut dengan logika alamiah atau kodratiah. Akan tetapi logika alamiah ini masih belum cukup sempurna sehingga dikembangkanlah suatu logika yan sifatnya ilmiah agar mampu menyempurnakan sistematika berpikir tersebut menjadi semakin lurus dan sesuai dengan asas-asas yang ditetapkan. Dikatakan belum cukup sempurna. karena akal budi manusia seringkali dipengaruhi oleh keinginan dan kecenderungan yang subyektif, selain perkembangan pengetahuan manusia sangat terbatas bila tidak diperkenalkan kepada situasi dan pemahaman baru. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dengan belajar Logika maka selamanya pikiran kita menjadi sistematis dan lurus.

Pendapat ini kurang tepat karena pikiran manusia dan obyek dari pikiran tersebut juga terus berkembang, sehingga dituntut suatu pemahaman dan proses yang terus menerus berkembang pula.

(2)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi DSAR-DASAR LOGIKA

Awal Mula dan Tempat Logika sebagai Disiplin Ilmiah

Pada awalnya Logika sebagai bentuk ilmiah pertama dirintis oleh kaum Sofis beserta Plato (427-347SM) dan juga Socrates (469-399SM). Penemuan yang sebenarnya dilakukan oleh Aristoteles (384-322SM), Theophrastus dan kaum Stoa.

Aristoteles mewariskan enam buah buku yang oleh murid-muridnya dinamakan to Organon yakni Categoriae (tentang pengertian-pengertian), De Interpretatione (tentang keputusan-keputusan), Analytica Priora (tentang Silogisme), Analytica Posteriora (tentang pembuktian), Topica (tentang berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (tentang kesalahan-kesalahan berpikir). Secara garis besar hal-hal yang menjadi pembahasan di dalam buku-buku tersebut itulah sebagai tahapan kerja akal budi manusia, argumen dan kerancuan berpikir yang menjadi rangkaian materi di dalam perkuliahan Logika ini.

Setelah kematian Aristoteles, barulah filsuf Yunani lainnya yakni Chrysippus (279-206 SM) yang merupakan pendiri aliran Stoa, mengembangkan logika yang seluruh elemen dasarnyanya berupa proposisi. Bagi Chrysippus, setiap proposisi memiliki nilai benar atau salah. Ia mengembangkan aturan-aturan untuk menentukan kebenaran atau kesalahan komponen-kompenen yang ada di dalam proposisi tersebut.

Perkembangan Logika selanjutnya terutama di Eropa sejak abad pertengahan hingga modern mengalami banyak perkembangan. Ahli logika pertama dari Abad Pertengahan adalah Petrus Abelardus (1079-1142). Ia merekonstruksi dan memperhalus logika Aristoteles serta Chrysippus. Abelardus juga menghasilkan teori tentang sifat-sifat universal yang melacak ciri universal dari term umum pada konsep- konsep dalam pikiran, daripada sifat-sifat yang berada di luar pikiran seperti yang pernah dikemukakan Aristoteles. Abelardus juga membedakan argumen yang valid dari bentuknya dibandingkan argumen yang valid dari isinya.

Sesudah zaman Abelardus, studi Logika mulai berkembang di tangan Willaim Ockham (1285-1349). Ockham menaruh perhatian kepada logika modal, yakni logika yang mencakup berbagai gagasan seperti kemungkinan, kepastian, kepercayaan dan keraguan. Ockham juga melakukan studi tentang bentuk-bentuk silogisme yang valid maupun yang tidak valid. Studi tersebut memiliki sumbangan terhadap pengembangan

(3)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi DSAR-DASAR LOGIKA

konsep metabahasa, yakni bahasa tingkat tinggi yang dipakai untuk mendiskusikan berbagai entitas seperti kata-kata, term-term dan proposisi-proposisi.

Pada abad pertengahan pula Thomas Aquinas mengadakan upaya sistematisasi dan komentar-komentar terhadap buku buku dari Aristoteles dan Boethius. Pada zaman modern Sir Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan metode induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum dan Leibnitz (1646-1716) menyusun logika aljabar yang bertujuan menyederhanakan akal budi dan memberikan kepastian.

Baru menjelang akhir abad ke-19, dasar-dasar logika matematika modern mulai ditata oleh Gottlob Frege (1848-1925). Dalam karyanya Begriffsschrift, Frege mengemukan teori kuantifikasi. Prinsip-prinsip dalam teori tersebut diteruskan hingga abad ke-20 oleh Alfred North Whitehead (1861-1947) dan Bertrand Russel (1872-1970).

Karya Russel yang monumental adalah Principia Mathematica yang berusaha mengurangi seluruh kemurnian matematika dalam logika.

Perkembangan Logika tidak hanya terjadi di Eropa tetapi juga di Asia misalnya dalam Nyaya Sutra logika diuraikan secara sistematis yang kemudian disempurnakan ole para penganut Buddha lainnya dan muncul pula Navya Nyaya (abad ke-13Sm) yang merupakan pengintegrasian secara kritis ajaran-ajaran golongan Brahmanisme, Buddhisme dan Jainisme.

Di Indonesia sendiri orang yang dianggap pertama melakukan upaya sistematisasi dalam Logika adalah Tan Malaka yang dalam bukunya Madilog atau Materialisme Dialektika Logika.

Bagaimana posisi Logika sendiri sebagai sebuah disiplin ilmiah? Menurut pandangan positivistik, pengetahuan manusia dibedakan ke dalam dua kelompok yakni ilmu-ilmu positif dan Ilmu Formal. Ilmu positif adalah ilmu yang mempelajari kenyataan atau fakta empiris berdasarkan pengamatan/observasi untuk mengenali kesahihan di dalam fakta tersebut (misalnya ilmu Alam dan ilmu Manusia), sedangkan Ilmu Formal adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan pola hubungan antar pernyataan (misalnya Logika dan Matematika).

(4)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi DSAR-DASAR LOGIKA

Obyek Formal dan Obyek Material Logika

Oleh karena itu Logika sebagai disiplin ilmiah memiliki obyek studi baik formal maupun materialnya adalah kegiatan berpikir. Menjadi catatan bahwa yang dipelajari bukanlah proses kegiatan berpikir dan segala sesuatu yang mempengaruhinya seperti Psikologi dan Antropologi. Obyek formal dalam Logika adalah pola-pola rangkaian kegiatan berpikir sehingga dapat dilihat tepat atau tidak tepatnya kegiatan tersebut.

Obyek material dalam Logika adalah arti berpikir itu sendiri. Maka dapat dirumuskan bahwa Logika adalah bagian dari filsafat yang mempelajari metode, azas dan aturan yang harus dipenuhi untuk dapat berpikir secara tepat, lurus dan jernih. Sehingga tujuan dari Logika adalah (1) membedakan cara berpikir yang tepat dari yang tidak tepat, (2) memberikan metode dan teknik untuk menguji ketepatan cara berpikir dan (3) merumuskan secara eksplisit azas-azas berpikir yang sehat dan jernih.

Diagram Penalaran Sebagai Tahapan Akal Budi Manusia

TAHAP I TAHAP II TAHAP III

Dari diagram di atas, tahap I berupa pengertian sederhana dimana manusia melalui akal budi atau intelektualitasnya secara langsung menangkap, mempersepsi, melihat atau mengerti obyek secara langsung dan dengan apa adanya. Gagasan

Pengertian Sederhana (Simple Apprehension)

Keputusan (Judgement)

Penalaran (Reasoning)

Kata Kalimat Argumen

KONSEP gagasan

PROPOSISI term-term

INFERENSI proposisi-

proposisi

(5)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi DSAR-DASAR LOGIKA

tersebut dirumuskan dengan Konsep dan diwujudkan dengan Kata. (misal: konsep tentang sebutan manusia dengan kata ‘saya’, konsep tentang aktivitas tertentu seperti kata ‘belajar’ dan konsep tentang sifat dengan kata ‘rajin’

Pada tahap II manusia mulai membandingkan dan mengelompokkan konsep- konsep yang dimilikinya dan mulai membangun proposisi dengan wujud atau tanda berupa kalimat seperti ‘saya rajin belajar’. Pada tahap ini terjadi pula bentuk penerimaan (afirmasi) seperti kalimat ‘saya rajin belajar’ dan penyangkalan (negasi) seperti kalimat

‘saya tidak rajin belajar’ sebagai bentuk proposisi.

Pada tahap III manusia mulai membandingkan dan mengelompokkan proposisi- proposisi yang ada sebagai sebuah argumen baik dengan inferensi (penyimpulan) langsung maupun tidak langsung. Misalnya argumen ‘jika saya rajin belajar, maka saya lulus’ adalah hasil dari rangkaian tahapan akal budi manusia dari tahap I dan II di atas.

Dapat dikatakan bahwa sistematika berpikir manusia adalah demikian sehingga apa yang keluar dari akal sehat itu tidaklah serta merta muncul begitu saja walaupun spontanitas manusia dalam memproses tahapan-tahapan berpikirnya sedemikian cepat dan tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

Diagram Deduktif dan Induktif

Argumen

ARGUMEN DEDUKTIF

• Kesimpulan sudah tersirat di dalam premis

• Hubungan Premis dan Kesimpulan adalah Implikatif

• Ditentukan oleh Validitas

ARGUMEN INDUKTIF

• Kesimpulan belum tersirat di dalam premis

• Hubungan Premis dan Kesimpulan non Konklusif

• Ditentukan oleh derajat Probabilitas

Gambar

Diagram Penalaran Sebagai Tahapan Akal Budi Manusia
Diagram Deduktif dan Induktif

Referensi

Dokumen terkait

Karena itulah untuk menganalisis atau mengkaji struktur metafora Melayu pada gurindam dua belas dalam skripsi ini penulis menggunakan teori George Lakoff dan Mark Johnson

Dapat di simpulkan bahwa dari hasil kuisioner setelah di adakan pengabdian masyarakat mengenai “Peningkatan Kreativitas Siswa SMA Institut Indonesia Dengan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2018

Metode yang di gunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Analisis Kontribusi, yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk

Program pendidikan kesetaraan yang diupayakan oleh petugas Rutan dan tutor SKB untuk memenuhi hak pendidikan Andikpas tidak sesuai dengan kebutuhan Andikpas..

Secara umum, pada Bulan Januari 2015, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan kegiatan dengan baik sesuai dengan rencana pencapaian tahapan-tahapan