• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI HUBUNGAN USIA GESTASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI HUBUNGAN USIA GESTASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2015"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA GESTASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI – DESEMBER 2015

Oleh : NAUFI APRISA

130100213

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(2)

HUBUNGAN USIA GESTASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI – DESEMBER 2015

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh : NAUFI APRISA

130100213

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(3)
(4)

ii

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit jantung bawaan adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan cara melihat rekam medis bayi prematur dan non prematur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada periode Januari hingga Desember 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 70 sampel yang diambil dengan metode simple random sampling. Analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji chi square untuk menilai ada tidaknya hubungan tersebut.

Hasil : Dari hasil penelitian didapati adanya hubungan yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai pearson chi square 0.004 (p<0.05).

Diskusi : Hal ini menunjukkan bahwa bayi prematur memiliki risiko yang lebih besar mengalami penyakit jantung bawaan daripada bayi cukup bulan.

Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan signifikan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan.

Kata Kunci : Penyakit Jantung Bawaan, Usia Gestasi

(5)

iii

ABSTRACT

Introduction : Congenital Heart Disease is a congenital disorder with abnormalities in the cardiac structure or the circulation function of the heart. It caused by the failure of the cardiac structures to develop in the early phase of fetal development. This study aims to examine the relationship between gestational age and the incidence of congenital heart disease.

Method : This research is an analytic and cross-sectional study. The study looks into the medical record of preterm infants and non preterm infants that qualified the inclusion and exclusion’s criteria from January to December 2015 in RSUP H. Adam Malik Medan. The total sample in this study is 70 samples that is randomized using simple random sampling method. Analysis is conducted with chi square to assess the relationship.

Result : From the results of the study, there is a significant relationship which is indicated by the value of the Pearson chi-square 0.004 (p <0.05).

Discussion : there is higher risk for preterm infants with the congenital heart disease than full term infants.

Conclusion : It can be concluded that in this study, there is a significant relationship between gestational age with the incidence of congenital heart disease.

Keywords : Congenital Heart Disease, Gestational Age

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi dengan judul “Hubungan Usia Gestasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2015” ini disusun sebagai tugas akhir serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama perencanaan dan pelaksanaan pembuatan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Bugis Mardina, M.Ked(Ped), Sp.A(K) dan dr. Tasrif Hamdi, M.Ked(An), Sp.An selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, ide, serta masukan sehingga laporan hasil skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. dr. R. Lia Kusumawati, MS, Sp.MK(K) dan dr.Aryani Amra, Sp.M, M.Ked(Oph) selaku dosen penguji, yang telah memberikan berbagai kritik dan saran untuk tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

4. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

5. Kedua orang tua saya (Ahmad dan Sri Wahyuni Sihotang), yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat dan doa selama menyiapkan skripsi ini.

(7)

v

6. Dosen dan guru – guru saya atas ilmu yang diberikan semoga dapat saya manfaatkan dengan sebaik – baiknya.

7. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan skripsi ini.

8. Semua pihak yang terlibat secara langung atau tidak langsung selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2016 Penulis,

Naufi Aprisa 130100213

(8)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Bayi Prematur... 4

2.1.1. Defenisi ... 4

2.1.2. Epidemiologi ... 4

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko ... 4

2.2. Embriogenesis Sistem Kardiovaskular ... 5

2.2.1. Ruang Jantung dan Arteri Besar ... 5

2.2.2. Sekat Atrium ... 7

2.3. Penyakit Jantung Bawaan ... 8

2.3.1. Definisi ... 8

2.3.2. Epidemiologi ... 8

2.3.3. Etiologi dan Faktor Risiko ... 8

2.3.4. Klasifikasi ... 9

2.3.4.1. PJB Non Sianotik ... 9

2.3.4.2. PJB Sianotik ... 12

2.4. Sirkulasi Janin ... 13

2.5. Hubungan usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi prematur ... 15

(9)

vii

BAB 3. KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

3.1. Kerangka Teori ... 16

3.2. Kerangka Konsep dan Kerangka Kerja ... 17

3.3. Hipotesis Penelitian ... 17

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi Penelitian ... 18

4.3.2. Sampel Penelitian ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Analisis Data ... 20

4.6. Definisi Operasional... 20

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3.Hasil Analisis Statistik ... 25

5.2. Pembahasan ... 26

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkan Jenis Kelamin ... 23 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkann Jenis Kelamin terhadap Kejadian Penyakit Jantung Bawaan ... 23 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkan Usia Gestasi --- 24 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Bawaan--- 24 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Bawaan

Berdasarkan Jenisnya --- 25 Tabel 5.6. Hubungan Usia Gestasi dengan Kejadian Penyakit Jantung

Bawaan ... 26

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tabung Jantung Primitif ... 6

Gambar 2.2. Proses Looping ... 7

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian ... 16

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 17

Gambar 3.3. Kerangka Kerja Penelitian ... 17

(12)

x

DAFTAR SINGKATAN

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

WHO : World Health Organization

PJB : Penyakit Jantung Bawaan

DSV : Defek Septum Ventrikel

DSA : Defek Septum Atrium

DSAV : Defek Septum Atrioventrikularis DAP : Duktus Arteriosus Persisten

EKG : Elektrokardiogram

VCI : Vena Cava Inferior

VCS : Vena Cava Superior

PJT : Pertumbuhan Janin Terhambat

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Data Induk Lampiran 6 Hasil Uji Statistik

(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelahiran prematur oleh WHO didefinisikan sebagai semua kelahiran sebelum 37 minggu masa kehamilan sejak hari pertama haid terakhir seorang wanita.

Kelahiran prematur dapat dibagi berdasarkan usia kehamilan: extremely preterm (<28 minggu), very preterm (28 - <32 minggu), moderate preterm (32 - <37 minggu lengkap).1 Usia gestasi berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259- 293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<

259 hari).

2. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.

3. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (>

294 hari).2

Pada kelahiran prematur kematangan semua organ belum tercapai dengan baik sehingga dapat menyebabkan gangguan, salah satu diantaranya yaitu jantung yang disebut penyakit jantung bawaan (PJB).3 PJB adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.4

Sepuluh Negara dengan angka kelahiran prematur yang tinggi: India 3.519.100, China 1.172.300, Nigeria 773.600, Pakistan 748.100, Indonesia 675.700, The United States of America 517.400, Bangladesh 424.100, The Philippines 348.900, The Democratic Republic of the Congo 341.400, Brazil 279.300.5

Sebagian besar PJB ini terjadi akibat kesalahan embriogenesis antara minggu ke-3 sampai minggu ke-8 gestasi, ketika struktur utama jantung sudah terbentuk dan mulai untuk berfungsi.6 Etiologinya masih belum diketahui secara pasti, namun studi awal epidemiologik melaporkan pengaruh multifaktorial merupakan

(15)

2

penyebab pada 90% kasus anomali jantung, dengan kadar rekurensi 2%-6%.7 Peneliti menemukan anak yang lahir sebelum usia 37 minggu kehamilan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk meninggal dibandingkan bayi yang lahir dengan usia kandungan cukup.8 Kurangnya perhatian terhadap jantung bawaan menjadi salah satu persoalan dalam penanganan anak dengan PJB di Indonesia, selain biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan finansial yang terbatas. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua, pendidikan rendah, dan lingkungan yang tidak mendukung.9

Studi di Negara maju dan di Negara berkembang menunjukkan bahwa insidensi PJB rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup.Di Indonesia tingkat kelahiran adalah 4 juta per tahun, sehingga kejadian PJB telah di perkirakan 32 – 42 ribu per tahun.10 Dalam The 2nd Internasional Pediatric Cardiology Meeting di Cairo,Egypt, 2008 dr.Sukman Tulus Putra mengungkapkan bahwa 45.000 bayi di Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun.11

Di poliklinik Kardiologi Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM Jakarta, dari 3602 pasien baru yang diperiksa selama 10 tahun (1983-1992) dijumpai 2901 penderita PJB. Berdasarkan tipe PJB, PJB Non sianotik merupakan jenis yang terbanyak yaitu 1602 kasus (76,7%).12 Pada setiap tahun sebanyak 1.000.000 bayi di seluruh dunia lahir dengan penyakit jantung bawaan. Sekitar 100.000 diantaranya tidak akan dapat melewati tahun pertama kehidupannya, dan ribuan bayi lainnya akan meninggal sebelum mencapai usia dewasa. Keadaan ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat awam, sehingga angka kematian anak- anak yang disebabkan oleh penyakit jantung ini terus meningkat.13

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan angka kelahiran prematur yang tinggi, dan sulit untuk menemukan referensi terkait hubungan bayi prematur dengan kejadian penyakit jantung bawaan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.

(16)

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi prematur di RSUP HAM Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prevalensi bayi dengan penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2015

2. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit jantung bawaan yang terdiagnosis pada bayi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2015

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi bayi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2015

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Sebagai data pendukung bagi penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dan tenaga medis mengenai hubungan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi prematur.

3. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penyakit jantung bawaan.

(17)

4

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Bayi Prematur 2.1.1. Definisi

Bayi prematur didefinisikan sebagai bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum 37 minggu usia kehamilan.14 Kelahiran prematur dapat dibagi berdasarkan usia kehamilan: extremely preterm (<28 minggu), very preterm (28 - <32 minggu), moderate preterm (32 - <37 minggu lengkap).2

2.1.2. Epidemiologi

WHO mencatat selama periode pertengahan 1990-an hingga tahun 2007 terdapat sekitar 130 juta lahir bayi prematur atau dengan ratio setiap 10 kelahiran bayi, terdapat 1 bayi yang lahir prematur. Dilaporkan 85% kelahiran prematur terjadi di negara-negara miskin terutama Asia. Kelahiran dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu mempunyai risiko tinggi terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan prematuritas. Data luaran lama rawat, kesakitan, dan kematian bayi prematur di Indonesia masih terbatas.15

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya kelahiran prematur antara lain : keluarga dengan status sosioekonomi rendah, kasus-kasus kurang gizi, anemia, penyakit pada ibu, perawatan pranatal yang tidak adekuat, adiksi obat, komplikasi pada masa kehamilan maupun pada proses melahirkan, riwayat aborsi, dan lahir mati yang kejadiannya relatif tinggi. Faktor-faktor terkait lainnya seperti keluarga dengan orang tua tunggal, kehamilan pada usia belasan tahun, jarak waktu kehamilan yang dekat, dan ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga lebih sering ditemukan.

(18)

5

Penyebab kelahiran preterm yang dapat diidentifikasikan : Janin

- Gawat janin

- Kehamilan multipel - Eritroblastosis - Hidrops non imun Plasenta

- Plasenta previa Abrupsio plasenta Uterus

- Uterus bikornus

- Serviks tidak kompeten (dilatasi prematur) Ibu

- Pre-eklamsia

- Penyakit medis yang kronis (misalnya, penyakit jantung sianosis, penyakit ginjal)

- Infeksi (misalnya, streptokokus grup b, infeksi saluran kencing) - Penyalahgunaan obat (misalnya, kokain).16

2.2. Embriogenesis Sistem Kardiovaskular 2.2.1. Ruang Jantung dan Arteri Besar

Proses embriogenesis kardiovaskular merupakan rangkaian pembentukan organ jantung yang sangat kompleks dan saling berkaitan. Selama kehamilan bulan pertama, jantung hanya berupa sebuah tabung lurus. 17

Tabung jantung primitif ini tersusun dari 4 segmen berangkai, yaitu tiga ruangan (sinoatrium, ventrikel primitif, dan bulbus kordis) dan arteri utama tunggal (trunkus arteriosus).

(19)

6

Gambar 2.1. Tabung Jantung Primitif

Selama kehamilan bulan kedua, susunan tabung jantung sederhana ini berubah menjadi jantung dengan dua sistem pompa sejajar, dimana tiap sistem memiliki dua ruangan dan satu arteri besar. Perkembangan bertahap dicapai melalui pembagian segmen proksimal dan distal menjadi struktur yang berpasangan, dimana sinoatrium menjadi atrium kanan dan kiri, trunkus menjadi aorta dan arteri pulmonalis serta ventrikel kiri dan kanan yang terbentuk dari ventrikel primitif dan bulbus kordis. Ventrikel kiri dan kanan terletak bersisian akibat dari terbentuknya lengkungan dimana sebelumnya ventrikel primitif dan bulbus kordis berangkaian.

Setelah dua atrium terbentuk, kanal atrioventrikular (AV) dibagi oleh bantalan endokardium menjadi katup mitral dan katup trikuspid dimana keduanya berhubungan dengan ventrikel primitif. Perubahan menjadi sistem pemompaan ganda melibatkan penyegarisan setiap ventrikel dengan setiap katup AV-nya di proksimal dan arteri besar di distal. Penyegarisan proksimal dicapai dengan perpindahan kanal AV ke arah kanan dan perpindahan sekat ventrikel ke arah kiri sehingga ventrikel kanan berhubungan dengan atrium kanan.

Kegagalan ventrikel kiri menyegaris kembali dengan katup trikuspid pada ventrikel kanan menghasilkan ventrikel kiri dengan jalan masuk ganda. Kegagalan trunkus membelah menjadi arteri pulmonalis dan aorta menghasilkan trunkus arteriosus persisten.18

(20)

7

Gambar 2.2. Proses Looping

2.2.2. Sekat Atrium

Atrium komunis primitif dibagi menjadi dua ruangan oleh sekat I, sekat II, dan sebagian kecil jaringan bantalan endokardium. Sekat I muncul sebagai struktur berbentuk bulan sabit dari atap atrium dan tumbuh ke arah kanal AV meninggalkan lubang interatrium (ostium primum). Sebelum ostium primum menutup, terbentuk banyak lubang pada bagian sefalad sekat I lalu lubang ini bersatu membentuk ostium sekundum. Sekat II mulai terbentuk pada atap atrium di sebelah kanan sekat I. Jaringan tipis sekat I berperan sebagai katup satu arah, katup foramen ovale, dan memungkinkan darah mengalir dari kanan ke kiri.

Defek septum atrium dapat terjadi dalam bentuk foramen ovale atau sekundum, primum, dan sinus venosus. Defek sekundum terjadi bila jaringan katup foramen ovale tidak memadai untuk penutupan foramen ovale; defek ini

(21)

8

juga dapat terjadi akibat katup yang pendek atau pembentukan jendela pada katup.

Defek sinus venosus terjadi akibat kesalahan penyegarisan sekat atrium dan tanduk sinus kanan.18

2.3. Penyakit Jantung Bawaan 2.3.1. Definisi

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.19

2.3.2. Epidemiologi

Insidens PJB berkisar 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik.17 Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup.20

2.3.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab utama terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian PJB misalnya :

1. Prenatal (riwayat kehamilan sebelumnya / umur ibu) 2. Genetik keluarga

3. Pendidikan orang tua 4. Suku

5. Lingkungan 6. Jenis kelamin bayi

7. Berat badan lahir, lingkar kepala dan panjang bayi

(22)

9

Faktor risiko yang berperan pada kejadian PJB adalah:

1. Faktor genetik

Gen-gen mutan tunggal (dominan autosomal, resesif autosomal, atau terkait-X) biasanya menyebabkan PJB sebagai bawaan dari suatu kompleks kelainan.

2. Faktor Lingkungan

Ibu yang meminum garam litium saat hamil dapat memperoleh anak yang menderita penyakit jantung bawaan, dengan insiden lesi katup mitral dan trikuspid yang abnormal tinggi. Ibu diabetik atau ibu yang meminum progesteron saat hamil mungkin mengalami peningkatan risiko untuk mempunyai anak dengan PJB. Anak dari ibu alkoholik juga bisa menderita PJB. Rubela sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer, duktus arteriosus persisten, dan kadang-kadang stenosis katup pulmonal.21

2.3.4. Klasifikasi

2.3.4.1. PJB Non Sianotik

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis.17 Kelompok penyakit jantung ini dapat dibagi menjadi: (1) PJB non-sianotik dengan pirau kiri ke kanan; (2) PJB non-sianotik tanpa pirau.

Kelompok dengan pirau dari kiri ke kanan adalah sebagai berikut : 1. Defek Septum Ventrikel

Kelainan ini merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemukan. Sebuah defek biasanya terdapat pada bagian membranosa septum ventrikel, berdekatan dengan katup trikuspid, atau dibawah katup aorta. Pada 25 – 30% dari seluruh anak yang menderita defek septum ventrikel ditemukan kelainan jantung lain.

Gejala klinis tergantung pada ukuran defek. Jika defek kecil, anak yang menderita kelainan ini tidak memperlihatkan gejala klinis. Bising jantung sering ditemukan pada pemeriksaan rutin. Anak tampak sehat, normal dan jantung tidak membesar. Pada auskultasi terdengar bising

(23)

10

pansistolik yang keras pada lokasi yang sama akibat aliran darah melalui defek. Jika defek besar, dapat mengakibatkan gagal jantung pada pasien.

Gejala sesak napas pada pemberian minum biasanya mendahului pada keadaan tersebut, dan berkeringat merupakan gejala yang sering ditemukan.22

Diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi, ekokardiografi dapat menentukan perkiraan ukuran dan lokasi DSV. Koreksi dilakukan dengan tindakan pembedahan, kecuali dalam keadaan tertentu.23

2. Defek Septum Atrium

Defek Septum Atrium (DSA) adalah kelainan anatomik berupa lubang yang terletak di bagian bawah septum atrium dan merupakan akibat kegagalan perkembangan septum primum pada kehidupan janin. Gejala klinis pada DSA yaitu gagal jantung yang sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak – kanak. Tanpa tindakan bedah, kelainan ini mempunyai angka kematian yang tinggi. Terdapat pembesaran jantung disertai peningkatan aktivitas kedua ventrikel.22 Diagnosis DSA ditegakkan dengan memasukkan kateter secara langsung untuk mengetahui adanya defek atau tidak. Penatalaksanaan DSA dapat dilakukan dengan pembedahan untuk melakukan penutupan pada defek di septumnya atau dengan kateterisasi.24

3. Defek Septum Atrioventrikularis

Defek septum atrioventrikularis ( DSAV) ditandai dengan penyatuan DSA dan DSV disertai abnormalitas katup atrioventrikular.25 Defek septum atrioventrikular mewakili sekitar 4% dari anomali jantung bawaan dan sering dikaitkan dengan kelainan jantung lainnya. Menurut Spicer, defek septum atrioventrikular mencakup 30-40% dari kelainan jantung pada pasien dengan sindrom Down yang telah diamati.26

4. Duktus Arteriosus Persisten

Duktus Arteriosus Persisten (DAP) merupakan kelainan jantung bawaan yang sering dijumpai, baik sebagai kelainan tunggal ataupun sebagai kombinasi dengan kelainan jantung yang lain. Kelainan ini

(24)

11

terutama sering dijumpai pada perempuan, dan pada bayi yang dilahirkan prematur. Dalam 24 jam pertama setelah lahir, duktus akan menutup sebagai respon terhadap darah yang teroksigenasi. DAP tidak mungkin menutup spontan setelah beberapa hari kehidupan, namun pada bayi prematur penutupan spontan dalam 3 bulan pertama kehidupan masih mungkin terjadi. Pertumbuhan badan umumnya normal, akan tetapi gangguan pertumbuhan fisik dapat menjadi gejala utama pada bayi yang menderita DAP besar.

Diagnosis dengan menggunakan ekokardiografi dengan Doppler yang memperlihatkan duktus tersebut. Tindakan penatalaksanaan dari DAP ini adalah ligasi.22

Kelompok tanpa pirau meliputi : 1. Stenosis Pulmonalis

Pada keadaan ini, katup pulmonal mengalami deformitas bawaan.

Katup mengalami penebalan dan menyempit. Ventrikel kanan mengalami hipertrofi sebagai kompensasi adanya obstruksi. Gejala klinis pada pasien ini dapat berupa sianosis, bayi akan memperlihatkan gagal jantung kanan jika terdapat stenosis yang berat. Pada kasus ringan dan sedang, bising jantung terdengar pada pemeriksaan rutin.22

Diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi dan penatalaksanaan dilakukan dengan valvuloplasti balon, jika tidak berhasil lakukan koreksi dengan tindakan bedah.27

2. Stenosis Aorta

Stenosis aorta merupakan penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai dengan kelainan tunggal ataupun dalam kombinasi dengan kelainan jantung yang lain. Pada sebagian besar kasus katup aorta itu sendiri menyempit akibat deformitas kongenital.22 penyempitan aorta tersebut dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular, atau supravalvular.27 Diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi dan

(25)

12

radiografi dada. Penatalaksanaannya adalah dengan penggantian katup aorta.22

3. Koarktasio Aorta

Koarktasio aorta merupakan penyempitan lokal aorta desendens, dekat lokasi duktus arteriosus dan biasanya sebelah distal arteri subklavia kiri.

Gejala klinis pada pasien yang terjadi penyempitan berat, dapat timbul gagal jantung dalam beberapa hari atau beberapa minggu pertama kehidupan.22 Diagnosis penyakit ini ditegakkan dengan pemeriksaan EKG dan foto Rontgen toraks atau ekokardiografi. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan maupun dengan tindakan operatif tergantung dari keadaannya.27

2.3.4.2. PJB Sianotik

Sianosis adalah warna kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya >5g/dl hemoglobin terreduksi dalam sirkulasi. Manifestasi klinis pasien penyakit jantung bawaan sianotik sangat bervariasi. Sebagian pasien menunjukan gejala sianosis akibat hipoksemia. Walaupun jumlahnya lebih sedikit, PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada PJB non sianotik.28

1. Tetralogi Fallot

Dua gejala utama kelainan ini adalah defek septum ventrikel yang besar dan biasanya berlokasi di sebelah atas pada bagian membranosa septum di bawah katup aorta, serta stenosis katup pulmonal atau infundibulum. Oleh karena itu, terdapat resistensi terhadap aliran darah melalui katup pulmonal sehingga terjadi pirau darah dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri kemudian ke aorta. Diagnosis penyakit ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan ekokardiografi, radiografi dada, maupun EKG. Penatalaksanaa penyakit ini dengan melakukan tindakan operatif.22 2. Transposisi Arteri Besar

Pada kelainan jantung ini, aorta dan arteri pulmonal mengalami transposisi sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis

(26)

13

keluar dari ventrikel kiri. Gejala klinis dapat berupa sianosis progresif yang timbul dalam beberapa jam pertama atau beberapa hari pertama kehidupan. Bayi yang menderita kelainan ini menjadi sangat biru dan asidosis. Selanjutnya dapat terjadi gagal napas dan gagal jantung.22

3. Atresia Pulmonal dengan Defek Septum Ventrikel

Atresia pulmonal dengan defek sekat ventrikel adalah penyakit jantung bawaan sianotik ditandai dengan tidak berkembangnya saluran keluar ventrikel kanan dengan atresia katup pulmonal dan defek septum ventrikel besar (DSV). Perkiraan terbaik dari frekuensi relatif dari atresia paru dengan defek septum ventrikel adalah 2,5-3,4% dari semua cacat jantung bawaan.29

4. Ventrikel Kanan dengan Jalur Ganda

Pada kelainan ini kedua arteri besar keluar dari ventrikel kanan, masing-masing dengan konusnya. Presentasi klinis pasien dengan ventrikel kanan dengan jalur ganda sangat bervariasi, bergantung kepada kelainan hemodinamiknya: kelainan ini dapat menyerupai defek septum ventrikel, transposisi, atau tetralogi fallot.28

5. Trunkus Arteriosus

Trunkus arteriosus ditandai dengan keluarnya pembuluh tunggal dari jantung yang menampung aliran darah dari kedua ventrikel, yang memasok darah sistemik,paru dan koroner. Presentasi klinis pasien trunkus arteriosus mirip dengan pada defek septum ventrikel yang besar.28

2.4. Sirkulasi Janin

Selama kehidupan intrauterin, darah dari plasenta mengalir menuju vena umbilikalis dengan PO2 40mmHg. Dari vena umbilikalis sebagian (50 – 60%) darah langsung menuju vena cava inferior (VCI) melintasi hepar menuju duktus venosus. Sisanya mengalir kedalam sirkulasi portal via vena porta masuk ke hati mengalami perfusi di dalam hati kemudian menuju VCI. Sebagian besar darah dari VCI mengalir kedalam atrium kiri via foramen ovale, selanjutnya ke ventrikel

(27)

14

kiri, aorta ascendens dan sirkulasi koroner. Dengan demikian sirkulasi otak dan koroner mendapatkan darah dengan tekanan oksigen yang cukup.

Sebagian kecil darah dari VCI memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspidal. Darah yang kembali dari leher dan kepala janin (PO2 10 mmhg) memasuki atrium kanan melalui vena cava superior (VCS) dan bergabung dengan darah dari sinus Coronarius menuju ventrikel kanan, yang selanjutnya ke arteri pulmonalis. Pada masa fetal hanya ada 12-15 % darah dari ventrikel kanan yang memasuki paru, selebihnya melewati duktus arteriosus menuju aorta desenden, bercampur dengan darah dari aorta asenden. Darah dengan kandungan O2 yang rendah tersebut akan mengalir ke organ-organ tubuh sesuai dengan tahanan vaskular masing-masing, dadn juga ke plasenta melalui arteria umbilikalis yang keluar dari arteria iliaca interna.

Dari 40% darah yang menuju aorta asenden, 4% ke sirkulasi koroner, 20% ke arteria leher dan kepala, hanya 16% tersisa yang melewati ismus menuju aorta descendens. 60% dipompakan ke arteri pulmonalis, tetapi hanya 8% menuju paru dan 52% melewati ductus arteriosus menuju aorta desenden. Jadi aorta desenden menerima 52% + 16% = 68% curah jantung, jauh lebih banyak daripada ismus yang hanya menerima 16% saja. Dimensi pembuluh darah tergantung pada besarnya aliran darah, oleh karena itu ismus aorta yang sempit pada janin merupakan keadaan yang normal. Jika duktus menutup pada saat kelahiran, ismus akan melebar. Harus dibedakan antara ismus yang sempit dan koarktasio aorta pada periode ini.

Diameter duktus arteriosus pada janin sama dengan diameter aorta, dan tekanan arteri pulmonalis juga sama dengan tekanan aorta. Tahanan vaskular paru masih tinggi akibat dari kontraksi otot arteri pulmonalis. Dimensi aorta dan arteri pulmonalis dipengaruhi oleh aliran darah ke kedua pembuluh tersebut. Pada kelainan dengan hambatan aliran ke arteri pulmonalis, seluruh curah jantung menuju ke aorta ascendens, sampai penyempitan ismus tidak terjadi.

Sebaliknya bila aliran ke aorta acendens terhambat, misalnya pada stenosis aorta maka arteri pulmonalis berdilatsi dan terjadi hipoplasia aorta serta ismus.2

(28)

15

2.5. Hubungan usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi prematur

Pada penelitian sebelumnya yang disebutkan dalam jurnal preterm birth and congenital heart defects : a population based study (Lass, et al,2012) bayi prematur menjadi risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada beberapa kategori. Atrium septal defek diketahui memiliki frekuensi yang tinggi pada bayi prematur, dan juga banyak dialami pada pasien dengan down syndrome.

Lingkungan juga diketahui menjadi faktor risiko terjadinya bayi prematur maupun penyakit jantung bawaan, misalnya polusi udara, infeksi virus seperti rubella juga menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan. Peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan juga ditemukan pada ibu dengan riwayat diabetes.

Bayi prematur baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan penyakit jantung bawaan. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) biasanya akan diikuti kelahiran bayi prematur, yang kemudian akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung bawaan. Bahkan dalam studi diketahui penyakit janin terhambat menyebabkan bayi lahir kurang bulan dengan total kasus mencapai 20%. Tetralogi fallot dan atresia pulmonal yang disertai defek septum ventrikel diketahui memiliki hubungan dengan pertumbuhan terhambat, kematian janin, dan bayi lahir kurang bulan.

(29)

16

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Usia Gestasi

Penyakit Jantung Bawaan -Riwayat

kehamilan sebelumnya / umur ibu

-Pendidikan orang tua

-Faktor genetik -Faktor

lingkungan

PJB Non Sianotik : -Defek Septum Ventrikel - Defek Septum Atrium - Defek Septum

Atrioventrikularis - Duktus Arteriosus Persisten

- Stenosis Pulmonalis - Stenosis Aorta -Koarktasio Aorta

PJB Sianotik : -Tetralogi Fallot

-Transposisi Arteri Besar -Atresia Pulmonal

dengan Defek Septum Ventrikel

-Ventrikel kanan dengan Jalur Ganda

-Trunkus Arteriosus

Prematur Cukup Bulan Lebih Bulan

(30)

17

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Hubungan Antara Usia Gestasi pada Bayi Prematur dengan Kejadian Penyakit Jantung Bawaan di RSUP H. Adam Malik

Medan Periode Januari – Desember 2015.

Gambar 3.3. Kerangka Kerja Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis untuk penelitian ini adalah :

Terdapat hubungan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan.

Usia Gestasi Penyakit Jantung Bawaan

Rekam Medis

Bayi Prematur & Tidak Prematur

Usia Gestasi Bayi

PJB

Jenis PJB

(31)

18

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan metode pengambilan data secara retrospektif dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk melihat hubungan usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2016 hingga Desember 2016 dengan menggunakan data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan sehingga banyak kasus yang dapat diperhitungkan dan dapat mewakili kasus bayi prematur dan non prematur yang memiliki penyakit jantung bawaan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari – Desember 2015.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah bayi baru lahir yang dilahirkan di RSUP H.

Adam Malik Medan periode Januari – Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria inklusi

Bayi baru lahir yang diduga menderita penyakit jantung bawaan yang dilahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2015 yang telah didiagnosis dengan ekokardiografi.

(32)

19

2. Kriteria eksklusi

a. Data rekam medis yang tidak lengkap (tidak mencantumkan usia gestasi)

b. Data yang didapatkan ternyata berulang.

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Slovin:

n = N

N (d)2 + 1

Keterangan variabel rumus:

n = Besar sampel penelitian.

N = Total populasi.

d = Nilai kesalahan yang masih dapat ditoleransi. (dalam penelitian ini digunakan sebesar 90% atau d = 0,1)

Berdasarkan rumus di atas didapatkan besar sampel:

n = N = 190 = 65,5 sampel (± 66) N (0,1)2 + 1 190 (0,1)2 +1

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling (sampel random sederhana) dengan jumlah sampel minimal sebanyak 66 sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2015. Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara), kemudian

(33)

20

permohonan izin yang diperoleh akan dikirim ke bagian diklat RSUP H. Adam Malik Medan.

Setelah mendapatkan izin, peneliti mengumpulkan data penelitian. Cara pengambilan data menggunakan rekam medis bayi prematur dengan penyakit jantung bawaan yang dilahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan dan mencatat data rekam medis yang diperlukan dalam penelitian.

4.5. Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulannya. Adapun data dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Untuk memperoleh hasil penelitian, dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi bayi prematur dengan kejadian penyakit jantung bawaan. Sementara analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi prematur. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square.

4.6. Definisi Operasional

Variabel yang diteliti mencakup : 1. Bayi Prematur dan Non Prematur

Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu masa gestasi yang dialami oleh sampel penelitian.

a. Cara menilai seorang bayi dikatakan prematur adalah dengan mengetahui usia gestasi pada saat bayi tersebut dilahirkan.

b. Alat ukur yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik.

c. Hasil ukur terhadap bayi prematur berupa:

Bayi prematur : jika lahir < 37 minggu usia gestasi

Bayi tidak prematur : jika lahir antara 37 – 42 minggu usia gestasi d. Skala ukur yang digunakan adalah skala nominal

2. Penyakit Jantung Bawaan

(34)

21

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit dengan abnormalitas pada jantung yang terjadi sejak dalam kandungan yang dialami oleh sampel penelitian.

a. Cara menilai penyakit jantung bawaan adalah dengan melihat diagnosis pada rekam medik

b. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medik

c. Hasil ukur yang digunakan adalah jenis – jenis penyakit jantung bawaan

d. Skala ukur yang digunakan adalah skala nominal

(35)

22

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 70 sampel. Semua data sampel diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien yang diambil dengan teknik simple random sampling dengan penyakit jantung bawaan maupun tanpa penyakit jantung bawaan yang didiagnosis dengan menggunakan ekokardiografi pada bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari – Desember 2015.

(36)

23

Untuk mengetahui distribusi frekuensi bayi berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki - laki 31 44.3

Perempuan 39 55.7

Total 70 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa dari 70 sampel terdapat 31 bayi berjenis kelamin laki-laki (44,3%) dan 39 bayi berjenis kelamin perempuan (55,7%).

Untuk mengetahui distribusi frekuensi bayi berdasarkan jenis kelamin terhadap kejadian penyakit jantung bawaan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkan Jenis Kelamin terhadap Kejadian Penyakit Jantung Bawaan

PJB Non PJB Total

Jenis Kelamin

n % n % n % Laki – laki 11 39.3 20 47.6 31 44.3 Perempuan 17 60.7 22 52.4 39 55.7 Total 28 100 42 100 70 100

Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa dari keseluruhan bayi yang didiagnosis PJB, Bayi berjenis kelamin perempuan lebih besar daripada bayi berjenis kelamin laki – laki yaitu 17 orang (60,7).

(37)

24

Berdasarkan usia gestasi dapat dilihat sebaran subjek penelitian dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkan Usia Gestasi

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa terdapat 28 sampel bayi yang lahir prematur (40,0%) dan 42 sampel bayi yang lahir tidak prematur (60,0%).

Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian penyakit jantung bawaan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Bawaan

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa dari 70 sampel yang diambil, terdapat 28 bayi dengan PJB (40,0%) dan 42 bayi tanpa PJB ( 60,0%).

Usia Gestasi n %

Prematur 28 40.0

Tidak Prematur 42 60.0

Total 70 100

Diagnosis n %

PJB 28 40.0

Tidak PJB 42 60.0

Total 70 100

(38)

25

Dalam penelitian ini juga dapat dilihat distribusi frekuensi kejadian penyakit jantung bawaan berdasarkan jenisnya dalam tabel berikut:

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Bawaan berdasarkan Jenisnya

Prematur Tidak Prematur Total

Jenis PJB

n % n % n % Non Sianotik

DAP 11 57.8 4 44.4 15 53.4 DSA 5 26.3 4 44.4 9 32.2 DSV 1 5.3 0 0.0 1 3.6 DSAV 0 0.0 1 11.2 1 3.6 Sianotik

AP 2 10.6 0 0.0 2 7.2 Total 19 100 9 100 28 100 Keterangan: DAP: Duktus Arteriosus Persisten; DSA: Defek Septum Atrium;

DSV: Defek Septum Ventrikel; DSAV: Defek Septum Atrioventrikularis; AP:

Atresia Pulmonal

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa dari 28 bayi yang didiagnosis PJB, jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah DAP yaitu sebanyak 15 orang (53,4%), diikuti jenis DSA sebanyak 9 orang (32,2%), kemudian AP sebanyak 2 orang (7,2%), selanjutnya DSV dan DSAV dengan masing – masing sampel sebanyak 1 orang (3,6%). Pada bayi prematur sendiri, DAP merupakan jenis PJB terbanyak yang ditemui yaitu 11 bayi (57,8%).

(39)

26

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

a. Hubungan Usia Gestasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Bawaan

Untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi prematur, dilakukan analisis bivariat. Analisis ini disajikan dengan menggunakan analisis statistik uji Chi Square dan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6. Hubungan Usia Gestasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Bawaan

UsiaGestasi Penyakit Jantung Bawaan

Total p Value

PJB % Tidak % n % PJB

Prematur 17 60.7 11 39.3 28 100 Tidak Prematur 11 26.2 31 73.8 42 100 0.004 Total 28 40.0 42 60.0 70 100

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa dari 28 bayi yang lahir prematur terdapat 17 orang (60,7%) yang menderita PJB dan dari 42 bayi yang lahir tidak prematur hanya 11 (26,2%) yang mennderita PJB. Dengan menggunakan analisis uji chi square didapatkan hubungan yang signifikan antara usia gestasi dengan kejadin penyakit jantung bawaan yang ditunjukkan dengan nilai pearson chi square 0.004 (p<0.05).

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari – Desember 2015. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebanyak 70 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sampel berjenis kelamin perempuan lebih

(40)

27

banyak daripada sampel berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 39 bayi (55,7%). Jika dikaitkan dengan kejadian penyakit jantung bawaan, maka didapatkan hasil dimana sampel berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita PJB yaitu sebesar 60.7% dan sisanya yaitu berjenis kelamin laki - laki sebesar 39.3%. Hal yang sama juga didapatkan dalam jurnal Liu F, Yang Y, Xie F et all. (2012) yang menyatakan bahwa sampel perempuan yang menderita PJB lebih besar daripada sampel laki – laki yang menderita PJB.30 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ariane J, Marelli, Andrew S, et all. (2007) di Kanada didapatkan hasil bahwa kejadian PJB pada anak lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki – laki (52%).31 Hal yang sama juga tercantum dalam penelitian Didik Hariyanto (2012) di Padang, dimana dari pasien yang dirawat karena PJB 51% diantaranya adalah perempuan dan 49% nya adalah laki – laki.32 Usia gestasi adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir. Bayi prematur jika dilahirkan dengan usia gestasi <37 minggu dan bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan usia gestasi 37 – 42 minggu.2 Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat 28 sampel bayi yang lahir prematur (40,0%) dan 42 sampel bayi yang lahir tidak prematur (60,0%). Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa sebesar 40,0%

sampel menderita PJB, dan sisanya yaitu sebanyak 60,0% sampel tidak menderita PJB. PJB diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu PJB non sianotik dan PJB sianotik.19 Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pasien PJB non sianotik lebih banyak dibandingkan dengan PJB sianotik. Dari 28 sampel yang menderita PJB, 92,8% diantaranya menderita PJB non sianotik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang disebutkan dalam jurnal Saxena A, Mehta A, Sharma M, et all.

(2016) dimana PJB non sianotik adalah PJB jenis terbanyak yakni terdapat 131 pasien (79,9%) dan 33 pasien (20,1%) lainnya menderita PJB sianotik.33

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa DAP merupakan jenis penyakit

jantung bawaan yang paling banyak ditemui pada sampel, dan pada bayi prematur terdapat 57,8% bayi yang menderita DAP. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saxena A, Mehta A, Sharma M, et all. dimana DAP merupakan salah satu jenis PJB yang paling sering terdiagnosis. DAP juga

(41)

28

mempunyai prevalensi yang lebih besar pada perempuan daripada laki – laki.31 Hal ini sesuai dengan hasil yang telah didapatkan sebelumnya dimana dalam penelitian ini, didapatkan sampel perempuan yang menderita PJB lebih besar daripada laki – laki.

Dari hasil analisis yang dilakukan, didapati adanya hubungan yang signifikan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan yang ditunjukkan dengan nilai pearson chi square 0.004 (p<0.05) yang berarti bahwa bayi prematur berisiko lebih besar terkena penyakit jantung bawaan daripada bayi cukup bulan.

Dimana dari 28 bayi prematur, 17 (60,7%) diantaranya menderita PJB dan sisanya non PJB. Dan dari 42 bayi non prematur, hanya 11 (26,2%) sampel yang menderita PJB dan sisanya tidak menderita PJB. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang disebutkan dalam jurnal Laas E, Lelong N, Houyel L, et all.

(2012) dimana bayi yang lahir prematur mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya penyakit jantung bawaan.34 Dalam jurnal Pappas A, Shankara S, et all.(2012) disebutkan bahwa 1 dari 6 bayi yang lahir dengan kelainan jantung merupakan bayi prematur.35 Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada kelahiran prematur kematangan semua organ belum tercapai dengan baik sehingga dapat menyebabkan gangguan, salah satu diantaranya yaitu jantung yang disebut penyakit jantung bawaan (PJB).3

(42)

29

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan, yang ditunjukkan dengan nilai pearson chi square sebesar 0,004 (p<0,05).

2. Prevalensi bayi prematur dengan penyakit jantung bawaan pada penelitian ini adalah sebesar 24,2%.

3. Jenis-jenis penyakit jantung bawaan yang terdiagnosis pada sampel adalah duktus arteriosus persisten, defek septum atrium, defek septum ventrikel, defek septum atrioventrikularis, dan atresia pulmonal. Dimana Duktus arteriosus persisten merupakan jenis PJB yang paling sering terdiagnosis.

4. Jenis kelamin perempuan yang menderita PJB lebih besar daripada jenis kelamin laki – laki.

6.2 Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan ibu hamil untuk lebih sering memeriksakan kandungannya ke pusat kesehatan terdekat untuk mengurangi risiko terjadinya kelahiran prematur dan penyakit kongenital lainnya.

2. Diperlukan adanya edukasi yang menyeluruh untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil akan pentingnya antenatal care pada usia hamil sehingga kesehatan kehamilan dan pencegahan terhadap kecacatan pada bayi dapat diturunkan.

3. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan kelengkapan data dalam rekam medis sehingga lebih banyak lagi informasi yang dapat digunakan.

(43)

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Blencowe H, Cousens S , Chou D, Oestergaard M, Say L, Moller AB, et all.

Born to soon: the global epidemiology of 15 million preterm births.

Reproductive Health. 2013; 10(Suppl 1)

2. Sylviati M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. In:

Sholeh Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;

2010. p.11-30.

3. Hikmah Ema. Pengaruh terapi sentu han terhadap suhu dan frekuensi nadi bayi prematur yang dirawar di ruang perinatologi RSUD kabupaten Tangerang. Jakarta: Universitas Indonesia; 2010.

4. Roebiono PS. Diagnosis dan tatalaksana penyakit jantung bawaan. [Internet].

Available from : http://staff.ui.ac.id/system/files/users/poppy.roebiono/mate rial/diagnosisdantatalaksanapjb-2.pdf

5. Narwal R, Adler A, Garcia CV, Rohde S, Say L, Lawn JE, et all. National, regional and worldwide estimates of preterm birth. The Lancet. 2012;

9;379(9832):2162-72.

6. Ain N, Hariyanto D, Rusdan S. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 – Mei 2012. [Padang]: Universitas Andalas Padang; 2015

7. McCanc KL. Structure and function of the cardiovascular and lymphatic systems. In : McCane KL, Huether SE. Pathophysiology : The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.Edi si ke-5. Canada Mosby Elsevier;

2006. p. 1029 – 75.

8. Crump, C., Sundquist, K. & Sundquist, J. Gestational Age at Birth and Mortality in Young Adult. Journal of American Medical Association. 2011 Sep: 306(11):1233-1240.

9. Rahajoe, A. U. Management of Patients with Congenitally Malformed Hearts in Indonesia. Cambridge Journals Online. 2007 Oct: 17(06)

10. Rahayuningsih Sri Endah. Familial congenital heart disease in Bandung,Indonesia. Paediatrica Indonesiana. 2013; 53:173-6

11. Primasari D. Perbedaan Perkembangan Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Non-Sianotik. [Semarang]: Universitas Diponegoro Semarang; 2012.

(44)

31

12. Sastroasmoro, S. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994 13. Judarwanto, W. 5 Penyakit Jantung Bawaan dan Pencegahannya. [Internet].

2012 Des [cited 2016 May 20].

14. World Health Organization. Preterm Birth. [Internet]. 2015 Nov [cited 2016 May]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/

15. Artana IWD. Luaran Bayi Kurang Bulan Late Preterm. Sari Pediatri. 2012 Jun: 14(1):62-6

16. Kliegman RM. Nelson Textbook of Pediatric. 19 ed. Philadelphia: Saunders Company; 2011

17. Usman, A. Kelainan Kardiovaskular. In: Buku Ajar Neonatologi. Pertama ed.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. p. 31-39.

18. Stanger, P. Embriologi. In: Buku Ajar Kardiologi Rudolph. 20 ed. Jakarta:

EGC; p. 1555-57.

19. Roebiono PS. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan [Internet].

[cited 2016 May] Available from: http://staff.ui.ac.id/system/files/users /poppy.roebiono/material/diagnosisdantatalaksanapjb-2.pdf

20. Linde, van der et al. Birth prevalence of congenital heart disease worldwide: a systematic review and meta-analysis. Journal of the American College of Cardiology. 2011; 58(21):2241-7.

21. Hoffman JIE. Penyakit Jantung Kongenital. In Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E. & Rudolph, C.D.Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20th ed. Jakarta: EGC;

2007. p. 1603-04.

22. Hull D, Johnston DI. Dasar – Dasar Pediatri. ed.3. Jakarta: EGC; 2008

23. Aaronson PI. & Ward JP. The Cardiovascular System at a Glance. 3rd ed.

New Jersey: Wiley-Blackwell; 2008

24. Adler DH. Atrial Septal Defect. [Internet]. 2015 Dec [cited 2016 May].

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/162914-overview 25. Bernstein, Daniel. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M.

et al. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;

2007

(45)

32

26. Ohye RG. Atrioventricular Septal Defect Surgery. [Internet]. 2016 Jan [cited 2016 May]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/903127- overview

27. Schneider DS. Sistem Kardiovaskular. In: Marcdante KJ, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Indonesia: Elsevier; 2014. p. 559-82

28. Prasodo AM. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. In: Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994.

29. Cruz ER. Pulmonary Atresia with Ventricular Septal defect. [Internet]. 2015 Apr [cited 2016 May]. Available from : http://emedicine.medscape.com/

article/905119-overview

30. Liu F, Yang Y, Xie F, Ma X, et all. Prevalence of Congenital Heart Disease in Xinjiang Multi-Ethnic Region of China. PLOS ONE. 2015 Aug:

10(8):e0133961

31. Ariane J. Marelli, MD; Andrew S. Mackie, MD,et all. Congenital Heart Disease in the General Population Changing Prevalence and Age Distribution.

American Heart Association, Inc. 2007 Jan; 115:163-72.

32. Hariyanto D, Sari Pediatri, 2012;14(3):152-7

33. Saxena A, Mehta A, Sharma M, et all. Birth prevalence of congenital heart disease: A cross-sectional observational study from North India.

34. Laas E, Lelong N, et all. Preterm Birth and Congenital Heart Defects: A Population-based Study. American Academy of Pediatrics. 2012 Jun;130(4):829-37

35. Pappas A, Shankaran S, Hansen N, et all. Outcome of Extremely Low Birth Weight Infants with Congenital Heart Defects in the Eunice Kennedy Shriver NICHD Neonatal Research Network. National Institute of Health. 2012 Dec;

33(8):1415-26

(46)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Naufi Aprisa

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 14 April 1996

Warna Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kapten Muslim No. 313 Medan

Nomor Handphone : 082165209923

Email : aprisanaufi@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Tahun 2000-2001 : TK. Asy - Syakirin Tahun 2001-2007 : SD Al - Washliyah Tahun 2007-2010 : MTs Negeri 3 Medan Tahun 2010-2013 : SMA Negeri 12 Medan

Tahun 2013-sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(47)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013 2. Peserta Get Together SCORE FK USU 2013

3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Surgical Skill TBM FK USU 2014 4. Peserta Get Together SCORE FK USU 2014

5. Peserta Seminar Hypnotherapy SCOPH FK USU 2014 6. Peserta MAPERCA HMI Komisariat FK USU 2014

7. Peserta Pengabdian Masyarakat Akbar PEMA FK USU 2015 8. Peserta Pengabdian Masyarakat Akbar PEMA FK USU 2016 Riwayat Kepanitiaan :

1. Anggota Administrasi Kesekretariatan Islamic Medicine FK USU 2015 2. Anggota Peralatan Tempat Pengabdian Masyarakat Akbar PEMA FK

USU 2015

3. Anggota Dana Usaha Pengabdian Masyarakat Akbar PEMA FK USU 2016

4. Anggota Dana Usaha Try Out Akbar FK USU 2016

(48)

LAMPIRAN 2

(49)

LAMPIRAN 3

(50)

LAMPIRAN 4

(51)
(52)

LAMPIRAN 5

Nama Jenis

Kelamin UG Kategori UG Jenis PJB

Diagnosis A1 Laki-laki 37 Non Prematur Non PJB Non PJB A2 Perempuan 37 Non Prematur Non PJB Non PJB

A3 Laki-laki 35 Prematur Non PJB Non PJB

A4 Laki-laki 29 Prematur DAP PJB

A5 Laki-laki 31 Prematur DSA PJB

A6 Laki-laki 37 Non Prematur Non PJB Non PJB

A7 Perempuan 33 Prematur DAP PJB

A8 Laki-laki 39 Non Prematur Non PJB Non PJB A9 Perempuan 38 Non Prematur Non PJB Non PJB A10 Laki-laki 37 Non Prematur Non PJB Non PJB

A11 Laki-laki 33 Prematur DAP PJB

A12 Laki-laki 34 Prematur DAP PJB

A13 Perempuan 39 Non Prematur Non PJB Non PJB

A14 Perempuan 37 Non Prematur DAP PJB

A15 Laki-laki 35 Prematur Non PJB Non PJB

A16 Perempuan 31 Prematur DAP PJB

A17 Perempuan 39 Non Prematur DSA PJB

A18 Perempuan 39 Non Prematur Non PJB Non PJB A19 Perempuan 37 Non Prematur Non PJB Non PJB A20 Laki-laki 37 Non Prematur Non PJB Non PJB A21 Perempuan 37 Non Prematur Non PJB Non PJB

A22 Laki-laki 33 Prematur Non PJB Non PJB

A23 Laki-laki 29 Prematur Non PJB Non PJB

A24 Perempuan 32 Prematur DSA PJB

A25 Laki-laki 33 Prematur DAP PJB

A26 Perempuan 37 Non Prematur DSA PJB

A27 Laki-laki 39 Non Prematur Non PJB Non PJB

A28 Perempuan 39 Non Prematur DAP PJB

A29 Laki-laki 39 Non Prematur Non PJB Non PJB

A30 Laki-laki 36 Prematur Non PJB Non PJB

A31 Perempuan 31 Prematur DSA PJB

A32 Perempuan 39 Non Prematur Non PJB Non PJB

A33 Perempuan 36 Prematur DSA PJB

A34 Perempuan 37 Non Prematur Non PJB Non PJB

Gambar

Gambar 2.1. Tabung Jantung Primitif
Gambar 2.2. Proses Looping
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Hubungan Antara Usia Gestasi pada Bayi  Prematur dengan Kejadian Penyakit Jantung Bawaan di RSUP H

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf

3. Gajah mempunyai hidung pangjang yang di sebut..... 4. Sebutkan macam-macam

Sekretariat : Gedung B Lantai II Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jl. Demikian atas perhatiannya diucapkan

Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Klaten Tahun Anggaran

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI TAHUN 2011... PENGUM UM AN PEM ENANG

 Mengaitkan budaya sekolah/madrasah dengan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.  Mengarahkan tumbuhnya

PENGUM UM AN PEM ENANG LELANG TAHAP-X UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN.. POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan Saluran Irigasi Dk.. Pandanan Desa Soropaten