• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada stakeholders harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada stakeholders harus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diera globalisasi saat ini, dunia bisnis di Indonesia telah mengalami perkembangan, hal itu ditandai dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa tahun terakhir.Perkembangan tersebut tentunya akan diikuti dengan meningkatnya permintaan mengenai pelaporan laporan keuangan, terutama laporan keuangan yang telah diaudit. Pelaporan keuangan juga merupakan salah satu bentuk transparasi perusahaan terhadap para investor atas kinerjanya dalam mengelola dana yang diberikan investor. Untuk bisa dikatakan transparan, penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan (Adrian 2011). Pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang memadai, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor, terutama bagi perusahaan yang telah go public dimana laporan keuangan menjadi sumber informasi yang penting bagi investor sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya di pasar modal serta untuk membuat keputusan terhadap risiko dan keuntungan dari investasinya (Adrian 2011).

Di Indonesia, memublikasikan laporan keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang semula bernama Badan Pengawas Pasar Modal selaku regulator terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang

(2)

salah satunya kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal Indonesia sudah merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan yang aktif di bursa saham dalam hal ini memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Laporan Keuangan yang disusun harus sesuai dengan StandarAkuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku dan telah diaudit oleh akuntan publik atau auditor independen.

Pelaporan yang tepat waktu mungkin dipandang sebagai salah satu penentu utama kualitas pelaporan keuangan yang meningkatkan kualitas pengambilan keputusan(Hassan 2016). Ketepatan dalam penyampaian laporan keuangan tahunan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia guna menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 29 /POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan Laporan Tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir.

Walaupun telah terdapat peraturan tentang batas waktu pelaporan keuangan tersebut, di Indonesia terkait keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan auditan masih menjadi masalah umum dalam beberapa waktu ini. Keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten (Aditya dan Anisykurlillah 2014).

Terdapat kasus tentang keterlambatan dalam pelaporan keuangan auditan, Sulistiyono, (2016) menyebutkan bahwa manajemen PT Bursa Efek Indonesia

(3)

(BEI) membekukan 18 emiten pada perdagangan Kamis (30/6/2016), karena belum menyampaikan laporan keuangan atau belum membayar denda atas keterlambatannya. Adapun emiten yang terkena sanksi akibat belum menyampaian laporan keuangan auditan 2015, yaitu PT Benakat Integra Tbk IPI , PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

Sementara emiten yang belum melaporkan keuangan dan belum membayar denda, di antaranya, PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN), PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), PT Buana Listya Tama Tbk (BULL), PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN). Kemudian, PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Global Teleshop Tbk (GLOB), PT Skybee Tbk (SKYB), PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO), PT Inovisi Infracom Tbk (INVS), PT Permata Prima Sakti Tbk TKGA , PT Garda Tujuh uana Tbk GR O , PT Sekawan Intipratama Tbk SIAP , dan PT Siwani Makmur Tbk SIMA Sedangkan emiten yang belum membayar denda yakni, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA).

Ketepatan waktu laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit dianggap penting dan merupakan faktor penting yang mempengaruhikegunaan informasi yang tersedia untuk berbagai pengguna(Azubike dan Aggreh 2014).

Anggapan para pengguna laporan keuangan untuk menilai apakah laporan keuangan tersebut bermanfaat adalah berdasarkan cepat lambatnya penyelesaian audit (Kuslihaniati dan Hermanto 2016). Menurut Ayemere dan Elijah (2015) penundaan pemeriksaan laporan keuangan mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Ketepatan waktu auditor dalam

(4)

menyelesaikan pekerjaan auditnya umumnya mengacu pada lamanya waktu dari laporan keuangan perusahaan akhir tahun dengan tanggal laporan auditor dengan demikian itu diukur sebagai jumlah hari antara laporan keuangan akhir tahun fiskal dan tanggal laporan (Azubike dan Aggreh 2014). Rentang waktu penyelesaian laporan audit yang diukur berdasarkan jumlah hari dari tanggal tutup buku hingga tanggal opini auditor yang tertera pada laporan auditor independen disebut dengan Audit Delay(Primantara dan Rasmini 2015). Dalam penelitian- penelitian lain, audit delay disebut juga dengan audit report lagKneechel dan Payne, (2001) dalam (Pramesti dan Dananti 2012)

Keterlambatan publikasi akibat dari audit report lagyang lama akan menyebabkan reaksi pasar yang negatif. Hal tersebut dapat menyebabkan dampak buruk baik bagi perusahaan maupun bagi kantor akuntan publik. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk mengurangi audit report lag dalam menghilangkan dampak buruk yang mungkin diterima perusahaan maupun kantor akuntan public (Kuslihaniati dan Hermanto 2016)

Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay masih menarik untuk diteliti karena masih banyak penelitian sebelumnya menujukkan hasil yang tidak konsisten. Literatur terdahulu telah lama mengakui pentingnya penelitian audit delay (Azubike dan Aggreh 2014). Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dapat memberikan bukti terkait faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap Audit delay. Di Indonesia penelitian sejenis ini telah dilakukan oleh antara lain Bemby et al., (2013), Swami dan Latrini (2013), Primantara dan Rasmini (2015), dan Panggabean dan

(5)

Yendrawati (2016). Sedangkan penelitian dari luar Indonesia dengan topik yang sama dilakukan oleh Ismail, Mustapha, & Ming, (2012)Apadoredan Noor, (2013), Azubike dan Aggreh, (2014), Ilaboya dan Christian, (2014), Aljaaidi et al., (2015), Ayemere dan Elijah, (2015), dan Hassan, (2016).

Penelitian ini akan memperkuat penelitian-penelitian tersebut. Hal ini kaitannya dengan penggunaan variabel mengenai corporate governance.

Corporate governance merupakan mekanisme pengendalian untuk mengatur dan mengelola bisnis dengan maksud untuk meningkatkan kemakmuran dan akuntabilitas perusahaan yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan shareholder value (Prastiti dan Meiranto 2013). Dengan adanya praktik corporatae governancesebagai mekanisme pengendalian diharapkan tidak terjadi kecurangan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen yang dapat menyebabkan audit delay (Kuslihaniati dan Hermanto 2016).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalahpenggunaan kriteria pengukuran untuk variabel keahlian komite auditserta sampel penelitian yang digunakan.Kriteria pengukuran variabel keahlian komite audit dalam penelitian ini yaitu komite audit yang mempunyailatar belakang dan atau pengalaman dibidang akuntansi dan atau keuangan. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, kriteria yang digunakan untuk mengukur variabel keahlian komite audit hanya mencakup pada keahlian akuntansi saja atau keuangan saja yaitu misalnya penelitian yang dilakukan olehPuasa, Salleh, dan Ahmad (2014).

Penelitian tersebut menggunakan kriteria yaitu anggota komite audit yang memiliki keahlian dibidang akuntansi. Penelitian yang dilakukan Aljaaidi et al.

(6)

(2015) menggunakan kriteria yaitu anggota komite audit yang memiliki keahlian dalam bidang keuangan.

Perbedaan utama lainnya adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup semua sektor perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015.Pada penelitian sebelumnya kebanyakan melihat satu industri saja.Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Hendri (2014). Penelitian tersebut meneliti faktor yang mempengaruhi audit delay pada industri pertanian dan pertambangan di Indonesia. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Panggabean dan Yendrawati (2016). Penelitian tersebut meneliti faktor yang mempengaruhi audit delay pada industri manufaktur di Indonesia.

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe auditor, alasan peneliti menggunakan variabel ini karena terdapat ketidakkonsistenan pada peneliti sebelumnya yaitu Ilaboya dan Christian, (2014) dan Hassan, (2016) menyatakan bahwa tipe auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan Azubike dan Aggreh (2014) dan Ayemere dan Elijah (2015) menyatakan tipe auditor tidak signifikan berpengaruh terhadap audit delay.

Variabel Frekuensi Rapat Komite Audit digunakan karena juga terdapat ketidakkonsistenan pada peneliti sebelumnya yaitu Apadoredan Noor, (2013) yang menyatakan bahwa Frekuensi Rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan penelitian Aljaaidi et al., (2015) menunjukan hasil variabel Frekuensi Rapat Komite Audit berpengaruh terhadap audit delay.

Variabel karakteristik komite audit yang merupakan saran dari peneliti Hassan (2016), dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel keahlian

(7)

komite audit. Variabel independensi dewan komisaris digunakan karena juga terdapat ketidakkonsistenan pada peneliti sebelumnya yaitu, Bemby et al., (2013)menyatakan bahwa independensi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan Swami dan Latrini, (2013)menyatakan bahwa independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel kepemilikan institusional juga digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab saran dari peneliti Hassan (2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu tipe auditor, frekuensi rapat komite audit, keahlian komite audit,independensi dewan komisarisdan kepemilikan institusionaldan penulis tertarik untuk mengambil judul “Corporate Governance dan Audit Delaydi Indonesia”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Apakah tipe auditor berpengaruh terhadap audit delay ?

2. Apakah Frekuensi Rapat Komite Audit berpengaruh terhadap audit delay?

3. Apakah keahlian komite audit berpengaruh terhadap audit delay?

4. Apakah independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap audit delay?

5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit delay?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris apakah faktor tipe auditor, Frekuensi Rapat Komite Audit, keahlian komite audit, independensi dewan komisaris, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan wawasan terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai audit delay.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sekaligus acuan dalam mencermati pelaksanaan penyusunan laporan keuangan perusahaan yang berkualitas sehingga dapat mengurangi audit delay.

c. Bagi Auditor

Memberikan informasi bagi auditor, untuk bisa membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

1.5 Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab satu dengan bab yang lainnya. Skripsi ini disusun secara terperinci untuk memberikan wawasan dan gambaran yang sistematis untuk mempermudah pembahasan. Sistematika dari kelima bab tersebut adalah sebagai berikut :

(9)

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang berkaitan denganAudit Delay dan Corporate Governance. Bab ini juga menjelaskan tinjauan penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, variabel penelitian dan pengukurannya, serta analisis data yang meliputi analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji satistik F dan pengujian hipotesis (uji statistik t).

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji satistik F, pengujian hipotesis (uji statistik t), dan pembahasan hasil penelitian.

(10)

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian sejenis berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pencemaran tanah ditentukan oleh peruntukan tanah, jenis tanah, jumlah bahan kimia dalam tanah (alamiah), jumlah partikel tanah, jenis tanah, jumlah bahan kimia

4) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/projek. 5) Meningkatkan kolaborasi peserta didik

Hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan minat belajar PKn melalui Who Am I dapat dijelaskan sebagai berikut: Dilihat dari aspek antusias dalam mengikuti

Saya hanya bisa berandai: kalaupun ada yang berniat menyebut nama Siauw Giok Tjhan dalam sejarah Indonesia saat itu, tentunya akan dicatat sebagai salah satu kriminal

Adapun saran untuk diseminasi dalam produk pengembangan berupa variasi latih-an service atas untuk peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMK Negeri 4 Malang, yaitu:

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis tertarik untuk merancang sistem pengelolaan nilai SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) untuk mempermudah dalam penginputan

komposisi D. Dari data hasil percobaan, diperoleh data bahwa yang memenuhi spesifikasi laju tapisan sesuai dengan program lumpur adalah lumpur dengan komposisi D. Dari

Di samping itu, penyebutan Yahudi dan Musyrikin dalam Piagam Madinah menunjukkan bahwa Rasululah saw sama sekali tidak memusuhi mereka dan juga tidak hendak membangun