• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU

Shanty Manullang *) T.D. Novita *)

* Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan laborashanty@yahoo.com

ABSTRAK

Longline merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna. Kapal tuna longline sebagai salah satu armada penangkapan, saat ini masih menjadi andalan bagi unit usaha penangkapan Tuna Kabupaten Sukabumi. Pengetahuan tentang keragaan teknis kapal di suatu perairan diharapkan dapat memberikan gambaran kecenderungan dimensi dan bentuk dari keragaan kapal di daerah palabuhanratu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan sehingga dapat dikaji nilai keragaan teknis kapal tuna Longline di Kabupaten Sukabumi. Nilai tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis keragaan kapal berdasarkan dimensi utamanya. Metode yang dilakukan pada saat mengumpulkan data adalah metode survey menggunakan data kapal longline yang bersandar di Palabuhanratu sedangkan untuk pengolahan datanya menggunakan simulasi numeric untuk memeroleh dimensi dan bentuk kapal longline. Kapal longline yang diteliti memiliki nilai L/B dibawah nilai acuan sedangkan nilai L/D dan B/D berada diatas nilai acuan berdasarkan standar Inamura sedangkan menurut Iskandar dan Pujiati kapal longline yang diteliti L/B antara 2,8 - 4,18 (untuk panjang kapal antara 15 - 20 m) dan Nilai ini berada di bawah nilai acuan,

Kata kunci : kapal longline,Kajian teknis dan Dimensi Utama.

1 PENDAHULUAN

Sifat oseanografi dari setiap perairan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-

faktor yang mempengaruhinya di antaranya angin muson (monsoon) dan dari pengaruh

samudera-samudera di sekitarnya (Nontji, A. 1987). Dalam usaha penangkapan, pengetahuan

tentang parameter oseanografi yang menggambarkan sifat lingkungan fisik atau dinamik perairan

seperti sirkulasi air atau arus, pasang surut dan gelombang adalah sangat penting. Parameter

oseanografi terutama gelombang sangat mempengaruhi keragaan kapal di setiap perairan berbeda

sehingga keberhasilan usaha penangkapan akan sangat ditentukan oleh kemampuan kapal dalam

menahan pengaruh gelombang dan beban cuaca.

(3)

Kapal longline adalah Kapal yang menggunakan longline sebagai alat untuk menangkap ikan.

Kapal longline dibangun sesuai dengan kontruksi yang diserasikan dengan bentuk, cara penggunaan alat tangkap dan daerah penangkapan dimana kapal tersebut akan dioperasikan.

Kapal ini mudah dikenali dari bentuknya yang mirip kapal perang, ditandai dengan gudang tempat alat tangkap di bagian buritan, mempunyai dek bawah di bagian depan dari bagian tengah (Simorangkir diacu dalam Ardani 1995). Kapal longline umumnya dipakai untuk menangkap ikan Tuna, sehingga kapal ini sering disebut dengan kapal tuna longline.

Desain merupakan hal yang penting dalam pembangunan kapal ikan (Fyson, 1985). Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka desain dan konstruksi kapal dibuat berbeda-beda dengan memperhatikan persyaratan teknis pengoperasian setiap jenis kapal berdasarkan alat tangkap yang dioperasi-kan.

Bentuk badan kapal bergantung pada ukuran utama, perbandingan ukuran utama dan koefisien bentuk kapal (Fyson, 1985). Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), tinggi/dalam kapal (D) dan draft/sarat air kapal (d). Kesesuaian rasio dimensi sangat menentukan kemampuan suatu kapal ikan, karena akan mempengaruhi resistensi kapal (nilai L/B), kekuatan memanjang kapal (nilai L/D) dan stabilitas kapal (nilai B/D) (Fyson, 1985).

Longline merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang (Swimming layer) dan sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil. Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu ton per tahun (Anonymus,1983 ). Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional.

Kapal Tuna Longline sebagai salah satu armada penangkapan, saat ini masih menjadi andalan

bagi unit usaha penangkapan Tuna Kabupaten Sukabumi. Informasi tentang keragaan teknis

kapal di suatu daerah diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kecenderungan dimensi

dan bentuk dari kelompok kapal daerah tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang

terkait dengan jumlah dan karakter teknis sebuah kapal di suatu daerah tertentu. Berdasarkan hal

tersebut maka penelitian ini dilakukan sehingga Kajian Teknis dan Karakteristik Kapal

Longline di Perairan Palabuhanratu dapat diketahui. Kajian tersebut kemudian digunakan

(4)

untuk mengkaji dan mengidentifikasi keragaan kapal berdasarkan dimensi utamanya, dan bermanfaat sebagai bahan informasi umum yang dierlukan bagi ara enentu kebijakan pengembangan kapal perikanan dalam standarisasi ukuran kapal longline di perairan palabuhanratu.

Gambar 1. Peta Wilayah pengeloaan perikanan Republik Indonesia (Statistik DITJEN KKP 2011)

Gambar 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

(5)

2 METODOLOGI PENELITIAN

2.1 DATA YANG DIGUNAKAN

Kajian ini menggunakan 2 (dua) data yaitu data Perairan merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil Quisioner, sedangkan data kapal (data primer) yang diperoleh dari syahbandar Palabuhanratu spesifikasi kapal diteliti yang diperoleh diterakan pada Tabel 1.

2.2 ANALISI DATA

Data Kapal dikumpulkan dan diolah dengan metode simulasi berdasarkan perhitungan Naval architecture (parameter hidrostatis) dengan memakai program exel sedangkan untuk data kapal dipakai software Autocad. Ananlisis data dibandingkan dengan nilai-niali acuan yang diambil dari standar Namuara (1968) serta Iskandar & Pujiati (1995)

3 HASIL DAN PEMBAHASA

Inamura (1968) menyatakan perbandingan nilai dimensi kapal yang dapat mempengaruhi karakteristik bentuk kapal itu sendiri seperti :

1. Nilai rasio L/B berpengaruh terhadap tahanan gerak kapal, semakin kecil nilai rasio ini akan berakibat buruk terhadap kecepatan

2. Nilai rasio L/D berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, semakin besar nilai rasio ini mengakibatkan kekuatan memanjang akan melemah

3. Nilai rasio B/D berpengaruh terhadap stabilitas kapal, semakin besar nilai rasio ini

mengakibatkan stabilitas kapal lebih baik tetapi propulsive abilitynya akan memburuk.

(6)

Gambar 3. Kapal Longline 30 GT yang sedang bersandar di PPN Palabuhanratu (sumber : Shanty pic.)

3.1 SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL LONGLINE YANG DITELITI DIMENSI UTAMA Keragaan (performance) kapal dapat dilihat dari beberapa parameter teknis dari kapal tersebut, diantaranya dimensi utama, parameter hidrostatis, gambar rancangan umum dan gambar rencana garis kapal. Kapal longline yang digunakan nelayan di Kabupaten Sukabumi untuk menangkap ikan Tuna memiliki spesifikasi yang disajikan pada Tabel 1.

Dari hasil perhitungan rasio dimensi utama yang terdiri dari L/B, L/D dan D/B diperoleh nilai- nilai seperti yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 1. Dimensi Utama Kapal yang diteliti

No Nama Kapal L (m) B (m) D (m) GT Mesin penggerak/PK 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20 21.

22.

23.

Lingsar_06 Margo Abadi Mitra Jaya_V Cahaya Bahari_01 KM Cakra Bahari Gunawan 28 Jaya-1 Hasil Laut_32 Mahkota Abadi_39 Koyong Jaya_V Kawi Jaya Arabika Jaya_1 Puspita_1 Restu Segara_22 KM Bintang Selatan Senang Hati_III KM Bahari_03 Berkah Sahabat Anita Jaya_XI Trans Bahari_3 Anna Rizky_7 Ateria Daya Mulia Maju Jaya

Maju Jaya I

23.80 18.30 20,48 19,14 18,85 17.00 18.14 20.20 20.54 19.85 18.80 18.13 17.85 17.43 17.25 16.06 22.48 18.50 17.60 17.40 18.00 18.80 18.70

6.80 4.90 5,62 5,72 5.21 4.60 5.90 4.28 5.21 5.10 4.60 4.60 3.77 4.34 4.52 4.10 6.34 4.80 6.20*

4.40 5.00 4.50 4.50

2.10 1.60 1.86 1.31 1.52 1.65 2.22 2.07 1.10 1.15 1.50 1.25 1.72 1.60 1.40 1.79 2.68 2.00 1.75 1.80 1.60 1.60 1.70

69 40 48 30 30 30 58 82 30 35 29 28 31 30 28 30 87 40 38 30 30 30 30

Motor, 380 PK

Mesin, 280 PK

Mesin, 220 PK

Mesin, 280 PK

Mesin, 280 PK

Mesin, 120 PK

Motor, 220 PK

Motor, 600 PK

Mesin, 295 PK

Mesin, 160 PK

Mesin, 120 PK

Mesin, 84 PK

Motor, 220 PK

Mesin, 180 PK

Mesin, 120 PK

Motor, 90 PK

Mesin, 370 PK

Mesin, 180 PK

Mesin, 320 PK

Mesin, 120 PK

Mesin, 100 PK

Mesin, 220 PK

Mesin, 220 PK

(7)

Tabel 2. Perbandingan Dimensi Utama Longline yang diteliti pada Panjang Kapal 15 -20 m No Nama Kapal

Dimensi Utama

L/B L/D B/D

1 Margo Abadi 3,73 11,44 3,06

2 Cahaya bahari_01 3,35 14,61 4,37

3 KM Cakra Bahari 3,62 12,40 3,43

4 Gunawan 28 Jaya_1 3,70 10,30 2,79

5 Hasil Laut_32 3,07 8,17 2,66

6 Anita Jaya_XI 3,85 9,25 2,40

7 Trans Bahari_3 2,84 10,06 3,54

8 Anna Rizky_7 3,95 9,67 2,44

9 Ateria Daya Mulia 3,60 11,25 3,13

10 Maju Jaya 4,18 11,75 2,81

11 Maju Jaya 1 4,16 11,00 2,65

Tabel 3. Perbandingan Dimensi Utama Longline yang diteliti pada Panjang Kapal 20 -25 m

No Nama Kapal

Dimensi Utama

L/B L/D B/D

1 Lingsar _06 3,50 11,33 3,24

2 Mitra jaya _V 3,64 11,01 3,02

3 Mahkota Abadi_39 4,72 9,76 2,07

4 Koyong Jaya_V 3,94 18,67 4,74

5 Berkah Sahabat 3,55 8,39 2,37

Rasio dimensi utama kapal perlu diketahui dengan jelas karena besaran rasio ini berpengaruh

terhadap stabilitas maupun ketahanan kapal. Menurut Iskandar dan Pujiati (1995) nilai rasio L/B

dan L/D untuk kapal sejenis longline (static gear) lebih besar dibandingkan dengan kapal-kapal

yang lain sehingga membutuhkan stabilitas yang cukup tinggi karena kondisi ini dibutuhkan

pada saat melakukan operasi penangkapan baik itu pada saat setting maupun hauling karena

kapal beroperasi dengan kecepatan v = 0 sedangkan menurut Ayodyoa (1972) khusus untuk

kapal-kapal Tuna longline umumnya mempunyai nilai L dan D yang besar.

(8)

3.2 KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE YANG DITELITI

3.2.1 Nilai Acuan Iskandar dan Pujiati (1995)

Tabel 4. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 15 -20 m berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia (Iskandar dan Pujiati, 1995) untuk kapal static gear.

No Nama Kapal Longline yang diteliti Dimensi Longline Acuan

L/B L/D B/D L/B L/D B/D

1 Margo Abadi 3.73 11.44 3.06

2.83 - 11 4.58-

17.28 0.96 - 4.68 2 Cahaya bahari_01 3.35 14.61 4.37

3 KM Cakra Bahari 3.62 12.40 3.43 4

Gunawan 28

Jaya_1 3.70 10.30 2.79

5 Hasil Laut_32 3.07 8.17 2.66

6 Anita Jaya_XI 3.85 9.25 2.40

7 Trans Bahari_3 2.84 10.06 3.54

8 Anna Rizky_7 3.95 9.67 2.44

9 Ateria Daya 3.60 11.25 3.13

(9)

Tabel 5. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 20- 25 m berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia (Iskandar dan ujiati, 1995) untuk kapal static gear.

No Nama Kapal

Dimensi Longline yang

diteliti Dimensi Longline Acuan

L/B L/D B/D L/B L/D B/D

1 Lingsar _06 3.50 11.33 3.24

2.83 - 11 4.58 -

17.28 0.96 - 4.68 2 Mitra jaya _V 3.64 11.01 3.02

3 Mahkota Abadi_39 4.72 9.76 2.07 4 Koyong Jaya_V 3.94 18.67 4.74 5 Berkah Sahabat 3.55 8.39 2.37

Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai L/B pada kapal longline yang dikaji untuk panjang kapal (L) antara 15 - 20 m adalah antara 2.84 - 4,18. Nilai ini sudah sesuai dengan nilai acuan sehingga kapal ini memiliki tahanan gerak yang baik,yang mengakibatkan kecepatannya stabil. Nilai L/D juga sesuai dengan nilai acuan (8.17 – 14.61) kapal ini memiliki kekuatan memanjang yang baik yang berpengaruh terhadap olah gerak dan stabilitasnya (B/D 2.40 – 4.37)

Sedangkan pada table 5 terlihat ada 2 nilai yang tidak sesuai dengan standart yaitu nilai L/D (18,67) yang berada diatas nilai acuan. Nilai ini akan berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, Lebih kecilnya ukuran D kapal mengakibatkan kapal longline tersebut diduga memiliki kekuatan longitudinal yang tidak sebaik kapal acuan. Dikhawatirkan apabila kapal tersebut berada di atas dua puncak gelombang, risiko patah secara longitudinal menjadi lebih besar.

B/ D (4.74) yang berada diatas nilai acuan Kondisi ini menunjukkan ukuran D kapal terlalu kecil untuk kapal dengan L dan B kapal yang diacu atau ukuran B kapal terlalu besar untuk D kapal yang diacu. Akan tetapi, mengecilnya ukuran D kapal pada ukuran B kapal yang diacu, memberikan dampak yang positif terhadap stabilitas kapal. Dimana dalam kondisi tersebut ABK dapat bekerja dengan baik karena kurangnya sentakan-sentakan yang diakibatkan gelombang laut pada waktu setting dan hauling

3.2.2 Nilai Acuan Nomura dan Yamazaki (1975) Mulia

10 11

Maju Jaya Maju Jaya I

4.18 4.16

11.75 11.00

2.81

2.65

(10)

Tabel 6. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 15 - 20m berdasarkan Nomura dan Yamazaki (1975)

No Nama Kapal Longline yang diteliti Dimensi Longline Acuan

L/B L/D B/D L/B L/D B/D

1 Margo Abadi 3.73 11.44 3.06

4.10 - 4.70 8.50 -

9.50 1.90- 2.30 2

Cahaya

bahari_01 3.35 14.61 4.37

3

KM Cakra

Bahari 3.62 12.40 3.43

4

Gunawan 28

Jaya_1 3.70 10.30 2.79

5 Hasil Laut_32 3.07 8.17 2.66 6 Anita Jaya_XI 3.85 9.25 2.40 7 Trans Bahari_3 2.84 10.06 3.54 8 Anna Rizky_7 3.95 9.67 2.44 9

Ateria Daya

Mulia 3.60 11.25 3.13

10 Maju Jaya 4.18 11.75 2.81

11 Maju Jaya 1 4.16 11.00 2.65

Tabel 7. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 20- 25 m dengan niali Acuan dari INamura

No Nama Kapal

Dimensi Longline yang

diteliti Dimensi Longline Acuan

L/B L/D B/D L/B L/D B/D

1 Lingsar _06 3.50 11.33 3.24

4.30 - 4.90 8.50 - 9.50 1.90 - 2.30 2 Mitra jaya _V 3.64 11.01 3.02

3

Mahkota

Abadi_39 4.72 9.76 2.07

4

Koyong

Jaya_V 3.94 18.67 4.74

5 Berkah Sahabat 3.55 8.39 2.37

Dari tabel 6 dan 7 Kondisi ini menunjukkan bahwa kapal longline yang diteliti memiliki lebar

kapal (B) yang lebih besar jika dibandingkan dengan panjang kapal (L) yang diacu. B yang lebih

besar mengakibatkan kapal tersebut mendapat hambatan gerak yang lebih besar yang pada

akhirnya akan mengurangi laju kecepatan gerak kapal tetapi sebaliknya besarnya nilai B/D kapal

(11)

longline menunjukkan ukuran D kapal terlalu kecil untuk kapal dengan L dan B kapal yang diacu atau ukuran B kapal terlalu besar untuk D kapal yang diacu. Akan tetapi, mengecilnya ukuran D kapal pada ukuran B kapal yang diacu, memberikan dampak yang positif terhadap stabilitas kapal. Dimana dalam kondisi tersebut ABK dapat bekerja dengan baik karena kurangnya sentakan-sentakan yang diakibatkan gelombang laut pada waktu setting dan hauling.

Sedangkan nilai L/D kapal longline yang diteliti berada jauh diatas nilai acuan yang berlaku, menurut Herlina (1993) kapal longline umumnya memerlukan panjang (L) dan (D) yang besar, karena diperlukan gerakan kelincahan dan stailitas yang baik sewaktu menarik alat tangkap.

Susanto et all (2011) menyatakan bahwa kapal penangkap ikan static gear yang beroperasi di perairan Indonesia memiliki keragaman dimensi yang tinggi.

4 KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

1. Kapal Longline yang diteliti memiliki nilai L/B dibawah nilai acuan sedangkan nilai L/D dan B/D berada diatas nilai acuan berdasarkan standar Inamura

2. Berdasarkan penelitian dari Iskandar dan Pujiati kapal Longline yang diteliti L/B Kapal yang diteliti untuk panjang kapal (L) antara 15 - 20 m adalah antara 2,8 - 4,18 dan Nilai ini berada di bawah nilai acuan,

4.2 SARAN

Sebaiknya untuk kapal longline panjang kapal harus seimbang dengan lebarnya, sehingga kapal tidak mengalami hambatan yang besar dalam melakukan olah geraknya

5 DAFTAR PUSTAKA

Ardani. 1995. Efisiensi Pengoperasian unit Penangkapan Longline untuk produk tuna segar:

studi kasus di PT. Kraminabana Bina Artha, Muara Baru, Jakarta. Skripsi pada Fakultas Perikanan IPB (tidak dipublikasikan). Bogor. 90 hal.

Ayodhyoa. 1972. Suatu pengenalan Fishing Gear. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

DITJEN KKP. 2011,. Statistik Perikanan Tangkap di Indonesia (Laporan Tahunan 2010-2011)

(12)

Fyson, J. 1985. Desingn of Small Fishing Vessel. Fishing News Books Ltd. England.

Herlina, R., 1993. Rawai Tuna. Laporan Praktek Lapang (tidak dipublikasikan). Bogor. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan, Jususan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Hal 34-90.

Inamura, K. 1968. Gysenron. Suppasha Publishing Company, Tokyo, Japan.

Iskandar, B.H. dan Pujiati Sri. 1995. Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Perairan Indonesia.

Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB.Bogor.

Nomura, N. dan T. Yamazaki. 1975. Fishing Tecnique I. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit djambatan. Jakarta 368 hal

Susanto. A, B.H.Iskandar dan M.Imron. 2011. Stabilitas Statis Kapal Static Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus KM PSP 01). Marine Fisheries- Jurnal Teknologi Dan Manajemen Perikanan Laut. Vol.2, No.1, Mei 2011. ISSN : 2087 -4235.

http://www.afma.gov.au/wp-content/uploads/2010/06/pelagic_longline.jpg

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah pengeloaan perikanan Republik Indonesia  (Statistik DITJEN KKP  2011)
Gambar  3.  Kapal  Longline  30  GT    yang  sedang  bersandar  di  PPN  Palabuhanratu  (sumber : Shanty pic.)
Tabel 3. Perbandingan Dimensi Utama Longline yang diteliti pada Panjang Kapal 20 -25 m
Tabel  4.  Perbandingan  Dimensi  Utama  kapal  Longline  yang  diteliti  dengan  Panjang  15  -20  m  berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia (Iskandar dan Pujiati, 1995)  untuk kapal static gear
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah membuka file dan selesai diproses dengan mode yang ada pada daftar tersebut, maka kita harus menutup sebagai tahapan terakhir dari proses.. PHP

Pada masa magang ada tanggung jawab khususl job descriptioN yang diberikan oleh perusahaall kepada mahasiswa yang melakukan magang yaitu melakukan penghitungan

bahwa berdasarkan Pasal 107 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Pasal 23 ayat (2) Peraturan Darah Nomor 13 Tahun 2011

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana peneliti lebih tertarik mengeksplor proses komunikasi yang terjadi pada upaya penggagas dan developer

Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi merupakan lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana dari dan untuk anggota,

Lebih detailnya kesepuluh artikel mengulas tentang: Identifikasi ikan cupang (Betta imbelis) transgenik founder membawa gen penyandi hormon pertumbuhan;

Kesesuaian rasio dimensi sangat menentukan kemampuan suatu kapal ikan, karena akan mempengaruhi resistensi kapal (nilai L/B), kekuatan memanjang kapal (nilai L/D) dan stabilitas

Menurut Iskandar dan Pujiati (1995) nilai rasio L/B dan L/D untuk kapal sejenis muroami (static gear) lebih besar dibandingkan dengan kapal-kapal yang lain