• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

Anak Agung Istri Saraswati Dewi1, Made Putra2, Ida Bagus Surya Manuaba3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: gungsaraswati1994@gmail.com1, putramd3112@yahoo.co.id2, manuabasurya@yahoo.com3

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa melalui pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016 (2) untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan IPS melalui pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan yang berjumlah 38 siswa tahun pelajaran 2015/2016. Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi sedangkan data kompetensi pengetahuan IPS dikumpulkan dengan menggunakan tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 69,60% dan menjadi 91,55% pada siklus II. Begitu pula halnya dengan kompetensi pengetahuan IPS siswa mengalami peningkatan dari 73,60%

pada siklus I menjadi 80,02% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dapat meningkatkan aktivitas dan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: saintifik, teams games tournament, aktivitas belajar, dan kompetensi pengetahuan IPS.

Abstract

The purpose of this research were (1) to increase the social learning activity of students by scientific approach in the setting of cooperative learning with teams games tournament in the 4th A grade students of SD Negeri 5 Peguyangan at 2015/2016 academic year, (2) to increase the cognitive competence of social by scientific approach in the setting of cooperative learning with teams games tournament in the 4th A grade students of SD Negeri 5 Peguyangan at 2015/2016 academic year. This research was a classroom action research conducted in two cycles. Subjects of this research were students in 4th A grade of SD Negeri 5 Peguyangan with 38 students at 2015/2016 academic year. Student’s learning activity data was collected by using observation sheet social knowledge competencies while data collected using the test. The collected data were analyzed using descriptive statistical analysis, descriptive analysis of qualitative and quantitative descriptive analysis. The results showed that in the first cycle the average percentage of student activity reached 69,60% and to 91,55% in the second cycle. Similarly, the

(2)

2

competence of social knowledge of students has increased from 73,60% in the first cycle to 80,02% in the second cycle. Based on these results, it can be concluded that the application of scientific approach in the setting of cooperative learning teams tournament games can increase the activity and competence of IPS knowledge 4th A grade students of SD Negeri 5 Peguyangan at 2015/2016 academic year.

Keywords: scientific, teams tournament games, learning activities, social’s knowledge competence.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia (John Dewey). Sedangkan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi 3, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan secara formal dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut dengan sekolah.

Dalam proses pendidikan di sekolah terdapat suatu sistem yang terdiri atas banyak komponen yang diantaranya adalah guru, siswa, bahan ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, media pembelajaran, dan sebagainya. Masing- masing komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran itu mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung sehinggga mampu mewujudkan tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang berbunyi: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Guna tercapainya tujuan pendidikan yang tertera diatas berbagai cara telah dilakukan oleh semua komponen- komponen yang berada di sekolah. Salah satu yang dilakukan yakni dengan menerapkan kurikulum 2013.

Penerapan kurikulum 2013 menuntut terjadinya perubahan pada proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Dasar (SD). Keberadaan kurikulum tersebut mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran ini menuntut adanya perubahan bentuk pembelajaran itu sendiri yang berbeda dengan pembelajaran secara tradisional.

Kemendikbud (2014:19) menyajikan konsepsi tentang pendekatan saintifik sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang didalamnya terdapat kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Daryanto (2014:51) memaparkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip dengan melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, mencoba, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Sementara itu Kosasih (2014:72) menyatakan,

“Pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa”. Pengalaman belajar yang diperoleh tidak bersifat

(3)

3 hafalan, melainkan pengalaman baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap diperoleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah upaya guru dalam membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang bersifat ilmiah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berdasarkan pengertian ini, pembelajaran bukanlah suatu proses yang didominasi oleh guru melainkan pembelajaran lebih menuntut siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, dan

mengkomunikasikan. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Khusus untuk pembelajaran di SD, kegiatan pembelajaran tersebut diterapkan melalui pembelajaran berbasis tematik integratif pada seluruh jenjang kelas. Proses pembelajaran berorientasi pada suatu tema yang menjadi acuan dasar. Tema tersebut merupakan gabungan dari beberapa muatan pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Salah satu muatan pelajaran yang diintegrasikan adalah muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Susanto (2014b:137) mendefinisikan IPS sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan kepada siswa sebagai persiapan menjadi warga negara yang baik. IPS merupakan suatu pelajaran yang memberikan wawasan secara komprehensif tentang konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora kepada siswa sebagai bekal untuk menjadi warga negara yang baik. Melalui pelajaran IPS para siswa diharapkan dapat memiliki wawasan tentang konsep- konsep dasar ilmu sosial dan humaniora,

memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial sehingga tercipta warga negara yang baik dan benar.

Pembelajaran IPS perlu dilaksanakan dengan cara yang tepat sehingga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti, pembelajaran yang diharapkan bukan hanya sekedar membekali siswa dengan berbagai informasi yang bersifat hafalan saja, akan tetapi pembelajaran harus mampu melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan berpikir agar siswa mampu mengkaji berbagai kenyataan sosial beserta permasalahannya.

Pada pembelajaran IPS, pemahaman terhadap konsep-konsep esensial sangat berpengaruh bagi perkembangan siswa (Susanto, 2014a:7).

Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial akan mengakibatkan terjadinya pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa sehingga siswa mampu menempatkan konsep-konsep tersebut dalam sistem memori jangka panjang dan dapat menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif. Hal tersebut sesuai dengan teori pemrosesan informasi yang dikemukan oleh Subini (2012:148) yang menyatakan bahwa pengolahan informasi yang berulang-ulang akan tersimpan di memori jangka panjang dan dapat menyebabkan siswa memahami informasi yang dipelajari. Pemahaman konsep- konsep esensial yang baik juga dapat mempermudah siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan diperoleh informasi sebagai berikut: Aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tergolong masih kurang, dari 38 siswa yang aktif hanya 12 siswa yaitu 31, 58% dan yang kurang aktif sebanyak 26 siswa yaitu 68, 42%. Siswa masih menampakan sikap yang kurang aktif dan tidak antusias dalam

(4)

4 pembelajaran khususnya pembelajaran IPS saat di dalam kelas. Terlebih lagi ketika guru memberikan tugas membaca materi, perhatian siswa lain-lain seperti bercanda atau mengganggu temannya.

Siswa enggan untuk membaca buku pegangan siswa. Selain itu, dari hasil wawancara nampaknya belum banyak model yang dikembangkan secara optimal. Kondisi ini menggambarkan kelas yang kurang kondusif dan interaksi yang rendah, sehingga berdampak pada ketidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan secara optimal dan berdampak pada kompetensi pengetahuan IPS. Kompetensi pengetahuan IPS siswa yang diperoleh dari nilai rapot semester I didapatkan dari 38 siswa sebanyak 33 siswa mendapatkan nilai B dan 5 siswa mendapatkan nilai B+.

Dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS, perlu adanya upaya menumbuh-kembangkan kecintaan siswa terhadap mata pelajaran IPS melalui inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran agar lebih menarik dan menyenangkan.

Dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dapat juga menggunakan setting pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yaitu menggunakan setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT). Dengan penggunaan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran teams games tournament dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi IPS yang lebih optimal.

Berdasarkan uraian tersebut maka diterapkanlah pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS di kelas IV SD Negeri 5 Peguyangan dengan judul : “Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan”.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa melalui pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016 dan (2) Untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan IPS melalui pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 5 Peguyangan pada bulan Maret tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Siswa kelas IVA dipilih sebagai subjek penelitian karena aktivitas dan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada kelas ini perlu ditingkatkan lagi.

Sedangkan objek penelitian ini adalah aktivitas belajar, kompetensi pengetahuan IPS dan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran teams games tournament siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas (Agung, 2010:3). PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan istilah siklus. Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Daryanto, 2011:21). Jumlah siklus yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan oleh hasil atau tingkat keberhasilan siklus sebelumnya. Jika pada siklus tertentu sudah tercapai indikator yang telah ditetapkan, maka penelitian tidak akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

(5)

5 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS.

Berdasarkan data tersebut maka metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode observasi dan metode tes.

Metode observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2005).

Jadi observasi adalah mengamati dan mencatat mengenai suatu objek tertentu.

Dalam metode observasi peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari panca indranya (Sukardi, 2008:78).

Menurut Agung (2012:66), “Metode tes ialah cara memperolah data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa skor”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan metode tes dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang merupakan peserta tes (testee), testee biasanya menjawab sekumpulan pertanyaan atau tugas yang ada dalam tes untuk memperoleh hasil berupa skor. Tes yang diberikan berupa butir-butir tes yang disesuaikan dengan pokok bahasan yang telah diberikan. Data yang dikumpulkan dengan memberikan tes kepada setiap siswa yang harus dikerjakan secara individu pada setiap akhir pertemuan pada masing-masing siklus.

Data tentang aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan lembar observasi. Dalam penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas belajar siswa mengenai kegiatan visual, lisan, mendengarkan, dan menulis,. Pada masing-masing aspek terdapat beberapa deskriptornya. Jika siswa melaksanakan deskriptor aktivitas, maka akan mendapatkan nilai sesuai indikator yang dicapai, sedangkan jika tidak melakukan maka mendapatkan nilai 0. Sedangkan data kompetensi pengetahuan IPS dikumpulkan dengan menggunakan tes yang berupa tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban (Multiple Choise Text).

Suharsimi (2013) mengemukakan bahwa

”Multiple Choise Text” terdiri atas suatu

keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

Suharsimi (2013:165) menyatakan tes objektif memiliki beberapa keunggulan yaitu : a) mengandung lebih banyak segi- segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun dari segi guru yang memeriksa; b) lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi; c) pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain dan dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi. Tes objektif hanya menuntut siswa untuk memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya satu kemungkinan jawaban benar. Tidak ada penggunaan bobot atau skala terhadap jawabannya bersifat tidak pasti seperti halnya tes esai. Penggunaan tes sebagai instrumen dalam mendapatkan data yang akurat perlu disusun secara valid. Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar-benar mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis dskriptif kualitatif, dan analisis deskriptip kuantitatif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dengan menerapkan rumus-rumus statistik deskritif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-

(6)

6 kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum.

Sedangkan metode analisis kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110).

Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu (1) Presentase rata- rata aktivitas belajar siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan minimal berada pada kriteria aktif dengan presentase ketuntasan minimal 75%. (2) Ketuntasan klasikal siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan yang diharapkan yaitu minimal 75% dari jumlah siswa 38 orang mencapai predikat B (Baik) dengan nilai minimal 80 pada aspek kompetensi pengetahuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian siklus I data tentang aktivitas belajar siswa diperoleh melalui penilaian dengan menggunakan lembar observasi, dengan 4 indikaktor dan 16 aspek. Gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Poligon Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

Berdasarkan perhitungan gambar grafik poligon aktivitas belajar siswa pada siklus I, menunjukkan bahwa mean mencapai 69,60 dan persentase rata-rata (M%) 69,60% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada

interval 65-79 dengan kriteria Cukup, median mencapai 68,5 dan modus mencapai 58,9. Dari data tersebut terlihat bahwa pada siklus I hasil aktivitas belajar siswa belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

1

Gambar 2. Grafik Poligon Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus I

Berdasarkan perhitungan gambar grafik poligon kompetensi pengetahuan siswa pada siklus I, menunjukkan bahwa harga statistik M<Me<Mo dan tergolong grafik juling negatif dimana mean mencapai 73,60 dengan persentase rata- rata (M%) 73,60% yang dikonversikan pada tabel kriteria pedoman penilaian menurut Permendikbud No.53 tahun 2015 berada pada interval 71-85 dengan kriteria Baik, median mencapai 74,83 dan modus mencapai 77,21. Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 34,21%

dimana 13 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 38 siswa. Dari data tersebut terlihat bahwa pada siklus I kompetensi pengetahuan IPS siswa belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Secara keseluruhan hasil analisis data yang dilakukan mengenai aktivitas belajar siswa dan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.

Me=74,83 Mo=77,21

M=69,60

Mo=58,9

Me=68,5

(7)

7

Tabel 1. Rekapitulasi Nilai pada Siklus I

No Kriteria Hasil Keterangan

1 Aktivitas Belajar

Presentase rata-rata aktivitas belajar siswa yaitu 69,60%

Secara umum aktivitas belajar siswa berada pada kriteria cukup aktif.

2 Kompetensi Pengetahu an IPS

Persentase rata – rata kompetensi

pengetahuan IPS yaitu 73,60%

Secara umum kompetensi pengetahuan IPS berada pada kriteria baik, namun belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Dari tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Data tentang aktivitas belajar siswa pada siklus II diperoleh melalui penilaian dengan menggunakan lembar observasi, dengan 4 indikaktor dan 16 aspek Pada penelitian siklus II hasil aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Poligon Aktivitas Belajar siswa pada Siklus II

Berdasarkan perhitungan gambar grafik poligon aktivitas belajar siswa pada siklus II, menunjukkan bahwa mean mencapai 91,55 dengan persentase rata- rata (M%) 91,55% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 90-100 dengan kriteria

sangat aktif, median mencapai 91,37 dan modus mencapai 91,33. Dari data tersebut terlihat bahwa pada siklus II hasil aktivitas belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan.

Sementara itu, Data hasil kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus II diperoleh melalui pemberian tes pada tes akhir siklus II. Tes kompetensi pengetahuan dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun dengan jumlah soal sebanyak 30 butir yang berbentuk tes pilihan ganda biasa (PGB). Gambaran kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Poligon Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus II

Berdasarkan perhitungan gambar grafik poligon aktivitas belajar siswa pada siklus II, menunjukkan bahwa harga M=91,5

5

Mo=91,33

Me=91,37

M= 80,02

Me=81,62 Mo=82,16

(8)

8 statistik M<Me<Mo dan tergolong grafik juling negatif dimana mean mencapai 80,02 dengan persentase rata-rata(M%) 80,02% yang dikonversikan pada tabel pedoman nilai menurut Permendikbud No.53 tahun 2015 berada pada interval 71-85 dengan kriteria Baik, median mencapai 81,62 dan modus mencapai 82,16. Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 78,94% dimana 30 siswa yang

tuntas dari jumlah siswa yaitu 38 siswa.

Dari data tersebut terlihat bahwa pada siklus II kompetensi pengetahuan IPS siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Secara keseluruhan hasil analisis data yang dilakukan mengenai aktivitas belajar siswa dan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Nilai pada Siklus II

No Kriteria Hasil Keterangan

1 Aktivitas Belajar

Presentase rata- rata aktivitas belajar siswa yaitu 91,55%

Secara umum aktivitas belajar siswa berada pada kriteria sangat aktif dan melewati kriteria keberhasilan

2 Kompetensi Pengetahuan IPS

Persentase rata – rata kompetensi pengetahuan IPS yaitu 80,02%

Secara umum kompetensi pengetahuan IPS berada pada kriteria baik, sebanyak 30 siswa atau 78,94% siswa yang melewati kriteria keberhasilan

Pelaksanaan siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan sehingga tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada masing – masing siklus telah berlangsung dengan baik.

Pelaksanaan pembelajaran yang baik ini ditandai dengan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi Data Siklus I dan Siklus II

No Kriteria Hasil Siklus I Hasil Siklus II

1 Aktivitas Belajar 69,60% 91,55%

2 Kompetensi Pengetahuan 73,60% 80,02%

Berdasarkan tabel tersebut menunjukan terjadinya peningkatan persentase rata – rata Aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS setelah menerapkan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada muatan materi IPS di kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan. Peningkatan persentase rata – rata yang terjadi dari siklus I ke siklus II pada aktivitas belajar sekitar 22,95% dan kompetensi pengetahuan IPS sekitar 6,42%. Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Peningkatan Persentase Rata – rata pada Siklus I dan

Siklus II

(9)

9 Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa persentase rata – rata aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS setelah adanya penerapan model teams games tournament. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan, berdasarkan deskripsi proses dan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS, setelah diterapkannya pendekatan saintifik dalam setting Pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan. Penelitian yang dilakukan ini, sudah dikatakan berhasil dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan.

Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I persentase rata- rata aktivitas belajar siswa mencapai 69,60% dan menjadi 91,55% pada siklus II. Begitu pula halnya dengan kompetensi pengetahuan IPS siswa mengalami peningkatan dari 73,60% pada siklus I menjadi 80,02% pada siklus II.

Pada siklus I pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan rencana, namun masih ditemukan beberapa permasalahan atau kendala dalam proses pembelajaran yakni, kerjasama dalam kelompok masih kurang, hal ini disebabkan adanya beberapa siswa yang tidak mau berbagi kepada temannya dan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang hanya beberapa siswa saja yang aktif dan memiliki kemampuan lebih dalam proses pembelajaran. Siswa yang masih memiliki kemampuan kurang hanya menjadi pendengar, serta hanya mengikuti proses pembelajaran tanpa adanya partisipasi untuk bertanya kepada guru maupun

kelompok. Untuk menguasai kendala- kendala yang dihadapi tersebut, maka diupayakan pemecahan masalah dengan menerapkan beberapa tindakan, yaitu permasalahan kerja sama dalam kelompok diupayakan dengan membimbing dan menyampaikan aturan diskusi kepada masing-masing kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil dengan baik, untuk memotivasi kelompok lain agar bersaing secara sportif dan memberikan motivasi dan penghargaan kepada siswa, agar lebih aktif dalam proses pembelajaran dan berpartisipasi dalam kelompok serta lebih banyak menggunakan alat dan sumber media agar siswa lebih banyak memiliki aktivitas dalam pembelajaran.

Adanya peningkatan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II melalui penerapan pendekatan saintifik dalam setting Pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament disebabkan adanya perlakuan atau tindakan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

Dalam penerapan pendekatan saintifik dalam setting Pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament guru berperan sebagai motivator yang selalu memberikan semangat dan dukungan pada siswa serta sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Sehingga akan tercipta pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenangkan di dalam kelas yang dapat mengoptimalkan aktivitas dan kompetensi pengetahuan IPS.

Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran, siswa sudah mampu mengemukakan ide- ide dalam memecahkan permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran, antusias dalam mengikuti pembelajaran, mampu bekerja sama dalam kelompok, berani mengajukan pertanyaan dan keterampilan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian penerapan pendekatan saintifik dalam setting Pembelajaran kooperatif

(10)

10 tipe teams games tournament ini sudah dapat mengimplementasikan maksud dan tujuan dari pendekatan saintifik.

Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat maka tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament menurut Taniredja, (2012:72) yakni, dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan menggunakan pendapatnya, rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi, perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil, motivasi belajar siswa bertambah, pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan pembelajaran, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru, siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau

pokok bahasan , bebas

mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada di dalam diri siswa tersebut dapat keluar, selain itu kerjasama antar siswa juga siswa dengan guru akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

Keberhasilan penelitian ini juga didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Nurul Fitri (2014) menyatakan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi gaya di kelas IV SD Negeri No.76/IX Mendalo Darat meningkat melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Peningkatan aktivitas dari siklus I ke siklus II sebanyak 21,36% dari 44,8%

menjadi 66,16% dan mengalami peningkatan di siklus III sebanyak 22,48%

menjadi 88,64%. Sedangkan peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebanyak 24% dari 48% menjadi 72%

dan mengalami peningkatan di siklus III sebanyak 20% menjadi 92%. Selain itu, Dewi Puspitasari (2013) menyatakan aktivitas dan hasil belajar materi daur air dan peristiwa alam pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kratom Kota Tegal meningkat melalui penerapan model kooperatif tipe teams games tournament (TGT). Peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II sebanyak 11,11% dari 66,57% menjadi 77,68%. Sedangkan

peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebanyak 21,79% dari 66,67%

menjadi 88,46%.

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dapat meningkatan aktivitas dan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. (1) Penerapan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat terlihat dari aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II yang telah mengalami peningkatan. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 69,60%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II persentase rata- rata aktivitas belajar siswa mencapai 91,55%. (2) Penerapan pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut terlihat dari kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan. Persentase rata – rata kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I mencapai 73,60%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II persentase rata – rata kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 80,02%.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan tersebut, dapat dikemukan saran sebagai berikut. Bagi guru umumnya guru agar selalu mencari inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai pembaharuan guna mencapai kualitas pembelajaran yang lebih optimal. Bagi sekolah, pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams

(11)

11 games tournament dapat dijadikan salah satu alternatif modifikasi pembelajaran dalam muatan materi IPS di sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan siswa. Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai pendekatan saintifik dalam setting pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada muatan materi IPS maupun muatan materi pelajaran lain yang sesuai, agar memperhatikan hambatan – hambatan yang dialamai pada penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data PTK)”. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya tentang Penelitian dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 27 September 2010

---. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

---. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya.

Yogyakarta: Gava Media

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 SD Kelas IV. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya

Riduan dan Akdon (2005a). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: CV Alvabeta Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi

Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka

Suharsimi Arikunto dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan : Prinsip Dan Operasionalnya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad. 2014a. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

---. 2014b. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana

Taniredja, dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:

Alfabeta

UU SISDIKNAS. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia pada usu.ac.id/public/content/files/sisdikn as.pdf (diakses tanggal 29 Nopember 2015).

Gambar

Gambar 1. Grafik Poligon Aktivitas Belajar  Siswa pada Siklus I
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai pada Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi Aktivitas, PT AQUA Golden Mississippi, Tbk dapat dikatakan cukup baik dalam menggunakan sumber dayanya, karena seluruh perputaran modal kerja dan dana yang tertanam

Penggunaan metode dengan menggunakan kolaborasi tiga metode yaitu logika Fuzzy, Finite State Machine dan Rule Based System (FuSM+RBS) menghasilkan tingkat kehalusan

Sedangkan peran kedua adalah suatu cara yang baik untuk mempengaruhi kinerja filler dengan mempertimbangkan proporsi yang menguntungkan dari komposisi agregat halus,

Varietas Slamet menghasilkan jumlah biji 218 biji /tanaman lebih banyak dari pada varietas Anjasmoro 155 biji /tanaman dan pada intensitas penyakit karat varietas Slamet

Pelaksanaan/ actuating sumber belajar dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar peserta didik pada dasarnya bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa aktifitas operasional

Didalam submenu Belanja Bansos yang ada pada menu Belanja Tidak Langsung, berisi pilihan untuk input, edit, tampil, dan pencarian. Tampilan submenu Belanja Bansos :.. Tampilan

Interval of the Difference t-test for Equality

[r]