• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan perlu membuat laporan keuangan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban dari manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi dan Halim (2003) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut berguna untuk pengambilan keputusan baik itu oleh pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal (investor, kreditur, pemasok, dan pemerintah).

Keputusan yang diambil oleh pengguna laporan keuangan tersebut didasarkan dan dipengaruhi oleh penilaian informasi dari laporan keuangan yang merupakan pencerminan dari kondisi keuangan perusahaan saat itu. Keputusan yang diambil tersebut juga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif yang terdapat dalam Accounting Principles Board Statement No.4 yaitu relevan, jelas dan dapat dimengerti, dapat diuji kebenarannya, netral, tepat waktu, dapat diperbandingkan dan lengkap. Selain itu,

(2)

commit to user

dalam kerangka konseptual juga terdapat beberapa asumsi dasar yaitu economic entity, going concern, monetary unit, dan periodicity. Prinsip dasar dalam laporan keuangan adalah matching principle, historical cost principle, revenue principle, dan full disclosure (Suwardjono, 2013).

Laporan keuangan juga memiliki keterbatasan atau yang biasa disebut dengan constraints. Constraints tersebut antara lain adalah cost-benefit relationship, materiality principle, industry practice, dan conservatism.

Suwardjono (2013) menyatakan bahwa konservatisme adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.

Konservatisme juga dikenal sebagai prinsip kehati-hatian. Hal ini didefinisikan bahwa akuntansi konservatisme sebagai tingkat verifikasi lebih ketat yang diperlukan oleh pelaku akuntansi ketika mengakui kabar baik dibandingkan dengan saat mengakui kabar buruk (Basu, 1997 dalam Wang, 2013). Sementara itu, Givoly dan Hayn (2002) menyatakan bahwa prinsip konservatisme adalah pemilihan suatu prinsip akuntansi dengan meminimalisasi laba kumulatif yang dilaporkan dalam laporan keuangan yaitu dengan mengakui pendapatan lebih lambat, mengakui biaya lebih cepat, menilai aset dengan nilai yang lebih rendah, dan menilai kewajiban dengan nilai yang lebih tinggi.

(3)

commit to user

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa prinsip konservatisme dapat membuat laporan keuangan menjadi tidak relevan dan reliable karena pada dasarnya prinsip konservatisme akan mengakui rugi lebih cepat dan mengakui laba lebih lambat. Hal tersebut akan membuat laporan keuangan yang dihasilkan tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Dalam hal ini, prinsip konservatisme akuntansi yang dilakukan oleh manajemen akan mempengaruhi jumlah laba yang diinformasikan dalam laporan keuangan. Laba tersebut akan menjadi salah satu acuan atau dasar yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan.

Pengguna laporan keuangan tentunya perlu mengetahui tingkat konservatisme yang dilakukan oleh manajemen perusahaan agar keputusan yang diambil adalah tepat. Hal tersebut dikarenakan prinsip konservatisme akuntansi yang dilakukan oleh manajemen membuat laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak lagi relevan dan reliable. Apabila pengguna laporan keuangan membuat keputusan yang tidak tepat, maka hal tersebut juga akan berdampak pada munculnya masalah di masa yang akan datang.

Akan tetapi, di sisi lain prinsip konservatisme juga dianggap diperlukan oleh manajemen karena memiliki beberapa kelebihan. Pertama, overstatement laba perusahaan akan lebih beresiko daripada understatement laba perusahaan.

Hal itu dikarenakan terdapat konsekuensi kerugian atau kebangkrutan yang akan terjadi apabila manajemen perusahaan melaklukan overstatement laba perusahaan.

Kedua, adanya sikap kehati-hatian dari manajemen untuk menentukan estimasi

(4)

commit to user

metode-metode penilaian yang digunakan baik itu dalam penilaian aktiva, persediaan, maupun kerugian piutang.

Di saat adanya perdebatan yang belum terselesaikan tentang perlu tidaknya prinsip konservatisme, pada tahun 2001, IASC (International Accounting Standard Committee) berubah nama menjadi IASB (International Accounting Standard Board). Perubahan nama menjadi IASB tersebut diikuti dengan diterbitkannya standar akuntansi baru yaitu IFRS (International Financial Reporting Standards). IFRS itu sendiri merupakan kumpulan standar akuntansi internasional yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Dengan diterbitkannya IFRS itu diharapkan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan lebih berkualitas, transparan, dan relevan.

Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeklarasikan rencana pengaturan standar akuntansi keuangan di Indonesia untuk convergence dengan IFRS. Standar akuntansi keuangan di Indonesia yang konvergen dengan IFRS untuk penyusunan laporan keuangan dimulai pada tanggal 1 Januari 2012.

Adopsi standar akuntansi keuangan terhadap IFRS juga dilakukan oleh beberapa negara di dunia antara lain adalah India, Kanada, dan Malaysia.

Adopsi standar akuntansi keuangan terhadap IFRS (konvergensi IFRS) diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan keuangan dan peningkatan transparansi laporan keuangan entitas. Dengan adopsi tersebut, laporan keuangan perusahaan di Indonesia dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain karena memiliki standar akuntansi keuangan yang sama. Laporan keuangan entitas yang universal akan

(5)

commit to user

dapat meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan sehingga dapat memudahkan investor terutama investor asing untuk pengambilan keputusan dalam penanaman modal di Indonesia.

Adanya konvergensi IFRS di Indonesia tersebut mengakibatkan adanya perubahan pengukuran dan penilaian baik aset maupun liabilitas dimana aset maupun liabilitas akan dinilai atau diukur dengan menggunakan fair value atau nilai wajar. Dengan demikian, menurut Aristiya dan Pratiwi (2013) prinsip konservatisme yang sebelumnya berlaku dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang sebagian masih mengacu pada US GAAP seakan-akan berkurang tingkat penerapannya atau dapat dikatakan prinsip konservatisme dihilangkan dan digantikan dengan prinsip pruedence. Pruedence pada dasarnya hampir sama dengan konservatisme akuntansi, hanya saja lebih menekankan pada kehati-hatian dalam pelaksanaan penilaian yang dibutuhkan untuk membuat perkiraan yang akan sangat diperlukan ketika berada pada kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak akan dilebih-lebihkan serta kewajiban atau pengeluaran tidak berlebihan (Hellman, 2007 dalam Hikmah, 2013).

Sekarang setelah adanya konvergensi IFRS, ada yang menganggap bahwa prinsip ini telah berkurang bahkan hilang dan ada juga yang menganggap bahwa konservatisme masih ada bahkan meningkat levelnya dalam laporan keuangan. Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa konservatisme justru meningkat setelah adanya konvergensi IFRS (Balsari, 2010; Bertin dan Moya, 2012; Wardhani, 2010; Zhang, 2012). Akan tetapi, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa konservatisme menurun setelah adanya konvergensi IFRS

(6)

commit to user

(Aristiya dan Pratiwi, 2013; Ginting, 2014; Piot et al.,2010; Ke et al., 2013). Hal tersebut menunjukkan inkonsistensi hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi. Dengan kata lain, bahwa adanya konvergensi IFRS belum tentu akan menurunkan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan.

Penelitian ini akan membandingkan tingkat konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS di Indonesia. Namun demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal.

1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Givoly dan Hayn (2000) yang memberi bukti adanya kecenderungan peningkatan penerapan konservatisme akuntansi sampai mendekati diberlakukannya IFRS, sedangkan penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara sebelum dan sesudah konvergensi IFRS di Indonesia.

2. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Aristiya dan Pratiwi (2013) yang membandingkan tingkat konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS di Indonesia menggunakan metode book to market ratio, sedangkan penelitian ini menggunakan metode earning/accrual measure.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan sebelum dan setelah adanya konvergensi IFRS di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini Perbandingan Tingkat Konservatisme Akuntansi Sebelum dan

(7)

commit to user

Sesudah Adanya Konvergensi IFRS di Indonesia dengan Metode Earning And Accrual Measure.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa saat ini konservatisme masih menjadi pro dan kontra, terutama setelah adanya konvergensi IFRS ini. Oleh karena itu, kita perlu untuk melihat perbandingan tingkat konservatisme penyusunan laporan keuangan di Indonesia sebelum dan sesudah konvergensi IFRS. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah

konvergensi IFRS lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konservatisme

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menginformasikan perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan di Indonesia sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan konstribusi sebagai berikut.

1. Bagi Akademisi

(8)

commit to user

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu ekonomi, terutama dalam bidang akuntansi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide atau gagasan yang dapat digunakan untuk perkembangan penelitian berikutnya terkait dengan konservatisme akuntansi.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan setelah adanya konvergensi IFRS dan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam memahami perkembangan standar-standar akuntansi agar dapat lebih baik lagi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan.

3. Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya mengetahui adanya konservatisme akuntansi laporan keuangan perusahaan agar dapat mengambil keputusan yang tepat dan dapat mempertimbangkan risiko yang dihadapi di masa yang akan datang.

4. Bagi Regulator

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi regulator dalam pengembangan standar akuntansi ke depan terutama dalam hal konservatisme akuntansi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Silvi (2014) mengenai pengaruh kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran dan politik pennaggaran, dengan

Pencucian cover, pengecatan tiang dan stang ornamen pada jalan lokal dan jalan lingkungan di wilayah Kelurahan Gandaria Selatan. Pencucian cover, pengecatan tiang dan stang ornamen

Secara geografis dan geologis Kabupaten Pasaman memiliki potensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di provinsi Sumatera barat. Dari segi pembentukan tanah ada

Brebes, di perdesaan ada yang menggunakan sistem perpipaan tertutup hingga hidran umum, bahkan sampai dengan sambungan rumah (Program PAMSIMAS), adapula dengan

Dalam kandungan rokok dengan zat-zat seperti nikotin, tar, C0, dan masih banyak lagi kandungan yang sangat berbahaya didalamnya, bisa menurunkan ruang kapasitas

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk sampel CPO sebanyak 200 g, kondisi optimum untuk memperoleh nilai warna yang terendah adalah

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Tema Sehat Itu Penting Muatan IPS dan Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Time Token Berbantuan Media Puzzle Aksi

Berdasarkan Tabel 4.1, hasil observasi pada siklus I yang telah dilakukan pada saat penelitian dapat diketahui bahwa terlihat dari beberapa siswa yang aktivitas belajarnya