• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Rencana Investasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman 4.1.1 Petunjuk Umum A. Umum - DOCRPIJM 1504177865Bab 4 u investasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "4.1 Rencana Investasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman 4.1.1 Petunjuk Umum A. Umum - DOCRPIJM 1504177865Bab 4 u investasi"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

IV

RENCANA PROGRAM

INVESTASI INFRASTRUKTUR

Rencana Investasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman

Rencana Investasi Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Rencana Investasi Bidang Air Limbah

Rencana Investasi Bidang Persampahan

Rencana Investasi Bidang Drainase

Rencana Investasi Bidang Air Minum

Encana investasi infrastruktur di wilayah Kabupaten Brebes, terkait kegiatan Penyusunan Review RPIJM Kabupaten Brebes tahun anggaran 2010 akan

diuraikan sebagai berikut.

4.1 Rencana Investasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman

4.1.1 Petunjuk Umum

A. Umum

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau (bagi masyarakat berpenghasilan rendah-MBR), pengembangan ekonomi dan sosial budaya.

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program/ kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan pedesaan. Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut:

1. memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (prasarana dan sarana dasar

permukiman);

2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur;

3. mengarahkan pertumbuhan wilayah;

4. menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

(2)

Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dibedakan menjadi:

1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH);

b. Penataan dan Peremajaan Kawasan;

c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa); Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Brebes dirasakan sudah mendesak karena kepadatan penduduknya pertumbuhan wilayah yang sangat cepat.

d. Peningkatan Kualitas Permukiman.

2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan

a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D); b. Pengembangan Kawasan Agropolitan;

c. Pengembangan Prasarana dan Sarana Eks Transmigrasi;

d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil; e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan;

f. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana.

B. Kebijakan Pengembangan Permukiman

Target program pengembangan Permukiman di Kabupaten Brebes adalah :

1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar

permukiman)

2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan

teratur.

3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

Adapun sasaran dari program pengembangan permukiman di Kabupaten Brebes adalah :

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

2. Tersedianya perumahan tipe RSH dan RUSUNAWA

3. Terarahnya pertumbuhan wilayah

(3)

4.1.2 Profil Permukiman

A. Kondisi Umum

Karakter permukiman di wilayah Kabupaten Brebes secara umum dapat dibedakan karakter permukiman di kawasan perkotaan dan permukiman di kawasan perdesaan. Karakter permukiman di kawasan perkotaan biasanya telah dilengkapi dengan sarana prasarana, seperti jaringan jalan, saluran drainase, serta kemudahan untuk mengakses fasilitas sosial. Pemukiman di kawasan perdesaan jika dilihat dari kondisi bangunannya biasanya bersifat semi permanen. Bahan dari bangunan ini terbuat dari kayu dan bambu. Permukiman di kawasan perdesaan berada di bagian selatan Kota Brebes. Permukiman bercirikan perdesaan (kampung di kawasan permukiman) dapat dijumpai di kecamatan pesisir (PANTURA), permukiman-permukiman ini sebagian besar adalah permukiman nelayan. Kondisi permukiman ini secara lingkungan dapat dikatakan tidak sehat, karena ada sebagian permukiman yang belum terjangkau oleh saran lingkungan, seperti belum tersedianya jaringan drainase dan sarana persampahan. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan hunian yang kumuh.

Kawasan permukiman yang merupakan kawasan permukiman terbangun (binaan) terdiri dari beberapa jenis. Kawasan perumahan/bangunan real estate, yaitu kawasan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal/hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Semakin tingginya aktivitas masyarakat Kota Brebes akan berpengaruh pada semakin tingginya kebutuhan rumah, khususnya di kawasan perkotaan. Sementara harga lahan dan ktetersediaan lahan yang ada di kota semakin sedikit dan mahl, sehingga banyak dari para developer yang mengembangkan perumahan di pinggiran kota Brebes, dengan alasan harga lahan yang masih murah. Demikian juga Pemerintah Kabupaten Brebes selama ini telah melakukan pengembangan permukiman di perkotaan dan pedesaan, seperti:

1) Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan RSH di kawasan perkotaan

yang tersebar di Kabupaten Brebes;

2) Penataan dan Peremajaan Kawasan di kawasan Pemukiman Kumuh Nelayan

berupa peningkatan jalan lingkungan dan sanitasi lingkungan serta air limbah; 3) Peningkatan Kualitas Permukiman, bagi masyarakat miskin yang tersebar di

beberapa lokasi di Kabupaten Brebes;

4) Pembangunan Rusunawa untuk nelayan.

(4)

wilayah perlu didukung oleh potensi-potensi utama yang meliputi potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia. Secara umum Kabupaten Brebes

memiliki potensi alam yang mendukung perkembangan permukiman yaitu adanya posisi strategis di jalur linier arteri primer pantura penghubung Jakarta ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta potensi alam untuk pertambangan dan wisata. Tetapi kondisi sumberdaya buatan yang berupa sarana dan prasarana wilayah masih belum merata, baik secara kualitas maupun kuantitas yang masih jauh dari yang dibutuhkan. Sedangkan kondisi sumberdaya manusia masih jauh dari yang diharapkan, hal ini dapat dilihat pada kemampuan masyarakat untuk memperbaiki lingkungan terutama dalam pembiayaan dan pengelolaan pembangunan.

Permukiman perkotaan sebagai jantung aktivitas penduduk di Kabupaten Brebes, karena memiliki kawasan dengan aksesibilitas tinggi dan mudah, sarana dan prasarana wilayah cukup dan berkualitas, serta memiliki mata pencaharian yang lebih beragam. Hal ini diikuti tingkat perkembangan penduduk dan juga diikuti oleh tingkat perkembangan akan kebutuhan aktivitasnya, untuk itu wilayah perkotaan harus segera melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:

1) Pengembangan pusat-pusat wilayah pembangunan baru untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan, dan usaha pengembangan wilayah secara umum.

2) Pengembangan pusat-pusat kecamatan sebagai kota kecamatan yang lebih mampu

melayani wilayah kecamatannya.

3) Program penyediaan prasarana dan sarana kota.

Kawasan perdesaan dengan aktivitas yang cenderung homogen dengan kultur pertanian yang kental, memiliki pola perkembangan kawasan yang cenderung memusat, pada kantong-kantong permukiman. Hambatan pengembangan kawasan perdesaan adalah letak geografis yang sebagian besar sulit dijangkau pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang ada, sehingga potensi-potensi yang tersimpan kurang bisa berkembang, untuk pengembangan permukiman. Kawasan perdesaan diorientasikan pada peningkatan pemberdayaan potensi, dengan membuka kran-kran pembangunan sampai ke desa-desa. Berdasarkan konsep tersebut maka pengembangan permukiman kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan beberapa hal di bawah ini:

1) Memilih desa-desa potensial menjadi desa pusat pertumbuhan

2) Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian berupa agro wisata, agro

(5)

3) Peningkatan sumberdaya manusia dan buatan, agar keberadaan manusia menjadi prioritas utama pengembangan wilayah perdesaan yang cenderung terbelakang.

B. Gambaran Pengembangan Permukiman

a. Aspek Teknis

1) Kondisi Permukiman Perkotaan

Permukiman perkotaan yang berkembang di Kabupaten Brebes terdiri atas lingkungan kompleks perumahan dan lingkungan perumahan perseorangan. Lingkungan kompleks perumahan adalah lingkungan perumahan yang dibangun dan dikembangkan oleh pengembang perumahan pada suatu wilayah yang terdiri atas sekelompok rumah dan sarana prasarana pendukungnya. Lingkungan perumahan perseorangan adalah lingkungan perumahan yang dibangun oleh masing-masing orang pada suatu wilayah sebagai tempat hunian. Penyediaan sarana prasarana pendukung perumahan pada lingkungan kompleks perumahan telah dibangun dan disediakan oleh pengembang perumahannya, sedangkan pada lingkungan perumahan perseorangan dibangun dan disediakan sendiri oleh tiap orang. Jumlah rumah di kawasan-kawasan perkotaan Kabupaten Brebes yang berkembang di lingkungan kompleks perumahan masih lebih sedikit daripada yang berkembang di lingkungan kompleks perumahan perseorangan.

Lingkungan kompleks perumahan yang berkembang di Kawasan-Kawasan Perkotaan Kabupaten Brebes terbagi atas perumahan sederhana sehat, perumahan menengah, dan perumahan eksklusif. Kondisi perumahan sederhana sehat masih memerlukan dukungan dari pemerintah dibandingkan perumahan menengah dan perumahan eksklusif. Dukungan tersebut berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman yaitu jaringan jalan, drainase, air bersih, dan sanitasi. Kawasan RSH di Kabupaten Brebes tersebar di Kecamatan Brebes, Bumiayu, Larangan, Ketanggungan, Bantarkawung, dan Jatibarang.

(6)

dasar, serta sosial ekonomi. Dari penilaian tersebut, diperoleh kategori tingkat kekumuhan mulai dari sangat kumuh, kumuh berat, kumuh sedang, kumuh ringan,

dan tidak kumuh. Berdasarkan studi perencanaan pengembangan kawasan kumuh di Kabupaten Brebes yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Brebes Tahun 2008 telah diidentifikasi kondisi kawasan kumuh di wilayah Kabupaten Brebes. Kawasan permukiman di Kabupaten Brebes masuk dalam kategori kumuh ringan dan kumuh sedang. Beberapa kawasan yang memiliki kawasan permukiman dengan kategori kawasan permukiman kumuh sedang adalah Desa Losari Kidul Kecamatan Losari, Desa Karangsari Kecamatan Bulakamba, Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo, Desa Klampok Kecamatan Wanasari, dan Desa Dukuh tengah, Desa Bulakelor, dan Desa Padakaton di Kecamatan Ketanggungan.

2) Kondisi Permukiman Perdesaan

Permukiman perdesaan yang berkembang di Kabupaten Brebes meliputi lingkungan permukiman pada daerah KTP2D dan lingkungan permukiman pada kawasan Agropolitan.

a) Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan pedesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman.

(7)

Kawasan KTP2D yang direncanakan di Kabupaten Brebes adalah 12 lokasi, yaitu :

KTP2D Desa Pusat

Pertumbuhan

Wilayah Pengaruh Kecamatan Fungsi Pengembangan Utama

I Bentar Tembograja Salem • Pertanian tanaman pangan lahan kering

• Perdagangan

II Kalilangkap Kalinusu Bumiayu • Pertanian tanaman pangan lahan kering

• Perdagangan

III Dawuhan Sridadi Sirampog • Hutan negara

• Pertanian tahunan lahan kering

• Perkebunan

IV Sindangwangi Kadumanis Salem • Hutan Negara

• Pertanian Lahan Kering Jemasih Ketanggunngan

Kebandungan Bantarkawung Pengarasan Bantarkawung

V Pamulihan Kamal Larangan • Hutan Negara

• Pertanian pangan lahan kering

• Pertanian tahunan lahan kering

Wlahar Larangan

VI Cikeusal Kidul Sindangjaya Ketanggungan • Pertambangan

• Pertanian lahan basah

• Hutan Negara

• Pertanian tahunan lahan kering Cikeusal Lor Ketanggungan

Ciseureuh Ketanggungan Pamedaran Ketanggungan Sindanngjaya Ketanggungan

VII Bandungsari Penanggapan Banjarharjo Hutan negara

• Pertanian lahan kering

• Pertanian lahan basah

• Perhubungan dengan kabupaten Kuningan Cipajang Banjarharjo

Kertasari Banjarharjo Blandongan Banjarharjo Sindangheula Banjarharjo

VIII Cikakak Cibendung Banjarharjo • Pertanian lahan kering

• Pertanian lahan basah

IX Bojongsari Randegan Losari • Pertanian lahan kering

• Pertanian lahan basah

X Sitanggal Siandong Larangan • Pertanian Lahan basah

(8)

KTP2D Desa Pusat Pertumbuhan

Wilayah Pengaruh Kecamatan Fungsi Pengembangan Utama

Jubanng Bulakamba

XI Banjaratma Siwuluh Bulakamba • Pertanian Lahan basah

• Pertanian lahan kering

XII Sawojajar Kertobesuki Wanasari • Pertanian Lahan basah

• Pertanian lahan kering

• Tambak

• Sentra industri hasil laut Dumeling Wanasari

Kaliwlingi Brebes

b) Pembangunan Kawasan Agropolitan

Selain pengembangan kawasan pedesaan dengan konsep KTP2D, Kabupaten Brebes juga mengembangkan kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan sebagaimana direncanakan dalam RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030. Saat ini Pemerintah Kabupaten Brebes belum menyusun masterplan agropolitan. Dokumen masterplan kawasan agropolitan tersebut yang nantinya akan menjadi dasar dalam penyusunan program pengembangan permukiman. Kawasan agropolitan yang direncanakan meliputi kawasan JALABARI TANGKAS dan kawasan PASIRBUTO.

Kawasan agropolitan dikembangkan dengan pendekatan agribisnis yaitu sebagai suatu sistem yang perlu disediakan infrastruktur dasar dan pendukungnya, seperti: jaringan jalan, air bersih, sarana pengolahan, pemasaran serta adanya kemandirian sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai (suprastruktur) dan berakar kuat. Artinya bahwa membangun kawasan pedesaan dengan kegiatan utama agribisnis, tak pelak lagi merupakan pembangunan sub sistem infrastruktur dan suprastruktur dalam suatu sistem kawasan agropolitan. Agropolitan (kota dengan basis ekonomi pertanian) merupakan salah satu upaya memepercepat pembangunan pedesaan sehingga tidak lagi bertumpu pada pusat-pusat pertumbuhan yang biasanya terletak di pusat-pusat kota. Melalui agropolitan, desa dengan fasilitas kota akan tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) wilayah sekitarnya sehingga menjadi suatu sistem kawasan yang komplementer dan terpadu.

(9)

- Keterkaitan desa dan kota sehingga dapat diwujudkan sinergi pertumbuhan antar wilayah perdesaan dan perkotaan;

- Mendorong tumbuhnya wilayah-wilayah perdesaan melalui pengembangan

potensi wilayah terutama di bidang usaha pertanian dengan sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan;

- Hubungan spasial antara hierarki wilayah pembangunan;

- Mewujudkan platform daya saing agribisnis Kabupaten Brebes agar

mampu menarik investor untuk terlibat secara intensif dalam pendayagunaan potensi daerah;

- Pendapatan dan kesejahteraan warga masyarakat.

3) Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam Rangka Penanganan Bencana

Sebagian wilayah Kabupaten Brebes merupakan daerah rawan bencana khususnya banjir, tanah longsor, dan gempa bumi.

a) Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan bencana banjir seluas 703 ha (0,42%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes, yang meliputi wilayah yang sering terkena banjir meliputi kawasan utara (Kecamatan Tanjung, Brebes, Ketanggungan, Bulakamba, Losari, Wanasari).

b) Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kawasan rawan bencana longsor seluas 901 Ha (0,54%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes. Wilayah yang sering terkena bencana longsor adalah wilayah yang berlereng seperti Salem, Sirampog, Paguyangan, Bumiayu, Tonjong dan Bantarkawung.

c) Kawasan Rawan Bencana Gempa

Kawasan rawan bencana gempa seluas 1.430 Ha (0,86%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes. Wilayah rawan bencana gempa meliputi Kecamatan Tonjong, Ketanggungan, dan Bantarkawung.

b. Aspek Pendanaan

(10)

pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di lain pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai persyaratan yang tidak

setiap pihak dapat memperolehnya dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah. Peran pemerintah dalam pengembangan permukiman terkait dengan bidang cipta karya adalah membantu penyediaan sarana prasarana dasar permukimannya. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut Pemerintah kabupaten Brebes juga masih mengalami keterbatasan alokasi anggaran, sehingga perlu prioritas penanganan dan bantuan pendanaan dari Pemerintah maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

c. Aspek Kelembagaan

Kelembagaan formal dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Brebes terdiri atas kelembagaan pemerintah dan swasta. Kewenangan dan tanggung jawab dalam pengembangan permukiman di Pemerintah Kabupaten Brebes diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya. Dinas tersebut bertanggung jawab terhadap pembangunan permukiman yang ada di Kabupaten Brebes khususnya menyangkut penyediaan sarana prasarana dasar permukiman. Sedangkan lembaga swasta yang melakukan pengembangan permukiman meliputi pengembang perumahan dan lembaga keuangan. Pengembang perumahan dalam pembangunan rumah dan sarana prasarana dasarnya, sedangkan lembaga keuangan dalam penyediaan pendanaannya melalui fasilitas kredit pemilikan rumah. Pemerintah Kabupaten Brebes melalui APBD kabupaten, APBD Provinsi, dan APBN selama ini telah melakukan pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan, seperti:

1) Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan RSH di kawasan

perkotaan yang ada di Kabupaten Brebes;

2) Penataan dan Peremajaan Kawasan di kawasan Pemukiman Kumuh Nelayan

berupa peningkatan jalan lingkungan dan sanitasi lingkungan serta air limbah; 3) Peningkatan Kualitas Permukiman, bagi masyarakat miskin yang tersebar di

beberapa lokasi di Kabupaten Brebes;

(11)

C. Sasaran

Target program pengembangan Permukiman di Kabupaten Brebes adalah :

1. Meningkatkan dan atau terpeliharanya prasarana dan sarana dasar bagi kawasan

perumahan/permukiman terutama kawasan perumahan sederhana.

2. Meningkatnya kondisi prasarana dan sarana dasar pelayanan publik dan

bangunan pemerintahan

3. Terbentuknya kelembagaan tingkat kelurahan, kecamatan, dan kabupaten dalam penanganan kegiatan pemugaran rumah.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan pengembangan lingkungan permukiman juga dapat dibagi menjadi permasalahan di lingkungan permukiman perkotaan dan lingkungan permukiman perdesaan. Permasalahan yang muncul di lingkungan permukiman perkotaan adalah keterbatasan infrastruktur di kawasan kumuh dan RSH dan belum adanya grand strategi pengembangan lingkungan permukiman perkotaan, sedangkan permasalahan yang muncul di lingkungan permukiman perdesaan adalah keterbatasan infrastruktur pendukung kawasan agropolitan dan KTP2D, dan keterbatasan pendanaan masyarakat dalam pembangunan lingkungan permukiman.

4.1.3 Analisis Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

Analisis kinerja pelayanan lingkungan permukiman dimaksudkan untuk mengkaji ketersediaan dan cakupan pelayanan dari lingkungan permukiman yang saat ini sudah ada di Kabupaten Brebes. Dari analisis ini diharapkan dapat diketahui profil pelayanan lingkungan permukiman sebagai masukan dalam analisis kebutuhan pengembangan. Penyelenggaraan pelayanan lingkungan permukiman di Kabupaten Brebes meliputi lingkungan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan.

1. Lingkungan Permukiman Perkotaan

Penyelenggaraan pelayanan lingkungan permukiman perkotaan di Kabupaten Brebes saat ini ditunjukkan dengan keberadaan permukiman RSH dan RUSUNAWA. Pembangunan kawasan permukiman RSH dan RUSUNAWA dimaksudkan untuk mengurangi backlog rumah yang ada di Kabupaten Brebes. Menurut data dari BPS yang tercantum pada Buku Kabupaten Brebes Dalam Angka tahun 2008, Kabupaten Brebes mempunyai jumlah penduduk sebesar 1.747.430 jiwa, jumlah rumah tangga sebesar

(12)

dinding setengah batu, 43.146 dinding papan, 75.097 dinding bambu). Dari data tersebut terlihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan 1 rumah 1 keluarga, Kabupaten Brebes masih

kekurangan jumlah rumah sebesar 205.776 unit baik yang tersebar di kawasan permukiman perkotaan maupun permukiman perdesaan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam pembangunan dan kepemilikan rumah masih rendah. Untuk itu pelayanan permukiman perkotaan khususnya dari ketersediaan fisik rumah masih rendah.

Kawasan permukiman RUSUNAWA dapat dikembangkan di Kecamatan Brebes, sedangkan kawasan permukiman RSH menyebar di Kecamatan Brebes, Bumiayu, Larangan, Ketanggungan, Bantarkawung, dan Jatibarang. Selain fisik bangunan rumah, ketersediaan sarana prasarana dasar permukiman pada kedua kawasan permukiman tersebut juga merupakan satu kesatuan dalam sistem lingkungan permukiman. Penyediaan sarana prasarana dasar permukiman inilah yang menjadi tugas dan kewenangan cipta karya. Dari kondisi yang ada, cakupan pelayanan sarana prasarana dasar permukiman perkotaan masih banyak kekurangan khususnya jalan dan drainase lingkungan. Kebutuhan pengembangan sampai akhir tahun 2014 dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk sehingga kebutuhan rumah juga meningkat. Hal tersebut menuntut penyediaan sarana prasarana lingkungan permukiman yang memadai pada kawasan permukiman RUSUNAWA dan kawasan permukiman RSH.

2. Lingkungan Permukiman Perdesaan

(13)

4.1.4 Sistem Permukiman dan Infrastruktur Yang Diusulkan

Dengan mempertimbangkan potensi dan masalah dalam pengembangan permukiman di

Kabupaten Brebes, maka perlu disusun konsep pengembangan/rencana penanganannya. Konsep pengembangan tersebut berfungsi sebagai grand strategy bagi pengembangan permukiman di Kabupaten Brebes. Sesuai dengan lingkup pengembangan permukiman, maka konsep pengembangan permukiman di Kabupaten Brebes juga terbagi atas konsep pengembangan permukiman perkotaan dan konsep pengembangan permukiman perdesaan. Konsep pengembangan permukiman perkotaan di Kabupaten Brebes adalah pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Sedangkan konsep pengembangan permukiman perdesaan di Kabupaten Brebes meliputi:

1. Pengembangan lingkungan permukiman yang mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

2. Pemenuhan kebutuhan lingkungan permukiman yang layak dan terjangkau bagi

masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendorong upaya pemberdayaan ekonomi lokal.

4.1.5 Usulan/Indikasi Program

Program yang diusulkan dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Brebes meliputi :

1. Pengembangan Perumahan, dimaksudkan untuk mewujudkan konsep pengembangan

lingkungan permukiman perkotaan.

2. Pengembangan Ekonomi Lokal, dimaksudkan untuk mewujudkan konsep

pengembangan lingkungan permukiman perdesaan.

3. Pemberdayaan Komunitas Perumahan, dimaksudkan untuk mewujudkan konsep

pengembangan lingkungan permukiman perdesaan.

4.1.6 Prioritas Penanganan dan Asumsi Pelaksanaan

Untuk merumuskan prioritas program dan kegiatan dalam pengembangan permukiman, perlu memperhatikan beberapa parameter sebagai berikut:

a. Aspek Teknis,

(14)

pembangunan atau pengawasan tersebut telah mempunyai dokumen perencanaan dan telah dilakukan pengorganisasi pelaksana kegiatannya.

b. Aspek Ekonomi/Keuangan,

Kegiatan yang diprioritaskan adalah kegiatan yang memiliki manfaat sebesar-besarnya dengan anggaran biaya pelaksanaan yang seefisien mungkin. Artinya untuk kegiatan yang strategis dan dengan dana yang lebih rendah hendaknya dapat lebih diprioritaskan pelaksanaannya.

c. Aspek Sosial

Kegiatan yang diprioritaskan dipilih dari kegiatan yang memiliki manfaat sosial sebesar-besarnya dengan biaya sosial yang seminimal mungkin. Artinya untuk kegiatan yang strategis dan dengan dukungan partisipasi masyarakat yang tinggi hendaknya dapat lebih diprioritaskan pelaksanaannya.

d. Aspek Lingkungan

Kegiatan yang diprioritaskan dipilih dari kegiatan yang memiliki manfaat pelestarian lingkungan yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif kerusakan lingkungan yang seminimal mungkin. Artinya untuk kegiatan yang strategis dan tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang tinggi hendaknya dapat lebih diprioritaskan pelaksanaannya.

Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan juga memerlukan beberapa asumsi dasar agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan outcomenya. Beberapa asumsi dasar tersebut adalah :

a. Sumber dan besaran biaya pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan harus memiliki sumber pembiayaan yang jelas dan legal agar tidak menimbulkan permasalahan di masa mendatang. Sumber pembiayaan dapat dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten, Masyarakat, dan Swasta. Kepastian sharing kegiatan dan dana dari masing-masing stakeholder harus sudah disepakati sebelum realisasi pelaksanaan kegiatan, sehingga semua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Selain itu, besaran biaya juga berpengaruh pada keberhasilan (efektifitas dan efisiensi) pelaksanaan kegiatan. Biaya yang terlalu rendah dapat mengurangi nilai manfaat dari kegiatan, sedangkan biaya yang terlalu berlebihan juga menjadi kurang efisien dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

b. Waktu Pelaksanaan

(15)

memulai suatu kegiatan dapat berpengaruh pada kurang sesuainya anggaran biaya yang telah direncanakan maupun manfaat yang akan diterima oleh pengguna kegiatan

tersebut. Demikian juga dengan keterlambatan dalam berakhirnya suatu kegiatan juga akan berdampak pada anggaran biaya dan manfaat kegiatan tersebut bagi penggunanya.

c. Teknis Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan harus diselenggarakan sesuai dengan ketentuan teknis yang telah ditetapkan. Apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan perencanaan, maka pelaksanaannya harus menyesuaikan dengan standart, norma, dan peraturan perundangan yang berlaku. Apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan pembangunan, maka pelaksanaannya harus menyesuaikan dengan dokumen perencanaan yang telah ada. Ketidaktepatan dalam teknis pelaksanaan kegiatan dapat berdampak pada kualitas kegiatan yang kurang baik sehingga akan mengurangi nilai manfaat yang seharusnya diterima oleh pengguna kegiatan tersebut.

4.1.7 Rincian Kegiatan Prioritas

Perdasarkan program di atas maka rencana dapat lebih dirinci menjadi suatu usulan kegiatan. Adapun usulan kegiatan program pengembangan permukiman adalah:

a. Pengembangan Lingkungan Permukiman Perkotaan

• Penyediaan infrastruktur primer bagi kawasan RSH

• Pembangunan RUSUNAWA

• Pembangunan PSD pendukung bagi kawasan RUSUNAWA

• Penyediaan infrastruktur primer bagi kawasan kumuh dan nelayan

• Penyusunan Strategi Pengembangan Kota (SPK) Kabupaten Brebes

b. Pengembangan Lingkungan Permukiman Perdesaan

• Perencanaan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Agropolitan.

• Penyusunan RTR dan RPJM KTP2D

• Pembangunan sarana prasarana kawasan KTP2D

(16)

Tabel 4.1

Kerangka Logis Rencana Investasi Pengembangan Permukiman Kabupaten Brebes

No Potensi dan Masalah Rencana

Penanganan Indikasi Program Kegiatan Lokasi 1 Permukiman Perkotaan ekonomi lokal berupa kegiatan agribisnis di majenang dan

(17)

4.2

Rencana Investasi Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

4.2.1 Petunjuk Umum

A. Umum

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah :

1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib,

layak huni, berjati diri, serasi, dan selaras;

2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang

produktif dan berkelanjutan.

Program/kegiatan penataan bangunan dan lingkungan dapat dibedakan menjadi: 1. Program Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

a. Diseminasi peraturan perundang-undangan;

b. Peningkatan / pemantapan kelembagaan bangunan gedung;

c. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

d. Pelatihan teknis tenaga pendata harga satuan dan keselamatan bangunan gedung;

e. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

f. Pembinaan teknis pembangunan bangunan gedung negara;

g. Penyusunan rencana induk sistem proteksi kebakaran;

h. Penyusunan ranperda bangunan gedung;

i. Percontohan pendataan bangunan gedung;

j. Percontohan aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan;

k. Rehab bangunan gedung negara;

l. Dukungan sarana dan prasarana pusat informasi pengembangan permukiman

dan bangunan.

2. Program Penataan Lingkungan Permukiman

a. Bantuan teknis rencana tata bangunan dan lingkungan;

b. Bantuan teknis penataan RTH;

(18)

d. Dukungan sarana dan prasarana penataan lingkungan permukiman nelayan;

e. Dukungan sarana dan prasarana penataan lingkungan permukiman

tradisional/bersejarah.

3. Program Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

a. Penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET);

b. Replikasi P2KP.

B. Kebijaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Target program Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Brebes adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri.

Sedangkan sasaran Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Brebes adalah:

1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib,

layak huni, berjati diri, serasi dan selaras.

2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang

produktif dan berkelanjutan.

4.2.2 Profil Penataan Bangunan dan Lingkungan

(19)

4.2.3 Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Permasalahan yang terjadi dalam pengembangan penataan bangunan dan lingkungan

adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

✓ Belum adanya Peraturan Daerah yang secara khusus mengatur tentang Bangunan

Gedung

✓ Belum adanya data base dan sistem informasi bangunan gedung yang lengkap dan

memadai

✓ Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bangunan

gedung termasuk pada daerah rawan bencana

✓ Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang belum berfungsi dengan

optimal

✓ Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien

✓ Minimnya tenaga teknis pendata bangunan gedung

✓ Lingkungan di Kabupaten Brebes memerlukan suatu peningkatan estetika dan

nuansa kesegaran

2. Penataan Lingkungan Permukiman

✓ Kurangnya ruang terbuka hijau perkotaan

✓ Kurang diperhatikannya penangangan lingkungan kawasan permukiman tradisional

✓ Terbatasnya upaya konservasi lingkungan di kawasan bangunan bersejarah

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Brebes adalah sebagai berikut:

1. Bangunan-bangunan pemerintahan yang terdapat di Kabupaten Brebes memerlukan

adanya suatu perawatan dan perbaikan.

2. Lingkungan di Kabupaten Brebes memerlukan suatu peningkatan estetika dan nuansa

kesegaran.

3. Belum adanya Peraturan Daera yang secara khusus mengatur tentang Bangunan

Gedung.

4.2.4 Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan

(20)

a) Kebutuhan mendasar dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan tetap memelihara dan meningkatkan bangunan-bangunan pemerintah

b) Kebutuhan Pembuatan Peraturan Bangunan Gedung untuk tercapainya Penataan

Bangunan yang ideal

c) Belum adanya data base bangunan gedung untuk memudahkan dalam pengaturan

administrasi aset bangunan negara yang memenuhi persyaratan keselamatan,

kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta selaras dan serasi dengan lingkungan.

d) Sarana dan prasarana hydran pada bangunan gedung belum berfungsi dengan baik. Hal

ini disebabkan oleh terbatasnya anggaran dari pemerintah daerah untuk menyediakannya untuk mengatasi bahaya kebakaran yang terjadi.

e) Belum adanya open space/ public space di lingkungan sekitar bangunan gedung sebagai

tempat interaksi, penyeimbang lingkungan, menambah estetika kota sehingga kota menjadi nyaman dan sehat.

f) Bangunan bersejarah belum diperhatikan dengan baik sebagai cagar budaya yang mempunyai potensi wisata dan dapat meningkatkan perekonomian, Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah untuk meningkatkan nilai arsitektur bangunan bersejarah dan permukiman tradisional. Sehingga bangunan tersebut memiliki nilai estetika yang lebih tinggi dari sebelumnya. g) Kurangnya partisipasi masyarakat dan belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya sendiri, sehingga masyarakat kurang memiliki wilayahnya sendiri.

Berdasarkan analisis kebutuhan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di atas, maka rekomendasi yang dapat diajukan meliputi:

a) Perlu dilakukan pendataan bangunan gedung yang akurat dan digunakan sebagai data

base bagunan gedung. Sehingga mudah dalam pengaturannya untuk memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta selaras dan serasi dengan lingkungan

b) Penyediaan anggaran untuk melengkapi bangunan gedung dengan sarana dan

prasarana pencegahan/ penanganan kebakaran pada bangunan negara, serta melakukan sosialisasi mengenai pentingnya sarana prasarana penanganan kebakaran kepada para pemilik bangunan gedung.

c) Perlu adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai tempat interaksi warga,

(21)

d) Perlu adanya revitalisasi bangunan bersejarah sebagai aset wisata Kabupaten Brebes sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, serta penataan PKL yang dapat

mendukung aktivitas wisata di Kabupaten Brebes.

e) Perlu adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan, dengan dilakukan penyuluhan maupun pelatihan.

Dengan mempertimbangkan permasalahan dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Brebes, maka akan disusun konsep pengembangan/rencana penanganannya. Konsep pengembangan yang diusulkan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Brebes meliputi :

1. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

✓ Melembagakan sistem penyelenggaraan bangunan gedung

✓ Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara

2. Penataan Lingkungan Permukiman

✓ Mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan

melalui penerapan tata lingkungan permukiman

✓ Pemenuhan kebutuhan lingkungan permukiman yang layak dan terjangkau bagi

masyarakat berpenghasilan rendah

4.2.5 Program yang Diusulkan

Untuk mewujudkan konsep pengembangan/rencana penanganan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Brebes, maka perlu dirumuskan usulan/indikasi program yang akan dilaksanakan. Program yang diusulkan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Brebes meliputi :

1. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

a. Pengembangan Perumahan

2. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengembangan Perumahan

b. Pemberdayaan Komunitas Perumahan

4.2.6 Prioritas Penanganan dan Asumsi Pelaksanaan

Untuk merumuskan prioritas program dan kegiatan dalam pengembangan permukiman, perlu memperhatikan beberapa parameter sebagai berikut:

(22)

Kegiatan yang diprioritaskan adalah kegiatan yang sudah mempunyai studi awal atau merupakan bagian dari studi awal tersebut. Artinya pelaksanaan kegiatan harus sesuai

dengan alur manajemen strategis yaitu perencanaan, organisasi, pembangunan, dan pengawasan. Kegiatan yang merupakan bagian dari perencanaan harus lebih dahulu dilaksanakan daripada kegiatan pembangunan atau pengawasan, kecuali kegiatan pembangunan atau pengawasan tersebut telah mempunyai dokumen perencanaan dan telah dilakukan pengorganisasi pelaksana kegiatannya.

2) Aspek Ekonomi/Keuangan,

Kegiatan yang diprioritaskan adalah kegiatan yang memiliki manfaat sebesar-besarnya dengan anggaran biaya pelaksanaan yang seefisien mungkin. Artinya untuk kegiatan yang strategis dan dengan dana yang lebih rendah hendaknya dapat lebih diprioritaskan pelaksanaannya.

3) Aspek Sosial

Kegiatan yang diprioritaskan dipilih dari kegiatan yang memiliki manfaat sosial sebesar-besarnya dengan biaya sosial yang seminimal mungkin. Artinya untuk kegiatan yang strategis dan dengan dukungan partisipasi masyarakat yang tinggi hendaknya dapat lebih diprioritaskan pelaksanaannya.

4) Aspek Lingkungan

Kegiatan yang diprioritaskan dipilih dari kegiatan yang memiliki manfaat pelestarian lingkungan yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif kerusakan lingkungan yang seminimal mungkin. Artinya untuk kegiatan yang strategis dan tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang tinggi hendaknya dapat lebih diprioritaskan pelaksanaannya.

Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan juga memerlukan beberapa asumsi dasar agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan outcomenya. Beberapa asumsi dasar tersebut adalah :

a. Sumber dan besaran biaya pelaksanaan

(23)

kegiatan, sedangkan biaya yang terlalu berlebihan juga menjadi kurang efisien dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

b. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan harus diselenggarakan pada waktu yang telah direncanakan baik waktu mulainya maupun waktu berakhirnya kegaitan tersebut. Keterlambatan dalam memulai suatu kegiatan dapat berpengaruh pada kurang sesuainya anggaran biaya yang telah direncanakan maupun manfaat yang akan diterima oleh pengguna kegiatan tersebut. Demikian juga dengan keterlambatan dalam berakhirnya suatu kegiatan juga akan berdampak pada anggaran biaya dan manfaat kegiatan tersebut bagi penggunanya.

c. Teknis Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan harus diselenggarakan sesuai dengan ketentuan teknis yang telah ditetapkan. Apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan perencanaan, maka pelaksanaannya harus menyesuaikan dengan standart, norma, dan peraturan perundangan yang berlaku. Apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan pembangunan, maka pelaksanaannya harus menyesuaikan dengan dokumen perencanaan yang telah ada. Ketidaktepatan dalam teknis pelaksanaan kegiatan dapat berdampak pada kualitas kegiatan yang kurang baik sehingga akan mengurangi nilai manfaat yang seharusnya diterima oleh pengguna kegiatan tersebut.

4.2.7 Rincian Kegiatan Prioritas

Perdasarkan program di atas maka dapat dirinci menjadi suatu usulan kegiatan. Adapun usulan kegiatan dalam upaya penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Brebes meliputi:

1. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

a. Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi dan Kelembagaan Bangunan

Gedung

✓ Rehab Bangunan Gedung Negara

✓ Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung (IMB, SLF,

TABG)

✓ Pelatihan Teknis Tenaga Pendata Harga Satuan dan Keselamatan Bangunan

Gedung

✓ Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

(24)

✓ Percontohan Pendataan Bangunan Gedung

✓ Penyusunan RTBL Kawasan

b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Lingkungan Gedung

✓ Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

✓ Dukungan prasarana dan sarana Permukiman dalam rangka penanggulangan

kebakaran

✓ Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan

✓ Dukungan prasarana dan sarana aksesibilitas Bangunan Gedung

✓ Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung

✓ Dukungan Sarana dan Prasarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman

dan Bangunan

2. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian perencanaan ruang dan lingkungan

✓ Perencanaan Pembangunan RTH

✓ Percontohan Pembangunan RTH

b. Penataan dan Revitalisasi Kawasan

✓ Penyediaan Detail Design

✓ Perencanaan Teknis

✓ Pengawasan/Supervisi Konstruksi

✓ Dukungan Prasarana dan Sarana Revitalisasi Kawasan

c. Penataan Kembali Lingkungan Permukiman Tradisional

✓ Perencanaan penanganan kawasan permukiman tradisional

(25)

Tabel 4.2

Kerangka Logis Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Brebes

No Potensi dan Masalah Rencana Penanganan Indikasi

Program Kegiatan Lokasi 1 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

Potensi :

kelembagaan yang lebih terpadu dalam

✓Belum adanya data base dan sistem informasi bangunan gedung yang lengkap dan memadai ✓Kurang ditegakkannya

aturan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah rawan bencana

2 Penataan Lingkungan Permukiman

(26)

No Potensi dan Masalah Rencana Penanganan Indikasi

Program Kegiatan Lokasi

✓Sudah tersusunnya dan kawasan bangunan bersejarah

lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan melalui penerapan tata lingkungan

permukiman

Perumahan perencanaan ruang dan lingkungan

Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2009

4.3

Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah

4.3.1 Petunjuk Umum

A. Umum

Program Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkugnan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti diare, thyphus, kolera dan lain-lain.

Penanganan air limbah di RPIJM ini dikhususkan pada air limbah permukiman, yang terdiri dari air limbah domestik (rumah tangga) dan air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Bereacun dan Berbahaya (B3). Air limbah domestik meliputi air bekas mandi, cuci dan dapur (grey water) dan air limbah manusia/tinja. Sedang air limbah industri dikategorikan sebagai black water. Idealnya grey water dari limbah domestik dilengkapi dengan saluran pengolahan air limbah (SPAL). Air bekas dari kamar mandi dan dapur diolah dulu di SPAL sampai ramah lingkungan sebelum akhirnya dialirkan ke saluran drainase terdekat atau diresapkan ke dalam tanah. Sedangkan black water dari limbah industri harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelum masuk ke saluran drainase terdekat.

B. Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Air Limbah Permukiman

(27)

• Pencapaian open deflection free (bebas buang limbah tinja di ruang terbuka / air permukaan);

• Peningkatan IPLT dan IPAL yang telah dibangun

• Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah

• Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50%.

Upaya pencapaian sasaran, kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan meliputi:

• Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan;

• Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah

permukiman;

• Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan

sistem pengelolaan air limbah permukiman;

• Penguatan kelembagaan

• Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.

4.3.2 Profil Pengelolaan Air Limbah

A. Kondisi Umum

Berdasarkan studi EHRA pada bulan Juni 2010 bahwa 46,2% responden masih melakukan buang air besar sembarangan, baik itu secara terbuka di sungai, kebun, helicopter, cubluk, dan sebagainya. Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Brebes adalah :

• Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.

• Masih banyak masyarakat yang membuang air limbah rumah tangga ke saluran irigasi/sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.

Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: sistem pengolahan air limbah setempat (on site system) dan sstem pengolahan air limbah terpusat (off site system). Sistem pengolahan air limbah setempat (on site system) adalah sistem penangan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayana dari satu atau beberapa bangunan yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik dan paket pengolahan skala kecil.

(28)

Brebes masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, pembuatan IPAL domestik skala komunal yang melayani 5 KK dibuat di wilayah Puskesmas Klikiran untuk mengatasi permasalahan limbah domestik yang kekurangan lahan tanah. Pengelolaan limbah rumah tangga di Kabupaten Brebes dilakukan secara individual pada masing-masing rmah tangga serta belum terdapat penanganan air limbah dengan sistem rioolering atau sistem lainnya. Pengelolaan air bekas rumah tangga dilakukan secara individual dengan memanfaatkan saluran drainase dan sebagian menggunakan SPAL.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Brebes dalam pengelolaan air limbah agar pengelolaan air limbah dapat dilakukan terintegrasi secara komunal menuju terciptanya lingkungan hunian yang layak dan sehat dan meminimalisasi pencemaran air dan tanah.

B. Gambaran Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

a. Aspek Teknis

Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah

Sarana penanganan limbah tinja di Kabupaten Brebes ditangani secara onsite siytem, yang terdiri dari:

Sarana pengumpul

Sarana pengumpul limbah tinja ada di rumah-rumah penduduk berupa jamban. Beberapa jamban belum dilengkapi dengan leher angsa dan septic tank.

Sarana pengangkut

Sarana pengangkut limbah tinja berupa truk tinja. Saat ini ditangani oleh pihak swasta.

Sarana pengolahan

Sarana pengolahan limbah tinja berupa Intalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), belum ada.

Cakupan Pelayanan

(29)

sehat yang salah satu kegiatannya adalah bantuan stimulan jamban keluarga sampai dengan tahun 2009 sebanyak 330 unit jamban keluarga dan stimulan perbaikan sarana air bersih 90 buah SGL tersebar dalam 18 desa sebagai pengembangan desa sehat. Dan Tahun 2009 melalui kegiatan APBD Provinsi ada kegiatan bantuan sosial yang berupa bantuan stimulan bahan material dan closet sebanyak 347 buah yang tersebar di 5 kecamatan (Banjarharjo, Brebes, Jatibarang, Bulakamba, dan Wanasari) 11 Puskesmas, dan 30 desa.

Pembangunan sarana MCK Umum pada tahun 2008 tersebar di 9 Desa masuk dalam wilayah puskesmas Larangan dan Kersana. Tidak ada informasi terkait jumlah pengguna sarana, kondisi sarana dan pengelola sarana MCK umum tersebut. Hanya diinformasikan bahwa sarana MCK ada yang sudah dikelola oleh masyarakat dan pengguna sarana membayar tiap kali pakai.

(30)

Teknis dan Teknologi

Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, tapi masih sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan. Untuk prasarana pembuangan air limbah yang ada di Kabupaten Brebes :

• System terpusat (offsite system)

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan atau septictank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan langsung dengan tanah. Sedangkan untuk off site system atau pembuangan dan pengolahan limbah tinja secara terpusat untuk skala kota belum diaplikasikan di Kab. Brebes. Hanya ada beberapa septictank komunal skala kampung. Tahun 2007-2009 : di Desa Kaligangsa Kulon, Kedunguter, Pruwatan, Gandasuli, Pemaron, Benda berupa MCK++ untuk skala kampung. Daya tampung IPAL sekitar 300-1000 orang.

• System setempat (onsite system)

Pengadaan prasarana jamban keluarga masih diupayakan oleh masyarakat itu sendiri, hanya sebagian kecil yang merupakan sumbangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes yang berbentuk sumbangan stimulan pembangunan jamban keluarga (jaga) sedangkan untuk pengelolaan jamban keluarga menjadi tanggung jawab penduduk yang memakainya dan sebagian desa sudah terbentuk POKJA Desa sehat namun belum optimal dalam melaksanakan kegiatannya. Pilihan teknologi yang banyak dipergunakan dalam mengolah limbah cair domestik, baik grey water (air limbah cuci, mandi) dan black water (limbah tinja) di Kab. Brebes adalah melalui on site system yaitu tangki septik sebesar 53,8%.

Adapun model-model pengolahan setempat yang dilakukan oleh masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut :

Black water

Gray water

Black water

Gray water

Septic Tank

(31)

Teknis operasional dalam pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Brebes diwujudkan dalam beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Brebes, antara lain :

• Pengujian Limbah Cair Domestik

• Pengujian Air Sungai / Badan Air

• Perlindungan pada sumber - sumber Mata Air

Upaya yang dilakukan oleh KLH sebagai SKPD yang berwenang dalam pemantauan dan pengawasan terhadap limbah cair domestik antara lain melalui beberapa kegiatan yaitu :

• Meningkatkan Pemantauan Kualitas Lingkungan

• Meningkatkan Pengendalian dan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

• Meningkatkan Pembinaan Teknis Pengendalian Lingkungan

b. Aspek Pendanaan

Pendanaan program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kabupaten Brebes berasal dari APBD Kabupaten Brebes, APBD Provinsi Jawa Tengah, APBN, dan masyarakat.

c. Aspek Kelembagaan

Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

d. Aspek Peraturan Perundangan Undang-Undang Republik Indonesia

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang

Pengendalian Pencemaran Air

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Republik Indonesia

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

(32)

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Petunjuk Teknis

1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.

2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.

3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis

Pengelolaan Drainase Perkotaan.

4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.

5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.

e. Aspek Peran Serta Masyarakat

Pengelolaan limbah cair domestik saat ini dikelola oleh masyarakat secara pribadi, peran pemerintah daerah dalam pengelolaan limbah cair belum maksimal, masih terbatas pada sosialisasi program Sanimas kepada calon pengguna, secara umum masih dibutuhkan peran pemerintah dalam penguatan kelembagaan baik internal maupun di tingkat masyarakat. Untuk pengelolaan program Sanimas yang berjalan sejak Tahun 2007-2009 sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat pengguna yang tergabung dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), jumlah KSM yang ada saat ini sebanyak 6 (enam) KSM yang tersebar di beberapa desa/kecamatan. Peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Brebes dalam pengolahan air limbah dapat dikategorikan sebagai berikut :

• Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk

penanganan limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa.

• Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara

finansial) sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan.

(33)

C. Sasaran

Sasaran pembangunan sektor air limbah adalah semakin terarah dan meratanya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana air limbah terutama ditujukan untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya menghindari resiko gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kelemahan pengelolaan limbah permukiman, baik limbah manusia, air bekas rumah tangga maupun air limbah industri rumah tangga.

Sasaran yang akan dicapai untuk masa sampai dengan tahun 2014 adalah pelayanan sebesar 60%. Untuk mewujudkan sasaran sektor air limbah maka kebijaksanaan penanganannya meliputi :

1. Prasarana dan sarana pembuangan air limbah yang dapat dijangkau oleh

masyarakat.

2. Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan sarana pembuangan

limbahnya.

4. Pembangunan prasarana yang dapat membantu masyarakat yang berpenghasilan

rendah.

5. Pemantapan pengelolaan dan pengembangan perangkat peraturan

perundang-undangan.

Strategi penanganan limbah industri harus ada secara khusus yang menjadi tanggung jawab dari instansi/industri yang bersangkutan.

Pembangunan lingkungan permukiman diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan terpelihara guna mendukung terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu diupayakan untuk :

• Menerapkan baku mutu lingkungan di kawasan permukiman.

• Adanya pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan.

Penyediaan sarana dan prasarana di daerah dengan kepadatan tinggi terdapat beberapa kriteria teknis seperti jarak untuk pengolah tinja dengan sumber air penduduk (sumur) yang sulit untuk diterapkan, disamping muka air tanahnya cukup tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1) Pemilihan teknologi perlu dipertimbangkan kebutuhan / kemampuan masyarakat dan

kondisi setempat

2) Mobilisasi sumber dana masyarakat / swasta dalam penyelenggaraan prasarana

dan sarana air limbah

3) Mengembangkan lembaga atau institusi yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan air limbah

(34)

mengakibatkan masih banyak industri rumah tangga, terutama pengolah kedelai, tanpa disertai adanya IPAL.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Brebes dalam pengelolaan air limbah agar pengelolaan air limbah dapat dilakukan terintegrasi secara komunal menuju terciptanya lingkungan hunian yang layak dan sehat dan meminimalisasi pencemaran air dan tanah. Pada lingkungan hunian, semakin banyak rumah yang memiliki sarana air limbah, maka akan semakin tinggi tingkat kesehatan masyarakat dan lingkungan

D. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Brebes adalah :

• Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi

kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat Kabupaten Brebes lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri.

• Masih banyak septic tank yang diduga mengalami kebocoran karena tidak pernah dikuras lebih dari 5 tahun.

• Kawasan permukiman di Kabupaten Brebes yang padat, terutama di perkotaan sulit

untuk menempatkan saluran pembuangan air limbah dan septic tank yang sesuai dengan persyaratan kesehatan.

• Tingkat pelayanan dari kondisi yang ada sekarang akan ditingkatkan menjadi 60% dari jumlah penduduk pada tahun 2014.

• Kualitas tingkat pelayanan yang ada masih rendah

• Tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya penyediaan prasarana

pembuangan limbah manusia masih kurang.

• Prasarana dan sarana pembuangan limbah masih kurang.

• Sarana pengumpulan komunal seperti MCK dan jamban komunal belum terdata

dengan baik.

• Besar kecilnya angka penyakit merupakan tolok ukur baik buruknya sistem sanitasi

yang tersedia, disamping diperhatikan juga prosentase tingkat pelayanannya.

(35)

4.3.3 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

A. Analisis Kebutuhan Prasarana

Sasaran yang akan dicapai untuk masa sampai dengan tahun 2014 pelayanan sebesar 60% dari jumlah penduduk. Dengan demikian diperlukan peningkatan yang berupa perbaikan maupun pembuatan prasarana baru. Peningkatan sarana ini disesuaikan dengan perkembangan penduduk, sedangkan untuk jamban keluarga diupayakan sistem pengolahan dengan menggunakan tangki septik/cubluk. Untuk penduduk yang mendapat pelayanan MCK perlu diperhatikan tentang penyediaan air bersihnya.

Pembangunan sistem pengumpulan berupa MCK, jamban keluarga dan jamban komunal merupakan tanggung jawab dari dana masyarakat sendiri, bantuan pemerintah hanya bersifat stimulan yaitu maksimal sebesar 30% dari kebutuhan pelayanan. Kegiatan penyuluhan diperlukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau membiayai sendiri sarana sanitasinya.

Tabel 4.3

Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Limbah Kabupaten Brebes 2010-2014

(36)

1 Volume

Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2010

Sedangkan penanganan air limbah dengan sistem terpusat (off-site sanitation) untuk suatu kawasan dibagian kota, dimana kota tersebut sudah mempunyai kondisi :

• Kepadatan penduduk lebih besar dari 250 jiwa/Ha.

• Pelayanan air bersih perkotaan dengan sistem perpipaan lebih besar 80 %.

• Mampu/diupayakan dapat Cost Recovery.

• Pendapatan penduduk lebih besar dari 80 % adalah kelas menengah ke atas.

Dengan demikian di wilayah Kabupaten Brebes belum diperlukan off-site sanitation. B. Analisa Kebutuhan Pelayanan Truk Tinja

Untuk menentukan besaran kebutuhan sarana maka data yang diperlukan adalah jumlah penduduk saat sekarang, tahun rencana pelayanan, proyeksi penduduk dan prosentase penduduk yang telah memiliki sarana tangki septik. Pada umumnya daerah perkotaan mempunyai ukuran lebar jalan lingkungan yang bervariasi maka didalam penentuan penggunaan armada truk tinja perlu mempertimbangkan kapasitas tangki.

Asumsi Perhitungan :

• 50% sarana pengumpulan yang ada menggunakan tangki septik.

• Asumsi faktor generasi dan akumulasi lumpur tinja beserta cairan yang harus disedot sebesar 65 l/or/tahun.

• Menggunakan truk tinja dengan kapasitas 4 m3 dengan ritasi 3 kali/hari

C. Alternatif Pemecahan Masalah

Untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan prasarana dan penanganan air limbah maka diperlukan :

• Diadakannya penyuluhan kepada masyarakat oleh Dinas atau Instansi terkait tentang pentingnya penyediaan prasarana pembuangan/pengumpulan limbah manusia.

• Pembuatan pilot proyek pada suatu daerah yang dianggap memerlukan dan

kemudian dipromosikan ke daerah lainnya.

• Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, diupayakan mendapat sarana MCK

(37)

• Pengadaan truk tinja untuk pelayanan kepada masyarakat yang sudah memiliki jamban dengan tangki septik.

• Optimalisasi Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) yang sudah ada.

D. Rekomendasi

1. Pembangunan IPLT pada lokasi yang sama dengan TPA.

2. Penambahan jamban keluarga dan SPAL

3. Penambahan truk tinja sesuai kebutuhan tiap tahun.

4. Penyuluhan dan penegakan peraturan bahwa:

• Mendirikan rumah harus dilengkapi dengan sarana sanitasi

• Tiap industri harus dilenkgapi dengan

4.3.4 Sistem Prasarana yang Diusulkan

A. Kebutuhan Pengembangan dan Pengelolaan

Sistem penanganan dan pengelolaan limbah manusia di Kabupaten Brebes, yang paling memungkinkan adalah berupa on-site sanitation:

a. Pengumpulan

Penanganan sanitasi setempat ini dilakukan melalui penyediaan sarana : jamban keluarga dan MCK. Masing-masing jamban keluarga untuk melayani 1 keluarga ( 5 jiwa) yang dihubungkan dengan tangki septik atau cubluk dengan leher angsa. Penggunaan leher angsa tersebut untuk mengurangi adanya gangguan

lalat/serangga, mencegah timbulnya bau dan kemudahan memelihara

kebersihannya.

Sedangkan penyediaan MCK diterapkan pada daerah yang penduduknya berkepadatan tinggi dan berkepadatan rendah, yang digunakan secara bersama. Disamping itu, penyediaan sarana MCK, dapat ditempatkan pada lokasi pasar, terminal bus dan tempat umum/pariwisata.

b. Pengangkutan

Pengangkutan sanitasi yang dimaksudkan di sini adalah kegiatan pengambilan atau penyedotan lumpur tinja dari tangki septik yang ada melalui vacum truck dengan kapasitas 4 m3 dengan periode pengurasan masing-masing tangki septik adalah 1

kali dalam setahun. c. Pengolahan

(38)

B. Usulan dan Prioritas Program

Usulan dan prioritas program pengelolaan air limbah disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai dengan kebijakan prioritas program, meliputi kegiatan:

1) Penyediaan sanitasi on-site baik jamban komunal maupun MCK umum.

2) Penyediaan sanitasi berbasis masyarakat.

3) Penyediaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

4) Penyediaan / pengadaan mobil tinja.

5) Pembuatan IPAL untuk industri rumah tangga

6) Pengembangan peraturan / perundang-undangan.

7) Pengembangan peran serta masyarakat melalui kegiatan penyuluhan.

Program ini memberikan penjelasan bahwa Kabupaten Brebes masih memerlukan peningkatan pengelolaan air limbah termasuk pengadaan sarana MCK. Dengan berjalannya program ini diharapkan Kabupaten Brebes terutama desa / kelurahan yang belum terakses pelayanan pengelolaan air limbah mendapatkan pelayanan tersebut.

4.4

Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan

4.4.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

A. Umum

Program Sub bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah dan mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) di Pusat maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.

Sasaran program penanganan dan pengelolaan persampahan, yaitu:

a. Meningkatkan jumlah sampah terangkut;

b. Meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang

berwawasan lingkungan (environmental friendly);

B. Kebijakan Pengelolaan Persampahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Srategi Nasioanal Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya;

b. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebgai mitra pengelolaan;

(39)

4.4.2 Profil Pengelolaan Persampahan

A. Kondisi Umum

Berdasarkan hasil studi EHRA pada bulan Juni 2010 bahwa jumlah responden yang mendapatkan pelayanan sampah hanya sebesar 6,5%, dan rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah hanya 14,2% saja. Permasalahan persampahan meliputi:

• Sampah rumah tangga/dapur dan lain-lain.

• Sampah Rumah Sakit, merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3.

• Cakupan pelayanan persampahan masih rendah

• Pemerintah belum memiliki TPA sanitary landfill

• Peran swasta baru terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih bisa dijual, pihak

yang melakukan daur ulang sampah masih terbatas.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Brebes dalam pengelolaan persampahan diarahkan pada pengelolaan persamapahan yang dapat dipergunakan untuk lintas wilayah, dengan didukung ketersediaan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA) dan sarana pengangkutan serta sumber daya manusianya. Pengembangan sistem sarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Brebes, antara lain:

a. Kerja sama antar wilayah kecamatan dalam penanggulangan masalah sampah,

terutama di wilayah perkotaan;

b. Penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;

c. Pengembangan pengelolaan persampahan dengan teknologi ramah lingkungan.

B. Gambaran Pengelolaan Persampahan Saat Ini

a. Aspek Teknis

Cakupan Pelayanan

Cakupan Layanan Wilayah kerja Seksi Kebersihan dan Pengelolaan Sampah adalah se-Kabupaten Brebes. Cakupan daerah yang sudah terlayani sekitar 30 %. jenis pelayanan yang mencakup :

• Melaksanakan pembersihan sampah.

• Melaksanakan ketertiban pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir.

(40)

• Melakukan upaya pengurangan sampah di TPA melalui komposting dan daur ulang.

• Melaksanakan pengangkutan sampah dari TPS / Transfer Depo ke TPA.

Hasil studi EHRA pada bulan Juni 2010 menunjukkan bahwa cakupan 6,3% responden yang sudah mendapatkan pelayanan sampah dari petugas. Sedangkan 14,2% responden saja yang melakukan pemilahan sampah di rumahnya. Dalam rangka mendukung pelaksanaan pemberian pelayanan tersebut, sarana dan prasarana persampahan di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Jumlah Sarana dan Prasarana Persampahan di Kabupaten Brebes Tahun 2010

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 TPA sampah 2 lokasi

2 Depo 1 unit

3 TPS 26 unit

4 Kontainer 10 unit

5 Alat berat 2 unit

6 Dump Truck Sampah 9 unit

7 Truk Arm Roll 2 unit

8 Becak Sampah 30 unit

9 Gerobak Sampah 90 unit

10 Crusher 2 unit

11 Mesin Pres Sampah Hidrolik 1 unit

Rendahnya cakupan pelayanan persampahan tersebut di atas di satu sisi dipengaruhi oleh ketersediaan sarana yang ada. Disisi lain masih banyak penduduk yang lebih suka menimbun dan membakar sampah di pekarangannya masing karena memang masih tersedia lahan pembuangan sampah di masing-masing rumah penduduk.

Teknis dan Teknologi

Gambar

Tabel 4.1 Kerangka Logis Rencana Investasi Pengembangan Permukiman
Tabel 4.2 Kerangka Logis Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 4.3 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Limbah
Tabel 4.4 Jumlah Sarana dan Prasarana Persampahan di Kabupaten Brebes Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Inventarisasi emisi dapat dilakukan melalui perhitungan estimasi emisi karbon dengan menggunakan metode perhitungan yang mengacu pada Pedoman IPCC (Intergovernmental

1) Persentase penguasaan memahami isi cerpen ‘persahabatan’ karya Yuksinau kelas VIII SMP Negeri 26 Banjarmasin, yaitu 9,8% peserta didik yang “kurang mampu” dalam memahami

kognitif dan mengubah hal-hal yang lama. Agar belajar menjadi efektif seorang pendidik lebih memperhatikan dirinya dan psikologi peserta didik. Teori belajar kognitif dibentuk

Karakteristik sensor untuk pemantauan SDA di wilayah laut: a) memiliki kanal pada gelombang tampak (biru, hijau dan merah) yang mampu mendeteksi parameter perairan

Pengumuman awal mengenai Mesyuarat Agung Tahunan yang menyatakan tarikh, waktu dan tempat, dan panggilan mengemukakan cadangan untuk perbincangan, cadangan untuk meminda

Sugiono, Metode penelitian.. 13 yang berwenang, 15 dalam hal ini wawancara dilakukan dengan pihak kepolisian Polisi Resor Kendal mengenai proses penanganan unjuk

Berdasarkan observasi dan wawancara di atas dapat penulis ambil pemahaman bahwa di antara aktivitas latihan dalam proses pembelajaran bidang studi Quran Hadis di MAN

komunitas global dalam bidang ilmu pengetahuan, (4) peningkatan budaya ilmiah masyarakat Indonesia, dan (5) pelaksanaan dukungan manajemen. 2) Indikator jumlah industri