Saluran drainase yang ada berupa saluran tertutup maupun yang terbuka dengan konstruksi pasangan batu atau masih tanah. Banyaknya sedimen lumpur yang ada di saluran membuat semakin kecil kapasitas drainase sehingga saluran tidak mampu mengalirkan air limpasan atau air limbah rumah tangga dengan lancar. Jalan masuk air hujan ke saluran drainase yang terletak dipinggir jalan (street inlet) banyak yang tertutup oleh perbaikan jalan dan sampah yang bercampur tanah akibat kondisi tanah yang mudah lepas. Berdasarkan kondisi toporafi bagian utara Kota Brebes yang relatif landai memungkinkan adanya aliran balik dari saluran drainase primer yang menyebabkan terhambatnya aliran drainase sekunder yang akhirnya terjadi genangan.
Cakupan Layanan
Perkembangan kawasan di beberapa wilayah Kabupaten Brebes beberapa tahun terakhir berkembang pesat. Perkembangan kawasan ini berdampak langsung pada kebutuhan infrastruktur pendukungnya. Dampak yang sangat jelas yaitu adanya genangan air di beberapa lokasi khususnya di Kecamatan Bumiayu, Salem, Banjarharjo, Kersana, Ketanggungan, Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari dan Brebes. Hal ini salah satunya akibat adanya perubahan peruntukan lahan yang tidak lagi menyediakan areal yang cukup untuk penyerapan air permukaan terutama yang berasal dari air hujan.
Pengelolaan drainase di Kabupaten Brebes yang menjadi tanggung jawab DPUTR sudah meliputi seluruh wilayah Kabupaten Brebes dengan cakupan pelayanan meliputi : tidak ada luas genangan yang lebih dari 10 hektar, lama waktu genangan tidak lebih dari 2 jam dan tinggi genangan tidak lebih dari 30 cm. Pembangunan saluran drainase lingkungan (saluran tersier) menjadi tanggungjawab masyarakat. Layanan yang diberikan DPUTR pada aspek pemeliharaan meliputi; melakukan pengedukan lumpur/waled/sedimen pada saluran drainase, memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta melakukan pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase, air kotor supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan/banjir. Pelayanan Sistem Drainase Kota saat ini adalah Ibukota Kecamatan (IKK) yang ada di Kabupaten Brebes kecuali Kec. Sirampog yang belum mempunyai layanan drainase. Sistem drainase di IKK saat ini masih kurang optimal menampung
jumlah debit yang ada khususnya saat musim hujan. Di beberapa IKK masih terdapat genangan/banjir seperti di IKK Bumiayu, Bantarkawung, Banjarharjo yang daerahnya tinggi, ini disebabkan karena saluran drainase tersumbat oleh sampah atau dimensi saluran yang kecil sehingga tidak dapat menampung aliran air hujan. Untuk layanan IKK Brebes masih terdapat genangan yang cukup merata dari timur hingga barat kota, sebagian besar saluran tersumbat karena sampah dan sedimentasi yang sangat cepat. Berdasarkan hasil studi EHRA pada bulan Juni 2010 di Kabupaten Brebes diperoleh data bahwa 50,4% responden tidak memiliki saluran drainase. Selain itu, 16,6% rumah responden pernah mengalami kebanjiran. Diperoleh data juga bahwa 21,8% di sekitar rumah responden ada genangan air.
Teknis dan Teknologi
Kondisi Saluran drainase Kabupaten Brebes merupakan saluran yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran irigasi dan saluran drainase. Untuk saluran drainase sendiri dibedakan menjadi saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuartener dan saluran lingkungan. Saluran sekunder adalah saluran yang menampung buangan air dari saluran tersier. Saluran tersier adalah saluran yang penampung limpahan air hujan dan saluran kuartener. Saluran Iingkungan yaitu saluran yang langsung menenima air buangan dari permukiman. Di Kabupaten Brebes masyarakat belum bisa membedakan jenis dan fungsi dari masing- masing saluran yang ada sehingga saluran belum bisa berfungsi dengan optimal.
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi pelayanan, drainase terdiri atas : 1. Drainase utama (makro); 2. Drainase lokal (mikro)
Drainase utama (makro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di Kabupaten Brebes yang termasuk dalam drainase utama (makro) adalah sungai Pemali. Drainase lokal (mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Di Kabupaten Brebes yang termasuk dalam drainase lokal (mikro) adalah saluran di sepanjang sisi jalan protokol (saluran drainase sekunder) dan saluran di lingkungan pemukiman (saluran drainase tersier/drainase lingkungan). Karakteristik sistem saluran
di wilayah perkotaan sudah permanen, pada umumnya tertutup dan dimensi sekitar 0,5
– 1 m. Pada umumnya saluran drainase mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem blok pelayan. Kondisi Saluran drainase Kabupaten Brebes merupakan saluran yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran irigasi dan saluran drainase. Untuk saluran drainase sendiri dibedakan menjadi saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuartener dan saluran lingkungan. Saluran sekunder adalah saluran yang menampung buangan air dari saluran tersier. Saluran tersier adalah saluran yang penampung limpahan air hujan dan saluran kuartener. Saluran Iingkungan yaitu saluran yang langsung menerima air buangan dari permukiman.
PETA 4.1
PETA 4.2
b. Aspek Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Brebes yang menangani dan terkait dalam pengelolaan drainase antara lain : DPUTR Kabupaten Brebes (Bidang Cipta Karya), Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Brebes.
c. Aspek Pendanaan
Pendanaan penanganan drainase menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Brebes yang didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat.
d. Aspek Peraturan Perundangan
Landasan hukum pengelolaan drainase adalah :
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir.
• Kepmen Kimpraswil No. 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase.
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah (KSNP-SPP).
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).
e. Aspek Peran serta Masyarakat
Peranserta masyarakat dlam pemeliharaan drainase masih terlihat kurang. Kebiasaan masyarakat yang berada disekitar drainase membuang sampah ke dalam drainase merupakan masalah yang perlu diperhatikan karena kecenderungan perilaku tersebut semakin meningkat dan perlu diantisipasi sehingga fungsi teknis drainase tetap terjaga.
Akan tetapi sudah ada keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan yang sudah dikelola oleh masyarakat (RT & RW). Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain:
• Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan yang dilakukan secara rutin maupun spontanitas.