• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Penyusunan Jadwal Guru Model Moving Class dengan Algoritma Genetika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Optimasi Penyusunan Jadwal Guru Model Moving Class dengan Algoritma Genetika"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Optimasi Penyusunan Jadwal Guru

Model Moving Class dengan Algoritma Genetika

Anang Aris Widodo1, Mohammad Nur Cholis2

1[email protected], 2[email protected]

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Merdeka Pasuruan

Abstract— School lesson schedule arrangement is routines activity. It needs thoroughness, patience and takes a lot of time. Especially in moving class school model, since 2008 SMPN 1 Paiton Probolinggo has applied Moving Class Model teaching and learning process that students needs to come to certain classroom based on the subjects they would attend. To avoid overlapping schedule we need to to classify thoroughly the subject, teacher and room. It’s makes making of moving class schedule more complicated than classical class schedule. Regarding problem above, in this research we try to make an application that can arrange sc hedule of moving class lesson more effective and efficient by implementing a Genetic Algorithm. Be nefits o f t his method are easy to implements, have abilities to find the best and fast solution for high dime nsion problem. Based on the Genetic Algorithm test that has been done in moving class schedule application could be concluded that the more data and more requirements used in this case would make the more generation amount and of course the more time would be needed.

Intisari—Menyusun jadwal pelajar an me merlukan ketelitian, ketelate nan dan banyak me nyita waktu. Sejak tahun 2008, S MPN 1 Paiton mener apkan sistem bel ajar meng ajar Moving Class yang merupakan sistem bel ajar meng ajar me miliki ciri siswa mendatangi kelas dimana mata pelajaran tersebut akan di ajarkan. Hal ini me mbuat jadwal pel ajar an Moving Class lebi h rumi t dari pada kelas klasik karena har us me mper hatikan j a d w a l mata pelajar an, guru dan ruang untuk menghindari bentr ok penjadwalan. Penelitian kali i ni akan di buat suatu aplikasi yang dapat me mper mudah pe nyusunan jadwal pelajaran Moving Class deng an mengi mple me ntasikan Algoritma Gene tika. Ke untung an penggunaan Algoritma Gene tika adal ah ke mudahan imple mentasi, me milik kemampuan untuk me ne muk an solusi yang bagus dan ce pat untuk masalah-masal ah ber di mensi tinggi. Ber dasarkan uji coba yang te l ah dil akukan pada aplikasi penjadwal an Moving Cl ass de ngan Algoritma Gene tika dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah data dan persyar atan yang harus ter pe nuhi maka semakin besar pul a juml ah generasi dan semakin lama waktu yang dibutuhkan.

Kata Kunci— Optimasi Jadwa l Pe laja ran , Algorit ma Genetika, Moving Class.

I. PENDAHULUAN

Seja k tahun 2008, SMP Negeri 1 Pa iton menerapkan sistem belaja r mengaja r moving c lass [1] moving c lass me rupakan sistem bela jar mengajar berc irikan siswa yang mendatangi guru di ke las, bukan sebaliknya. Dengan moving class, siswa akan belaja r bervariasi dari satu kelas ke ke las lain sesuai dengan bidang studi yang dipela jarinya sehingga me reka t idak merasa bosan [3] Sistem ini me mpunyai banyak kelebihan baik bagi siswa maupun guru. Bagi siswa lebih punya wa ktu untuk bergerak dan mendapatkan suasana ke las berbeda setiap ja mnya sehingga diharapkan siswa tidak jenuh sedangkan bagi guru bisa leb ih ma ksima l dala m menggunakan berbagai media bela jar, pe manfaatan waktu bela jar leb ih efesien tanpa terpotong persiapan media belajar, lebih mudah mengelola suasana kelas dan suasana belajar mengajar sesuai dengan mata pela jaran ka rena ruang kelas telah didesain untuk mata pelajaran tersebut.

Menyusun jadwal [4] pe laja ran merupakan salah satu kegiatan rutin yang harus dilaku kan oleh sekolah. Menyusun jadwa l pela jaran me me rlukan kete lit ian, ketelatenan dan banyak menyita wa ktu. Masalah yang sering dihadapi dalam menyusun jadwal pela jaran di SMP Negeri I Pa iton adalah sulitnya mengatur pengunaan ruangan karena setiap ruangan seharusnya khusus digunakan untuk satu mata pe laja ran dan tidak bo leh digunakan untuk 2 kelas yang berbeda dija m yang sama. Serta sulitnya mengatur jadwa l mata pelaja ran yang me miliki lebih dari 1 perte muan dala m 1 minggu yang seharusnya dijad walkan pada hari yang berla inan. Sela in itu sering kali pada ja m yang bersamaan seorang guru berada terjadwa l di 2 ke las yang berbeda (kres/bentrok) dan hal ini diketahui ketika kegiatan bela jar mengaja r telah berlangsung, sehingga sangat menggangu kegiatan be laja r mengajar [3][6].

Untuk menyelesaikan masalah diatas, dibutuhkan suatu metode optimasi yang dapat diterapkan untuk mengerjakan masalah penjadwa lan. Menurut Widyastuti, N., Ratnawati, A.

dan Cahyani, R. N (2008) dalam “Optimasi Pen jadwalan Kegiatan Belajar Mengajar dengan Algoritma Genetik” salah satu metode yang dapat d igunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan algoritma genetika. Widyastuti, N., Ratnawati, A. dan Cahyani, R. N sendiri mencoba menerap kan algorit ma genetika untuk menyelesaikan masalah penjadwalan perkuliahan. Sedangkan Ulfa , M. L (2011) da la m tugas akhirnya yang berjudul “Optimasi Pen jadwalan Perku liahan Menggunakan Algorit ma Genetika (Studi Kasus : Jurusan Teknik Info rmatika UIN Maulana Malik Ibrah im Malang)” men jelaskan bahwa keuntungan penggunaan

(2)

Algorit ma Genetika adalah dari ke mudahan imple mentasi dan ke ma mpuannya untuk mene mukan solusi yang bagus dan cepat untuk masalah-masalah berdimensi tinggi dan penggunaan algorit ma genetika untuk menyelesaikan seputar masalah penjadwalan telah banyak dipergunakan o leh para peneliti bidang ini [2][5][7].

Oleh ka rena itu pada penelitian in i me mbuat sebuah aplikasi yang dapat me mpermudah da la m penyusunan jadwal pelajaran moving class dengan mengimple mentasikan algorit ma genetika [8][9]. Na mun berbeda dengan penjadwalan perkuliahan, pada penjadwalan pelajaran ja m belajar mengaja r sama untuk setiap kelas dan harus urut tanpa jeda kecuali ja m istirahat. Di SMP Negeri 1 pa iton sendiri belum menerapakan sistem SKS sehingga jumlah kelas untuk setiap mata pelaja ran sama untuk satu tingakatan. Se lain itu pada sistem belaja r mengajar mov ing class setiap ruangan seharusnya digunakan khusus untuk satu mata pelajaran.

Diharap kan dengan mengimp le mentasikan a lgorit ma genetika untuk me mbangun aplikasi penjadwalan pela jaran dengan sistem bela jar moving class akan me mpermudah dan me mpe rcepat dala m proses pembuatan jadwal pela jaran dengan hasil yang optimal di SMP Negeri 1 Paiton

II. METODE PENELITIAN

Aplikasi penjadwa lan pela jaran moving class dibuat dengan mengimple mentasikan algorit ma genetika untuk mencari ko mbinasi terbaik dari mata pelaja ran, ruangan, guru dan ja m pela jaran, dan diharapkan tida k ada lag i seorang guru terjadwa l di 2 ke las yang berbeda pada jam pe laja ran yang sama, tersedianya ruang yang cukup untuk masing -masing mata pela jaran, ruang yang digunakan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan jadwal yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pada ap likasi penjadwalan pelajaran moving c lass yang akan dibuat, proses pembagian tugas mengajar d ilakukan d iluar sistem. Sistem hanya ditujukan untuk menyusun jadwal pelajaran. Proses pembagian tugas mengajar tersebut bertujuan untuk me mbagi tugas masing-masing guru berdasarkan mata pela jaran dan kelas akan diajar.

Secara u mu m cara ke rja aplikasi penjadwa lan pela jaran moving class diawali dengan pengguna me masukkan data - data antara lain data mata pe laja ran, data kelas, data ruang, data guru dan data pembagian tugas mengajar serta data ju mlah ja m pe laja ran perhari. Dari data-data tersebut sistem akan mencari ko mbinasi terbaik berdasarkan n ila i fitness yang dimiliki mela lui tahap seleksi, crossover, dan mutasi sesuai dengan parameter-para mete r kontrol a lgorit ma genetika yang telah ditetapkan

A. Analisa Kebutuhan

Dala m pe mbuatan jadwal pela jaran moving class harus memenuhi aturan-aturan dibawah ini

o Hard constraint :

a. Setiap mata pelajaran memiliki ruang sendiri- sendiri.

b. Satu ruangan hanya boleh digunakan oleh satu mata pelajaran atau kelas pada jam pelajaran yang sama.

c. Tidak se mua mata pela jaran bisa diaja rkan pada semua tingkatan kelas.

d. Satu mata pela jaran bisa diaja rkan lebih dari 1 pertemuan dala m se minggu sesuai dengan jumlah ja m pelajaran mata pela jaran tersebut, misalkan mata pela jaran

bahasa Indonesia yang memiliki 5 ja m pe lajaran dala m seminggu bisa dibagi menjad i 2 atau 3 kali perte muan di hari yang berbeda dalam satu kelas.

e. Seorang guru hanya boleh mengajar satu kelas pada jam pelajaran yang sama

f. Jadwal belajar siswa tidak boleh bentrok.

g. Jadwal bela jar siswa dala m sehari harus urut tanpa jeda kecuali jam istirahat.

o Soft constraint :

a. Jadwal mengajar guru dala m sehari diusahakan urut tanpa jeda.

b. Jadwal mengajar guru dala m sehari diusahakan maksimal 5 jam pelajaran.

c. Jadwal mengajar guru dala m sehari diusahakan di dalam 1 ruang.

B. Algoritma Genetika a. Pengk odean

Pengkodean yang akan digunakan pada aplikasi penjadwalan mata pe laja ran moving class ini adalah pengkodean nilai. Pe milihan pengkodean nilai karena jika dila kukan pengkodean biner a kan me mbuat barisan semakin ko mple ks dan panjang sehingga diperlukan pengkodean ulang untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari aturan yang direpresentasikan.

b. Inisialisasi Kromosom

Sebuah individu me miliki satu kromosom dan kro mosom disusun dari beberapa gen. Inia lisasi kro mosom direpresentasikan dala m bentuk larik dengan tipe data record yang berisi data yang mendukung proses penjadwalan. Pan jang dari kro mosom ada lah sebanyak gen yang ada, dala m ha l ini setiap gen me wakili pe mbagian tugas mengajar dan ruang.

Gambar 1. Contoh kumpulan gen pada kromosom Keterangan : T (Pembagian tugas mengajar), dan R (Ruang)

Pada Ga mbar 1 dimisalkan setiap hari hanya me miliki 2 ja m pe laja ran. Pengin isialisasi subgen ruangan dilakukan secara acak sedangkan penginisialisasi subgen pembagian tugas mengajar (T) dila kukan secara aca k dengan tetap me mpe rhatikan urutan ke las dan slot jam pela jaran yang tersedia.

c. Fungsi Fitness

Individu-indiv idu dala m populasi telah terbentuk, ma ka langkah selanjutnya adalah menghitung nila i fitness setiap individu. Nila i fitness tiap individu diperoleh dari penghitungan ju mlah ket idaksesuaian dan bentrok yang terjadi dengan ru mus sebagai berikut : Nila i Fitness = 1/(( ∑ bentrok guru + ∑ bentrok ruangan + ∑

(3)

ketidaksesuaian ruangan dengan mata pela jaran + ∑ ju mlah mata pela jaran yang dia jarkan lebih dari 1 ka li sehari pada satu ke las + ∑ ket idaksesuaian jadwal d iaja rkan (mata pelajaran) + ∑ Ketidaksesuaian jadwal mengajar (guru) + ∑ ju mlah jad wal mengaja r guru da la m sehari yang tida k urut +

∑ ju mlah jadwal mengajar guru dalam sehari yang tidak dala m satu ruangan + ∑ ju mlah jadwa l mengajar guru dala m sehari me la mpaui batas mengajar ( lebih dari 5 ja m pelajaran))+1)

Se makin kec il nila i fitnes s dari indiv idu maka semakin besar bentrok dan ketidaksesuaian yang terjadi, dan tidak baik digunakan sebagai induk untuk proses reproduksi.

d. Selek si

Proses seleksi akan dilaku kan dengan metode roulette wheel karena dengan metode ini ca lon induk yang akan terpilih ditentukan berdasarkan nilai fitness yang dimilikinya.

Se makin kec il nilai fitnessnya maka akan mendapatkan ke mungkinan yang leb ih besar untuk terpilih sebagai induk, dan sebalikanya semakin besar nilai fitnessnya maka akan mendapatkan ke mungkinan yang lebih kec il untuk terpilih sebagai induk.

e. Pindah Silang (Crossover)

Crossover yang akan digunakan adalah crossover 2-t itik.

Penentuan jumlah kro mosom yang akan dicrossover ditentukan dari nilai peluang crossover (Pc) dimana pros esnya sebagai berikut :

1. Bangkitkan bilangan acak r antara [0,1] sebanyak popsize sehingga setiap individu me miliki b ilangan acak r.

2. Pilih bilangan acak tersebut yang kurang dari pc. Jika ju mlah b ilangan acak (individu) yang dihasilkan dari pilihan tersebut ganjil maka individu terpilih yang terakhir akan dibuang.

3. Pilih dua bilangan acak antara 0 sa mpai (L-1) dimana L adalah ju mlah ke las yang akan dilaku kan penjadwa lan.

Dua bilangan in i a kan menentukan gen-gen yang akan dicrossover 2- titik.

4. Melakukan c rossover 2-titik pada pasangan kro mosom terpilih tersebut.

5. Penyilangan ini d ila kukan untuk se mua pasangan kromosom yang akan disilangkan.

f. Mutasi

Proses mutasi akan dila kukan dengan menuka r letak 2 gen terpilih, dimana pemilihan dua gen tersebut ditentukan secara acak dengan syarat dua gen tersebut terdapat pada satu kro mosom, satu kelas, dan me miliki ju mlah ja m pela jaran yang sama.

Penentuan jumlah gen yang akan dicrossover ditentukan dari n ila i peluang permutasi (Pm) d imana prosesnya sebagai berikut :

1. Hitung ju mlah gen yang akan dimutasi : Jumlah_gen_mutasi = ukuran populasi x Pm Jika ganjil maka jumlah subgen kurangi satu.

2. Menentukan secara acak gen yang a kan dimutasi sebanyak jumlah_gen_mutasi.

3. Lakukan mutasi.

g. Penghentian generasi

Penghentian generasi d ila kukan jika persyaratan telah terpenuhi (nila i fitness telah sesuai harapan) atau jika pada 1000 generasi tidak terjadi perbaikan nilai fitness.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Antar Muka Aplikasi dan Hasil Penjadwalan Ketika aplikasi pertama dijalankan, tampila n

yang muncul seperti Ga mbar 2. Pada menu utama ini berisi pilihan menu seperti menu untuk menuju ke fo rm dan me lihat data mata pe la jaran, data ke las, data ruang, data guru, data pembagian tugas mengajar, jadwa l, menu untuk melakukan pengaturan, dan keluar.

Gambar 2. Antar muka menu utama

Diba wah ini ta mpilan antar muka form yang berguna untuk menginputkan data berupa data mata pe laja ran, data ke las, data ruang, data guru, data pembagian tugas mengajar, dan data pengaturan yang ada dalam program.

Gambar 3. Antar muka form mata pelajaran

Gambar 4 Antar muka form kelas

(4)

Gambar 5. Antar muka form ruang

Gambar 6. Antar muka form guru

Gambar 7. Antar muka form Pembagian Tugas Mengajar PTM

Gambar 8. Antar muka form pengaturan

Ga mbar 9 adalah Antar muka untuk me mbuat jadwal pelaja ran baru. To mbo l “buat jadwa l baru” digunakan untuk me mp roses data-data yang telah diinputkan dengan algorit ma genetika men jadi sebuah jadwal pe laja ran ba ru.

Setelah pe mprosesan dengan algorit ma genetika selesai, kolo m “Info rmasi” akan mena mp ilkan hasil te rbaik yang dari p roses penjadwalan yang telah dilaku kan dan akan mena mp ilkan para meter a lgorit ma genetika yang digunakan serta waktu atau durasi pe mp rosesan. Tombo l “ lihat dan

simpan jadwa l pe la jaran” digunakan untuk menyimpan jadwal pe la jaran da la m bentuk *.xls dan untuk me mbu ka atau menampilkan jadwal pelajaran yang telah dibuat.

Gambar 9. Antar Muka form Jadwal

Ga mbar 10 dan 11 menunjukkan hasil pen jadwalan yang telah tersimpan dala m bentuk *.xls. Hasil penjadwa lan yang telah disimpan dalam bentuk

*.xls akan berisi 2 sheet yaitu sheet pembagian tugas mengaja r yang berisi data pe mbagian tugas mengajar guru seperti pada Ga mbar 10 dan sheet jadwal yang berisi jadwa l yang telah dibuat seperti pada Gambar 11.

Gambar 10. Hasil penjadwalan sheet pembagian tugas mengaja r

Gambar 11. Hasil penjadwalan sheet jadwal 3.2 Pengujian

3. 2. 1 Pe nguji an de ngan persyaratan pe nghentian yang berbeda

Pengujian ini dilaku kan untuk mengetahui perbedaan jumlah generasi dan waktu proses yang

dibutuhkan jika syarat penghentian berbeda serta hasil p roses penjadwalan yang d ilakukan. Ju mlah ke las yang digunakan dala m pengujian ini ada lah 9 ke las dengan 3 kelas untuk masing-masing tingkatan,

jumlah ruangan yang digunakan adalah 26 ruangan,

(5)

dan ju mlah guru yang digunakan adalah 31 guru. Para meter algorit ma yang digunakan ada lah ju mlah populasi 5, peluang crossover 0.5, dan peluang mutasi

0.01.

Pengujian perta ma, penghentian dilakukan jika bentrok guru dan bentrok ruang sama dengan 0 atau jika pada 1000 generasi tidak terjad i perbaikan nilai fitness. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 1

Tabel 1. Pengujian penghentian 1

Keterangan : F1 = bentrok guru F2 = bentrok ruangan

F3 = ketidaksesuaian ruangan dengan mata pelajaran

F4 = jumlah mata pelajaran yang diajarkan lebih dari 1 kali sehari pada satu kelas

F5 = ketidaksesuaian jadwal diajarkan (mata pelajaran) F6 = Ketidaksesuaian jadwal mengajar (guru)

F7 = jumlah jadwal mengajar guru dalam sehari yang tidak urut

F8 = jumlah jadwal mengajar guru dalam sehari yang tidak dalam satu ruangan

F9 = jumlah jadwal mengajar guru dalam sehari melampaui batas mengajar (lebih dari 5 jam pelajaran).

G = jumlah generasi

Pengujian kedua, penghentian dila kukan jika bentrok guru, bentrok ruangan, ketida ksesuaian ruangan dengan mata pelaja ran, ju mlah mata pe laja ran yang diaja rkan lebih da ri 1 kali sehari pada satu kelas, ketida ksesuaian jad wal diaja rkan (mata pela jaran) sa ma dengan 0 atau jika pada 1000 generasi tida k terjadi pe rbaikan nila i fitness. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengujian penghentian 2

Pengujian ketiga, penghentian dila kukan jika semua constraint telah terpenuhi (sama dengan 0) atau jika pada 1000 generasi tida k te rjad i perbaikan nila i fitness. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengujian penghentian 3

3.2.2 Pengujian dengan parameter yang berbeda

Pengujian dilaku kan untuk mengetahui perbedaan hasil penjadwalan jika menggunakan paramenter yang berbeda.

Penghentian generasi yang digunakan dala m pengujian ini adalah ketika nila i fitness bentrok guru, bentrok ruangan, ketidaksesuaian ruangan dengan mata pela jaran, ju mlah mata pela jaran yang dia jarkan lebih dari 1 kali sehari pada satu kelas, ketida ksesuaian jadwa l dia jarkan (mata pe la jaran)

sama dengan 0 atau jika pada 1000 generasi t idak terjadi perbaikan nilai fitness. Pengujian dila kukan dengan data yang sama seperti pada pengujian pada persyaratan penghentian berbeda.

a. Pengujian dengan jumlah populasi yang berbe d a

Pada pengujian ini para meter yang digunakan adalah peluang crossover 0.5, peluang mutasi 0.01 dan ju mlah populasi yang berbeda. Tabel 4, 5 dan 6 adalah hasil pengujian yang telah dilakukan.

Tabel 4. Pengujian dengan jumlah populasi 5

Tabel 5. Pengujian dengan jumlah populasi 30

Tabel 6. Pengujian dengan jumlah populasi 50

b. Pengujian dengan peluang crossover yang berbeda Pada pengujian ini pa ra meter yang digunakan adalah ju mlah populasi 5, peluang mutasi 0.01 dan pe luang crossover yang berbeda.

Tabel 7. Pengujian dengan peluang crossover 0.5

3.2.3 Pengujian dengan jumlah data yang berbeda

Pengujian dilaku kan untuk mengetahui perbedaan hasil penjadwalan jika ju mlah data berbeda. Penghentian generasi yang digunakan da la m pengujian in i adalah ket ika n ila i fitness bentrok guru, bentrok ruangan, ketidaksesuaian ruangan dengan mata pe la jaran, ju mlah mata pela jaran yang diaja rkan leb ih dari 1 ka li sehari pada satu ke las, ketidaksesuaian jadwal dia ja rkan (mata pela jaran) sama dengan 0 atau jika pada 1000 generasi tida k terjadi perbaikan nilai fitness.

Pengujian perta ma dila kukan pada data yang sama seperti pada pengujian pada persyaratan penghentian berbeda.

Parameter yang digunakan

Pengujian kedua dilakukan dengan jumlah ke las 24, 8 kelas untuk masing-masing tingkatan, ju mlah ruangan yang digunakan adalah 26 ruangan, dan ju mlah guru yang digunakan adalah 26 guru. Para meter yang digunakan ju mlah populasi 5, pe luang crossover 0.5, dan peluang mutasi 0.001

(6)

Tabel 8. Pengujian 2

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Se makin banyak ju mlah persyaratan yang harus dipenuhi ma ka a kan sema kin besar juga ju mlah generasi dan sema kin la ma wa ktu yang dibutuhkan serta semakin sulit persyaratan terpenuhi. Sema kin banyak ju mlah populasi wa ktu pemprosesan semakin la ma . Sedangkan nilai fitness dan ju mlah generasi yang dibutuhkan tidak jauh berbeda.

Perbedaan peluang crossover tidak terla lu berpengaruh pada hasil penjadwalan

.

Pe luang mutasi tidak boleh terlalu kec il karena a kan tida k ada gen yang termutasi atau terla lu besar karena akan menghasilkan regenerasi yang sangat berbeda dengan induknya. Sema kin banyak ju mlah data maka a kan semakin besar juga ju mlah generasi dan sema kin la ma waktu yang dibutuhkan serta semakin jele k hasil penjadwa lan yang diperoleh.

Selan jutnya, disarankan mencoba mode l-mode l operator algorit ma genetika yang la in untuk mengetahui kinerja algorit ma genetika. Mencoba menyelesaikan masalah penjadwalan mata pela jaran moving c lass ini dengan algorit ma la in. Mencoba mengabungkan algorit ma genetika

dengan algoritma yang la in untuk menyelesaikan masalah penjadwalan mata pelajaran moving class ini

.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Isronak. 2007. Pe ran Media Pe mbela jaran.Ja karta : Rineka Cipta

[2] Desiani, A., Arha mi, M. 2006. Konsep Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Andi.

[3] Hariyanto. 2010/2011. Pedoman Sistem Belajar Moving Class SMA Negeri 3 Malang. Malang : SMA Negeri 3 Malang.

[4] Jati, H. dan Widyaningsih, W. Pelak sanaan Penjadwalan Moving Class (Kelas Berpindah) SMA Negeri 3 Bantul Sebagai Rintisan Sek olah Kategori Mandiri. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

[5] Kusumadewi, S. 2003. Arti fical Intelegence (Tek nik dan Aplik asinya). Yogyakarta : Graha Ilmu.

[6] Nugroho, R. B. 2009. Strategi Belajar Dengan

Moving Class. (Online),

(wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=14443, Diak ses Tanggal 26 November 2011).

[7] Sujana, Y. Bahan ajar Kecerdasan Buatan

[8] Suyanto. 2005. Algoritma Genetik a Dengan Matlab.

Yogyakarta : Andi.

[9] Widyastuti, N., Ratnawati, A. dan Cahyani, R. N. 2008.

Optimasi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar dengan Algoritma Genetik . Surakarta: Faku ltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Un iversitas Sebelas Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi, PPATK dapat: meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; meminta informasi

Remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya khusunya dalam pesantren menunjukkan ketidakmampuan dalam berperilaku. Apabila remaja memiliki perasaan

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki keterampilan proses sains yang baik adalah mahasiswa yang memiliki gaya berpikir

Nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kandungan logam berat Kromium (Cr) pada air, sedimen, dan Kerang Kijau ( Perna viridis ) serta untuk mengetahui

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

$an cup telah siap digunak Buah%buahan yang telah dikupas dipotong sama rata. Air sebanyak 4 L (&ntuk 4' blansir dipanaskan hingga suhu

adalah untuk lebih memperkenalkan professional event pada menggunakan jasa perusahaan ini dengan cara membuat visual identity berupa logo untuk menggambarkan visi dan