• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM WAKAF ATAS PEMBANGUNAN MASJID DIATAS HAK GUNA USAHA PTPN IV KEBUN PABATU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TESIS. Oleh. NURMAULI /M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUKUM WAKAF ATAS PEMBANGUNAN MASJID DIATAS HAK GUNA USAHA PTPN IV KEBUN PABATU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TESIS. Oleh. NURMAULI /M."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

NURMAULI 127011027/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURMAULI 127011027/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Tanggal lulus : 25 November 2014

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Dr. Dedi Harianto, SH, MHum

3. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn

(5)

Nim : 127011027

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM WAKAF ATAS PEMBANGUNAN MASJID DIATAS HAK GUNA USAHA PTPN IV KEBUN PABATU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : NURMAULI

Nim : 127011027

(6)

i

juga dilindungi oleh undang-undang selain peraturan tersebut. Perwakafan tanah di Indonesia untuk pertama kali diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, aturan ini hanya mengatur bagi tanah-tanah yang telah bersertipikat hak milik ataupun tanah hak milik yang belum terdaftar yang bentuknya surat girik, surat keterangan warisan, atau surat keterangan tanah yang dikeluarkan oleh kepala desa yang diketahui camat. Sementara itu pengaturan wakaf yang berkenaan dengan hak selain hak milik belum diatur melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam kurun waktu hingga sampai di tahun 2004, keluar perangkat peraturan baru mengenai perwakafan yaitu Undang-undang Nomor: 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Selain undang-undang tersebut, keluar juga peraturan pemerintah yang merupakan peraturan pelaksana dari Undang-undang Nomor: 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor: 42 Tahun 2006. Kedua peraturan tersebut, mengatur perwakafan tanah selain hak milik. Hak- hak tanah yang selanjutnya dapat diwakafkan sesuai dengan peraturan tersebut adalah hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai diatas tanah Negara, dan hak milik atas satuan rumah susun.

Khusus yang menjadi perhatian dalam penelitian ini yaitu, terhadap hak guna

usaha yang dapat dijadikan benda wakaf. Hak guna usaha yang dimiliki badan hukum

masih belum dijalankan oleh badan-badan hukum yang memegang hak guna usaha

tersebut. Hal ini dibuktikan dari badan usaha milik Negara seperti PTPN IV. Dimana

PTPN IV memiliki beberapa perkebunan yang salah satunya adalah Unit Kebun

Pabatu yang terletak di Pabatu Kabupaten Serdang Bedagai. Setiap unit kebun PTPN

IV tidak terkecuali Unit Kebun Pabatu, berdiri bangunan masjid pada setiap

afdelingnya. Masjid yang berdiri tersebut berdiri tetap diatas tanah hak guna usaha

milik PTPN IV, padahal menurut Undang_undang Nomor: 41 Tahun 2004 tentang

Wakaf dan Peraturan Pelaksananya Peraturan Pemerintah Nomor: 42 Tahun 2006

serta Buku III Instruksi Presiden Nomor: 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum

Islam, Bahwa masjid yang berdiri diatas tanah hak guna usaha milik PTPN IV Unit

Kebun Pabatu seharusnya dan dapat dijadikan benda wakaf. Dalam artian lain bahwa

tanah dimana berdirinya masjid tersebut haruslah dikeluarkan dari bagian hak guna

usaha milik PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

(7)

ii

kesimpulan, bahwa masjid yang berdiri diatas Unit Kebun Pabatu PTPN IV bukan merupakan benda wakaf, tanah dimana masjid tersebut berdiri masih merupakan satu- kesatuan dari tanah hak guna usaha milik Unit Kebun Pabatu PTPN IV, dan kesimpulan yang kedua adalah bahwa seharusnya tanah hak guna usaha dimana masjid tersebut berdiri dapat diwakafkan oleh PTPN IV, dan tanahnya berdiri sendiri menjadi tanah wakaf.

Kata Kunci: Wakaf Diatas Hak Guna Usaha

(8)

iii

wakaf case in Indonesia was firts stipulated under the Goverment Regualtion No.

8/1997 on Wakaf Land which regules certified land or unregistered girik land (title of land ownership, containing land measurement), inheritance letter, or letter of notification issued by village Head and approved by Subdistrict Head. However, the Up to 2004, a set new regulation was issued on wakaf. Law No.41/2004 on Wakaf, followed by the Goverment Regulation No. 42/2006 as the impleneting regulation of Law No. 41/2004. Both of them regulate wakaf land besides ownership.The lans rights wich can be given for wakaf, according to the regulations, are bulding rights leasehold, right of State-owned land, and ownership of flat units.

The leasehold which can be used for wakaf is a follows. The leasehold owned by corporation is not peformed by the corporation itself such as the state owned company, PTPN IV. The company has several estates and one of them is Unit Kebun Pabatu at Pabatu, Serdang Bedagai District. Each afdeling (unit) of PTPN IV, including Unit Kebun Pabatu, has a mosque. The mosque is on the leaseholld of PTPN IV, whereas according to law No. 41/2004 on Wakaf, its implementing regulation, the Goverment Regulation No. 42/2006, and Book III of the Presidential Decree No. 1/1991 on the Compilation of the Islamic Law, the mosque in the leasehold of PTPN IV Unit Kebun Pabatu should and can be used as a wakf object. It means that the land, where the mosque is located, should be taken out from the leasehold of PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

The Research used judical empricial method in order to analyze theoretically the dilemma or the problem above and drew a conclusion thar the fact above was not in line with legal provision, laws, and regulation. It was also concluded that the mosque in the Unit Kebun Pabatu of PTPN IV was not a wakaf object. The land itself still belongs to the unit of leasehold owned by Unit Kebun Pabatu of PTPN IV.

Besides taht, the land where the mosque is located can be given as wakaf so that the land becoms wakaf land.

Keywords: Wakaf on Leasehold Land

(9)

iv

HUKUM WAKAF ATAS PEMBANGUNAN MASJID DI ATAS HAK GUNA USAHA PTPN IV KEBUN PABATU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”, sebagai suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memproleh gelar Magister dalam bidang ilmu kenotariatan ( M.kn ) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini dapat selesai. Penulis Menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, akan tetapi penulis telah berusaha untuk mencoba menyajikannya dalam bentuk penyajian yang singkat dan di format sesederhana mungkin dikarenakan keterbatasan yang ada.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu penyusunan ini dengan memberikan berbagai referensi buku dan sumber pustaka lainnya sehingga dapat penulis jadikan sebagai acuan dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc ( CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi S2 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua Komisi Pembimbing

yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan,

arahan, petunjuk hingga selesai penulisan tesis ini.

(10)

v

telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesainya penulisan tesis ini.

7. Para Bapak/ ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat, selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Seluruh Staf Biro Pendidikan Magister Kenotariatan yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama ini.

9. Keluarga penulis tercinta, terutama untuk ayahanda dan Ibunda tercinta yang tiada hentinya memberikan perhatian, doa dan semangat kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini, semoga selalu dalam lindungan allah.

10. Sahabat-sahabat yang saya sayangi Riri, Mega, Silvi, Hasbi, Hamzah. terima kasih atas segala bantuan,motivasi, dan hiburan yang diberikan selama saya kuliah disini.

11. Spesial buat Taufiq Tahir Yusuf Lubis, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan selama diperkuliahan. motivasi, nasehat, semangat, selalu kamu hadirkan, hingga selesainya tesis ini.

Hanya allah yang dapat membalas segala kebaikan dan jasa-jasa yang diberikan mereka semua. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atas segala kekurangan yang penulis sadari sepenuhnya terdapat dalam tesis ini guna perbaikan dikemudian hari.

Medan, November 2014 Penulis

(NURMAULI)

(11)

vi

Tempat Tanggal Lahir : Kubu, 02 Agustus 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jln. Pasar I Gg. Sejahtera, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

[

II. DATA KELUARGA

1. Nama Ayah : M. Nasir

2. Nama Ibu : Maimanah

3. Nama Saudara : 1. Dasnilawati

` 2. Suryani 3. Hendri 4. Sukri 5. Nurmauli 6. Normasari III. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 013 Teluk nilap (Rohil, Riau) Lulus Tahun 2001 2. MTS Muallimin,Kubu Kab Rohil.Riau Lulus Tahun 2004

3. MAN 1,Kota Pekanbaru Lulus Tahun 2007

4. SI Fakultas Hukum Universitas Islam Riau Lulus Tahun 2011 5. S2 Program Studi Magister Kenotariatan Lulus Tahun 2014

Fakultas Hukum USU

(12)

vii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ASING ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian ... 16

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ... 18

1. Kerangka Teori ... 18

2. Landasan Konsepsional ... 23

G. Metode Penelitian... 27

BAB II STATUS HUKUM ATAS PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM SEPERTI MASJID DI ATAS HAK GUNA USAHA PADA PERKEBUNAN PTPN IV UNIT KEBUN PABATU ... 34

A. Pengertian Pembangunan Secara Umum ... 34

B. Status Tanah Masjid Yang Dibangun Diatas Tanah Hak Guna Usaha Milik PTPN IV Unit Kebun Pabatu ... 35

C. Pengelolaan/Kepengurusan Atas Masjid Dan Musholla Yang Berada Di PTPN IV Unit Kebun Pabatu ... 38

D. Dasar Hukum Pembangunan Masjid Dan Musholla Diatas

Tanah Hak Guna Usaha Milik Perkebunan PTPN IV Unit

Kebun Pabatu ... 42

(13)

viii

B. Sifat Tanah Yang Mempunyai Fungsi Sosial ... 56

C. Tanah Yang Dapat Dijadikan Objek Wakaf Dalam Pembangunan Masjid ... 64

D. Adanya Wakaf Pada Tanah Hak Guna Usaha Berdasarkan Peraturan Yang Berlaku ... 83

BAB IV PEMEGANG HAK GUNA USAHA DAPAT MEWAKAFKAN SEBAGIAN TANAH HAK GUNA USAHA AGAR DIDIRIKAN FASILITAS UMUM BERUPA MASJID ... 91

A. Pendaftaran Tanah Sebagai Wujud Legalitas Hukum ... 91

B. Mekanisme Pendaftaran Tanah Wakaf Secara Umum ... 102

C. Alasan Perlunya Masjid Di Tanah Hak Guna Usaha Menjadi Tanah Wakaf ... 112

D. Pemegang Hak Guna Usaha Dapat Mewakafkan Sebagian Tanah Hak Guna Usaha Agar Didirikan Fasilitas Umum Berupa Masjid ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(14)

ix

Areal : Luas Lahan

BOCM : Lembaga Usaha Perkebunan Milik Pemerintah Belanda Crude palm oil : Minyak Mentah Kelapa Sawit

Crude palm kernel oil : Minyak Inti Sawit

Fly over : Jembatan Layang

Halte : Tempat Menunggu Bus Yang Terletak Di Pinggir Jalan.

Under pass : Jalan Kecil Yang Diperuntukkan Bagi Pengguna Jalan.

(15)

1

Kebijakan agraria Orde Baru yang berorientasi pada pertumbuhan telah berakibat pada terjadinya perubahan persepsi terhadap fungsi tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang unik sifatnya, Konsekuensinya: 1

1) tanah difungsikan sebagai mekanisme akumulasi modal yang berdampak terpinggirkannya hak-hak pemilik tanah;

2) seiring dengan berkembangnya kapitalisme, nilai tanah hanya dilihat berdasarkan nilai ekonomi;

3) terjadinya perubahan fungsi tanah, dimana tanah hanya sebagai salah satu faktor produksi utama.

Penggunaan sebagai modal dasar produksi dapat dilihat dengan berkembangannya perseroan yang bergerak di bidang perkebunan baik swasta maupun perseroan perkebunan yang dimiliki oleh Pemerintah yang sifatnya merupakan Badan Usaha Milik Negara.

PT. Perkebunan Nusantara IV atau sering disebut PTPN IV (persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman

1 LR. Wibowo, Dkk, Konflik Sumber Daya Hutan dan Reforma Agraria Kapitalisme

Mengepung Desa, Alfa Media, Yogyakarta, 2009, hal 79.

(16)

kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (kernel) dan produk hilir karet.

“Sejarah Perusahaan PTPN IV dimulai dari proses nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing pada tahun 1958 oleh pemerintah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Baru (PPN Baru) kemudian pada tahun 1961 berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Nusantara aneka Tanaman (Antan V).” 2

Proses nasionalisasi perusahaan asing, secara otomatis menasionalisasikan modal perusahaan asing tersebut yang salah satunya adalah tanah perusahaan milik asing tersebut, perusahaan perkebunan negara pada saat ini merupakan proses nasionalisasi dari perusahaan-perusahaan milik Belanda yang terkena nasionalisasi berdasarkan Undang-undang Nomor: 86 tahun 1958 yang dikuasai oleh perusahaan- perusahaan Negara/perusahaan-perusahaan daerah dan bank-bank Negara berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria No. SK.8/ka/1963 tanggal 28 Februari 1963. 3

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1996, 3 (tiga) BUMN perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan Nusantara VI

2 RobieMaulana,http://respository.Usu.ac.id/bistream/123456789/18765/3/Chapter%2011.Pdf diakses pada tanggal 4 Maret 2014.

3 Supriyadi, Aspek Hukum Tanah Aset Daerah Menemukan Keadilan, Kemanfaatan, dan

Kepastian Atas Eksistensi Tanah Aset Daerah, Cetakan Pertama, PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta,

2010, hal 259.

(17)

(persero), PT Perkebunan VII (persero), dan PT Perkebunan V SWASTA (persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan nusantara IV (persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VI, PT Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII, menjadi Perusahaan Perseroan PT.

Perkebunan IV (Lembaran Negara Tahun 1996 no. 5) sesuai dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 37 tertanggal 11 Maret 1996. Kemudian sesuai dengan Surat Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH diadakan perubahan Akte perdirian Perusahaan (vide: Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 25 Maret 2003 Nomor:

24) 4 , ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) yang berkedudukan di Jalan. Letjend Suprapto No. 2 Medan dan salah satu unit usahanya adalah PTPN IV Kebun Pabatu.

Kebun Pabatu yang merupakan salah satu dari beberapa unit usaha PT.

Perkebunan Nusantara IV (persero), Unit Kebun Pabatu berasal dari Hak Konsensi Pabatu Gunung Hataran dan dolok Merawan milik Handless Vereninging Amsterdam yang diambil alih dan dinasionalisasikan oleh Pemerintah Indonesia dari BOCM pada tahun 1957 dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53 hektar, pada awal sampai dengan tahun 1938, Unit Kebun Pabatu adalah perkebunan tembakau yang dikonversi oleh BOCM menjadi perkebunan kelapa sawit.

4 PTPN-4, Profil Perusahaan PTPN-4, http:/www.ptpn4.co.id/profil-perusahaan/diakses pada

tanggal 4 Maret 2014.

(18)

Berdasarkan konstatering No: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq.

Direktorat Jenderal Agraria melalui Surat Keputusan No: 19/HGU/DA-1976 Tanggal 26 Juni 1976, memberikan hak guna usaha kepada PTPN-V1 atas areal seluas 5.770,07 hektar tersebut, unit kebun pabatu ditopang oleh Sumber Daya Manusia.

PTPN IV Unit kebun Pabatu terletak dikota tebing tinggi, PTPN 1V Unit Kebun Pabatu mempunyai dua unit pabrik yaitu pabrik pengolahan CPO (crude Palm Oil) dan pabrik pengolahan minyak inti sawit (Crude Palm kernel Oil) atau di singkat

“CPKO” yang terletak saling berdekatan sehingga memudahkan proses transportasi bahan baku untuk pabrik pengolahan minyak inti, bahan baku berupa tanda kelapa sawit (TBS) diperoleh dari hasil perkebunan sendiri serta hasil perkebunan masyarakat yang ada disekitar daerah perkebunan PTPN IV Kebun Pabatu, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Unit kebun Pabatu berjarak 07 km dari Kota Tebing Tinggi dan 87 km dari Kota Medan serta 40 km dari Kota Pematangsiantar. Unit Kebun Pabatu berada pada ketinggian 300 meter diatas permukaan laut dengan topografi bergelombang, berdasarkan data stasiun penakar curah hujan Unit Kebun Pabatu periode sampai dengan Juni 2007 sebesar rata-rata 232 mm pertahun dan kelembapan udara 63,70 persen. Batas-batas Kebun Pabatu sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatas dengan kecamatan Tebing Tinggi.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Kebun Gunung Para.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Sibulan dan PTPN IV Kebun Dolok hilir.

4. Sebelah barat berbatasan dengan PTPN III Kebun gunung Pamela dan Kebun

bandar Jambu.

(19)

5. Ditengah-tengah dan pinggir areal kebun terdapat 12 desa atau 13 kampung.

Kantor Unit Kebun Pabatu terletak di pinggir jalan Lintas Pematangsiantar menunju Medan. Disekeliling Kantor tersebut terdapat perumahan pimpinan dari Unit Kebun Pabatu, serta pada komplek ini dibangun berbagai bentuk fasilitas umum (prasarana) ataupun fasilitas sosial (Sarana) yang secara umum dan keseluruhan dikatakan sebagai utilitas umum.

Adapun fasilitas sosial (sarana) yang terdapat di komplek tersebut, seperti Rumah Sakit Umum Unit Kebun Pabatu, gereja, masjid, serta madrasah (sekolah taman pendidikan Al-Quran) sebagai pusat pendidikan agama yang diperuntukan bagi anak-anak karyawan PTPN IV Unit Kebun Pabatu secara khusus, dan anak-anak luar perkebunan (anak-anak masyarakat setempat) yang berdekatan dengan perkebunan.

Tabel I Luas Area PTPN IV Unit Kebun Pabatu

AFD TM TBM III TBM II TBM I Lain-lain Jumlah

I - 74 33 252 9 368

II 1.002 - - - 8 1.010

III 903 - - - 7 910

IV 804 - -- - 201 1.005

V - - 52 334 205,07 591,07

VI 781 - - - 63 844

VII - - - 227 88 315

VIII - - 81 263 43 387

IX - - 336 4 340

Jumlah 3.490 74 166 1.412 626,07 5.770,07

Sumber : PTPN IV Unit Kebun Pabatu

(20)

Bahwa dengan luas dari Unit Kebun Pabatu tersebut, perkebunan juga patut mempertimbangkan masyarakat yang ada disekelilingnya yang salah satu bentuk adalah pembangunan fasilitas umum seperti jalan, saluran air, fly over, under pass, halte, alat penerangan umum, jaringan listrik, banjir kanal, trotoar, jalur bus way, tempat pembuangan sampah dan lain sebagainya. Sedangkan fasilitas sosial seperti puskesmas, klinik, tempat sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, taman bermain, tempat olahraga, ruang serbaguna, makam dan lain sebagainya. Semuanya itu dikatakan sebagai utilitas umum. 5 Pembangunan-pembangunan tersebut dilakukan di PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

khusus dalam penelitian ini, akan membahas mengenai pembangunan rumah ibadah yang merupakan utilitas umum bidang sosial, rumah ibadah sudah barang tentu terdiri dari berbagai macam yang mana sesuai dengan agama-agama yang diakui di Indonesia. Akan tetapi rumah ibadah yang diangkat dalam penelitian adalah khusus pembangunan masjid di Lingkungan perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

Pembangunan rumah ibadah seperti masjid, sudah barang tentu haruslah mempunyai landasan hukum yang jelas, dimana pengaturan pembangunan masjid serta bentuk fasilitas yang mendukung ibadah umat Islam di Indonesia, jelas diatur di dalam Undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang dulu diatur di dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.

5 Godam 64 http://www.organisasi.org/1970/01/arti-pengertian-fasilitas -umum-dan-fasilitas

sosial-perbedaan-fasum-fasos.html

(21)

Dimana perwakafan mengatur bagaimana cara pendirian sebuah masjid melalui proses tertentu, dan paling penting adalah bahwa sebuah tanah wakaf haruslah dibangun diatas tanah milik pribadi (tanah hak milik) pembangunan masjid dilakukan beberapa proses yang diatur di dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tersebut.

Pembangunan masjid melibatkan Kantor Urusan Agama (KUA) Kementerian Agama Republik Indonesia selaku pelaksana wakaf sebagaimana tugas pokok dan fungsi, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sebagai pejabat yang mebuat akta-akta yang berhubungan dengan wakaf ini, dapat dilakukan oleh Notaris dan PPAT pada umumnya, Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota sebagai institusi yang akan mengeluarkan sertipikat tanah wakaf dimana masjid tersebut dibangun, serta nadzir atau seorang atau kelompok orang yang melakukan pengelolaan terhadap harta wakaf seperti tanah yang dibangun masjid diatasnya.

Perkebunan PTPN IV secara umum, khususnya Unit Kebun Pabatu merupakan salah satu Badan Hukum Milik Negara sebagaimana yang telah disebutkan diatas, atas dasar hal tersebut maka Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu dapat melakukan perbuatan wakaf atau dengan kata lain, bahwa Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu dapat menjadi wakif sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 7 Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Sementara pembangunan masjid sebagai utilitas umum yang merupakan

bagian wakaf, dianjurkan oleh hukum untuk dibangun diatas tanah hak milik, dimana

tanah hak milik tersebut dapat dipegang perorangan, organisasi, ataupun badan

(22)

hukum yang dibuktikan dengan tanda bukti hak milik tersebut, baik sertipikat tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, ataupun surat girik atas tanah yang dibuat oleh Lurah/ Kepala Desa maupun Camat dimana tanah yang menjadi objek wakaf tersebut berada.

Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dan memberi kewenangan untuk menggunakan bagi segala macam keperluan selama waktu tidak terbatas, sepanjang tidak ada larangan untuk itu dengan mengingat fungsi sosial atas tanah. Dalam hal ini UUPA memberikan sifat dari hak milik tersebut, sehingga disebut terkuat dan terpenuh, dibanding dengan hak- hak atas tanah lainnya, seperti HGU, HGB, dan HP. Maka hak milik atas tanah untuk mengambil kenikmatan dan menggunakannya, sepanjang fungsi sosial tidak dilanggar. 6

Hubungan sepenuhnya antara pemilik dengan hak atas tanahnya, maka prinsip nasionalitas berlaku secara utuh, hak milik kepada orang asing sangatlah dilarang. Hanya hak pakai yang dapat dimiliki oleh orang asing, bahkan badan-badan hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia saja yang boleh mempunyai hak milik tidak semua badan hukum boleh memiliki hak milik, penjelasan umum (UUPA) II angka (5) menyebutkan antara lain:

Adapun pertimbangan untuk (pada dasarnya) melarang badan-badan hukum mempunyai hak milik atas tanah, karena badan-badan hukum tidak mempunyai hak

6 Muhammad Yamin Lubis, Abdul Rahim Lubis, Kepemilikan Properti di Inddonesia

Termasuk Kepemilikan Rumah Oleh Orang Asing, Mandar Maju, bandung, 2013, hal 18.

(23)

milik, tapi cukup hak-hak lainnnya, asal ada jaminan-jaminan yang cukup bagi keperluan-keperluannya yang khusus (hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, menurut pasal 28, 35, dan 41). Dengan demikian, maka dapat dicegah usaha- usaha yang bermaksud menghindari ketentuan-ketentuan mengenai batas-batas maksimum luas tanah yang dipunyai oleh hak milik”. 7

Namun pada Pasal 49, tentang hak-hak atas tanah untuk keperluan suci dan sosial, dikatakan pada ayat (1):

“Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi, badan-badan tersebut dijamin pula memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial”. 8

Pemberian hak milik kepada badan-badan hukum sosial dan keagamaan hanya dibenarkan oleh pemerintah sepanjang tanah itu dipergunakan usaha dalam bidang keagamaan dan sosial. Sesuai dengan keperluan Masyarakat sebagaimana disebut pada Penjelasan Umum II angka (5), selain dari keperluan yang berhubungan dengan keagamaan dan sosial kepada badan-badan hukum yang ada hubungannya dengan perekonomian No. 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas Tanah, yaitu:

Pasal 1:

Badan-badan hukum yang disebut di bawah ini dapat mempunyai hak milik

7 Chadidjah Dalimunthe, Politik Hukum Agraria Nasional Terhadap Hak-Hak atas Tanah, Penerbit Yayasan Pencerahan Mandailing, Medan , 2008. Hal 116.

8 Ibid, hal 116.

(24)

atas tanah, masing-masing yang disebutkan pada pasal 2, 3 dan 4 peraturan ini:

a. Bank-bank yang didirikan oleh negara (selanjutnya disebut bank Negara).

b. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan Undang-undang No. 79 Tahun 1958 (LN Tahun 1958 No. 139).

c. Badan-badan keagamaan yang diunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah mendengar Menteri Agama.

d. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agaria setelah mendengar Menteri Kesejahteraan Sosial. 9

Bagi koperasi-koperasi pertanian ketentuan Undang-undang No. 56 Tahun 1960, tentang batas-batas maksimum juga diberlakukan (Pasal 3).

Pemberian tanah terhadap badan-badan keagamaan serta lembaga-lembaga sosial lain sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 tersebut adalah sebagai dasar politik hukum pertanahan nasional, dengan satu tujuan yaitu untuk sebesar-sebesarnya bagi kemakmuran rakyat, dengan mekanisme yang dijabarkan lebih lanjut antara lain dalam Pasal 1, 2, 3 Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, jadi penguasaan tanah seyogyanya tidak boleh jauh dari tujuan yang diamanatkan kontitusi Negara. 10

Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf adalah sebuah pijakan hukum yang fundamental mengenai perwakafan, dimana pelaksanaannya jelas diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Wakaf , sifat fundamentalnya Undang-undang Perwakafan tersebut, membawa sebuah aturan tegas yang memberikan batasan pelaksanaan wakaf di Indonesia.

Apabila tanah hak milik dialihkan menjadi tanah wakaf, mungkin keadaan tersebut menjadi sebuah kewajaran, karena tanah yang merupakan hak milik

9 Ibid, hal 117.

10 Arief Sugiarto, Sengketa Pertanahan Hak Milik Vs HGU PT. PD Paya Pinang, Buku I,

Penerbit Perhimpunan Bantuan Hukum Nusantara, Jakarta, 2000, hal 8.

(25)

mempunyai kedudukan hak yang bersifat turun-temurun, terkuat, dan terpenuh sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria. Sementara pengalihan tanah yang tadinya merupakan hak milik menjadi tanah wakaf, sudah otomatis tanah tersebut haruslah beralih secara total menjadi tanah wakaf, dan tidak dapat ditarik kembali menjadi tanah hak milik hal ini jelas ditegaskan di dalam Pasal 3 Undang- undang tentang Wakaf.

Mengingat Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria tersebut, maka dimana hak milik tidak memiliki batas jangka waktu, artinya si pemilik tanah dapat mewariskan tanah tersebut keketurunannya tanpa batas waktu dan tanpa batas generasi. 11 Selain itu pemilikan tanah terhadap hak milik, si pemilik dapat mempergunakan tanah tersebut dalam berbagai peruntukannya termasuk memisahkan tanah tersebut untuk dijadikan tanah wakaf.

Dari ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik tersebut, khusus untuk perwakafan tanah diberikan atau ditetapkan haknya dengan hak milik. Alasan pemberian hak milik untuk tanah wakaf, menurut memori penjelasan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 adalah karena perwakafan bersifat untuk selama-lamanya atau abadi, oleh karena itu hak atas tanah yang jangka waktunya terbatas tidak dapat diwakafkan. 12

11 Maria. W. Sumardjono dan Martin Samosir, Hukum Pertanahan Dalam Berbagai Aspek, Penerbit Bina Media, Medan, 2000, hal. 51

12 Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV.

Mandar Maju, Bandung, 2006. Hal 267-268

(26)

Yang menjadi sebuah pembahasan penting, bilamana ada hak selain hak milik digunakan peruntukannya untuk membangun fasilitas sosial seperti masjid dan musholla, yang salah satunya adalah Hak guna usaha.

Dimana hak guna usaha di dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Mempunyai pengertian sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh negara yang diperuntukkan untuk penguasaan pertanian, perikanan, perternakan, 13 hak guna usaha khusus diperuntukan pada kegiatan-kegiatan tersebut.

Pengaturan mengenai peruntukan terhadap tanah yang merupakan hak guna usaha tersebut, diatur dalam Pasal 28 Undang-undang Pokok Agraria yaitu:

“Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29 guna perusahaan pertanian, perikanan, dan peternakan”. 14 Sebagai konsekwensi hak ini diberikan untuk usaha-usaha pertanian, peternakan dan perikanan, yang memerlukan modal yang besar maka tentunya modal dapat terhimpun dalam suatu bentuk badan hukum namun setidak-tidaknya harus ada investasi modal yang layak dan dikelola dengan teknik dan menajemen perusahaan yang baik. 15

Luasnya hak Guna Usaha ini seperti sudah dijelaskan di atas adalah minimum 5 ha dan maksimum tidak ada ketentuan Undang-undang, Tentunya perlu disesuaikan dengan dampaknya terhadap sosial ekonomis dan hukum jika diberikan kepada

13 Muhammad Yamin, Jawaban Singkat Pertanyaan-Pertanyaan Dalam Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria, Edisi Revisi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003. Hal.26

14 Undang-undang Pokok Agraria

15 A.P. Parlindungan, Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria, CV. Mandar Maju,

Bandung, 2008. Hal 161

(27)

swasta apalagi swasta asing yang boleh beroperasi di Indonesia. Selain itu hak guna usaha merupakan hak atas tanah yang mempunyai batas waktu yang jelas untuk dimiliki oleh pemegang hak atas tanah hak guna usaha tersebut. Sehingga apabila satu hak atas satu pemegang hak guna usaha habis, maka bangunan-bangunan yang dibangun oleh pemegang hak guna usaha tersebut, harus dihancurkan atau diserah terimakan pada pemegang hak guna usaha yang baru. Lantas apabila terjadi seperti ini, bagaimana kedudukan masjid selaku rumah ibadah, apakah tetap dipertahankan atau dihancurkan.

Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan diatas, maka perlu dilakukan sebuah

analisis yuridis bahwa secara fakta PTPN IV khususnya Kebun Unit Pabatu, bukan

salah satu badan hukum yang diberikan hak milik khususnya untuk pembangunan

fasilitas umum rumah ibadah seperti masjid dan musholla, serta PTPN IV khususnya

Kebun Unit Pabatu adalah sebuah badan usaha milik negara yang diberikan hak guna

usaha untuk melakukan tujuan didirikannya yaitu agrobisnis. Dimana tanah atau

lahan yang merupakan hak guna usaha PTPN IV Unit Kebun Pabatu yang memiliki

masa waktu berlaku tersebut, bisa saja akan kembali ke negara atau bahkan bisa

beralih kepada pihak lain. Hal ini menjadi sebuah masalah yang perlu diangkat atau

di analisis berdasarkan aturan-aturan hukum yang ada, bilamana masjid dan musholla

tersebut dibangun diatas tanah atau lahan milik Perkebunan PTPN IV Unit Kebun

Pabatu tersebut.

(28)

Sehingga perlu dilakukan sebuah analisis yuridis terhadap proses pendirian rumah ibadah seperti masjid dan musholla yang ada di Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu, dengan bertolak kepada peraturan perundang-undangan yang ada.

B. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan pokok yang akan diteliti lebih lanjut dalam tesis ini adalah:

1. Bagaimanakah status hukum atas pembangunan fasilitas Umum seperti masjid diatas hak guna usaha pada Perkebunan PTPN IV Unit kebun Pabatu?

2. Apakah di Mungkinkan adanya wakaf pembangunan masjid diatas hak guna usaha menurut peraturan yang berlaku tentang perwakafan dan hak guna usaha?

3. Apakah pemegang hak guna usaha dapat mewakafkan sebahagian tanah hak guna usaha agar didirikan fasilitas umum berupa masjid?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa yang telah menjadi rumusan masalah dan menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam proses penelitian. Karena itu, tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah. 16 Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandang hukum atas pembangunan fasilitas Umum seperti masjid diatas hak guna usaha pada Perkebunan PTPN IV Unit kebun Pabatu

16 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing,

2005, hal 238

(29)

2. Untuk mengetahui kemungkinan adanya wakaf, pembangunan masjid diatas hak guna usaha menurut peraturan yang berlaku tentang perwakafan dan hak guna usaha.

3. Untuk mengetahui bahwa pemegang hak guna usaha berhak untuk mewakafkan sebagian tanah hak guna usaha agar didirikan fasiliatas umum berupa masjid D. Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang tidak dapat terpisahkan. Manfaat penelitian berisi uraian tentang temuan-temuan baru yang diupayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian serta apa manfaat temuan tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum. 17 Sehingga bila bertitik tolak dari uraian tersebut, maka dapat diambil beberapa manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka/literatur mengenai pandangan hukum, serta kemungkinan adanya pemberian wakaf untuk pembangunan fasilitas umum ‘masjid” di tanah hak guna usaha Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait dalam hal pandangan hukum serta kemungkinan berdasarkan hukum adanya pemberian hak wakaf atas pembangunan fasilitas umum “masjid” di tanah hak guna usaha Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu

17 Ibid, hal 239

(30)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memiliki keaslian dan tidak plagiat dari hasil karya ilmiah pihak lain. Karena sebelumnya telah dilakukan pemerikasaan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara khususnya di Program Studi Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum.

Dari hasil pemeriksaan diperoleh beberapa judul tesis, antara lain:

1. H. Z. Arifin Nurdin (NIM. 057011102), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Akibat Hukum Perwakafan Tanah Yang Tidak Didaftarkan Menurut Undang-Undang 41 Tahun 2004”.

2. Nina Refina (NIM. 067011060), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Reformasi Perwakafan Di Indonesia Menurut UU Nmor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf”.

3. Abdul Rahim (NIM. 037011003), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Wakaf Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 Di Sumatera Barat (Studi Kasus di Kota Padang)”.

4. Joko Kuncoro (NIM. 037011040), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Badan Wakaf Pesantren Ar- Raudhatul Hasanah Dalam Prespektif Hukum Nasional”.

5. Syafil Warman (NIM. 097011146), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas

Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Penyalahgunaan Tanah Wakaf

Perkumpulan Al- Wasliyah (Studi pada kabupaten deli serdang)”.

(31)

6. Zulkarnain (NIM. 027005047), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Pelaksanaan Redistribusi Tanah Objek Landreform Berdasarkan Surat Keputusan Hak Guna Usaha No. 24 Tahun 1965 Di Kabupaten Langkat”.

7. Elfachri Budiman (NIM. 027005061), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Hukum terhadap Pengeluaran Areal Hak Guna Usaha Dan Pelepasan Asset Negara Atas Tanah Yang Dikuasai Oleh PT. Perkebunan Nusantara-II”.

8. Laksamana Adiyaksa (NIM. 057011042), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Jangka Waktu Berdirinya Badan Hukum Dalam Kaitannya Dengan Perpanjangan Dan Sekaligus Pembaharuan Hak Guna Usaha”.

9. Vivi Duma Sari (NIM. 087011130), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Peralihan Hak Guna Usaha Sekaligus Dilakukan Hak Alih Fungsi Pengunaan Tanah”.

10. Mursil, Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas sumatera Utara, dengan judul penelitian “Jaminan kepastian oknum pemberian perpanjangan hak guna usaha di kabupaten aceh utara”.

11. Astrya Umacy (NIM. 107011059), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas

Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Kedudukan hukum tanah eks hak guna

usaha PTPN III Kebun sungai putih gelang”.

(32)

12. Ruben Sianipar (NIM. 117011003), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Analisis yuridis pemberian hak guna usaha terhadap pengusaha asing dalam bentuk joint usaha (venture) setelah undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal”.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori

Teori merupakan susunan fakta-fakta secara teratur dan sistematis, atau lebih tegas diartikan bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi dan dugaan yang memberikan gambaran sistematis tentang fakta yaitu dengan menggunakan saling hubungan antara variabel-variabel fakta yang secara keseluruhan berguna untuk menjelaskan dan memprediksi fakta tersebut.

Ada 3 (tiga) fungsi utama teori yaitu: 18

a. Teori memberikan arah yang harus diteliti dari suatu objek, sehingga mampu membahas fenomena/fakta yang akan dipelajari/diamati dari objek tersebut (yang relevan).

b. Teori menyusun fakta secara teratur/sistematis dalam bentuk generalisasi atau prinsip-prinsip, sehingga hubungan fakta-fakta satu sama lainnya mudah untuk difahami.

c. Teori menunjukan hubungan fakta-fakta, sehingga dengan pola hubungan itu dapat diramalkan fakta/kondisi yang belum pernah diketahui.

Teori mempunyai hubungan erat dengan fakta. Teori dapat menunjukan arah yang harus ditempuh untuk mengungkapkan fakta yang baru, fakta dapat memberikan gambaran untuk menyusun teori baru atau memperluas, menyempurnakan, bahkan untuk menolak teori yang sudah ada lama.

18 Abdurrozaq Hasibuan, Metodologi Penelitian, 2003, hal 4

(33)

Menurut ML Tobing, teori hukum adalah ilmu yang mempelajari pengertian- pengertian pokok dan sistem dari hukum.

Jadi teori hukum adalah sebagai ilmu bantu terhadap ilmu hukum, yang menurut Alpeldoorn bersama-sama dengan perundang-undangan dan peradilan termasuk kesenian hukum. Teori hukum adalah alat tekhnis atau ilmu bantu bagi ilmu hukum positip, sebagaimana halnya dengan sosiologi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum. Teori hukum berusaha mencari jawaban bagi persoalan teori Hanya yang bertalian dengan hukum positip. Teori hukum berhasrat memahami bentuk -bentuk hukum positip, serta unsur-unsur yang akan dijadikan bahan oleh hukum dan ilmu hukum dalam membangun sistematiknya. Yang mempelajari sitem-sistem dan pengertian-pengertian pokok hukum terlepas dari hukum positip. 19

Teori hukum adalah sebagai penunjang bagi hukum positip, Atau dapat juga dikatakan sebagai dasar landasan untuk mempelajari hukum positip karena sebelum mempelajari hukum positip lebih jauh, maka harus mendasari diri dulu dengan pengertian-pengertian pokok dan sistem-sistemnya.

Di dalam hukum Islam selalu berorientasi kepada kepentingan umat, dan pengkajian hukum terhadap realita di tengah masyarakat selalu menggunakan teori tujuan hukum Islam, yang pada Prinsipnya bagaimana mewujudkan ‘kemanfaatan’

dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Tujuan mewujudkan ‘kemanfaatan’ ini , sesuai dengan prinsip umum Al- Qur’an: 20

a. Al-Asl fi al-manafi al-hall wa fi al-mudar al man’u (segala yang bermanfaat dibolehkan, dan segala yang mudarat dilarang).

19 Abdurrahman, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Ilmu Perundang-undangan, PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, 1995, hal112

20 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interprestasi Undang-Undang (Legisprudence), vol. 1, kencana Prenada

Media Group, Jakarta, 2009, hal 216.

(34)

b. La darara wa dirar (jangan menimbulkan kemudaratan dan jangan menjadi korban kemudaratan).

c. Ad-Darar yuzal (bahaya harus dihilangkan).

Mashlahah berasal dari kata jadian shâd-lâm-ha, kemudian terbentuk kata shalaha, shaluha, shalâhan, sulûhan dan salâhiyyatan. Secara etimologis berarti manfaat dan kebaikan. Mashlahah merupakan bentuk kata keterangan (masdar) dari kata kerja (fi’il) shalaha, karena itu secara morfologis (sharaf) memiliki pola (wazan) seperti kata manfa’ah. 21

Menurut al-Syarnubi mashlahah memiliki pengertian sebagai semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan. Atau dalam artian lain Mashlahah berarti merupakan sesuatu dalam kondisi yang baik, lengkap, berfungsi dan berguna sesuai dengan tujuan barang itu diadakan, serta tidak menimbulkan kerusakan atau kebinasaan.

Mashlahah merupakan salah satu teori hukum di dalam Islam, bahwa kedudukan Mashlahah sebagai teori hukum berusaha untuk mengambil sebuah hukum atas sebuah peristiwa hukum dengan cara melihat sebuah perbuatan ataupun kejadian tersebut, mempunyai manfaat atau dampak positif yang lebih besar baik kepada diri individu ataupun kepada masyarakat secara umum, ataupun suatu peristiwa atau perbuatan tersebut lebih memberikan dampak negatif ataupun memiliki mudarat yang lebih tinggi terhadap diri seorang individu ataupun bagi semua masyarakat.

21 Chamim Thohari, Kajian atas Teori Hukum Maslaham, http://fush.uin-

suska.ac.id/attachments/073_Mahmuzar.pdf diakses pada tanggal 12 maret 2013.

(35)

Bahwa Mashlahah mempunyai kedudukan yang sama dengan Qiyas dan Ijtihad yaitu sama sebagai teori hukum di dalam hukum Islam sekaligus sebagai sumber hukum Islam bersama dengan Al-Qur’an dan Hadist. Beda antara Qiyas dan Ijtihad bahwa kedua tersebut sebagai sumber hukum yang bersesuaian dengan subtansi yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sementara Mashlahah bertitik tolak dari dari tujuan diadakannya hukum Islam tersebut yaitu Maslahat mursalat dimana tujuan utama diadakan hukum Islam yaitu menjaga agama, jiwa, harta, keturunan, akal dan martabat manusia itu sendiri. Sehingga bertitik tolak dari hal tersebut, maka Mashlahah diadakannya.

Pembangunan masjid dan musholla di tanah hak guna usaha milik Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu, apabila dilihat dari sudut kepentingan masyarakat, maka keberadaan masjid dan musholla sebagai fasilitas sosial dianggap sangat urgen keberadaannya karena ibadah merupakan salah satu kebutuhan umat secara menyeluruh sebagai negara, bangsa ataupun masyarakat yang mengakui keberadaan Tuhan Yang Esa.

Pembangunan masjid dan musholla mempunyai tujuan utama dari pembangunan tersebut, dimana pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan lahir dan bathin, setiap pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya mempunyai tujuan, yaitu: 22

22 Hasim Purba, dkk, Sengketa Pertanahan dan Alternatif Pemecahan Studi Kasus di

Sumatera Utara,CV Cahaya Ilmu, Medan, 2006, hal 7.

(36)

a. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat.

b. Meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.

Dengan tujuan ganda ini dalam setiap tahap pembangunan diusahakan agar rakyat segera dapat memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, berupa peningkatan kesejahteraan lahir dan bathin.

Bahwa bersesuaian dengan tujuan diadakan dengan pembangunan serta teori hukum maslaha musyalat mengenai pembangunan utilitas umum berupa pembangunan masjid dan musholla jelas tertuju pada satu target yaitu kesejahteraan umat secara menyeluruh.

Apabila ditinjau fungsinya maka kedudukkan hukum mengatur hidup masyarakat, agar tertib, aman, damai dan tiap individu tidak saling mengganggu hak orang lain. Hukum merupakan sandaran atau ukuran tingkah laku atau kesamaan sikap (Standart of Conduct) yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakat. Lebih jauh hukum berfungsi sebagai suatu sarana perekayasaan untuk mengubah masyarakat kearah yang lebih sempurna (as a tool of sosialengineering), dan iapun sebagai alat untuk mengontrol pemikiran dan langkah-langkah manusia agar mereka selalu terpelihara, tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma hukum (as a tool of sosial control). 23

Kesamaan tingkah laku dan kesamaan sikap merupakan kunci utama sebuah masyarakat yang berbudaya beretika, begitu juga yang diharapkan oleh hukum untuk

23 Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengatar Studi Hukum Islam dalam Tata

Hukum Indonesia. Gaya Media Pratama, Jakarta, 2002, hal 77.

(37)

menciptakan sebuah keteraturan serta kebahagiaan bersama masyarakat (umat) secara menyeluruh.

Pengadaan pembangunan masjid ataupun musholla merupakan sebuah pengharapan bersama seluruh umat Islam selaku bahagian dari masyarakat terkhusus di Kebun Unit Pabatu Perkebunan PTPN IV. Selaku bangsa yang mengakui agama yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 29: 24

a. Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap pendudukan untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Keberadaan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 memberikan kebebasan kepada setiap individu ataupun kelompok masyarakat untuk beribadah sesuai dengan agamanya, dan melakukan usaha untuk pengembangan peribadatannya.

Pendekatan empiris atau “legal empirical”, yang memfokuskan kajiannya dengan memandang hukum sebagai seperangkat realitas (reality), seperangkat tindakan (action), dan seperangkat perilaku (behavior). Pendekatan empiris ini dipelopori oleh gerakan realisme di Amerika Serikat maupun di Skandinavia.

Pendekatan filosofis, yang memfokuskan kajiannya dengan memandang hukum sebagai seperangkat nilai-nilai moral serta ide-ide yang abstrak, diantaranya kajian tentang moral keadilan.

2. Landasan Konsepsional

Membangun konsep dalam pengkajian ilmu hukum pada dasarnya merupakan kegiataan untuk mengkonstruksi teori, yang akan digunakan untuk menganalisisnya

24 Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945.

(38)

dan memahaminya. 25 Dalam kegiatan mengkonstruksi teori ini yang perlu dilakukan salah satunya adalah pemberian pemaknaan dari setiap defenisi konsep penelitian hukum tersebut.

Agar terhindar dari berbagai kekeliruan dan pemaknaan yang ganda, maka Landasan konsepsional dalam penelitian ini sebagai pedoman konseptual dengan tujuan untuk menghindari pemahaman atau penafsiran yang berbeda dari konsep- konsep yang digunakan antara lain:

a. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya. 26

b. Tanah adalah sumber daya alam dan sumber hidup dan kehidupan manusia kini maupun di masa yang akan datang. 27

c. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian. 28

d. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. 29

25 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hal 108.

26 http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/ diakses pada tanggal 2 maret 2014, dan ini merupakan pendapat “(Alexander 1994)” tentang wawasan terhadap pembangunan.

27 Tampil Anshari Siregar, Undang-undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 2001, hal 10.

28 Pasal 1 angka 23Undang-undang Nomor: 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Pemukiman.

(39)

e. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standart tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, nyaman. 30

f. Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara sebagaimana tersebut pada Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan dan perternakan. 31

g. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat di punyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. 32

h. PT Perkebunan Nusantara 4 adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri dimana didalam melakukan aktivitas bisnisnya perusahaan banyak memiliki keterlibatan dengan masyarakat di sekelilingnya. 33

i. Fasilitas Umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum. Contoh dari fasilitas umum (fasum) adalah seperti jalan, angkutan umum, saluran air, jembatan, fly over, under pass, halte, alat penerangan umum, jaringan listrik, banjir kanal, trotoar, jalur busway, tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya. 34

j. Fasilitas Sosial adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dalam lingkungan pemukiman.

29 Pasal 1 angka 22Undang-undang Nomor: 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

30 Pasal 1 angka 21Undang-undang Nomor: 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

31 Pasal 28 UUPA

32 Pasal 20 UUPA

33 Hajariyah Agustina, dkk, Eco Socio Suitanability Development PT. Perkebunan Nusantara IV

34 Godam 64 . Locit

(40)

Contoh dari fasilitas sosial (fasos) adalah seperti puskemas, klinik, sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, taman bermain, tempat olahraga, ruang serbaguna, makam, dan lain sebagainya. 35

k. Perseroan terbatas adalah yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 36

l. Corpoorate Sosial Resposibility (tanggung jawab sosial perusahaan) dan lingkungan adalah Komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. 37

m. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan /atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahtraan umum menurut syariah. 38

n. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. 39

35 Ibid

36 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

37 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

38 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

39 Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

(41)

o. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada nadzir untuk mewakafkan harta benda miliknya. 40

p. Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dangan peruntukannya. 41

q. Harta Benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. 42

r. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh menteri untuk membuat akta ikrar wakaf. 43 s. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan

perwakafan di indonesia. 44

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan metode yuridis empiris, yang disebabkan penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan yuridis normatif, penelitian ilmu hukum empiris bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aturan hukum yang satu dengan aturan hukum yang

40 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

41 Pasal 1 angka 4 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

42 Pasal 1 angka 5 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

43 Pasal 1 angka 6 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

44 Pasal 1 angka 7 Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

(42)

lainnya. 45 Serta bertujuan untuk mengetahui perbuatan masyarakat dari sudut sosiologis dalam menggunakan hukum dalam setiap tindakan serta perbuatannya.

Sifat dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, bersifat deskriptif analisis maksudnya “dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan”. 46

Penelitian ini bersifat penelitian non doktrinal, dimana penelitian non doktrinal yang dikenal dengan istilah asing “ sosial legal research” banyak tertuju ke permasalahan keefektifan hukum. Tentu saja dikaji dalam kaitannya dengan persoalan fungsi dan tujuan hukum dalam suatu suprasistem sosial. Dalam hal ini dipersoalkan dan dikaji fungsi hukum dalam sistem kehidupan sebagai pengontrol kelangsungan tertib sosial ataukah sebagai penggerak perubahan-perubahan struktural dalam sistem. Dalam fungsinya seperti itu manakah yang lebih mempengaruhinya, yaitu subsistem kultur (tata nilai) ataukah subsistem politik. Dan dalam hubungan ini melalui pengamatan- pengamatan apakah yang dapat didiskripsikan dan disimpulkan mengenai hukum. Hukum itu merupakan refleksi nilai-nilai yang hidup dan terkandung secara utuh dalam budaya rakyat atau masyarakat. 47

45 Bahder Johan Nasution, Op,cit. Hal 123

46 Mahyani, Proposal Penelitian dengan Judul analisis yuridis perlunasan utang debitor pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga, 2013, hal 26

47 Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum,Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan, 1990, hal 45.

(43)

Dikatakan ini penelitian non doktrinal (penelitian yuridis normatif), karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui legalitas pembangunan masjid dan musholla di tanah Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu, karena pembangunan masjid tersebut dan musholla tidak sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik serta Undang-undang Nomor. 41 tahun 2004 tentang Wakaf.

2. Sumber Data

Sebagai data dalam penelitian ini digunakan data primer sebagai data utama dan menggunakan data sekunder sebagai data yang dapat menunjang keberadaan data primer tersebut, adapun kedua data tersebut meliputi sebagai berikut:

a. Data Primer

Yaitu data yang didapatkan dari hasil riset dalam bentuk observasi terhadap objek penelitian ini secara langsung, dimana observasi tersebut berusaha menggali data- data secara langsung dari Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu dimana penelitian ini dilaksanakan. Data primer dapat diperoleh baik hasil dari wawancara, dialog, interviuw. 48

b. Data Sekunder

Yaitu data yang bersumber dari bahan pustaka yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.

1) Bahan Hukum Primer.

48 Ibid, Hal 4.

(44)

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya Undang-Undang No. 42 tahun 2006 Tentang Perwakafan serta Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang perwakafan, selain itu didukung juga melalui Undang- undang Pokok Agraria (undang-undang No. 5 Tahun 1960), Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996, Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

2) Bahan Hukum Sekunder.

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil- hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan pembanguan fasilitas umum diatas tanah hak guna usaha pada Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

3) Bahan Hukum Tertier.

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain:

a. Studi Kepustakaan (Library Research).

(45)

Studi Kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi- konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

b. Wawancara.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan peneletian dengan cara tatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawacara.

Sehingga penelitian ini berusaha menggali informasi dari para narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu pengelola fasilitas umum di Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu, serta pimpinan Unit Kebun Pabatu.

d. Analisis Data

Data mentah yang dikumpulkan dikelompokkan, dikatagorikan, dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena-fenomena yang terjadi dan membandingkan dengan fenomena yang lain di luar penelitian. Kemudian ditarik kesimpulan, implikasi-implikasi dan saran-saran. 49

Analisa data adalah mengelompokkan data, membuat suatu urutan, kualitatif serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membaca data tersebut. Menurut Patton melalui buku Lexy J. Moleong sebagai berikut:

“Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”. 50 Dari pernyataan tersebut di atas dapatlah ditarik garis bahwa analisis data bermaksud pertama-

49 Abdurrozaq Hasibuan, Op.cit, hal 68.

50 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi,PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2007. hal 280.

(46)

tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya. 51

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa analisis data adalah suatu upaya untuk mensistematika data, menganalisis data, hingga menarik kesimpulan, dan tahap-tahap tersebut dilakukan secara bertahap, maka penelitian ini pun dilakukan dengan tahap-tahap tersebut, dimana tahapan pertama dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan pembangunan utilitas umum di tanah hak guna usaha milik perkebunan PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan studi kepustakaan (library research) sebagai usaha pendukung dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, sementara upaya yang utama dalam penelitian ini adalah observasi lapangan (observation research) untuk mendapatkan data pokok (materi inti) yang menjadi dasar utama di dalam penelitian ini. Setelah data terkumpul melalui 2 (dua) metode tersebut, maka data tersebut akan disusun secara sistematik, setelah itu akan ditarik kesimpulan atas data-data yang telah disusun tersebut.

Data yang telah disimpulkan tersebut akan dibahas pada bagian pembahasan serta akan diambil kesimpulan atau yang disebut juga dengan penarikan kesimpulan deduktif, selanjutnya akan diberi saran sebagai upaya pemberian solusi atas

51 Ibid 280-281

(47)

permasalahan yang berusaha di pecahkan dalam penelitian ini, mengenai analisis yuridis terhadap pembangunan utilitas umum di tanah hak guna usaha milik PTPN IV Unit Kebun Pabatu. Kesimpulan-kesimpulan tersebut, akan memberikan pemahaman untuk langkah selanjutnya dalam hal pemberian saran.

Pemberian saran bagi sebuah penelitian sebagai wujud dari sifat penelitian itu sendiri yaitu menawarkan pemecahan suatu masalah yang tejadi. Masalah yang terjadi disebabkan oleh suatu kesenjangan antara teori-teori yang ada dengan praktek atau realita yang sebenarnya. Dimana dua sisi ini tidaklah sejalan atau telah terjadi sebuah keadaan yang saling bertolak belakang, atau dengan katakan lain das sein tidak sama dengan das solen.

Tersusunnya sebuah penelitian hukum secara sistematis, maka memberikan

sebuah alur pikir yang sistematis pula, bagi para pemanfaat penelitian itu, baik

bermanfaat secara teoritik maupun bermanfaat secara praktik, sebagaimana manfaat

penelitian ini.

(48)

BAB II

STATUS HUKUM ATAS PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM SEPERTI MASJID DI ATAS HAK GUNA USAHA PADA PERKEBUNAN PTPN IV

UNIT KEBUN PABATU A. Pengertian Pembangunan Secara Umum

Menurut beberapa pendapat para ahli, bahwa pembangunan itu dapat di defenisikan sebagai berikut:

Dissaynake (1984), mendefenisikan pembangunan sebagai suatu perubahan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan kultur tempat mereka dan melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka sebagai penentu atas tujuan mereka sendiri. 52

Dalam pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka diperlukan sebuah pembangunan dalam berbagai bentuk, baik pembangunan dalam bidang pendidikan, spiritual (religious), kesehatan, dan lain sebagainya. Bahwa pembangunan unsur-unsur yang meningkatkan taraf hidup masyarakat itu, diperlukan lahan atau tanah yang dapat digunakan untuk membangun infrastruktur gedung untuk pendidikan, spiritual, dan kesehatan tersebut.

Tanah menyediakan berbagai peluang dan pilihan bagi manusia untuk mencukupi kebutuhannya, sebidang tanah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluannya. Diatas sebidang tanah manusia dapat membangun seluruh fasilitas kepentingan umum. 53

52 Pengertian pembangunan menurut para ahli,

http://www.slideshare.net/septianraha/pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli, diakses pada tanggal 20 Juni 2014.

53 Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal 6.

34

(49)

Pembangunan nasional,khususnya pembangunan untuk berbagai fasilitas kepentingan umum, memerlukan bidang tanah yang cukup dan untuk itu pengadaannya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Maka pengadaan tanah tersebut dilakukan dengan memperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah. 54 Bagi Negara Republik Indonesia yang susunan perekonomiannya dan corak kehidupan masyarakatnya masih bersifat agraris, tanah mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat seluruhnya.Agar fungsi dan peranan tersebut dapat terwujud, maka perlu adanya perombakan yang mendasar dan menyeluruh terhadap hukum agraria peninggalan zaman Hindia Belanda yang tidak sesuai lagi di alam kemerdekaan.perombakan telah dilakukan dengan diberlakukannya Undang- undang Nomor: 5 Tahun 1960, Tentang peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau lebih terkenal dengan nama Undang-undang Pokok Agraria beserta semua peraturan pelaksanaannya. 55

Sehingga keberadaan tanah, sangatlah dibutuhkan untuk pembangunan fasilitas umum yang menyangkut kebutuhan hidup umat banyak. Pembangunan masjid merupakan salah satu bentuk pembangunan kepentingan yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak dibidang keagamaan.

B. Status Tanah Masjid Yang Dibangun Diatas Tanah Hak Guna Usaha Milik PTPN IV Unit Kebun Pabatu

Tanah dimana tempat berdirinya masjid serta musholla yang berada di PTPN 1V Unit Kebun Pabatu, masih merupakan bahagian dari tanah Hak Guna Usaha Murni, dari Unit Kebun Pabatu tersebut, sehingga dengan berdirinya masjid dan musholla, tidak mengubah status tanah beralih menjadi suatu bentuk hak atas tanah yang lain, khususnya tanah wakaf.

Status tanah tempat berdirinya masjid di PTPN IV Unit Kebun Pabatu masih merupakan satu kesatuan dengan tanah hak guna usaha milik PTPN IV Unit Kebun

54 Konsideran dari Keppres No. 55 Tahun 1993, di dalam Syafruddin Kalo, Ibid, hal 115.

55 Ibid, hal 115.

Gambar

Tabel I Luas Area PTPN IV Unit Kebun Pabatu

Referensi

Dokumen terkait

Harga komoditas yang lebih rendah dan lemahnya ekonomi global dapat akan menyiratkan perlambatan dalam momentum pertumbuhan yang kuat bagi GCC dan Negara-negara SSA selaku

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Bagi penyelenggara pemerintah daerah peringkat pertama mempunyai nilai

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Karang, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta pada 40 lanjut usia, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan

yang menjadi Identitas Nasional Indonesia, antara lain di dalam upacara ada sesi pengibaran bendera merah putih yang menjadi identitas Nasional sebagai bendera Negara Indonesia,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel CAR dan NPF memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan variabel

▪ UU No 39 Tahun 1999 tentang hak Asasai Manusia khususnya Pasal 49 (2) yang menyatakan bahwa Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan.. pekerjaan

perusahaan secara konkrit yang didalamnya sudah terkandung etika bisnis tadi. Lalu yang terakhir adalah moral. Moral adalah perwujudan paling nyata dibanding.. Karena disini