• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER PPRG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN MELALUI YANG RESPONSIF GENDER PPRG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER PPRG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN MELALUI YANG RESPONSIF GENDER PPRG"

Copied!
316
0
0

Teks penuh

(1)

BAPPENAS

PETUNJUK PELAKSANAAN

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA

LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN

NOMOR : 270/M.PPN/11/2012 NOMOR : SE-33/MK.02/2012

NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SE 46/MPP-PA/11/2012

TENTANG STRATEGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER ȍPUGȎ MELALUI

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER ȍPPRGȎ

BAPPENAS

PETUNJUK PELAKSANAAN

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER UNTUK PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN 2 SURAT EDARAN

NOMOR : 270/M.PPN/11/2012 NOMOR : SE-33/MK.02/2012

NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SE 46/MPP-PA/11/2012

TENTANG STRATEGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER ȍPUGȎ MELALUI

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER ȍPPRGȎ

(2)

PETUNJUK PELAKSANAAN

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER UNTUK PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN 2 SURAT EDARAN

NOMOR : 270/M.PPN/11/2012 NOMOR : SE-33/MK.02/2012

NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SE 46/MPP-PA/11/2012

TENTANG STRATEGI NASIONAL

PercePatan Pengarusutamaan gender (Pug) MELALUI

Perencanaan dan Penganggaran yang resPonsif gender (PPrg) REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kementerian

Perencanaan Pembangunan

Nasional/

BAPPENAS

Kementerian Dalam Negeri Kementerian

Keuangan

(3)

Lampiran 2

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Pemerintah Daerah

©2012 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Diterbitkan oleh:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Tim Penyusun:

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

1.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS);

Kementerian Keuangan;

2.

Kementerian Dalam Negeri.

3.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

4.

Mitra Pendukung:

1. The Asia Foundation

2. Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)

(4)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

KATA PENGANTAR

DEPUTI MENTERI NEGARA PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan hidayah-Nya sehingga Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Peng- anggaran yang Responsif Gender (Juklak PPRG), yang disusun dalam rangka mendukung implementasi Strategi Nasional Percepatan Peng- arusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Reponsif Gender (Stranas PPRG) ini dapat diselesaikan. Sebagaimana telah diketahui, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menjamin hak setiap warga negaranya untuk menikmati dan berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai bidang. Namun demikian, perolehan akses, manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta kontrol terhadap sumber daya antara penduduk perempuan dan laki-laki belum setara.

Untuk memperkecil kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, pada tahun 2000, dikeluarkan Instruksi Presiden (lnpres) Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Instruksi ini mengharuskan semua kementerian/

lembaga dan pemerintah daerah untuk melaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG). Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan PUG di berbagai bidang pembangunan, sebagaimana yang terlihat pada sejumlah dokumen perencanaan pembangunan nasional.

Dasar pelaksanaan PUG dalam pembangunan 20 tahun ke depan dikuatkan melalui Undang-undang (UU) No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Dalam tahap pertama RPJPN - yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, gender ditetapkan sebagai salah satu prinsip yang harus diarusutamakan di seluruh program/kegiatan pernbangunan, selain prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good

(5)

kebijakan nasional, yaitu: 1) peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; 2) perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; dan 3) peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan. Dengan dernikian, telah terjadi penguatan dasar hukum pelaksanaan PUG, baik pada tingkat UU maupun Peraturan Presiden.

Pada tahun 2009, dalam rangka mempercepat penerapan PUG di berbagai bidang pembangunan, inisiatif perencanaan dan penganggaran responsif gender (PPRG) dimulai dengan dibentuknya Tim Pengarah dan Tim Teknis PPRG melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, No. Kep.30/M.PPN/HK/03/

2009. Untuk mendukung pelaksanaan PPRG tersebut, kemudian di- susunlah Stranas PPRG, yang dimaksudkan untuk percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender, yang sekaligus menunjang upaya pencapaian kepemerintahan yang baik (good governance), pembangunan yang berkelanjutan, serta pencapaian target target Millenium Development Goals (MDGs).

Stranas PPRG tersebut dituangkan dalam bentuk Surat Edaran oleh 4 Tim Penggerak PPRG, yaitu: Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri.

dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pada tataran pelaksanaan, Stranas PPRG dilengkapi dengan Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (Juklak PPRG), yang disusun agar pelaksanaan PUG dalam siklus pem- bangunan menjadi lebih terarah, sistematis dan sinergis, serta ber- kelanjutan, baik di tingkat nasional, maupun daerah.

Untuk itu, ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Stranas dan Juklak PPRG ini, baik dari Kementerian PPN/Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri, dan KPP&PA, dan K/L lainnya yang terkait maupun para pemerintah provinsi; UN Women dan para tenaga ahli, atas segala masukan untuk penyusunan Stranas dan

(6)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

Juklak PPRG ini. Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada seluruh pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu di sini, serta para anggota Tim Penyusun di lingkungan Kementerian PPN/

Bappenas; khususnya Sdr. Dr. Sanjoyo, MEc. (Direktur Kependudukan, Pemberdayaan Perernpuan, dan Perlindungan Anak), yang telah mengoor- dinasikan pelaksanaan penyusunan Stranas ini, didukung oleh Sdri.

Fithriyah, SE, MPA, Ph.D. sebagai pelaksana penyusunan Stranas dan Juklak PPRG tersebut, bersama Sdri. Aini Harisani, SE.

Akhir kata, semoga Stranas dan Juklak PPRG ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya dalam rangka percepatan penerapan PUG melalui PPRG ke depan, baik untuk tingkat nasional, maupun daerah.

(7)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan Surat Edaran Bersama (SEB) tentang Strategi Percepatan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perenca- naan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) dengan salah satu lampiran berupa Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Pemerintah Daerah (Pemda).

Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional mewajibkan setiap Kementerian/Lembaga untuk melaksanakan pengarusutamaan gender di seluruh sektor pembangunan, di semua tingkat pemerintahan. Pada proses penyu-sunan anggaran, ketentuan PPRG diatur dalam PMK mengenai Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dimana dalam materi Anggaran Responsif Gender (ARG) mengatur bahwa Kementerian/Lembaga yang telah mendapatkan pendampingan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlin- dungan Anak (KPP & PA) mengenai PPRG wajib melaksanakan ARG.

Penerbitan SEB ini akan melengkapi ketentuan yang ada mengenai penerapan PPRG sehingga pelaksanaannya akan lebih fokus dan terarah.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat di dalam penyusunan SEB ini. Semoga dengan diterbitkan- nya SEB ini, dapat membantu Pemerintah Daerah untuk memahami serta melaksanakan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender sehingga pelaksanaan PUG lebih fokus dan terarah mulai dari peren- canaan sampai evaluasi seluruh proses penyelenggaraan pembangunan.

(8)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan pembangunan sebelumnya yang difokuskan pada upaya pena- taan kembali berbagai langkah strategis di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup, serta kelembaga- annya agar bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempu- nyai posisi sejajar, serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masya- rakat internasional.

RPJPN memberikan arah yang sangat kuat untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing salah satunya melalui pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas yang antara lain ditandai dengan meningkatnya lndeks Pembangunan Manusia (IPM), lndeks Pembangunan Gender (lPG), serta tercapainya pertumbuhan penduduk yang seimbang dengan angka kelahiran total (total fertility rate) sebesar 2,1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut selanjutnya meng-amanatkan perlunya peningkatan berbagai prioritas program di bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.

Untuk mendukung pencapaian visi dimaksud, misi ke depan di- arahkan salah satunya untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang ber- daya saing yang ditandai dengan: a) meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kesadaran untuk hidup sehat, b) meningkatnya kualitas hidup perem- puan, kesejahteraan, perlindungan anak, penurunan kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusuta- maan gender, serta c) meningkatnya kualitas SDM yang bermartabat dan berakh!ak mulia dan mampua bersaing di era global pada semua jenjang dan jenis pendidikan.

Pengarusutamaan Gender (PUG) sebagai strategi pembangunan telah menjadi komitmen Pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera sejak tahun 2000 sebagaimana tertuang dalam lnstruksi Presiden (INPRES) Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

(9)

nan serta dalam lnstruksi Presiden (INPRES) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan.

Pengintegrasian Gender dalam Program Pembangunan, antara lain bertujuan untuk: Mewujudkan Kesetaraan Gender di berbagai bidang pembangunan di daerah; dan Mewujudkan sistim politik yang demokratis, pemerintahan yang desentralistik, pembangunan daerah yang berkelan- jutan, serta pemberdayaan masyarakat yang partisipatif.

Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan PUG melalui PPRG di tingkat Nasional dan Daerah, selain Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Ren- cana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, juga telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah dan se!anjutnya untuk memberikan kerangka waktu yang jelas maka teiah disusun Strategi Nasional (Stranas) Percepatan PUG melalui PPRG yang bertujuan untuk percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender sesuai RPJMN 2010 - 2014. Stranas tersebut kemudian ditindaklan- juti dengan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Pengang- garan yang Responsif Gender untuk Kementerian/Lembaga. Kami berha- rap Petunjuk Pelaksanaan ini dapat memberikan kontribusi pada Kemen- terian/Lembaga dalam mengimplementasikan perencanaan dan pengang- garan yang responsif gender sehingga dapat memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat perempuan dan laki-laki sebagai penerima program di daerah.

(10)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

KATA PENGANTAR SEKRETARIS KEMENTERIAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Pengarusutamaan Gender (PUG) telah menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi nasional yang dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Mene- ngah Nasional (RPJMN) 2010–2014 pada buku II bab I. RPJMN ini juga telah memuat kebijakan dalam sistem perencanaan dan penganggaran, menggunakan data terpilah dalam analisis, memuat indikator gender, dan menyusun sasaran pembangunan yang responsif gender.

Hasil evaluasi analisa gender dalam perencanaan pembangunan pada tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Bappenas, menunjukkan bahwa pelaksanaan PUG telah mengalami kemajuan dengan terbentuknya kelembagaan PUG di sebagian besar Kementerian/Lembaga. Namun, ternyata perspektif kesetaraan gender belum terintegrasi dalam proses pembangunan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Pada tahun 2009, inisiatif Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) dimulai dengan dibentuknya Tim Pengarah dan Tim Teknis PPRG melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas. Pada tahun 2009 itu pula untuk pertama kalinya Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No.119/2009 terkait dengan penyusunan dan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) yang di dalamnya juga diatur tentang perencanaan dan penganggaran yang responsif gender yang mulai dilaksanakan di empat pilot Kementerian/Lembaga ada juga “driver”.

Adapun ke empat pilot K/L yang melaksanakan PPRG adalah Kemendikbud, Kementerian PU, Kemen-terian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan.

Sedangkan ketiga driver yang menjadi pilot adalah di Kemeneg PPN/

Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kemeneg PP dan PA.

Demikian halnya dengan hasil review terhadap peraturan yang terkait mekanisme pelaksanaan pembangunan daerah menunjukkan bahwa esensi pengarusutamaan hanya terfokus pada pemberdayaan perempuan, belum pada perwujudan kesetaraan gender di semua lini pembangunan.

(11)

Daerah (PERDA). Dengan demikian, pelaksanaan PPRG di daerah dapat berlangsung lintas waktu (multi-years) dan terintegrasi di dalam meka- nisme dan proses perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah secara terus menerus dan berkesinambungan. Mengingat pentingnya penguatan pada peraturan perundang-undangan di daerah, maka peranan Kementerian Dalam Negeri dalam penerapan PPRG di daerah tersebut menjadi hal yang penting dan dapat menjadi motor penggerak bersama dengan Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pemberda- yaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan PUG melalui PPRG di tingkat nasional dan daerah dan untuk memberikan kerangka waktu yang jelas maka disusunlah Strategi Nasional Percepatan PUG melalui PPRG yang dimaksudkan untuk percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender sesuai RPJMN 2010–2014 stranas tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Kementerian/Lembaga. Kami berharap Petunjuk Pelaksanaan ini dapat memberikan kontribusi pada Kemente- rian/Lembaga dalam mengimplementasikan perencanaan dan pengang- garan yang responsif gender sehingga dapat memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat perempuan dan laki-laki sebagai penerima program dari Kementerian/Lembaga.

(12)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

KATA PENGANTAR

• Kata Pengantar Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS Bidang Sumber Daya Manusia dan

Kebudayaan iii

• Kata Pengantar Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan vi

• Kata Pengantar Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri vii Kata Pengantar Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Pelindungan Anak ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR DIAGRAM xiv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

I. Latar Belakang 1

II. Peraturan Perundang-Undangan dan Kebijakan Terkait 3

III. Tujuan 4

IV. Sasaran 4

BAB II. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

YANG RESPONSIF GENDER 5

I. Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah 5 II. Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender 8 III. Instrumen PPRG dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran

Daerah 10

BAB III PENERAPAN INSTRUMEN PERENCANAAN

DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER 18 I. Pengintegrasian Gender Dalam Dokumen Perencanaan 19

(13)

IV. Peran Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dalam Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran

yang Responsif Gender 43

BAB IV. PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN

DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER DI DAERAH 45 I. Pengertian Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan

dan Penganggaran yang Responsif Gender di Daerah 45 II. Indikator Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan

Penganggaran yang Responsif Gender di Daerah 46 III. Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi 52 IV. Pelaporan Hasil Pengendalian dan Evaluasi 53

BAB V PENUTUP 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN 57

• Lampiran 1 58

• Lampiran 2 63

• Lampiran 3 74

• Lampiran 4 76

• Lampiran 5 80

• Lampiran 6 81

• Lampiran 7 84

• Lampiran 8 87

• Lampiran 9 88

• Lampiran 10 92

• Lampiran 11 95

• Lampiran 12 98

• Lampiran 13 101

(14)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahapan Penyusunan dan Penetapan APBD 6 Tabel 2.2. Matrik Gender Analysis Pathway 13

Tabel 2.3. Keterkaitan GAP dan GBS 14

Tabel 2.4. Format Gender Budget Statement dan Cara Penyusunannya 16 Tabel 3.1. Implementasi GAP dalam Struktur RPJMD 21 Tabel 3.2. Integrasi Gender dalam Dokumen Renstra SKPD 26 Tabel 3.3. Integrasi Gender dalam Dokumen RKPD 31 Tabel 3.4. Integrasi Gender dalam Dokumen Renja SKPD 34 Tabel 3.5. Integrasi Gender dalam Dokumen KUA-PPAS 37 Tabel 3.6. Integrasi Gender dalam Dokumen RKA/DPA SKPD 40 Tabel 3.7. Peran Kelembagaan PUG dalam Penyusunan PPRG 43 Tabel 4.1. Indikator Pengendalian dan Evaluasi PPRG di Daerah 47

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1. Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan

Daerah 5

Diagram 3.1 Posisi GAP dan GBS dalam Penyusunan Dokumen

Perencanaan dan Penganggaran Daerah 19 Diagram 3.2. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Kabupaten/Kota 20 Diagram 3.3. Alur Penyusunan Renstra SKPD 25 Diagram 3.4. Penyusunan Rancangan Awal RKPD Kabupaten/Kota 30 Diagram 4.1. Prosedur Pengendalian dan Evaluasi 53 Diagram 4.2. Alur Pelaporan Hasil Pengendalian dan Evaluasi 54

(15)

Analisis Gender : Identifikasi secara sistematis tentang isu-isu gender yang disebabkan karena adanya pembe- daan peran serta hubungan sosial antara perem- puan dan laki-laki. Analisis gender perlu dilaku- kan, karena pembedaan-pembedaan ini bukan hanya menyebabkan adanya pembedaan diantara keduanya dalam pengalaman, kebutuhan, penge- tahuan, perhatian, tetapi juga berimplikasi pada pembedaan antara keduanya dalam memperoleh akses dan manfaat dari hasil pembangunan, berpartisipasi dalam pembangunan serta pengua- saan terhadap sumberdaya pembangunan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

: Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

: Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan ditetapkan dengan Undang-Undang.

Anggaran

Responsif Gender (ARG)

: Anggaran yang merespon kebutuhan, permasala- han, aspirasi dan pengalaman perempuan dan laki-laki yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

: Unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksa- naan rencana pembangunan daerah.

(16)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

Badan Perwakilan Desa (BPD)

: Lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999. BPD merupakan salah satu unsur pemerintah desa selain Kepala Desa, BPD mempunyai 4 (empat) fungsi: (1) mengayomi adat istiadat; (2) membuat peraturan desa; (3) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; serta (4) melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah Desa.

Bersifat Indikatif : Data dan informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan tidak kaku.

Bias Gender : Suatu pandangan yang membedakan peran, kedudukan, hak serta tanggung jawab perempuan dan laki-laki dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan pembangunan serta memihak kepada salah satu jenis kelamin.

Data Terpilah : Data terpilah menurut jenis kelamin, status dan kondisi perempuan dan laki-laki di seluruh bidang pembangunan yang meliputi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, bidang politik dan pengambilan keputusan, bidang hukum dan sosial budaya dan kekerasan.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

: Lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)

: Dinas yang bertugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah yang menjadi kewenangan daerah.

Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA SKPD)

: Dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksa- naan anggaran oleh Kepala SKPD sebagai pengguna anggaran.

(17)

Point PUG) utamaan gender ke dalam setiap kebijakan, program, proyek dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah masing- masing.

Forum SKPD provinsi dan kabupaten/kota

: Wahana antar pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD provinsi dan kabupaten/kota.

Gender : Perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara perempuan dan laki-laki yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas. Jadi, gender merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

Gender Analysis Pathway (GAP)

: Disebut juga alur kerja analisis gender, merupakan model/alat analisis gender yang dikembangkan oleh Bappenas bekerjasama dengan Canadian International Development Agency (CIDA), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) untuk membantu para perencana melakukan pengarusutamaan gender.

Gender Budget Statement (GBS)

: Pernyataan anggaran responsif gender atau Lembar Anggaran Responsif Gender adalah dokumen pertanggungjawaban spesifik gender yang disusun pemerintah yang menunjukkan kesediaan instansi untuk melakukan kegiatan berdasarkan kesetaraan gender dan mengaloka- sikan anggaran untuk kegiatan-kegiatan tersebut.

(18)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

Gender Empowerment Measure (GEM)

: Disebut juga Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indikator yang dikembangkan oleh UNDP yang bertujuan untuk mengukur kemajuan perempuan terutama partisipasi dalam forum- forum politik dan ekonomi. GEM menganalisa sejauh mana perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi dalam dunia politik dan ekonomi dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusan.

Gender-related Development Index (GDI)

: Disebut juga Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indikator yang dikembangkan oleh UNDP yang lebih menaruh perhatian pada penggunaan kapabilitas dan pemanfaatannya dalam kesempatan-kesempatan dalam hidup. GDI mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama dengan HDI (Human Development Index), namun menangkap ketidakadilan dalam hal pencapaian antara perempuan dan laki-laki.

Hasil (outcome) : Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

: Organisasi profesi bidan di Indonesia.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

: Organisasi profesi kedokteran di Indonesia.

Indikator Kinerja : Instrumen untuk mengukur kinerja, yaitu alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.

Untuk mengukur output pada tingkat Kegiatan digunakan instrumen Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), sedangkan untuk mengukur hasil pada tingkat Program digunakan instrumen Indikator Kinerja Utama (IKU).

(19)

dengan membandingkan kondisi yang dicita- citakan (kondisi normatif) dengan kondisi gender sebagaimana adanya (kondisi subyektif).

Isu-isu Strategis : Kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.

Keadilan Gender (gender equity)

: Perlakuan adil bagi perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan proses kebijakan pembangu- nan nasional, yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan, hambatan sebagai perempuan dan sebagai laki-laki untuk mendapat akses dan manfaat dari usaha-usaha pembangunan; untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan (seperti yang berkaitan dengan kebutuhan, aspirasi) serta dalam memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya seperti dalam mendapatkan/

penguasaan keterampilan, informasi, pengeta- huan, kredir dan lain-lain

Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

: Dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

Kebijakan/

Program Responsif Gender

: Kebijakan/program yang responsif gender berfokus kepada aspek yang memperhatikan kondisi kesenjangan dan kepada upaya mengangkat isu ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin.

(20)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

Kegiatan : Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Kegiatan Prioritas : Kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai secara langsung sasaran program prioritas.

Keluaran (output) : Barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan, yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

: Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.

Kerangka Acuan Kerja (KAK) / Term of Reference (TOR)

: KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/

Lembaga. Dalam KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan.

Kerangka Anggaran

: Rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang akan didanai APBD untuk mencapai tujuan pembangunan daerah.

Kerangka Pendanaan

: Program dan kegiatan yang disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari anggaran pemerin- tah/daerah, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh.

(21)

pembangunan, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh.

Kesenjangan Gender (gender gap)

: Ketidakseimbangan atau perbedaan kesempatan, akses, partisipasi, kontrol dan manfaat antara perempuan dan laki-laki yang dapat terjadi dalam proses pembangunan.

Kesetaraan Gender (gender equality)

: Kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu ber- peran dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil yang dampaknya seimbang.

Kinerja : Prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

: Salah satu lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

: Organisasi non pemerintah yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

Millenium

Development Goals (MDG’s)

: Disebut juga Tujuan Pembangunan Milenium adalah hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, dan mencakup delapan sasaran untuk dicapai pada 2015, yaitu: (1) mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, (2) pendidikan universal, (3) kesetaraan gender, (4) kesehatan anak, (5) kesehatan ibu, (6) , penanggulangan HIV/AIDS, (7) kelestarian lingkungan, dan (8) kemitraan global.

(22)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

: Forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan.

Netral Gender : Kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak kepada salah satu jenis kelamin.

Pemangku Kepentingan

: Pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah antara lain unsur DPRD provinsi dan kabupaten/kota, TNI, POLRI, Kejaksaan, akademisi, LSM/Ormas, tokoh masyarakat provinsi dan kabupaten/kota/desa, pengusaha/

investor, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pemerintahan desa, dan kelurahan serta keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termajinalkan.

Pembangunan Daerah

: Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

Pengarusutamaan Gender (PUG)

: Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan.

Perencanaan : Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

(23)

(PPRG) laki dengan tujuan untuk mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan.

Perencanaan yang Responsif Gender

: Perencanaan yang dibuat oleh seluruh lembaga pemerintah, organisasi profesi, masyarakat dan lainnya yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek seperti: peran, akses, manfaat dan kontrol yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki. Artinya adalah bahwa perencanaan tersebut perlu mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan pihak perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan.

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)

: Pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut.

Perencanaan Pembangunan Daerah

: Suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/ daerah dalam jangka waktu tertentu.

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

: Rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.

Problem Base Approach (PROBA)

: Teknik analisis yang dikembangkan melalui kerja sama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, dan UNFPA, dengan pendekatan yang berbasis masalah.

(24)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

Program : Bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh peme- rintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.

Rencana Kerja : Dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka anggaran.

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA SKPD)

: Dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

: Dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pem- bangunan tahunan daerah.

Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD)

: Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

: Dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

: Dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

: Dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

: Dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

(25)

Responsif Gender : Perhatian dan kepedulian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatan- hambatan struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender.

Sasaran : Target atau hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

: Perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Sensitif Gender : Kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil-hasil pembangunan serta relasi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

: Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Statistik Gender : Kumpulan data dan informasi terpilah menurut jenis kelamin yang memperlihatkan realitas kehidupan perempuan dan laki-laki yang mengandung isu gender. Statistik gender biasanya dipakai dalam konteks kebijakan, dengan tujuan untuk (1) melihat adanya ketimpangan gender secara komprehensif; (2) membuka wawasan para penentu kebijakan atau perencana tentang kemungkinan adanya isu gender dan; (3) bermanfaat untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan/program yang responsif gender.

(26)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah

SWOT Analysis : Suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi secara internal faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dan secara eksternal mengenai peluang (opportunities) dan ancaman (threats), untuk menyusun program aksi sebagai tindakan dalam mencapai sasaran dan tujuan dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)

: Tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksana- kan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, DPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang I.

Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan perpektif gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan. Pelaksanaan integrasi PUG ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran di tingkat pusat dan daerah diharapkan dapat mendorong pengalokasian sumber daya pembangunan menjadi lebih efektif, dapat dipertanggungjawabkan, dan adil dalam memberikan manfaat pembangunan bagi seluruh penduduk Indonesia, baik perempuan maupun laki-laki.

Pelaksanaan PUG harus terefleksikan dalam proses penyusunan kebijakan yang menjadi acuan perencanaan dan penganggaran untuk menjamin program dan kegiatan yang dibuat oleh seluruh lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi responsif gender.

Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) merupakan perencanaan yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki. Hal ini berarti bahwa perencanaan dan penganggaran tersebut mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan pihak perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan kegiatan.

PPRG bukanlah suatu proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada, dan bukan pula penyusunan rencana dan anggaran khusus untuk perempuan yang terpisah dari laki-laki. Di samping itu penyusunan PPRG bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan sebuah kerangka kerja atau alat analisis untuk mewujudkan keadilan dalam penerimaan manfaat pembangunan.

(28)

PUG adalah salah satu dari 3 (tiga) strategi nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 pada Buku II Bab I. RPJMN ini telah memuat kebijakan PUG dalam sistem perencanaan dan penganggaran, menggunakan data terpilah dalam analisis, memuat indikator gender, dan menyusun sasaran pembangunan responsif gender. Dalam konteks daerah, penggunaan analisis gender sebelum penyusunan perencanaan pembangunan juga telah diamanatkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah pasal 33 ayat 3.

Secara spesifik, PPRG juga merupakan bentuk implementasi dari Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) yang menjadi filosofi dasar sistem penganggaran di Indonesia di mana pengelolaan anggaran memper- hitungkan komponen gender pada input, output, dan outcome pada perencanaan dan penganggaran, serta mengintegrasikan indikator keadilan (equity) sebagai indikator kinerja, setelah pertimbangan eko- nomi, efisiensi, dan efektivitas. Dengan demikian, Anggaran Responsif Gender (ARG) menguatkan secara signifikan kerangka penganggaran berbasis kinerja menjadi lebih berkeadilan.

Dalam rangka melakukan percepatan pelaksanaan PPRG ini, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) telah mengeluarkan Peraturan Bersama mengenai Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG).

Strategi nasional ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Bersama Bappenas, Kemendagri, Kemenkeu, dan KPP&PA tentang Petunjuk Pelaksanaan PUG melalui PPRG di Daerah.

(29)

Peraturan Perundang-Undangan dan Kebijakan Terkait II.

Beberapa peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang terkait dengan PPRG adalah sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan 1.

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women);

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan 2.

Negara;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem 3.

Perencanaan Pembangunan Nasional;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 4.

Daerah;

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian 5.

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun tahun 2007 tentang 6.

Organisasi Perangkat Daerah;

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, 7.

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah;

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana 8.

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010- 2014;

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan 9.

Gender dalam Pembangunan Nasional;

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan 10.

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program 11.

Pembangunan yang Berkeadilan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang 12.

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

(30)

13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang 13.

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang 14.

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang 15.

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 Tentang 16.

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Daerah;

Tujuan III.

Memberi rujukan untuk pelaksanaan Percepatan PUG melalui 1.

PPRG di daerah agar lebih terarah, sistematis, dan sinergis di tingkat daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota);

Menjadi pedoman dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan 2.

PPRG di daerah yang dilaksanakan oleh Bappenas, Kemendagri dan KPP&PA.

Sasaran IV.

Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten 1.

dan Pemerintahan Kota dalam menyusun dan merencanakan anggaran yang responsif gender;

Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten 2.

dan Pemerintahan Kota dalam melakukan pengendalian dan evaluasi perencanaan dan penganggaran daerah.

(31)

BAB II

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER

Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah I.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan dasar dari sinkronisasi siklus perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah sebagaimana dijelaskan melalui diagram 2.1 dibawah ini.

Diagram 2.1.

Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah

RENSTRA

KL RENJA KL RKA-KL RINCIAN

APBN

RAPBN APBN RPJM RKP

NASIONAL RPJP

NASIONAL

RPJM DAERAH RPJP

DAERAH RKPD RAPBD APBD

RENSTRA

SKPD RENJA

SKPD RKA-

SKPD PENJABARAN APBD Pedoman

Pedoman

Pedoman Pedoman

Pedoman

Pedoman Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman diacu

diacu

dijabarkan

dijabarkan Pedoman

diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANGDA

KUA PPAS

PERENCANAAN PROGRAM PENGANGGARAN

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

(32)

Dalam diagram di atas, dapat dilihat keterkaitan antara beberapa tingkatan perencanaan serta keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran. Perencanaan terkait dengan penentuan prioritas tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan penganggaran menggambarkan bagaimana alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan pembangunan di daerah tidak terpisah dari perencanaan pembangunan di tingkat nasional, sebagaimana disebutkan dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1.

Berikut ini adalah proses perencanaan dan penganggaran di daerah beserta pelaku, tahapan dan waktu penyusunannya:

Tabel 2.1.

Tahapan Penyusunan dan Penetapan APBD

No Tahapan Pelaku Output Waktu

1 Musrenbang

Desa/Kelurahan Komponen masyarakat (ketua RT/RW, kepala dusun, LPM, ketua adat, kelompok perempuan, kelompok pemuda, ormas, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah), kepala desa/lurah dan aparat desa/kelurahan, BPD, Camat dan aparat kecamatan, kepala Puskesmas, kepala sekolah, LSM

Usulan kegiatan desa/

kelurahan

Januari

2 Musrenbang

Kecamatan Delegasi kelurahan/desa (ter- dapat perwakilan perempuan), organisasi masyarakat di ting- kat kecamatan, Bappeda, per- wakilan SKPD, kepala cabang SKPD, kepala unit pelayanan di tingkat kecamatan, anggota DPRD dari daerah pemilihan kecamatan bersangkutan, camat dan aparat kecamatan bersangkutan, LSM, ahli/

profesional (jika dibutuhkan)

Usulan kegiatan kecamatan

Februari

(33)

No Tahapan Pelaku Output Waktu 3 Forum SKPD Delegasi Kecamatan (terdapat

perwakilan kelompok perempuan), organisasi sektoral (misal: Dewan Pendidikan untuk Forum Pendidikan, IDI dan IBI untuk Forum Kesehatan), Kepala SKPD, LSM dengan bidang kerja sesuai dengan fungsi SKPD, ahli/profesi

Renja SKPD Maret

4 Musrenbang RKPD

kabupaten/kota

Delegasi musrenbangcam, delegasi Forum SKPD, DPKAD, DPRD, LSM yang bekerja di tingkat kota/kabupaten, perguruan tinggi, perwakilan Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim Penyusun Renja SKPD, Panitia/Tim Anggaran eksekutif maupun DPRD

Masukan terhadap dokumen RKPD

Maret

5 Pembahasan

KUA dan PPAS TAPD dan DPRD Dokumen

KUA dan PPAS

Pertengahan Juni-akhir Juli 6 Penyusunan

RKA SKPD SKPD Dokumen

RKA SKPD Agustus 7 Penyusunan

RAPBD (Kompilasi dari RKA)

TAPD Dokumen

RAPBD September- Oktober

8 Pembahasan

RAPBD di DPRD TAPD dan DPRD APBD Oktober-

Desember 9 Evaluasi oleh

Gubernur Tim Evaluasi Gubernur APBD yang lolos evaluasi dan siap dibuat Perda

Pertengahan Desember

10 Penerbitan

Perda APBD Pemda dan DPRD Perda

APBD Akhir

Desember

(34)

Siklus APBD terdiri dari empat tahapan, yaitu 1) tahap penyusunan yang terdiri dari perencanaan dan penganggaran, 2) tahap pembahasan dan penetapan, 3) tahap pelaksanaan, dan 4) tahap pertanggungjawaban APBD. Dari keseluruhan tahapan ini, tahap pertama dan kedua sangat menentukan bentuk atau profil APBD.

Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender II.

Perencanaan Responsif Gender (PRG) dilakukan untuk menjamin keadilan dan kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat pembangunan. Perencanaan ini dibuat dengan mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan, permasalahan, dan pengalaman perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam konteks perencanaan daerah, PRG ini direfleksikan dalam dokumen RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, dan Renja SKPD.

Perencanaan Responsif Gender diharapkan dapat menghasilkan Anggaran Responsif Gender (ARG), di mana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakomodasi kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. ARG ini direfleksikan dalam dokumen KUA-PPAS, RKA SKPD dan DPA SKPD.

Dengan mengimplementasikan PRG dan ARG diharapkan perencanaan dan penganggaran daerah dapat:

Lebih efektif dan efisien.

1.

Pada analisis situasi/analisis gender dilakukan pemetaan peran perempuan dan laki-laki, kondisi perempuan dan laki-laki, kebutuhan perempuan dan laki-laki serta permasalahan perempuan dan laki- laki. Dengan demikian analisis gender akan mengurai dan memberikan jawaban yang lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam penetapan program/kegiatan dan anggaran, menetapkan kegiatan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender, dan siapa yang sebaiknya dijadikan target sasaran dari sebuah program/kegiatan, kapan dan bagaimana program/kegiatan akan dilakukan.

(35)

Mengurangi kesenjangan tingkat penerima manfaat pembangunan.

2.

Dengan analisis situasi/analisis gender akan dapat meng- identifikasikan adanya perbedaan permasalahan dan kebutuhan antara perempuan dan laki-laki, sehingga dapat membantu para perencana maupun pelaksana untuk menemukan solusi dan sasaran yang tepat dalam rangka menjawab permasalahan dan kebutuhan yang berbeda.

Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan PRG dan ARG yaitu:

Syarat utama untuk melaksanakan PRG dan ARG adalah kemauan 1.

politik dan komitmen dari pembuat kebijakan publik;

Penerapan PRG dan ARG fokus pada program dan kebijakan dalam 2.

rangka:

Penugasan prioritas pembangunan daerah yang mendukung a.

prioritas pembangunan nasional dan pencapaian MDG’s;

Pelayanan kepada masyarakat (

b. service delivery) berdasarkan

pencapaian SPM; dan/atau;

Pencapaian visi dan misi pembangunan daerah.

c.

PRG dan ARG merupakan penyusunan perencanaan dan anggaran 3.

guna menjawab secara adil kebutuhan setiap warga negara, baik perempuan maupun laki-laki (keadilan dan kesetaraan gender).

PRG dan ARG bukan fokus pada perencanaan dan penyediaan anggaran 4.

dengan jumlah tertentu untuk pengarusutamaan gender saja, tapi lebih luas lagi, bagaimana perencanaan dan anggaran keseluruhan dapat memberikan manfaat yang adil untuk perempuan dan laki-laki.

Prinsip tersebut mempunyai arti:

PRG dan ARG bukanlah program dan anggaran yang terpisah a.

untuk perempuan dan laki-laki;

PRG dan ARG sebagai pola anggaran yang akan menjembatani b.

kesenjangan status, peran dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki;

(36)

PRG dan ARG bukanlah dasar yang dapat dijadikan untuk meminta c.

tambahan alokasi anggaran;

PRG dan ARG tidak selalu berarti penambahan program dan d.

anggaran yang dikhususkan untuk program perempuan;

PRG dan ARG bukan berarti ada jumlah program dan alokasi dana e.

50% untuk perempuan dan 50% untuk laki-laki dalam setiap kegiatan;

Peluang integrasi isu gender dapat tercermin dalam:

f.

Proses perencanaan partisipatif di mana perempuan dan laki- ȃ

laki terlibat dan menyampaikan aspirasi serta kebutuhan mereka secara aktif.

Dokumen perencanaan, baik secara tersurat maupun tersirat ȃ

dalam rumusan kondisi daerah, visi dan misi, isu strategis, sasaran, program atau kegiatan suatu SKPD yang berkomitmen untuk mengurangi kesenjangan gender.

Program dan kegiatan khusus pemberdayaan perempuan.

ȃ

Indikator dan target yang terpilah.

ȃ

Target dan indikator yang berfokus pada isu-isu terkait gender ȃ

tertentu.

Instrumen PPRG dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran III.

Daerah

PPRG dilakukan melalui analisis gender dan penyusunan Gender Budget Statement (GBS). Hasil analisis yang dilakukan dan GBS dijadikan acuan dalam menyusun seluruh dokumen perencanaan dan penganggaran.

A. Analisis Gender

Dalam melakukan proses perencanaan dan penganggaran agar responsif gender, yang pertama-tama harus dilakukan adalah menganalisis adanya isu kesenjangan gender dalam output kegiatan. Pada proses ini diperlukan piranti untuk melakukan analisis gender, seperti model:

(37)

Harvard, Moser, SWOT, PROBA, GAP, dan lain sebagainya. Tahap analisis gender dalam proses PPRG dapat menggunakan alat analisis Gender Analysis Pathway (GAP) sebagaimana yang ada dalam contoh. Dengan telah teridentifikasinya isu kesenjangan gender yang ada pada level output, informasi yang di dapat kemudian dimasukkan ke dalam dokumen GBS.

Analisis yang digunakan sebagai contoh dalam pedoman ini adalah Gender Analysis Pathway (GAP) yang meliputi sembilan langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Melaksanakan analisis tujuan dan sasaran kebijakan, program dan kegiatan yang ada.

Langkah 2 : Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin dan usia. Hasil kajian, riset, dan evaluasi dapat digunakan sebagai pembuka wawasan untuk melihat apakah ada kesenjangan gender (baik data kualitatif maupun kuantitatif). Jika data terpilah tidak tersedia, dapat menggunakan data-data proksi dari sumber lainnya.

Langkah 3 : Identifikasi faktor-faktor penyebab kesenjangan berdasarkan:

a. akses, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program pembangunan telah memberikan ruang dan kesempatan yang adil bagi perempuan dan laki-laki;

b. partisipasi, yaitu identifikasi apakah kebijakan atau program pembangunan melibatkan secara adil bagi perempuan dan laki-laki dalam menyuarakan kebutuhan, kendala, termasuk dalam pengambilan keputusan;

c. kontrol, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program memberikan kesempatan penguasaan yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk mengontrol sumberdaya pembangunan;

d. manfaat, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program memberikan manfaat yang adil bagi perempuan dan laki- laki.

(38)

Langkah 4 : Menemukenali sebab kesenjangan di internal lembaga (budaya organisasi) yang menyebabkan terjadinya isu gender.

Langkah 5 : Menemukenali sebab kesenjangan di eksternal lembaga, yaitu di luar unit kerja pelaksana program, sektor lain, dan masyarakat/

lingkungan target program.

Langkah 6 : Reformulasi tujuan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan menjadi responsif gender (bila tujuan yang ada saat ini belum responsif gender). Reformulasi ini harus menjawab kesenjangan dan penyebabnya yang diidentifikasi di langkah 3,4, dan 5.

Langkah 7 : Menyusun rencana aksi, menetapkan prioritas, output dan hasil yang diharapkan dengan merujuk isu gender yang telah diidentifikasi. Rencana aksi tersebut merupakan rencana kegiatan untuk mengatasi kesenjangan gender.

Langkah 8 : Menetapkan base-line atau data dasar yang dipilih untuk mengukur suatu kemajuan atau progres pelaksanaan kebijakan atau program. Data dasar tersebut dapat diambil dari data pembuka wawasan yang relevan dan strategis untuk menjadi ukuran.

Langkah 9 : Menetapkan indikator kinerja (baik capaian output maupun outcome) yang mengatasi kesenjangan gender di langkah 3,4, dan 5.

Matrik yang digunakan dalam metode Gender Analysis Pathway (GAP) sebagaimana dalam tabel 2.2 dibawah ini.

Gambar

Tabel 2.2. Matrik Gender Analysis Pathway (GAP) Langkah 1Langkah 2Langkah 3Langkah 4Langkah 5Langkah 6Langkah 7Langkah 8Langkah 9 Nama  Kebijakan/ Program/ Kegiatan
Tabel 3.1.  Implementasi GAP dalam Struktur RPJMD Tahapan Penyusunan Rancangan Awal RPJMDStruktur RPJMDLangkah Integrasi GenderGAP (langkah 1-9) Pengolahan data dan informasi : Data dan informasi perencanaan  pembangunan daerah harus dikompilasi secara ter
Tabel 3.2.  Integrasi Gender dalam Dokumen Renstra SKPD Tahapan Penyusunan Rancangan Awal Renstra SKPDStruktur Renstra  SKPDLangkah Integrasi GenderGAP(langkah 1-9) Pengolahan data dan informasi : Hasil evaluasi Renstra  SKPD periode sebelumnya merupakan i
Tabel 3.3.  Integrasi Gender dalam Dokumen RKPD Tahapan Penyusunan Rancangan Awal RPKDStruktur RKPDLangkah Integrasi GenderGAP (langkah 1-9) Pengolahan data dan informasi : Analisis data dan informasi pada  beberapa aspek pelayanan umum, kesejahteraan sosi

Referensi

Dokumen terkait

Nilai perusahaan merupakan tujuan utama manajemen perusahaan yang dilakukan dengan menggabungkan fungsi manajemen keuangan melalui keputusan investasi, keputusan

Grafik perbandingan rata-rata kepadatan trikoma bawah pada generasi pertama dari kombinasi persilangan balik (Back-cross) kedelai G100H, Ichyou dan Willis ………41...

sikap sebagai berikut: pertama , mengusai kurikulum. Guru harus tahu batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan materi,

HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Hasil Analisis data statistik menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara tinggi pemangkasan batang padi ratoon dan dosis pupuk Urea tidak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai re- tensi protein dan retensi lemak ikan yang diberi pakan dengan penambahan crude enzim (pakan B, C, dan D) lebih tinggi

Standar ini memuat ketentuan - ketentuan untuk penerangan ruas jalan, persimpangan sebidang maupun tidak sebidang, jembatan dan terowongan di kawasan perkotaan

instrumen analisis gender dengan kesulitan terbesar dalam hal penentuan isu gender, keterbatasan data pembuka wawasan, dan membedakannya dengan data dasar/baseline,

While the coefficient of determination R (Square) is 2.61% which means that contribution of teachers skill in conducting learning variations toward student learning outcomes