• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGGI PEMANGKASAN (RATOON ) DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PRODUKSI PADI (Oryza Sativa L.) KULTIVAR CIHERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGGI PEMANGKASAN (RATOON ) DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PRODUKSI PADI (Oryza Sativa L.) KULTIVAR CIHERANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006. PENGARUH TINGGI PEMANGKASAN (RATOON ) DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PRODUKSI PADI (Oryza Sativa L.) KULTIVAR CIHERANG Alfandi 1) 1). Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon. ABSTRAK Budidaya padi ratoon merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas lahan per satuan luas dan per satuan waktu, khususnya pada lahan yang agak terbatas ketersediaan air pada akhir musim hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi pemangkasan batang padi dan pemupukan Nitrogen terhadap produksi padi. Penelitian ini menggunakan metode percobaan di lapang, dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor tinggi pemangkasan dan pupuk Nitrogen (menggunakan pupuk Urea). Faktor tinggi pemangkasan (ratoon) terdiri dari 4 taraf, yaitu ratoon 5; 10; 15; dan 20 cm dari permukaan tanah (p1, p2 , p3, dan p4) dan faktor urea dengan 5 tarah yaitu 100; 200; 300; 400 dan 500 kg urea/ha (n1, n2 , n3, n4 dan n5). Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara perlakuan tinggi pemangkasan batang padi dan dosis pupuk Nitrogen berbeda tidak nyata terhadap semua variabel hasil padi ratoon. Namun demikian perlakuan tinggi pemangkasan batang padi berpengaruh secara nyata terhadap panjang dan jumlah malai, bobot gabah bernas per malai, bobot gabah 1000 butir dan bobot kering giling per rumpun dan per petak. Hubungan antara variabel tinggi pemangkasan dengan semua variabel respon bersifat linier.. Dosis pupuk Nitrogen berpengaruh nyata terhadap panjang dan jumlah malai, bobot gabah kering giling per rumpun dan per petak, namun hubungannya tidak bersifat linier. Dari selang perlakuan tersebut bobot padi per petak yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan pemangkasan 5 cm yaitu 2.642,4 gram/petak atau setara dengan 3.303 kg/ha dan pemberian pupuk Urea sebesar 400 kg/ha yaitu 2.249,6 gram/petak atau setara dengan 2.812 kg/ha Kata kunci : Ratoon, tinggi pemangkasan, pupuk Nitrogen, linier, kuadratik. PENDAHULUAN Salah satau upaya dalam peningkatan produksi padi adalah melalui pengembangan teknologi yang mengarah pada peningkatan produktivitas lahan diantaranya dengan cara pemanfaatan ratoon. Ratoon merupakan kemampuan dari tanaman padi untuk menumbuhkan lagi setelah panen atau pemanfaatan anakan yang baru tumbuh pada tanaman padi setelah ditebas/dipangkas atau dipanen. Jadi ratoon adalah salah satu cara untuk meningkatkan hasil padi persatuan luas lahan dan persatuan waktu. Menurut Chauchan, dkk (1985) beberapa keuntungan dengan cara ini diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya. produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, penggunaan bibit dan perawatan selama penanaman awal, kemurnian genetik lebih terpelihara dan hasil panen lebih tinggi dalam waktu singkat. Di beberapa negara telah mempraktekannya pada skala komersial seperti USA, China, India, Jepang, Thailand dan Filipina. Menurut Nadal, A.M. dan V.R. Caragal (1979), hasil panen padi ratoon pada dasarnya berbeda-beda seperti di India padi ratoon Intan dihasilkan 140 % dari panen utama, di Filipina telah dihasilkan panen tertinggi 3,3 ton/ha dengan IR 2058, dan 8,7 ton/ha dari IR 8. Dalam budidaya padi ratoon, terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan pembentukan ratoon, pertumbuhan dan hasil. 1.

(2) Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006 diantaranya faktor genetis, lamanya pertumbuhan tanaman utama, kultivar, cahaya, suhu, kelembaban dan kesuburan tanah serta pertumbuhan tunas, yang tergantung dari kandungan karbohidrat pada jerami dan akar setelah tanaman utama dipanen. Tingginya batang yang dipotong menentukan jumlah tunas yang akan tumbuh, ini merupakan efek dari tingginya pemotongan batang padi dan jumlah ruas/buku karena padi ratoon tergantung pada tunas batang jerami yang tidak aktif agar tetap dapat hidup. Pada IR 5 dan IR 8 setiap 4 ruas dari atas tanah memiliki tunas dengan pertumbuhan kembali yang potensial. Tanaman dari ruas yang lebih tinggi akan beregenerasi lebih cepat, tumbuh lebih awal dan panen labih awal (Prashar, C.R.K., 1970). Waktu panen 5 hari lebih awal merupakan waktu terbaik dan pemotongan 1520 cm merupakan tinggi pemotongan yang optimum dibandingkan 35 cm dan 5 cm (Bahar, F.A. and S.K. De Datta, 1977). Pemotongan batang di sini dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas dan akar baru sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun tanaman. Menghilangkan batang dan daun tua berarti menghilangkan sumber auksin dan dengan demikian pertumbuhan tunas baru akan terbentuk begitu juga akarnya, mengingat fungsi auksin dapat menghambat pertumbuhan tunas dan dapat menstimulir pertumbuhan akar baik panjang maupun jumlahnya (Zaenal Abidin, 1993). Tetapi dengan perlakuan pemotongan tersebut dapat menyebabkan kandungan karbohidrat pada batang menjadi berkurang. Untuk mengurangi berkurangnya kandungannya, pemotongan batang dilakukan dengan tetap mempertahankan panjang batang agar tetap dapat mensuplai karbohidrat (Gardner, dkk. 1991). Dalam upaya mengimbangi kebutuhan unsur hara terutama pada masa pertumbuhan anakan pada padi ratoon ini, maka perlu dilakukan pemupukan yang cukup. Salah satu unsur hara yang penting dalam pertumbuhan tersebut adalah Nitrogen. Unsur ini merupakan komponen utama dalam sintesa protein, sehingga sangat dibituhkan dalam fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan dan mengandung nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan. dengan baik serta pertumbuhannya pesat, maka nitrogen adalah faktor penting untuk produktivitas tanaman. Akan tetapi kelebihan nitrogen mengakibatkan pertumbuhan vegetataif yang sangat pesat, tanaman menjadi rimbun sehingga pembuahan terlambat dan umumnya tanaman mudah terserang hama dan penyakit (Tisdale dan Nelson, 1990). Produksi per satuan luas dipengaruhi oleh jumlah malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 biji. Faktor produksi tersebut akan berkembang dengan jumlah anakan optimal, memerlukan kandungan nitrogen yang cukup. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemupukan nitrogen yang ideal serta memperbaiki efisiensi pemupukan nitrogen (Sutarwi Surowinoto, 1980). Berdasarkan latarbelakang tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi antara tinggi pemangkasan dan pupuk nitrogen terhadap produksi padi (Oryza sativa L) kultivar Ciherang. Padi Ratoon Kata ratoon berasal dari bahasa latin yaitu retonsus yang artinya memotong atau menyiangi. Secara ekonomis penanaman padi ratoon menghemat 60% untuk pekerja dalam menanam dan persiapan lahan dan 25-30% untuk biaya produksi. Selain itu lamanya masa pertumbuhan hanya 45-70% dibandingkan tanaman utama dan penghematan air kurang lebih 50 %. Hasil dari padi ratoon biasanya sama bahkan ada yang lebih tinggi daripada tanaman utamnanya, kalaupun hasilnya lebih rendah, biasanya disebabkan karena kekeringan pada fase generatif. Ketika energi dan tenaga kerja mahal dan terbatas budidaya padi ratoon akan lebih ekonomis kurang lebih 45 % (Chauchan, dkk, 1985). Nadal, A.M. dan V.R. Caragal (1979) menyatakan pembentukan anakan tergantung dari dua faktor yaitu faktor keturunan atau dalam dan faktor luar yang mempengaruhi. Pembentukan ratoon pada padi dipengaruhi oleh kemampuan mata tunas yang dominan. Pada sisa tanaman yang hidup, mata-mata tunas berada dalam fase perkembangan yang kemudian akan tumbuh menjadi anakan.. 2.

(3) Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006 Tinggi Pemangkasan Menurut Langer (1972) dalam Gardner, dkk. (1991), bahwa pertumbuhan tunas-tunas biasanya terjadi karena beberapa faktor yang salah satunya adalah dikarenakan terangsang oleh perlakuan pemangkasan. Dan tindakan pemotongan ini agar tidak menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kandungan karbohidrat pada batang maka harus tetap mempertahankan tinggi pemangkasan yang optimum. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan ratoon berbeda-beda. Percobaan pada padi PB 5 dan PB 8 kurang lebih 4 ruas dari tanah, mata tunas akan tumbuh secara potensial. Disamping karena regenerasi terjadi paling awal akan tumbuh lebih cepat dan akan masak lebih awal. Varietas CH 10 menghasilkan gabah lebih banyak bila dipangkas 15 cm dari pada dipangkas 30 cm atau tidak dipangkas (Chauchan, dkk., 1985).. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah dengan ketinggian ± 11 m diatas permukaan laut yang terletak di Desa Kubangpari Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes dengan jenis tanahAluvial. Pelaksanaan percobaan dilakukan dari bulan November 2002 sampai dengan bulan Januari 2003. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor tinggi pemangkasan dan pupuk urea (pupuk N), dengan model linier sebagai berikut : Yijk = µ + ri + nj + pk + nj + (np)jk + eijk Faktor tinggi pemangkasan (ratoon) terdiri dari 4 taraf (p) yaitu ratoon 5; 10; 15; dan 20 cm dari permukaan tanah (p1, p2 , p3, dan p4) dan faktor urea dengan 5 tarah yaitu 100; 200; 300; 400 dan 500 kg urea/ha (n1, n2 , n3, n4 dan n5). Dari dua faktor tersebut akan didapatkan 20 macam perlakuan dan masingmasing diulang dua kali sehingga terdapat 40 petak (satuan) percobaan, sebagai berikut :. p1n1 p2n1 p3n1 p4n1. p1n2 p2n2 p3n2 p4n2. p1n3 p2n3 p3n3 p4n3. p1n4 p2n4 p3n4 p4n4. p1n5 p2n5 p3n5 p4n5. Pemeliharaan tanaman padi meliputi pemupukan, pemberian air (pengairan), penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Pupuk P dan K diberikan sebagai pupuk dasar dan seluruh dosis pupuk P dan K diberikan sehari setelah pemangkasan dengan dosis 150 kg SP 36/ha dan 100 kg KCl/ha. Pupuk Urea diberikan sehari setelah pemangkasan bersamaan pupuk P dan K yaitu 50% dari dosis. Kemudian 15 hari setelah pemangkasan diberikan pupuk susulan Urea 50 % dari dosis. Lahan yang digunakan adalah lahan bekas tanaman padi varietas Ciherang yang sudah dipanen dengan jarak tanam 25cm x 25 cm dan luas setiap petak percobaan adalah 2 m x 4 m. Satu hari setelah panen, tanaman baru dilakukan pemangkasan sesuai dengan perlakuan lalu dilakukan penyemprotan dengan fungisida untuk menghindari infeksi oleh jamur. Parameter yang diamati meliputi Panjang Malai per Rumpun (cm) dan Jumlah Malai per Rumpun (buah), Bobot Gabah Bernas dan Butir Hijau per Malai (gram), Bobot Gabah 1000 butir (gram), Bobot Gabah Kering Panen per Rumpun dan per Petak (gram). Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah Duncan pada taraf lima persen (0,05), serta analisis regresi (linier dan kuadratik) dengan menggunakan program aplikasi SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Hasil Analisis data statistik menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara tinggi pemangkasan batang padi (ratoon) dan dosis pupuk Urea tidak signifikan terhadap semua parameter yang diamati, tetapi masing-masing faktor perlakuan berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati, kecuali jumlah butir hijau per malai. Uji beda nilai tengah dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.. 3.

(4) Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006 Tabel 1. Pengaruh Tinggi Pemangkasan Batang Padi dan Dosis Pupuk Urea Terhadap Panjang Malai (cm), Jumlah Malai per Rumpun (buah), Jumlah Gabah Bernas Per Malai (butir) dan Jumlah Butir Hijau per Malai (butir) Perlakuan Tinggi Pemangkasan : p1 (Pemangkasan 5 cm) p2 (Pemangkasan 10 cm) p3 (Pemangkasan 15 cm) p4 (Pemangkasan 20 cm) Dosis Urea : n1 (Urea 100 kg/ha) n2 (Urea 200 kg/ha) n3 (Urea 300 kg/ha) n4 (Urea 400 kg/ha) n5 (Urea 500 kg/ha). PMR (cm). JMR (buah). GB (butir). BH (butir). 20,3 d 19,6 c 18,2 b 17,6 a. 20,9 b 19,8 b 17,0 a 17,0 a. 461,9 b 445,2 b 343,9 a 361,1 a. 66,4 a 58,1 a 57,0 a 59,4 a. 18,6 a 18,7 ab 18,7 ab 19,3 ab 19,3 b. 17,4 a 17,8 a 18,0 a 20,1 b 20,1 b. 411,0 a 394,5 a 412,6 a 407,3 a 389,7 a. 47,8 a 52,9 a 65,3 a 70,4 a 64,9 a. Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. PMR : Rata-rata Panjang Malai per Rumpun GB : Rata-rata Jumlah Gabah Bernas Per Malai JMR : Rata-rata Jumlah Malai per Rumpun BH : Rata-rata Jumlah Butir Hijau per Malai Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi ratoon (dari permukaan tanah) maka semakin pendek malai dan semakin sedikit jumlah malai yang dihasilkan, demikian pila jumlah gabah bernas semakin sedikit. Hal ini disebabkan pada pemangkasan batang terpanjang menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat untuk mencapai masa generatif sehingga menghasilkan malai yang pendek dan jumlah malai yang sedikit. Tetapi sebaliknya pemangkasan yang terpendek (sisa 5 cm dari permukaan tanah) menghasilkan panjang dan jumlah malai serta jumlah gabah bernas yang lebih banyak dibandingkan dengan pemangkasan yang terpanjang. Hal ini disebabkan tunas/anakan yang keluar berasal dari buku pertama dan ketiga sehingga pertumbuhan vegetatifnya lebih optimum dan menghasilkan pertumbuhan generatif lebih sempurna. Tingginya batang menentukan jumlah tunas yang akan tumbuh, ini merupakan efek dari tingginya pemotongan batang padi dan jumlah ruas/buku karena padi ratoon tergantung pada tunas batang jerami yang tidak aktif agar tetap dapat hidup. Pada setiap 4 ruas dari atas tanah memiliki tunas dengan pertumbuhan kembali yang potensial. Tanaman dari ruas yang lebih tinggi akan beregenerasi lebih cepat, tumbuh lebih awal dan panen labih awal. sehingga hasilnya sedikit (Prashar, C. R. K., 1970). Selanjutnya Roy dan Mondel (1988) melaporkan bahwa perlakuan pemotongan dengan meyisakan 2 buku/ruas menghasilkan jumlah gabah isi/bernas lebih banyak dibandingkan dengan 3 dan 4 buku/ruas. Pengaruh pupuk N (Urea) menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan (400 kg/ha) akan menghasilkan panjang dan jumlah malai yang tertinggi, tetapi tidak berpengaruh terhadap Jumlah gabah bernas dan gabah hijau. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemberian pupuk N akan mempengaruhi fase pertumbuhan (vegetatif), dimana pemberian Urea 50% pertama memacu pertumbuhan dan pemberian Urea 50% kedua pada masa menjelang primodia semakin memacu perkembangan komponen pertumbuhan dalam mempersiapkan fase generatifnya, sehingga menghasilkan panjang dan dan jumlah malai yang optimum. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutarwi Surowinoto (1980), bahwa pemberian Nitrogen akan mempengaruhi jumlah anakan yang selanjutnya juga meningkatkan jumlah dan panjang malai. Untuk melihat hubungan antara variabel tinggi pemangkasan dan variabel yang diamati yang telah diuraikan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel tinggi pemangkasan (pada selang perlakuan) dengan. 4.

(5) Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006 Jumlah Malai per Rumpun (Ŷj); Panjang Malai (Ŷp); dan Jumlah Gabah Bernas (Ŷb) masingmasing bersifat linier, dengan persamaan sebagai berikut : Ŷj = - 0,294 + 22,335 p dan R = 0,611 Ŷp = - 0,188 + 21,280 p dan R = 0,856 Ŷb = - 8,072 + 503,925 p dan R = 0,578 Bobot 1000 Butir dan Gabah Kering per Rumpun dan per Petak. Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin rendah tinggi ratoon (semakin. Gambar 1.. panjang pemangkasan batang) maka bobot gabah 1000 butir, bobot Gabah kering giling per rumpun dan per petak semakin tinggi. Tinggi ratoon (panjang pemangkasan batang) menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan ratoon berbeda-beda. Pemangkasan kurang lebih 4 ruas dari tanah, mata tunas akan tumbuh secara potensial. Disamping karena regenerasi terjadi paling awal akan tumbuh lebih cepat dan akan masak lebih awal (Chauchan, dkk., 1985).. (a) (b) (a) Persamaan Regresi Linier antara Tinggi Pemangkasan dengan Jumlah Malai per Rumpun (Ŷj) dan Panjang Malai (Ŷp); dan (b) antara Tinggi Pemangkasan dengan Jumlah Gabah Bernas (Ŷb). Produksi persatuan luas dipengaruhi oleh jumlah malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 biji. Faktor produksi tersebut akan berkembang dengan jumlah anakan optimal dari tanaman padi. Pembentukan jumlah anakan optimal, tinggi tanaman serta pertumbuhannya memerlukan kandungan nitrogen yang cukup. Pemangkasan 5 cm menunjukan hasil yang paling tinggi yaitu 2.642,4 gram/petak atau setara dengan 3.303 kg/ha. Bila dibandingkan antara tanaman utama dengan ratoon, persentase hasilnya adalah 65,5 % dari tanaman utama ( 5.040 kg/ha). Perlakuan dosis Urea pada perlakuan 400 kg/ha memberikan bobot padi kering giling per petak yang tertinggi yaitu 2.249,6 gram atau setara dengan 2.812 kg/ha. Hal ini disebabkan. Nitrogen merupakan komponen unsur hara yang sangat penting karena unsur ini.. Hubungan antara variabel tinggi pemangkasan dengan variabel bobot kering giling per petak (Ŷg) dan bobot 1000 butir (Ŷs) dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil analisis regresi tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel-veriabel tersebut (pada selang perlakuan) bersifat linier, dengan persamaan sebagai berikut : Ŷg = - 85,846 + 3099,000 p Ŷs = - 0, 229 + 21,160 p. dan R = 0,859 dan R = 0,699. Sedangkan hubungan antara dosis pupuk urea dengan ketiga variabel tersebut hasil analisis regresi linier maupun kuadratik tidak signifikan.. 5.

(6) Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006 Tabel 2. Pengaruh Tinggi Pemangkasan Batang Padi dan Dosis Pupuk Urea Terhadap Rata-rata Bobot Gabah 1000 Butir (gram), Bobot Gabah Kering Giling Per Rumpun dan Per Petak. Perlakuan Tinggi Pemangkasan : p1 (Pemangkasan 5 cm) p2 (Pemangkasan 10 cm) p3 (Pemangkasan 15 cm) p4 (Pemangkasan 20 cm) Dosis Urea : n1 (Urea 100 kg/ha) n2 (Urea 200 kg/ha) n3 (Urea 300 kg/ha) n4 (Urea 400 kg/ha) n5 (Urea 500 kg/ha) Keterangan :. B-1000 (g). BKG/R (g). BKG/P (g). 20,1 b 19,2 b 17,4 a 16,7 a. 20,7 c 18,7 b 12,5 a 11,5 a. 2.642,4 c 2.386,9 b 1.600,7 a 1.467,3 a. 17,7 a 18,0 a 18,3 a 19,1 a 18,4 a. 14,6 a 14,2 a 15,8 ab 17,6 c 17,0 bc. 1.862,6 a 1.820,6 a 2.016,6 ab 2.249,6 c 2.172,1 bc. Angka rata-rata yan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. B-1000 : Rata-rata Bobot Gabah 1000 Butir BKG/R : Rata-rata Bobot Kering Giling per Rumpun BKG/P : Rata-rata Bobot Kering Giling per Petak. Gambar 2. Persamaan Regresi Linier antara Tinggi Pemangkasan dengan Bobot 1000 butir (Ŷs)dan Bobot Gabah Kering Giling per Petak (Ŷg). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Interaksi antara perlakuan tinggi pemangkasan batang padi dan dosis pupuk Nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel hasil padi ratoon. Pengaruh mandiri perlakuan tinggi pemangkasan batang padi. berpengaruh nyata terhadap panjang dan jumlah malai, gabah bernas, bobot gabah 1000 butir dan bobot kering giling per rumpun dan per petak. Secara keseluruhan hubungan antara variabel tinggi pemangkasan dengan semua variabel respon bersifat linier. Dosis pupuk Nitrogen berpengaruh nyata terhadap panjang dan jumlah malai serta bobot. 6.

(7) Jurnal AGRIJATI 2 (1), April 2006 gabah kering giling per rumpun dan per petak, namun hubungannya tidak bersifat linier. Bobot padi per petak yang paling tinggi dicapai pada perlakuan pemangkasan 5 cm yaitu 2.642,4 gram/petak atau setara dengan 3.303 kg/ha dan pemberian pupuk Urea sebesar 400 kg/ha yaitu 2.249,6 gram/petak atau setara dengan 2.812 kg/ha.. Zaenal Abidin. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung. Saran Berdasarkan hasil percobaan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Pemangkasan batang padi setinggi 5 cm dari permukaan tanah dan dosis Urea 400 kg/ha dapat dilakukan pada budidaya padi ratoon. 2. Ratoon padi sawah cukup potensial untuk meningkatkan produksi padi khususnya pada daerah yang ketersediaan airnya terbatas. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada pada musim yang berbed dan terutama tinggi pemangkasan lebih rendah dari 5 cm, karena hubungannya masih bersifat linier.. DAFTAR PUSTAKA Bahar, F.A and S.K. De Datta. 1977. Prospects of Increasing Total Rice Production Through Ratooning. Agron. J. 69:536-540. Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI Philippines. Gardner, F.P., R. Brent Pearce, Poger R. Michael. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Penterjemah Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. Nadal, A.M., and V.R. Carangal. 1979. Perfomance of The Main and Ratoon Crops of 13 Anvanced Rice Selections Under Dry Seeded Rainfed Bunded Conditions. Philipp. J. Crop Sci. 4 (2/3) : 95-101. Prashar C.E.K. 1970. Paddy Ratoons. World Crops 22(3):145-147. Roy, S.K, and J. Mondel. 1988. Potential for Rice Ratooning in Easteren India, With Special Reperence to Photoperiod Sensitive Rices for Deepwater Areas. In : Rice Ratooning. IRRI. Los Banos Philipines. Pp. 135-142. Sutarwi Surowinoto.1983. Budidaya Tanaman Padi. Jurusan Agronomi Faperta IPB. Bogor.. 7.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia, nikmat dan kasih sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Penggunaan Zeolit dan Pupuk

Ekowisata etnobotani dalam pelaksanaannya mengikutsertakan peran aktif masyarakat lokal, sehingga mampu menumbuhkan suatu kegiatan bisnis baru yang prospektif. Sebagai

Microsoft Access adalah program manajemen data hebat yang bisa digunakan untuk menyortir, mengatur dan melaporkan informasi penting yang dibutuhkan user

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan dakwah bi al-qalam dalam aktivitas organisasi FLP dengan dua metode yaitu pertama, melakukan upaya melahirkan penulis

Arus kedatangan kapal merupakan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) setiap harinya dari

Kriterianya ditentukan berdasarkan uji Signifikansi (Sig.), dengan ketentuan nilai Sig < 0,05 maka model regresi adalah signifikansi dan berlaku

2.6.1 Pengaruh Online Consumer Review Terhadap Keputusan Pembelian Menurut Khammash (2008) bahwa “Online consumer review dapat dipahami sebagai salah satu media untuk

Hal ini sependapat dengan pendapat Agustia (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan managerial tidak bisa membatasi terjadinya manajemen laba dengan manajer yang memiliki