Perkembangan kontrasepsi hormonal pada pria yaitu usaha penurunan kesuburan pria jauh terlambat dibandingkan kontrasepsi wanita.
Penyebabnya :
selain jauh lebih sulit dalam bidang
teknologi
Syarat-syarat kontrasepsi pria yang
ideal :
Aman
Efektif
Reversible
Kontrasepsi hormon pada pria yang
paling mendekati ideal dan cukup
potensial adalah :
androgen.
Kombinasi androgen dan
progestogen
Analog GnRH, terbagi 2 :
1. A
NDROGEN
Penggunaan Androgen terutama
testosteron untuk penurunan
kesuburan pria karena testosteron
melalui umpan balik negatif menekan
sekresi FSH dan LH. Sehingga
Berbagai penelitian telah dilakukan
sejak 1970-a untuk menekan
produksi sperma ( spermatogenesis)
dengan menggunakan testosteron.
Namun pemberian testosteron
memberikan hasil yang
mengecewakan karena hanya sekitar
60% pria Kaukasia yang mencapai
Tahun 1990 WHO mempublikasikan hasil
penelitian keampuhan Testosteron Enantat (TE)
untuk kontrasepsi hormon pada pria.
Penelitian dilakukan di sepuluh pusat andrologi di
seluruh dunia dengan cara menyuntikkan 200mg
TE tiap minggu pada 271 pria relawan.
Pria fertil yang disuntik TE dan mencapai
Dari 137 pria azoospermia yang memasuki
fase keampuhan ternyata hanya 1 orang (
0.8% pasangan mereka yang hamil).
Jika konsentrasi sperma < 5juta/ml fungsi
sperma tersebut terganggu.
Ini dibuktikan dengan uji fungsi sperma
Pada penelitian multi center jika penyuntikan
TE tiap minggu sekali menyebabkan
konsentrasi sperma <5juta/ml
Keampuhan kontrasepsi ini lebih <
dibandingkan dengan kontrasepsi kondom.
Dengan perincian kalau tercapai azoospermia
kehamilan 0%, kalau konsentrasi sperma
Pada penelitian ini 90% relawan mencapai
konsentrasi 3juta/ml. Sayangnya
penyuntikan TE tiap minggu tidak praktis.
Untuk itu perlu ditemukan testosteron
daya kerja jangka panjang yaitu :
1.
testosteron busiklat
2.
Testosteron andecanoate (TU). TU telah
dilakukan di negara Jerman dan Cina, dan
sedang dilakukan di Indonesia.
2. K
OMBINASI
A
NDROGEN
DAN
P
ROGESTOGEN
Untuk meningkatkan efektifitas testosteron ,
menurunkan produksi sperma mencapai
azoospermia digunakan kombinasi androgen/
testosteron dengan progestogen.
Progestogen digunakan pada kontrasepsi pria
untuk menekan gonadotropin sehingga akan
menekan produksi sperma. Ini jauhlebih
Penelitian androgen dan progestogen telah
sangat luas digunakan. Tetapi hanya <70%
pria Kaukasia yang mencapai azoospermia
selama 6 bulan.
Penelitian pada 20orang Indonesia selama 3
bulan dengan penyuntikkan kombinasi
testosteron (TE) dan progestogen (DMPA) tiap
bulan memakai dosis tinggi dan dosis
Penggunaan 2macam androgen (TE) dan 19
–
nor
testosteron (19NT) dengan kombinasi DMPA dapat
menekan produksi sperma mencapai azoospermia
pada hampir 100% pria Indonesia.
Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa
penyuntikkan TE dan DMPA dosis tinggi tiap bulan
dapat mempertahankan azoospermia pada pria
Indonesia selama lebih dari 1 tahun dan bersifat
reversible.
Penelitian perbandingan menggunakan TE dan
kombinasi progestogen Levonor gestrel (LNG) oral
dengan TE selama 6 bulan di AS menyebabkan
3.P
ROGESTOGEN POTEN DAN
ANDROGEN LONG ACTING
Untuk meningkatkan efektif pada pria Kaukasia
telah dilakukan penelitian menggunakan
kombinasi Desogestrel (DSG) yaitu suatu
progestogen poten, dengan penyuntikan TE.
Hasil yang diperoleh 8 dari 8 pria Kaukasia
Penggunaan kombinasi anti androgen Cyproterone
acetate (CPA dan TE) ternyata 10 orang pria yang
mendapat CPA dan TE 100% mencapai azoospermia
(Merig giola dkk, 1996) namun keamanan perlu
diperhatikan.
Cina telah berhasil menemukan testosteron
andecanoate (TU) suntikan yang mempunyai efek
jangka panjang.
Penyuntikan TU 500mg dan TU1000 mg dilarutkan
dalam minyak biji teh tiap 4 minggu dengan hasil 11
dari 12 pria yang disuntik TU,500mg mencapai
Sedangkan dengan penyuntikkan TU 1000mg semua pria menjadi azoospermia.
Hasil yang diperloeh menunjukan bahwa penyuntikan TU 1000mg tiap 6 minggu, 8 dari 14 pria mencapai azoospermia.
Penyuntikan TU 1000mg tiap 6 minggu dengan
kombinasi Levonorgestrel 250mg tiap hari,7 dari 14 pria mencapai azoospermia sedangkan penyuntikan TU
1000mg tiap 6 minggu dengan kombinasi noretisteron enantat (NET-EN), 13 dari 14 pria mencapai
azoospermia.
Adalah: kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron
Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain:
1. Kontrasepsi oral
2. Kontrasepsi suntik
3. Kontrasepsi implan/subkutis
4. Cincin vagina
Sumber: Baziad, 2008
Kontrasepsi Oral
Pil Oral Kombinasi
Pi Pascasanggama
Pil Sekuensial
POK Merupakan pil KB yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron yang
diproduksi secara alami oleh wanita
2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Menekan ovulasi
Mengurangi transpor sperma di bagian atas saluran genital (tuba fallopii)
Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi
INDIKASI
Usia reproduksi
Telah memiliki anak atau pun yang belum Gemuk atau kurus
Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif,
sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut
Pascakeguguran
Anemia karena haid berlebihan Nyeri haid hebat
Siklus haid tidak teratur Riwayat kehamilan ektopik Kelainan payudara jinak
Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan
saraf
Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor
ovarium jinak
KONTRAINDIKASI
Hamil atau dicurigai hamil
Menyusui eksklusif
Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
Penyakit hati akut (hepatitis)
Perokok dengan usia >35 th
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau TD >180/110
mmHg
Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing
manis > 20 th
Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
Migrain atau gejala neorologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi)
Amenorea (tidak ada perdahan atau spotting)
Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi
anafilaktik)
2.
Pil mini
Hanya berisi progestin/minipil
Jenis Minipil
Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 30
µg noretindron
Cara Kerja Minipil
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)
2. Endometrium mengalami transformasi
lebih awal sehingga implantasi lebih sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma
INDIKASI
Usia reproduksi
Telah memiliki anak atau pun yang belum
Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui
Pascapersalinan/tidak menyusui
Pascakeguguran
Perokok segala usia
Mempunyai TD tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau
dengan masalah pembekuan darah
Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang
KONTRAINDIKASI
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat
untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Sering lupa menggunakan pil
Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom
uterus
Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh
EFEKTIFITAS
Sangat efektif (98,5%). Pada
penggunaan minipil jangan
[image:33.720.127.590.33.491.2]sampai terlupa satu-dua
tablet atau jangan sampai
terjadi gangguan
gastrointestinal (muntah,
diare), karena akibatnya
3. Pil Sekuensial
Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pada cara kontrasepsi ini diminum pil hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang
mengandung estrogen dan progestagen untuk 5-7 hari.
Cara kerja
Penekanan terhadap sekresi gonadotropin tidak begitu
kuat bila dibandingkan dengan sediaan kombinasi
monofasik, karena pada fase pertama hanya estrogen yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan pada sediaan kombinasi monofasik estrogen dan
progesteron sudah sejak awal sama-sama bekerja menekan sekresi gonadotropin. Efek terhadap lendir
4. Pil Pascasanggama
disebut juga dengan Istilah :
• morning after pill menerangkan bahwa pil atau obat
tersebut harus dimulai dalam waktu beberapa jam atau diberikan esok paginya.
• Post coital pill menerangkan bahwa obatnya segera digunakan setelah koitus atau sanggama
INDIKASI
Hanya diindikasikan bagi wanita yang tidak
menggunakan jenis kontrasepsi apapun, dan yang melakukan sanggama pada pertengahan siklus.
Kontrasepsi pascasanggama hanya bermanfaat bila
digunakan sebelum implantasi terjadi. Kalau
implantasi telah terjadi, kehamilan tidak dapat
dicegah lagi, bahkan kehamilan tersebut perlu diakhiri karena karena steroid seks memiliki efek teratogenik terhadap bayi.
EFEK SAMPING
KULIAH 1
TUJUAN
1. MEMAHAMI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI SECARA UMUM
2. MEMAHAMI MASALAH ESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA DAN SPESIFIK DAERAH
3. MEMAHAMI MANAGEMEN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA
BAYI BARU LAHIR
BAYI
ANAK BALITA USIA
SEKOLAH
USIA SUBUR
REMAJA
KESEHATAN REPRODUKSI BUKAN KEJADIAN YANG BERDIRI SENDIRI
1.MERUPAKAN RANGKAIAN KEJADIAN SEBELUMNYA DAN MEMBERIKAN AKIBAT TERHADAP PROSES
KEHIDPAN SELANJUTNYA
2.MEMPUNYAI MASALAH YANG SPESIFIK PADA SETIAP TAHAP KEHIDUPAN, SEPERTI JENIS DAN LUAS
MASALAHNYA, FAKTOR RISIKO DAN DAMPAKNYA, DLL
MASALAH KESPRO
ARAH KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI PROGRAM
RENSTRA RANCANGAN
- 11 juta anak pendek
- 10 juta anemia gizi besi
- 3,4 juta risiko GAKY
31 Juta
- 3,5 juta remaja putri (15-19 tahun) dan WUS anemia gizi besi
- 30 juta kelompok usia produktif (Laki-laki dan perempuan) Kurang Energi Kronis
- 2 juta bumil anemia gizi
- 1 juta Kurang Energi Kronis
10 juta
118 juta
350 ribu BBLR setiap tahun
18 juta
- 5 juta balita Gizi Kurang
- 8,1 juta anak anemia gizi besi
- 10 juta anak KVA sub klinis
5 juta anemi gizi besi
Jenis & Besaran Masalah di Indonesia 2001-2003
4 Juta
BUMIL YANG MENDERITA ANEMIA
KEK, GAKY ATAU KVA
AKAN MELAHIRKAN BAYI DENGAN STATUS KESEHATAN YANG BARUK
1. BBLR
2. BBERESIKO MENERITA KEP, KVA, ANEMIA,KRETIN DLL
3. TUMBUH KEMEBANG TERGANGGU
4. MENJADI REMAJA DG KECERDASAN RENDAH, MISKIN DST
5. SETELAH MENIKAH BERISIKO • SULIT HAMIL
MASALAH KESEHATAN BALITA DI INDONESIA
DI INDONESIA
SETIAP TAHUN LAHIR 4.608.000 BAYI MENINGGAL 313,344 BAYI
2/3 ATAU 235.000 MENINGGAL SEBELUM ULANG
TAHUN PERTAMA, SETIAP HARI MENINGGAL 644 BAYI SETIAP JAM MENINGGAL 27 BAYI
4.6 JUTA BAYI BARU
•
Kematian bayi dan balita menurun dengan cepat.•
Tahun-tahun mendatang kecepatan ini diperkirakan akan berkurang, karena tingkat kematian yang rendah sulit diturunkan secara drastisKecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA)
81 58 46 68 57 46 35 97 0 20 40 60 80 100 120
1989 1994 1999 2004 2009 2014
Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-3
Kematian Ibu mengalami penurunan. Tapi dengan kecenderungan seperti ini, akan sulit mencapai target MDG tanpa upaya ekstra
Kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI)
390 334 307 Target MDG 0 100 200 300 400 500
1990 1995 2000 2005 2010 2015
Sumber: SDKI 1994, IDHS 1997, IDHS 2002-3
•
Kekurangan gizi cenderung menurun
namun pada tahun-tahun terakhir, terjadi
stagnasi.
Prevalensi underweight Balita
MDG target =18.3% 0 20 40 60 80 100
1989 1994 1999 2004 2009 2014
Source: Susenas.
%
Moderate and severe underweight Severe underweight
Status kesehatan cenderung membaik, tetapi dibanding negara tetangga di ASEAN, kita masih jauh tertinggal
Negara Angka Kematian Bayi* Th 2002
Angka Kematian Ibu** Th 85-2000
Indonesia 45 380
Vietnam 39 95
Filipina 38 170
Thailand 28 36
Malaysia 8 30
Sumber: HDR 2004
(* per 1000 kelahiran hidup, ** per 100.000 kelahiran hidup)
Angka-angka Indonesia sangat tinggi 2-10 kali lebih tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH KESPRO 1.Pendekatan berdasarkan Daur Hidup
2. Pendekatan berdasarkan besarnya masalah
3. Pendekatan berdasarkan keterkaitan dengan masalah kes/sosial lainnya
BAYI BARU LAHIR
BAYI
ANAK BALITA USIA
SEKOLAH
USIA SUBUR
REMAJA
Pendekatan daur hidup
1. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki dan perempuan 2. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas, serta
pelayanan bayi
1. ASI eksklusif dan penyapihan yang layak
2. Tumbuh kembang dn pemberian makanan yang seimbang 3. Imunisasi dan managemen terpadu balita yang sakit
4. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
5. Pendidikan dan kesempatan nag sama pada anak laki-laki dan peerempuan
REMAJA
1. Gizi seimbang
2. Informasi tentang kesehatan reproduks
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
4. Pencegahan terhadap ketergantungaan napza
5. Perkawinan pada usia yang wajar
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan
7. Peningatan penghargaan
USIA SUBUR
1. Kehamilan dan persalinan yang aman
2. Pencegahan kecacatabdan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
3. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan AKS (KB) 4. Penegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
5. Pelayanan kesehatan Reproduksi berkualitas
6. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rational 7. Deteksi Dini kanker payudara dab leher rahin
8. Pencegahan dan managemen infertilitas
USIA TUA
Perhatian pada problem meno/andro-pause
Perhatian pada penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan mobiliotas, dan osteo prorsis
Angka Kematian Ibu (AKI) : 373/100.000 lagir hidup
Prevalensi Anemia Bumil : 50 %
1. Masalah Kemiskinan
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga
Perempuan dinomor-duakan dalam berbagai hal
a. kesempatan mendapat pendidikan
b.kesempatan kerja
3. Terpaksa menikah pada usia muda
4. Katerbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan
Akses wanita ke fasilitas pelayanan Reproduksi masih kurang
Informasi tentang kemampuan fasilitas nuntuk kespro kurang
Keterbatasan biaya
Tradisi yang menghambat penggunaan fasilitas kesehatan
“
Pengantar Kontrasepsi, Istilah-istilah
dalam KB , Proses Terjadinya Haid dan
1. Defenisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pasangan aktif secara seksual untuk mencegah kehamilan (Fred. F, 2015)
Menurut Wiknjosastro (2008) Kontrasepsi berasal dari
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
2. Syarat2 Kontrasepsi
Dapat dipercaya
Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
Mudah pelaksanaannya
Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
1. Akseptor
Peserta KB, yaitu pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi.
2. Alat kontrasepsi
Merupakan Alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan, terdiri atas alat kontrasepsi bawah kulit dan alat kontrasepsi dalam rahim
3. Kontrasepsi
Merupakan obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung
Tahun-tahun reproduksi normal wanita ditandai
dengan perubahan ritmis bulanan kecepatan sekresi hormon-hormon wanita dan juga perubahan fisik pada ovarium serta organ-organ seksual lainnya. Pola ritmis
ini disebut siklus seksual bulanan wanita (siklus
menstruasi).
Durasi siklus rata-rata 28 hari
Dua hasil yang bermakna dari siklus seksual wanit
Hanya satu ovum matang yang normalnya dikeluarkan siklus ovarium
Endometrium uterus dipersiapkan terlebih dulu untuk
1. Fase folikuler
yaitu terjadinya pertumbuhan folikel di ovarium dan ovulasi.
2. Fase luteal
[image:65.720.156.467.272.520.2]terdiri dari:
1) Fase proliferasi
2) Fase sekresi
Proses terjadinya haid
Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus
anterior hipofisis yang menyebabkab beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.
Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf
yang membuat esterogen,
Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior
hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing hormone)
Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing
hormones) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis
Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama
Esterogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium
menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang
disebut fase proliferasi
Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih
matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus
rubrum(berwarna merah) yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning).
Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.
Hormon progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum
berdegenerasi yang menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun,
sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik,
yang disebut mestruasi.
Bilamana ada pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum
Fertilisasi (pembuahan) merupakan
penyatuan gamet pria dan wanita.
Dalam keadaan normal terjadi di ampula.
Karena itu, baik ovum maupun sperma
Pada saat endometrium siap menerima implantasi
(sekitar seminggu setelah ovulasi), morula telah turun ke uterus dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Blastokista terdiri dari 2 bagian yaitu : inner cell mass
(berkembang menjadi fetus), dan trofoblast
(melaksanakan implantasi dan menjadi placenta)
Untuk mempertahankan pertumbuhan mudigah/janin
selama kehidupan intrauterinnya, segera terbentuk
placenta, suatu organ khusus pertukaran antara darah ibu dan janin