• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. U P2 A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. U P2 A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

Rizki Saraswati B14037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. U P2 A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN METRORAGIA

DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

Diajukan Oleh : Rizki Saraswati

B14037

Telah diperiksa dan disetujui Pada tangal 14 Juli 2017

Pembimbing

Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes NIK. 200580012

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan Metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S,Kep,Ns,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Hutari Puji Astuti S.SiT, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. dr. Wiwiek Irawati, M.Kes, selaku direktur RSU Assalam Gemolong Sragen yang telah bersedia memberikan ijin untuk melakukan studi kasus.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Ny. U yang bersedia menjadi pasien dalam pengambilan studi kasus

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan studi kasus selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 26 Juli 2017 Penulis

(5)

v

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis IImiah, Juli 2017

Rizki Saraswati B14037

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Ny. U P2 A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI RSU ASSALAM

GEMOLONG SRAGEN

x + 76 Halaman + 14 Lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Metroragia merupakan salah satu jenis perdarahan disfungsional yang terjadi di luar siklus menstruasi. Konsistensi pengeluaran pervaginam metroragia juga tidak jelas. Bisa terjadi dalam bentuk bercak (spotting) maupun perdarahan mirip menstruasi diantara dua kejadian menstruasi.

Berdasarkan data RSU Assalam gemolong Sragen bulan januari – September 2016 didapatkan data wanita yang mengalami metroragia sebanyak 25 (11,6 %).

Kasus menjadi penyebab nomor 5 gangguan reproduksi di RSU Assalam gemolong Sragen.

Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi metroragia menggunakan konsep manajemen kebidanan Tujuh Langkah Varney, sesuai dengan kompotensi dan kewenangan bidan, serta mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan

Metodelogi : Studi kasus menggunakan metode deskriptif observasional, lokasi studi kasus di RSU Assalam gemolong Sragen, subjek studi kasus pada Ny. U P2 A0 umur 46 Tahun dengan gangguan reproduksi Metroragia, waktu studi kasus pada 27 Februari 2017-2 Maret 2017, teknik pengumpulan data yaitu primer yang meliputi pemeriksaan fisik, wawancara, observasi dan data sekunder yang meliputi studi kepustakaan dan dokumentasi.

Hasil : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, dilakukan PP Test dan hasilnya negatif, perdarahan berhenti, vital sign : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 370C, R : 22 x/menit, mata : conjungtiva merah muda setelah dilakukan asuhan selama 4 hari.

Kesimpulan : Pada kasus Ny. U P2 A0 umur 46 tahun dengan Metroragia penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.

Kata kunci :Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Metroragia Kepustakaan : 27 literatur (Tahun 2006-2014)

(6)

vi MOTTO

1. Semua hal diawali dengan niat yang kuat, berdoa dan berusaha diiringi dengan senyuman dan rasa syukur (Penulis).

2. Kegagalan hanya terjadi jika kita menyerah (Lessing).

3. Karna hasil tidak akan menghianati proses

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan begitu sempurna dilengkapi dengan akal dan telah memberi kesehatan kemudahan serta kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapakku tercinta bapak Heri hadi dan Ibuku tersayang ibu Sulasmi, terimakasih atas kasih sayang, cinta, doa serta perjuangan kalian.

3. Ibu Hutari puji SiT, M.Kes , selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah terimakasih telah membimbing ku selama pembuatan Karya Tulis ini sabar serta melonggarkan waktu dan selalu memberikan semangat.

4. Sahabat- sahabatku Mersa, Indri, Evi, Erna, Arita, Frida, Fitri, Ikhsan terimakasih telah memberikan semangat, kebersamaan, support, kecerian kita selama kuliah.

5. Teman- teman seperjuangan yang lain, terimakasih atas kebersamaan, support, kecerian dan semngat kuliah kita.

6. Almamater tercinta.

(7)

vii

CURIKULUM VITAE

Nama : Rizki Saraswati

Tempat/ Tanggal Lahir : Ngawi, 20 Mei 1996

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pule RT 01 / RW 02 Mantingan, Ngawi.

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Mantingan 2 LULUS TAHUN 2008

2. SMP Negeri 1 Mantingan LULUS TAHUN 2011

3. SMA Negeri 1 Sambungmacan LULUS TAHUN 2014

4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2014

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN DEPAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

CURIKULUM VITAE ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 5

E. Keaslian Studi Kasus ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ... 7

B. Teori Manajemen Kebidanan ... 17

C. Landasan Hukum ... 35

BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus ... 38

B. Lokasi Studi Kasus ... 38

C. Subyek Studi Kasus ... 38

D. Waktu Studi Kasus ... 39

E. Instrumen Studi Kasus ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Alat - alat yang dibutuhkan ... 42

H. Jadwal Studi Kasus ... 44

(9)

ix

BAB IV TINJAUAN KASUS DANPEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus ... 45 B. Pembahasan ... 63 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Studi Kasus

Lampiran 2 Surat Permohonan Studi Pendahuluan Lampiran 3 Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Pasien

Lampiran 7 Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent) Lampiran 8 Lembar Observasi

Lampiran 9 Satuan Acara Penyuluhan Personal Hygiene Lampiran 10 Leaflet Personal Hygiene

Lampiran 11 Satuan Acara Penyuluhan Nutrisi Lampiran 12 Leaflet Nutrisi

Lampiran 13 Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 14 Lembar Konsultasi

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara ASEAN lain.

Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi paramenter kemampuan Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Manuaba, 2009). Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Kumalasari, 2012).

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan kenjadi parameter kemampuan Negara dalam menyenglenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi secara eat hubungannya dengan anka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) (Manuaba, 2009).

Siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada pada interval pola haid pada rentang waktu kurang dari 21 atau

(12)

lebih dari 35 hari dengan interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari7 hari disebut siklus menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2008). Gangguan Haid digolongkan atas 4 bagian yaitu kelainan banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid, kelainan siklus, perdarahan di luar haid, gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid (Wiknjosastro, 2008). Menurut Berek (2008) ada enam jenis gangguan menstruasi yang termasuk kedalam siklus menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea, polimenorea, menoragia, metroragia, menometroragia, hipomenorea.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa metroragia didefinisikan sebagai menstruasi pada interval siklus teratur tetapi dengan aliran berlebihan dan durasi dan merupakan salah satu keluhan ginekologis yang paling umum di ginekologi kontemporer. Laporan menunjukkan bahwa hanya 10% dari perempuan mengalami kehilangan darah yang cukup parah menyebabkan anemia (Khotimah, 2011). Menurut RISKESDAS tahun 2013 angka prevalensi Nasional terkati dengan kasus gangguan reproduksi (100%) adalah polimenorea adalah 35,3 %, oligomenorea adalah 30,4 %, metroragia adalah 15.6 % dan hipomenorea adalah 18.7%, Untuk kasus pada daerah Jawa Tengah terdapat gangguan reproduksi dengan kasus metroragia sebesar 10,3

%.

Metroragia merupakan salah satu jenis perdarahan disfungsional yang terjadi di luar siklus menstruasi. Konsistensi pengeluaran pervaginam metroragia juga tidak jelas. Bisa terjadi dalam bentuk bercak (spotting)

(13)

maupun perdarahan mirip menstruasi diantara dua kejadian menstruasi (Varney, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 19 November 2016 di RSU Assalam Gemolong Sragen, didapatkan jumlah kasus gangguan reproduksi pada bulan Januari sampai September tahun 2016 berjumlah 215 orang, terdiri dari kistoma ovari sebanyak 55 orang (25,6%), endometriosis sebanyak 53 orang (24,6%), prolap uteri grade IV sebanyak 45 orang (21%) dan menoragia sebanyak 37 orang (17,2%), metroragia sebanyak 25 orang (11,6) (Rekam Medis RSU Assalam Gemolong Sragen, 2016).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka Penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan terkhususnya “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. U P2 A0 umur 46 Tahun dengan Metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah pada studi kasus ini adalah

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan Metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen? “

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan metroragia dengan menggunakan konsep manajemen kebidanan Tujuh Langkah Varney di RSU Assalam Gemolong Sragen.

(14)

2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian meliputi data subjektif dan objektif pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen.

2) Menginterpretasikan data meliputi diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen

3) Mampu merumuskan diagnosa potensial pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen.

4) Mampu mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain secara rujukan pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen.

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen

6) Melaksanakan tindakan pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun Dengan Gangguan Reproduksi Metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen

7) Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen.

(15)

b. Menggali kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. U P2 A0 umur 46 tahun dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen serta memberikan alternatif terhadap masalah.

D. Manfaat

Manfaat Karya Tulis Ilmiah secara aplikatif untuk institusi, masyarakat dan klien yaitu :

1. Bagi Penulis

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan metroragia.

2. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukkan atau informasi bagi pelayanan kebidanan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan mengembangkan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi

dengan metroragia.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Hasil kasus studi ini dapat dimanfaatkan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen.

(16)

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah pengetahuan atau referensi bacaan untuk institusi pendidikan, terutama pengetahuan tentang asuhan kebidanan dalam penanganan metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen

E. Keaslian Studi Kasus

1. Anima Lukitasari (2013), Universitas Sebelah Maret DIII Kebidanan dengan tema “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Dengan Metroragia Pada Ny.K P2a0 Umur 42 Tahun Di RSUD Sukoharjo”.

Asuhan kebidanan dengan Ny. K P2A0 umur 42 tahun datang dengan keluhan perdarahan selama 3 hari. Pemeriksaan inspeksi didapatkan hasil flek. Hasil pemeriksaan USG terdapat polip endometrium. Dilakukan pemberian terapi infus RL 20 tpm, tindakan kuretase, terapi Asam Mefenamat 3x1 dan perawatan di rumah sakit selama 3 hari. Perdarahan ibu sudah berhenti.

Perbedaan studi kasus ini dengan studi kasus sebelumnya terletak pada waktu, tempat, dan subyek. Persamaan studi kasus ini terletak pada judul yaitu asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan metroragia dan terapi yang di berikan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis 1. Pengertian

a. Gangguan Reproduksi

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi. Diantaranya yang sering dikeluhkan para wanita saat terdorong untuk memeriksakan diri adalah keputihan (infeksi), perdarahan (PUD), rasa nyeri (radang), benjolan (tumor), dan infertilitas (Manuaba, 2009).

Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal yang didalam maupun diluar siklus haid, yang semata-mata disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus- hipofisisovarium- endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi.

PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause (Queenan, 2004).

b. Jenis – Jenis Gangguan reproduksi a) Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi menurut Manuaba (2009), terbagi menjadi :

a) Gangguan jumlah darah dan lama haid

(1) Menoragia yaitu jumlah darah dan lamanya lebih dari batas normal.

7

(18)

(2) Hipomenorea yaitu jumlah darah yang keluar sedikit.

b) Gangguan siklus menstruasi

(1) Polimenorea yaitu menstruasi yang sering terjadi.

(2) Oligomenorea yaitu siklus menstruasi melebihi 35 hari.

(3) Amenorea yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut - turut.

c) Gangguan menstruasi / perdarahan di luar haid

Perdarahan di luar haid disebut juga metroragia, yaitu perdarahan disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis.

b) Nyeri Abdomen dan Panggul

Nyeri abdomen dan panggul terbagi menjadi 2 yaitu : a) Nyeri akut

Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut secara akurat merupakan keahlian penting dalam perawatan kesehatan wanita.

b) Nyeri kronis

Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan dalam jangka waktu yang lama.

(19)

2. Menstruasi a. Pengertian

Menurut Wiknjosastro (2012), haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.

Menurut Anwar, dkk (2011), menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai memproduksi cukup hormon tertentu („kurir‟ kimiawi yang dibawa didalam aliran darah) yang menyebabkan mulainya aliran darah.

b. Siklus Mesntruasi

Siklus haid merupakan waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya (Wiknjosastro, 2012).

Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan - perubahan yang berkaitan erat dengan aktifitas ovarium. Menurut Proverawati dan Siti (2009), siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu :

1) Fase proliferasi / fase folikuler (hari ke-5 sampai hari ke-14) Fase ini ditandai dengan menurunnya hormon progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormone

(20)

estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.

2) Fase ovulasi / luteal (hari ke-14 sampai hari ke-28)

Fase ini ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang matang akan meningggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

3) Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)

Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormone estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.

4) Fase pasca ovulasi / fase sekresi (hari ke-1 sampai hari ke-5)

Pada fase ini ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang, dan berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan

(21)

progesterone sehingga hipofise aktif mensekresikan FSH dan LH.

Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek.

c. Gangguan menstruasi

Menurut Manuaba (2009), setelah memahami siklus menstruasi sebagai titik awalnya, dapat dikemukakan beberapa gangguan menstruasi seperti :

a) Gangguan jumlah darah dan lama haid

a) Menoragia, adalah bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur, jumlah darah yang dikeluarkan banyak, terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan disertai dengan gumpalan darah, serta lama haid lebih dari 8 hari.

b) Hipomenorea, yaitu siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak banyak berdarah.

b) Gangguan siklus menstruasi

a) Polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal.

b) Oligomenorea, siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan tetap sama.

c) Amenorea, yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut.

(22)

c) Gangguan menstruasi / perdarahan di luar haid

Perdarahan di luar haid disebut juga metroragia, yaitu perdarahan disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis.

3. Metroragia a. Pengertian

Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian menstruasi. Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena pengaruh hormon yang tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi bercak-bercak (Norwitz, 2008). Sedangkan menurut Marni (2013) Metroragia adalah perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

b. Etiologi

Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh : a) Penyakit Sistemik

a) Penyakit defisiensi protrombin yang dapat timbul sebagai perdarahan pervaginam.

b) Hipertiroidisme yang terkait dengan metroragia.

c) Sirosis yang menyebabkan ketidakteraturan perdarahan pervaginam akibat berkurangnya kapasitas hati untuk metabolisme esterogen.

(23)

b) Anovulatoris

Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan esterogen melimpah dan tidak seimbang mengarah pada proliferasi endometrium terus menerus yang akhirnya menghasilkan suplai darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan tidak dapat diprediksi.

c) Ovulatoris

Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat fisiologis. Itu menandakan ovulasi. Namun fase luteal mungkin memanjang akibat dari korpus luteum yang menetap.

Penyebab lain yang mungkin berdasarkan Varney (2007) : a) Kehamilan : terjadi bercak darah saat proses nidasi.

b) Infeksi : benda asing dalam uterus.

c) Penggunaan AKDR.

d) Ovulasi.

e) Farmakologis : penggunaan obat-obatan.

c. Patofisiologi

Gangguan perdarahan yang dinamakan Metropatia Hemoragika (Metroragia) terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadi hiperplasia endometrium karena

(24)

stimulasi esterogen yang berlebihan dan terus menerus, skema terlampir

(Wiknjosastro, 2010).

d. Faktor predisposisi

Perdarahan intermenstrual juga dapat diperparah oleh penebalan endometrium oleh karena hormon esterogen. Esterogen yang sekresi terus menerus akibat dari kegagalan ovulasi oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan karena tidak adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal dengan pola ketebalan yang tidak sama. Lapisan endometrium yang sangat tebal bisa ruptur sehingga terjadilah spotting.

Perdarahan terjadi dengan frekuensi yang tidak teratur (Astarto, 2011).

e. Faktor risiko

Metroragia disebabkan oleh berbagai macam hal :

a) Oleh karena kehamilan : abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik.

b) Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun erosi dan polip (Nugroho, 2012). Penggunaan AKDR dapat mengakibatkan efek samping metroragia (Manuaba, 2009).

(25)

f. Keluhan

Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007).

g. Tanda klinis

Tanda klinis metroargia menurut Dutton (2011) sebagai berikut : a) Siklus menstruasi normal adalah 24 – 35 hari.

b) Perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi.

c) Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak-bercak h. Prognosis

Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek. Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan.

Sedangkan dilakukan tindakan kuretase efektif untuk wanita yang memiliki kelainan structural (Norwitz, 2008).

i. Penanganan

Menurut Anwar, dkk (2011), pengobatan medikamentosa untuk metroragia dapat dilakukan dengan cara :

a) Kombinasi estrogen progestin, tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler seperti pemberian dengan pil KB dosis 1 x 1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama 3 bulan.

(26)

b) Progestin, diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen serta tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler seperti MPA 10 mg/hari dosis 1 x 1 tablet per hari pada hari ke 16 - 25 siklus menstruasi.

c) NSAD (obat anti inflamasi nonsteroid) dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20 - 50%. Seperti asam mefenamat dosis 250 - 500 mg 2 – 4 kali sehari dan ibuprofen diberikan dengan dosis 600 - 1200 mg per hari.

d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Levonorgestrel yang terbukti efektif dan efisien dibandingkan operasi histerektomi pada kasus metroragia. Efek samping alat KB IUD yang sering ditemui adalah pendarahan menstruasi hebat.

e) Bila perdarahan lebih dari 8 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut menggunakan USG transvagina dan biopsy endometrium serta dianjurkan untuk pemeriksaan darah rutin.

f) Pada wanita usia 40 tahun keatas, wajib dilakukan kuret bertingkat (fractional curretage) untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan (Proverawati dan Siti, 2009).

4. Anemia

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehinnga

(27)

tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.

Menurut WHO (2008) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kekompok yang bersangkutan.

Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila terjadi penurunan dibawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hemotokrit ( packedredcell ) ( I Made Bakta, 2008 )

Secara klinis kritereia anemia di indonesia umumnya adalah 1. Hemoglobin < 10 g/dl

2. Hemotokrit < 30 % 3. Eritrosit < 2.8 juta/mm3

(I made Bakta, 2008) Derajat Anemia

a. Berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO : b. Ringan sekali : Hb 10 g/dl-batas normal c. Ringan Hb : 8 g/dl-9.9 g/dl

d. Sedang : Hb : 6 g/dl – 7.9 g/dl e. Berat : Hb < 6 g/dl

(28)

B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan - penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus untuk klien (Varney, 2007).

2. Langkah - langkah Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam situasi.

Akan tetapi langkah tersebut biasa dipecah - pecah ke dalam tugas – tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Menurut Varney (2007), ada 7 langkah manajemen kebidanan :

a. Langkah I : Pengkajian / Pengumpulan Data

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

(29)

a. Data subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai langkah awal dari mengidentifikasi masalah dan menganalisis masalah (Estiwidani dkk, 2008). Pengkajian pasien meliputi :

1) Identitas pasien a) Nama pasien

Dikaji pasien dengan nama jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan atau membedakan dengan pasien lainnya (Depkes, 2009).

b) Umur

Umur pasien dikaji untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan pasien (Varney, 2007).

c) Agama

Dengan mengetahui agama pasien, maka petugas dapat memberikan dukungan moril sesuai dengan kepercayaannya (Depkes, 2009).

d) Suku / bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

e) Pendidikan

Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi pengertian dantingkat pengetahuan pasien terhadap masalah kesehatan reproduksi (Depkes, 2009).

(30)

f) Pekerjaan

Pekerjaan akan mempengaruhi aktivitas, istirahat, gizi, tingkat sosial ekonomi, dan besarnya penghasilan

(Depkes, 2009).

g) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien (Depkes, 2009).

2) Keluhan utama

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta berhubungan dengan gangguan metroragia (Varney, 2007). Sedangkan menurut Manuaba, (2009), pada pasien metroragia mengatakan menstruasi diluar haid bentuknya bercak dan terus menerus dan perdarahan mestruasi berkepanjangan. Klien mengatakan merasa lemas dan pusing (Sjanhidajat, 2010), serta mengatakan nyeri pada perut bagian bawah selama masa menstruasi (Manuaba, 2009).

3) Riwayat haid

Riwayat menstruasi meliputi :

a) Menarche untuk mengetahui usia menstruasi pertama (Varney, 2007).

b) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid teratur atau normal (2 - 40), karena siklus haid setiap wanita berbeda - beda, berkaitan dengan usia klien

(31)

(Dito dan Ari, 2011). Pada kasus metroragia siklus di luar (Marmi,2014).

c) Lama haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari klien normal (3 - 7 hari), karena lama haid setiap wanita bebeda - beda (Dito dan Ari, 2011). Pada kasus metroragia haidnya tidak teratur dan muncul perdarahan banyak (Marmi, 2014).

d) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2 per hari berarti normal dan lebih dari 5 per harinya patologi, normalnya yaitu 30 ml per hari (Wiknjosastro, 2012). Pada kasus menoragia jumlah haid banyak dan tidak teratur (Marmi, 2014)

e) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang, dan paha serta gejala yang menyertai metroragia. Pada kasus metroragia pasien mengeluh menstruasi di luar haid dan berkepanjangan (Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2012), saat dilakukan palpasi abdomen terdapat masa dalam ovarium dan uterus, serta adanya nyeri.

4) Riwayat perkawinan

(32)

Berapa kali kawin, berapa usia kawin pertama, berapa lama perkawinan, dan suami yang ke berapa (Wiknjosastro, 2012).

5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang perlu ditanyakan yaitu mengetahui riwayat obstetrik pasien yaitu berapa umur tiap kali melahirkan, cara persalinannya, tempat persalinan, penolong, apakah ada penyulit saat persalinan dan nifas, berapa lama masa nifas (hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi selama nifas), jenis kelamin anak yang dilahirkan, dan kondisinya sekarang (Ferrer, 2012).

6) Riwayat KB

Riwayat KB ditanyakan untuk mengetahui pasien pernah menggunakan KB jenis apa, lama penggunaan, serta keluhan selama pemakaian kontrasepsi. Metroragia dapat terjadi akibat latrogenik : misal akibat penggunaan AKDR (Varney, 2010).

7) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain yang biasa memperberat keadaan pasien (Wiknjosastro, 2012).

b) Riwayat kesehatan yang lalu

Apakah penderita pernah menderita suatu penyakit kronis, menular, penyakit infeksi, apakah pernah menjalani

(33)

operasi, dan jenis operasi apa yang dialami serta kapan operasi tersebut (Wiknjosastro, 2012).

c) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular, penyakit menurun, serta keturunan kembar. Pada pasien metroragia anamnesa mengenai riwayat kesehatan perlu diperhatikan tentang adanya penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun yang dicurugai sebagai penyebab perdarahan (Wiknjosastro, 2012).

d) Data psikologis

Untuk mengetahui perasaan pasien. Pada kasus metroragia pasien mengatakan cemas, letih, dan lelah (Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Sjanhidajat (2012), pasien mengatakan merasa lemas dan pusing.

b. Data obyektif

Data obyektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009).

1) Pemeriksaan umum a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien secara keseluruhan. Menurut Sulistyawati (2009), hasil pengamatan dengan kriteria sebagai berikut :

(34)

(1) Baik yaitu jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan berjalan.

(2) Sedang yaitu pasien memperlihatkan respon baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien tidak mampu berjalan sendiri.

(3) Lemah yaitu pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu berjalan sendiri. Pada metroragia keadaan umum ibu sedang (Kumalasari, 2012).

b) Kesadaran pasien

Untuk mengetahui tingkat kesadaran. Menurut Varney (2010), tingkat kesadaran meliputi :

(1) Composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

(2) Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

(3) Somnolen yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat

(35)

pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

(4) Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak - teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal.

(5) Supor yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

(6) Koma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon kuping terhadap cahaya). Pada pasien metroragia kesadaran composmentis (Kumalasari, 2012).

c) Tanda - tanda Vital

(1) Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi. Batas normal 120/80 mmHg (Saifuddin, 2012). Pada kasus metroragia disebabkan karena perubahan hormonal (Marmi, 2014).

(2) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit (Saifuddin, 2012). Denyut nadi normal 80 - 100 x/mnt

(36)

(Perry, 2010).

(3) Suhu : Untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang normal adalah 36,5°C sampai 37°C

(Prawirohardjo, 2009).

(4) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit batas normal dalam menit atau lebih dari 12 – 20 x/mnt (Saifuddin, 2012).

d) Tinggi Badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu (Varney, 2010).

e) Berat Badan : Untuk mengetahui berat badan ibu (Varney, 2010).

2) Pemeriksaan sistemik

a) Rambut : Untuk mengetahui apakah

rambutnya bersih, mudah rontok, dan berketombe (Nursalam, 2009).

b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2009).

c) Mata : Apakah conjungtiva anemia atau tidak, apakah sklera tampak ikterik

(37)

atau tidak (Depkes, 2009). Pada pasien metroragia conjungtiva pucat (Manuaba, 2010).

d) Hidung : Untuk mengetahui ada benjolan atau tidak (Alimul, 2012).

e) Telinga : Bagaimanakah keadaan telinga, ada serumen atau tidak (Depkes, 2009).

f) Mulut / gigi / gusi : Apakah ada stomatitis, bersih atau kotor, pada gigi caries atau tidak, pada gusi bengkak atau mudah berdarah atau tidak

(Depkes, 2009).

g) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok, tumor, dan pembesaran kelenjar limfe atau tidak (Depkes, 2009).

h) Dada dan Axilla

(1) Dada : Untuk mengetahui normal atau tidak (Alimul, 2012).

(2) Mammae : Untuk mengetahui bentuk buah dada, ada tumor tidak, simetris tidak, kolustrum ada tidak, dan

(38)

hiperpigmentasi puting susu serta menonjol tidak (Alimul, 2012).

(3) Axilla : Adakah tumor dan nyeri tekan atau tidak (Alimul, 2012).

i) Abdomen : Adakah pembesaran hati, benjolan, nyeri tekan, adakah luka bekas operasi atau tidak (Depkes, 2009).

Pada pasien dengan metroragia terdapat adanya nyeri tekan (Manuaba, 2010).

j) Anogenital : Untuk mengetahui oedema atau tidak dan keadaan darah yang keluar normal atau tidak (Nursalam, 2009). Pada pasien

metroragia terdapat

perdarahan (Manuaba, 2009).

k) Anus : Apakah ada haemoroid dan ada keluhan lain atau tidak

(Depkes, 2009).

l) Ekstremitas : Simetris atau tidak, ada oedema dan varices tidak (Depkes, 2009).

3) Pemeriksaan penunjang

(39)

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG), biopsi endometrium, serta pemeriksaan darah rutin. Pada kasus metroragia dilakukan USG, biopsi endometrium, pemeriksaan darah rutin (Anwar dkk, 2011). Hasil USG untuk mengetahui adakah kelainan dan polip endometrium atau tidak, hasil biopsi endometrium untuk pemeriksaan USG pelvis adalah penting.

Pemeriksaan panggul dapat mengungkapkan kelainan struktural yang jelas (polip servik). Pengukuran konsentrasi hemoglobin serum, kadar zat besi dan kadar feritin merupakan indikator objektif mengenai kuantitas dan durasi hilangnya darah selama menstruasi. Tes laboratorium tambahan (hormon penstimulan tiroid, profil koagulasi) mungkin diindikasikan (Norwitz, 2008).

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar atas data - data yang dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah digunakan karena masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasikan serta diagnosa tetap membutuhkan penanganan (Varney, 2010).

(40)

a. Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan (Varney, 2010). Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah “Ny. X Px Ax umur X tahun dengan metroragia”. Dasar diagnosa tersebut adalah :

Data Subyektif (Manuaba, 2010) :

1) Klien mengatakan siklus menstruasi tidak teratur, dan muncul bercak darah, atau perdarahan diantara menstruasi.

2) Klien mengatakan cemas, lelah dan pusing.

3) Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah selama masa menstruasi.

4) Klien mengatakan ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.

Data Obyektif (Varney, 2010) :

1) Keadaan umum : sedang kesadaran : composmentis 2) Vital sign :

a) TD… mmHg (kenaikan tekanan darah) b) S….°C

c) N….x/mnt d) R…x/mnt 3) Conjungtiva pucat.

4) Palpasi abdomen terdapat nyeri dan masa dalam ovarium dan uterus.

5) Terdapat perdarahan pervaginam dalam jumlah yang lebih

(41)

6) Hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui Hb.

7) USG adanya polip endometrium b. Masalah

Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian / yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien (Varney, 2010). Masalah yang muncul pada ibu dengan metroragia berkaitan dengan ketakutan pasien terhadap keadaan yang dialami seperti cemas, lelah, dan letih (Manuaba, 2010).

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal - hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2010). Kebutuhan ibu dengan metroragia adalah konseling, dukungan moral, dan tentang gizi untuk mengatasi anemia serta memberikan cara penanggulangan metroragia pada klien (Dewi, 2012).

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa baru. Langkah ini membutuhkan antisipasi pencegahan bila memungkinkan, menunggu sambil mengamati dan bersikap siap bila hal tersebut benar - benar

(42)

terjadi (Varney, 2010). Diagnosa potensial pada kasus metroragia adalah anemia (Datta dkk, 2010).

d. Langkah IV : Antisipasi

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama klien tersebut bersama bidan terus - menerus. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan terus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu. Dalam kondisi tertentu klien mungkin juga akan memerlukan konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan (Varney, 2010).

Pada kasus metroragia perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan.

Jadi penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan. Pada gangguan reproduksi dengan metroragia diberikan tablet Fe untuk membantu menambah darah dan agar tidak terjadi anemia serta kolaborasi dengan dokter SpOG (Kumalasari, 2012).

e. Langkah V : Perencanaan

Perencanaan yaitu merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah - langkah sebelumnya (Varney, 2010).

(43)

Langkah ini merupakan lanjutan dari diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi setiap rencana harus dapat disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan pasien agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Pada langkah ini tugas seorang bidan merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan bersama sebelum melaksanakannya. Semua petugas yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus mencerminkan nasional yang benar - benar valid berdasarkan pengetahuan teori yang berhubungan dan up to date (Varney, 2010).

Rencana tindakan menurut Anwar dkk, (2011), pada metroragia antara lain :

a. Beri kombinasi estrogen progestin selama 3 bulan.

b. Beri terapi progestin, misal MPA 10 mg/hari dosis 1 x 1 tablet per hari.

c. Beri NSAD (obat anti inflamasi nonsteroid) seperti asam mefenamat dosis 250 - 500 mg 2 - 4 kali sehari dan ibuprofen diberikan dengan dosis 600 - 1200 mg per hari.

d. Pasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Levonorgestrel.

e. Lakukan USG transvagina dan biopsi endometrium, bila perdarahan lebih dari 8 hari atau terapi obat gagal.

f. Lakukan kuret bertingkat pada pasien yang berusia 40 tahun keatas.

(44)

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah keenam adalah pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dilakukkan seluruhnya oleh bidan, pasien, dan tim kesehatan lainnya. Menurut Varney (2010), jika bidan tidak melaksanakan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaan (memastikan langkah - langkah tersebut). Pelaksanaan asuhan gangguan reproduksi dengan metroragia dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat.

g. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan yang meliputi kebutuhan benar - benar telah terpenuhi secara efektif atau tidak (Varney, 2007). Menurut hellen varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah untuk mengetahui apa yang telah dilakukkan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar - benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007). Rencana tersebut dapat efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya seperti keadaan umum baik, vital sign meliputi nadi, suhu, respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal, perdarahan berhenti dan

(45)

kembali normal, tidak terjadi infeksi pada daerah vagina, dan bisa melakukan aktifitas sehari – hari dengan baik (Wiknjosastro, 2012).

3. Data Perkembangan

Dari hasil evaluasi sebelumnya dapat dilakukan asuhan kebidanan menggunakan langkah SOAP. 7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planing). SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien. Menurut Kepmenkes RI No.369/Menkes/SK/VII/2007 adalah sebagai berikut :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien, melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

1) Diagnosa atau masalah.

2) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, dan rujukan sebagai langkah II, III, dan IV Varney.

(46)

P : Planing

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanan berdasarkan Assesment sebagai yang dilakukan.

C. Landasan Hukum

1. Keputusan Menteri Kesehatan No.369/Menkes/SK/VII/2007 dalam Kompentensi Bidan yang ke-9 tentang Asuhan pada Wanita atau Ibu Gangguan Reproduksi yang berisi :

Melaksanakan asuhan kebidanan kepada wanita atau ibu yang mengalami gangguan sistem reproduksi.

a. Pengetahuan dasar

1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS.

2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.

3) Tanda, gejala, dan penatalaksanaan kelainan ginekologi, meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.

b. Pengetahuan tambahan

1) Mikroskop dan penggunaannya.

2) Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan apusan.

c. Keterampilan dasar

1) Mengidentifikasi gangguan dan kelainann sistem reproduksi.

2) Melaksanna pertolongan pertama pada wanita atau ibu yang mengalami gangguan reproduksi.

(47)

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada wanita atau ibu gangguan sistem reproduksi.

2. Dalam penanganan kasus metroragia, bidan mempunyai kewenangan berdasarkan permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik bidan.

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 12

Bidan dalam memberikanpelayanan kesehatan reproduksi perempuan dalam pasal 9 huruf c, berwenang memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

(48)

BAB III METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif (Nursalam, 2014).

Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini menggambarkan tentang asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan Gangguan Reproduksi Metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini lokasi yang digunakan adalah RSU Assalam Gemolong Sragen.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek adalah sumber utama data studi kasus, yaitu yang memiliki data mengenai variabel - variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Subyek dalam studi kasus ini adalah Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan Gangguan Reproduksi metroragia di RSU Assalam Gemong Sragen.

38

(49)

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi pendahuluan di lakukan tanggal 19 November 2016 dan asuhan dilakukan tanggal 27 Februari sampai dengan 2 Maret 2017.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat - alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus dengan metroragia, penulis menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah varney dengan gangguan reproduksi dan data perkembangan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder (Riwidikdo, 2009).

1. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek atau obyek penelitian oleh perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Pada Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan Gangguan Reproduksi metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen cara mendapatkan data primer dalam pengumpulan data antara lain :

(50)

a. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2014), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis. Pemeriksaan fisik secara sistematis yaitu :.

1) Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik, dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2014). Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki. Pada kasus metroragia inspeksi yang digunakan adalah melihat ada pengeluaran darah pervaginam (Varney, 2007).

2) Palpasi adalah suatu teknis yang menggunakan indera peraba, tangan, dan jari - jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor, bentuk kelembaban, vibrasi, dan ukuran (Varney, 2007). Pada kasus metroragia dilakukan pemeriksaan bimanual atau palpasi mencakup pengkajian terhadap adanya masa dalam ovarium dan uterus, serta adanya nyeri (Wiknjosastro, 2010).

3) Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan (Nursalam, 2014). Pada kasus metroragia untuk pemeriksaan perkusi tidak akan dilakukan karena

(51)

pasien sedang dalam observasi perdarahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan reflek patella.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana pewawancara mendapat keterangan langsung atau pendirian secara lisan dari seorang sasaran studi kasus (responden) atau bercakap - cakap bertatap muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung pada pasien Ny. U P2 A0 Umur 46 Tahun dengan Gangguan Reproduksi Metroragia di RSU Assalam Gemolong Sragen, keluarga, dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan keterangan yang lengkap.

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Notoatmodjo, 2010). Menurut Salmah (2006), observasi yang dilakukan antara lain :

1) Keadaan umum 2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.

4) Observasi output : pengeluaran pervaginam.

(52)

5) Pemeriksaan penunjang: Laboratorium Hb.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dapat diperoleh dari : a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen resmi maupun tidak resmi, dokumen resmi dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, catatan - catatan di dalam kartu klinik, sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen dibawah tanggung jawab instansi tidak resmi, seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi kasus metroragia dokumentasi diambil di RSU Assalam Gemolong Sragen berupa rekam medis.

b. Studi Kepustakaan

Menurut Notoatmodjo (2010), studi kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi baik berupa teori - teori, generalisasi, maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli dari buku – buku sumber yang ada. Pada kasus metroragia penulisan menggunakan bahan referensi dari tahun 2007 sampai tahun 2017.

G. Alat - alat yang dibutuhkan

Dalam melaksanakan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi dengan Metroragia”, penulis menggunakan alat - alat sebagai berikut:

(53)

1. Alat - alat dan bahan dalam pengambilan data : a. Format asuhan kebidanan gangguan reproduksi b. Alat tulis : buku tulis dan bolpoin

2. Alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi : a. Vital sign

1) Tensimeter 2) Stetoskop 3) Termometer 4) Jam tangan

5) Timbangan berat badan b. Perawatan

1) Sarung tangan 2) Kasa

3) Handscoon 4) Air DTT 5) Spekulum 6) Kapas DTT 7) Bak Instrumen 8) Spuit

9) Bengkok 10) Kapas 11) Hb Digital

3. Alat dan bahan pendokumentasian adalah menggunakan lembar observasi.

(54)

H. Jadwal Studi Kasus

Jadwal penelitian adalah menguraikan langkah - langkah kegiatan dari mulai menyusun penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan (Notoatmodjo, 2010). Jadwal terlampir.

(55)

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. U P2 A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI RSU ASSALAM

GEMOLONG SRAGEN

Ruang : Firdaus 3

Tanggal masuk : 27 Februari 2017 No register : 076773

A. TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN

Tanggal: 27 Februari 2017 Pukul: 10.00 WIB A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny.U Nama : Tn.H 2. Umur : 46th Umur : 50th 3. Agama :Islam Agama : Islam 4. Suku bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa 5. Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana 6. Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS

7. Alamat : Dondong rt 12, Purworjo, Gemolong Sragen.

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan sedang mengalami perdarahan sejak tanggal 16 Januari 2017 hingga sekarang banyaknya 1-2 kali ganti pembalut setiap hari, ibu

45

(56)

merasa lemas, terasa nyeri perut, pusing dan cemas dengan keadaanya.

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan umur 12 tahun b. Siklus : Ibu mengatakan 15 hari

c. Teratur/ tidak teratur : Ibu mengatakan tidak teratur d. Lama : Ibu mengatakan lamanya 9 hari e. Banyaknya : Ibu mengatakan 3 kali ganti pembalut f. Sifat darah : Ibu mengatakan merah muda encer g. Dismenorhea : Ibu mengatakan nyeri perut bagian

bawah saat menstruasi tetapi tidak sampai mengganggu aktivitassaat haid.

3. Riwayat Perkawinan

a. Umur menikah pertama kali :

Ibu mengatakan menikah umur 25 tahun dan suami umur 29 tahun

b. Lama menikah :

Ibu mengatakan lama pernikahannya 21 tahun c. Suami ke :

Ibu mengatakan suaminya yang pertama

(57)

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas:

No Tgl/Thn partus

Tempat Partus

UK (bln)

Jenis

Partus Penolong

Anak Nifas Kead

anak skrg JK

(P/L)

BB (gram)

PB

(cm) Kead Lakt 1 20-01-

1997

BPM 9 bln Spon tan

Bidan P 3000

gram 48 cm

Baik Lan car

Hidup 2 25-05-

2003

BPM 9 bln Spon tan

Bidan L 3100

gram 49 cm

Baik Lan car

Hidup

5. Riwayat KB :

a. Metode yang pernah dipakai :

Ibu mengatakan memakai Kontrasepsi kondom setelah kelahiran anak 1 dan ke 2 sampai sekarang. Pasien mengatakan menggunakan sudah 7 tahun.

b. Keluhan selama pemakaian kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun 6. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mngatakan tidak sedang mengalami sakit apapun b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak mudah lelah saat beraktivitas ringan, dan tidak sakit pada dada kirinya

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak sakit pada pinggang kanan dan kirinya

3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas

(58)

4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu

5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada kuku, mata, dan kulit tidak berwarna kuning 6) DM : Ibu mengatakan tidak mudah haus

dan lapar pada malam hari, dan tidak sering BAK

7) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg

8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan mengeluarkan busa melalui mulutnya

9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit lain seperti HIV/AIDS, PMS dan lain-lain

c. Riwayat penyakit keluarga :

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun dari keluarga suaminya tidak memiliki penyakit menurun seperti, jantung, DM, hipertensi,epilepsi, dan tidak memiliki penyakit menular seperti, hepatitis, TBC,PMS maupun HIV/AIDS

d. Riwayat keturunan kembar :

Ibu mengatakan tidak memiliki keturunan kembar

(59)

e. Riwayat operasi :

Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun

7. Data psikologis: Ibu mengatakan cemas, letih dan lesu dengan keadaannya saat ini

C. Pemeriksaan fisik (Data Obyektif) 1. Status generalis

a. Keadaan umum : lemah

b. TTV : TD :110/70 mmhg S :36,30C N : 80 X/menit R: 20X/menit

c. BB : 57 kg

2. Pemeriksaaan Sistematis a. Kepala

1) Rambut : Bersih berwarna hitam dan tidak ada ketombe

2) Muka : Bersih dan tidak pucat

3) Mata :

a) Oedema : Tidak odema b) Conjungtiva : Berwarna pucat c) Sklera : Berwarana Putih 4) Hidung : Bersih tidak ada sekret 5) Telinga : Bersih tidak ada serumen

6) Mulut/ gigi/ gusi : Bersih tidak ada caries dan tidak berdarah

(60)

b. Leher

1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok

2) Benjolan : Tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe: Tidak ada pembesan kelenjar limfe

c. Dada dan Axilla 1) Mammae

a) Membesar : Tidak ada pembesaran b) Benjolan : Tidak ada benjolan c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

d) Putting susu : Bersih dan puting susu menonjol e) Kolustrum : Tidak ada kolustrum

2) Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan b) Nyeri pembesaran hati : Tidak ada nyeri d. Abdomen

1) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati 2) Benjolan : Tidak ada benjolan

3) Nyeri tekan : Tidak nyeri tekan 4) Luka bekas operasi : Tidak ada bekas operasi

5) Palpasi abdomen : Tidak terjadi massa pada ovarium

(61)

e. Anogenital

1) vulva vagina :

a) varices : Tidak ada vacices b) luka : Tidak adanya luka c) pembekaan : Tidak ada pembekakan d) kemerahan : Tidak ada kemerahan e) nyeri : Tidak nyeri

f) pengeluaran pervaginan : Keluar darah berwarna merah muda, sedikit ada gumpalan ± 20 cc g) keputihan : Tidak ada keputihan h) keluhan lain : Tidak ada keluhan lain 2) inspecula

a) servik/ porsio : Vagina dalam batas normal, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, orifisium uretra eksterna tertutup, pengeluaran berupa darah, tidak ada discharge.

3) pemeriksaan dalam

a) porsio/ servik : Lunak

b) benjolan : Tidak ada benjolan c) nyeri : Tidak ada nyeri tekan

(62)

4) anus

a) haemorhoid : Tidak ada hemoroid b) keluhan lain : Tidak ada keluhan lain f. ekstremitas

1) varices : Tidak ada varices pada kaki 2) oedema : Tidak ada

3) reflek patella : Reflek patella + kanan kiri 3. pemeriksaan penunjang

a. pemeriksaan laboratorium: Hb 8,5 % gr

b. pemeriksaan penunjang lain: USG tidak tampak massa pada ovarium

(63)

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 27 Februari 2017 Pukul : 10.15 WIB A. Diagnosa Kebidanan

Ny U P2 A0 umur 46 tahun dengan gangguan reproduksi metroragia Data Dasar :

DS : 1. Ibu mengatkan bernama Ny. U 2. Ibu mengatkan berusia 46 tahaun

3. Ibu mengatakan siklus mestruasinya tidak teratur, dan muncul bercak darah, atau perdarahan diantra siklus mestruasi

4. Ibu mengatkan cemas dengan keadaannya saat ini 5. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah selama masa

menstruasi

DO : a. Keadaan umum : Sedang

TTV : TD :110/70 mmhg S :36,3 0C

N : 80 X/menit R: 20X/menit

b BB : 57 kg

c Conjungtiva : Berwarna pucat

d Palpasi abdomen : Terdapat nyeri dan tidak ada massa pada uterus e inspecula

a) servik/ porsio : Vagina dalam batas normal, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, orifisium uretra eksterna tertutup,

(64)

pengeluaran berupa darah, tidak ada discharge.

f pemeriksaan dalam

a) porsio/ servik : Lunak

b) benjolan : Tidak ada benjolan c) nyeri : Tidak ada nyeri tekan

g PPV : Terdapat perdarahan

pervaginam ± 20 cc h Pemeriksaan Laboratorium : Hb 8,5 % gr

i Pemeriksaan USG : Tidak tampak massa pada ovarium

B. MASALAH

Ibu merasa lemas, terasa nyeri perut, pusing dan cemas dengan keadaannya

C. KEBUTUHAN

1) Memberi informasi tentang kondisi dan perdarahan yang sedang dialami ibu.

2) Memberikan support mental pada ibu untuk mengurangi rasa cemas.

III. DIAGNOSA POTENSIAL Anemia sedang

(65)

IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA

Tanggal: 27 Februari 2017 Pukul: 10.30 WIB Kolaborasi dengan dokter SpOG

Pemberian terapi : 1. Infus RL 20 tpm.

2. Injeksi amoxicilin 1mg intra vena per 8 jam.

3. Injeksi asam traneksamat 500mg 3x1 per IV.

4. Injeksi ketorolac 30mg 3x1amp per IV.

V. PERENCANAAN

Tanggal: 27 Februari 2017 Pukul: 10.45 WIB 1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.

2. Observasi Keadaan umum (KU),vital sign (VS), dan perdarahan pervaginam setiap 6 jam.

3. Beri dukungan atau motivasi pada ibu untuk mengurangi rasa cemas.

4. Beritahu ibu untuk istrahat yang cukup.

5. Lakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi dan tindakan lebih lanjut. Injeksi amoxcilin 1mg per 8 jam(19.00, 03.00, 11.00), Obat anti perdarahan (asam traneksamat) 500mg 3x1 per

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi: Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Objek penelitian ini fokus pada ideologi ajaran gerakan Wahabi di Saudi

Setelah selesai, Windows Server 2003 Setup akan me-restart komputer dan.

PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, KONEKSI POLITIK DAN PROFITABILITAS2. TERHADAP

Jika perangkat pembelajaran yang disusun kurang berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa maka guru harus menyusun perbaikan pada perangkat pembelajaran

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasilnya adalah, tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian

memerlukan perhatian masyarakat, oleh karena itu terbuka peluang bagi public relations. Sistem ekonomi dan tingkat perkembangan. Sistem politik suatu negara memiliki pengaruh

dan Program guna memenuhi Proyek Akhir Arsitektur (PAA 67) yang berjudul ―Sekolah Tinggi Animasi di Jatinangor‖ yang merupakan salah satu persyaratan kelengkapan studi S1

Semen Portland tipe I, untuk yang tidak memrlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lainnya. Semen Portland tipe II, untuk penggunaan yang memerlukan