• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang di kalangan mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh mata kuliah Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang di kalangan mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh mata kuliah Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas. 2015. Kemampuan Berpikir Keruangan

dan Kemampuan Melukis dalam Ruang di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang Menempuh Mata Kuliah Geometri Ruang pada Tahun Akademik 2014/2015. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kemampuan berpikir keruangan mahasiswa; 2) kemampuan mahasiswa pada kegiatan melukis dalam ruang (menggambar bangun ruang, melukis titik tembus, dan menggambar irisan suatu bidang dengan bangun ruang); 3) korelasi antara kedua kemampuan tersebut di kalangan mahasiswa; dan 4) kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika membuat lukisan yang terkait dengan bangun ruang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh mata kuliah Geometri Ruang kelas A pada tahun akademik 2014/2015.

Instrumen yang digunakan berupa tes dengan perolehan data interval dalam rentang 0 – 100. Kesalahan membuat lukisan dalam ruang diperoleh dari ketidaksesuaian pengerjaan tes dengan jawaban yang benar yang dituliskan dalam pedoman penskoran dan landasan teori. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh subjek kemudian disusun dalam tabel dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan pola kesalahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kemampuan berpikir keruangan mahasiswa cukup tinggi; 2) kemampuan melukis dalam ruang mahasiswa cenderung rendah; 3) terdapat korelasi positif yang signifikan dan sangat kuat antara kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang dengan koefisien korelasi sebesar 0,725; dan 4) kesalahan-kesalahan melukis dalam ruang yang ditemukan berkaitan dengan kurangnya tingkat kemampuan berpikir keruangan (relasi keruangan, visualisasi keruangan, dan orientasi keruangan), kesalahan penggunaan informasi dari soal, dan kurangnya pemahaman definisi yang berhubungan dengan kegiatan melukis dalam ruang.

(2)

ABSTRACT

Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas. 2015. Spatial Thinking Ability and

Drawing Ability in Space among Mathematics Education Students of Sanata Dharma University who Studied Solid Geometry in the Academic Year of 2014/2015. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program,

Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know: 1) students’ spatial thinking ability; 2)

students’ drawing ability in space (drawing polyhedra, drawing a point of intersection between a line and a plane, and drawing the cross section of a plane and a three-dimensional figure); 3) the correlation between the two abilities among students; and 4) students’ errors when making a drawing related to three-dimensional objects. The type of this research was descriptive with quantitative and qualitative approaches. The subjects were the students of the Mathematics Education Study Program of Sanata Dharma University who studied Solid Geometry in Class A, in the academic year of 2014/2015.

The instruments of this research were two tests with interval data between 0 – 100 for each test. The errors of drawing in space were obtained from the test results which were not in conformity with the scoring rubric and the theoretical background. Those errors were compiled in a table and classified based on the patterns of those errors.

The results of this research showed that: 1) the students’ spatial thinking ability levels on the whole were high; 2) the levels of students’ drawing ability in space on the whole were low; 3) There was a positive and significant correlation in the high level between spatial thinking ability and drawing ability in space with the correlation coefficient being equal to 0,725; and 4) The errors of drawing in space were related to the lack of spatial thinking abilities (spatial relations, spatial visualization, and spatial orientation), the lack of understanding in using the information from questions, and the lack of comprehension related to the ability to make drawing in space.

(3)

KEMAMPUAN BERPIKIR KERUANGAN DAN KEMAMPUAN

MELUKIS DALAM

RUANG DI KALANGAN MAHASISWA

PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YANG MENEMPUH MATA KULIAH GEOMETRI

RUANG PADA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas

NIM: 111414037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

KEMAMPUAN BERPIKIR KERUANGAN DAN KEMAMPUAN

MELUKIS DALAM

RUANG DI KALANGAN MAHASISWA

PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YANG MENEMPUH MATA KULIAH GEOMETRI

RUANG PADA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas

NIM: 111414037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Karya ini ku persembahkan untuk

Tritunggal Maha Kudus dan Bunda Maria

yang selalu memberkati dan menjadi pelita hidupku, serta

Bapak, Ibu, Adik, dan Pacar

yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat

sejak perkara-perkara kecil hingga aku mampu setia pada perkara-perkara besar “Barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam

perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara-perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10)

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2015

Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas Nomor Mahasiswa : 111414037

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KEMAMPUAN BERPIKIR KERUANGAN DAN KEMAMPUAN

MELUKIS DALAMRUANG DI KALANGAN MAHASISWA

PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YANG MENEMPUH MATA KULIAH GEOMETRI RUANG PADA

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Juli 2015

Yang menyatakan

(10)

vii

ABSTRAK

Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas. 2015. Kemampuan Berpikir Keruangan

dan Kemampuan Melukis dalam Ruang di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang Menempuh Mata Kuliah Geometri Ruang pada Tahun Akademik 2014/2015. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kemampuan berpikir keruangan mahasiswa; 2) kemampuan mahasiswa pada kegiatan melukis dalam ruang (menggambar bangun ruang, melukis titik tembus, dan menggambar irisan suatu bidang dengan bangun ruang); 3) korelasi antara kedua kemampuan tersebut di kalangan mahasiswa; dan 4) kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika membuat lukisan yang terkait dengan bangun ruang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh mata kuliah Geometri Ruang kelas A pada tahun akademik 2014/2015.

Instrumen yang digunakan berupa tes dengan perolehan data interval dalam rentang 0 – 100. Kesalahan membuat lukisan dalam ruang diperoleh dari ketidaksesuaian pengerjaan tes dengan jawaban yang benar yang dituliskan dalam pedoman penskoran dan landasan teori. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh subjek kemudian disusun dalam tabel dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan pola kesalahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kemampuan berpikir keruangan mahasiswa cukup tinggi; 2) kemampuan melukis dalam ruang mahasiswa cenderung rendah; 3) terdapat korelasi positif yang signifikan dan sangat kuat antara kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang dengan koefisien korelasi sebesar 0,725; dan 4) kesalahan-kesalahan melukis dalam ruang yang ditemukan berkaitan dengan kurangnya tingkat kemampuan berpikir keruangan (relasi keruangan, visualisasi keruangan, dan orientasi keruangan), kesalahan penggunaan informasi dari soal, dan kurangnya pemahaman definisi yang berhubungan dengan kegiatan melukis dalam ruang.

(11)

viii

ABSTRACT

Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas. 2015. Spatial Thinking Ability and

Drawing Ability in Space among Mathematics Education Students of Sanata Dharma University who Studied Solid Geometry in the Academic Year of 2014/2015. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program,

Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know: 1) students‟ spatial thinking ability; 2)

students‟ drawing ability in space (drawing polyhedra, drawing a point of intersection between a line and a plane, and drawing the cross section of a plane and a three-dimensional figure); 3) the correlation between the two abilities among students; and 4) students‟ errors when making a drawing related to three-dimensional objects. The type of this research was descriptive with quantitative and qualitative approaches. The subjects were the students of the Mathematics Education Study Program of Sanata Dharma University who studied Solid Geometry in Class A, in the academic year of 2014/2015.

The instruments of this research were two tests with interval data between 0 – 100 for each test. The errors of drawing in space were obtained from the test results which were not in conformity with the scoring rubric and the theoretical background. Those errors were compiled in a table and classified based on the patterns of those errors.

The results of this research showed that: 1) the students‟ spatial thinking ability levels on the whole were high; 2) the levels of students‟ drawing ability in space on the whole were low; 3) There was a positive and significant correlation in the high level between spatial thinking ability and drawing ability in space with the correlation coefficient being equal to 0,725; and 4) The errors of drawing in space were related to the lack of spatial thinking abilities (spatial relations, spatial visualization, and spatial orientation), the lack of understanding in using the information from questions, and the lack of comprehension related to the ability to make drawing in space.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang maha kuasa

karena atas berkat dan penyertaan-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Skripsi yang berjudul “Kemampuan Berpikir Keruangan dan

Kemampuan Melukis dalam Ruang di Kalangan Mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang Menempuh Mata Kuliah

Geometri Ruang pada Tahun Akademik 2014/2015“ ini disusun guna

memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1)

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis sekaligus peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak

akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa bantuan, dukungan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian dalam rangka penyusunan skripsi di Program Studi Pendidikan

(13)

x

3. Ibu E. Ayunika Permata Sari, M.Sc. dan bapak Dominikus Arif Budi

Prasetyo, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

mendukung dan memotivasi penulis selama menyelesaikan studi di

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bekerja sama dalam

melakukan penelitian ini serta menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan dalam

pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

5. Segenap dosen dan seluruh staff sekretariat Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam

proses administrasi.

6. Mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma, terutama mahasiswa-mahasiswi yang

mengikuti mata kuliah Geometri Ruang kelas A, atas kesediaannya untuk

menjadi subjek dalam penelitian ini.

7. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd., M.Si. dan ibu C. Novella Krisnamurti,

M.Sc. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan

masukan demi perkembangan skripsi ini.

8. Bapak, ibu, adik, dan sanak saudara yang telah memberikan doa,

dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam proses

(14)

xi

9. Teman-teman Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta angkatan 2011, khususnya KF. Sunny Cahya Utama, yang

selalu memberikan doa, semangat, dukungan, motivasi, dan bantuan baik

selama masa perkuliahan maupun proses pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Segala saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perkembangan dan

perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

dan semua pihak terkait serta dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk

perkembangan ilmu pendidikan.

Yogyakarta, 31 Juli 2015

Penulis

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hal-hal Teoritik dan Informasi-informasi Mendasar ... 12

1. Kemampuan Berpikir Keruangan (Spasial) ... 12

2. Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Keruangan ... 14

3. Deskripsi Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang ... 16

4. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang ... 19

5. Bangun Ruang ... 20

(16)

xiii

7. Beberapa Lukisan dalam Ruang ... 23

8. Irisan antara Bidang dengan Bangun Ruang. ... 26

9. Kesalahan dalam Pembelajaran Geometri Ruang ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 33

C. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

C. Objek Penelitian ... 35

D. Perumusan Variabel-variabel ... 35

E. Bentuk Data ... 36

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 37

G. Metode/Teknik Analisis Data ... 41

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 44

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 45

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, DAN ANALISIS DATA ... 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

B. Kelayakan Instrumen ... 48

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 49

D. Penyajian dan Deskripsi Data Penelitian ... 51

E. Analisis Data, Penyajian Hasil Analisis, dan Pembahasan ... 63

1. Uji Normalitas ... 63

2. Uji Korelasi ... 67

3. Jenis-Jenis Kesalahan Melukis dalam Ruang ... 70

F. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jenis Kemampuan Keruangan dari Instrumen Tes Kemampuan

Berpikir Keruangan ... 38

Tabel 3.2. Jenis Kemampuan Keruangan dari Instrumen Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 40

Tabel 3.3. Perencanaan Pelaksanaan Penelitian ... 46

Tabel 4.1. Perolehan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Keruangan... 52

Tabel 4.2. Frekuensi Perolehan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Keruangan ... 55

Tabel 4.3. Ukuran Pemusatan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Keruangan ... 55

Tabel 4.4. Ukuran Penyebaran Nilai Tes Kemampuan Berpikir Keruangan ... 56

Tabel 4.5. Perolehan Nilai Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 58

Tabel 4.6. Frekuensi Perolehan Nilai Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 59

Tabel 4.7. Ukuran Pemusatan Nilai Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 60

Tabel 4.8. Ukuran Penyebaran Nilai Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 62

Tabel 4.9. Output SPSS untuk Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Keruangan ... 64

Tabel 4.10. Output SPSS untuk Uji Normalitas Data Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 66

Tabel 4.11 Output SPSS untuk Uji Korelasi ... 68

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar Kubus yang Digambar dengan Cara Perspektif ... 22

Gambar 2.2. Gambar Kubus yang Digambar dengan Cara Stereometris ... 22

Gambar 2.3. Contoh Gambar Garis Potong Bidang dengan Bidang ... 24

Gambar 2.4. Contoh Gambar Garis Potong Bidang dengan Bidang . ... 25

Gambar 2.5. Contoh Gambar Melukis Titik Tembus Garis pada Suatu Bidang ... 26

Gambar 2.6. Contoh Gambar Irisan dengan Menggunakan Sumbu Afinitas ... 27

Gambar 2.7. Contoh Gambar Irisan dengan Menggunakan Perpotongan Bidang Diagonal ... 29

Gambar 2.8. Contoh Gambar Irisan dengan Menggunakan Perluasan Sisi ... 30

Gambar 4.1. Histogram Nilai Tes Kemampuan Berpikir Keruangan ... 57

Gambar 4.2. Histogram Nilai Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang ... 63

Gambar 4.3. Contoh Kesalahan Menentukan Garis Orthogonal... 85

Gambar 4.4. Contoh Kesalahan Menentukan Letak Sudut Surut ... 85

Gambar 4.5. Contoh Kesalahan Memotongkan Dua Garis yang Bersilangan ... 86

Gambar 4.6. Contoh Kesalahan Tidak Menggunakan Infomasi Perbandingan Proyeksi ... 87

Gambar 4.7. Contoh Kesalahan Menentukan Bidang Frontal ... 88

Gambar 4.8. Contoh Kesalahan Irisan yang Terbentuk Tidak Melalui Satu atau Dua Titik yang Telah Diketahui dari Soal ... 89

Gambar 4.9. Contoh Kesalahan Menarik Garis yang Tidak Diketahui Arahnya dari Satu Titik dan Memotongkan Garis Tersebut dengan Garis Lain ... 89

Gambar 4.10. Contoh Kesalahan Menentukan Garis Persekutuan antara Bidang yang Melalui Suatu Garis dengan Bidang Lain sehingga Titik Tembus yang Ditemukan Tidak Melalui Garis ataupun Bidang Tersebut ... 90

Gambar 4.11. Contoh Kesalahan Penamaan Bangun Ruang yang Tidak Sesuai Perintah Soal ... 91

(19)

xvi

Gambar 4.13. Contoh Kesalahan Menggambarkan Dua Garis Sejajar seperti yang Diminta Soal ... 92

Gambar 4.14. Contoh Kesalahan Menentukan Titik Persekutuan Bidang

Pengiris dengan Bangun Ruang ... 93

Gambar 4.15. Contoh Kesalahan Tidak Menuliskan Langkah Pengerjaan

Soal Secara Lengkap ... 94

Gambar 4.16. Contoh Kesalahan Irisan yang Terbentuk Memotong Bidang

Lain di Dua Garis atau Lebih ... 95

Gambar 4.17. Contoh Kesalahan Panjang Ruas Garis Orthogonal pada

Gambar yang Tidak Sesuai dengan Perbandingan Proyeksi ... 96

Gambar 4.18. Contoh Kesalahan Bangun Datar/Ruang yang Digambar

Tidak Sesuai dengan Permintaan Soal ... 96

Gambar 4.19. Contoh Kesalahan Menentukan Ukuran Bangun yang

Terletak pada Bidang Frontal ... 97

Gambar 4.20. Contoh Kesalahan Meletakkan Titik-Titik yang Telah

Diketahui pada Posisi yang Sama seperti Dalam Soal ... 98

Gambar 4.21. Contoh Kesalahan Menuliskan Titik Tembus yang Ditemukan sebagai Sebuah Garis ... 98

Gambar 4.22. Contoh Kesalahan Tidak Menyelesaian Pengerjaan Soal yang Diberikan ... 99

Gambar 4.23. Contoh Kesalahan Panjang Ruas Garis pada Gambar Tidak

Sesuai dengan Permintaan Soal ... 100

Gambar 4.24. Contoh Kesalahan Memotongkan Garis yang Terletak pada

Suatu Bidang dengan Bidang Tersebut ... 101

Gambar 4.25. Contoh Kesalahan Melukiskan Besar Sudut Surut ... 101

Gambar 4.26. Contoh Kesalahan Penamaan Titik yang Baru Ditemukan

Sama dengan Nama Titik yang Sudah Diketahui dalam Soal ... 102

Gambar 4.27. Contoh Kesalahan Penamaan Bangun yang Terletak pada

Bidang Frontal ... 102

Gambar 4.28. Contoh Kesalahan Menentukan Kedudukan Dua Garis yang

Sejajar ... 103

(20)

xvii

Gambar 4.30. Contoh Kesalahan Menarik Garis yang Tidak Diketahui Arahnya dari Satu Titik dan Memotongkan dengan Garis Lain yang

Seharusnya Bersilangan ... 105

Gambar 4.31. Contoh Kesalahan Menggambar Garis Horisontal pada

Bangun Ruang yang Tidak Sesuai dengan Permintaan Soal ... 105

Gambar 4.32. Contoh Kesalahan Menyatakan Suatu Bidang yang Dibentuk oleh Empat Titik di mana Satu dari Empat Titik Tersebut Berada di

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 122

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan secara unique: tepat satu. Manusia yang kembar siam

pun pasti memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Keunikan yang dimiliki

tiap-tiap individu dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah

kombinasi tingkat kecerdasan yang berbeda antar manusia yang satu dengan

lainnya. Kecerdasan atau inteligensi didefinisikan sebagai keseluruhan

kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta

mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Sadli, 1991:51).

Setiap manusia yang unik itu pun berhak dan layak untuk menjadi guru

dengan kombinasi kecerdasan yang dimilikinya. Sembilan jenis kecerdasan

manusia yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang profesor

pendidikan dan psikologi dari Harvard University, menyadarkan ilmu

pengetahuan yang sebelumnya hanya memandang tinggi-rendahnya

kecerdasan manusia dari pengukuran IQ (Intelligence Quotient) yang hanya

menekankan pada kecerdasan matematis-logis dan linguistik. Sembilan

kecerdasan tersebut antara lain: kecerdasan linguistik, matematis-logis,

visual-spasial, musikal, kinestetik, intrapersonal, interpersonal,

lingkungan/natural, dan eksistensial (dalam Suparno, 2004).

Sebagai manusia, guru memiliki kombinasi kecerdasan yang dibawa

(23)

dikembangkan pula lewat masa belajarnya selama mempersiapkan diri untuk

menjadi guru sesuai bidang studi yang telah dipilih. Tak terkecuali guru

matematika. Walaupun kecerdasan matematis-logis menjadi kecerdasan yang

mendapat sorotan utama, ternyata peran kecerdasan lain pun harus dimiliki

dan dikuasai oleh guru matematika. Sebagai contoh, guru matematika yang

menyadari dan mengembangkan kecerdasan interpersonal (kemampuan

berhubungan dengan orang lain) yang dimilikinya akan lebih mudah

melakukan pendekatan dengan siswanya, terutama siswa yang tidak senang

dengan pelajaran matematika. Dengan kemampuan ini, guru dapat menjalin

relasi dan komunikasi yang lebih kondusif dengan siswa, sehingga proses

transfer ilmu dapat berjalan dengan baik.

Kecerdasan lainnya yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh

guru matematika adalah kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial

merupakan kecerdasan dalam berpikir baik secara dua dimensi maupun tiga

dimensi. Kemampuan ini meliputi kepekaan akan bentuk dan ruang, antara

lain memperkirakan hubungan antar benda dalam ruang, melukis, dan

memahami diagram dan grafik (Lucy & Rizky, 2012:128). Dalam

kemampuan spasial diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman

perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan

angka, dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual

(Tambunan, 2006). Kemampuan ini perlu dimiliki oleh guru matematika

(24)

dan X (sesuai kurikulum 2006) di mana guru berperan penting untuk

mengembangkan imajinasi siswa lewat sketsa atau gambar.

Pemahaman akan pentingnya pengajaran geometri di sekolah perlu

dimiliki oleh mahasiswa calon guru matematika. Menurut Suwarsono (1990,

1992), geometri memiliki potensi-potensi sehingga perlu diajarkan kepada

para siswa di sekolah karena beberapa alasan:

1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan profesi, dan dalam

berbagai ilmu (cabang ilmu) yang lain, termasuk cabang-cabang yang

lain dari ilmu matematika sendiri. Pengajaran Geometri mempunyai

potensi yang besar untuk menghasilkan proses belajar yang bermakna

(meaningful learning) dibandingkan dengan pengajaran untuk

cabang-cabang matematika yang lain karena objek-objeknya mudah dipahami

oleh anak-anak sesuai dengan kenyataan empiris yang mereka lihat

mengenai benda-benda itu di alam. Hal ini menyebabkan geometri juga

mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada para siswa

mengenai keterkaitan antara matematika dengan alam nyata.

2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan

(spatial ability) pada siswa, suatu kemampuan yang sangat diperlukan

agar para siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai

lingkungan tempat mereka hidup. Salah satu kemampuan keruangan yang

penting dalam kehidupan siswa adalah kemampuan untuk tetap memiliki

(25)

baru, misalnya jika berada di suatu kota yang baru siswa tetap tahu arah

mata angin (utara, timur, selatan, barat, dan sebagainya).

3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar secara

logis (logical reasoning) pada diri siswa, dan memberikan penyadaran

mengenai keterbatasan pengamatan dan daya tanggap keruangan pada

manusia.

4. Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada

para siswa mengenai struktur (susunan) ilmu matematika yang

formal-aksiomatis.

Soemadi (1991) menyatakan bahwa belajar geometri pada hakikatnya

adalah belajar berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur

menurut urutan yang logis. Belajar geometri adalah bernalar, mengaitkan

simbol-simbol, menghubungkan struktur-struktur untuk mendapatkan suatu

pengertian, dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dimiliki dalam situasi

yang nyata sehingga arah belajar geometri pada umumnya menuju ke

pengabstrakan yang semakin kompleks.

Di sisi lain, salah satu penyebab kesulitan pembelajaran dan pembahasan

konsep bangun ruang adalah bangun ruang merupakan hasil proses abstraksi

dan idealisasi dari benda-benda konkret berdimensi tiga yang memiliki

ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Namun gambar bangun ruang pada bidang

gambar merupakan proyeksi bangun ruang tersebut pada bidang gambar

(26)

menentukan sifat, atribut, ataupun karakteristik khusus yang penting dengan

mengesampingkan hal-hal yang tidak penting, sedangkan idealisasi adalah

proses menganggap segala sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal. Kedua

proses ini sangat penting dialami oleh siswa dalam memahami materi bangun

ruang, sehingga para mahasiswa calon guru matematika juga harus memberi

perhatian lebih pada kemampuannya dalam menggambar bangun ruang dan

melukis dalam ruang.

Sebagai calon guru, mahasiswa program studi Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma juga mengembangkan kemampuan yang

dimilikinya lewat berbagai mata kuliah. Melalui mata kuliah Geometri

Ruang, mahasiswa calon guru matematika diharapkan dapat meningkatkan

dan mengembangkan pengetahuannya dalam ilmu geometri dimensi tiga.

Selain pemahaman akan konsep-konsep dan teorema-teorema dasar geometri

Euclides ruang, mahasiswa juga dilatih mengembangkan kemampuan

keruangannya lewat kegiatan melukis dalam ruang, salah satunya melukis

titik tembus dan irisan suatu bidang dengan bangun ruang.

Di sisi lain, Suparyan (2007) mengumpulkan berbagai masalah yang

ditemukan oleh peneliti dan para ahli berkaitan dengan penguasaan materi

geometri oleh para guru maupun calon guru matematika, salah satunya adalah

kurangnya penguasaan konsep geometri dan kurangnya kemampuan

keruangan. Suparyan juga menemukan kelemahan-kelemahan yang

ditunjukkan oleh mahasiswa calon guru matematika dalam kemampuan

(27)

1. Mahasiswa belum dapat menentukan kedudukan dua garis sejajar atau

bersilangan dalam ruang.

2. Mahasiswa belum menguasai cara melukis bidang melalui tiga titik yang

tidak segaris, melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis, dan

melalui dua garis yang berpotongan.

3. Mahasiswa belum menguasai cara melukis bangun ruang dengan syarat

bidang frontal, sudut surut, dan perbandingan proyeksi.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas calon guru

matematika, di dalam penelitian ini akan ditinjau kemampuan (kecerdasan)

visual-spasial, terutama kemampuan berpikir keruangan yang dimiliki oleh

mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata

Dharma yang mengikuti mata kuliah Geometri Ruang tahun akademik

2014/2015 dan kemampuan menggambar bangun ruang beserta beberapa

lukisan dalam ruang, serta korelasi antara kedua kemampuan tersebut.

Dengan mengetahui seberapa tinggi kemampuan berpikir keruangan dan

kemampuan melukis dalam ruang serta korelasi antara keduanya, diharapkan

penyiapan mahasiswa calon guru matematika dapat semakin ditingkatkan

karena hasil yang diperoleh akan dapat digunakan untuk mengetahui dan

mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam kedua

kemampuan tersebut.

Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat seberapa jauh kesesuaian tes

(28)

berpikir keruangan yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma. Tingkat kesesuaian ini akan menentukan apakah

instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan

mahasiswa dalam mata kuliah Geometri Ruang pada waktu selanjutnya.

Penelitian ini diadakan bekerja sama dengan Prof. Dr. St. Suwarsono selaku

dosen pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah Geometri Ruang kelas

A dan C.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa permasalahan

yang akan diungkap dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kemampuan berpikir keruangan mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang mengikuti mata kuliah

Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015?

2. Bagaimana kemampuan melukis dalam ruang mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang mengikuti mata kuliah

Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015?

3. Bagaimana hubungan atau korelasi antara kemampuan berpikir

keruangan dengan kemampuan melukis dalam ruang di kalangan

mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang

menempuh mata kuliah Geometri Ruang pada tahun akademik

(29)

4. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh

mata kuliah Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015 ketika

membuat lukisan yang terkait dengan bangun ruang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemampuan berpikir keruangan mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang mengikuti mata kuliah

Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015.

2. Mengetahui kemampuan melukis dalam ruang mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang mengikuti mata kuliah

Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015.

3. Mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir keruangan dengan

kemampuan melukis dalam ruang di kalangan mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh mata kuliah

Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015.

4. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh

mata kuliah Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015 ketika

(30)

D. Pembatasan Masalah

Kemampuan berpikir keruangan yang diteliti pada penelitian ini dibatasi

pada tiga jenis kemampuan keruangan yang akan dijabarkan pada landasan

teori, yaitu kemampuan relasi keruangan, kemampuan visualisasi keruangan,

dan kemampuan orientasi keruangan. Kemampuan melukis dalam ruang

dibatasi pada kemampuan subjek dalam menggambar bangun ruang sisi datar

sesuai aturan yang berlaku serta melukis titik tembus dan irisan suatu bidang

dengan bangun ruang yang ditentukan. Usia dan jenis kelamin diasumsikan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi kemampuan yang dimiliki

subjek penelitian.

E. Penjelasan/Pembatasan Istilah

1. Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

mengikuti mata kuliah Geometri Ruang kelas A pada semester genap

tahun akademik 2014/2015.

2. Korelasi. Menurut Mundir (2013:109), korelasi (correlation) berarti

hubungan atau hubungan timbal balik. Dalam ilmu statistik, Mundir

menyatakan korelasi sebagai hubungan antar dua variabel (bivariate

correlation) dan hubungan antar lebih dari dua variabel (multivariate

correlation), di mana hubungan tersebut dapat berbentuk hubungan

(31)

(saling mempengaruhi). Variabel pada penelitian ini akan dijelaskan

lebih lanjut pada bab III.

3. Kemampuan. Gardner menyebutkan bahwa kemampuan adalah

pemecahan masalah dan kreativitas (dalam Chatib & Said, 2012). Kamus

Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kemampuan sebagai suatu

kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Dari beberapa definisi tersebut,

istilah kemampuan yang akan dibahas pada penelitian ini dibatasi pada

suatu kesanggupan yang berasal dari tiap-tiap manusia untuk

memecahkan masalah.

4. Kemampuan berpikir keruangan adalah kemampuan yang berkaitan

dengan pemahaman hubungan unsur-unsur di dalam ruang baik yang

digambarkan secara dua dimensi maupun dimodelkan dalam bentuk tiga

dimensi dan dapat membayangkan unsur-unsur tersebut jika dilakukan

manipulasi tanpa harus melakukan manipulasi tersebut secara nyata.

Kemampuan ini dibatasi pada kemampuan keruangan dalam bidang

geometri.

5. Kemampuan melukis dalam ruang adalah kemampuan yang berhubungan

dengan geometri ruang, mencakup kemampuan menggambar bangun

ruang, menggambar irisan suatu bidang dengan bangun ruang,

menentukan titik tembus, dan kemampuan menggambar unsur-unsur

(32)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini untuk berbagai pihak, antara lain:

1. Hasil penelitian ini dapat menentukan apakah instrumen tes kemampuan

berpikir keruangan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat

kemampuan mahasiswa dalam berpikir keruangan dan kaitannya dengan

kemampuan-kemampuan yang akan dicapai dalam mata kuliah Geometri

Ruang yang akan datang. Para dosen pengampu mata kuliah Geometri

Ruang dapat mengambil tindakan yang tepat sedini mungkin untuk

membantu mahasiswa yang kemampuan keruangannya rendah agar dapat

memahami materi selama perkuliahan.

2. Dapat menjadi masukan bagi Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam mengembangkan

kurikulumnya agar lulusan Pendidikan Matematika dapat menjadi guru

yang profesional, terutama dalam kemampuan berpikir keruangan

khususnya, geometri ruang umumnya.

3. Memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan yang dialami

oleh mahasiswa Pendidikan Matematika ketika dihadapkan pada kegiatan

melukis dalam ruang.

4. Memberi ilmu/wawasan kepada mahasiswa tentang prinsip dan aturan

yang harus dipatuhi dalam menggambar bangun ruang pada bidang datar

(33)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hal-hal Teoritik dan Informasi-informasi Mendasar

1. Kemampuan Berpikir Keruangan (Spasial)

Sefrina (2013) mendefinisikan spasial sebagai suatu ruang. Menurut

Purwadarminta (dalam Rif‟an, 2011), spasial merupakan sesuatu yang

berkenaan dengan ruang atau tempat. Dari kedua definisi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa istilah spasial berkaitan erat dengan keruangan yang

akan diteliti pada penelitian ini berupa kemampuan berpikir keruangan.

Menurut Lucy dan Rizky (2012:128), kecerdasan visual-spasial

merupakan kecerdasan dalam berpikir baik secara dua dimensi maupun

tiga dimensi. Kemampuan ini meliputi kepekaan akan bentuk dan ruang,

misalnya dalam memahami arah, menemukan lokasi atau jalan, dan

memperkirakan hubungan antar benda dalam ruang. Kecerdasan ini

melibatkan kecerdasan akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan

juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.

Sefrina (2013:53) mendefinisikan kecerdasan visual-spasial sebagai

kecerdasan yang berhubungan dengan penglihatan dan ruang. Inti dari

kecerdasan ini adalah kapasitas seseorang untuk memahami apa yang ia

lihat secara akurat, membuat perubahan dan modifikasi dari hasil

(34)

kembali apa yang telah dilihat meski tidak ada rangsangan lagi atau tidak

ada objek yang dilihat lagi.

Suwarsono (1982) menyatakan bahwa kemampuan keruangan

(spatial ability) adalah kemampuan memahami sifat-sifat keruangan,

terutama sifat-sifat keruangan yang harus „ditemukan‟ dengan

menggunakan pembayangan visual (visual imagery) di dalam kepala.

Bangun yang menjadi objek, atau paling sedikit sebagian dari bangun

tersebut, harus „dioperasikan‟ di dalam kepala dengan pembayangan

visual.

Piaget & Inhelder (dalam Tambunan, 2006) menyebutkan bahwa

kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang di dalamnya

meliputi:

a. Hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi

objek dalam ruang).

b. Kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk

menentukan posisi objek dalam ruang).

c. Hubungan proyektif (kemampuan untuk melihat objek dari berbagai

sudut pandang).

d. Konservasi jarak (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara

dua titik).

e. Representasi spasial (kemampuan untuk merepresentasikan

(35)

f. Rotasi mental (membayangkan di dalam kepala perputaran objek

dalam ruang tanpa melakukan perputaran itu secara nyata).

Dari paparan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir keruangan adalah kemampuan yang berkaitan

dengan pemahaman hubungan unsur-unsur di dalam ruang baik yang

digambarkan secara dua dimensi maupun dimodelkan dalam bentuk tiga

dimensi dan dapat membayangkan unsur-unsur tersebut jika dilakukan

manipulasi tanpa harus melakukan manipulasi tersebut secara nyata.

2. Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Keruangan

Menurut Owens (dalam Suparyan, 2007), beberapa faktor utama dari

kemampuan berpikir keruangan adalah:

a. Faktor visualisasi, mencakup kemampuan untuk membayangkan

gambaran objek-objek yang muncul ketika objek tersebut diputar,

dipindah, atau dibalik, dan membayangkan objek datar ketika dilipat

atau membayangkan objek ruang ketika dibuka.

b. Faktor orientasi, mencakup kemampuan untuk mendeteksi

perubahan dari elemen-elemen dalam suatu pola dan kemampuan

untuk mempertahankan persepsi yang akurat ketika kedudukannya

diubah.

Maier mempaparkan lima unsur dari kemampuan berpikir keruangan

(36)

a. Spatial perception (persepsi keruangan), yaitu kemampuan

mengamati suatu bangun ruang atau bagian-bagian bangun ruang

yang diletakkan posisi horisontal atau vertikal.

b. Spatial visualization (visualisasi keruangan), yaitu kemampuan

untuk membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu

bentuk bangun ruang yang dikenai perubahan atau perpindahan.

c. Mental rotation (rotasi pikiran), mencakup kemampuan merotasikan

suatu bangun ruang secara cepat dan tepat.

d. Spatial relations (relasi keruangan), yaitu kemampuan untuk

mengerti wujud keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda

dan hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lain.

e. Spatial orientation (orientasi keruangan), yaitu kemampuan untuk

mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental di dalam ruang

atau berorientasi di dalam situasi keruangan yang istimewa.

Menurut Suwarsono (2001), kemampuan-kemampuan berpikir

keruangan yang secara konsisten telah dijumpai di banyak penelitian

meliputi antara lain:

a. Kemampuan relasi keruangan (spatial relations ability), yaitu

kemampuan untuk memahami elemen-elemen (bagian-bagian) yang

ada pada suatu stimulus visual dan memahami hubungan antara

(37)

b. Kemampuan visualisasi keruangan (spatial visualization ability),

yaitu kemampuan untuk membayangkan objek-objek atau

situasi-situasi secara visual dan mengoperasikan (memanipulasi)

bayangan-bayangan visual (visual images) di dalam kepala. Kemampuan ini

juga memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang jika

dilakukan suatu perubahan atau perpindahan.

c. Kemampuan orientasi keruangan (spatial orientation ability), yaitu

kemampuan untuk memahami wujud atau keadaan dari benda-benda

atau situasi-situasi yang disajikan dalam kedudukan yang

berbeda-beda, misalnya kemampuan untuk membayangkan wujud dari suatu

benda bila dilihat dari sudut pandang yang lain, atau kemampuan

untuk membayangkan wujud suatu benda bila disajikan dengan

kedudukan yang lain.

Dari beberapa paparan para ahli tersebut, penelitian ini membatasi

jenis kemampuan berpikir keruangan yang akan diteliti, yaitu relasi

keruangan, visualisasi keruangan, dan orientasi keruangan.

3. Deskripsi Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang

Bagian-bagian yang membentuk bangun ruang adalah titik, garis,

dan bidang. Ketiga bagian ini dinamakan sebagai unsur-unsur ruang yang

merupakan pengertian pangkal dalam geometri. Pengertian pangkal,

(38)

tetapi disepakati saja maknanya. Wirodikromo (2006) mendeskripsikan

ketiga unsur tersebut sebagai berikut:

a. Sebuah titik hanya dapat ditentukan oleh letaknya tetapi tidak

mempunyai ukuran (tidak berdimensi). Sebuah titik digambarkan

dengan memakai tanda noktah kemudian dibubuhi dengan nama titik

itu, biasanya menggunakan huruf kapital.

b. Sebuah garis (garis lurus) mempunyai panjang yang tidak terbatas,

namun terkadang keterbatasan bidang gambar mengharuskan untuk

melukiskan garis sebagian saja, disebut wakil garis. Garis

mempunyai ukuran panjang tetapi tidak mempunyai ukuran lebar

dan tidak mempunyai ukuran tebal. Nama dari sebuah garis dapat

ditentukan dengan menyebutkan nama wakil garis itu dengan

memakai huruf kecil atau menyebutkan nama segmen garis dari titik

pangkal ke titik ujung (berupa gabungan dua huruf kapital yang

mewakili titik tersebut).

c. Sebuah bidang (bidang datar) mempunyai luas yang tidak terbatas,

namun pada umumnya bidang tersebut dilukiskan sebagian saja yang

disebut wakil bidang. Wakil bidang mempunyai ukuran panjang dan

lebar. Gambar dari wakil bidang dapat berbentuk persegi, persegi

panjang, atau jajargenjang. Nama dari wakil bidang dituliskan di

daerah pojok bidang dengan memakai huruf latin maupun arab atau

dengan menyebutkan titik-titik sudut dari wakil bidang itu (terdiri

(39)

Selain pengertian pangkal tersebut, kajian dalam geometri ruang

membutuhkan aksioma (postulat). Aksioma (postulat), disebut juga

pernyataan pangkal, adalah pernyataan yang diterima kebenarannya

tanpa melalui pembuktian tetapi melalui kesepakatan saja. Wirodikromo

(2006) menyatakan tiga aksioma penting dalam geometri ruang yang

dikenalkan oleh Euclides (± 300 SM) antara lain:

a. Aksioma 1: Melalui dua buah titik sebarang hanya dapat dibuat tepat

sebuah garis lurus.

b. Aksioma 2: Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua

titik persekutuan, maka garis itu seluruhnya terletak pada bidang

tersebut.

c. Aksioma 3: Melalui tiga buah titik sebarang yang tidak terletak pada

sebuah garis hanya dapat dibuat sebuah bidang.

Dari tiga aksioma tersebut dapat diturunkan empat teorema (dalil)

untuk menentukan sebuah bidang:

a. Sebuah bidang ditentukan oleh tiga titik sebarang yang tidak segaris.

b. Sebuah bidang ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik (titik

berada di luar garis).

c. Sebuah bidang ditentukan oleh dua buah garis berpotongan.

(40)

4. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang

Menurut Wirodikromo (2006) dan Suwarsono (2013), kedudukan

atau relasi titik, garis, dan bidang dalam ruang antara lain:

a. Kedudukan titik terhadap garis

1) Titik terletak pada garis, yaitu jika sebuah titik dilalui oleh suatu

garis.

2) Titik di luar garis, yaitu jika sebuah titik tidak dilalui oleh suatu

garis.

b. Kedudukan titik terhadap bidang

1) Titik terletak pada bidang, yaitu jika sebuah titik dilalui oleh

suatu bidang.

2) Titik di luar bidang, yaitu jika sebuah titik tidak dilalui oleh

suatu bidang.

c. Kedudukan garis terhadap garis lain

1) Dua garis berpotongan, yaitu jika kedua garis itu terletak pada

sebuah bidang dan mempunyai tepat sebuah titik persekutuan.

Titik persekutuan tersebut dinamakan titik potong antara kedua

garis.

2) Dua garis sejajar, yaitu jika kedua garis itu terletak pada sebuah

bidang dan tidak mempunyai titik persekutuan.

3) Dua garis bersilangan, yaitu jika kedua garis itu tidak terletak

pada sebuah bidang (tidak ada bidang yang memuat kedua garis

(41)

d. Kedudukan garis terhadap bidang

1) Garis terletak pada bidang, yaitu jika setiap titik pada garis

tersebut terletak pada bidang yang bersangkutan.

2) Garis sejajar bidang, yaitu jika suatu garis dan suatu bidang

tidak mempunyai satu pun titik persekutuan.

3) Garis memotong atau menembus bidang, yaitu jika suatu garis

dan suatu bidang hanya mempunyai sebuah titik persekutuan.

Titik persekutuan itu disebut titik potong atau titik tembus.

e. Kedudukan bidang terhadap bidang lain (dua bidang yang berbeda)

1) Dua bidang sejajar, yaitu jika kedua bidang itu tidak mempunyai

satu pun titik persekutuan.

2) Dua bidang berpotongan, yaitu jika kedua bidang itu tepat

memiliki sebuah garis persekutuan atau garis potong (tempat

kedudukan titik-titik persekutuan kedua bidang tersebut).

5. Bangun Ruang

Menurut Tajudin, Tanudi, dan Mulyono (2004), bangun ruang adalah

bangun yang dibentuk oleh himpunan titik yang terletak tidak pada satu

bidang. Bangun ruang terbentuk oleh perpotongan garis-garis yang

membentuk unsur-unsur bangun ruang tersebut, yaitu rusuk, titik sudut,

dan sisi. Suwarsono (melalui wawancara pribadi) menjelaskan

unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang, antara lain:

a. Rusuk adalah ruas garis (bagian garis yang dibatasi oleh dua titik)

(42)

b. Titik sudut adalah titik pertemuan (perpotongan) tiga rusuk atau

lebih pada suatu bangun ruang.

c. Sisi adalah bagian-bagian yang menjadi pembatas bangun ruang.

Suwaji (2009) mengkategorikan bangun ruang menurut sisinya

menjadi dua, yaitu:

a. Bangun ruang sisi datar. Bangun ruang dengan sisi datar adalah

bangun ruang yang dibatasi oleh bidang datar. Bangun ruang dengan

sisi datar disebut juga sebagai bidang banyak atau polihedron yang

berasal dari bahasa Yunani polys yang berarti banyak dan hedron

yang berarti permukaan. Contoh: balok, kubus, prisma, dan limas.

b. Bangun ruang sisi lengkung. Bangun ruang sisi lengkung adalah

bangun ruang yang paling tidak memiliki satu sisi lengkung.

Contohnya: tabung, kerucut, dan bola.

6. Teknik Menggambar Bangun Ruang

Menurut Suharjana, Markaban, dan Hanan (2009), menggambar

bangun ruang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Cara perspektif. Perhatikan gambar kubus di bawah ini yang

(43)

Gambar 2.1. Gambar Kubus yang Digambar dengan Cara Perspektif

Pada gambar di atas terlihat bahwa beberapa garis yang sejajar

namun tidak sejajar terhadap garis horizonnya akan digambarkan

menuju ke titik atau . Titik dan disebut titik pandang.

Garis-garis yang tegak lurus garis horizon digambar tegak lurus pada

horizon juga, namun dengan tinggi yang berbeda, tergantung pada

seberapa jauh atau seberapa dekatnya ke titik maupun .

b. Cara stereometris

Perhatikan gambar kubus di

samping. Dengan cara ini, garis-garis

yang sejajar digambarkan sejajar

juga. Bahkan beberapa bidang

digambar seperti aslinya.

Beberapa istilah yang perlu

diketahui dalam membuat gambar stereometris bangun ruang pada

suatu bidang datar adalah:

1) Bidang gambar, yaitu bidang tempat untuk menggambar bangun

ruang. Contohnya permukaan papan tulis atau kertas.

T1 T2

Gambar 2.2. Gambar Kubus yang Digambar dengan Cara

(44)

2) Bidang frontal, yaitu bidang gambar atau setiap bidang yang

sejajar dengan bidang gambar. Contohnya bidang dan

. Setiap bangun yang terletak pada bidang frontal harus

digambar dalam bentuk dan ukuran yang sebenarnya.

3) Garis frontal, yaitu garis-garis yang terletak pada bidang frontal.

Di antara garis-garis frontal yang terpenting adalah garis yang

vertikal (dari bawah ke atas) dan garis yang horisontal (tegak

lurus arah vertikal).

4) Garis orthogonal, yaitu garis yang letaknya tegak lurus pada

bidang frontal seperti dan .

5) Sudut surut, yaitu sudut pada gambar yang dibentuk oleh garis

frontal horisontal arah ke kanan dengan garis orthogonal arah ke

belakang. Besar sudut-sudut ini sebenarnya 90 tetapi tidak

dalam gambar. Sudut surut yang diizinkan antara dan

dan tidak sama dengan 90

6) Perbandingan proyeksi (perbandingan orthogonal), yaitu

perbandingan antara panjang ruas garis orthogonal pada gambar

dengan panjang sesungguhnya dari ruas garis itu. Perbandingan

orthogonal berkisar antara sampai dengan .

7. Beberapa Lukisan dalam Ruang

Menurut Suwarsono (2013), beberapa lukisan yang dapat dilakukan

dalam suatu ruang adalah sebagai berikut:

(45)

1) Jika tiga bidang berpotongan menurut tiga garis potong dan dua

dari tiga garis potong itu melalui sebuah titik tertentu, maka

garis potong yang ketiga tentu melalui titik tertentu itu pula.

2) Jika tiga bidang berpotongan menurut tiga garis potong dan dua

dari tiga garis potong itu sejajar, maka garis potong yang ketiga

tentu sejajar pula dengan kedua garis potong yang pertama.

3) Jika dua bidang yang berpotongan masing-masing melalui satu

dari dua garis yang sejajar maka garis potong kedua garis bidang

tersebut tentu sejajar dengan kedua garis itu.

b. Cara menggambar garis potong dua bidang. Misalkan terdapat

bidang dan bidang :

1) Dicari dua titik persekutuan dari dan , misalnya titik dan

. Garis merupakan garis potong antara bidang dan

bidang .

P

Q

Gambar 2.3. Contoh Gambar Garis Potong Bidang ܣܥܩܧ dengan

(46)

2) Dicari sebuah titik persekutuan dari bidang dan bidang

beserta arah dari garis potong tersebut. Garis potong bidang

dan bidang adalah garis yang melalui titik tersebut dengan

arah seperti yang telah ditemukan.

c. Cara menentukan titik tembus garis pada bidang. Misalkan terdapat

garis g dan bidang :

1) Dibuat bidang melalui garis g.

2) Ditentukan garis potong dengan , dengan cara

menghubungkan dua buah titik persekutuan antara bidang dan

bidang .

3) Ditentukan titik potong antara garis g dengan garis potong

( , ) yang disebut titik . Titik tersebut adalah titik tembus

garis g pada bidang .

Gambar 2.4. Contoh Gambar Garis Potong Bidang ܴܲܳ dengan Bidang

ܤܥܩܨ.

(47)

Contoh: Pada kubus ABCD.EFGH berikut, tentukanlah titik tembus

garis pada bidang .

Jawab:

1) Ditentukan sebuah bidang

yang melalui garis , yaitu

bidang .

2) Bidang memotong

bidang di garis .

3) Garis memotong garis

persekutuan bidang

dan bidang , yaitu

garis di titik .

4) Titik adalah titik tembus garis pada bidang .

8. Irisan antara Bidang dengan Bangun Ruang.

Menurut Nugroho (2013), irisan bangun ruang oleh bidang datar

adalah penampang yang dibatasi oleh garis-garis perpotongan antara

permukaan bangun ruang dan bidang datar tersebut. Sopandi menjelaskan

bahwa irisan tersebut setidaknya melalui tiga titik yang ditentukan: titik

tersebut dapat terletak pada bangun ruang (bangun rusuk atau pada

bidang sisi), di luar bangun ruang, atau di dalam bangun ruang. Irisan

juga dapat ditentukan jika diketahui satu titik dan satu garis yang dilalui

oleh irisan tersebut.

Gambar 2.5. Contoh Gambar Melukis Titik Tembus Garis

(48)

Menurut Khoe (2008), irisan suatu bangun ruang dapat ditentukan

dengan tiga cara:

a. Memanfaatkan sumbu afinitas. Sumbu afinitas adalah garis

persekutuan antara bidang yang mengiris bangun ruang dengan

bidang alas. Sumbu afinitas diperoleh apabila telah ditemukan dua

titik persekutuan antara bidang pengiris dengan bidang alas di mana

kecenderungan posisi titik-titik tersebut cukup curam tingginya

(posisi tinggi rendahnya titik cukup mencolok). Penentuan dua titik

persekutuan itu tergantung pada apa yang diketahui di dalam soal.

Sumbu afinitas dapat digunakan untuk menentukan titik-titik sudut

irisan sehingga irisan yang ditanyakan dapat diperoleh. Contoh:

Lukislah irisan bidang yang melalui titik dan dengan kubus

ABCD.EFGH.

1) Hubungkan titik dan titik , lalu perpanjang hingga

(49)

afinitas karena garis merupakan garis potong bidang yang

melalui titik dan (bidang pengiris) dengan bidang alas

.

2) Hubungkan titik dan titik lalu perpanjang hingga memotong

di titik .

3) Perpanjang garis hingga memotong perpanjangan garis

di titik .

4) Hubungkan titik dengan titik sehingga memotong garis

di titik .

5) Irisan bidang yang melalui titik dan dengan kubus

ABCD.EFGH adalah bidang .

b. Perpotongan bidang diagonal, yaitu menggambar irisan bangun

ruang yang dilakukan dengan memanfaatkan garis potong bidang

diagonal bangun ruang tersebut. Menggambar irisan dengan cara ini

tidak memerlukan perluasan daerah gambar, tetapi jika alasnya

merupakan segi-n dengan n yang cukup besar, maka gambarnya

menjadi lebih rumit. Cara ini lebih baik digunakan bila posisi

titik-titik yang diketahui sejajar atau hampir sejajar tingginya. Contoh:

Lukislah irisan bidang yang melalui titik dan dengan prisma

(50)

1) Bidang diagonal prisma ABCD.EFGH adalah bidang dan

bidang . Kedua bidang diagonal tersebut berpotongan di

garis .

2) Titik dan titik melalui bidang . Tarik garis dari titik

ke titik sehingga memotong garis potong di titik .

3) Titik melalui garis potong bidang diagonal dan bidang

diagonal sehingga titik juga melalui bidang diagonal

. Hubungkan titik dengan titik hingga memotong

garis di titik .

4) Irisan bidang yang melalui dan dengan prisma

ABCD.EFGH adalah bidang .

c. Perluasan salah satu sisi. Menggambar irisan bangun ruang dengan

menggunakan perluasan salah satu sisi dapat dilakukan jika

perpotongan antara sisi yang diperluas dengan sisi lainnya terletak

pada bidang gambar, bukan di luar bidang gambar. Perluasan sisi Gambar 2.7. Contoh Gambar Irisan dengan Menggunakan Perpotongan

(51)

diwakili oleh garis-garis rusuknya yang diperpanjang. Beberapa

acuan pada cara ini antara lain: dapat menggunakan prinsip

kesejajaran bila terdapat kesejajaran bidang dan lebih baik

digunakan bila terdapat kecenderungan ketinggian titik penampang

yang cukup tajam. Contoh: Lukislah irisan bidang yang melalui titik

dan dengan limas T.ABCD.

1) Perpanjang garis dan garis hingga berpotongan di titik

. Titik merupakan titik persekutuan antara perluasan bidang

dengan perluasan bidang .

2) Hubungkan titik dengan titik . Garis merupakan garis

potong perluasan bidang dengan perluasan bidang .

3) Perpanjang garis hingga memotong garis di titik .

4) Hubungkan titik dengan titik sehingga memotong garis

di titik .

(52)

5) Irisan bidang yang melalui dan dengan limas T.ABCD

adalah bidang .

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya

menggambar bidang penampang irisan antara bidang dengan bangun

ruang menurut Wahyudin dan Turmudi (2002), antara lain:

a. Jika dua garis itu tidak sejajar harus dapat ditentukan apakah kedua

garis itu berpotongan atau bersilangan.

b. Jika dua buah garis itu sebidang dan tidak sejajar maka keduanya

saling berpotongan.

c. Pemahaman akan garis-garis yang sebidang dan garis persekutuan

antara dua bidang.

9. Kesalahan dalam Pembelajaran Geometri Ruang

Soemadi (1991) menjabarkan kesalahan dalam pembelajaran

geometri sebagai kesalahan konsep: salah konsep (meliputi salah konsep

dan tidak tahu konsep, yaitu belum diberi konsep atau tidak mengerti

konsep), konsep salah, dan salah operasi. Konsep adalah ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2015).

Soemadi menjelaskan bahwa kesalahan konsep akan berakibat lemahnya

penguasaan terhadap materi secara utuh, mulai dari kesalahan konsep

dasar hingga penguasaan konsep selanjutnya yang lebih tinggi,

mengingat urutan materi dalam ilmu matematika tersusun secara

(53)

mahasiswa di luar salah konsep (diringkas berdasarkan keterkaitan

dengan menggambar bangun ruang):

a. Mahasiswa belum mampu menyusun struktur bangun ruang.

b. Mahasiswa mengalami kesulitan mengabstraksikan dalam ruang.

c. Mahasiswa mengalami kesulitan mengabstraksikan jaring-jaring

kubus (jika menggunakan alat peraga tidak kesulitan).

d. Mahasiswa tidak tahu konsep mana yang digunakan untuk

menyelesaikan suatu masalah.

e. Jika diketahui suatu bangun ruang mahasiswa dapat menentukan

banyaknya sisi, banyaknya rusuk, dan banyaknya titik sudut, tetapi

tidak sebaliknya.

f. Mahasiswa memandang bangun ruang sebagai bangun datar.

g. Mahasiswa belum dapat membedakan dua garis tegak lurus pada

dimensi dua dan dimensi tiga.

h. Mahasiswa lebih mampu menyelesaikan permasalahan geometri

secara aljabar dibanding dengan cara geometrik.

i. Mahasiswa menganggap bahwa ruas garis yang berpotongan pada

bidang gambar adalah garis-garis yang benar-benar berpotongan.

j. Mahasiswa tidak dapat membedakan antara garis yang terletak pada

(54)

B. Kerangka Berpikir

Dari paparan landasan teori tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat

kemampuan berpikir keruangan yang dimiliki tiap individu dapat

mempengaruhi kemampuannya dalam melukis atau menggambar bangun

ruang. Kemampuan berpikir keruangan yang berkaitan dengan garis, bentuk,

ruang, ukuran, dan gabungan dari elemen-elemen tersebut dapat diwujudkan

dalam dimensi dua maupun dimensi tiga. Dengan mencermati hal tersebut,

diharapkan terdapat hubungan antara kemampuan berpikir keruangan dengan

kemampuan melukis dalam ruang bagi mahasiswa. Hubungan tersebut akan

diselidiki lebih lanjut dalam penelitian ini dengan menggunakan tes

kemampuan berpikir keruangan dan tes yang mencakup melukis titik tembus

dan irisan suatu bidang dengan bangun ruang serta menggambar bangun

ruang sisi datar.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara kemampuan berpikir keruangan dengan kemampuan

melukis dalam ruang mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata

Dharma pada tahun akademik 2014/2015 yang menempuh mata kuliah

(55)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut:

1. Dengan pendekatan kuantitatif, penelitian ini meneliti kemampuan

berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang yang hasilnya

dinyatakan dalam bentuk skor serta mencari dan menemukan korelasi

antara kemampuan berpikir keruangan yang dimiliki subjek dengan

kemampuan melukis dalam ruang. Setyosari (2010:36-37)

mendefinisikan penelitian korelasional sebagai salah satu penelitian

deskriptif di mana peneliti tidak hanya mendeskripsikan variabel-variabel

tetapi juga menguji sifat hubungan di antara variabel kuantitatif tersebut.

Analisis dilakukan dengan metode statistik yang akan dijabarkan pada

bab selanjutnya.

2. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menjabarkan

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh subjek dalam mengerjakan tes

kemampuan melukis dalam ruang, mencakup kemampuan menggambar

bangun ruang sisi datar serta kemampuan menggambar titik tembus dan

(56)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2014/2015 yang mengikuti mata

kuliah Geometri Ruang pada semester genap (semester 2). Pemilihan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik kelompok atau rumpun, yaitu teknik

yang digunakan apabila populasi atau sampel yang tersedia adalah berupa

unit-unit rumpun dalam populasi (Setyosari, 2010:171). Sampel yang dipilih

adalah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Geometri Ruang dengan dosen

pengampu Prof. Dr. St. Suwarsono, yaitu kelas A sebanyak 45 orang.

C. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir keruangan dan

kemampuan melukis dalam ruang yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma yang menempuh mata kuliah

Geometri Ruang pada tahun akademik 2014/2015.

D. Perumusan Variabel-variabel

Peneliti membatasi dua variabel pada penelitian ini, antara lain:

1. Variabel bebas yaitu kemampuan berpikir keruangan yang dimiliki tiap

subjek. Kemampuan ini disebut variabel bebas karena merupakan salah

satu aspek dari kecerdasan yang dimiliki subjek dan berkembang dalam

Gambar

Gambar 2.1. Gambar Kubus yang Digambar dengan Cara Perspektif
Gambar 2.3. Contoh Gambar Garis
Gambar 2.4. Contoh Gambar Garis
Gambar 2.5. Contoh Gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hipotesis dengan menghitung hasil kuesioner dan didukung oleh teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga digunakan

Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan Barang Jasa, telah melaksanakan tahapan Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen Pengadaan dengan metode tanya jawab secara elektronik

[r]

&ola8i $ryawa uti-bderi d'i fral€i n heldn EbiMtt@ ae bnnikliM sirctsn. J'nsd

Tingkat Diskon seringkali digunakan untuk menghitung bunga wesel atau bunga pinjaman yang dipotong di muka... Agus meminjam Koperasi Simpan Pinjam selama 12 bulan dengan

Jika kemudian Gubernur Ahok berdalih bahwa tindakannya itu bukan ditujukan untuk memberangus aktivitas prostitusi, akan tetapi untuk membersihkan

al-Hadî ś Al-syarîf, Jawâ mi’ al -Kalîm dan al-Maktabah al-Syâmilah. Diantara keempat software tersebut, al-Maktabah al-Syâmilah merupakan software yang paling