i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat
self-efficacy pada siswa kelas IX yang akan menghadapi Ujian Nasional di SMP
Negeri “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan
teknik survey terhadap 200 siswa kelas IX di SMP Negeri “X” Bandung.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner self-efficacy
yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori self-efficacy dari Bandura (1997).
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, diperoleh 48 item yang diterima dengan
validitas berkisar antara 0.300 sampai 0.531 dengan menggunakan kriteria
Friedenberg, serta reliabilitas sebesar 0.888 dengan menggunakan kriteria Guilford.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 53 % siswa kelas IX yang akan
menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri “X” Bandung tergolong memiliki
self-efficacy tinggi sedangkan 47 % siswa kelas IX yang akan menghadapi Ujian
Nasional di SMP Negeri “X” Bandung tergolong memiliki self-efficacy rendah.
Sumber-sumber yang menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy pada siswa kelas
IX yang akan menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri “X” Bandung yaitu
physiological and affective states.
ii Universitas Kristen Maranatha
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak …... i
Kata Pengantar ……….. ii
Daftar Isi ……… vi
Daftar Tabel dan Bagan ………. x
Daftar Lampiran ……… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi masalah ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...8
1.3.1 Maksud Penelitian... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9
1.5 Kerangka Pikir ... 10
iii Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Self-Efficacy ... 18
2.1.1 Definisi Self-efficacy ... 18
2.1.2 Sumber-sumber Self-efficacy ... 21
2.1.3 Proses Self-efficacy ... 24
2.2 Tahap Perkembangan Remaja ...31
2.2.1 Pengertian Masa Remaja ... 31
2.2.2 Ciri-ciri Masa Remaja ... 32
2.2.3 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja ... 32
2.2.4 Beberapa Minat remaja ... 33
2.3 Ujian Nasional ...37
2.4 SMPN ”X” Bandung ... 38
2.4.1 Visi SMPN ”X” Bandung ... 38
2.4.2 Misi SMPN ”X” Bandung ... 39
2.4.3 Tujuan SMPN ‘X’ Bandung ………40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ………. 41
3.2 Bagan Prosedur Penelitian ………. 41
3.3 Variabel Penelitian Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ……... 41
3.3.1 Variabel Penelitian ……….. 41
iv Universitas Kristen Maranatha
3.4 Alat Ukur ………... 43
3.4.1 Alat Ukur Self-efficacy ………... 43
3.4.2 Data Penunjang ……… 47
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ………. 47
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ……… 47
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ………... 48
3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ………....49
3.5.1 Populasi Sasaran ……….. 49
3.5.2 Karakteristik Sampel ………. 49
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………... 49
3.6 Teknik Analisis Data ………..49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden ……… 51
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 51
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………... 52
4.2 Hasil Penelitian ……….. 52
4.2.1 Derajat Self-efficacy ……… 52
4.2.2 Tabulasi Silang antara Derajat Self-efficacy dengan aspek ………. 53
v Universitas Kristen Maranatha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 59
5.2 Saran ……….. 59
5.2.1 Saran Teoritik………
59
5.2.2 Saran Praktis ……… 60
vi Universitas Kristen Maranatha
Bagan 1.1 Kerangka Pikir……… 16
Bagan 3.1 Rancangan Prosedur Penelitian………...41
Tabel 3.1 Aspek, Indikator, Item……… 44
Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur Self-efficacy……… 46
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan jenis Kelamin………. 51
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia……… 52
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Derajat Self-efficacy………...52
vii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
1 Universitas Kristen Maranatha
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu unsur penting untuk melahirkan
generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan diperlukan agar
individu dapat mengikuti perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang
semakin cepat yang tentunya berdampak pada semakin ketatnya persaingan
antar individu. Untuk dapat bersaing, individu harus memiliki kompetensi,
baik dalam ilmu pengetahuan yang sifatnya teoritis maupun keterampilan.
Salah satu caranya adalah dengan menyelesaikan jenjang pendidikan
tertentu.
Di Indonesia pendidikan dapat diperoleh melalui berbagai macam
jenjang. Jenjang pendidikan tersebut dapat berasal dari institusi pendidikan
formal maupun non-formal. Pendidikan formal ditempuh melalui institusi
sekolah, dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan
Tinggi dan pendidikan non formal yaitu melalui kursus, pelatihan maupun
pendidikan di dalam keluarga agar mereka mendapatkan pengetahuan
maupun keterampilan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu insitusi dalam pendidikan formal adalah Sekolah Menengah
Pertama (SMP), yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui
2
Universitas Kristen Maranatha
pembelajarannya akan melewati mata rantai proses penyampaian materi
pelajaran dan diakhiri dengan tes prestasi belajar. Hasil tes prestasi belajar
akan menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar yang kemudian
hasilnya akan terlihat pada prestasi akademik siswa selama yang
bersangkutan mengenyam pendidikan.
Siswa dinyatakan berhasil dalam suatu jenjang pendidikan, apabila
telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan dan telah mencapai standar
kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah (http://fisikasic.com). Di
Indonesia, dalam penyelesaian pendidikan tersebut siswa harus mengikuti
ujian yang dikenal dengan Ujian Nasional. Berdasarkan Keputusan BSNP
Nomor 984/BSNP/XI/2007, tahun pelajaran 2007/2008 bahwa mata
pelajaran yang akan diujikan di SMP meliputi Bahasa Inggris, Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA. Ujian Nasional yang telah dilaksanakan di
Indonesia dari tahun ke tahun cukup meresahkan siswa, guru juga orangtua,
karena setiap tahunnya standar kelulusan yang ditetapkan semakin tinggi.
Pada tahun 2008 terdapat sekitar 295 ribuan siswa yang tidak lulus UN,
tahun 2009 terdapat sekitar 180 ribuan siswa yang tidak lulus UN
(http://fisikasic.com).
Untuk Ujian Nasional yang akan datang yaitu tahun 2010, siswa kelas
IX SMP akan menghadapi standar kelulusan yang cukup tinggi, yaitu
standar nilai rata-rata yang harus dicapai oleh siswa minimal 5,50 untuk
Universitas Kristen Maranatha
Bahasa Inggris, dan IPA. Oleh karena itu siswa harus memiliki kemampuan
untuk dapat mencapai target kelulusan (http://fisikasic.com)..
Kemampuan yang dimiliki oleh siswa dapat berupa kecerdasan
(inteligensi), motivasi, kemauan, usaha. Pada umumnya siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, memiliki motivasi yang tinggi
kemauan yang besar serta usaha yang maksimal untuk dapat mencapai
standar kelulusan atau bahkan melampaui standar yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah. Namun kemampuan tersebut tidaklah cukup sebagai tolak
ukur keberhasilan siswa dalam mencapai standar kelulusan. Siswa yang
Pintar, juara kelas tidak menjadi jaminan untuk lulus UN. Pengalaman
menunjukan banyak siswa dengan tingkat Inteligensi dan kepandaian yang
bagus ternyata di UN tidak lulus. Sebaliknya siswa dengan tingkat
kepandaian biasa bahkan dibawah standar secara mengejutkan lulus dengan
nilai luar biasa. Tidak hanya itu ada sekolah yang dianggap bermutu dan
berkualitas tetapi sebahagian siswanya tidak lulus. Ironisnya, sebuah sekolah
swasta yang dianggap dengan kualitas sedang ke bawah ternyata secara
mengejutkan berhasil meluluskan siswanya seratus persen dengan nilai yang
memuaskan (padang-today.com ).
Fakta yang terdapat di SMPN “X” Bandung, sekolah ini merupakan
salah satu sekolah negeri yang dikenal memiliki reputasi yang baik dan
berkualitas dalam menghasilkan lulusan yang banyak diterima di sekolah
menengah atas favorit, dan memiliki nilai Ujian Nasional (UN) yang tinggi.
4
Universitas Kristen Maranatha
pelajaran yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal untuk setiap mata
pelajaran, yaitu 7,5 sampai dengan 7,6. Jika nilai siswa tidak mencukupi
standar tersebut, maka siswa harus mengulang ujian dengan mengikuti
remedial atau sesuai dengan kebijakan dari guru bidang studi. Berdasarkan
wawancara dengan salah seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) di
SMPN “X” diperoleh informasi bahwa siswa kelas IX di sekolah tersebut
adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan yang berada di atas rata-rata
dan sekolah mengharapkan siswa kelas IX ini dapat lulus seluruhnya dan
dapat mencapai standar kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu
5,50. Kenyataannya tidak demikian, menurut guru tersebut ada beberapa
keluhan yang disampaikan oleh siswa kelas IX yang akan menghadapi Ujian
Nasional.
Sebanyak 40 orang siswa kelas IX merasa takut dalam menghadapi
Ujian Nasional karena mereka merasa belum siap. 10 0rang siswa yang
mengatakan bahwa dirinya stress jika memikirkan Ujian Nasional, siswa
sudah terlebih dahulu merasa tidak yakin akan kemampuannya jika
diberikan soal-soal seperti try-out, adapula siswa yang tangannya sampai
berkeringat sehingga dapat merusak lembar jawaban yang dibagikan kepada
siswa tersebut. Siswa mengatakan bahwa mereka merasa kurang yakin
terhadap kemampuannya untuk mengerjakan soal-soal, mereka cenderung
malas dan hanya mengerjakan soal seadanya. Apabila siswa gagal dalam
mengikuti try-out yang diadakan di sekolah, mereka cenderung merasa
Universitas Kristen Maranatha
siswa kurang merasa yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk
dapat menyelesaikan setiap soal-soal.
Dengan adanya hambatan yang dialami siswa kelas IX di atas, maka
untuk dapat mencapai standar nilai kelulusan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata
pelajaran yang diujikan bukanlah hal yang mudah bagi mereka, diperlukan
keyakinan bahwa dirinya mampu mencapai target kelulusan Ujian Nasional.
Keyakinan siswa mengenai kemampuan mereka dalam menguasai aktivitas
akademis akan mempengaruhi aspirasi mereka, tingkat ketertarikan terhadap
bidang-bidang akademis dan performance akademis mereka
(http:/ www.Eramoslem.com). Keyakinan (Belief) mengenai kemampuan
seseorang dalam mengatur dan melaksanakan bagian dari tindakan untuk
mencapai goal yang dituju disebut sebagai self-efficacy (Bandura, 1997).
Bila konsep self-efficacy ini dikaitkan dengan aktivitas siswa kelas IX
SMPN “X”, maka siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan lebih
termotivasi untuk lebih giat pada saat mempersiapkan diri menghadapi Ujian
Nasional. Hal ini terlihat dari persiapan yang dilakukan siswa tersebut
seperti rajin membahas soal-soal untuk menghadapi Ujian Nasional, rajin
mengikuti try-out yang diadakan sekolah, dan berusaha untuk lulus pada
setiap try-out yang diadakan. Jika siswa gagal dalam mencapai standar
kelulusan dalam try-out, hal tersebut akan semakin membuatnya terpacu
untuk meningkatkan usahanya sehingga pada try-out berikutnya siswa akan
6
Universitas Kristen Maranatha self-efficacy rendah cenderung kurang termotivasi untuk membahas
soal-soal untuk menghadapi Ujian Nasional, kurang yakin terhadap
kemampuannya dalam mengikuti try-out yang diadakan sekolah, dan Jika
siswa gagal dalam mencapai standar kelulusan dalam try-out, hal tersebut
akan semakin menurunkan keyakinan terhadap kemampuan dirinya
(informasi dari guru BK). Oleh karena itu mereka yang memiliki
self-efficacy tinggi cenderung melakukan usaha yang lebih optimal dibanding
mereka yang memiliki self-efficacy rendah.(Bandura, 1997)
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan terhadap 50 siswa kelas
IX, sebanyak 36 siswa (72 %) menyatakan bahwa mereka sering mangkir
dan menghindari untuk hadir ke sekolah karena tidak menyukai mata
pelajarannya, malas untuk membahas soal-soal persiapan Ujian Nasional,
dan cenderung malas untuk mengikuti try-out yang diadakan di sekolah. Ada
14 siswa (28 %) rajin hadir ke sekolah dan mendengarkan penjelasan dari
guru, serta rajin membahas soal-soal persiapan Ujian Nasional, dan
bersemangat untuk mengikuti try-out yang diadakan di sekolah. Hal ini
merujuk pada pilihan yang di buat oleh siswa.
Sebanyak 39 siswa (78 %) kurang memiliki usaha yang maksimal
dalam mengikuti pelajaran di kelas. Mereka jarang mencatat pelajaran di
kelas, apabila mereka menemukan soal-soal yang sulit untuk dikerjakan
mereka cenderung untuk membiarkan soal-soal itu dan tidak berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut. Hanya 11 siswa (22 %) memiliki usaha
Universitas Kristen Maranatha
meminjam buku di perpustakaan, rajin membahas soal-soal di rumah serta
jika berhadapan dengan persoalan yang cukup sulit mereka akan berusaha
untuk bertanya pada guru atau teman yang lebih mengerti. Hal ini merujuk
pada usaha yang dikeluarkan oleh siswa.
Sebanyak 29 siswa (58 %) mudah menyerah jika menghadapi soal-soal
yang sulit dan apabila mereka mendapat nilai yang rendah pada saat try-out,
mereka cenderung menyerah dan merasa tidak mampu untuk meraih target
kelulusan dalam try-out. Hanya ada 21 siswa (42 %) yang tetap bertahan dan
berusaha untuk optimis mencapai target kelulusan dalam try-out dengan
terus berusaha dan jika mengalami kegagalan mereka akan semakin
termotivasi untuk mencoba pada try-out berikutnya. Hal ini merujuk pada
ketahanan siswa dalam menghadapi hambatan.
Sementara itu terdapat 38 siswa (76 %) yang merasa bahwa mereka
kurang mampu menghadapi try-out dan merasa takut dalam menghadapi
ujian nasional yang akan datang, karena menurut siswa tersebut standar
ujian nasional tersebut terlalu tinggi. Siswa kurang dapat mengendalikan
stress dan kecemasan yang berlebihan jika mengalami kegagalan dalam
mencapai nilai optimal. Hanya 12 siswa (24 %) yang merasa bahwa mereka
mampu menghadapi try-out dan yakin dengan kemampuannya dalam
menghadapi ujian nasional yang akan datang dan Siswa dapat
mengendalikan stress dan kecemasan yang berlebihan jika mengalami
kegagalan dalam mencapai nilai optimal. Hal ini merujuk pada penghayatan
8
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan hasil survey awal pada siswa kelas IX di SMPN ’X’
Bandung, terdapat variasi dalam keyakinan siswa yang berhubungan dengan
pilihan yang dibuat oleh siswa, usaha yang dikeluarkannya, ketahanan dalam
menghadapi hambatan, serta penghayatan persaaan siswa tersebut. Untuk itu
maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai self- efficacy
pada siswa kelas IX yang akan menghadapi ujian nasional di SMPN “X”
Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimanakah derajat Self-efficacy
pada Siswa kelas IX yang akan mengikuti Ujian Nasional di SMPN ’X’
Bandung
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud penelitian :
Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat Self-efficacy pada siswa
kelas IX yang akan mengikuti Ujian Nasional di SMPN ‘X’ Bandung.
1.3.2 Tujuan penelitian :
Untuk memperoleh data empiris dan mengetahui gambaran mengenai derajat
Self-efficacy dan aspek-aspeknya serta sumber-sumber self-efficacy pada
Universitas Kristen Maranatha
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang Psikologi pendidikan agar memahami mengenai derajat
Self-efficacy pada siswa kelas IX yang akan mengikuti Ujian Nasional
di SMPN ‘X’ Bandung.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk
penelitian self-efficacy selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada siswa kelas IX SMPN ‘X’ mengenai
Self-efficacy agar siswa tersebut dapat memahami mengenai dirinya
dan dapat mengembangkan kemampuan dirinya sehingga dapat
mencapai nilai standar kelulusan Ujian Nasional.
2 Memberikan informasi kepada guru BK mengenai derajat
self-efficacy serta faktor-faktor yang menunjang peningkatan self-self-efficacy
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan
program-program untuk meningkatkan proses kegiatan pembelajaran.
Seperti : membuat seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
10
Universitas Kristen Maranatha
1.5 Kerangka Pikir
Setiap manusia mengalami beberapa tahap perkembangan, salah
satunya adalah masa remaja. Remaja yang merupakan siswa kelas IX (kelas 3
SMP) ini pada umumnya berada di rentang usia 13-15 tahun. Masa ini siswa
baru saja mengalami periode transisi dari masa anak-anak menuju dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognisi dan sosial (Santrock, 1999). Masa
ini merupakan masa yang tidak mudah untuk dilalui oleh siswa, karena begitu
banyak hal-hal dan pengalaman baru yang ditemukan seiring dengan
perkembangannya dan banyaknya tuntutan baru dari lingkungan. Salah satu
tugas perkembangan dan tuntutan masyarakat kepada siswa kelas IX ini
adalah menyelesaikan studinya agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
SMA. Dalam rangka mencapai tugas dan tuntutan tersebut, siswa dituntut
untuk lebih mandiri, menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, serta dapat mencapai keberhasilan dalam
pendidikannya.
Salah satu syarat siswa dapat mencapai keberhasilan di dalam suatu
pendidikan adalah apabila siswa dapat menyelesaikan suatu jenjang
pendidikan dengan mengikuti ujian yang dikenal dengan Ujian Nasional dan
memiliki nilai yang sesuai dengan standar kelulusan yang ditetapkan oleh
pemerintah (http://fisikasic.com). Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu adalah
self-efficacy. Self-efficacy adalah suatu keyakinan individu bahwa dirinya
Universitas Kristen Maranatha
mencapai goal yang dituju (Bandura, 1997). Self-efficacy yang dimiliki siswa
akan terlihat pada usahanya dalam mencapai standar kelulusan, yaitu memiliki
usaha yang maksimal, dapat bertahan jika menghadapi kegagalan dan
memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya agar dapat mencapai
standar nilai yang sudah ditetapkan tersebut.
Dalam usaha mencapai standar nilai tersebut, siswa dapat
mengembangkan keyakinan akan kemampuannya dari 4 sumber yaitu,
mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan
physiological and affective state (Bandura, 1997). Siswa menerima
informasi-informasi tersebut dari sekolah, lingkungan rumah, dan lingkungan sosial
(Bandura dalam Pajares 2006), informasi tersebut diseleksi dan diintegrasikan
oleh siswa untuk membuat penilaian terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Sumber yang pertama adalah mastery experience yaitu pengalaman
keberhasilan maupun kegagalan siswa dalam melakukan suatu hal atau yang
pernah dialaminya. Misalnya keberhasilan siswa dalam mencapai standar nilai
pada saat try-out dapat menjadi suatu pengalaman yang membangun
self-efficacy siswa bahwa ia akan merasa mampu mencapai nilai yang sesuai
dengan standar Ujian Nasional. Selain itu, pengalaman kegagalan dalam
memperoleh nilai yang sesuai dengan standar pada saat try-out juga dapat
mempengaruhi derajat self-efficacy siswa, dimana pengalaman ini dapat
menurunkan atau merendahkan self-efficacy siswa.
Sumber kedua yang dapat membangun keyakinan akan kemampuan
12
Universitas Kristen Maranatha
lain, seperti: keluarga, teman, orang lain yang signifikan atau orang lain yang
memiliki persamaan karakteristik dengan siswa. Oleh karena itu, modeling
berpengaruh kuat terhadap self-efficacy, dan tergantung pada
banyak-sedikitnya kesamaan karakteristik siswa dengan obyek (model) yang diamati.
Misalnya seorang siswa yang melihat teman atau anggota keluarganya yang
dapat lulus Ujian Nasional dan mencapai standar nilai yang ditetapkan oleh
pemerintah, akan menimbulkan keyakinan pada dirinya untuk dapat
melakukan hal yang sama. Sedangkan jika siswa mengamati teman atau
anggota keluarganya yang sering mengalami kegagalan atau tidak lulus karena
memiliki standar nilai yang kurang, walaupun terkadang siswa tersebut merasa
yakin dapat memperoleh nilai yang bagus dapat menurunkan penilaian
terhadap efficacy mereka.
Sumber yang ketiga yaitu verbal persuasion, yang merupakan dukungan
yang disampaikan oleh orang lain (teman, keluarga, guru) termasuk
didalamnya nasihat, anjuran, pujian, dan sebagainya yang diterima oleh siswa.
Siswa yang dipersuasi secara verbal bahwa mereka memiliki atau tidak
memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil dan tidak berhasil dalam
mencapai standar Ujian Nasional, akan membentuk keyakinan diri mereka
mengenai kemampuan mereka. Seorang siswa yang dipersuasi bahwa dirinya
memiliki kemampuan yang mencukupi dan dapat mencapai standar Ujian
Nasional, maka ia akan memiliki keyakinan yang lebih kuat terhadap
kemampuannya dan mengoptimalkan usahanya. Sebaliknya, seorang siswa
Universitas Kristen Maranatha
menghadapi Ujian Nasional, maka cenderung akan mudah menyerah dan
meragukan kemampuannya.
Sumber terakhir yang juga memberikan informasi mengenai keyakinan
diri siswa adalah physiological and affective states, yaitu sejauh mana kondisi
fisik siswa mempengaruhinya dalam menghadapi hambatan. Bentuk-bentuk
reaksi fisiologis dan emosional tersebut seperti ketergugahan, kecemasan,
stress, kelelahan, ketenangan, kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan yang
dirasakan siswa sewaktu menghadapi try-out ataupun tantangan untuk belajar
menghadapi Ujian Nasional. Seringkali siswa memandang bahwa mereka
mengalami keterbatasan secara fisik atau mental yang dapat menghambat
mereka untuk melakukan suatu kegiatan dan berhasil dalam kegiatan tersebut.
Seringkali interpretasi ini tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kecemasan yang dirasakan saat mengerjakan soal-soal dapat menurunkan
keyakinan siswa dalam kemampuan atau kecakapan mereka. Reaksi
emosional yang kuat terhadap Ujian Nasional, dapat menjadi petunjuk bagi
kesuksesan atau kegagalan siswa.
Keempat sumber tersebut merupakan kumpulan informasi bagi siswa
kelas IX SMP ‘X’ di kota Bandung untuk mencapai standar Ujian Nasional,
yang akan diolah sehingga membentuk derajat self-efficacy. Informasi tersebut
akan diseleksi, ditimbang dan diitegrasikan ke dalam penilaian self-efficacy.
Keempat sumber self-efficacy tersebut akan diolah melalui proses kognitif.
Proses kognitif tersebut menyangkut pilihan yang mereka buat dalam
14
Universitas Kristen Maranatha
memiliki self-efficacy yang tinggi melihat situasi sebagai kesempatan, mereka
membayangkan skenario sukses yang memberikan tuntutan positif dan
dukungan untuk dapat melaksanaan pencapaian target lulus Ujian Nasional.
Sedangkan siswa kelas IX SMPN “X” yang memiliki self-efficacy yang
rendah membayangkan skenario kegagalan dan ketika dihadapkan pada
soal-soal yang sulit dalam lingkungan belajar yang membebani, aspirasinya
akan menurun dan hasil belajarnya akan memburuk yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan kegagalan dalam Ujian Nasional.
Siswa dengan derajat self-efficacy yang tinggi, akan memiliki keyakinan
yang tinggi dalam pilihannya akan menentukan tujuan yang menantang dan
berkomitmen terhadap tujuan tersebut. Misalnya dengan memilih untuk
menetapkan target nilai yang tinggi dalam Ujian Nasional, sedangkan siswa
dengan derajat self-efficacy yang rendah, akan memiliki keyakinan yang
rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Misalnya dengan menetapkan target yang sesuai dengan standar
Ujian nasional saja, dan cenderung kurang berani untuk menetapkan standar
nilai yang tinggi.
Siswa dengan derajat self-efficacy tinggi dalam usaha dan daya
tahannya, akan memiliki keyakinan yang tinggi dalam meningkatkan dan
mempertahankan usaha mereka pada waktu mengalami kegagalan. Misalnya
ketika siswa dihadapkan pada soal yang sulit, maka siswa akan tetap berusaha
mengerjakannya. Sedangkan siswa dengan self-efficacy yang rendah memiliki
Universitas Kristen Maranatha
sulit, yang dipandang sebagai ancaman terhadap diri mereka. Ketika
dihadapkan pada soal yang sulit, mereka akan terpaku pada kelemahan yang
mereka miliki. Usaha yang mereka lakukan akan semakin menurun dan
mudah menyerah jika mendapati soal yang sulit.
Siswa dengan derajat self-effiacy tinggi dalam penghayatan perasaan
yang dialami, akan memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak akan mudah
merasa stress. Misalnya meskipun merasa stress ketika tidak lulus dalam
try-out, namun mereka dengan cepat dapat mengatasi stress tersebut kemudian
berusaha lebih keras lagi agar bisa lulus dalam try-out berikutnya. Sedangkan
siswa dengan derajat self-efficacy yang rendah, memiliki keyakinan bahwa
dirinya akan mudah merasa stress dan terpaku dalam situasi tersebut.
Menurut Bandura (1997) siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi
dalam suatu tugas akan memiliki keyakinan yang tinggi dalam mengeluarkan
usaha yang lebih besar, memiliki ketahanan dalam menghadapi situasi
kegagalan, memiliki sudut pandang yang luas dalam melakukan suatu tugas
dan melakukan yang terbaik dalam aktivitasnya serta menghayati bahwa
dirinya memiliki keyakinan terhadap kemampuan dalam menghadapi Ujian
Nasional. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan
memiliki keyakinan yang rendah dalam mengeluarkan usahanya, mudah
menyerah apabila dihadapkan pada suatu masalah yang sulit atau kegagalan,
dan menghayati bahwa dirinya kurang memiliki keyakinan terhadap
16
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan paparan di atas maka dapat dilihat bahwa terdapat empat
sumber untuk membentuk self-efficacy kemudian akan diproses secara
kognitif dan mempengaruhi keyakinan terhadap kemampuan diri siswa dalam
menentukan pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan siswa,
serta penghayatan perasaan yang dialami siswa. Skema kerangka pikirnya
adalah sebagai berikut :
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi :
1. Mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan
physiological and affective state mempengaruhi pembentukan self-efficacy
siswa kelas IX SMPN “X” Bandung dan menunjukkan derajat
self-efficacy yang beragam.
2. Siswa kelas IX SMPN ‘X’ Bandung yang memiliki keyakinan terhadap
kemampuan dalam mencapai goal yang dituju yaitu mencapai standar
ujian nasional, yakin dapat berusaha seoptimal mungkin, yakin dapat
bertahan meskipun mengalami hambatan dalam mempersiapkan diri
menghadapi ujian nasional, dan yakin dapat mengendalikan stress dalam
menghadapi kegagalan atau ancaman dalam menghadapi ujian nasional
tergolong memiliki self-efficacy yang tinggi.
3. Siswa kelas IX SMPN ‘X’ Bandung yang kurang memiliki keyakinan
terhadap kemampuan dalam mencapai goal yang dituju yaitu mencapai
standar ujian nasional, kurang memiliki keyakinan dapat berusaha
seoptimal mungkin, kurang memiliki keyakinan dapat bertahan meskipun
mengalami hambatan dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian
nasional, dan kurang memiliki keyakinan dapat mengendalikan dalam
menghadapi kegagalan atau ancaman dalam menghadapi ujian nasional
59 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai Self-efficacy pada
siswa kelas IX SMPN “X” Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Siswa kelas IX SMPN “X” Bandung lebih banyak (53 %) yang
memiliki derajat self-efficacy yang tinggi daripada siswa yang
memiliki self-efficacy rendah (47 %).
2. Sumber yang lebih dominan yang menunjukkan keterkaitan dengan
self-efficacy siswa kelas IX SMPN “X” Bandung adalah physiological
and affective states sebesar 57,9 %, daripada ketiga sumber lainnya
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran yang diharapkan
dapat memberi masukan bagi pihak-pihak yang terkait sebagai berikut:
5.2.1 Saran Teoritik
1. Bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
self-efficacy, disarankan untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi
antara mastery experience, vicarious experiences, verbal persuasion dan
physiological and affective states terhadap derajat self-efficacy pada siswa yang
Universitas Kristen Maranatha
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi siswa kelas IX yang memiliki self-efficacy rendah, disarankan untuk lebih
yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai standar Ujian
Nasional. Dengan cara meningkatkan usaha yang dikeluarkan dalam belajar,
tidak mudah menyerah jika mengalami kegagalan.
2. Bagi Guru BK, disarankan untuk lebih memperhatikan masalah self-efficacy
pada siswa kelas IX yang akan menghadapi Ujian Nasional di SMPN “X”,
dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada siswa yang memiliki
self-efficacy rendah agar dapat memberitahukan mengenai hal-hal yang positif
yang dimiliki oleh siswa dan peluang-peluang yang masih terbuka yang dapat
dicapai oleh siswa.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. 1997. Self-efficacy : The Exercise of Control. New York : Freeman
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pajares, Frank & Tim Urdan. 2006. Self-efficacy Beliefs of Adolescents. Greenwich, CT : Information Age
Santrock, John. W. 2003, Adolescence. New York : Mc Graw Hill International Edition
Universitas Kristen Maranatha
Widya, Henny. 2005. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-efficacy
Pada Siswa Yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan
Belajar “X” Kota Bandung.
(http:/ www.Eramoslem.com)
(http://fisikasic.com)
http://Kompas.com
http://mgmpbismp.co.cc/2009/11/10/permendiknas-tentang-ujian-nasional-tahun-20092010/
http://tve.depdiknas.go.id/index.php/informasi/130-pelaksanaan-ujian-nasional.html
http : //en. Wikipedia.org/wiki/self-efficacy
Padang-today.com