PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN OPEN ENDED PROBLEMDAN PEMBELAJARAN
LANGSUNG DI KELAS VIII SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
AMOS HERMANTA TARIGAN NIM. 8136171006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
AMOS HERMANTA TARIGAN. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah BerbantuanOpen Ended Problemdan Pembelajaran Langsung di Kelas VIII SMP. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) apakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penerapan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem lebih tinggi dari pembelajaran langsung, (2) apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam penerapan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem lebih tinggi dari pembelajaran langsung, (3) kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem (4) tingkat kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem, (5) proses jawaban siswa dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuanopen ended problem.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Namorambe yang terdiri dari 6 kelas paralel. Dari seluruh siswa kelas VIII dipilih siswa sebanyak dua kelas sebagai sampel. Kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan model pengajaran langsung.
Dalam penelitian ini telah dikembangkan beberapa perangkat pembelajaran seperti RPP dan LAS. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu: (1) tes kemampuan berpikir kreatif, (2) tes kemampuan pemecahan masalah, (3) lembar aktivitas aktif siswa, dan (4) lembar observasi tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran. Tes yang digunakan adalah berbentuk uraian yang telah dinyatakan valid dan reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,819 dan 0,842.
ii ABSTRACT
AMOS HERMANTA TARIGAN. Differences in Creative Thinking Ability and Mathematical Problem Solving Students in Application of Problem Based Learning Model Assisted Open Ended Problem and Direct Instruction in Class VIII SMP. Thesis. Medan: Mathematics Education Post-Graduate Program, State University of Medan, 2015.
This study was conducted based on low creative thinking ability and mathematical problems solving ability of students. The aim of this study was to determine: (1) whether the creative thinking abilities of students in application of problem based learning models assisted open ended problem is higher than direct instruction, (2) whether the mathematical problem solving abilities students in application of problem based learning model assisted open ended problem is higher than direct instruction, (3) the levels of activity of active students during problem based learning assisted open ended problem, (4) the level of ability of teacher to manage classes in application of problem based learning model assisted open ended problems, (5) the student answers in the application of problem based learning model assisted open ended problem.
This study is a quasi experimental research. The study population was all students of class VIII SMPN 1 Namorambe consisting of six parallel classes. Of all students in grade VIII students of two classes selected for the sample. The experimental class were treated model of problem based learning and control class were treated direct instruction.
In this research has developed several learning tools such as lesson plan and student activity sheets. The instrument used to collect data in this study are: (1) test the ability of creative thinking, (2) test problem-solving ability, (3) active student activity sheet, and (4) the observation sheet the teacher's ability to manage learning level. The tests were used is in the form of a description. The test has been declared valid and reliable by the reliability coefficient of 0.819 and 0.842.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Semesta Alam karena limpahan cinta kasihNya penulis dimampukan menyelesaikan tesis berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Open Ended Problem dan Pembelajaran Langsung di Kelas VIII SMP” yang disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terlibat membantu penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Ayahanda Ependi Tarigan dan Ibunda Kelara br Singarimbun yang tercinta, serta adikku Agatha Valentina br Tarigan yang selalu memberi doa, kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh untuk setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai Pembimbing I dan Bapak
Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd sebagai Pembimbing II yang ditengah-tengah kesibukannya dengan sabar telah memberi bimbingan dan arahan dari setiap permasalahan yang penulis temukan sepanjang penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. sebagai narasumber yang telah memberi sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan penulis dalam penyempurnaan tesis ini.
iv
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.
6. Bapak Bonser Aritonang, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Namorambe, Bapak F.I. Sembiring, S.Pd serta Bapak L. Karo-karo, S.Pd yang memberikan kesempatan kepada peneliti melakukan penelitian dan membantu peneliti selama pelaksanaan penelitian.
7. Rekan-rekan seperjuangan DikMat Reguler A-1, Agus Junsion Naibaho, Fauziawaty Ritonga, Dina Maulina Adnani, Kiki Yuliani, serta rekan-rekan yang lain yang tak dapat disebut satu per satu. Penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih buat semua semangat dan doa yang kalian berikan sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.
8. Sahabat terkasih, Roy Salam Tarigan, Vivi Sefriani br Tarigan, Robby Postanta Ginting, Fitria Ekawaty br Sinuraya yang memberi dukungan dan doa kepada penulis selama perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini. 9. Teristimewa kepada Priska Salsalina Haloho yang selalu mengingatkan,
memberi semangat, dan berdoa bagi penulis demi kelancaran perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.
10. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dengan harapan semua mendapatkan suksesnya disetiap langkah.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Harapan penulis, semoga tesis ini bisa berguna bagi khasanah pengetahuan. Terima kasih.
Medan, Desember 2015
v
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 21
2.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 21
2.2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) 23 2.3. Landasan Teoritis dan Empiris Pembelajaran Berbasis Masalah 31 2.4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa 35 2.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matemastis Siswa 40
2.6. Soal Terbuka (Open Ended Problem) 45
2.7. Hubungan PBM,Open Ended Problem, Berpikir Kreatif,
dan Pemecahan Masalah 50
2.8. Pembelajaran Langsung 55
2.9. Penelitian yang Relevan 59
2.10. Kerangka Konseptual 61
2.11. Hipotesis Penelitian 67
BAB III METODE PENELITIAN 68
3.1. Jenis Penelitian 68
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 68
3.3. Populasi dan Sampel 69
3.3.1. Populasi 69
3.3.2. Sampel 69
3.4. Prosedur dan Desain Penelitian 70
3.4.1. Prosedur Penelitian 70
vi
3.7.1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 81
3.7.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 83
3.7.3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa 85
3.8. Validasi serta Uji Coba Perangkat dan Instrumen 86 3.8.1. Validasi Terhadap Perangkat dan Instrumen Penelitian 86 3.8.2. Uji Coba (Validasi Empirik) Terhadap Instrumen Penelitian 88
3.9. Teknik Analisis Data 90
3.9.1. Analisis Deskriptif 90
3.9.2. Analisis Statistik Inferensial 95
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 106
4.1. Hasil Penelitian 106
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian tentang Kemampuan Berpikir Kreatif 107 4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian tentang Kemampuan Pemecahan Masalah 119 4.1.3. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kreatif 126 4.1.4. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemecahan Masalah 142 4.1.5. Hasil Penelitian Kadar Aktivitas Aktif Siswa 158 4.1.6. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 160
4.1.7. Analisis Proses Jawaban Siswa 163
4.2. Temuan Penelitian 178
4.2.1. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 178
4.2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 179
4.2.3. Kadar Aktivitas Aktif Siswa Terhadap PBM 179 4.2.4. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 180
4.2.5. Analisis Proses Jawaban Siswa 180
4.3. Pembahasan Penelitian 181
4.3.1. Kemampuan Berpikir Kreatif 181
4.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah 184
4.3.3. Kadar Aktivitas Aktif Siswa 185
4.3.4. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 187
4.3.5. Analisis Proses Jawaban Siswa 187
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan 191
5.2. Saran 192
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 29 Tabel 2.2. Hubungan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah 53 Tabel 2.3. Sintaks PBM BerbantuanOpen Ended Problem 54
Tabel 3.1. Desain Penelitian 74
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 81 Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 82 Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 83 Tabel 3.5. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah 84
Tabel 3.6. Kisi-kisi Aktivitas Siswa 85
Tabel 3.7. Kualifikasi Nilai Perolehan Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif 90
Tabel 3.8. Kualifikasi Nilai Perolehan Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah 91
Tabel 3.9. Kriteria Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa 93 Tabel 3.10. Rancangan Analisis Data untuk ANACOVA 96 Tabel 3.11. Keterkaiatan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis,
Data, Alat Uji, dan Uji Statistik 104 Tabel 4.1. Tes Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Kontrol Secara Kuantitatif 107
Tabel 4.2. Tes Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Kontrol Secara Kuantitatif 109
Tabel 4.3. Tes Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif 110
Tabel 4.4. Tes Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif 111
Tabel 4.5. Frekuensi Kemampuan Kreatif Siswa untuk Indikator
Fluency 113
Tabel 4.6. Frekuensi Kemampuan Kreatif Siswa untuk Indikator
Flexibility 114
Tabel 4.7. Frekuensi Kemampuan Kreatif Siswa untuk Indikator
Novelty 116
Tabel 4.8. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa 118
Tabel 4.9. Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Kontrol Secara Kuantitatif 119
Tabel 4.10. Tes Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Kontrol Secara Kuantitatif 120
Tabel 4.11. Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif 122 Tabel 4.12. Tes Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif 123 Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Kemampuan
viii
Tabel 4.14. Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol 127 Tabel 4.15. Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen 128 Tabel 4.16. Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Kemampuan Awal
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 129 Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Kemampuan Akhir
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 129 Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Eksperimen 130
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Kontrol 130
Tabel 4.20. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 131 Tabel 4.21. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dengan SPSS 16.0 132 Tabel 4.22. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 133 Tabel 4.23. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dengan SPSS 16.0
133
Tabel 4.24. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 134
Tabel 4.25. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dengan SPSS 16.0 135 Tabel 4.26. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 136 Tabel 4.27. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dengan SPSS 16.0
136
Tabel 4.28. Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Berpikir Kreatif 137 Tabel 4.29. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan SPSS 16.0
138
Tabel 4.30. Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan SPSS 16.0
138
Tabel 4.31. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif untuk
Kesejajaran Model Regresi 139
Tabel 4.32. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Berpikir Kreatif 140
Tabel 4.33. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Berpikir Kreatif dengan SPSS 16.0 141 Tabel 4.34. Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan
ix
Tabel 4.35. Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Kelas Eksperimen 143 Tabel 4.36. Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Kemampuan Awal
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
145
Tabel 4.37. Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
145
Tabel 4.38. Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Eksperimen 146
Tabel 4.39. Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Kontrol 146
Tabel 4.40. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 147 Tabel 4.41. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dengan SPSS 16.0
147
Tabel 4.42. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 148 Tabel 4.43. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dengan SPSS 16.0
149
Tabel 4.44. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 150
Tabel 4.45. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Kontrol dengan SPSS 16.0 150 Tabel 4.46. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 151 Tabel 4.47. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol dengan SPSS 16.0
152
Tabel 4.48. Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Berpikir Kreatif 152 Tabel 4.49. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah dengan SPSS 16.0
153
Tabel 4.50. Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah dengan SPSS 16.0
153
Tabel 4.51. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah
untuk Kesejajaran Model Regresi 154
Tabel 4.52. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Pemecahan Masalah 155
Tabel 4.53. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
x
Tabel 4.54. Aktivitas Aktif Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
Kelas Eksperimen 158
Tabel 4.55. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 161 Tabel 4.56. Kriteria Proses Jawaban Siswa Kemampuan Berpikir
Kreatif 169
Tabel 4.57. Kriteria Proses Jawaban Siswa Kemampuan Pemecahan
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 4 Gambar 1.2. Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa 8
Gambar 3.1. Tahap Alur Penelitian 73 Gambar 4.1. Bagan Tes Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa
Pada Kelas Kontrol 108 Gambar 4.2. Bagan Tes Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif
Siswa Pada Kelas Kontrol 109 Gambar 4.3. Bagan Tes Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa
Pada Kelas Eksperimen 110 Gambar 4.4. Bagan Tes Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif
Siswa Pada Kelas Eksperimen 112 Gambar 4.5. Diagram Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
untuk Indikator Fluency 114 Gambar 4.6. Diagram Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
untuk Indikator Flexibility 116 Gambar 4.7. Diagram Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
untuk Indikator Novelty 117 Gambar 4.8. Bagan Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah
Siswa Pada Kelas Kontrol 120 Gambar 4.9. Bagan Tes Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah
Siswa Pada Kelas Kontrol 121 Gambar 4.10. Bagan Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah
Siswa Pada Kelas Eksperimen 122 Gambar 4.11. Bagan Tes Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah
Siswa Pada Kelas Eksperimen 123 Gambar 4.12. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Aktif Siswa
Kelas Eksperimen 159
Gambar 4.13. Proses Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa Butir 1
Kelas Kontrol dan Eksperimen 164 Gambar 4.14. Proses Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa Butir 2
Kelas Kontrol dan Eksperimen 165 Gambar 4.15. Proses Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa Butir 3
Kelas Kontrol dan Eksperimen 166 Gambar 4.16. Proses Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa Butir 4
Kelas Kontrol dan Eksperimen 168 Gambar 4.17. Proses Jawaban Tes Pemecahan Masalah Siswa
Butir 1 Kelas Kontrol dan Eksperimen 171 Gambar 4.18. Proses Jawaban Tes Pemecahan Masalah Siswa
Butir 2 Kelas Kontrol dan Eksperimen 173 Gambar 4.19. Proses Jawaban Tes Pemecahan Masalah Siswa
xii
Gambar 4.20. Proses Jawaban Tes Pemecahan Masalah Siswa
Butir 4 Kelas Kontrol dan Eksperimen 175 Gambar 4.21. Tingkat kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol
dan Eksperimen 182
Gambar 4.22. Tingkat kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada suatu negara, sumber daya alam yang melimpah belum tentu
merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur, bila pendidikan sumber
daya manusia terabaikan. Suatu negara yang memiliki sumber daya alam yang
banyak bila tidak ditangani oleh sumber daya manusia yang berkualitas, pada
suatu saat akan mengalami kekecewaan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan tugas besar dan memerlukan waktu yang panjang.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia tidak lain harus melalui proses
pendidikan yang baik dan terarah.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mendewasakan
dan menanamkan nilai-nilai baik bagi pebelajar. Karenanya, dunia pendidikan
memegang peranan penting dalam pengembangan kualitas tiap individu,
menimbang semakin pesatnya persaingan di era globalisasi. Hal ini terlihat dari
usaha pemerintah telah berupaya melaksanakan berbagai cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya kurikulum yang berubah secara
terus menerus, sampai pada Kurikulum 2013. Pada hakikatnya Kurikulum 2013
merupakan paradigma baru dalam pendidikan yang diharapkan akan membawa
perbaikan di dunia pendidikan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
2
kemampuan siswa bermatematika merupakan landasan dan wahana pokok yang
menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai untuk dapat melatih siswa berpikir
dengan jelas, logis, sistematis, dan kreatif, serta memiliki kepribadian dan
keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hudojo
(2005:37) menyatakan bahwa matematika adalah suatu alat untuk
mengembangkan cara berpikir. Melalui pembelajaran matematika, siswa dilatih
untuk berfikir logis, kreatif, kritis, sistematis, terampil menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari–hari, serta berkomunikasi secara matematis. Hal yang
senada juga diungkapkan Cornellius (dalam Abdurrahman, 2003:253) :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Tanpa kemampuan berpikir kreatif, seseorang tidak bisa menjadi
kompetitor bagi yang lain dan selalu tertinggal. Menurut Pehkonen (dalam
Mahmudi, 2010:3) kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu,
seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk matematika. Pada matematika ini, kreativitas merupakan
produk dari berpikir kreatif dan lebih ditekankan pada prosesnya. Berpikir kreatif
merupakan suatu proses memikirkan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu
persoalan atau masalah, bermain dengan gagasan atau unsur dalam pikiran dan
menghasilkan suatu produk yang disebut kreativitas. Dalam belajar matematika,
siswa akan menemukan masalah yang menuntut penyelesaian siswa. Munandar
3
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Bishop (dalam Mahmudi,
2008:3) menyatakan bahwa dalam belajar matematika, siswa memerlukan dua
keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan
dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitis yang diidentikkan dengan
kemampuan berpikir logis. Berdasarkan paparan tersebut, jelaslah bahwa dalam
belajar matematika, siswa memerlukan kreativitas.
Secara khusus, menurut Krutetskii (dalam Siswono, 2005:2) kreativitas
matematika merupakan kemampuan (abilities) siswa yang berhubungan dengan
suatu penguasaan kreatif mandiri (independent) matematika di bawah pengajaran
matematika, formulasi mandiri masalah-masalah matematis yang tidak rumit
(uncomplicated), penemuan cara-cara dan sarana dari penyelesaian masalah,
penemuan bukti-bukti teorema, pendeduksian mandiri rumus-rumus dan
penemuan metode-metode asli penyelesaian masalah nonstandar.
Harapan terhadap tingginya kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki
siswa tidak relevan dengan kenyataan yang ada. Kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah. Rendahnya
kemampuan tersebut dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari jawaban
siswa dalam menyelesaikan soal. Soal ini diberikan kepada 34 siswa SMP Negeri
1 Namorambe. Berikut soal yang diberikan untuk melihat kreativitas siswa.
4
Ubin merah : Rp 2.000,-/ubin Ubin kuning : Rp 1.500.-/ubin Ubin hijau : Rp 2.500,-/ubin I II III Ubin biru : Rp 3.000,-/ubin
Bantulah Pak Panjaitan untuk menentukan biaya pengecetan lapangan tersebut!
Berikut pola jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut:
(a)
(a)
(b)
Gambar 1.1. Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Berdasarkan jawaban 34 siswa, ditemui beberapa pasangan sisi I, II, III,
yaitu ada 2 siswa (5,8%) menuliskan 4, 8, dan 12; ada 3 siswa (8,8%) menuliskan
5, 10, dan 15; ada 7 siswa (20,5%) menuliskan 3, 6, dan 9; ada 15 siswa (44,7%)
menuliskan 2, 4, dan 6; sementara 7 siswa (20,9%) tidak menjawab. Dilihat dari
banyak ragam jawaban dan metode penyelesaian, menunjukkan kefasihan dan
keluwesan siswa dalam menyelesaikan soal masih kurang. Karena tidak ada
5
kebaruan siswa dalam menyelesaikan masalah masih lemah. Akan tetapi, semua
siswa salah dalam penghitungan banyak ubin yang digunakan. Semua siswa
menjumlahkan luas dari masing-masing persegi, padahal ubin yang diperlukan
hanyalah sebanyak hasil kali sisi pada persegi III.
Dari jawaban diatas terlihat siswa masih belum mampu memahami
masalah sehingga penyelesaian yang dihasilkan tidak benar. Hal ini dikarenakan
siswa selalu diberi soal rutin dan pembelajaran di sekolah sehingga kurang
merangsang kemampuan siswa untuk berpikir kreatif.
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pun perlu diperhatikan
dalam pembelajaran matematika selain dari pada kemampuan berpikir kratif
siswa. Standar proses dari pembelajaran matematika menurutNational Council of
Teachers of Mathematics (NCTM) adalah problem solving(pemecahan masalah),
reasoning dan proof (penalaran dan pembuktian), communication (komunikasi),
connections (koneksi) dan representation (representasi). Pemecahan masalah
merupakan bagian dari standar proses matematika yang sangat penting karena
dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan untuk
menggunakan keterampilan dan pengalaman yang mereka miliki untuk diterapkan
dalam penyelesaian soal-soal yang tidak rutin karena setelah menempuh
pendidikan, para siswa akan terjun ke masyarakat yang penuh dengan
masalah-masalah kemasyarakatan.
Salah satu doing math yang erat kaitannya dengan karakteristik
matematika adalah kemampuan pemecahan masalah. Tidak hanya kreativitas,
6
khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Russefendi (1991:291) menyatakan
bahwa kemampuan pemecahan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka
yang kemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka
yang akan menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Hudojo (2005:130) menambahkan, bila seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab
siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan
informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlunya
meneliti kembali hasil yang telah diperoleh.
Selanjutnya, Charles dan O’Daffer (dalam Haryani, 2011:3) menyatakan
tujuan diajarkannya pemecahan masalah dalam belajar matematika, yaitu : (1)
mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (2) mengembangkan kemampuan
menyeleksi dan menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah; (3)
mengembangkan sikap dan keyakinan dalam menyelesaikan masalah; (4)
mengembangkan kemampuan siswa menggunakan pengetahuan yang saling
berhubungan; (5) mengembangkan kemampuan siswa untuk memonitor dan
mengevaluasi pemikirannya sendiri dan hasil pekerjaannya selama menyelesaikan
masalah; (6) mengembangkan kemampuan siswa menyelesaikan masalah dalam
suasana pembelajaran yang bersifat kooperatif; dan (7) mengembangkan
kemampuan siswa menemukan jawaban benar pada masalah-masalah yang
bervariasi. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah penting bagi siswa sehingga perlu diikutsertakan dalam
7
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat dari alur
siswa dalam menyelesaikan masalah. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam pemecahan masalah ini adalah (1) memahami masalah, yaitu siswa mampu
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan soal, apakah data yang diperlukan
cukup atau berlebih; (2) merencanakan penyelesaian, yaitu siswa mampu
menuliskan algoritma yang akan ditempuh untuk menyelesaikan soal,
konsep-konsep matematika apa yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut;
(3) melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, yaitu siswa menyelesaikan
soal sesuai dengan algoritma yang direncanakan; dan (4) memeriksa kembali
hasil, apakah hasil yang diperoleh sudah benar atau belum, jika belum maka siswa
perlu mengecek ulang algoritma penyelesaiaannya.
Sama halnya dengan kreativitas, pentingnya kemampuan pemecahan
masalah ini tidak sejalan dengan kenyataan. Kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa ketika diberi
soal sebagai berikut.
Pak Ali memiliki sebidang tanah yang panjangnya lebih 2m dari lebarnya. Keliling tanah tersebut adalah 200m. Kemudian, tiap 7m2 tanah akan ditanami oleh bibit pohon mangga seharga Rp 35.000. Hitunglah berapa biaya penanaman bibit pohon mangga tersebut!
Dibawah ini beberapa pola jawaban dan letak kesalahan siswa dalam
8
(a)
(b)
Gambar 1.2. Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Pada langkah pemecahan masalah yang ditangkap pada cuplikan gambar
1.2.a. dan 1.2.b. terlihat bahwa siswa belum mampu menuliskan model
matematika untuk panjang yang lebih 2m dari lebar. Kemudian, untuk
menemukan biaya penanaman bibit, seharusnya siswa membagikan luas dengan 7
kemudian kalikan dengan biaya per bibit. Akan tetapi, yang dijumpai adalah siswa
langsung mengalikan keliling dengan harga bibit. Ada 12 siswa (33,33%) hanya
mampu menentukan panjang dan lebar tanah, namun semua siswa salah dalam
9
Dalam memecahkan masalah diatas, siswa belum mampu memahami
masalah dan merencanakan penyelesaian. Padahal untuk menyelesaikan soal-soal
yang tidak rutin yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah siswa harus
mampu melalui tahap-tahap pemecahan masalah seperti yang dirumuskan oleh
Polya (dalam Sujono, 1988:216) menyatakan dalam menyelesaikan pemecahan
masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu : “(1) memahami
masalah, (2) merencanakan penyelesaiannya, (3) melaksanakan masalah sesuai
rencana dan (4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang
dikerjakan.”
Kurangnya kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa secara umum dapat dilihat berdasarkan hasil survey PISA tahun 2009, yang
diumumkan pada Desember 2011, Indonesia menempati peringkat ke 61 dari 65
negara yang disurvey dengan skor rata-rata kemampuan matematika siswa
Indonesia yaitu 371 (Fleischman, dkk, 2010:33). Sementara, pada tahun 2011,
peringkat Indonesia semakin menurun, yaitu urutan ke 38 dari 42 negara dengan
skor rata-rata adalah 386, berada dibawah skor rata-rata internasional 500
(Napitupulu, 2012). Pada survey tersebut, kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kratif siswa dalam menyelesaikan masalah termasuk dalam
aspek yang diukur. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di
Indonesia masih belum berhasil.
Kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dapat ditingkatkan melalui penyajian masalah terbuka (open
10
mendorong kreativitas dan berpikir matematis siswa dalam pemecahan masalah
secara bersamaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Becker dan Shimada (dalam
Mahmudi, 2008:4), penggunaan soal terbuka dapat menstimulasi kreativitas,
kemampuan berpikir original, dan inovasi dalam matematika.
Dalam lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006, pendekatan pemecahan
masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup
masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak
tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Hal ini menunjukkan
bahwa bentuk soal yang diberikan guru untuk dipecahkan siswa hendaknya
bervariasi yang meliputi masalah tertutup dan terbuka.
Takahashi (2008:2) menyatakan bahwa
The open ended approach is an instructional approach using an open ended problem, which has multiple solutions or multiple approaches to a solution. The lesson proceeds by using several students’ responses to the given problem to provide experience in finding something new in the process.
Kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-soal open ended
biasanya membawa siswa dalam menjawab pemasalahan dengan banyak cara
dan mungkin juga banyak jawaban yang benar sehingga mengundang potensi
intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut Takahashi (dalam Mahmudi, 2008:4) menyatakan terdapat
beberapa manfaat dari penggunaan soal terbuka dalam pembelajaran matematika,
yaitu sebagai berikut: (1) siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan
ide-ide mereka; (2) siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komprehensif
11
pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan menerima persetujuan dari
siswa lain terhadap ide-ide mereka. Dapat disimpulkan, bahwa penyajian masalah
open ended dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah
dengan beragam teknik. Dalam upaya menemukan berbagai alternatif strategi atau
solusi suatu masalah, siswa akan menggunakan segenap kemampuannya dalam
menggali berbagai informasi atau konsep-konsep yang relevan. Hal demikian
akan mendorong siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami ide-ide
matematika.
Takahashi (dalam Mahmudi, 2009:8) menyatakan terdapat beberapa
manfaat dari penggunaan soal terbuka dalam pembelajaran matematika, yaitu
sebagai berikut: (1) siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide
mereka; (2) siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komprehensif
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka; dan (3) siswa mempunyai
pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan menerima persetujuan dari
siswa lain terhadap ide-ide mereka. Dapat disimpulkan, bahwa penyajian masalah
open ended dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah
dengan beragam teknik.
Proses pembelajaran yang berlangsung dan masalah yang diberikan
kapada siswa selama ini hanyalah menyajikan dan menyelesaikan soal-soal rutin
yang bisa langsung diselesaikan siswa dengan algoritma yang dicontohkan guru.
12
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain.
Polya (1973:v) juga menyatakan bahwa,
If a teacher of mathematics fill his allotted time with drilling his students in routine operations, then he kills their interest, hamper their intellectual development, misuses his opportunity. But, if he challenges the curiosity of his students by setting them problems proportionate to their knowledge, and helps them to solve their problems with stimulating question, he may give them a taste for, and some means of, independent thinking.
Jika seorang guru matematika hanya melatih siswanya menyelesaikan
soal-soal atau operasi rutin, ia sama saja membunuh ketertarikan siswa belajar
matematika, membatasi perkembangan intelektual mereka dan menyia-nyiakan
waktu mengajarnya. Tetapi, jika si guru meningkatkan keingintahuan siswanya
melalui pemecahan masalah dari kehidupan nyata siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan membantu mereka memecahkan masalah dengan pertanyaan
yang merangsang, maka guru membuat mereka merasa bermatematika,
memahami matematika, dan berpikir bebas.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang penting dalam
kegiatan pendidikan secara umum. Oleh karena itu pembelajaran haruslah
berpusat kepada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Untuk memperoleh
kemampuan siswa untuk berpikir kreatif dimungkin bila dalam proses
pembelajaran merangsang terciptanya pertisipasi siswa. Salah satu model
13
proses pembelajaran matematika adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai
suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
PBM, siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah melalui penyelidikan autentik baik mandiri
maupun kelompok, meningkatkan kepercayaan diri serta menghasilkan karya dan
peragaan.
Ratumanan (Trianto, 2010:92) menyatakan bahwa:
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Sedangkan Sanjaya (2010:216) menyatakan bahwa model pembelajaran
berbasis masalah ini berbeda dengan model pembelajaran biasa. Masalah yang
diajukan dalam PBM bersifat terbuka. Artinya, jawaban dari masalah tersebut
belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan
jawaban. Dengan demikian, model PBM ini memberikan kesempatan pada siswa
untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Selain itu, Napitupulu (2008:43) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat memfasilitasi tujuan
belajar matematika berupa menyelesaikan masalah dengan sendirinya. Lebih
14
kebiasaannya mengklarifikasi masalah, mendefenisikan dan merangka kembali
masalah, menganalisis masalah, meringkas dan mensintesis masalah.
Mengacu pada pendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah
adalah model yang dapat memberi kesempatan siswa berperan aktif dan
mendorong siswa untuk berpikir kreatif maka dapat diperkirakan bahwa model ini
dapat menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan merangsang kretivitas siswa.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian berjudul: “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Open Ended Problem dan
Pembelajaran Langsung di Kelas VIII SMP”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
identifikasi masalah adalah :
1. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematis
masih rendah.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tergolong rendah.
3. Penerapan soalopen endedmasih jarang dalam pembelajaran matematika.
4. Pembelajaran matematika masih terbiasa dengan metode ceramah dan
hafalan.
5. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah masih jarang diterapkan
15
6. Siswa masih kurang aktif turut serta mengikuti pembelajaran dikelas.
7. Guru masih mendominasi pembelajaran di dalam kelas (teacher center).
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah
penelitian dibatasi pada:
1. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penerapan model pembelajaran
berbasis masalah berbantuan open ended problem dan pembelajaran
langsung di kelas VIII SMP.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem dan
pembelajaran langsung di kelas VIII SMP.
3. Kadar aktivitas aktif siswa selama penerapan model pembelajaran berbasis
masalah berbantuanopen ended problemdi kelas VIII SMP.
4. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem di kelas
VIII SMP.
5. Proses jawaban siswa dalam penerapan model pembelajaran pembelajaran
berbasis masalah berbantuanopen ended problemdi kelas VIII SMP.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah
16
1. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penerapan model
pembelajaran pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended
problemlebih tinggi dari pembelajaran langsung di kelas VIII SMP?
2. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam
penerapan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah berbantuan
open ended problemlebih tinggi dari pembelajaran langsung di kelas VIII
SMP?
3. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran berbasis
masalah berbantuanopen ended problemdi kelas VIII SMP?
4. Bagaimana tingkat kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam
penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended
problem di kelas VIII SMP?
5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam penerapan model pembelajaran
berbasis masalah berbantuanopen ended problemdi kelas VIII SMP?
1.5. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan soal open
ended problem lebih tinggi dari pembelajaran langsung di kelas VIII
SMP.
2. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis
17
open ended problem lebih tinggi dari pembelajaran langsung dengan
pemberian soalopen endeddi kelas VIII SMP.
3. Untuk mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran
berbasis masalah berbantuanopen ended problemdi kelas VIII SMP.
4. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan guru dalam mengelola kelas
dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan open
ended problemdi kelas VIII SMP.
5. Untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem di kelas
VIII SMP.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Masukan bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah, khususnya masalah terbuka.
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di
18
3. Bagi sekolah
Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model
pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneiti lain
Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian
penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.
1.7. Definisi Operasional
1. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mencipta
sesuatu yang baru, berbeda dari yang umum, bermakna, dan orisinal, baik
berupa gagasan atau konsep, karya, maupun pengembangan dari yang
sudah ada. Indikator kemampian berpikir kreatif matematis yang ingin
diteliti adalah kefasihan (fluency) yaitu kemampuan siswa menyelesaikan
masalah dengan beragam metode, keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan
siswa menyelesaikan masalah dengan banyak ragam jawaban yang tidak
ketat aturan, dan kebaruan (novelty) yaitu kemampuan siswa
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda, unik, tak terduga, dan
menarik.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah kemampuan
siswa mengkonstruk pengetahuannya dalam memecahkan masalah melalui
langkah memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali
19
3. Pembelajaran berbasis masalah(PBL) adalah pembelajaran berfokus pada
proses pemecahan masalah oleh siswa melalui penyajian masalah yang
nyata, autentik, dan bermakna kepada siswa. Adapun sintaks dari PBL
dengan menggunakan soal open ended adalah: (1) orientasi siswa pada
masalah matematika open ended; (2) mengorganisasi siswa dalam belajar
pemecahan masalah; (3) membimbing penyelidikan baik secara individual
maupun di dalam kelompok; (4) mengembangkan dan mempresentasikan
hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, serta evaluasi dengan penilaian autentik yang dilaksanakan tiap
minggu.
4. Tes kemampuan awal adalah tes yang diberikan sebelum model
pembelajaran diterapkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap
materi prasyarat kubus dan balok, yaitu bidang datar.
5. Soal open ended adalah soal yang mengandung multiple metode
penyelesaian untuk memperoleh jawaban yang benar.
6. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang selama ini digunakan
guru di sekolah, yang cenderung menggunakan metode ceramah, teacher
centered, dan transfer ilmu dari guru ke siswa sebagai aktivitas
pembelajarannya.
7. Kadar aktivitas aktif siswa adalah persentase waktu pelaksanaan aktivitas
aktif siswa selama proses pembelajaran.
8. Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru
20
tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan
proses panjang yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian, dan
penilaian.
9. Proses jawaban siswa dilihat dari beberapa sisi, antara lain: kesalahan,
indikator kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah,
190
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SimpulanBerdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan penelitian selama model pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem dengan menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem lebih tinggi dari pembelajaran langsung.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuanopen ended problem lebih tinggi dari pembelajaran langsung.
3. Kadar aktivitas aktif siswa selama penerapan model pembelajaran berbasis masalah memenuhi toleransi waktu ideal.
4. Kemampuan guru mengelola pembelajaran selama pembelajaran berbasis masalah masuk kedalam kriteria cukup baik.
191
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan open ended problem dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
5.2. Saran
Penelitian tentang perbedaan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah merupakan upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah baik untuk diterapkan pada kegiatan pembelajaran matematika. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut :
1. Bagi guru matematika
a. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika yang menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis siswa baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi kubus dan balok. b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai
bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok.
192
mengungkapkan gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa. d. Agar model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif diterapkan pada
pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (LAS, RPP, dan media yang perlu untuk mendukung pembelajaran). e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori
pembelajaran dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran konvensional secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.
2. Kepada Lembaga terkait
a. Model pembelajaran berbasis masalah masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu adanya sosialisasi oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematis dapat meningkat.
193
dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pemmbelajaran matematika yang lain.
3. Kepada peneliti lanjutan
a. Dalam penelitian ini pembelajaran yang dibandingkan adalah pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar membandingkan pembelajaran yang lebih setara.
b. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematis, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan variabel yang lain seperti kemampuan berpikir kritis, koneksi, komunikasi, penalaran dan lain-lain. c. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis
194
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Revisi). Jakarta : Bumi Aksara
Dahar, R. W. 2011.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Erlangga.
Effendi, L. A. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13 No. 2. (Online) http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf
Fauziah, A. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Forum Kependidikan, Volume 30, Nomor 1, Juni 2010. (Online) http://forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA%20FAUZIAH.pdf. [10 Oktober 2013]
Fergusson, G, A. (1989). Statistical Analysis In Psychology and Education. Sixth Edition, Singapore: Mc. Graw-Hill International Book Co.
Fleischman, H. L., Paul J. Hopstock, Marisa P. Pelczar. 2010. Highlights from PISA 2009. U. S : Institute of Education Science. (Online) http://nces.ed. gov/pubs2011/2011004.pdf [20 Januari 2014]
Hamalik, O. 2010.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Haryani, D. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, UNY,14 Mei 2011 (Online) http://eprints.uny.ac.id/718/1/PM16%20Desti %20 Haryani.pdf [10 Oktober 2013]
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : UM Press.
195
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Penelitian dan Pengembangan. 2011.Survei Internasional TIMSS. (Online) http://litbang.kemdikbud.go.id /index.php/survei-internasional-timss [20 Januari 2014]
Lie, Anita. 2008.Cooperative Learning-Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Gramedia.
Mahmudi, A. 2008. Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Jumat 28 November 2008.
Munandar, S. C. U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Mustikasari, Zulkardi, dan Nyimas A. 2010. Pengembangan Soal-Soal Open-Ended Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4. No.1, Juli 2010 (Online) http://eprints.unsri.ac.id/ 843/1/5_Mustika_Sari_45-60.pdf [12 September 2013]
Nagasaki, E. 2012. Mathematical Literacy for Living in the Highly Information-and-Technology-Oriented in the 21st Century: Mathematics Education from the Perspective of Human Life in Society. 12th International Congress on Mathematical Education. 8-15 July, 2012. (Online) http://www.icme 12.org/upload/submission/1951_F.pdf
Napitupulu, E. 2008. Developing Reasoning Skills and Problem Solving Through Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008.
Napitupulu, E. L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Jakarta : Kompas. (Online) http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/ 09005434/Prestasi.Sains.danMatematika.Indonesia.Menurun. [20 Januari 2014]
Netter, J., Kutner, M.H., Nachtseim, C.J and Wasserman, W. (1996). Applied Linier Statistical Models. Fourth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc., United States of America.
196
_______. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesi No. 81A Tahun 2013. (Online).
https://www.google.com/peraturan+menteri+no+81+a+tahun+2013. [7 Desember 2014]
Pakpahan, L. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Masalah Open Ended Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan : PPs UNIMED.
Polya, G. 1973. How to Solve It : A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey : Princeton University Press.
Ratnaningsih, N. 2007. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : PPs UPI.
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Saefudin, A. A. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Al-Bidayah, Vol 4 No. 1, Juni 2012. (Online) http://journal.uin-suka.ac.id/albidayah/article/download/22/25 [20 Oktober 2013]
Sagala, H. S. 2009.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Sinaga, B. (1999). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis. Surabaya: PPs IKIP. (tidak dipublikasi).
Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah berbasis budaya batak (PBM-B3). Surabaya.: Universitas Negeri Surabaya. Desertasi.
197
Slameto. 2010.Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudiarta, P. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif. Makalah Seminar yang Disampaikan Dalam Pendidikan dan Pelatihan MGMP Matematika SMK, Kabupaten Karangasem. Karangasem, Agustus 2010. (Online) http://pujastawa.files.wordpress.com/2010/08/makalah-model-inovatif_prof-sudiarta.pdf [12 September 2013]
Sudjana. (2005).Metoda Statistika, Bandung :Penerbit Tarsito.
Suherman, H. E., Turmudi, Didi S., Tatang H., Suhendra, Sufyani P., Nurjanah, Ade R. 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Takahashi, A. 2008. Communication as Process for Students to Learn Mathematical. (Online) http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec 2008/papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi_USA.pdf [1 September 2013]
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.