Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan Saintifik dan Kemandirian Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP
Yayuk Andriani1, Kadir2, dan Fahinu3
1Alumnus Prodi Pendidikan Matematika PPs UHO; E-Mail: [email protected]
2Dosen Pendidikan Matematika FKIP dan PPs UHO
3Dosen Pendidikan Matematika FKIP dan PPs UHO
Abstrak: Rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan untuk menguji pengaruh model inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Desain penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretest-posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Kendari. Sampel diambil dari dua kelas dengan teknik purposive sampling. Kedua kelas kemudian diacak untuk menentukan kelas eksperimen (diajar dengan model inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik) dan kelas kontrol (diajar dengan model konvensional). Instrumen penelitian adalah pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematika, skala kemandirian belajar, dan lembar observasi. Hasil analisis deskriptif dan uji t menunjukkan bahwa partisipasi siswa meningkat dan penerapan model inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih berpengaruh daripada model konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa baik keseluruhan maupun kategori kemandirian belajar.
Kata kunci: kemampuan pemecahan masalah matematik, kemandirian belajar, pembelajaran inkuiri terbimbing, pendekatan saintifik
Abstract: The low participation of students in learning has an impact on students' low ability to solve mathematical problems. This experimental research was conducted to examine the effect of guided inquiry models with a scientific approach to students' mathematical problem solving abilities. The design of this study was pretest-posttest control group design. The population of this study was all eighth grade students of SMP Negeri 17 Kendari. Samples were taken from two classes with purposive sampling technique. The two classes are then randomized to determine the experimental class (taught by the guided inquiry model with the scientific approach) and the control class (taught by conventional models). Research instruments are pretest and posttest mathematical problem solving skills, self-reguleted learning scale, and observation sheets. The results of descriptive analysis and t test showed that student participation increased and the application of the guided inquiry model with a scientific approach was more influential than the conventional model on students' mathematical problem solving abilities both in whole and in the category of self-reguleted learning.
Keywords: the abilities of mathematics problems solving, self-regulated learning, guided inquiry learning, scientific approach
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada siswa guna mengembangkan bakat serta kepribadian. Melalui pendidikan, siswa berupaya mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi akibat adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik, yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan relevansinya.
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar penting untuk peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Pembelajaran yang berkualitas dan efektif sangat diperlukan oleh siswa dan guru. Model pembelajaran yang berkualitas dapat diterapkan dengan tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu yang tidak boleh dibantah, tetapi guru dan siswa merupakan dua bagian penting dalam tercapainya proses pembelajaran yang saling melengkapi.
Menurut Putra (2013: 14-15), hakikat pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Dengan mengetahui hakikat pembelajaran, guru tidak hanya akan menyampaikan materi berdasarkan kurikulum tepat waktu, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi tugas guru adalah mendidik siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perlu diketahui, dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru ini mengajar.
Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah atau proses dengan menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah, juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap- tahap pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan upaya untuk mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari. Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum yaitu, sebagai kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang sesuai. Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Gino (1988: 36), ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur- unsur dinamis dalam proses belajar siswa yakni motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Namun, keadaan di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan. Pendekatan yang kurang bervariasi dapat juga mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal. Masalah ini juga terjadi di SMP Negeri 17 Kendari.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan pada tanggal 18
Oktober 2014 dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas pembimbingan guru belum terlaksana secara baik. Ini dibuktikan masih terlihat beberapa siswa yang kurang aktif terlibat dalam pembelajaran, tidak memperhatikan guru saat mengajar karena sibuk dengan kegiatannya sendiri.Terbatasnya alat peraga atau media pembelajaran dan sumber belajar menjadi penyebab sehingga siswa kurang terpusat pada pembelajaran guru di kelas. Mencermati hal tersebut, perlu adanya pembaharuan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan saintifik sebagai salah satu pendekatan pembelajaran diyakini dapat memotivasi siswa untuk belajar serta dapat meningkatkan kreativitas dan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa. Proses pembelajaran pada pendekatan ini menyentuh tiga ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, ranah sikap menyentuh transformasi substansi atau materi ajar siswa “tahu apa, mengapa, dan bagaimana”.
Ranah keterampilan menyentuh transformasi substansi atau materi ajar agar siswa mampu mengimplementasi “tahu apa, bagaimana, dan bagaimana”. Ranah pengetahuan menyentuh transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa, mengapa, dan bagaimana”, hasil akhirnya adalah diharapkan siswa mampu melakukan peningkatan dan keseimbangan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Model inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai.Dalam model ini siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan penemuan.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa.Dalam pembelajaran ini siswa menjadi aktif belajar.Tujuan utama model ini adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
Selain faktor model pembelajaran, Self-Regulated Learning (SRL) atau kemandirian belajar juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika. Karena saat ini konsep belajar matematika berubah dari pemberian suatu konsep dan prosedur secara pasif dan tidak kontekstual menjadi pembentukan makna secara aktif sebagai hasil mengaitkan ide-ide baru pada pemahaman terdahulu.Fokus dalam pendidikan matematika telah berubah dari muatan matematika menjadi bagaimana siswa belajar matematika secara efektif.Hal ini menyiratkan bahwa siswa harus menjadi siswa yang mandiri dan mendorong program matematika sekolah dalam menciptakan siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment dengan pretest- posttest control group design. Unsur dari penelitian ini ditentukan berdasarkan kategori kemandirian belajar siswa, model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan kemandirian belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dilakukan dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Jenis data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik dankemandirian belajar siswa serta data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi.Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui tes dan non tes.Tes diberikan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematik dannon tes yang diberikan berupa angket untuk mengukurkemandirian belajar siswa.Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai yang diperoleh masing-masing kelas dalam bentuk rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Tetapi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Data yang digunakan dalam uji normalitas dan uji-t berbentuk skor Normalized Gain (N-gain).
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Data Kemandirian Belajar
Data kemandirian belajar siswa diperoleh dari hasil angket dan dianalisis untuk mengetahui kategori kemandirian belajar siswa sebelum penelitian ini dilakukan. Untuk memperoleh gambaran kemandirian belajar siswa tersebut, data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui rata-rata dan standar deviasi untuk setiap kategori kemandirian belajar dari kelas eksperimen dan kelas control.
2. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Data kemampuan pemecahan masalah matematik dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematik siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaraninkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik. Data ini diperoleh dari hasil pretest dan postest kemampuan pemecahan masalah matematik.
a. Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan yang diajar dengan model pembelajarankonvensional
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, dengan melihat nilai rata-rata N-Gain yang diperoleh dari kedua kelompok pembelajaran terlihat bahwa nilai rata-rata N-Gain siswa yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik adalah sebesar 0,580 dan berada pada kategorisedangserta lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata N-Gain siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional sebesar 0,310 dan berada pada kategori sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
b. Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan yang diajar dengan model pembelajaran konvensional sesuai kategori kemandirian belajar
Deskripsi data secara umum terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa sebagaimana dibahas di atas belum menunjukkan adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan penerapan model pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan tersebut, maka dilakukan analisis secara statistik.
1) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional khusus siswa dengan kemandirian belajar tinggi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Pvalue = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya, kemampuan pemecahan masalah matematik di kelas model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada di kelas model pembelajaran konvensional pada siswa dengan kemandirian belajar tinggi.
2) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional khusus siswa dengan kemandirian belajar sedang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Pvalue = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya, kemampuan pemecahan masalah matematik di kelas model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada di kelas model pembelajaran konvensional pada siswa dengan kemandirian belajar sedang.
3) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional khusus siswa dengan kemandirian belajar rendah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Pvalue = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya, kemampuan pemecahan masalah matematik di kelas model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada di kelas model pembelajaran konvensional pada siswa dengan kemandirian belajar rendah.
c. Analisis data aktivitas siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik
Dari hasil observasi aktivitas siswa selama enam kali pertemuan diperoleh rata-rata keaktifan siswa mencapai 89,44%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa di kelas model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik termasuk kategori sangat aktif.
d. Analisis kerja siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap indikator kemampuan pemecahan masalah matematik setelah siswa diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik maupun model pembelajaran konvensional. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik memperoleh peningkatan yang lebih besar pada setiap indikator kemampuan pemecahan masalah matematik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan aktivitas siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifikmenjadi meningkat selama mengikuti proses pembelajaran. Pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional, guru merupakan sentral dari kegiatan proses pembelajaran dan
membuat siswa berperan pasif. Akibatnya siswa menjadi kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan, tidak menumbuhkembangkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari, dan siswa cepat merasa bosan sehingga kurang mampu dalam memahami dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematiknya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat model pembelajaran konvensionallebih rendah daripada siswa yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan terkait kemampuan pemecahan masalah matematik serta kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik secara signifikan lebih baik dalammeningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dibandingkan pembelajaran konvensional ditinjau dari kategori kemandirian belajar. Inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifikdirancang untuk membantu siswa pada proses penggunaan intelektual dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan danmengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ke dalam sebuahtatanan penting menurut siswa.Sejalan dengan Dimyati (1999: 173) yang mengemukakan bahwa tujuan utama inkuiri adalahmengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kritis dan mampumemecahkan masalah secara ilmiah.
Pada penelitian ini penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik merupakan model penemuan yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh siswa. Padamodel ini tingkat bimbingan guru cukup besar di dalam proses inkuiri yang dilakukan oleh siswa.
Peran guru adalah menciptakan situasi bermasalah, menyediakan prosedur inkuiri, memberikan respon terhadap inkuiri dan menyediakan fasilitas diskusi siswa.Dalam hal ini peneliti sebagai guru mengarahkan siswa pada pembelajaran bangun ruang sisi datar yang memotivasi siswa dengan memberikan masalah konteks nyata.Hal ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga mereka tertarik untuk menyelidiki masalah pada bangun ruang sisi datar.
Secara umum pembelajaran pada kelas eksperimen berjalan dengan baik.Pembelajaran ini diawali peneliti memberikan simulation.Peneliti mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.Penyajian masalah yang dirumuskan oleh guru untuk dipecahkan.Diskusi pengarahan dilakukan untuk menangkap pengetahuan yang perlu diketahui oleh siswa sebelum mempelajari materi pembelajaran.Kegiatan inkuiri dengan bimbingan guru yang berbentuk
pertanyaan-pertanyaan dalam lembaran kegiatan.Untuk memudahkan proses pembelajaran, peneliti menggunakan LKS terbimbing pada kelas eksperimen dimana didalamnya sudah termuat masalah dan pertanyaan-pertanyan yang mengarahkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya. Kemudian melakukan kegiatan mencari dan menemukan konsep serta prinsip, tahap ini disebut problem statement dimana siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan.Media pembelajaran seperti alat peraga yang disediakan membantu siswa untuk memecahkan masalah.Data collection.untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. Selanjutnya data processing, informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya semuanya diolah.Verification, atau pembuktian.Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.Tahap akhir generalization,berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.Diskusi akhir dengan cara siswa diberi kesempatan mengemukakan kesulitan yang ditemui dalam kegiatan belajar.
Pengembangan masalah untuk memperdalam penguasaan materi pembelajaran.Siswa dituntut untuk membuat cara-cara pemecahan masalah yang relevan.
Dalam pembelajaran, guru (peneliti) lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan.
Peran guru dalam pembelajaran ini adalah (1) menciptakan suasana yang memberipeluang kepada siswa untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi dalam penemuandan pemecahan masalah, (2) sebagai fasilitator, (3) rekan diskusi dalam pencarianalternatif pemecahan masalah dan (4) pembimbing dan pendorong keberanianberpikir alternatif dalam pemecahan masalah.
Pemecahan masalah dapat juga membantu siswa mempelajari fakta-fakta, konsep, prinsip matematika dengan mengilustrasikan obyek matematika dan realisasinya. Pemecahan masalah merupakan aktifitas yang memberikan tantangan bagi kebanyakan siswa serta dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik,tidak ada siswayang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi, pada tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik sedang terdapat 6 siswa dan 24 siswa lainnya (80%) berada pada kategori kemampuan pemecahan masalah rendah. Namun setelah siswa dibimbing dan dilatih menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan pendekatan saintifik tidak ada siswa pada kategori kemampuan pemecahan masalah matematik rendah. Semua siswa pada kelas eksperimen yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik tinggi 10 siswa (33,3%) dan sisanya 20 siswa (66,6%) memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik sedang.
Selanjutnya pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional, sebelum pembelajaranterdapat siswayang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik yang sedang yaitu 11 siswa (36%) dan kemampuan pemecahan masalah matematik rendah yaitu19 siswa (63,3%). Setelah siswa diajar dengan model pembelajaran konvensionalhanya ada4 siswa (13,33%) yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik tinggi, 18 siswa (60%) yang memilki kemampuan pemecahan masalah matematik sedang dan ada 8 siswa (16%) yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa secara lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
Hasil analisis data baik dari analisis deskriptif maupun analisis inferensial menunjukan bahwa adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang diajar dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan siswa yang diajar dengan model pembelajarankonvensional. Tetapi setelah membandingkankemampuan antara kelas eksperimen dan kontrol melalui uji statistik dan deskriptif, kemampuan pemecahan masalah matematik yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifiklebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata N-Gain kedua kelompok yang menyimpulkan bahwa nilai rata-rata N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematiksiswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada nilai rata-rata N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional. Artinya perbedaan kemampuan pemecahan masalahitu ada karena perbedaan perlakuan pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelas, baik dalam hal proses maupun penyajian pembelajarannya.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik padapenerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kelas yang diajar dengan model pembelajaran
konvensionalkhususnya pada materi bangun ruang sisi datar. Berikut ini akan dibahas kemampuan pemecahan masalah matematiksiswa ditinjau dari model pembelajaran dankemandirian belajar siswa.
Untuk mengetahui bahwa peningkatankemampuan pemecahan masalah matematiksiswa kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol, dapat dilihat dari hasil penelitian pada Tabel 4.10 menunjukkan perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematikberdasarkan model pembelajaran dankemandirian belajar siswa. Pada kelompok siswa dengankemandirian belajar tinggi yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik memperoleh rata-rata N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematiksebesar 0,705 (kategori tinggi) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,411 (kategori sedang). Dilihat dari standar deviasiN-Gainkemampuan pemecahan masalah matematik yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 0,136 lebih besar dari stadar deviasi N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik yang mendapat model konvensional yaitu sebesar 0,112. Pada kelompok siswa dengankemandirian belajar sedang yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik memperoleh rata-rataN-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik sebesar 0,563(kategorisedang) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,305 (kategori sedang). Dilihat dari standar deviasiN-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik sebesar 0,042 lebih kecil dari stadar deviasiN-Gainkemampuan pemecahan masalah matematik yang mendapat model pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,076. Artinya pada kelompokkemandirian belajar sedang keragaman nilai kemampuan pemecahan masalahmatematik pada kelas eksperimen lebih baik karena keragaman datanya lebih kecil. Hal serupa juga pada kelompokkemandirian belajar rendah yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik memperoleh rata-rataN-Gainkemampuan pemecahan masalah matematik sebesar 0,472 (kategorisedang) lebih besar dibandingkan dengan rata-rataN-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,216 (kategorirendah). Dilihat dari standar deviasi N- Gain kemampuan pemecahan masalah matematik yang mendapat model pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 0,060 lebih kecil dari stadar deviasi N- Gainkemampuan pemecahan masalah matematik yang mendapat model pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,083. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara kelas eksperimen dan kontrol berdasarkankategori kemandirian belajar siswa.
Secara keseluruhan dalam penelitian ini, pada kelas eksperimen siswa terlihat aktif dalam pembelajaran.Aktivitassiswa disini terlihat semakin meningkat pada pertemuan ketiga, pada pertemuan awal mungkin mereka masih aneh dan malu- maluuntuk aktif dalam pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penciptaan prosespembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menggali dan meningkatkanaktivitas belajarnya. Dalam proses belajar, siswa dituntut terlibat secara aktif dan optimal. Kadar tinggi rendahnya aktivitas belajar sangat ditentukan oleh aktivitas fisik dan mentaldari siswa sendiri.Aktivitas belajar siswa baik aktivitas mental maupun aktivitasfisik mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.Siswa yang tingkat aktivitas belajarnya tinggi dimungkinkan dapat melakukankegiatan belajar mandiri dengan mudah dan cekatan.Dalam hal ini, siswa dengan tingkat aktivitas belajar yang tinggi dimungkinkan dapat menyelesaikan tugasbelajarnya dengan lebih baik.Guru sebagai fasilitator dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menciptakan kondisi belajar yang mendukung.Dengan model, metode dan media pembelajaran yang memotivasi danmeningkatkan aktivitas belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematikantara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional secara keseluruhan maupun berdasarkan kategorikemandirian belajar. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kemampuan pemecahan masalah matematik pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik berpengaruh lebih baik daripada model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, baik secara keseluruhan maupun jika ditinjau dari setiap kategori kemandiran belajar. Pada kelas model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik, situasi kelas antara guru dan siswa terlihat aktif. Secara kelompok siswa terlibat dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan guru membimbing seperlunya saja. Pada kelas model pembelajaran konvensional,
pembelajaran berlangsung seperti biasanya dimana guru menyampaikan materi dan siswa mengerjakan masalah yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara pada kelas eksperimen, siswa menyukai pembelajaran dengan penerapan model inkuiri dengan pendekatan saintifik. Siswa sangat senang menemukan sesuatu yang biasanya disajikan langsung oleh gurunya.
Sedangkan guru sangat terbantu dengan model pembelajaran ini yang disajikan dalam bentuk LKS terbimbing Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik hendaknya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan aktivitas belajar dan mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Di smaping itu, dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik, guru perlu memperhatikan waktu pembelajaran dan lebih membimbing siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Pertama. Jakarta:
PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI.
Fauzan, Ahmad dan Yerizon.2013. Pengaruh Pendekatan RME dan Kemandirian Belajar terhadap Kemampuan Matematis Siswa.Prosiding Universitas Negeri Padang.
Gino.H.J, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I.
Surakarta: UNS Press.
Hasibuan, Eni. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Zat dan Wujudnya di Kelas VII SMP Swasta Harapan Stabat Tahun Ajaran 2012/2013. Medan. Universitas Negeri Medan.
Lestari, Sri. 2008. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Media Audio Visual dan Modul Bergambar disertai LKS terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Aktivitas Belajar Siswa. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Putra, Sitiatava R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Jember.Diva Press.
Sohibun. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif serta Pengaruhnya terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi Pokok Cahaya. Universitas Pendidikan Indonesia.
Syaifuddin, Ahmad. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dalam Matematika untuk Mengurangi Miskonsepsi Geometri Siswa Kelas VIII SMPN 3 Bulakamba Brebes Jawa Tengah Tahun Ajaran 2007/2008.Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.