• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

SEJARAH SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Natalia Desi

121314041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2018

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

SEJARAH SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Natalia Desi

121314041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2018

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tua saya yang selama ini telah berkerja keras dalam membiayai proses pendidikan dan selalu memberikan dukungan kepada saya.

2. Saudara dan saudari saya yang selalu memberikan dukungannya kepada saya.

3. Bapak/Ibu dosen Prodi Pendidikan Sejarah yang selalu membimbing, mengajar dan mengarahkan saya selama proses studi di Universitas Sanata Dharma.

4. Semua teman-teman dan sahabat yang telah memberikan dukungan dan memberikan motivasi kepada saya.

(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Anda Tidak Akan Mencapai Garis Finish Bila Tidak Meninggalkan Garis Start (Anonim)

“Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah (JAS MERAH)”

(Ir. Soekarno)

Segala Perkara Dapat Kutanggung Di Dalam Dia Yang Memberi Kekuatan Kepadaku

(Filipi 4:13)

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii ABSTRAK

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

SEJARAH SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK”

Natalia Desi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2018

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) minat belajar sejarah siswa selama penerapan model pembelajaran Example Non- Example dan (2) prestasi belajar sejarah setelah penerapan model pembelajaran Example Non- Example.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin yang dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Geologi Pertambangan A SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta yang melibatkan 32 siswa. Objek penelitian adalah minat dan prestasi belajar sejarah dan model pembelajaran Example Non- Example. Instrumen penelitian adalah observasi, wawancara,kuesioner dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparasi dengan prosentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah siswa dilihat dari skor rata-rata. (1) Skor rata-rata minat keadaan awal 68, dan meningkat pada siklus II skor rata-rata pada minat 76. (2) terjadi peningkatan prestasi belajar sejarah ditujukkan pada nilai rata-rata keadaan awal prestasi yaitu, nilai rata-rata 65 pada siklus I meningkat menjadi 77 dan pada siklus dua meningkat dengan nilai rata-rata 84. Dari segi kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada keadaan awal siswa yang mencapai KKM sebesar 25%, pada siklus I meningkat menjadi 65% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 100%.

Kata kunci : Minat Belajar, Prestasi Belajar dan Example Non- Example

(10)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF EXAMPLE NON-EXAMPLE LEARNING MODEL TO INCREASE THE HISTORY LEARNING INTEREST AND

ACHIEVEMENT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMK NEGERI 2 DEPOK

Natalia Desi

Sanata Dharma University Yogyakarta

2018

This research aims to improve: (1) students’ interest in learning History during the implementation of Example Non-Example learning model, and (2) students’

achievement after implementing the Example Non-Example learning model.

Classroom Action Research (CAR) by Kurt Lewin was used in this research and done in two cycles which covered four stages, namely planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research were 32 students of Geological Mines A grade X of SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta. The objects of this research were students’ interest and achievement in learning History and the Example Non-Example learning model. Observation, interview, questionnaire, and test were used as the research instruments. The technique used in analyzing the data was comparative descriptive in a form of percentage.

The result of this research shows that there is an increase in students’ interest and achievement in learning History based on the average score. (1) The first cycle’s average score is 68 and increases in the cycle II to become 76. (2) Students’

achievement in learning history also increases. It can be seen from the average score of the pre-cycle to cycle I which is 65 to 77 and it becomes 84 in cycle II. Based on the Minimum Mastery Criteria (MMC), the number students who reach the MMC in pre-cycle is 25% and it becomes 65% in cycle I and 100% in cycle II.

Keywords: Learning Interest And Achievement and Example Non- Example

(11)

x

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih atas berkat, rahmat dan karunia yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Penerapan Model Pembelajaran Example Non-Example Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Kelas X SMK Negeri 2 Depok”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1 Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan skripsi yang telah penulis selesaikan ini tidak lepas dari masalah-masalah, baik yang terkait dengan penelitian di sekolah, maupun hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing, membantu, mengarahkan, dan memberikan dorongan hingga skripsi ini selesai.

(12)

xi

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIANNYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ……….xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 09

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Pemecahan Masalah ... 11

F. Tujuan Penelitian ... 11

G. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Kajian Teori ... 14

1. Konsep Belajar ... 14

2. Konsep Sejarah... 16

3. Pembelajaran Sejarah ... 17

4. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah ... 20

5. Minat ... 28

6. Prestasi Belajar Sejarah ... 30

7. Pendekatan Konstruktivisme ... 33

(14)

xiii

8. Pembelajaran Kooperatif ... 37

9. Model Pembelajaran Example Non-Example... 38

B. Penelitian Relevan ……….41

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Hipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis penelitian ... 46

B. Setting Penelitian ... 47

C. Subjek Penelitian ... 47

D. Objek Penelitian ... 47

E. Variabel-valiabel Penelitian ... 47

F. Definisi Operasional Variabel ... 48

G. Metode Pengumpulan Data ... 49

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 50

I. Desain Penelitian ... 55

J. Analisis Data ... 56

K. Prosedur Penelitian... 62

L. Indikator Keberhasilan ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Data Penelitian ... 67

B. Komparasi Aktivitas Siswa, Minat Belajar dan Prestasi Belajar Sejarah ... 91

C. Pembahasan ... 100

BAB V PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keterangan Penilaian Acuan PAP I ... 56

Tabel 2 : On Task ... 57

Tabel 3 : Off Task ... 57

Tabel 4 : Analisis Minat Belajar Sejarah Siswa ... 58

Tabel 5 : Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 59

Tabel 6 : Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa ... 61

Tabel 7 : Analisis Komparasi Minat Belajar Sejarah Siswa ... 61

Tabel 8 : Analisis Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 62

Tabel 9 : Indikator Keberhasilan ... 66

Tabel 10 : On Task ... 68

Tabel 11 : Off Task... ... 69

Tabel 12 : Data Minat Pra Silkus Belajar Sejarah Siswa ... 70

Tabel 13 : Data Kriteria Minat Siswa Pra Siklus ... 71

Tabel 14 : Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus ... 72

Tabel 15 : Data Kriteria Prestasi Belajar Siswa Pra Silkus ... 73

Tabel 16 : Data Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa Pertemuan I Siklus I ... 78

Tabel 17 : Data Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa Pertemuan II Siklus I ... 79

Tabel 18 : Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I ... 80

Tabel 19 : Data Kriteria Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 81

Tabel 20 : Data Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa Siklus II ... 85

Tabel 21 : Data Minat Belajar Siklus II ... 86

Tabel 22 : Data Kriteria Minat Siswa Siklus II ... 87

(16)

xv

Tabel 23 : Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II ... 88

Tabel 24 : Data Kriteria Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 89

Tabel 25 : Data Kegiatan Komparasi Belajar Siswa Pertemuan 2 Siklus I ... 91

Tabel 26 : Komparasi Minat Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus dan Siklus II ... 91

Tabel 27 : Komparasi Minat Belajar Siswa Pra Siklus dan Minat Belajar Siklus II ... 93

Tabel 28 : Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I ... 94

Tabel 29 : Komparasi Tingkat Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I ... 96

Tabel 30 : Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siklus I dengan Siklus II ... 97

Tabel 31 : Komparasi Tingkat Prestasi Siswa siklus I dengan Siklus II ... 99

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran ... 22

Gambar II : Krangka Berpikir ... 44

Gambar III : Bagan Siklus Penelitian ... 55

Gambar IV : Diagram Minat Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus ... 72

Gambar V : Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus ... 74

Gambar VI : Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I ... 81

Gambar VII : Diagram Minat Belajar Sejarah Siswa Siklus II ... 87

Gambar VIII : Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II. ... 90

Gambar IX : Diagram Komparasi Minat Belajar Pra Siklus dan Siklus II…....94

Gambar X : Diagram Komparasi Prestasi Pra Siklus dan Siklus I...97

Gambar XI : Diagram Komparasi Prestasi Siklus I dan Siklus II...99

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus ... 110

2. RPP ... 119

3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non_Example ………...128

4. Hasil Wawancara ………..129

5. Kisi-kisi Soal I ... 131

6. Soal Latihan I ... 134

7. Kisi-kisi Soal II ... 144

8. Soal Latihan II ... 148

9. Materi Pelajaran ... 157

10. Kisi-kisi Minat Belajar Sejarah Siswa ... 187

11. Kuesionesr Minat ... 188

12. Hasil Uji Validitas Minat ... 193

13. Hasil Uji Reliabilitas Minat ... 195

14. Hasil Uji Validitas Siklus I ... 196

15. Hasil Uji Reliabitas Siklus I ... 198

16. Hasil Uji Validitas Siklus II ... 199

17. Hasil Uji Reliabilitas Siklus II ... 201

18. Surat Izin Penelitian ... 202

(19)

xviii

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup karena semakin berkembangnya zaman sehingga semakin mempengaruhi pendidikan, sebagai contoh dapat dilihat pendidikan pada zaman dahulu dengan sekarang itu sangatlah berbeda, jika dahulu pendidikan itu tidak diharuskan, maka sekarang semakin tingginya tingkat pendidikan orang, maka pendidikan akan mempermudah seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu banyak orang berlomba-lomba untuk mengenyam pendidikan.

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik.1 Jika berbicara mengenai pendidikan hal pertama yang melintas di pikiran kita adalah sekolah, karena yang kita tahu bahwa pendidikan itu sangatlah erat kaitannya dengan sekolah. Pendidikan di sekolah mengarahkan anak supaya dia mendapatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya dapat berguna bagi dirinya untuk masa depannya.

1Tatang. S, 2012, Ilmu Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, hlm. 14.

(21)

Sekolah adalah lembaga yang dirancang khusus untuk pengajaran para murid dibawah pengawasan para guru. Sekolah juga pada dasarnya adalah tempat untuk melakukan suatu kegiatan belajar mengajar. Dimana di sekolah itu sudah tersedia sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksaan pendidikan. Semakin berkembangnya zaman diharapkan pola pikir masyarakat juga semakin ikut berkembang, pola pikir itu dapat dibentuk melalui sekolah.

Sekolah sebagai pusat dari pendidikan harus bisa melaksanakan fungsinya dengan optimal dan perannya bisa menyiapkan para generasi muda sebelum mereka terjun di dalam masyarakat. Sedangkan, pendidikan sekolah adalah proses kegiatan terencana dan terorganisir, yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar, yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif pada anak didik untuk menuju kedewasaan.2

Dari penjelasan di atas, kita dapat mengasumsikan bahwa pendidikan di sekolah merupakan suatu proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab siswa belajar karena ada guru yang mengajar atau guru mengajar karena ada siswa yang belajar. Namun, pada saat ini salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir melainkan hanya diarahkan untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang disampaikan.3 Untuk mengatasi kemampuan berpikir anak

2W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar, PT. Gramedia, Jakarta, 1984, hlm. 17.

3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2006,hlm. 1.

(22)

maka proses belajar dan mengajar di dalam kelas diperlukan interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Interaksi ini sangat penting untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Tidak hanya interaksi yang diperlukan tetapi juga perlu adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Jika guru mengajar dengan memperhatikan bentuk-bentuk komunikasi maka ia akan memandang bahwa siswa adalah teman bicara dan berinteraksi sehingga tercipta pemahaman yang sama terhadap pesan-pesan pembelajaran yang dibicarakan.4

Tujuan pembelajaran bisa tercapai bila interaksi dan komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa berjalan dengan baik.

Begitu juga dalam pembelajaran sejarah, ketika pembelajaran sejarah berlangsung guru yang mengampu dalam mata pelajaran sejarah mampu untuk membangun interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Tidak hanya itu untuk pembelajaran sejarah seharusnya dibuat semenarik mungkin sehingga siswa dapat tertarik untuk mempelajari sejarah.

Selain adanya interaksi dan komunikasi, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang disampaikan di sekolah, namun pada kenyataannya pelajaran sejarah kurang diminati oleh siswa, hal ini dikarenakan pelajaran sejarah itu dianggap kurang penting, membosankan, menghafal dan juga merupakan mata pelajaran yang

4Ishak Abdullak, dkk, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm 20-21.

(23)

tidak menyenangkan. Tidak hanya murid yang menyebabkan pelajaran sejarah kurang menarik, namun guru juga ambil bagian dalam ketidak minatan murid pada pelajaran sejarah, karena metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan cenderung monoton, yaitu masih menggunakan metode ceramah. Sehingga semua itu menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah, siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran sejarah, minat belajar siswa juga rendah, banyak yang tidak memperhatikan dan sibuk sendiri, bermain handphone, bercerita dengan teman. Selain itu, situasi kelas yang kurang kondusif ditambah lagi suara guru yang tidak terdengar jelas serta sarana dan prasarana yang kurang mendukung yang bisa menyebabkan siswa kurang memiliki minat untuk belajar. Pada akhirnya memberikan dampak bagi siswa yang nilainya tidak tuntas atau nilainya berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Sama hal nya di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta yang menjadi salah satu sekolah favorit di Yogyakarta, juga memiliki berbagai permasalahan yang berkaitan dengan prestasi belajar sejarah siswa.

Permasalahan yang cenderung dimiliki oleh siswa SMK Negeri 2 Depok yaitu siswa cenderung kurang tertarik dalam proses pembelajaran sejarah karena ada siswa yang merasa bahwa pembelajaran sejarah hanya sebagai pembelajaran pelengkap dan bukan pembelajaran jurusan yang mereka ambil, Selain itu ketidak seriusan, dan kurang aktifnya siswa saat proses pembelajaran menjadi salah satu permasalahan yang berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Selain itu banyak yang masih beranggapan bahwa pembelajaran sejarah hanya

(24)

menghafalkan materi pembelajaran seperti peristiwa, tokoh, waktu dan tempat terjadinya. Bila pembelajaran sejarah hanya dengan menghafal maka pelajaran sejarah itu sendiri menjadi tidak bermakna. Sedangkan untuk mengetahui sebuah peristiwa sejarah itu sendiri bukan hanya sekedar menghafal materi saja, melainkan siswa harus bisa memahami, dan memaknai suatu peristiwa sejarah yang terjadi.

Berdasarkan observasi dalam penelitian ini, prestasi siswa kelas X GPA SMK Negeri 2 Depok yang berada dibawah KKM (Kriteria Ketentuan Minimal) yaitu dibawah 75. Demikian semata-mata hanya menyalahkan siswa tetapi dengan rendahnya nilai siswa dalam pelajaran sejarah ini juga perlu dilihat dari peran guru itu sendiri, karena peranan guru sangatlah penting untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kurang menariknya pembelajaran sejarah kemungkinan bersumber pada anggapan yang keliru tentang sejarah itu sendiri. Saat ini penyampaian materi sejarah yang dilakukan guru masih banyak yang menggunakan metode ceramah dan cara guru mengajar yang membosankan sehingga minat dan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari minat belajar yang tinggi.

Minat adalah perasaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya

(25)

dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik lebih mudah menghafal mata pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai minat. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu.5 Oleh karena itu guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami. Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk mebangkitkan minat anak didik, sebagai berikut :

1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.

2. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dialami anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran.

3. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

4. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.

Minat siswa dapat merupakan bagian dari metode mengajar contoh yang diberikan Sylvia Ashton Warner (1973), menggambarkan suatu sistem untuk mengajar membaca dengan menggunakan cerita-cerita yang dibuat oleh siswa sendiri dengan topik-topik yang diminati mereka.6 Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa, banyak tugas mengajar dikelas yang dapat dihubungkan dengan minat-minat siswa. Ada sejumlah cara untuk mengetahui minat siswa. Jalan yang paling langsung adalah menyatakan kepada siswa sendiri, bisa dengan angket atau

5Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2011. hlm.167.

6Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 365.

(26)

berbicara dengan mereka. Siswa-siswa mungkin dapat ditanya dari sekian banyak kegiatan siswa yang mana yang paling kurang dipilih? Dikelas ketika ada jam istirahat, guru dapat mengobservasi langsung kegiatan-kegiatan siswa.

Dari penuturan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak hanya peran siswa yang penting tetapi peran guru lebih penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan selain berperan sebagai pembimbing, guru menjadi penentu dalam keberhasilan pelajaran dikelas. Cara mengajar guru inilah yang menjadi penentu dalam pembelajaran, jika penyampaian materi ajar dalam proses pembelajaran bisa dikemas secara baik dan menarik minat siswa untuk belajar dan bisa berdampak dengan tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMK Negeri 2 Depok pada kelas X GPA, minat dan prestasi belajar sejarah yang diperoleh siswa sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya data observasi pada tanggal 15 September 2015 yaitu pada keadaan awal terlihat minat dan prestasi belajar sejarah siswa terhadap pembelajaran sejarah cukup rendah. Terbukti saat pembelajaran sedang berlangsung banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikiti pembelajaran, banyak siswa yang tidak menjawab pertanyaan guru berikan, dan banyak siswa yang tidak mencari informasi saat guru memberikan masalah untuk disuksikan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar sejarah masih sangat rendah, serta minat yang dimiliki siswa juga rendah. Oleh karena itu, perlu perbaikan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(27)

Dari permasalahan diatas maka perlu dicari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut menurut peneliti untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar maka peneliti menerapkan model pembelajaran Example Non-Example yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah.Example Non-Example merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Strategi ini bertujuan untuk mendorong siswa berpikir kritis agar mampu memecahkan permasalahan yang termuat dalam contoh gambar yang telah disajikan. Media gambar digunakan supaya siswa dapat menganalisis gambar dan mampu mendeskripsikan gambar tersebut. Dengan demikian, strategi ini menekankan pada analisis siswa.

Strategi ini juga bertujuan untuk mengajarkan siswa agar dapat belajar memahami dan menganalisis sebuah konsep. Konsep itu sendiri dipelajari melalui dua cara yaitu pengamatan dan definisi. Jadi, Example Non-Example adalah strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. 7

Model pembelajaran Example Non-Example memiliki kelebihan yaitu siswa dapat lebih kritis dalam menganalisis gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Example Non-Example ini, siswa dituntut menuangkan ide-idenya melalui kerjasama, sehingga dapat memecahkan permasalahan

7Mifthul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 234.

(28)

dalam menganalisis materi ajar yang disampaikan. Peneliti menginginkan melalui model pembelajaran Example Non-Example ini mampu mengatasi permasalahan pembelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah.

Kemudian, untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sejarah maka peneliti menerapkan model pembelajaran Example Non-Example melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas berfokuskan untuk

“meningkatkan minat dan prestasi Belajar Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia” penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 2 Depok, Sleman untuk siswa kelas X GPA. Dengan penelitian ini diharapkan agar siswa bisa memahami dan menyukai pelajaran sejarah selain itu menghilangkan image pelajaran sejarah yang dianggap membosankan.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka peneliti mengambil judul tentang “Penerapan Model Pembelajaran Example Non- Example untuk Meningkatkan minat dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat kita lihat adanya permasalahan- permasalahan yang menyebabkan minat dan prestasi belajar siswa rendah yaitu:

1. Pelajaran sejarah dianggap kurang menyenangkan, membosankan, menghafal dan juga merupakan mata pelajaran yang tidak penting.

(29)

2. Minat belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah cukup rendah.

3. Prestasi belajar sejarah siswa yang masih rendah dan belum memenuhi KKM.

4. Kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran.

5. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan cenderung monoton.

6. Banyak siswa yang tidak memperhatikan dan sibuk sendiri.

7. Siswa bercerita dengan teman saat pelajaran.

8. Siswa cenderung pasif.

9. Suasana kelas yang kurang kondusif.

10. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis memfokuskan untuk peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah melalui penerapan model pembelajaran Example Non- Example dengan materi pemebelajaran sejarah tentang kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah : 1. Apakah penerapan model pembelajaran Example Non-Example mampu

meningkatkan minat belajar sejarah siswa kelas X GPA di SMK Negeri 2 Depok, tentang Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Example Non-Example mampu

(30)

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X GPA di SMK Negeri 2 Depok, tentang Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?

E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non- Example dalam proses pembelajaran sejarah. Hal ini di karenakan metode pembelajaran Example Non-Example bisa menumbuhkan sikap kritis bagi siswa terhadap materi yang di ajarkan selain itu juga siswa secara langsung aktif dalam proses pembelajaran kususnya dalam pelajaran sejarah.

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini dengan mengunakan model Example Non-Example mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

2. Tujuan penelitian ini dengan mengunakan model Example Non-Example mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

G. Manfaat penelitian 1. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif mengajar di sekolah agar dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Example Non-Example.

2. Manfaat bagi siswa

Manfaat bagi siswa dalam penerapan model pembelajaran Example Non-Example yaitu siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran sejarah, selain itu siswa bisa saling bekerjasama dalam kelompok kecil serta

(31)

membuat siswa berpikir kritis dalam menyelesaikan setiap permasalahan sehingga dapat meningkatkan minat belajar, dan prestasi belajar sejarah.

3. Manfaat bagi peneliti

Pelaksanaan penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti dalam memperoleh pengalaman mengajaran dan menggunakan metode-metode belajar yang aktif, kreatif, dan inovatif. Selain itu, menjadi bekal peneliti untuk mempersiapkan diri ke dalam dunia kerja sehingga peneliti menjadi guru sejarah yang berkualitas dan profesional.

(32)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Konsep Belajar

Dalam dunia pendidikan maupun di dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu mengalami proses belajar. Jika terjadi proses belajar maka terjadi juga proses mengajar, sehingga dapat di katakan bahwa dalam kehidupan selalu terjadi proses belajar dan mengajar, baik disadari dan tanpa disadari. Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena saling berkaitan satu sama lain. Kemudian di dalam dunia pendidikan, belajar merupakan hal yang penting karena dunia pendidikan tidak terlepas dari kata belajar. Selain itu, proses belajar dan mengajar selalu terjadi di dalam dunia pendidikan terutama proses belajar dan mengajar ini selalu berlangsung terus menerus di dalam kelas. Sehingga bisa dikatakan bahwa dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kata belajar.

Kemudian, pengertian belajar itu sangat beragam. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.8 Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Hintzman berpendapat bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebu.

8Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 7.

(33)

Kemudian menurut Biggs, belajar didefinisikan dalm tiga macam rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara instusional, belajar dipandang sebagai proses

“validasi” atau memberikan hasil terhadap penguasaan siswa terhadap materi- materi yang telah dipelajari. Adapun pengertian secara kualintatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.9

Menurut Walker dalam buku Muhibbnsyah yang berjudul psikologi pendidikan menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Menurut Gagne belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne bahwa belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kondisi tertentu yang diamati, diubah dan dikontrol.

9Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm. 88-90.

(34)

Selain definisi di atas, pengertian belajar juga dapat dilihat dalam arti luas maupun dalam artian sempit. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.10

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya seperti keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar.11

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata atau masih tersembunyi, mungkin juga perubahan hanyalah penyempurnaan dari suatu hal yang pernah dipelajari. 12

Dari beberapa definisi yang telah disampaikan di atas maka bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan, perubahan ini sendiri terjadi karena adanya proses yang panjang yang akhirnya berdampak pada

10Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.20-21.

11Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2013, hlm.7.

12W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1984, hlm.15.

(35)

perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap tingkah laku, dan keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu. Selain itu, perubahan itu sendiri terjadi karena adanya pengalaman.

2. Konsep Sejarah

Dalam kehidupan setiap manusia tidak pernah terlepas dari sejarah. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris sejarah yaitu history yang berarti masa lalu manusia. Berdasarkan asal kata tersebut sejarah diartikan sebagai suatu kelompok keluarga yang digambarkan sebagai silsilah pohon.13 Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu, dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek. Jadi, melalui sejarah kita bisa melihat perkembangan dari zaman ke zaman.

Selain itu, sejarah dapat diartikan pula sebagai suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (termasuk yang dipikirkan, diucapkan dan dilaksanakan) oleh manusia dimasa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/ditemukan pada masa sekarang.14 Masa lampau yang dimaksud adalah masa lampau yang berdasarkan atas fakta dengan bukti-bukti yang ada, ketika bukti-bukti tidak dapat ditemukan maka masa lampau

13Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Benteng Pustaka, Yogyakarta, 1995, hlm. 1.

14Widja I.G, Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang, 1988, hlm.8.

(36)

itu bukan merupakan suatu sejarah. Oleh karena itu bisa dikatakan sejarah, jika peristiwa di masa lampau itu bisa dibuktikan dengan adanya bukti atau peninggalan-peninggalan yang ditemukan. Sejarah juga unik karena peristiwa dalam sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak bisa di ulang.

Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh sejarah. Dengan sejarah, manusia bisa belajar untuk kehidupannya sekarang agar memperoleh masa depan yang lebih baik. Sejarah ini sendiri sangat penting kedudukannya dalam kehidupan manusia dan manusia sendiri tidak bisa menghindar dari sejarah.

3. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran menjadi kegiatan yang sangat penting, karena melalui kegiatan ini terjadi proses interaksi antara guru sebagai pembawa pesan/ide dan siswa sebagai penerima pesan/ide. Arti penting pembelajaran disini adalah bahwa pembelajaran merupakan wahana transformasi dan regenerasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagi proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah.15

Dalam pembelajaran di sekolah, sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Lalu, bagaimana penyampaian pembelajaran sejarah itu sendiri di sekolah? Banyak permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah. Salah satunya, pembelajaran sejarah

15Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2014, hlm.56.

(37)

dalam penyampaiannya masih menggunakan paradigma konvensional yaitu guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Hal ini menyebabkan pembelajaran sejarah menjadi pembelajaran yang dianggap membosankan oleh siswa.

Kurang menariknya pelajaran sejarah kemungkinan juga bersumber pada anggapan yang keliru tentang sejarah itu sendiri. Umumnya kurang disadari bahwa sejarah memiliki sifat-sifat yang khas, yang memerlukan keterampilan istimewa untuk mengajarkannya.16 Oleh karena itu diperlukan guru sejarah yang pr ofesional.

Guru sejarah yang profesional yaitu guru sejarah yang memiliki ciri-ciri keahlian khusus dalam pelajaran sejarah. Kemampuan ini didapat dari lembaga pendidikan guru sejarah, ditambah dengan usaha terus menerus untuk menyempurnakan apa yang didapat selama pendidikan dengan pengalaman baru sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat.17 Dengan pengalaman yang didapat, guru sejarah perlu mengembangkan metode pengajaran dan juga perlu menerapkan model-model pembelajaran yang ada agar pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik.

Sejarah seringkali dilupakan, padahal sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama kita dalam membangun bangsa kita masa kini maupun di masa yang akan datang. Kekurang pengertian seperti ini juga sering ditunjukkan oleh guru sejarah itu sendiri. Mereka masih kurang menyadari peranannya dalam membina pelajaran sejarah. Hal ini tercermin

16Widja. I.G, Dasar-Dasar Pengembangan Strategis Serta Metode Pengajaran Sejarah, Departemen dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1989, hlm.3.

17Ibid, hlm.4.

(38)

dengan pengajaran sejarah yang sering mendapat sorotan tajam dari masyarakat, karena ternyata pelajaran sejarah diselenggarakan dengan cara-cara yang kurang memadai.18 Oleh karena itu perlu perbaikan dalam pengajaran sejarah itu sendiri.

Perbaikan dalam pembelajaran sejarah ini sendiri, dapat dengan cara menerapkan model-model pembelajaran yang ada. Melalui model pembelajaran ini, pembelajaran sejarah hendaknya dikemas dengan menarik, sehingga mampu membangkitkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung. Selain itu, pembelajaran sejarah ini sendiri juga penting bagi kehidupan manusia karena belajar sejarah bukan hanya mengetahui sejarah masa lampau, melainkan ada makna yang tersirat dari pembelajaran sejarah itu sendiri yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjalankan kehidupan saat ini.

Ketika pembelajaran sejarah mampu dikemas dengan menarik maka dalam pembelajaran sejarah siswa tidak hanya mengetahui masa lampau dengan menghafalkan tempat, waktu dan tokoh, melainkan mampu memetik makna yang terkandung dalam sejarah itu sendiri.

Menurut standar isi, tujuan pembelajaran sejarah ditetapkan sebagai berikut:

1) Membangun kedasaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.

2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi kelimuan.

3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa

18Ibid, hlm.7.

(39)

Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.19

Dari tujuan tersebut dapat kita ketahui bahwa aspek sikap menjadi tujuan terpenting dalam pembelajaran sejarah. Aspek sikap tersebut adalah

1) Kesadaran waktu yang berimlikasi pada penghargaan terhadap waktu yang dimulai dengan mengembangkan pemahaman tentang hubungan kausalitas antara penyebab sebuah keadaan dengan akibat pada masa kini dan bagaimana menghadapi masa depan.

2) Sikap kritis sebagai sintesa dari pemahaman terhadap peristiwa masa lalu yang membentuk kepribadian budaya bangsa.

3) Sikap menghargai peninggalan sejarah sebagai hasil perjuangan manusia di masa lalu.

4) Bangsa sebagai bangsa Indonesia yang dapat diimplementasikan pada setiap bidang kehidupan.

5) Historical empati, puncuk dari kesadaran bersikap dalam pembelajaran sejarah adalah lahirnya empati. Mampu menghayati dan merasakan bagaimana situasi batin dari para pelaku sejarah adalah kesadaran tertinggi yang dapat dicapai dari pembelajaran sejarah terutama pada materi sejarah perjuangan.

4. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Dalam kurikulum 2013 saat ini menekankan pada pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi atau menalar, dan mengkomunikasikan. Sedangkan, pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui model ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan

19 Hari Susanto, op.cit., hlm. 58.

(40)

kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan dan sikap itu diperoleh peserta didik.

Dalam pembelajaran saintifik, proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini lebih menekankan pada pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, guru hanya bertugas sebagai fasilitor yang membimbing siswa dalam kegiatan belajar sedangkan yang harus berperan aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa. Dalam model ini, siswa diajak untuk menentukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Jadi, fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai- nilai yang diperlukan.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, memberi peluang kepada siswa untuk secara aktif mengkonstruksi (membangun) konsep, prinsip, hukum berdasarkan fakta dan data. Model ini juga menekankan agar sebagai subyek belajar, siswa berperan aktif untuk mencari informasi dari sumber belajar dan guru sebagai fasilitator dan organisator. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi

(41)

pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri.

Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah perlu dipahami terlebih dahulu mengenai metode ilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada : (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa.

Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang meliputi tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pendekatan ilmiah memerlukan langkah-langkah pokok, yaitu mengamati, menanya, manalar, mencoba dan membentuk jejaring. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

Observing (mengamati)

Questionig (menanya)

Associoting (menalar)

Experimenting (mencoba)

Networking (membentuk jaringan)

(42)

Gambar I : Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran20 1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanannya.

Dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial, pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal sebagai berikut, contoh :

1. Proses terbentuknya Negara 2. Interaksi social

3. Situs sejarah21

Sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya : video, gambar, grafik, bagan, dsb. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkaha seperti berikut ini.

1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi

2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi .

5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat- alat tulis lainnya.22

20: https://urip.files.wordpress.com/2014/01/5-model-pembelajaran-saintifik-mp-sejarah.docx)

21https://urip.files.wordpress.com/2014/01/5-model-pembelajaran-saintifik-mp-sejarah.docx (Download, Selasa 11 April 2017 jam 14:15)

22Ibid, hlm. 9.

(43)

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa dalam bentuk pertanyaan. Misalnya :Apakah Kerajaan Islam Pertama di Indonesia? Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang bertanya adalah peserta didik.

Berikut manfaat/ fungsi bertanya:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat , dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan,dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

e. Membangkitan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitan kemapuan berempati

(44)

satu sama lain.23

3. Menalar

Istilah “menalar” dalam proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam, Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

3.1 Cara menalar

Ada dua cara menalar yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.

Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan khusus ke umum, sedangkan penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke khusus.

3.2 Analogi dalam Pembelajaran

Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.

Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Analogi dibagi dalam dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.

23Ibid, hlm.12-13.

(45)

Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala yang kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan analogi deklaratif merupakan suatu “metode manalar” untuk menjelaskan atau menugaskan sesuatu fenomena atau yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.

3.3 Hubungan Antar Fenomena

Hubungan antar fenomena ini sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Disinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antar fenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab akibat. Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain. Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat dan penalaran induktif sebab akibat terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a. Hubungan sebab-akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, yang dikemukan terlebih dahulu adalah sebab yang kemudian ditarik kesimpulan berupa akibat.

b. Hubungan akibat-sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, yang dikemukakan terebih dahulu adalah akibat yang kemudian ditarik kesimpulan berupa penyebabnya.

c. Hubungan sebab-akibat 1-akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab-akibat 1- akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya. 24 3.4 Mencoba/mengeksplorasi

24Ibid, hlm.16.

(46)

Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang merupakan strategi belajar aktif. Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya menekankan pada transfer ilmu pengetahuan, pemahaman dan interpretasi, melainkan harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam pembelajaran yang berlangsung perlu adanya keteribatan siswa secara akitf.

Kemudian, peta konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang 1. Interaktif 2. Adaptif, interaktif 3. Menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan 4. Menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna.

Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar autentik , dan kolaboratif yang menegaskan penyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari pada materi pelajaran. Melalui pendekatan eksploratif, siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya.

Pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, pelaksanaan kegiatan mencoba/

eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Dalam kelompok tersebut, setiap siswa mencari informasi yang mereka perlukan dan

(47)

selanjutnya merumuskan masalah, serta berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Selain itu, melalui pendekatan eksplorasi ini, siswa dapat mengekspolitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.

5. Minat

Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa.

Kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Dengan adanya minat maka siswa akan mendapatkan hal yang positif dan akan mendapatkan kepuasan batin dari pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Slameto, minat merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.25 Minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.26 Menurut Usman kondisi belajar rmengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.

Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.27 Menurut Sukardi, minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Menurut Bernard dalam

25Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarta, Rineka Cipta, 2011, hlm.191

26W.S, Winkel op.cit., hlm. 105.

27 KT Aritonang - Jurnal pendidikan penabur, 2008 – bpkpenabur.or.id Di unggah 20 April 2016.

(48)

Sardiman menyatakan bahwa minat dapat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman , kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.28

Menurut Rosyidah, timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu29 :

a. Minat yang berasal dari pembawaan. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini dipengaruhi oleh bakat ilmiah atau faktor keturunan.

b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu. Minat yang timbul seiring dengan proses perkembangan individu. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan keluarga dan adat.

Selain itu minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketetarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.

Menurut Slameto, beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar tersebut di atas, dalam penelitian

28W.S, Winkel op.cit., hlm 57.

29Ibid, hlm. 60.

(49)

ini menggunakan indikator minat yang dilakukan melalui wawancara yaitu30: a) Perasaan Senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.

b) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

c) Ketertarikan

Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

d) Perhatian

Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.

Dari gambaran definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan untuk tertarik akan sesuatu akibat partisipasi, kebiasan individu pada saat belajar. Minat akan muncul apabila individu melakukan kegiatan yang menyenangkan dan lama kelamaan mendatangkan pengaruh besar bagi individu tersebut.

6. Prestasi Belajar Sejarah

Dalam pembelajaran, prestasi belajar merupakan salah satu hal yang penting yang harus ada untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang sedang berlangsung. Untuk itu perlu diketahui apa itu prestasi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan,

30Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, 2010, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 180.

(50)

dikerjakan dan sebagainya).31 Sedangkan, belajar adalah perubahan atau usaha seseorang untuk memperoleh pengetahuan. Jadi, prestasi yaitu penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan hasil test atau angka yang diberikan oleh guru. Menurut Nanang Hanafiah prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.32

Sedangkan menurut Masidjo, di dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Belajar dan Pembelajaran”, mengatakan bahwa prestasi belajar siswa merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam suatu rangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh instasi pendidikan, dimana hasil tersebut dapat membuktikan kemampuan yang dilakukan oleh para peserta didik. Prestasi belajar siswa dapat dillihat dari hasil evaluasi yang dilakukan. Dalam menghasilkan suatu prestasi belajar, perlu adanya suatu kerjasama baik antara guru dengan siswa untuk menjalankan proses mendapatkan suatu hasil dari proses tersebut. Dalam hasil yang dicapai oleh siswa itu sendiri, kemudian kreatifitas yang dimiliki oleh guru dalam penyampaian materi supaya dapat ditangkap oleh siswa dengan baik. Maka dari itu untuk memperoleh suatu prestasi belajar siswa yang maksimal, maka perlu adanya kerjasama dengan baik antara siswa dengan guru dalam prosesnya.

Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan baik dalam pengetahuan atau pemahaman maupun dalam bidang keterampilan dan bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dari prestasi belajar yang

31Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.14.

32 Nanang Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung, PT. Refika Aditama,2009, hlm. 26.

(51)

dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan/persoalan/tugas yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar itu berbeda-beda sifatnya, tergantung dari bidang yang di dalamnya murid memberikan prestasi, misalnya dalam bidang pengetahuan/pemahaman (kognitif).33

Kemudian, untuk mengetahui prestasi siswa maka diperlukan adanya evaluasi dalam bentuk tes. Tes ini sendiri baiasanya dirancang dan disusun oleh guru itu sendiri. Ada beberapa bentuk tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

Adapun bentuk-bentuk tersebut yaitu :

1. Tes Perbuatan : “Pertanyaan/persoalan” disampaikan dalam bentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh murid. Penilaian dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap cara mengerjakan tugas dan berdasarkan hasil yang akhirnya diserahkan kepada guru. Tes semacam ini diselenggarakan untuk mata pelajaran keterampilan.

2. Tes Lisan : pertanyaan maupun jawaban disampaikan secara lisan. Ada guru yang berpendapat bahwa penyelenggaraan tes lisan agak mudah, padahal tes lisan itu sulit karena penguji harus mengikuti jalan pikiran murid yang menuntut konsentrasi penuh, tes lisan yang tidak dipersiapkan dengan baik dianggap tidak memenuhi syarat sebagai evaluasi yang valid.

3. Tes tertulis : pertanyaan maupun jawaban disajikan dalam bentuk tulisan dengan menggunakan kertas dan alat tulis. Tes tertulis dapat berupa tes-tes obyektif. Tes obyektif yaitu siswa harus memilih dari alternatif-alternatif yang disajikan, mana yang dianggap tepat. Tes obyektif pilihan ganda.

33W.S, Winkel op.cit., hlm.102.

(52)

Tes adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tes dapat digunakan sebagai alat evaluasi pengajaran sejarah apabila terutama jika guru hendak mengukur pengetahuan.34

Kemudian, yang dimaksud dengan prestasi dalam penelitian ini adalah prestasi dalam mata pelajaran sejarah. Prestasi belajar sejarah masih rendah, karena sejarah merupakan slaah satu pelajaran yang belum diperhitungkan oleh siswa.

Melihat kondisi tersebut maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran sejarah agar prestasi belajar sejarah dapat meningkat. Untuk meningkatkan prestasi belajar maka guru perlu menggunakan metode dalam mengajar. Metode mengajar dapat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran dan juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penggunaan metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan beberapa faktor seperti siswa, tujuan pembelajaran, fasilitas dan juga guru itu sendiri.

Penggunaan metode dalam pembelajaran ini akan merangsang siswa untuk aktif dalam belajar dan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

7. Pendekatan Konstruktivisme

a. Paradigma Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme (contructivism) adalah suatu filsafat pengetahuan yang secara ringkas menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang. Orang membentuk pengetahuannya lewat interaksi dengan

34Adisusilo Sutarjo, Strategi Pembelajaran Sejarah, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2001, hlm.146.

Gambar

Gambar I : Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran 20 1.  Mengamati
Gambar II : Kerangka Berpikir
Gambar III : Bagan Siklus Penelitian
Tabel 5 : Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Example Non Example Pada Mata Pelajaran Menggambar Teknik Siswa Kelas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example dapat meningkatkan aktivitas belajar dan

Dengan adanya minat yang kurang terhadap pembelajaran matematika, peneliti mencoba memberikan pembelajaran yang berbeda dari yang biasa dilakukan oleh guru

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, model pembelajaran kooperatif learning yang saya lakukan dalam penelitian ini adalah model

Dengan adanya minat yang kurang terhadap pembelajaran matematika, peneliti mencoba memberikan pembelajaran yang berbeda dari yang biasa dilakukan oleh guru

I Gde Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus pada penerapan pembelajaran berdasarkan masalah pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar dan perubahan aktivitas belajar siswa kelas X Program Keahlian