• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI melalui model pembelajaran kooperatif tipe example non-example di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI melalui model pembelajaran kooperatif tipe example non-example di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh : MARIA SEDIARI PITFINA YOS MOROK 101314004. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: MARIA SEDIARI PITFINA YOS MOROK NIM: 101314004. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu melindungi, memberi kehidupan serta sumber pengharapan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini 2. Kedua orangtua ku Alm. Bapak Pit dan Mama Vin, yang sudah berbahagia di Surga. 3. Keluarga besar khususnya kakak Yana dan Yani, kakak Alex dan kakak Richo, Ponakan Azura, Kenzo dan Kirmizi, serta seluruh keluarga besar yang berada di Atambua. Terima kasih atas Doa dan Dukungannya selama Ini.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadanya,sebab ia akan memelihara kamu” ( 1 Petrus 5:7) “Berdoalah seolah-oleh semuanya bergantung pada Allah. Bekerjalah seolah-olah segalanya bergantung kepadamu.” (St. Agustinus ) “Doa adalah kunci pembuka hari dan sekrup penutup malam” (Mahatma Gandhi) “Kegagalan pada dasarnya merupakan kesempatan untuk memulai lagi, kali ini lebih cerdas” (Hendri Ford) “Tuhan Membiarkan semua Terjadi dengan satu alasan. Semua adalah sebuah proses belajar dan kamu harus melewatinya setiap tingkatnya” ( Mike Tyson) “Ketika semua orang meremehkanmu dan mengangap itu hanya alasan janganlah sakit hati, tetapi anggalah itu adalah sebuah hal yang biasa dan jadikanlah itu sebuah kata-kata penyemangat hidup. Penulis (Maria Sediari Pitfina Yos Morok) “ Ingatlah setiap kesuksesanmu berkat doa dari Alm.kedua orangtuamu dan saudaramu” Penulis (Maria Sediari Pitfina Yos Morok). v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 28 Juli 2017 Penulis. Maria Sediari Pitfina Yos Morok. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama Nomor Mahasiswa. : Maria Sediari Pitfina Yos Morok : 101314004. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH KELAS XI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian penyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 28 Juli 2017 Yang menyatakan. Maria Sediari Pitfina Yos Morok. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Maria Sediari Pitfina Yos Morok Universitas Sanata Dharma 2017 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan Prestasi belajar Sejarah siswa setelah menerapkan model pembelajaraan Example Non-Example di kelas XI Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta, dengan materi Pokok”Perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda” Penelitian ini menggunakan metode PTK dengan model Kemmis & Mc.Taggart dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta yang melibatkan 32 siswa. Objek penelitian adalah Prestasi belajar siswa melalui model pembelajaraan Example Non-Example. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan Teknik deskriptif analitis data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari skor rata-rata sesuai KKM (76). Pada keadaan awal di peroleh 6 siswa (18,7%) dengan rata-rata nilai 68, siklus 1 meningkat menjadi 13 siswa (40,62%) dengan rata-rata nilai 76 , dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 28 siswa (80,75%) dengan rata-rata nilai 83.. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT IMPROVING HISTORY OF CLASS XI THROUGH COOPERATIVE LEARNING TYPE EXAMPLE NON-EXAMPLE IN SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SCHOOL YEAR 2015/2016 By: Maria Sediari Pitfina Yos Morok Sanata Dharma University 2017 This research describes the improvement of history learning achievement in SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta. Using Example Non- Example learning method in learning “Indonesian struggle in order to maintain the independence from the Allies and the Netherlands”. Class action research by Kemmis & Mc.Taggart is used in this research. The research‟s stages are planning, action, observation, and reflection. The subjects are 32 student‟s from SMK N 2 Depok Sleman Yogyakarta. The object is student‟s learning achievement through Example Non- Example learning model. The data were collected by using test, observation, and documentation. Data analysis using Analytical Techniques descriptive data on quantitative and qualitative data. The results of this research shows that the student‟s achievement in learning history increased. If is shown from the percentage of student‟s who pass the minimal competenses score (76). Ass att the early condition, there were 6 student‟s (18,7%) with average score 68, cycle I increased to 13 student‟s (40,62%) whose average score is 76, and on cycle 2 increased to 28 student‟s (80,75%) with average score of 83.. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbinganNya skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah kelas XI Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example nonexample di SMK Negeri 2 Sleman Yogyakarta” ini dapat terselesaikan dengan baik. Bagi penulis penyusunan skripsi ini telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Theresia Sumini,M.Pd. selaku. Ketua Program Studi Pendidikan. Sejarah dan Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dorongan agar Mahasiswa cepat Lulus. 2. Bapak Y.R Subakti, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah sabar dan banyak memberikan pengarahan serta bimbingan kepada penulis. 3. Bapak Hendra Kurniawan, M,Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 4. Ibu Nur Hayati,S.Pd selaku guru mata pelajaran sejarah yang sangat berperan besar dalam penelitian skripsi ini, berkat beliau skripsi ini bisa berjalan lancar dan dapat selesai sesuai dengan rencana serta memberikan arahan dan saransaran yang berguna. 5. Siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok khususnya kelas XI Teknik Otomasi Industri yang sangat membantu dan mau bekerja sama dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 6. Alm. Bapak Pit dan alm. Mama Vin dan kakak-kakak Yana, Yani, Alex, Richo, ponakan Azura, Kenzo, Kirmizi, Om Toni, Om Goris, Ma Gersi, Ma Heni. Ma Berta serta keluarga Besar tercinta, terima kasih atas segala doa dan dukungannya.. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Keluarga Besar di Semarang, yang menjadi rumah kedua untuk saya Bapak Edi, Mama Agustina, Mbak Astry, Bunda Grace, Kakak Prety, ponakan Austin dan Asda terima kasih. 8. Sahabat-sahabat saya, Cristina, Febi, Liyan, Murti, Brurry, Ita, Nina, Hakmi, Ferry, Rigen,Lilik, Gemma, Mita,Yohana, Karin, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman dan Adik angkatan yang selalu memberikan semangat pada saat bimbingan Skripsi. 10. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan penulisan skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.. Penulis. Maria Sediari Pitfina Yos Morok. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv MOTTO ...................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 7 D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 E. Pemecahan Masalah .....................................................................................7 F. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 G. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ...............................................................................................10 1. Pengertian Belajar .............................................................................. 10 2. Proses belajar ...................................................................................... 12 3. Pembelajaran sejarah ............................................................................18 4. Teori belajar konstruktivisme ..............................................................20 xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Pembelajaran sejarah berdasarkan Konstruktivisme ............................24 6. Model pembelajaran Kooperarif (cooperative learning) .....................25 7. Model pembelajaran Example Non- Example ..................................... 29 8. Prestasi Belajar Sejarah ....................................................................... 31 9. Materi Pembelajaran ............................................................................33 B. Penelitian Yang relevan ........................................................................... 35 C. Kerangka Berpikir ......................................................................................36 D. Hipotesis ................................................................................................... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 39 B. Tempat dan waktu penelitian .....................................................................40 C. Subjek penelitian ....................................................................................... 40 D. Desain penelitian ....................................................................................... 40 E. Defenisi Operasional Variabel ...................................................................41 F. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................42 G. Alat Pengumpulan Data .............................................................................43 H. Analisis Data ..............................................................................................48 I. Analisis Komparasi ....................................................................................48 J. Prosedur Penelitian.....................................................................................48 K. Indikator Keberhasilan ...............................................................................52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..........................................................................................53 B. Komparasi ..................................................................................................74 C. Pembahasan ................................................................................................77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................81 B. Saran ...........................................................................................................82 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................84 LAMPIRAN ...........................................................................................................87. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Perbandingan pembelajaran tradisional dan Konstruktivisme ............. 23 Tabel 2. Sintak model pembelajaran Kooperatif ................................................ 27 Tabel 3. Penilaian acuan PAP II.......................................................................... 47 Tabel 4. Kriteria penilain Skala Likert 1-5 ........................................................ 47 Tabel 5. Kriteria Hasil Pengamatan .................................................................... 47 Tabel 6. Indikator Keberhasilan .......................................................................... 52 Tabel 7. Data Nilai Awal Siswa .......................................................................... 53 Table 8.Frekuensi Data Keadaan Awal .............................................................. 54 Tabel 9. Hasil Pengamatan Siklus I .................................................................... 57 Tabel 10. Frekuensi Hasil Pengamatan ............................................................... 59 Tabel 11. Prestasi Belajar Siklus I .......................................................................60 Tabel 12. Frekuensi Hasil belajar Siklus 1 ..........................................................61 Tabel 13. Nilai final Siklus I…………………………………………………… 62 Tabel 14. Frekuensi Nilai final Siklus 1 ..............................................................63 Tabel 15.Hasil Pengamatan Siklus 2 ...................................................................67 Tabel 16. Prestasi Belajar Siklus I .......................................................................69 Tabel 17.Frekuensi Belajar Siklus 2 ....................................................................70 Tabel 18.Nilai Final siklus 2……………………………………………………..71 Tabel 19.Frekuensi Nilai final siklus 2…………………………………….. ......72 Tabel 20. Komparasi Pra Siklus dan Siklus 1………………………………… .74 Tabel 21. Komparasi Siklus I dan Siklus 2 ..........................................................76. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar I. Kerangka berpikir ............................................................................... 37 Gambar II. Siklus PTK menurut Kemmis & Mc.Taggart ..................................... 41 Gambar III. Diagram prestasi Prasiklus ................................................................ 55 Gambar 1V. Diagram Hasil Pengamatan Siklus 1 ............................................... 59 Gambar V. Diagram Prestasi Siklus I ................................................................... 61 Gambar VI. Diagram Final Siklus 1 ..................................................................... 63 Gambar VII. Diagram Hasil pengamatan Siklus 2................................................ 68 Gambar VIII.Diagram Siklus 2 ............................................................................. 71 Gambar IX. Gambar Nilai Final Siklus 2.............................................................. 73. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat keterangan melaksanakan kegiatan .................................... 87 Lampiran 2. Silabus ....................................................................................... 88 Lampiran 3. RPP ............................................................................................ 106 Lampiran 4. Kisi-kisi soal ................................................................................ 126 Lampiran 5. Lembar soal ulangan ................................................................... 127 Lampiran 6. Lembar jawaban ......................................................................... 134 Lampiran 7. Validitas ...................................................................................... 135 Lampiran 8. Instrument penilain kinerja guru (IPKG 1) siklus ...................... 137 Lampiran 9.Instrument penilain kinerja guru (IPKG 1) siklus 2 .................... 139 Lampiran 10. Instrument penilain kinerja guru IPS (IPKG 2 ) siklus 1 ......... 141 Lampiran 11. Instrument penilain kinerja guru IPS (IPKG 2) siklus 2 .......... 144 Lampiran 12. Foto kegiatan ............................................................................. 147 Lampiran 13. Validitas Butir Soal .................................................................... 148. xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pembangunan bangsa,dalam hal ini karakter suatu bangsa dibangun oleh pendidikan. Melalui pendidikan yang bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik.1 Selain membangun karakter bangsa pendidikan juga memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan salah satunya adalah meningkatkan proses pembelajaran agar lebih menarik, dengan pembelajaran yang menarik siswa mudah memahami materi yang di sampaikan guru. Untuk mencapai suatu keberhasilan pembelajaran melibatkan banyak faktor tidak hanya siswa tetapi guru juga memerankan peranan penting dalam hal memilih model pembelajaran yang sesuai.2 Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang berbagai model pembelajaran. Secara harafiah model pembelajaran 1. Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta, Ar-ruzz Media,2014,hml. 15. 2 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2013, hlm. 7.. 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, minat serta sikap belajar dikalangan siswa. Siswa diharapkan dapat berpikir kritis, dan memiliki pencapaian hasil belajar yang optimal, disamping memiliki pencapaian hasil belajar yang optimal siswa diharapkan memiliki sikap dan ketrampilan sosial.3 Indonesia merupakan negara yang majemuk, negara majemuk ini tidak hanya terlihat dari ras, suku, agama tetapi juga pendidikan, pendidikan di kota tentunya berbeda dengan pendidikan yang berada di luar kota, dengan kata lain pendidikan di Jawa berbeda dengan pendidikan di luar Jawa baik dari segi pengetahuan, iptek, dan media yang digunakan. Pendidikan yang pada dasarnya merupakan suatu proses yang menentukan individu dan masyarakat, karena kemajuan suatu masyarakat ataupun negara dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Di era globalisasi ini teknologi juga memegang peranan penting dalam berbagai bidang salah satunya pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun informal hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan teknologi. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di SMA maupun di SMK sesuai dengan kurikulum 2013. Pembelajaran sejarah dimaksudkan untuk membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang bukan hanya mengenal sejarah bangsa dan negara mereka saja tetapi juga belajar tentang sejarah. bangsa-bangsa. lain.. Belajar. sejarah. juga. dimaksudkan. untuk. menumbuhkan semangat dan membentuk pribadi yang memiliki rasa cinta pada. 3. Ibid, hlm. 9..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. tanah air dan bangsanya ( nasionalisme), diharapkan dengan adanya pembelajaran sejarah siswa dapat mencontoh hal-hal yang baik dari para pendahulunya. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang juga mengajarkan nilai karakter. Pembelajaran sejarah bukan hanya mengajarkan tentang fakta dan juga bukan mengajarkan siswa untuk menghafal kerajaraankerajaan yang berada di Indonesia. Jika pembelajaran sejarah hanya mengajarkan tentang fakta dan hanya menghafalkan kerajaaan dan fakta-fakta tanpa adanya pemahaman dalam pembelajaran sejarah maka siswa akan bosan untuk belajar sejarah. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah kurang menarik, menurut Wiriatmajaya menyebutkan bahwa pembelajaraan sejarah. kurang. mengikutsertakan. siswa,dan. membiarkan. budaya. diam. berlangsung di dalam kelas. Lapian menyebutkan pembelajaran sejarah kurang begitu menyentuh dengan cerita tentang diri siswa. Wiyanarti (2003) juga mengungkapkan pembelajaran sejarah dianggap membosankan dan kurang dirasakan maknanya oleh kalangan siswa dalam kehidupan sehari-hari.4 Atmadinata. (2005). dalam. laporan. penelitiannya. menyatakan,. Pembelajaran sejarah kurang menarik, membosankan, guru-guru sejarah hanya membeberkan fakta-fakta sejarah berupa urutan tahun dan peristiwa sejarah, model pembelajaran dan tekniknya tidak dirubah. Osnardi (2005) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa masih banyak guru belum memiliki kemampuan dan ketrampian yang belum memadai dalam memilih serta. 4. Muhamad Irfan ,Op.cit hlm. 147.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar, dan tetap menggunakan pembelajaran konvensional.5 Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang kurang menarik dapat mempengarui prestasi siswa untuk itu dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membangkitkat minat dan motivasi siswa agar prestasi belajar siswa dapat meningkat, model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang yang mengajarkan siswa untuk bekerja kelompok atau bisa dikatakan sebagai pembelajaran yang dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik untuk bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran, dengan pembelajaran berkelompok, siswa mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktekan sikap dan prilaku pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka.6 Faktor yang mempengaruhi rendahya prestasi belajar sejarah siswa bisa berasal dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, dari dalam diri siswa misalnya minat, motivasi dan sebagainya. Siswa akan berminat dengan suatu pembelajaran apabila pembelajaraan itu di kemas dengan menarik. Dari luar siswa misalnya guru sejarah diharapkan lebih kreatif dalam mengajar dan dapat meninggalkan cara mengajar yang masih konvensional, karena cara mengajar yang konvensional sudah tidak efektif lagi diterapkan pada saat ini, hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran sejarah dapat berjalan dengan baik dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran sejarah dapat meningkat, sehingga tujuan dari pelajaran 5. Isjoni dan Ismail, Model-Model Pembelajaran Malaysia,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, hlm.147-148. 6 Ibid,,hlm. 152.. Mutakhir. Perpaduan. Indonesia.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. sejarah dapat tercapai dengan baik. Perkembangan pendidikan yang baik akan membawa perkembangan yang baik pula bagi Indonesia dimasa depan, karena dari pendidikanlah akan muncul generasi-generasi muda harapan bangsa. Kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, pandangan para siswa mengenai. pembelajaran sejarah ialah. suatu pembelajaran. yang sangat. membosankan. Permasalahan ini muncul di kelas saat melakukan proses pembelajaran dimana guru sejarah masih banyak menerapkan cara mengajar yang konvensional yaitu guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran (teacher center), cara mengajar yang masih konvensional tersebut berakibat pada pasif dan rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah yang berimbas pada rendahnya prestasi siswa dalam pelajaran sejarah. 7 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat observasi di SMK Negeri 2 Depok Sleman terlihat bahwa banyak siswa yang lebih tertarik melihat smartphone pada saat pembelajaran sejarah, siswa juga lebih senang berbicara dengan temannya pada saat pembelajaran sejarah, saat ulangan sejarah siswa sangat kesulitan mengerjakan soal dengan gambar. Dari pengamatan di atas maka diperlukan perbaikan untuk mengeliminasi permasalahan tersebut, usulan perbaikan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Example on- Example. Model pembelajaran ini diyakini dapat mengaktifkan proses belajar siswa di kelas serta siswa tidak bosan untuk belajar sejarah. Untuk itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengangkat judul tentang “Peningkatan Prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI. 7. Ibid, hlm. 20.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Teknik Otomasi Industri melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Example Non-Example di SMK Negeri 2 Depok. Adapun data yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang relevan dilakukan oleh : 1. Merry Tres Sufranika judul Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Example Non-Example Pada Siswa Kelas XA SMA Mlati. Hasil Penelitian menunjukan terjadi peningkatan Prestasi pembelajaran Sejarah dari siklus 1 42% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 97%. 2. Nindha Kurniawan Mahasiswa judul Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa melalui Pendekataan CTL Model Pembelajaran Example NonExample kelas XI SMK Negeri I Sleman Tahun 2012/2013. Hasil Penelitian menunjukan terjadi peningkatan prestasi dari siklus 1 56% dan mengalami peningkatan pada siklus II 87%. 3. Heribertus Eko Budistyadi judul Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah dengan Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Example and Non Example Dan Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Depok Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukakan adanya peningkatan prestasi belajar sejarah pada siklus I (74,8) meningkat menjadi (77,8) pada siklus 2. B. Identifikasi Permasalahan Dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pembelajaran yang ada saat ini :.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. 1. Metode Pembelajaran yang diterapkan oleh guru cenderung monoton atau tidak variatif. 2. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar sejarah. 3. Rendahnya prestasi siswa pada ulangan harian 4. Siswa lebih senang melihat smartphone dan lebih suka berbicara dengan teman. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi permasalahan pada upaya peningkatan prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI Jurusan Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Depok, Sleman, dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Example Non- Example. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang serta identifikasi permasalahan di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: Model Pembelajaran Example Non- Example dapat meningkatkan Prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI Jurusan Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman? E. Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah melalui implementasi pembelajaran sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Example NonExample pada siswa kelas XI Jurusan Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. Model pembelajaran kooperatif tipe Example Non-example.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. dipilih karena dalam penerapan model pembelajaran ini dapat memacu siswa untuk lebih aktif di dalam kelas dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah, siswa juga belajar untuk berani mengemukakan pendapatnya.. Dengan. aktifnya. siswa selama proses. pembelajaran dan. meningkatnya minat diharapkan dapat berdampak pada meningkatnya prestasi belajar sejarah. F. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non- Example. G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua pihak sebagai berikut : 1. Bagi Universitas Sanata Dharma khususnya FKIP Penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi referensi guna peningkatan dan pengembangan Ilmu di FKIP, sehingga diharapkan dapat menghasilkan guruguru yang profesional dan berkualitas dalam bidang pendidikan. 2. Bagi Sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memperbaiki penerapan metode pembelajaran yang belum optimal dan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 3. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru dalam mengajar untuk menggunakan model pembelajaran Khusussnya model pembelajaran Kooperatif tipe Exampe Non-Example. 4. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah. 5. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan kemampuan penelitian tindakan kelas..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “Berusaha memperoleh Kepandaian atau Ilmu”. Menurut Gagne yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.8 Dari defenisi ini dapat disimpulkan bahwa orang belajar untuk pandai dan pintar, orang memperoleh pengetahuaan melalui pengalaman, mengingat,dan menguasai pengalaman, mendapatkan informasi atau menemukan sendiri.9 Belajar dapat dikatakan sebagai perilaku dan usaha yang cukup kompleks, sebagai suatu tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa disini adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar sendiri terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, bisa dari ,keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia dan hal-hal yang dapat dijadikan bahan belajar. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Peserta didik yang belajar akan menghasilkan perubahanperubahan dalam dirinya, baik itu kognitif, afektif, dan psikomotor.10. 8. Ratna Wilis Dahar, Teori-teori belajar & Pembelajaran, 2011, hlm. 2. Ibid, hlm. 16. 10 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 : Panduan Pembelajan KBK, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006, hlm.189. 9. 10.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. Belajar merupakan proses seseorang dalam memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap, belajar tidak hanya di lakukan di sekolah tetapi proses belajar dilakukan secara terus menerus. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan sejak di kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda orang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan. yang bersifat. pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (Afektif).11 Belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas saja, tetapi juga bisa terjadi di luar kelas, bisa dari pengalaman-pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar. Menurut H.C. Witherington yang dikutip oleh Evelin Siregar dan Nartini Hara menjelaskan bahwa pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. .12 Berikut ini adalah aspek-aspek belajar yang dikemukaan oleh Evelin Siregar dan Nartini Hara yaitu13: a. Bertambahnya jumlah pengetahuan b. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi c. Adanya penerapan pengetahuan d. Menyimpulkan makna. 11. Eveline Siregar dan Nartini Hara , Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, hlm 3. 12 Ibid.,hlm.4 13 Idem..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. e. Menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas f. Adanya perubahan sebagai pribadi Seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah berubah dalam hal tingkah laku di dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Kecuali itu, perubahan tersebut haruslah bersifat permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja. 2. Proses Belajar Kata proses berasal dari bahasa latin “processus” yang memiliki arti berjalan ke depan. Menurut Caplin yang dikutip oleh Muhibbin Syah proses adalah suatu perubahan khusus yang menyakut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.14 Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi Proses belajar: a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal,kedua faktor ini mempengaruhi prose belajar individu yang nantinya menentukan kualitas hasil belajar.. 14. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Yogyakarta, PT RajaGrafindo Persada,2008, hlm 109..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. 1) Faktor internal Faktor internal berasal dari dalam diri siswa dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu, meliputi faktor fisiologis dan psikologis. a) Faktor fisiologis Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini di bedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani dimana kondisi fisik yang sehat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang, Fisik yang sehat memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar siswa. Kedua, keadaan fungsi jasmani atau fisiologis, perannya selama proses belajar berlangsung, fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat berpengaruh pada proses belajar. b) Faktor Psikologis Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar, faktor psikologis yang utama dalam mempengaruhi proses belajar yaitu: (1) Kecerdasaan/intelegensi siswa Merupakan faktor paling penting dalam proses belajar siswa, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang individu, maka individu tersebut meraih sukses dalam belajar, dan sebaliknya.15 (2) Motivasi Menurut kamus bahasa Indonesia Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan. 15. H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran,Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2015, hlm. 23-27..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. suatu tindakan dengan tujuan tertentu, seseorang akan melakukan sesuatu untuk mencapai hal-hal yang diinginkan. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.16 Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi ketika orang itu memiliki tujuan tertentu.17 Secara serupa Winkels mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai sesuatu tujuan tertentu pula.18 Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antar apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berasal dari tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal ingin dicapai oleh seseorang. 16. Hamzah B.Uno,Teori Motivasi & Pengukuraannya:Analisis Dibidang pendidikan, Yogyakarta,Bumi Aksara,2016, hlm, 23. 17 Kompri, Motivasi Pembelajaran,Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm.1. 18 W.S Wingkel, Psikologi Pengajaran,Jakarta,Grafindo,1996, hlm. 151..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.19 Guru memiliki peran penting dalam hal membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, karena motivasi terkait erat dengan kebutuhan, disinilah tugas guru untuk meyakinkan bahwa tujuan belajar yang diinginkan siswa harus menjadi kebutuhan bagi setiap siswa, hasil belajar yang baik merupakan suatu kebutuhan agar mencapai kesuksesan yang dicita-citakan setiap siswa. Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal, motivasi internal, adalah dorongan dalam diri individu untuk melakukan aktivitas, sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri sendiri atau individu.20 (3) Minat Untuk meningkatkan prestasi belajar maka seorang siswa harus mempunyai minat pada mata pelajaran tersebut. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek cenderung untuk memberi perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Menurut Winkel minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam subyek atau anak didik merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. 21 Orang yang memiliki minat tertarik atau memiliki perhatian untuk mengetahui lebih banyak daripada orang yang tidak tertarik atau berminat di suatu bidang, kita dapat mengetahui minat seseorang melalui banyak hal, 19. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006, hlm.80. Aunurrahman, Belajar dan pembelajaran. Bandung, Alfabeta, 2012, hlm.155 21 Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi belajar. Jakarta, Gramedia, 1983, hlm. 30. 20.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. contoh pernyataan yang dilontarkan seseorang apabila menyukai maupun tidak menyukai sesuatu. Menurut Wiliam James, yang dikutip Moh. Uzer Usman minat merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.22 Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu mata pelajaran maka pasti dengan segala daya upaya dia akan selalu berusaha untuk mendekati, merasa tertarik sehingga mendorong siswa tersebut untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terhadap sesuatu yang belum jelas dari apa yang telah diminatinya sehinga tidak mengherankan apabila seorang siswa akan lebih dekat dengan suatu mata pelajaran yang diminatinya. (4) Sikap Dalam. proses. belajar,. sikap. seseorang. dapat. mempengaruhi. keberasilan proses belajarnya. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang tergantung apa yang ditampilkan guru dalam pembelajaran dan juga tergantung pada lingkungan sekitar, jadi guru juga harus berusaha untuk menyajikan pembelajaran dengan baik dan menarik sehingga siswa merasa apa yang pelajarinya bermanfaat. (5) Bakat Menurut Slavin yang dikutip H.Baharuddin dan esa Nur Wahyuni bakat bila dikaitkan dengan belajar adalah sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Pada dasarnya setiap orang memiliki. 22. Moh. Uzer Usman. Menjadi guru Profesional Edisi II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1997. hlm. 27.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai kemampuan masingmasing individu. 2) Faktor Eksternal Menurut Syah yang dikutip oleh H. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi menjadi dua bagian yaitu faktor lingkungan sosial dan nonsosial. Faktor lingkungan sosial dibagi menjadi 3 bagian yaitu faktor sosial sekolah yang meliputi guru, administrasi dan teman-teman dalam kelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa di lingkungan sekolah, kedua lingkungan sosial masyarakat, ini menunjukkan bahwa lingkungan tempat tinggal siswa dapat mempengaruhi. proses. belajar. siswa,. ketiga. keluarga,. keluarga. sangat. mempengaruhi kegiatan belajar siswa, hubungan yang baik antara keluarga dapat membantu siswa melakukan aktifitas belajar. Sedangkan lingkungan non sosial dibagi juga menjadi 3 bagian lingkungan alamiah seperti udara yang segar, suasana yang sejuk dan tenang dan lain-lain, lingkungan alamiah mempengaruhi proses belajar siswa karena kondisi lingkungan alam yang tidak mendukung menghambat proses belajar siswa, kedua faktor instrumental seperti perangkat belajar yang baik dapat mendukung proses belajar, yang ketiga faktor materi pembelajaran kiranya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, karenanya diharapkan guru dapat memberi kontribusi yang positif dengan menguasai materi pembelajaran. 23. 23. H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran,Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2015,hlm 30-33.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 3. Pembelajaran Sejarah Sejarah merupakan salah satu mata pembelajaran yang diwajibkan di sekolah khususnya ditingkat Sekolah Menengah Atas maupun Kejuruan. Banyak siswa yang berpandangan bahwa sejarah merupakan pembelajaran yang membosankan karena banyak guru yang masih menggunakan cara mengajar yang konvesional dimana siswa hanya menjadi pendengar yang baik, guru selalu berceramah, hal ini membuat siswa menjadi bosan dan menggap pembelajaran sejarah sangat membosankan. Ada juga yang berpandangan bahwa belajar sejarah hanya belajar tentang menghafal peristiwa, tanggal dan waktu kejadian suatu peristiwa. Pembelajaran sejarah bukan hanya berkisah tentang peristiwa tetapi juga mengulas pendangan masyarakat. Pemahaman akan sejarah perlu dimiliki oleh setiap orang sejak dini, dengan memahami sejarah secara dini setiap orang akan memahami peristiwa masa lampau sebagai landasan sikap untuk selalu menjunjung tinggi rasa persatuan, solidaritas dan nasiolisme.24 Pembelajaran sejarah sebagai sarana pendidkan bangsa, terutama dalam hal aplikasi sejarah normatif, Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator terkait dengan pembelajaran sejarah yaitu 25: 1. Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, subtansi, dan sasaran pada segi-segi yang bersifat normatif. 2. Nilai dan makna sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan daripada akademik atau ilmiah murni. 24. Heri Susanto,Seputar Pembelajaran Sejarah(isu,gagasan dan strategi pembelajaran,Aswaja Presindo, Yogyakarta, 2014,hlm 9. 25. Aman,Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah,Ombak, Yogyakarta,2011, hlm 62-63..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 3. Aplikasi sejarah bersifat pragmatik,sehingga dimensi dan subtansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna, dan nilai pendidikan yang hendak dicapai yakni sesuai dengan tujuan pendidikan. 4. Pembelajaran sejarah secata normatif harus relevan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional. 5. Pembelajaran sejarah harus memuat unsur pokok : inctuction, intellectual training, dan pemblajaran moral bangsa dan civil society, yang demokratis dan bertanggung jawab pada masa depan bangsa. 6. Pembelajaran sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuaan fakta pengalaman kolektif dari masa lampau, tetapi harus memberikan latihan berpiki kritis dalam memetik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajari. 7. Interpretasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada peserta didik ( learning process dan reasoning) dalam pembelajaran sejarah. 8. Pembelajaran. sejarah. (understanding),. berorientasi. meaning,. pada. historical. humanistic. dan. verstehn. consciousness,bukan. sekedar. pengetahuan Kognitif dari pengetahuan (knowglegdge) dari bahan sejarah. 9. Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di samping nilai particular. 10. Virtue, religiusitas, dan keluhuran kemanusiaan universal, dan nilai-nilai patriotisme, nasionalisme, dan kewarganegaraan, serta nilai-nilai demokratis yang berwawasan nasioanal, penting dalam penyajian pembelajaran sejarah. 11. Pembelajaran sejarah tidak saja mendasari pembentukan kecerdasan atau intelektualitas, tetapi pembentuk martabat manusia yang tinggi..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. 12. Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan. Pemahaman dalam sejarah merupakan kencendrungan berpikir yang merefleksikan nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah dalam kegidupan seharihari, sehingga kita semakin bijak dalam memberikan respon terhadap berbagai masalah kehidupan. Pemahaman sejarah memberikan petunjuk kepada kita untuk melihat serangkaian peristiwa masa lalu sebagai system tindakan masa lalu sesuai dengan jiwa jamannya, tetapi memiliki sekumpulan nilai terhadap kehidupan sekarang dan masa yang akan dating.26 Dari Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah sangat. memiliki. peranan. penting. dalam. membentuk. rasa. solidaritas,. nasionalisme,dan dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dalam setiap peristiwa sejarah serta menunjukan bahwa setiap peristiwa dalam sejarah memiliki makna dan pembelajaran sendiri baik bagi siswa maupun masyarakat. 4. Teori belajar Konstruktivisme Paul Suparno mengemukakan bahwa Konstruktivisme adalah filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan dari orang atau individu itu sendiri. Pengetahuan ini terbentuk dari pengalaman seseorang melalui kegiatan yang dilakukan, jadi pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman setiap orang.27 Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang mengemukaan bahwa manusia pada 26. Heri Susanto op.cit, hlm 10. 27. Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta,1997, hlm 18.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. dasarnya membangun pengetahuan dalam dirinya sendiri. Dalam pembelajaraan siswa di harapkan merekonstuksi pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dialami setiap siswa.28 Konstruktivisme menekankan pada keaktifan siswa yang dapat dilihat dari prinsip-prinsip konstruktivisme itu sendiri antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanana pada proses belajar bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator).29 Teori konstruvistisme memahami belajar sebagai proses pembentukkan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang mengetahuinya. Pengetahuan tidak dapat pindahkan begitu saja dari otak guru kepada orang lain (siswa). Glaserfeld, Bettencourt dan Matthews mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Sementara Piaget mengemukaan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang di konstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman baru. sedikit berbeda dengan para pendahulunya, Lorsbach dan Tobin yang dikutip Eveline Siregar mengemukkan bahwa pengetahuan ada dalam diri seseorang yang mengetahui, pengetahuan tidak bisa di pindahkan begitu saja dari otak seseorang. 28. Suryono dan Hariyanto, belajar dan pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rodaksa, 2011, hlm 105 29 Ibid.,hlm.73..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. kepada yang lain. Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan konstruksi yang telah di bangun sebelumnya. Dalam aliran konstruktivisme pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasia karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah kemampuan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi. kognitif. seseorang. terhadap. objek,. pengalaman,. maupun. lingkungannya.30 Dari beberapa pengertian Konstruktivisme menurut para Ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan di susun dan di bentuk dalam diri manusia. Dalam paham konstruktivisme guru tidak secara langsung memindahkan pengetahuan kepada siswa secara sempurna, tetapi siswa harus membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang di peroleh masing-masing siswanya.31 Adapun gagasan Konstruktivisme mengenai pembelajaran yaitu: a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep seseorang. Struktur yang perlu untuk pengetahuan.. 30. Ibid.,hlm. 39-40. Agus Suprijono, Cooperatif Lerning Teori dan Aplikasi Paikem,Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2014, hlm. 29 31.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. c. Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsep seseorang.Struktur Konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman.32 Terdapat perbedaan bentuk implementasi pembelajaran konstruktivistik dengan. pembelajaran. konstruktivistik. behavioristik. membantu. siswa. (tradisional). menginternalisasi. Pembelajaran dan. menurut. mentransformasi. informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya membentuk struktur kognitif baru. Secara rinci perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional (behavioristik) dan pembelajaran konstruktivistik, sebagai berikut:33 Tabel 1. Perbandingan pembelajaran konvensional dan Konstrutivisme menurut Broks dan Broks yang dikutip Oleh Agus Suprijono.34. 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. Pembelajaran konvensional Pembelajaran Konstruktivistisme Kurikulum disajikan dari bagian-1. Kurikulum disajikan mulai dari bagian menuju keseluruhan dengan keseluruhan menuju ke bagian-bagian, menekankan pada keterampilan- dan lebih mendekatkan pada konsepketerampilan dasar konsep yang lebih luas Pembelajaran sangat taat pada2. Pembelajaran lebih menghargai pada kurikulum yang telah ditetapkan pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa Kegiatan kurikuler lebih banyak3. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan mengandalkan pada sumber-sumber buku kerja data primer dan manipulasi bahan Siswa-siswa dipandang sebagai “kertas4. Siswa dipandang sebagai pemikirkosong”, dan guru-guru pada pemikir yang dapat memunculkan umumnya menggunakan cara didaktik teori-teori tentang dirinya dalam menyampaikan informasi kepada siswa Penilaian hasil belajar atau5. Pengukuran proses dan hasil belajar pengetahuan siswa dipandang sebagai terjalin di dalam kesatuan kegiatan 32 33 34. Ibid, hlm, 30 C.A Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran. Cet. Ke-1. Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005,hlm,63 Ibid, hlm,35-36..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. bagian dari pembelajaran, dan pembelajaran, guru mengamati hal-hal biasanya dilakukan pada akhir yang sedang dilakukan siswa, serta pelajaran dengan cara testing melalui tugas-tugas pekerjaan. 6. Siswa biasanya bekerja sendiri-sendiri,6. Siswa-siswa banyak belajar dan bekerja tanpa ada group process dalam di dalam group process belajar 5. Pembelajaran Sejarah berdasarkan konstrruktivisme Pembelajaran Konstruktivisme seperti yang telah diurakan diatas bahwa Konstruktivisme. adalah. filsafat. pengetahuan. yang. menekankan. bahwa. pengetahuan seseorang adalah bentukan dari orang atau individu itu sendiri. Pengetahuan ini terbentuk dari pengalaman seseorang melalui kegiatan yang dilakukan, jadi pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman setiap orang.35 Berikut. ini. adalah. prinsip-prinsip. pembelajaran. sejarah. dalam. konstruktivisme 36 : 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar. 3. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah. 4. Guru sekedar membantu menyediahkan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.. 35. Paul Suparno op.cit, hlm 18 https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april20 10/PARADIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf diakses tanggal 16 juni 2017. 36.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. 5. Evaluasi dalam pembelajaran, dalam menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan ketrampilan yang terintergrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata, menggali munculnya berpikir divergen, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar, evaluasi harus diintegrasikan ke dalam tugas-tugas yang menuntun aktifitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata, bukan sebagai konteks terpisah. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah berdasarkan prinsip konstuktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan menemukan pengetahuannya sendiri, siswa dapat mengemukan pendapatnya sendiri, mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan tidak mendasarkan pada hafalan peristiwa saja. 6. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengajarkan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim.37 Slavin (1995) mengemukakan, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif telah dikenal sejak lama. Pada saat itu guru mendorong para siswa untuk kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti 37. Arif Ismail dan Isjoni, Model-Model Pembelajaran Muktahir Perpaduan IndonesiaMalaysia,Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2008, hlm. 150..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. perbincangan atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching). Selain itu alur proses belajar mengajar tidak mesti seperti lazimnya selama ini, guru terlalu mendominasi proses belajar mengajar, segala tujuan berasal dari guru, ternyata siswa-siswa dapat juga saling belajar mengajar sesama mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajran (peer teaching) ternyata lebih aktif daripada pembelajaran oleh guru. Ini berarti, bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata mesti diperoleh dari guru saja, melainkan dapat juga dilakukan melalui rekan lain, yaitu rekan sebaya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai penghubung. Pembelajaran. kooperatif. adalah. model. pembelajaran. yang. mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Johnson mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar-mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman kelompok.38 Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena mereka menganggap telah biasa menggunakan. Abdulhak (2001) menjelaskan, bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.. 38. Ibid., hlm. 154..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. b. Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif Pembelajran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.39 Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaiaan secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. c. Sintak model pembelajaran kooperatif Guru wajib memahami sintak model pembelajaran koperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase. Tabel 2. Sintak model pembelajaran kooperatif.40 FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: menyampaikan tujuan dan Memperjelas tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik mempersiapkan peserta didik siap belajar 39 40. Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Yuma Pustaka, solo, 2009, hal. 40. Agus Suprijono,op.cit,hlm,65.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Fase 2: menyajikan informasi. Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3: mengorganisir peserta didik Memberikan penjelsan kepada pesertra kedalam tim-tim belajar didik tentang tata cara membentuk tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efesien Fase 4: membantu kerja tim dan Membantu tim-tim belajar selama belajar peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: memberikan pengakuan atau Mempersiapkan cara untuk mengakui penghargaan usaha dan presentasi individu maupun kelompok. d. Kelebihan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Kelebihan model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah dibanding dengan model pembelajaran yang lain diantaranya adalah: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterapilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian social 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6. Pembangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia 9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. 10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 11. Meningkatkan. kegemaran. berteman. tanpa. memandang. perbedaan. kemampuan, jenis kelamin, normal, atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas. 7. Model Pembelajaran Example Non- Example a. Pengertian model pembelajaran Example Non-example Model Example Non- Example merupakan model pembelajaran yang diajarkan kepada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya di pelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example Non- Example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan defenisi konsep. Model Example Non- Example penting dilakukan karena suatu defenisi konsep adalah suatu konsep yang di ketahui secara primer hanya dari segi defenisinya dari pada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap Example Non- Example, diharapkan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenal materi yang ada. Pembelajaran Example Non- example adalah salah satu contoh model pembelajaran yang mengunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat dari media adalah untuk membantu guru dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. lebih komunikatif dan menarik, sehingga siswa tidak bosan dalam menggikuti pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang di dalam gambar. Media gambar juga merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pembelajaran, dapat membantu mendorong siswa untuk mengolah pola pikir. Gambar juga dapat mempermuda dalam proses pembelajaraan, dimana akan membangkitkan imajinasi siswa, dengan berkembangnya imajinasi siswa, dapat membuat siswa menjadi tertarik dalam proses pembelajaran, tentunya guru harus menyajikan gambar yang menarik, dan mampu mengaitkan dengan situasi saat ini.41 b. Langkah- langkah model pembelajaran Example Non- Example. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non- Example.42 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 41. Jumanta Hamdayama,Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Bogor, 2014,hlm.96 42 Agus Suprijono, Op.cit hlm. 125..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. 6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin di capai. 7. Kesimpulan. c. Kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif tipe Example NonExample Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Example Non-Example antara lain: 1. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar 2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa gambar 3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya d. Kekurangan Model pembelajaran kooperatif Example Non-Example. Kekurangan Model pembelajaran kooperatif Example Non-Example antara lain : 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2. Memakan. 3. waktu yang cukup lama. 8. Prestasi Belajar Sejarah Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Jika dihubungkan dengan belajar, maka mempunyai arti hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan aktifitas belajar.43 Menurut Bloom hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.. 43. W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, PT. Gramedia. 1996, ham. 162.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. Hasil belajar menurut Gagne & Brings dalam Jamil Suprihatiningrum adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati dari perbuatan siswa.44 Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.45 Selanjutnya Muhibbin Syah menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan kelas.46 Menurut ahli yang lain mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah diperoleh atau didapat seorang anak yang dituangkan dalam bentuk nilai dari mata pelajaran yang dipelajari. Prestasi belajar adalah hasil yang menyebabkan perubahan dalam diri seseorang sebagai akibat dari aktivitas belajar. Dari penelusuran uraian tersebut, maka bisa dipahami bahwa pengertian prestasi belajar merupakan hasil atau taraf kemampuan yang sudah dicapai seorang murid sesudah mengikuti proses belajar mengajar pada masa tertentu baik berupa perubahan pada tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan sejarah yang diukur dan dinilai serta dituangkan dalam pernyataan skor atau nilai.. 44. Jamil Suprihatiningrum, M.Pd.Si,Strategi Pembelajaraan Teori & Aplikasi,Jogjakarta,Ar-ruzz Media,2014,hlm 35 45 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (edisi revisi), Jakarta, Raja Grasindo Persada,1999,hlm.146 46 Muhhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.197.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. 9. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran dalam penelitian ini diambil dari: Kompetensi Dasar : 3.11.Menganalisis Perjuangan bangssa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman sekutu dan Belanda. Dengan Materi Pokok Perjanjian Linggarjati, peristiwa Agresi Militer, perjanjian Renville dan Agresi Militer berlanda II. a. Perjanjian Linggarjati Perjuangan mempertahan kemerdekaan dilakukan melalui perjuangan fisik (perang) dan juga dengan perjuangan diplomasi (melalui perundingan). Sebagai tindak lanjut dari perundingan yang dilakukan sebelumnya (Perundingan Hoge Veluwe). Pada tanggal 10 November 1946 dilaksanakan perundingan antara Pemerintah Republik Indonesai dengan Komisi Umum Belanda. Perundingan tersebut dilakukan di Linggajati dekat Cirebon. Perundingan yang dipimpin oleh Lord Killearn dari pihak Belanda dan Sutan Sjahrir dari pihak Republik Indonesia menghasilkan persetujuan sebagai berikut. Isi Perjanjian Linggarjati : 1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949. 2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. 3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni IndonesiaBelanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dengan adanya perjanjian Linggajati ini, secara politis Republik Indonesia diuntungkan karena ada pengakuan secara de facto. Perjanjian ini kemudian secara resmi ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 di istana Bijswijk (Istana Merdeka) Jakarta. b. Agresi Militer Belanda 11 Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan bagian Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati. c. Perjanjian Renville Perjanjian Linggajati ternyata merugikan perjuangan bangsa Indonesia, oleh karena itu kedua belah pihak tidak mampu menjalankan isi perjanjian itu. Pertempuran terus menerus terjadi antara Indonesia dengan Belanda. Dalam upaya mengawasi pemberhentian tembak-menembak antara pasukanBelanda dengan TNI, Dewan Keamanan PBB membentuk suatu komisi jasajasa baik yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Untuk melaksanakan tugas dari Dewan Keamanan PBB, KTN mengadakan perundingan untuk kedua belah pihak. Tempat perundingan diupayakan di wilayah netral. Amerika Serikat mengusulkan.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. agar perundingan dilaksanakan di atas kapal pengangkut pasukan angkatan laut Amerika Serikat “USS Renville”. d. Agresi Militer Belanda II Belanda masih ingin. menguasai. Indonesia dan berusaha untuk. mengingkari perjanjian Renville18 Desember 1948 Belanda mengeluarkan surat pernyataan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan persetujuan gencatan perang Renville. Tetapi surat pernyataan tersebut tidak dapat disampaikan ke pemerintahan pusat di Yogyakarta sebab dilarang oleh Belanda B. Penelitian yang Relevan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang relevan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Example Non- example, yaitu: 1. Merry Tres Sufranika judul Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Example Non-Example Pada Siswa Kelas XA SMA Mlati. Hasil Penelitian menunjukan terjadi peningkatan Prestasi pembelajaran Sejarah dari siklus 1 42% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 97%. 2. Nindha Kurniawan Mahasiswa judul Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa melalui Pendekataan CTL Model Pembelajaran Example NonExample kelas XI SMK Negeri I Sleman Tahun 2012/2013. Hasil Penelitian menunjukan terjadi peningkatan prestasi dari siklus 1 56% dan mengalami peningkatan pada siklus II 87%. 3. Heribertus Eko Budistyadi judul Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah dengan Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Example and Non.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. Example Dan Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Depok Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukakan adanya peningkatan prestasi belajar sejarah pada siklus I (74,8) meningkat menjadi (77,8) pada siklus 2. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran sejarah kurang variatif dan terasa monoton, sehingga mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dan mengakibatkan prestasi nilai ulangan harian siswa menurun.. Model pembelajaran kooperatif tipe Example Non- Example diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Dengan mengaplikasikan model pembelajaran Example Non- Example diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar Sejarah siswa juga akan meningkat. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non-Example ini diharapkan bisa meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa. Dalam penelitian ini menggambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37.  Metode pembelajaran yang diterapkan guru cenderung monoton atau tidak variatif  Rendahnya motivasi siswa  Rendahnya prestasi siswa pada saat ulangan harian.  Model pembelajaran Solusi. Example Non- Example. Melalui.  Masalah Peningkatan Prestasi Belajar Siswa.  Media gambar Mencapai.  Pemecahan masalah.  Aktifitas siswa . kerjasama. Gambar I . Kerangka Berpikir Dalam mengajar sejarah guru mengajar secara konvesional. Hal ini menimbulkan. adanya. ketidaktertarikan. siswa. dalam. mengikuti. proses. pembelajaran dan berpengaruh pada motivasi siswa di dalam kelas yang cenderung tidak aktif atau pasif dan prestasi belajarnya juga rendah. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah dikelas serta rendahnya prestasi belajar menjadi suatu masalah yang membutuhkan solusi untuk mengatasinya. Maka dari itu solusi yang diberikan terhadap permasalahan tersebut adalah diterapkannya model pembelajaran yang mampu menarik minat siswa untuk belajar dan dapat memacu siswa untuk lebih aktif di dalam kelas, maka dari itu model pembelajaran kooperatif tipe Example Non- Example dipilih untuk.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Example Non-Example dipilih untuk diterapkan karena model pembelajaran kooperatif tipe Example Non-Example dapat membuat suasana kelas lebih menyenangkan, dapat memacu siswa untuk lebih aktif di dalam kelas dalam hal bertanya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlibat di dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa bisa saling berbagi informasi di dalam kelas. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Example NonExample membuat proses pembelajaran semakin baik dan menjadikan siswa lebih aktif di dalam kelas dan prestasi belajarnya meningkat, khususnya bagi siswa kelas XI TOI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. D. Hipotesis Berdasarkan uraian pada deskripsi teoritis, kerangka berpikir dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini bahwa : Model pembelajaran Example Non- Example dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah bagi siswa kelas XI Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta..

Gambar

Tabel  1.  Perbandingan  pembelajaran  konvensional  dan  Konstrutivisme  menurut Broks dan Broks yang dikutip Oleh Agus Suprijono
Tabel 2. Sintak model pembelajaran kooperatif. 40
Gambar  juga  dapat  mempermuda  dalam  proses  pembelajaraan,  dimana  akan  membangkitkan  imajinasi  siswa,  dengan  berkembangnya  imajinasi  siswa,  dapat  membuat siswa menjadi tertarik dalam proses pembelajaran, tentunya guru harus  menyajikan  gamb
Gambar I . Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang

Dalam suatu hari Rasul saw kedatangan sepasang suami istri yg mengadukan kematian putri mereka, kalau putrinya bisa hidup lagi maka mereka akan masuk islam,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni (2014) dengan jumlah responden sebanyak 215 orang, didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku

Analisis Hasil Uji Validitas Lembar Observasi Untuk Mengukur Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas IV SDN 02

Pandangan Mehdi Golshani sama dengan yang dipahami oleh al-Attas. Al-Attas menyebutkan bahwa kebudayaan Barat adalah kebudayaan sekuler, dalam pengertian tidak memberi ruang bagi

Saat ini, integrasi sosial yang dibangun jemaat GPIB Pniel pasca konflik telah. berhasil, yang dilakukan dengan cara mengubah strategi kehadiran, bukan

Experimental results from using five sets of PRISM triplet images taken of the area around Saitama, north of Tokyo, Japan, showed that the average planimetric and height errors in

Upaya untuk memunculkan nilai kekinian sumber daya sebagai modal pembangunan pariwisata dan kota pusaka, merupakan salah satu konsep pembangunan berwawasan pelestarian yang