• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 - 2014 T1 312010711 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 - 2014 T1 312010711 BAB II"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN

A.Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi DPRD

Uraian pada bab ini berkenaan dengan dua hal pokok yaitu pertama, dimensi teoritik dan normatif tentang fungsi lembaga perwakilan rakyat daerah DPRD. Kedua, pelaksanaan fungsi DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 – 2014 serta analisisnya.

1. Fungsi DPRD

DPRD sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah memiliki peranan yang penting. Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau DPRD yang paling penting adalah:

a. Menentukan policy (kebijaksanaan dan membuat undang – undang). Untuk itu DPR atau DPRD

b. Diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang – undang atau rancangan peraturan daerah yang disusun oleh pemerintah serta hak budget.

c. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga semua tindakan ekskutif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas ini badan perwakilan rakyat diberi hak – hak kontrol khusus.1

Selanjutnya mengenai fungsi DPRD, Arbi Sanit mengatakan bahwa aktivitas DPRD bertujuan untuk menjalankan fungsi:

a. Fungsi Perwakilan, melalui fungsi ini badan legislatif membuat kebijakan atas nama anggota masyarakat yang secara keseluruhan terwakili dalam lembaga tersebut. Dalam hal ini, DPRD bertindak sebagai pelindung kepentingan dan penyalur masyarakat yang diwakilinya.

1

(2)

b. Fungsi Perundang – undangan, memungkinkan badan legislatif sebagai wakil rakyat menuangkan kepentingan dan aspirasi anggota masyarakat ke dalam kebijaksanaan formal dalam bentuk undang – undang.

c. Fungsi pengawasan, dimana lembaga legislatif melindungi kepentingan rakyat, sebab penggunaan kekuasaan yang dilandasi fungsi DPRD dapat mengoreksi semua kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan berbagai hak.2

Kemudian menurut Max Boboy lembaga perwakilan atau parlemen mempunyai fungsi yaitu:

a. Fungsi perundang – undangan ialah fungsi membuat undang – undang

b. Fungsi pengawasan ialah fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap eksekutif. Aktualisasi fungsi ini, lembaga perwakilan diberi hak seperti hak meminta keterangan (interpelasi), hak mengadakan penyelidikan (angket), hak bertanya, hal mengadakan perubahan (amandemen), hak mengajukan rancangan undang – undang (inisiatif) dan sebagainya.

c. Sarana pendidikan politik, melalui pembicaraan lembaga perwakilan, maka rakyat di didik untuk mengetahui berbagai persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara.3

Sedangkan B.N Marbun membagi fungsi DPRD ke dalam 5 (lima) fungsi yaitu: a. Fungsi memilih dan menyeleksi

Fungsi ini mempunyai peranan yang menentukan tentang masa depan suatu daerah. Apabila pelaksanaannya kurang tepat maka akan mendatangkan masalah bagi daerah yang bersangkutan.

2

Sanit Perwakilan Politik di Indonesia CV. Rajawali Jakarta 1985, hal.252 9

(3)

b. Fungsi pengendalian dan pengawasan

Maksuddari pengendaliandan pengawasan adalah DPRD bertanggung jawab melaksanakan salah satu fungsi manajemen pemerintahan daerah yaitu pengendalian dan pengawasan.

c. Fungsi pembuatan undang – undang dan peraturan daerah

Fungsi ini merupakan fungsi utama DPRD sebagai badan legislatif.Melalui fungsi ini, pembuat undang – undang dapat menunjukkan warna dan karakter serta kualitas baik secara materil maupun secara fungsional dari DPRD.

d. Fungsi debat

Melalui fungsi debat dan perdebatan yang jitu baik anggota DPRD maupun DPRD dengan pihak eksekutif direfleksikan secara nyata kemampuan, integritas, rasa tanggung jawab, kenasionalan dari setiap anggota DPRD dan DPRD tersebut sebagai suatu lembaga yang hidup dan dinamis.

e. Fungsi representasi

Maksud dari fungsi representasi adalah bahwa anggota DPRD harus bertindak dan berperilaku sebagai represantase(wakil) untuk setiap tindak tanduknya dan seluruh kegiatannya dalam menjalankan tugas sebagai anggota DPRD.4

Sedangkan J.R Kaho menyebutkan bahwa DPRD mempunyai dua fungsi, yakni: a. Sebagai partner Kepala Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan daerah

b. Sebagai pengawas atas pelaksanaan kebijaksanaan daerah yang dijalankan oleh Kepala Daerah.5

4

B.N Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya. Erlangga, Jakarta, 1993,hal 86 5

(4)

Dalam perkembangannya, fungsi – fungsi DPRD mengalami perubahan yang disesuaikan dengan keadaan dan peraturan yang berlaku.Berdasarkan Pasal 41 UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa DPRD memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi legislasi

Fungsi ini dapat diartikan bahwa antara pemerintah daerah dan DPRD bekerjasama dalam penyusunan Peraturan Daerah (Perda). Dalam Pasal 136 ayat (1) UU No.32 Tahun

2004 disebutkan bahwa”Perda ditetapkan oleh Kepala daerah setelah mendapatkan persetujuan bersama DPRD.”

b. Fungsi anggaran (budgeting)

Berdasarkan fungsi ini, penyusunan anggaran/APBD harus melibatkan pemerintah daerah dan DPRD. Dalam Pasal 25 huruf d UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa ”kepala daerah mempunyai tuga s dan wewenang menyusun dan mengajukan rancangan perda

tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama”. Selain itu dalam

Pasal 42 ayat (1) huruf b juga disebutkan bahwa ”DPRD mempunyai tugas dan wewenang membahas dan mengetahui rancangan Perda tentang APBD bersama Kepala

Daerah.”

c. Fungsi pengawasan

Dalam fungsi pengawasan ini, DPRD bertugas mengawasi jalannya pemerintahan daerah, dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan produk hukum daerah. Dalam Pasal 42 ayat

(1) huruf c UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa ”DPRD mempunyai tugas dan

wewenang untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan Peraturan

(5)

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama

internasional di daerah.”

Dari ketiga fungsi DPRD yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan, fungsi legislasi atau pembentukan perda merupakan fungsi yang utama karena kedua fungsi lainnya memiliki kaitan yang erat dengan fungsi legislasi.Pelaksanaan fungsi anggaran, pada dasarnya merupakan pelaksanaan fungsi legislasi, karena bentuk APBD disusun yang diawali dengan pengajuan RUU tentang APBD.Demikian pula pada fungsi pengawasan, pada dasarnya pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan politis yang mengacu kepada perda.Pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan APBD.

2. Tugas dan Wewenang DPRD

Untuk menjalankan peranan dan fungsinya agar berjalan dengan baik maka DPRD diberikan tugas dan wewenang dalam pelaksanaannya. Pada pasal 42 UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang:

a. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama;

b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang – undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerja sama internasional di daerah; d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah

kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepala Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota;

(6)

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah;

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

i. Membentuk panitia pengawasan pemilihan kepala daerah;

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah;

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Selanjutnya dalam Pasal 344 ayat (1) UU No. 27 Tahun 2009 juga diatur tentang tugas dan wewenang DPRD, DPRD Kabupaten/Kota sebagai berikut :

a. membentuk peraturan daerah kabupaten/kotabersama bupati/walikota; b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan

c. peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan danbelanja daerah kabupaten/kota yang diajukan olehbupati/walikota;

d. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaanperaturan daerah dan anggaranpendapatan danbelanja daerah kabupaten/kota;

e. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentianbupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikotakepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untukmendapatkan pengesahan pengangkatan dan/ataupemberhentian;

f. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadikekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota;

g. memberikan pendapat dan pertimbangan kepadapemerintah daerah kabupaten/kota terhadap rencanaperjanjian internasional di daerah;

h. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintahdaerah kabupaten/kota;

(7)

j. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketigayang membebani masyarakat dan daerah;

k. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerahsesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;dan

l. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diaturdalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Hak dan Kewajiban DPRD

Selanjutnya untuk dapat merealisasikan fungsinya dengan baik dan untuk menentukan kebijakan yang sesuai dengan kehendak rakyat yang diwakilinya maka DPRD diberikan hak – hak yang diatur dalam Pasal 43 UU No. 32 Tahun 2004 yaitu DPRD mempunyai hak:

a. Hak interpelasi yakni hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara.

b. Hak angket yakni pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang – undangan.

c. Hak menyatakan pendapat yakni hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

(8)

Berkaitan dengan pelaksanaan fungsi legislasi DPRD yaitu dalam membentuk peraturan daerah maka hak yang dapat digunakan untuk menunjang fungsi legislasinya yaitu:

a. Hak Penyelidikan

Hak penyelidikan dapat dipergunakan sebagai sarana melakukan evaluasi, menemukan gagasan untuk menciptakan atau mengubah perda yang ada.Hak penyelidikan bukan semata–mata menyelidiki kebijakan pemerintah daerah yang sedang berjalan, tetapi untuk berbagai kepentingan legislasi.

b. Hak Inisiatif (hak mengajukan Raperda)

DPRD atas inisiatif sendiri dapat menyusun dan mengajukan Raperda.Dalam praktik, hak inisiatif DPRD kurang produktif.Pada umumnya, inisiatif datang dari pemerintah daerah.

c. Hak Amandemen (Mengadakan Perubahan atas Raperda)

Hak perubahan ini pada dasarnya berlaku pada Raperda inisiatif pemerintah daerah, tetapi tidak menutup kemungkinan perubahan Raperda inisiatif DPRD sendiri.Secara teknis, Hak Amandemen tidak pernah dilaksanakan.Hal ini terjadi karena Raperda yang sedang dibahas DPRD selalu dilakukan bersama pemerintah daerah.

Disamping hak–hak yang diberikan maka setiap anggota DPRD juga mempunyai kewajiban yang sama. Kewajiban anggota DPRD diatur dalam Pasal 45 UU No. 32 Tahun 2004, Yaitu:

a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan menaati segala peraturan perundang – undangan;

(9)

c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

e. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

f. mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; g. memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD

sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya;

h. menaati Peraturan Tata Tertib, Kode Etik dan sumpah/janji anggota DPRD;menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

4. Tahapan atau Proses Penyusunan Peraturan Daerah (Perda)

Dalam penyusunan suatu peraturan daerah terdapat serangkaian langkah utama yang perlu dilalui agar perda dapat dirumuskan dengan baik dan pelaksanaannya dapat efektif.Proses pembentukanperaturan perundang-undangan daerah dapat dibagi ke dalam beberapa tahapansebagai berikut6:

1. Perencanaan

Perencanaan penyusunan perda dilakukan dalam suatu prolegda. 2. Perancangan Raperda

Raperda dapat dirancang oleh Pemerintahan Daerah atau DPRD. 3. Pengajuan Raperda

6

(10)

a) Raperda yang dirancang oleh Pemerintahan Daerah disampaikan oleh Kepala Daerah kepada pimpinan DPRD dengan surat pengantar.

b) Raperda yang diajukan oleh anggota, komisi-komisi, atau alat kelengkapan khusus yang menangani bidang legislasi dibahas terlebih dahulu di DPRD untuk mendapatkan persetujuan DPRD.

c) Raperda yang telah dipersiapkan oleh DPRD disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah.

4. PembahasanRaperda

a) Pembahasan raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama Kepala Daerah.

b)Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat pembicaraan dalam rapat komisi/ panitia/alat kelengkapan dewan yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna;

c) Raperda yang belum dibahas dapat ditarik kembali;

d)Raperda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik apabila berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah.

1. Penetapan Raperda

a) Raperda yang telah disetujui bersama disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah paling lambat tujuh hari sejak tanggal persetujuan untuk ditetapkan menjadi Perda;

b)Raperda ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu 30 harisejak raperda disetujui bersama;

c)Apabila tidak ditandatangani dalam jangka waktu yang ditentukan, maka Raperda sah menjadi perda dan wajib diundangkan dengan tambahan kalimat pengesahan

(11)

6. Pengundangan

Raperda diundangkan didalam lembaran daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Sekretariat Daerah.

7. Penyebarluasan Perda

Pemda wajib menyebarluaskan perda yang telah diundangkan.

Proses pembentukanperaturan perundang-undangan daerah diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undang-Undangan (selanjutnya disebut UU No. 12 Tahun 2011) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (selanjutnya disebut Permendagri No. 53 Tahun 2011).

Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 danPasal 1 angka 1 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan tahapan pembentukan Perda Provinsi sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Pasal 32 dan Pasal 39 UU No.12 Tahun 2011 danPasal 8 Permendagri No. 53 Tahun 2011menentukan bahwa setiap Perda yang dibentuk sebelumnya harus dimuat dalam Prolegda.

b. Prolegda merupakan instrumen perencanaan program pembentukan Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.

c. Pasal 8 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa penyusunan Prolegda dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.

2. Tahap Penyusunan

Pasal 15 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa penyusunan rancangan peraturan daerah (Raperda) dapat dilakukan berdasarkan Prolegda.

(12)

a. Pasal 34 ayat (1)Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa Rancangan Perda sebagaimanayang berasal dari DPRD atau kepala daerah dibahas oleh DPRD dan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama.

b. Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Permendagri No. 53 Tahun 2011 , dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II.

4. Tahap pengesahan/Penetapan

a. Pasal 40 ayat (1)Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Perda.

b. Ayat (2)Permendagri No. 53Tahun 2011Penyampaian Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

5. Tahap Pengundangan

a. Pasal 55 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa Perda yang telah disahkan/ditetapkan, diundangkan dalam lembaran daerah yang merupakan penerbitan resmi pemerintah daerah.

b. Pengundangan dalam lembaran daerah merupakan pemberitahuan secara formal suatu Perda, sehingga mempunyai daya ikat kepada masyarakat.

c. Sedangkan berdasarkan Pasal 56 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa penjelasan Perda dimuat dalam tambahan lembaran daerah.

B. Hasil Penelitian dan Analisis

(13)

1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Barat

Kabupaten Sumba Barat merupakan bagian dari Pulau Sumba dan salah satu dari empat Kabupaten yang ada di Sumba. Wilayah Kabupaten Sumba Barat terbentang diantara 9º 22’ - 9º

47’ Lintang Selatan dan 119º 08’ - 119º 33’ Bujur Timur. Luas wilayah daratan adalah 732,42 kilometer persegi, yang sebagaian besar wilayahnya berbukit – bukit, dimana hampir 50 % luas wilayahnya memiliki kemiringan 14º - 40º. Topografi yang berbukit – bukit mengakibatkan tanah rentan terhadap erosi.

Batas wilayah Kabupaten Sumba Barat yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Barat Daya. Luas wilayah sebesar 737,42 Km², dengan rincian luas Kecamatan : Kecamatan Loli 132,36 Km² atau 17,95 %, Kecamatan Kota Waikabubak 44,71 Km² atau 6,06 %, Kecamatan Lamboya 125,65 Km² atau 17,04 %, Kecamatan Wanukaka 133,68 Km² atau 18,13 %, Kecamatan Tana Righu 139,79 Km² atau 18,96 %, dan Kecamatan Laboya Barat 161,23 Km² atau 21,86 %.

(14)

Tabel 2.1

Keadaan Kecamatan, Desa dan Kelurahan

No. Kecamatan Ibukota Jumlah

Desa

Jumlah Kelurahan

1. Lamboya Kabukarudi 13 -

2. Wanukaka Lahi Huruk 12 -

3. Laboya Barat Gaura 4 -

4. Loli Dedekadu 9 5

5. Kota Waikabubak Waikabubak 7 6

6. Tana Righu Malata 18 -

Sumba Barat Waikabubak 63 11

Sumber: BPS Kab. Sumba Barat 2012

2. Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumba Barat

a. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Sumba Barat.

Kedudukan DPRDdiatur dalam Pasal 3 Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah.DPRD sebagai lembaga pemerintahan daerah memiliki tanggung jawab yang sama dengan pemerintahan daerah dalam membentuk Peraturan Daerah untuk kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya dalam Pasal 4 No 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat, DPRD mempunyai Fungsi yaitu:

a. Fungsi legislasi, yang diwujudkan dalam membentuk perda bersama Kepala Daerah b. Fungsi anggaran, yang diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD bersama

Pemerintah daerah.

(15)

Adapun tugas dan wewenang DPRD berdasarkan dalam Pasal 5 Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat adalah:

a. Membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama;

b. Menetapkan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah bersama dengan Kepala Daerah;

c. Melaksanakan Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan Perundang-undangan lainnya, Keputusan Kepala daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama dengan pihak swasta;

d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daaerah;

e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur;

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi;

g. Tugas-tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. b. Susunan Keanggotaan DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pengorganisasian kegiatan dan keanggotaan DPRD Kabupaten Sumba Barat periode 2009 - 2014 yang merupakan hasil pemilihan umum tahun 2009 diatur dalam keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat. Anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat berjumlah 35 orang, terdiri dari anggota Partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2009.

(16)

Tabel 2.2

Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014 Berdasarkan Asal Partai Politik

No. Nama Partai Jumlah Anggota

1 Partai Golkar 6 Orang

2 Partai PDI Perjuangan 5 Orang

3 Partai Demokrat 4 Orang

4 PDK 4 Orang

5 PKPI 4 Orang

6 PKB 2 Orang

7 PPRN 2 Orang

8 Gerindra 1 Orang

9 Republikan 2 Orang

10 Pelopor 1 Orang

11 PPD 1 Orang

12 PKPB 1 Orang

13 PDS 1 Orang

14 PDP 1 Orang

Jumlah 35 Orang

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Dari tabel di atas dapat diketahui anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat berasal dari 14 partai politik peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat, Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK),Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia(PKPI), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), Partai Gerakan Indonesia Raya(Gerindra), Partai Republikan, Partai Pelopor, Partai Persatuan Daerah (PPD), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Demokrasi Pembaruan (PDP). Sedangkan Partai Golongan Karya (Golkar) tercatat sebagai partai politik yang menempatkan wakil terbanyak dalam DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan 6 orang.

(17)

Fraksi adalah pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam keputusan DPRD.Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi. Jumlah anggota setiap fraksi sekurang-kurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. Anggota DPRD dari partai politik yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 (satu) fraksi wajib bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan.Pimpinan fraksi terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota fraksi.

Adapun susunan keanggotaan fraksi di DPRD Kabupaten Sumba Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Table 2.3

Susunan Kenggotaan Fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No Nama Jabatan

1. Fraksi Partai Golongan Karya 1. Marten Ng. Toni, SP 2. Lazarus J. L. Wula 3. Riswan Ishak 4. Agustinus Bulu Kii 5. Daniel Bili, SH

6. Jefri Tarawatu Ora, SH

Ketua Fraksi Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota 2. Fraksi PDI Perjuangan

1. Samuel K. Heo 2. Cornelis Witu Ngara 3. Agustinus D. Poety, S.TP 4. Alexcander R. Dapawole 5. Bayu Dwi Kurniawan, SH

Ketua Fraksi Wakil Ketua Sekretaris

Anggota Anggota 3. Fraksi PDK

1. Jantje K. Tenabolo, BA 2. Drs. David Ng. Kabata Poro 3. Marthen Dedi Muda, SH 4. Agustinus Kaka, SH 5. Dubu Baiya, SP

Ketua Fraksi Wakil Ketua

Sekretaris Anggota Anggota 4. Fraksi Partai Demokrat

1. Raingu Toka, B.Sc.Ak 2. Seingu Bani

3. Drs. Lele Leba Ari

(18)

4. Dominggus Dinga Leba 5. Eduard Pangga Leghu

Anggota Anggota 5. Fraksi PKP Indonesia

1. Stepanus Romi U. Warata 2. Kedu Wawo

3. Saingo Delo, SE 4. Yusak Putaratho, SE 5. Siprianus Dapa Loka

Ketua Fraksi Wakil Ketua Sekretaris

Anggota Anggota 6. Fraksi Pada Eweta

1. Agustinus D. Keiku 2. Kanisius Nisa Pewali

3. Gregorius H.B.L. Panddango, SE 4. Stepanus Japalata

5. Agustinus Molu Malana

Ketua Fraksi Wakil Ketua Sekretaris

Anggota Anggota 7. Fraksi Manda Elu

1. Gerson Umbu Awang, S.Sos 2. S. B. Ragawino, BA

3. Timotius Raga 4. Drs. Tarawatu Ora

Ketua Fraksi Wakil Ketua Sekretaris

Anggota

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa DPRD Kabupaten Sumba Barat terdiri atas 7 Fraksi yaitu Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PDK, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PKP Indonesia, Fraksi Pada Eweta, Fraksi Manda Elu. Partai politik yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk fraksi, bergabung dengan fraksi dari partai lain. Di DPRD Kabupaten Sumba Barat, Partai Damai Sejahtera, Partai Pelopor, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Republikan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Daerah, PKPB dan Partai Demokrasi Pembaharuan bergabung membentuk 2 Fraksi tambahan yaitu Fraksi Pada Eweta dan Fraksi Manda Elu.

DPRD Kabupaten Sumba Barat juga membentuk alat kelengkapan DPRD. Alat kelengkapan DPRD tersebut terdiri dari Pimpinan DPRD, Panitia Musyawarah, Komisi, BadanKehormatan, Panitia anggaran dan alat kelengkapan lain yang diperlukan.

(19)

Pimpinan DPRD sebagai alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif yang mencerminkan fraksi–fraksi berdasarkan urutan besarnya jumlah anggota fraksi.Adapun pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 2(dua) orang wakil ketua. Masa jabatan pimpinan DPRD sama dengan masa keanggotaan DPRD. Pimpinan DPRD mempunyai tugas sebagaimana diatur dalam pasal 41 ayat (1) Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat, yaitu:

1. Memimpin rapat – rapat dan menyimpulkan hasil rapat untuk mengambil keputusan; 2. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil

Ketua;

3. Menjadi juru bicara DPRD;

4. Melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD;

5. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan Instansi Pemerintah lainnya sesuai dengan Keputusan DPRD;

6. Mewakili DPRD dan atau alat kelengkapan DPRD di pengadilan;

7. Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota DPRD sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam rapat Paripurna DPRD.

(20)

Tabel 2.4

Susunan Pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Asal Partai

1 Daniel Bili, SH Ketua DPRD Partai Golongan Karya 2 Alexcander R. Dapawole Wakil Ketua DPRD Partai PDI Perjuangan 3 Dominggus Dinga Leba Wakil Ketua DPRD Partai Demokrat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

2. Badan Musyawarah

Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD bersifat tetap yang dibentuk DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD.Pemilihan anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, komisi - komisi dan badan anggaran dan fraksi.Badan musyawarah terdiri dari unsur - unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan sebanyak-banyaknya tidak lebih dari setengah jumlah anggota DPRD.Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah Pimpinan Badan Musyawarah merangkap anggota.

Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam rapat Paripurna, Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris Badan Musyawarah bukan anggota. Tugas Badan musyawarah DPRD Kabupaten Sumba Barat sebagaimana disebut dalam Pasal 48 Keputusan DPRD Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik diminta atau tidak diminta;

2. Menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD

3. Memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat; 4. Memberikan saran pendapat untuk memperlancar kegiatan;

(21)

3. Komisi

Komisi-komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD yang terdiri dari setiap anggota DPRD kecuali pimpinan DPRD.Penempatan anggota DPRD dalam komisi-komisi didasarkan atas tercapainya efisiensi tugas DPRD.Jumlah anggota setiap komisi diupayakan berimbang dan setiap anggota DPRD wajib masukdalam satu komisi dengan penugasan dari fraksi masing-masing.Pembagian anggota DPRD menurut komisi – komisi adalahuntuk memudahkan pelaksanaan tugas DPRD. Masa penempatan anggota dalam komisi dan perpindahan ke komisi laindiputuskan dalam rapat Paripurna DPRD atas usul fraksi pada awal tahun anggaran.

Adapun komisi-komisi di atas mempunyai tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 50 Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi dan daerah;

2. Melakukan pembahasan tentang Rancangan Peraturan Daerah dan rancangan Keputusan DPRD;

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing – masing;

4. Membantu Pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan oleh Kepala Daerah dan masyarakat kepada DPRD;

5. Menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat; 6. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

7. Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan Pimpinan DPRD;

8. Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat;

(22)

10.Memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas dan kegiatan komisi.

Untuk pencapaian tujuan tersebut diatas, maka dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat Pasal 50 diatur pembagian masing-masing komisi yang didasarkan pada bidang tugasnya sebagai berikut:

3.1 Komisi A

Komisi A menangani bidang Pemerintahan yang meliputi:

Pemerintahan, Ketertiban dan Keamanan, Kependudukan, Kehumasan / Pers, Hukum dan Perundang-undangan, Kepegawaian/Aparatur, Sosial Politik, Organisasi Masyarakat, Perijinan dan Pertanahan, Pengelohan data elektronik dan arsip daerah.

Adapun susunan keanggotaan Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014 sebagai berikut:

Tabel 2.5

Susunan Keanggotaan Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 – 2014

No Nama Jabatan Fraksi

1 Yusak Putaratho, SE Ketua PKP Indonesia

2 Bayu Dwi Kurniawan, SH Wakil Ketua PDI Perjuangan

3 Saingo Delo, SE Sekretaris PKP Indonesia

4 Sogara Bani Ragawino, BA Anggota Manda Elu

5 Drs. Tarawatu Ora Anggota Manda Elu

6 Drs. Lele Leba Ari Anggota Demokrat

7 Agustinus Dedi Keiku Anggota Pada Eweta

8 Drs. David Ng. Kabata Poro Anggota PDK

9 Marthen Dedi Muda, SH Anggota PDK

10 Lazarus J. L. Wula Anggota Golkar

(23)

3.2 Komisi B

Komisi B menangani bidang Perekonomian dan Keuangan yang meliputi:

Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Pengadaan Pangan, Logistik, Koperasi, Pariwisata, Keuangan Daerah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Pegadaian, Perusahaan Daerah, Perusahaan Patungan, Dunia Usaha dan Penanaman Modal Daerah.

Adapun susunan keanggotaan Komisi B DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014 sebagai berikut:

Tabel 2.6

Susunan Keanggotaan Komisi B DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Fraksi

1 Jantje K. Tenabolo, BA Ketua PDK

2 Agustinus D. Poety, S.TP Wakil Ketua PDI Perjuangan

3 Riswan Ishak Sekretaris Golkar

4 Agustinus Bulu Kii Anggota Golkar

5 Timotius Ragga Anggota Manda Elu

6 Seingu Bani Anggota Demokrat

7 Stepanus Romi U. Warata Anggota PKP Indonesia

8 Seprianus Dapa Loka Anggota PKP Indonesia

9 Gregorius H. B. L. Pandango, SE Anggota Pada Eweta

10 Eduard Pangga Leghu Anggota Demokrat

11 Agustinus M. Malana Anggota Pada Eweta

(24)

3.3 Komisi C

Komisi C menangani bidang Pembangunan dan Kesejahteraan rakyat yang meliputi: Pemukiman, Prasarana Wilayah, Tata Kota, Pertanaman, Kebersihan, Perhubungan, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat dan Lingkungan Hidup.

Adapun susunan keanggotaan Komisi C DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014 sebagai berikut:

Tabel 2.7

Susunan Keanggotaan Komisi C DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Fraksi

1 Marthen Ngailu Toni, SP Ketua Golkar

2 Raingu Toka, B.Sc.Ak Wakil Ketua Demokrat

3 Kedu Wawo Sekretaris PKP Indonesia

4 Jefry Tarawatu Ora, SH Anggota Golkar

5 Dubu Baiya, SP Anggota PDK

6 Gerson Umbu Awang, S.Sos Anggota Manda Elu

7 Samuel Kaha Heo Anggota PDI Perjuangan

8 Agustinus Kaka, SH Anggota PDK

9 Stepanus Djapalata Anggota Pada Eweta

10 Kanisius Nisa Pewali Anggota Pada Eweta

11 Cornelis Witu Ngara Anggota PDI Perjuangan

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

4 Badan Kehormatan

(25)

Badan kehormatan terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota badan kehormatan.Badam kehormatan dibantu oleh sekretariat yang secara fungsional dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD.

Tugas Badan Kehormatan sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Keputusan DPRD Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut :

1. Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan kode etik DPRD;

2. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah / janji;

3. Melakukan penyelidikan, verifikasi dan klasifikasi atas pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat dan/atau pelilih;

4. Menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan klasifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh DPRD; dan

5. Menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan DPRD berupa rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD atas pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat dan atau pemilih.

5. Badan Anggaran

(26)

Tugas Badan anggaran DPRD Kabupaten Sumba Barat sebagaimana dalam Pasal 56 Peraturan Tata tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut:

1. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selambat-lambatnya lima bulan sebelum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

2. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan penetapan, perubahan dan perhitungan APBD sebelum ditetapkannya dalam Rapat Paripurna DPRD;

3. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai pra rancangan APBD, Rancangan APBD, perubahan dan perhitungan APBD yang telah disampaikan oleh Kepala Daerah;

4. Memberikan saran dan pendapat terhadap Rancangan Perhitungan anggaran yang disampaikan olah Kepala Daerah kepada DPRD;

5. Menyusun anggaran belanja DPRD dan memberikan saran terhadap penyusunan anggaran belanja Sekretariat DPRD.

Adapun susunan keanggotaan Badan anggaran DPRD Kabupaten Sumba Barat periode 2009-2014 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel2.8

Susunan Keanggotaan Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No Nama Jabatan

1 Daniel Bili, SH Ketua

2 Alexcander R. Dapawole Wakil Ketua

3 Dominggus Dinga Leba Wakil Ketua

4 Sairo Umbu Awang, SE Sekretaris Bukan Anggota

5 Marthen Ng. Toni, SP Anggota

6 Lazarus J. L. Wula Anggota

7 Riswan Ishak Anggota

(27)

9 Raingu Toka, B.Sc.Ak Anggota

10 Eduard Pangga Leghu Anggota

11 Stepanus Romi Umbu Warata Anggota

12 Yusak Putaratho, SE Anggota

13 Jantje K. Tenabolo, BA Anggota

14 Agustinus Kaka, SH Anggota

15 Agustinus Dedi Keiku Anggota

16 Samuel Kaha Heo Anggota

17 Agustinus D. Poety, S.TP Anggota

18 Cornelis Witu Ngara Anggota

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

6. Badan Legislasi Daerah

Badan Legislasi daerah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yangdibentuk pada awal masa keanggotaan DPRD dan ditetapkan dengan keputusan DPRD. Badan Legislasi dipilih sebanyak 15 (lima belas) orang dari dan oleh anggota DPRD. Pimpinan Badan Legislasi Daerah terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris yang dipilih dalam rapat Badan Legislasi Daerah yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi Daerah. Masa tugas Badan Legislasi Daerah paling lama 2,5 (dua setengah ) tahun. Adapun Tugas Badan Legislasi Daerah yaitu:

1. Menyusun Program Legislasi Daerah yang memuat daftar urutan rancangan Peraturan Daerah untuk satu masa keanggotaan dan prioritas setiap tahun anggaran, yang selanjutnya dilaporkan dalam rapat Paripurna untuk ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

2. Menyiapkan rancangan Peraturan Daerah usul inisiatif DPRD berdasarkan program prioritas tang telah ditetapkan sebelumnya.

(28)

pimpinan panitia khusus sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada Pimpinan DPRD.

4. Memberikan pertimbangan terhadap pengajuan rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi atau gabungan komisi, pimpinan panitia khusus diluar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam Program Legislasi Daerah atau program prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan.

5. Melakukan penyebarluasan dan mencari masukan untuk rancangan Perda yang sedang dan akan dibahas dan sosialisasi perda yang telah ditetapkan.

6. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap materi peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus.

7. Memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas oleh Pemerintah Daerah.

8. Membuat inventarisasi masalah hokum pada akhir masa keanggotan DPRD untuk dapat dipergunakan sebagai bahan oleh Badan Legislasi Daerah pada masa keanggotaan berikutnya.

Badan Legislasi Daerah dalam melaksanakantugasnya, dapat:

1. Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat dengan masyarakat

2. Mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan pihak Pemerintah Daerah atau dengan pihak lain yang dianggap perlu mengenai hal yang menyangkut ruang lingkup tugasnya melalui Pimpinan DPRD.

3. Memberikan rekomendasi kepada badan Musyawarah dan atau Komisi yang terkait berdasarkan hasil pemantauan terhadap materi undang – undang.

4. Mengusulkan kepada Badan Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk dimasukan dalam acara rapat DPRD.

(29)

6. Mengusulkan pembentukan team kerja/team perumus kepada Pimpinan DPRD. Adapun susunan keanggotaan Badan Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat

periode 2009-2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel2.9

Susunan Keanggotaan Badan Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Asal Partai

1 Agustinus Kaka, SH Ketua PDK

2 Lazarus J.L Wula Wakil Ketua Partai Golkar 3 Sairo Umbu Awang, SE Sekretaris Bkn Anggota Sekwan DPRD

4 Stepanus Djapalata Anggota PPRN

5 Agustinus Molu Malana Anggota Gerindra

6 Agustinus D. Poety, S.TP Anggota PDI Perjuangan

7 Seprianus Dapa Loka Anggota PDK

8 Dubu Baiya, SP Anggota PDK

9 Stepanus Romi U. Warata Anggota PKP Indonesia

10 Saingo Delo, SE Anggota PKP Indonesia

11 Seingu Bani Anggota Demokrat

12 Drs. Lele Leba Ari Anggota PKPB

13 Drs. Tarawatu Ora Anggota PPD

14 Agustinus Bulu Kii Anggota Partai Golkar 15 Jefry Tarawatu Ora, SH Anggota Partai Golkar 16 Bayu Kurniawan, SH Anggota PDI Perjuangan

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

7. Panitia Khusus

(30)

mempertimbangkan jumlah anggota komisi yang terkait disesuaikan dengan program / kegiatan serta kemampuan anggaran.Anggota panitia khusus terdiri dari anggota komisi terkait yang mewakili semua unsur fraksi, ketua, wakil ketua dan sekretaris panitia khusus dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus.Susunan keanggotaan, ketua dan wakil ketua panitia khusus ditetapkan dalam Rapat Paripurna.

Panitia Khusus melaksanakan tugas tertentu yang penting dan mendesak, meliputi bidang tugas beberapa komisi yang memerlukan penelitian dan penyelesaian secara khusus dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Pimpinan DPRD.Masa kerja Panitia Khusus ditentukan olah Pimpinan DPRD dan dapat diperpanjang apabila diperlukan setelah mendapat pertimbangan dari panitia Musyawarah.Panitia Khusus bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD.Hasil kerja Panitia Khusus disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 – 2014

[image:30.612.67.550.257.705.2]

Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat yang telah disetujui DPRD Kabupaten Sumba Baratdari Tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.10

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2009

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2009 13 Maret 2009

Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemda Sumba Barat 2 2 Tahun 2009

13 Maret 2009

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Pengurus Korps Pegawai Republik Indonesia Kabupaten Sumba Barat.

Pemda Sumba Barat

3 3 Tahun 2009 13 Maret 2009 6 Tahun 2009 31 Agustus 2009

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2005-2025.

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009

Pemda Sumba Barat

(31)

31 Agustus 2009 Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumba Barat.

5 8 Tahun 2009 31 Agustus 2009

Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Hak dan Lahan Masyarakat.

Pemda Sumba Barat

6 9 Tahun 2009 17 Des 2009

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010

Pemda Sumba Barat 7 16 Tahun 2009

17 Des 2009

Pembentukan Kelurahan Dira Tana di Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 8 17 Tahun 2009

17 Des 2009

Pelayanan Publik di Kabupaten Sumba Barat Pemda Sumba Barat 9 18 Tahun 2009

17 Des 2009

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumba BaratNomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Pemda Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pada tahun 2009 Peraturan Daerah berjumlah 9 (Sembilan) yang telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat.Dari Sembilan Perda yang ditetapkan terdapat beberapa Perda yang menyangkut tata kelola pemerintahan dan tata kelola keuangan daerah.

[image:31.612.65.549.60.717.2]

Kemudian pada Tahun 2010, produktifitas penyusunan Perda masih kurang.Hal ini dapat dilihat dari hasil Perda yang ditetapkan DPRD Kabupaten Sumba Barat bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat berjumlah 5 (lima) Perda dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.11

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2010

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2010 26 Juli 2010

Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran Pendapaatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010

Pemda Sumba Barat

2 1Tahun 2010 4 Oktober 2010

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Angaran 2010

Pemda Sumba Barat 3 2Tahun 2010

15 Desember 2010

Penyertaan Modal Daerah Pada Badan Usaha Milik Daerah

Pemda Sumba Barat 4 3Tahun 2010

15 Desember 2010

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010

Pemda Sumba Barat 5 4Tahun 2010

30 Desember 2010

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(32)

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

[image:32.612.68.547.181.711.2]

Pada Tahun 2011 Peraturan Daerah yang disusun dan disetujui terdapat 19 Perda yang kebanyakan berisi Pembentukan Desa baru di 3 (tiga) Kecamatan berbeda.Sedangkan Perda lainnya berisi tentang regulasi perizinan dan retribusi. Hal ini dapat dilihat dari rincian Perda berikut ini:

Tabel 2.12

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2011 22 Pebruari 2011

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

2 2 Tahun 2011 22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Manola Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 3 3 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Puu Mawo Kecamatan Kota Waikabubak Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 4 4 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Pala Moko Kecamatan Lamboya Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 5 5 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Lolo Tana Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 6 5Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Kareka Nduku Utara Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

7 6Tahun 2011 22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Kareka Nduku Selatan Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

8 8 Tahun 2011 22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Manu Mada Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 9 9 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Elu Loda Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 10 10 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Kalebu Ana Kaka Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

11 11Tahun 2011 22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Tarona Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 12 12 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Rewa Rara Kecamatan Wanokaka Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 13 13 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Weimangoma

Kecamatan Wanokaka Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

(33)

22 Pebruari 2011 Wanokaka Kabupaten Sumba Barat 15 15 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Pari Rara Wolu Kecamatan Wanokaka Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat 16 19 Tahun 2011

29 Desember 2011

Pajak Daerah Pemda Sumba Barat

17 20 Tahun 2011 28 Desember 2011

Retribusi Jasa Umum Pemda Sumba Barat 18 21 Tahun 2011

28 Desember 2011

Retribusi Jasa Usaha Pemda Sumba Barat 19 19 Tahun 2011

28 Desember 2011

Retribusi Perizinan Tertentu Pemda Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pada tahun 2012 Peraturan Daerah yang disetujui bersama DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat adalah sebanyak 4 (empat) Perda.Terdapat 1 (satu) Perda inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat yaitu Perda tentang Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak.

[image:33.612.63.550.81.601.2]

Adapun Perda pada tahun 2012 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2.13

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2012 24 Pebruari 2012

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 - 2032

Pemda Sumba Barat 2 2 Tahun 2012

21 Pebruari 2012

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

Pemda Sumba Barat 3 3 Tahun 2012

21 Pebruari 2012

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Pemda Sumba Barat 4 4 Tahun 2013

21 Pebruari 2012

Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak DPRD Kabupaten Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

(34)
[image:34.612.66.548.106.688.2]

Tabel 2.14

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2013

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2013 26 Pebruari 2013

Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat No. 11 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Pemda Sumba Barat

2 2 Tahun 2013 5 Juli 2013

Tugas Belajar, Izin Belajar dan Ikatan Dinas

Pemda Sumba Barat 3 3 Tahun 2013

3 Juli 2013

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pemda Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Dari tahun 2009 – 2013 Peraturan Daerah yang disetujui dan telah diperdakan oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat sebanyak 40 (empat puluh) Perda.Selama tahun 2009 – 2013 baru terdapat 1 (satu) Perda inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat yaitu Peraturan Daerah No 4 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak.Terdapat 39 (tiga puluh Sembilan) Perda yang merupakan inisiatif Pemerintah Kabupaten Sumba Barat.

Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat yang telah disetujui DPRD Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 adalah sebagai berikut7:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 3. Pajak – pajak Daerah

4. Retribusi Perijinan tertentu 5. Retribusi jasa umum

6. Pembentukan Desa – Desa dan Kecamatan

7. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah 8. Kesehatan Ibu dan Anak

7

(35)

9. Penyelenggaraan administrasi kependudukan

10.Pembentukan lembaga kemasyarakatan Desa dan Kelurahan 11.Penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa 12.Penyelenggaraan Upacara/ritual adat

13.Pengelolaan persampahan

14.Perlindungan dan pegelolaan lingkungan hidup 15.Surat ijin usaha perdagangan (SIUP)

16.Perencanaan dan penganggaran partisipasif 17.Penyelenggaraan pariwisata

3. Analisis

a. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD

Salah satu fungsi DPRDadalah menentukan kebijakan dan membuat peraturan undang-undang(peraturan daerah). Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD tersebut melalui beberapa proses mulai dari penyusunan rancangan peraturan daerah, pembahasan rancangan peraturan daerah sampai ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

1. Tahap Perencanaan Pembentukan Peraturan Daerah

Tahap pertama pembentukan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, (termasuk pembentukan undang-undang) pada dasarnya adalah sama, yakni diawali dengan tahap perencanaan yang dituangkan dalam bentuk Program Legislasi Daerah (Proglegda) sebagai instrumen perencanaan pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis8.

Program legislasi merupakan pedoman dan pengendali penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengikat lembaga yang berwenang membentuk peraturan daerah. Pembentukan perundang-undangan yang disusun sesuai dengan program legislasi tidak saja akan menghasilkan

8

(36)

peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk mendukung tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, tetapi juga akan memenuhi kebutuhan hukum masyarakat sesuai dengan tuntutan reformasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maupun dimasa yang akan datang. Program Legislasi Daerah, dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 juga memuat mengenai penyebarluasan program legislasi daerah.

Pemerintah daerah dan DPRD dapat menyusun Prolegda yang memuat rencana dan prioritas pembentukan Perda untuk kurun waktu lima tahunan dan satu tahunan. Prioritasditentukan berdasarkan pengkajian atau inspirasi dan kebutuhan daerah masing-masing serta memperlihatkan perubahan kenegaraan dan kemasyarakatan relatif cepat.

Pada tahap perencanaan, elite daerah harus menyusun naskah akademik terlebih dahulu sebagai naskah awal yang memuat gagasan – gagasan pengaturan dan pokok – pokok materi muatan bidang tertentu sebagai bahan pertimbangan yang paling objektif dan rasional dalam penyusunan Raperda yang ditinjau dari sisi kelayakan filosofisnya, sosiologisnya, politisnya, maupun yuridisnya. Penyusunaan naskah akademik ini tentunya didahului dengan serangkaian pengkajian dan penelitian terhadap keempat aspek tersebut.

(37)

daerah jika memang memiliki, atau jika tidak memiliki tenaga/staf ahli maka dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga lainnya yang memiliki pengalaman melakukan membuat naskah akademik untuk menjadi dasar dalam penyusunan Raperda. Dengan adanya naskah akademik tersebut maka dapat dijamin kerangka objektifitas tentang perlunya sebuah Perda diterbitkan.

Pada tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Sumba Barat dan Fakultas Hukum Universitas KristenSatya Wacana bekerja sama dalam melakukan penelitian terhadap seluruh produk hukum daerah baik berupa perda maupun peraturan bupati. Dalam kerja sama itu pun dibuat sebuah dukumen perencanaan produk hukum daerah dalam bentuk rekomendasi untuk penyusunan prolegda Kabupaten Sumba Barat tahun 2011- 2015.

Keadaan yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat, tahap perencanaan dalam penyusunan peraturan di Kabupaten Sumba Barat belum berdasarkan pada prioritas pembentukan peraturan daerah untuk lima tahunan dan satu tahunan. Tahap perencanaan tersebut lebih mengarah pada kebutuhan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat untuk memperlancar tugasnya dan agar memiliki landasan operasional.

(38)

“Di DPRD Kabupaten Sumba Barat ini tidak memiliki Panleg sehingga tahap perencanaan atau

penyusunan program legisla si daerah sebagian besar berasal dari Pemda” 9

Walaupun tidak memiliki Panitia Legislasi, dalam prakteknya penyusunan program legislasi tetap berjalan. Seperti yang diungkap oleh Bapak Stepanis Romi U. Warata selaku Wakil Ketua Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat yakni:

“Program legisla si daerah tersebut tetap diguna kan walaupun tidak terdapat Badan Khusus

yang menangani program legislasi sehingga DPRD Kabupaten Sumba Barat mendelegasikan

anggotanya untuk menanyakan pada Bagian Hukum Pemda Sumba Barat mengenai program

legislasi daerah yang dibuat misalnya seperti perda-perda apa saja yang tidak sesuai lagi

dengan era sekarang sehingga perlu direvisi dan dibuat yang baru atau perlu diadakan hearing

tentang hal-hal yang muncul atau hal-hal yang diperlukan oleh Kabupaten Sumba Barat”. 10

Program legislasi daerah sangatlah penting karena program legislasi daerah (Prolegda) dapat menjadi acuan bagi perangkat daerah atau DPRD dalam menyiapkan draft raperda yang menjadi kebutuhan Kabupaten Sumba Barat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Sumba Barat. Seperti yang diungkapkan Bapak Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa:

“Prolegda tersebut sangatlah penting karena dapat dijadikan pedoman bagi Pemda dan DPRD

Kabupaten Sumba Barat untuk menyiapkan raperda yang sesuai dengan kepentingan

masyarakat Sumba Barat”.

9Wawancara dengan Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat, tanggal 5 Agustus 2013 diruang Fraksi DPRD

(39)

2. Tahap Pembahasan Rancangan Peraturan daerah

Pada tahap pembahasan, rancangan peraturan daerah Kabupaten Sumba Barat dibahas oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan Bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama.Sebagaimana diketahui rancangan peraturan daerah dapat berasal dari DPRD dan dapat pula berasal dari inisiatif Kepala Daerah. Pembahasan sebuah rancangan peraturan daerah di DPRD dilakukan dalam Rapat Paripurna I, II, III dan IV, masing-masing dengan agenda tersendiri, sebagai berikut:

1. Pembicaraan Tahap Pertama (sidang paripurna)

Bagi rancangan peraturan daerah yang berasal dari Kepala Daerah, maka Kepala Daerah memberikan penjelasan mengenai rancangan peraturan daerah.Di dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari DPRD, maka penjelasan disampaikan oleh pimpinan komisi atau pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus.

2. Pembicaraan Tahap Kedua (sidang paripurna)

Pembicaraan tahap kedua meliputi pemandangan umum anggota (fraksi) dan jawaban Kepala Daerah atas pemandangan umum anggota (fraksi). Didalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari prakarsa DPRD, maka pembicaraan tahap kedua akan mendengarkan pendapat kepala daerah dan jawaban pimpinan komisi atau pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus atas pendapat Kepala Daerah.

3. Pembicaraan Tahap Ketiga

(40)

kepentingan.Pembicaraan tahap ketiga ini untuk menemukan kesepakatan baik mengenai materi muatan maupun rumusan-rumusannya.

Di dalam praktik perbicaraan tahap ketiga inilah secara rill membuat Peraturan daerah. Pada pembicaraan tahap ketiga wakil-wakil fraksi dan pemerintah merumuskan kembali semua kesepakatan yang akan disetujui DPRD dan pada pembicaraan tahap ketiga peranan individual anggota DPRD menonjol. Diskusi, perdebatan, dan permusyawaratan sangat intensif dan mendalam.

4. Pembicaraan Tahap Keempat (sidang paripurna)

Pembicaraan tahap keempat merupakan terakhir yang diadakan dalam rangka pengambilan keputusan persetujuan DPRD atas rancangan peraturan daerah, dalam sidang ini akan didengar:

a. Laporan hasil kerja komisi, atau gabungan komisi atau panitia khusus; b. Pendapat akhir fraksi sebagai pengantar persetujuan dewan; dan c. Sambutan kepala daerah.

Prinsip utama yang dianut oleh semua sistem hukum adalah hukum itu dapat dikomunikasikan terhadap masyarakat.Apabila suatu aturan hukum dalam bentuk peraturan daerah tersebut tidak dapat dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat, berarti peraturan daerah tersebut tidak dapat memengaruhi tingkah laku masyarakat. 3. Tahap Pengundangan Peraturan Daearah

(41)

agar setiap orang mengetahuinya. Lembaran daerah adalah penerbitan resmi yang digunakan untuk mengundangkan peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah, sedangkan Berita Daerah adalah penerbitan resmi pemerintah daerah yang digunakan untuk mengumumkan peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan keputusan kepala daerah tertentu.

Pengundangan Peraturan Daerah dilakukan dalam Lembaran Daerah.Sekretaris Daerah menandatangani pengundangan Perda dengan membubuhkan tanda tangan pada naskah Peraturan Daerah tersebut. Pengundangan ini penting karena Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Pengundangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat dilakukan Sekretaris Daerah dan DPRD tidak ikut serta melakukan pengundangan Peraturan Daerah tersebut. Serupa yang diungkapkan oleh Bapak Drs. Lele L. Ari selaku Wakil Ketua Pansus DPRD Kabupaten Sumba Barat menyatakan:

“Dalam hal pengundangan suatu Peraturan Daerah, DPRD tidak ikut serta karena pengundangan

tersebut merupakan tugas dari Sekretaris Daerah”.

4. Tahap Sosialisasi Peraturan Daerah

(42)

1. Pengumuman melalui berita daerah (RRI, TV daerah) oleh oleh Kepala Bagian HukumKabupaten/Kota.

2. Sosialisasi secara langsung oleh Kepala Biro Hukum/Kepala Bagian Hukum atau dapat puladilakukan oleh unit kerja pemrakarsa, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat yang berkompeten.

3. Sosialisasi melalui seminar dan lokakarya (Seminola).

4. Sosialisasi melalui sarana internet.Untuk ini Pemerintah Daerah dan DPRD hendaknya memiliki fasilitas web site agar masyarakat mudah mengakses segala perkembangan kegiatan kedua lembaga.

Dalam prakteknya sosialisasi peraturan daerah yang telah diundangkan dilakukan oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan bantuan sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat bersama-sama Kepala Bagian Hukum pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sumba Barat atau perwakilannya. Sosialisasi dilakukan di setiap Kantor Kecamatan Kabupaten Sumba Barat dengan mengundang Ketua RT, Ketua RW, Kepala Desa/Lurah, dan tokoh-tokoh masyarakat.Sosialisasi yang demikian ternyata belum efektif untuk menjamin agar masyarakat mengetahui peraturan daerah yang baru. Kenyataan saat ini banyak masyarakat Kabupaten Sumba Barat yang tidak mengetahui peraturan daerah apa saja yang telah dihasilkan oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat meskipun masyarakat tersebut juga sebagai pemangku kepentingan.Namun hal ini berdasarkan pengamatan dan wawancara bersama Agustinus Kaka, SH, Anggota DPRD Komisi C sebagai Ketua Badan Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat, di Kantor DPRD Kabupaten Sumba Barat, 23 Agustus 2013 mengakui ketentuan itu dijalankan secara tidak maksimal11.

(43)

Ini menandakan tidak efektifnya sosialisasi peraturan daerah yang dilakukan pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Sumba Barat. Salah satu penyebab lain adalah kurangnya kesadaran politik masyarakat yang rendah karena tingkat pendidikan atau karena prioritas hidup sebagian besar masyarakat yang lebih tersita untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga kepekaan masyarakat terhadap proses pembentukan suatu peraturan daerah sangat rendah (Sifat Aphatis Masyarakat).

5. Tahap Evaluasi Peraturan Daerah

(44)

copy dari Peraturan Daerah alasannya mereka tidak pernah mengetahui seperti apa bentuknya serta untuk menganalisa namun tidak diberikan oleh pihak Bagian Hukum DPRD dengan alasan

Copy fisiknya habis.

6. Tahap Penetapan Raperda

Setelah dilakukan pembahasan sampai pada Tahap IV, tahap selanjutnya adalah tahap penetapan Raperda menjadi Perda.Rancangan Peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan walikota disampaikan oleh Pimpinan Dewan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan menjadi Perda.Penyampaian raperda kepada Kepala Daerah dilakukan dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal persetujuan bersama. Penandatangan oleh Kepala Daerah paling lambat 30 (tiga puluh) dari sejak raperda tersebut disetujui bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah. Apabila raperda yang telah disetujui bersama tidak ditandatangani oleh Kepala Daerah dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak raperda tersebut disetujui bersama, maka raperda tersebut sah manjadi Perda dan wajib diundangkan.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sering penetapan Raperda telah dilakukan sesuai dengan aturan yang ada.Sebelum jangka waktu yang ditetapkan habis, Kepala Daerah sudah menandatangani Raperda yang telah disetujui bersama antara DPRD dan Kepala Daerah. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Bapak Drs. Lele L. Ari selaku Wakil Ketua Pansus DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa:

“Dalam hal penetapan Raperda menjadi Peraturan daerah Kabupaten Sumba Barat telah

dilakukan sesuai dengan aturan yang ada.Dimana Kepala Daerah selalu menandatangani raperda-raperda yang sudah disetujui bersama baik oleh DPRD dan Kepala Daerah dalam jangka waktu

(45)

b. Pemahaman DPRD Kabupaten Sumba Barat Tentang Fungsi Legislasi

Tugas dan Wewenang DPRDdiatur dalam UUNo 27 Tahun 2009, UU No 32 Tahun2004, Peraturan Pemerintah No16Tahun 2010 dan Peraturan DPRD Kabupaten Sumba Barat No 1 Tahun 2009. Berdasarkan ketentuan diatas DPRD mempunyai tugas dan wewenang (fungsi DPRD ada 3: Fungsi Legislasi, Fungsi Budgeting, dan Fungsi Pengawasan).

Tahapan, proses dan materi dari Peraturan DPRD Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 membawa kepada pemahaman pada prosedur yang harus dilalui dalam membuat dan mengusulkan peraturan daerah. Dengan proses tersebut, tentunya DPRD akan bekerja dan memproduksi peraturan perundang – undangan dalam bentuk PERDA sebagai implementasi tugas DPRD.

Meski demikian, apakah proses dan prosedur yang dilalui DPRD hanya berpatok pada prosedur formal tersebut, ketua fraksi partai PDI Perjuangan, Samuel K. Heo menjelaskan bahwa:

“proses formal pembuatan peraturan perundang – undangan yang menjadi kewenangan

DPRD memang sudah tergambarkan sebagaimana tercantum dalam Peraturan DPRD

Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 tahun 2009, namun DPRD juga menyadari bahwa

karena materi perda itu menyangkut pengaturan permasalahan masyarakat Kabupaten

Sumba Barat, maka semangat yang harus dirumuskan dalam pembuatannya juga harus

selaras dengan kepentingan masyarakat Kabupaten Sumba Barat.”12

12

(46)

Tidak tergambar dengan jelas atas uraian yang dimaksud apakah PERDA itu harus sesuai dengan kehendak masyarakat Kabupaten Sumba Barat, karena untuk mengetahui kehendak masyarakat diperlukan seperangkat proses yang harus dilalui, apakah melalui hearing, dialog, penggalian informasi, termasuk penelitian, atau hanya cukup membayangkan tentang kebutuhan masyarakat akan substansi yang harus diatur dalam PERDA. Kalau yang dimaksud proses memahami semangat masyarakat itu diwujudkan dalam bentuk hearing, dialog, penggalian informasi, termasuk penelitian, makaakan ada seperangkat proses yang akan dilakukan DPRD dalam pembuatan peraturan perundang – undangan. Dan hal ini akan ada proses pertanggung jawaban akademik dari yang telah dilakukannya itu.

Menurut pengamatan penulis, Peraturan DPRD Kabupaten Sumba Barat No. 1 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib DPRD hanya mentransfer ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16Tahun 2010Tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD tanpa mampu merumuskan aturan pelaksana yang berbasis pada prinsip – prinsip keterbukaan dan pelibatan masyarakat. Perumusan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam prosesnya mengundang elemen masyarakat untuk diminta masukan, namun dari sekian usulan yang diajukan oleh elemen masyarakat tidak ada yang diakomodir dalam tata tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat.

(47)

tatib ini dijadikan pedoman secara tekstual maka justru pelibatan publik akan menjadi tertutup. Sehingga penting untuk mengetahui pemahaman anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat tentang fungsi legislasi apakah hanya sebatas formal – tekstual atau ada pemahaman yang lebih subtansial.

Dari uraian responden tentang hasil penelitian penulis sebagian besar anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat memahami dengan baik Legal Drafting melalui pelatihan – pelatihan Legal Drafting baik yang dilakukan di tingkat Pusat, Propinsi maupun Daerah, namun pemahaman tersebut belum pernah teraplikasikan dalam pembuatan suatu draft Rancangan Peraturan Daerah inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat. Menurut Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa”pemahaman anggota DPRD terhadap Legal Drafting didapatkan dari pelatihan pelatihan legal drafting yang diadakan di tingkat daerah, propinsi

maupun pusat namun belum sampai pada ta raf kemampuan teknis pembuatan draf rancangan

Peraturan Daerah namun hanya sebatas pada pemahaman akan tahapan proses pembuatan

Peraturan Daerah”. 13

Selain pemahaman anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat tentang Legal Drafting sebatas demikian, pada umumnya anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat belum memahami semangat perubahan konstitusi yang telah menggeser kekuasaan legislasi kepada lembaga Legislatif, bahkan terhadap perubahan konstitusi tersebut anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat belum dapat memaknainya. Sehingga perubahan konstitusi yang kemudian diikuti dengan perubahan beberapa peraturan perundang – undangan tersebut tidak berdampak pada peningkatan produktivitas DPRD dalam memproduk Rancangan Peraturan Daerah.

13

Gambar

Tabel berikut akan menggambarkan keadaan kecamatan, desa dan kelurahan pada tahun 2012
Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumba Barat
Tabel 2.2 Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat
Table 2.3 Susunan Kenggotaan Fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Sumba Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

saran yang bisa penulis sampaikan setelah melakukan penelitian ini adalah bagi pemerintah daerah agar memberikan pengawan yang lebih serius, dan bagi Dinas Pendidikan

Bapak Res Fobia, SH., MIDS, atau yang akrab penulis sapa dengan om Res, selaku dosen dan orang tua selama penulis menjalani studi yang selalu memberi masukan,

a) Sekurang - kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRD dapat mengajukan suatu hak inisiatif rancangan peraturan daerah. b) Hak inisiatif dari anggota DPRD tersebut kemudian

Seminar tahun 2007 waktu itu yang pertama yang saya katakan tadi dua orang tokoh pendeta andreas hani dan pendeta melki turuk berawal dari situ sehingga selama

temuan selama melakukan penelitian dan saran ini ditujukan kepada beberapa pihak diantaranya: 1) Bagi Pemerintah Daerah Sumba Timur. Pertama, pemerintah daerah harus

1) Sudut Pemerintah Kabupaten Nabire penyusunan Raperda atas inisiatif Pemerintah Kabupaten Nabire disusun dan dipersiapkan oleh SKPD-SKPD menurut substansi Raperda

pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pengawasan

Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973 ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang, dimasukkan ke dalam