• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ilustrasi. dari pada uraian panjang lebar yang hanya berupa huruf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Ilustrasi. dari pada uraian panjang lebar yang hanya berupa huruf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB II KAJIAN TEORI

A. Ilustrasi

Ilustrasi atau penggambaran secara visual dengan seni estetis pada suatu keadaan adalah cara yang paling efektif dalam menyampaikan sebuah makksud kepada pembacanya. Selain membuat pembaca tidak bosan, cara ini lebih disukai dari pada uraian panjang lebar yang hanya berupa huruf kecil-kecil yang membosankan, terutama untuk anak-anak. Ilustrasi yang penuh warna akan memberikan dorongan tersendiri bagi mereka untuk membaca sebuah buku pengetahuan. Ilustrasi akan memberikan imajinasi yang beragam pada setiap anak yang melihatnya. Namun jika hanya gambar bisu tanpa tulisan tentu tidak akan bisa dimengerti tanpa adanya keterangan yang menyertainya. Untuk itu dibuatlah buku bergambar. Yaitu sebuah buku yang berisikan keterangan tulisan dan gambar ilustrasi didalamnya. Buku bergambar yang akan penulis buat ini harus mampu menarik minat anak-anak untuk membacanya, agar mampu bersaing dipasaran dengan buku-buku lain yang selevel. Untuk itu gambar harus dibuat seindah dan sejelas mungkin sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, dan harus disusun semenarik mungkin sesuai selera umum anak-anak seusianya.

(2)

B. Buku Cerita Bergambar atau Komik

Dahulu jaman masih kanak-kanak, membaca komik adalah sebuah larangan dari orang tua. Jika ketahuan membacanya, maka kita langsung disuruh belajar. Dan komik dianggap sebagai pengacau sekolah. Anak yang gemar membaca komik dan larut kedalamnya dianggap sebagai anak pemalas. Menurut Scott McCloud pada buku nya Understanding Comics 1993 biasanya komik berisi cerita anak yang sangat sederhana, yang miskin seni dan bahasa. Harganya murah, yang sekali dibaca lalu dibuang, namun tidak seharusnya komik seperti itu.

Masalahnya pengertian seperti itulah yang dipahami masyarakat. Jika masyarakat gagal memahaminya, boleh jadi karena mereka mempersempit pengertian komik itu sendiri. Jika kita dapat menemukan definisi komik yang tepat, maka pemikiran itu tidak benar dan memperlihatkan potensi komik tidak terbatas dan menggairahkan. Dunia komik luas dan beragam. Maestro Will Eisner menggunakan istilah seni berturutan untuk menjelaskannya. Gambar jika dilihat satu persatu hanyalah akan terlihat sebagai gambar saja, namun jika disusun secara berturutan sekalipun hanya dua gambar, seni dalam gambar-gambar itupun berubah nilainya menjadi seni komik. Seperti halnya film yang juga merupakan seni berturutan. Namun perbedaan yang mendasar, film atau animasi berurutan menurut waktu tetapi tidak terjukta posisi dalam satu ruang seperti halnya komik.

Setiap turutan gambar film diproyeksikan secara tepat pada ruang yang sama yaitu pada layar, sementara tiap gambar dalam komik harus menempati ruang yang berbeda. Ruang dalam komik sama fungsinya dengan waktu pada film.

(3)

commit to user

Kebanyakan buku tentang komik dimulai beberapa waktu sebelum pergantian abad. Untuk sejarahnya, sebenarnya gambar sudah digunakan sejak jaman dahulu kala dalam penyampaian sebuah maksud selain melalui oral, sebagai contoh huruf hieroglif. Namun hieroglif bukanlah gambar, melainkan sebuah tulisan yang berwujud gambar atau symbol. Berbeda dengan lukisan mesir, gambar yang terlihat berurutan sebetulnya menggambarkan lokasi, peristiwa, dan tokoh yang berbeda yang dikelompokan oleh kesamaan pokok bahasan. Dan turutan pembacaannnya secara zig-zag dari bawah keatas.

Satu peristiwa yang berdampak luar biasa dalam sejarah perkembangan komik seperti halnya pada sejarah tulisan adalah ditemukannya mesin cetak.

Dengan ditemukannya mesin cetak, seni yang sebelumnya hanya diperuntukan bagi orang-orang kaya dan berkuasa, sekarang dapat dinikmati oleh semua orang.

Dan bapak komik modern adalah Rudolphe Topffer ia terkenal dengan cerita bergambarnya yang satiris sejak pertengahan 1800. Dalam ceritanya, ia menggunakan kartun dan panel-panel pembatas, serta menyelaraskan kata-kata dengan gambar sehingga saling mendukung satu sama lain. Bentuk karya itu merupakan yang pertama di Eropa. Sayangnya Toffer gagal menyadari seluruh potensi temuannya itu, ia hanya menganggap temuannya itu sebagai hiburan dan hobi yang sepele.

Beberapa komik yang sangat mengilhami dan inovatif pada abad sekarang tidak pernah disebut sebagai komik, bukan karena kualitasnya yang unggul, tetapi karena pemahaman yan keliru terhadap komik selama berabad-abad. Kata komik hampir selalu berkonotasi negatif. Seniman yang membaktikan dirinya didalam

(4)

dunia komik, lebih suka disebut sebagai illustrator, artis komersial, atau paling bagus kartunis. Jadi rendah nya penghargaan komik dilestarikan oleh perasaan minder komikus itu sendiri. Perspektif sejarah yang diperlukan untuk melawan kesan negatif tersebut disamarkan oleh sifat negatif itu. Sementara gambar yang berturutan dianggap sebagai alat komunikasi yang unggul, dan tak seorangpun mengatakanya sebagai komik, paling terhormat disebut”Diagram”. Jika didefinisikan sebagai seni yang berurutan, maka komik mencakup banyak hal termasuk lukisan karya monet dan buku panduan peralatan elektronik.

Tulisan dan gambar dianggap sebagai disiplin yang terlepas, sedangkan penulis dan seniman sebagai jenis yang terpisah. Dan komik yang bagus yang mengkombinasikan kedua bentuk ekspresi tersebut dianggap sebagai suatu harmoni. Kata-kata, gambar, dan lambing-lambang lain merupakan perbendaharaan bahasa yang disebut komik, dan sisi panel adalah panduan melintasi waktu dan ruang.

Selain garis yang berekspresi, warna menjadi daya tarik utama bahkan menyita perhatian seniman dari manapun. Beberapa dari mereka seperti Georges Seurat mengabdikan seluruh hidupnya untuk mempelajari warna. Dan seniman lain seperti Kandinsky mempercayai warna dapat mempengaruhi kehidupan jasmani dan rohani manusia, misalnya saja seseorang yang merasa eneg tidak nyaman melihat tembok berwarna kuning ketika ia didalam ruangan itu. Warna bisa menjadi sekutu yang mengesankan bagi seniman dalam media visual apapun.

Namun banyak alasan mengapa hubungan antara komik dan warna tersendat- sendat, tetapi kebanyakan dapat disimpulkan dalam dua kata, yaitu bisnis dan

(5)

commit to user

teknologi. Semua bidang dalam sejarah komik dipengaruhi oleh bisnis, dan uang mempengaruhi sesuatu yang terlihat maupun tidak, akan tetapi warna dalam komik sangat peka terhadap perubahan teknologi. Komik berwarna mengguncang industry surat kabar laksana bom waktu. Warna mendongkrak penjualan koran, sekaligus menaikan biaya produksi, berbagai usaha ditempuh untuk mempersingkat proses dan menghemat biaya. Untuk menutupi kelemahan kertas koran dan unggul dalam persaingan dagang, kostum pahlawan komik dibuat dengan warna-warna mencolok dan bertempur dalam dunia warna yang gemerlap.

Dan itulah yang menjadi ciri komik Amerika. Walaupun tidak terlalu ekspresionis, komik berwarna memiliki kekuatan ikonik yang baru. Warna kostum tokohnya tidak pernah berubah dari panel ke panel. Sehingga dalam benak pembaca, warna menjadi simbol. Melalui warna-warna yang ekspresif, komik dapat menjadi sensasi yang memabukkan. Komik menggunakan kekuatan kartun untuk memerintahkan keterlibatan dan identifikasi pambacanya, serta relisme untuk menangkap keindahan dan kerumitan dunia nyata.

Cergam atau dalam istilahnya juga sering disebut komik adalah sebutan internasional untuk cerita yang dituturkan lewat gambar diatas kertas. Namun beberapa Negara juga punya sebutan sendiri-sendiri, misalnya Jepang dengan manga, Cina dengan Manha, Korea dengan Manhwa, dan di Indonesia dengan Cergam. Bentuk komik atau cergam bisa berbentuk strip (sebaris panel) yang biasa dimuat dalam Koran atau majalah, atau dikompilasi dalam satu buku bisa sekali tamat, bisa ber jilid-jilid. Pada perkembangannya, muncul istilah graphic novel alias novel grafis.

(6)

Cergam sering diindetikan sebagai buku atau kertas yang diberi gambar- gambar dan jalinan cerita. Marcell Boneff dalam disertasinya tentang cergam yang ditulis tahun 1972 ( Komik Indonesia; Kepustakaan Popular Gramedia; 1972 ) menjabarkan bahwa cikal bakal dan sejarah cergam jika diruntut lebih lanjut.

Ternyata sudah ada sejak jaman prasejarah, yaitu dari relief candi Prambanan dan candi Borobudur. Meskipun tak menyerupai cergam saat ini, relief-relief yang ada dicandi sebetulnya sudah berbicara dengan gambar. Begitu pula dengan wayang beber yang sudah berbicara diatas gulungan kain. Bukti pertama cikal bakal cergam sudah terdapat pada monument-monumen keagamaan yang terdapat pada batu ( Concept, vol 04 edisi 20,2007:20). Dengan uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa gambar adalah cara yang tepat untuk mengkomunikasikan maksud kita kepada orang lain, begitu juga kepada anak-anak. Karena dengan gambar orang akan mudah mengerti maksud kita dibandingkan dengan tulisan yang dengan penampakanya hanya segerombolan huruf-huruf yang berbaris rapi dan tidak menyenangkan untuk dilihat.

C. Pengertian Buku Cerita Bergambar

Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat

(7)

commit to user

merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak.

Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak luas.

Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar dengan kata-kata, (2) buku cerita bergambar tan pa kata-kata. Kedua buku tersebut biasanya untuk prasekolah atau murid sekolah dasar kelas awal.

Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak-anak. Disamping itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.

Untuk anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia mereka, untuk membantu perkembangannya.

Karena pada saat usia dini, perkembangan otak anak berkembang secara pesat.

(8)

Sehingga kita harus memotivasi anak untuk selalu belajar dan media pembelajaran membaca permulaan yang efektif adalah melalui buku cerita bergambar.

Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media buku cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan, media buku cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.

D. Manfaat dan Fungsi Media Buku Cerita Bergambar

Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

1. Membantu perkembangan emosi anak.

2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.

3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.

4. Memperoleh kesenangan.

5. Untuk mengapresiasi keindahan, dan 6. Untuk menstimulasi imajinasi.

(9)

commit to user

E. Jenis Buku Bergambar

1. Baby books

Buku ini diposisikan untuk bayi dan balita (dibawah tiga tahun) kebanyakan bagiannya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes).Permainan dengan jari atau sekekar ilustrasi cerita tanpa kata- kata sama sekali{sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi).Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain.

Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu). Di Indonesia belum ada penerbit yang menggarap serius buku anak genre ini, tapi kita dapat melihat contohnya pada produk-produk yang didistribusikan oleh PT Tiga Raksa.

Gambar 1 : Baby Book . First padded Board book. PT Tiga Raksa Sumber: bigw.com.au, 2013.

(10)

2. Picture books

Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4–8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja.

Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spektrum usianya.

Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya.

Gambar 2: Picture book. Eight spinning Planets. Tiga Raksa Sumber: amazon.com, 2013

a. Early Picture books

Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan

(11)

commit to user

berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya.

Gambar 2.1: Early Picture book. The Truth about Santa Claus.

Sumber: booktopia.com.au, 2013

b. Easy Reader

Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6–8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih “dewasa”: ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32–64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200–

1.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2–5 kalimat di tiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini.

(12)

Gambar 2.2:Easy Reader. I can read, Frank and Beans. Harper Trophy Sumber: amazon.com, 2013

c. Transition book

Kadang disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”, untuk anak usia 6–9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2–3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halaman.

Serial The Kids of the Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young Yearling Publishing) dan seri Stepping Stone Books yang diterbitkan Random House masuk dalam kelompok genre ini.

(13)

commit to user

Gambar 2.3: Transition Book. Stepping stones. Random House Sumber: violins.com.au, 2013

d. Chapter books

Untuk usia 7–10 tahun. Terdiri dari naskah setebal 45–60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2–4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Jones karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.

(14)

Gambar 2.4: Chapter books.Herbie Jones. Puffin Publishing Sumber: scholastic.com. 2013

e. Middle grade

Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100–150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama.

Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multibudaya.(www.childernlist.com accesed March 23th 2007 )

(15)

commit to user

Gambar 2.5: Middle Grade. Carrying Mason.Childrenlist Sumber: picture-book.com, 2013

f. Young adult

Naskahnya antara 130–200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat “ruwet” dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 10–14 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade,

(16)

tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah.(www.marypearson.com accesed March 23th 2007 ).

Gambar 2.6: Young Adult. Stardust.

Sumber : manhattan.lib.ks.u, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai Hasil Penelitian dan Teknik penelitian Online Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami berbagai hasil penelitian tentang psikologi dan kaitannya dengan internet

Bahasa Inggris dan Bahasa Arab merupakan bahasa yang termasuk dalam 10 besar bahasa internasional yang sering dipakai diseluruh dunia, kedua bahasa ini sudah

Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan definisi kebudayaan, terutama pada pertanyaan tentang kehamilan merupakan proses alamiah sebagai kodratnya sebagai perempuan,

 Pada kegiatan AYO MENULIS: Setelah siswa mengetahui peredaran darah kecil dan peredaran darah besar pada manusia, siswa diminta mencari informasi tentang organ

penggandaan uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan atau pendaftaran mitra usaha yang baru atau bergabung dan bukan dari hasil

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, secara umum siswa mengaku bahwa memikirkan konsep tentang momen inersia sangat penting dalam memahami soal yang diberikan,

Pada umumnya gen tahan terdapat pada tanaman liar yang sulit disilangkan dengan tanaman yang dibudidayakan atau kalau disilangkan akan didapatkan keturunan yang

Dirjen Imigrasi, Syarat dan ketentuan izin bagi imigran, (Jakarta, 2009) hal 21.. 1) Setiap orang asing yang kehilangan dokumen Imigrasi berupa Kartu Izin Tinggal Terbatas atau