8
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS) Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
EKUALISASI SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BADAN ATAS JASA KONSTRUKSI DENGAN BUKU
BESAR BIAYA PADA PT GI TAHUN 2017
Yana Maulana
Politeknik Praktisi Bandung, maulana_yana@rocketmail.com
ABSTRACT
PT GI is a company engaged in services, the main transaction is construction services with large business qualifications which are the objects of Final Income Tax article 4 paragraph 2. The obstacle that occurs for large-scale companies is the inaccuracy of taxation on income or expenses that are subject to tax. Equalization is one method to minimize the risk of inaccuracies. This study aims to determine the equalization of ExpenseLedger records, calculation of Final Income Tax on Annual Tax Returns and compliance with the Withholding Tax Slip. The method used is descriptive analysis method that is describing the system in question and analyzing the data relevant to the research object that has been collected. After conducting research, there is a difference between the recording of the Expense Ledger and the Final Income Tax on the Annual Tax Return due to the existence of a Project Advances transaction which has not been taxed. According to Government Regulation No. 40/2009 the construction service companyfor the income receives is subject to final tax by making self assessment at the time of receiving payment, receiving an advance or term.
Keywords: Equalization, Expense Ledger, Final Income Tax
ABSTRAK
PT GI merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa, transaksi utamanya adalah jasa konstruksi dengan kualifikasi usaha besar yang merupakan obyek Pajak Penghasilan Final pasal 4 ayat2. Kendala yang terjadi untuk perusahaan berskala besar adalah ketidak akuratan pengenaan pajak atas penghasilan atau pengeluaran yang menjadi obyek pajak.
Ekualisasi adalah salah satu metode untuk meminimalisir resiko ketidakakuratan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekualisasi pencatatan Buku Besar Biaya, perhitungan PPh Final pada SPT Tahunan dan kesesuaian dengan Bukti Potong. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan sistem yang bersangkutan dan menganalisis data-data yang relevan dengan objek penelitian yang telah dikumpulkan. Setelah dilakukan penelitian, terdapat selisih antara pencatatan Buku Besar Biaya dengan PPh Final pada SPT Tahunan yang disebabkan karena adanya transaksi Uang Muka Proyek yang belum dipajaki. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 pengusaha jasa konstruksi atas penghasilan yang diterimanya dikenakan pajak yang bersifat final dengan cara menyetor sendiri pada saat menerima pembayaran, menerima uang muka atau termin.
Kata Kunci: Ekualisasi, Buku Besar Biaya, Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2
9
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS) Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
PENDAHULUAN
Indonesia saat ini sedang giat-giatnya membangun infrastruktur di berbagai daerah. Sehubungan dengan kegiatan tersebut, peran perusahaan jasa konstruksi sangatlah penting. PTGI adalah perusahaan jasa konstruksi yang menawarkan berbagai inovasi dibidang jasa konstruksi dengan jumlah peredaran usaha yang besar. Kategori perusahaan besar inilah yang membutuhkan pengelolaan yang memadai, diantaranya pengelolaan dibidang perpajakan.
Kendala yang dihadapi saat ini adalah pengecekan kesesuaian antara penerimaan dan pengeluaran yang menjadi obyek pajak dengan pajak yang telah dibayar. Kendala tersebut dapat diminimalisir dengan menerapkan ekualisasi pajak yaitu suatu metode menyamakan pendapatan/biaya yang menjadi objek pajak yang dicatat dalam Laporan Keuangan dengan pendapatan atau biaya yang disajikan dalam SPT Tahunan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan SPT Tahunan Pajak Penghasilan atas Transaksi Jasa Konstruksi PTGI, untuk mengetahui pelaksanaan penyusunan Buku Besar Biaya atas Transaksi Jasa Konstruksi PTGI dan untuk mengetahui ekualisasi antara SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan Buku Besar Biaya atas Transaksi Jasa Konstruksi pada PT.GI.
Landasan Teori
Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib yang berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 2009 pasal 4 ayat (2), pajak dipungut atas penghasilan yang diterima
oleh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap dari usaha di bidang jasa konstruksi.
Ekualisasi merupakan suatu proses untuk mengecek kesesuaian antara satu jenis pajak dengan jenis pajak lainnya yang memiliki hubungan. Tujuan dilakukannya ekualisasi pajak yakni agar terhindar dari koreksi pajak dan dalam rangka persiapan wajib pajak apabila dilakukan pemeriksaan oleh kantor pajak.
LITERATUR REVIEW
Dasar Hukum Pajak Penghasilan sehubungan dengan Jasa Konstruksi Pajak atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi diatur dalam:
1. Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.
3. Peraturan Menteri Keuangan No.187/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.
Jenis Usaha Jasa Konstruksi
Usaha jasa konstruksi meliputi 3 (tiga) kelompok sesuai kategorisasi PPh Final Pasal 4 ayat (2), yaitu :
1. Jasa perencanaan konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli profesional) di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu membuat pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik;
2. Jasa pelaksana konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli profesional) di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
10
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS) Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
melaksanakan kegiatannya untuk merealisasikan suatu hasil perencanaan menjadi bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi yang terintegrasi, yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan, serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan. Jasa perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan oleh penyedia jasa yang memiliki Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) termasuk ke dalam kelompok jasa pelaksana konstruksi;
3. Jasa pengawasan konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli profesional) di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melakukan aktivitas pengawasan sejak awal hingga selesai dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi, termasuk di dalam kelompok jasa ini adalah jasa penilai.
Tarif Pajak Penghasilan atas Usaha Jasa Konstruksi
Tarif Pajak Penghasilan yang dikenakan pada usaha jasa konstruksi dibedakan berdasarkan kepemilikan dan masa berlaku. Khusus untuk usaha jasa pelaksanaan konstruksi, perbedaan tarif ditentukan oleh tingkatan dari kualifikasi kompetensi kontraktor, yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian Kualifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi.
Sedangkan pengenaan tarif Pajak Penghasilan mengacu kepada Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan yang terbagi atas :
1. JasaPerencanaanKonstruksi : seb esar 4%), jika kontraktor
mempunyai sertifikat kualifikasi usaha; atau sebesar 6%, jika kontraktor tidak mempunyai sertifikat kualifikasi usaha;
2. Jasa Pelaksanaan Konstruksi : sebesar 2%, jika kontraktor mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha kecil (kelompok grade 1, grade 2, grade 3 dan grade 4);
sebesar 3%, jika kontraktor mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha menengah maupun besar (kelompok grade 5, grade 6 maupun grade 7); atau sebesar 4%, jika kontraktor tidak mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha.
3. Jasa Pengawasan Konstruksi : sebesar 4%, jika kontraktor mempunyai sertifikat kualifikasi usaha; atau sebesar 6% jika kontraktor tidak mempunyai sertifikat kualifikasi usaha.
Nilai Pajak Penghasilan (PPh)dihitung dengan mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dari usaha jasa konstruksi. Definisi DPP usaha jasa konstruksi berlandaskan Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 adalah jumlah pembayaran apabila PPh dikenakan melalui pemotongan oleh pengguna jasa, atau jumlah penerimaan pembayaran apabila PPh usaha jasa konstruksi dikenakan melalui penyetoran sendiri oleh kontraktor yang bersangkutan.
Dalam pasal yang sama dinyatakan bahwa saat terutangnya PPh terjadi pada saat pembayaran atau diterimanya pembayaran, bukan pada saat terjadinya perjanjian hutang atau piutang.
Pembayaran PPh Final usaha jasa konstruksi dilakukan melalui pemotongan oleh pengguna jasa atau penyetoran sendiri oleh kontraktor. Apabila pengguna jasa berstatus sebagai pemotong PPh, maka pelunasan PPh dilakukan melalui pemotongan PPh oleh pengguna jasa. Namun, jika pengguna
11
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS) Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
jasa bukan pemotong PPh, maka kontraktor selaku pemberi jasa dan penerima penghasilan, wajib menyetorkan sendiri PPh yang terutang.
Pembayaran PPh Final usaha jasa konstruksi dilakukan paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh pengguna jasa atau tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh pemberi jasa.
Pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat (2) bagi pengguna dan pemberi jasa harus dilakukan paling lambat tanggal 20bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh atau bulan diterimanya pembayaran atas jasa konstruksi.
Pengertian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) Menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 243/PMK.03/2014, “SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.”
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah instrumen yang memiliki fungsi yang serupa dengan SPT Masa.Namun perbedaannya, SPT Tahunan wajib dilaporkan setiap tahun, atau pada akhir tahun pajak. SPT Tahunan biasanya digunakan untuk melaporkan penghasilan atas penghasilan diri sendiri yang diterima, baik penghasilan dengan tarif umum, penghasilan final, maupun penghasilan yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan. Selain itu, SPT Tahunan jugadigunakan untuk melaporkan harta dan utang pada akhir periode tahun pajak.
Pengertian Buku Besar Akuntansi Menurut Mulyadi pengertian buku besar (general ledger) adalah kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal.” (1993 : 55). Buku besar juga dapat diartikan tahapan catatan terakhir dalam akuntansi yang menampung ringkasan data yang
sudah dikelompokan atau diklasifikasikan yang berasal dari jurnal. Akun Buku Besar kadang tidak mencerminkan data secara rinci, seperti rekening Utang, Piutang dan Persediaan Barang Dagang.
Untuk mengetahui Utang, Piutang dan Persediaan Barang Dagang secara rinci, diperlukan rekening-rekening lain yang dikelompokkan dalam suatu buku atau kumpulan kartu-kartu yang disebut Buku Besar Pembantu (Subsidiary Ledger).
Dengan demikian ada Buku Besar Pembantu Utang, Buku Besar Pembantu Piutang dan Buku Besar Pembantu Barang Dagang.
Pencatatan ke Buku Besar
Pencatatan ke dalam Buku Besar (posting) dilakukan sebagai berikut:
1. Pencatatan saldo awal dari data neraca awal (jika perusahaan sudah berdiri sebelum periode bersangkutan). Rekening yang ada di sisi debet neraca dicatat sebagai saldo debet dan rekening yang di sisi kredit neraca dicatat sebagai saldo kredit. Pencatatan tanggal terjadinya transaksi yang diambilkan dari tanggal transaksi pada jurnal, ke kolom tanggal rekening Buku Besar yang bersangkutan.
2. Pencatatan keterangan yang diambilkan dari keterangan dari jurnal ke kolom keterangan pada rekening Buku Besar yang bersangkutan.
3. Pencatatan jumlah debet dalam jurnal ke kolom debet rekening yang bersangkutan, dan mencatat jumlah kredit dalam jurnal ke kolom kredit rekening yang bersangkutan.
4. Pencatatan nomor halaman jurnal ke kolom referensi (ref) rekening Buku Besar yang bersangkutan Di kolom referensi jurnal dicatat nomor kode rekening yang bersangkutan. Jika
12 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
EKUALISASI
digunakan rekening yang berbentuk tiga kolom atau empat kolom, carilah saldonya dengan cara membandingkan antara jumlah saldo dengan pencatatan transaksi tersebut. Pencatatan debet akan menambah saldo debet atau mengurangi saldo kredit, sedangkan pencatatan kredit akan mengurangi saldo debet atau menambah saldo kredit.
Pengertian Ekualisasi Pajak
Secara sederhana, ekualisasi merupakan suatu proses untuk mengecek kesesuaian antara satu jenis pajak dengan jenis pajak lainnya yang memiliki hubungan, atau bagian laporan dari satu jenis pajak yang merupakan bagian dari laporan jenis pajak yang lain. Ekualisasi pajak digunakan sebagai salah satu metode pemeriksaan pajak, untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Proses ekualisasi pajak dilakukan untuk menyamakan pendapatan dari objek pajak yang dicatat dalam laporan keuangan dengan biaya atau pendapatan dari obyek pajak yang dilaporkan dalam SPT Tahunan.
Dari teori diatas dibuatlah model penelitianberikut:
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam penyusunan penelitian ini dikategorikan sebagai metode deskriptif analis yaitu menggambarkan fenomena yang ditemukan untuk kemudian dianalisis dengan sistem yang bersangkutan serta menganalisis data-data yang relevan dengan obyek penelitian yang telah dikumpulkan. Adapun teknik pengumpulan data yang gunakan adalah, observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan sistematis dan untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis langsung terjun ke lapangan untuk menemukan dan mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dan informasi melalui tanya jawab secara langsung kepada pihak yang bersangkutan di PT.GI Selain observasi dan wawancara, pengumpulan data dilengkapi dengan buku-buku dan artikel serta mengkaji berbagai peraturan perundang-undangan perpajakan untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Kegiatan Usaha Perusahaan
PTGI adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang didirikan tahun 2003. Dimulai dengan menyediakan girder beton untuk proyek jembatan di Jawa Tengah sampai tumbuh menjadi perusahaan konstruksi dengan berbagai macam spesialisasi, seperti pembangunan jalan tol yang bekerja sama dengan PT. CMNP Group
Inti Bahasan
Dalam suatu perusahaan yang mempunyai peredaran usaha yang besar, akan berhadapan dengan resiko yang besar pula, termasuk resiko dibidang
PAJAK PENGHASILAN
Pencatatan Buku Besar Biaya Perhitungan PPh Final
Pasal 4 (2)
PAJAK PENGHASILAN FINAL SEHUBUNGAN DENGAN JASA KONSTRUKSI
13 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
perpajakan. Untuk mengurangi resiko ini digunakan metode ekualisasi yaitu melakukan recek atas semua penerimaan dan pengeluaran yang menjadi obyek pajak, yang diyakini sudah dipajaki secara benar. Hal itu dapat dilakukan dengan membandingkan antara perhitungan SPT Tahunan Perusahaan dengan perhitungan Buku Besar Biaya.
Perhitungan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) atas Transaksi Jasa Konstruksi
Pajak penghasilan yang dipotong oleh PT.GI adalah PPh Final pasal 4 ayat (2) atas pelaksanaan jasa konstruksi yaitu sebesar jumlah pembayaran dikalikan tarif pajak penghasilan final sebesar 3%.
Jumlah pembayaran dalam hal ini dapat disebut sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Berikut ini adalah data transaksi tahun 2017
Tabel 1
Data Transaksi yang menjai Obyek PPh Final tahun 2017
SPT Tahunan Formulir 1771 PT.GI Pada SPT Tahunan PPhBadan formulir 1771 halaman 1 tidak ada angka yang disajikan, karena PPhnya bersifat final.
Untuk halaman 2 terdapat jumlah sebesar Rp15.556.863.,-. Terdapat selisih dengan angka rekapan PPh Final yang tertera pada Tabel 3 diatas sebesar Rp 500.942.247,-. Selisihnya terjadi karena pada lampiran 1771 halaman 2 jumlah nilai yang dipotong sudah digabungkan secara keseluruhan dengan PPh final yang lainnya, bukan hanya jasa konstruksi saja melainkan adanya bunga deposito.
Jumlah PPh Final Pasal 4 ayat (2) sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi sebesar Rp 15.055.921.428,- dengan obyek pajak senilai Rp 501.864.047.595. Jika dilihat pada Laporan Laba Rugi SPT Tahunan jumlah angka dari penjualan bersih atas jasa konstruksi sebanding dengan nilai objek pajak yang tertera diatas.
Perhitungan Buku Besar Biayaatas Transaksi Jasa Konstruksi PT.GI Jumlah pendapatan atas jasa konstruksi dapat dilihat dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Buku Besar Penjualan Jasa Konstruksi sebesar Rp501.864.047.595,- berikut :
Berdasarkan data rekapan transaksidi atas, PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh PT.GI selamasatu tahun pajak adalah sebesar Rp 15.055.921.428,- Penyajian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Final atas Jasa Konstruksi SPT Tahunan PPh BadanPT.GI menggunakan formulir 1771 karena memiliki pendapatan bruto dalam 1tahun buku mencapai lebih dari Rp.4,8miliar.
SPT Tahunan PPh Badan PTGI, formulir 1771 dapat dilihat pada lampiran.
Tabel2
Buku Besar Penjualan Jasa KonstruksiTahun 2017
MASA PAJAK
KETERANGAN DPP TARIF PPH DIPOTONG
Jan Pelaksanaan konstruksi 62,733,005,949 3% 1,881,990,178
Feb Pelaksanaan konstruksi - - -
Mar Pelaksanaan konstruksi 50,600,003,503 3% 1,518,000,105 Apr Pelaksanaan konstruksi 47,049,754,462 3% 1,411,492,634
Mei Pelaksanaan konstruksi - -
Jun Pelaksanaan konstruksi 74,866,008,398 3% 2,245,980,252 Jul Pelaksanaan konstruksi 78,416,257,436 3% 2,352,487,723
Ags Pelaksanaan konstruksi - -
Sep Pelaksanaan konstruksi - -
Okt Pelaksanaan konstruksi 62,733,005,949 3% 1,881,990,178 Nov Pelaksanaan konstruksi 78,416,257,436 3% 2,352,487,723 Des Pelaksanaan konstruksi 47,049,754,462 3% 1,411,492,634
TOTAL 501,864,047,595 3% 15,055,921,428
TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT SALDO
02/01/2017 Pelaksanaan konstruksi
10,411,001,983 10,411,001,983
15/01/2017 Pelaksanaan konstruksi
10,500,000,000 20,911,001,983
18/01/2017 Pelaksanaan konstruksi
21,000,003,966 41,911,005,949
22/01/2017 Pelaksanaan konstruksi
20,822,000,000 62,733,005,949
03/03/2017 Pelaksanaan konstruksi
10,800,667,000 73,533,672,949
15/03/2017 Pelaksanaan konstruksi
6,066,000,834 79,599,673,783
25/03/2017 Pelaksanaan konstruksi
16,600,000,000 96,199,673,783
30/03/2017 Pelaksanaan konstruksi
17,133,335,668 113,333,009,451
05/04/2017 Pelaksanaan konstruksi
15,683,251,487 129,016,260,938
10/04/2017 Pelaksanaan konstruksi
7,841,625,743 136,857,886,681
21/04/2017 Pelaksanaan konstruksi
10,683,000,487 147,540,887,168
25/04/2017 Pelaksanaan konstruksi
5,000,251,000 152,541,138,168
28/04/2017 Pelaksanaan konstruksi
7,841,625,743 160,382,763,911
10/06/2017 Pelaksanaan konstruksi
24,955,336,133 185,338,100,044
14 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
Berikuttabel perhitungan pada PTGI terhadap buku besar biaya serta rekapan SPT Tahunan Badan sehubungan dengan Jasa Konstruksi tahun 2017:
Tabel 4
Daftar Transaksi PPh Final atas Pelaksanaan Konstruksi Tahun
2017
Berdasarkan pencatatan PTGI yang tertera pada Buku Besar Biaya atas Jasa Konstruksi diketahui sebesar Rp 501.864.047.595,- Tetapi juga dicatat adanya uang muka proyek dari pengguna jasaRp 12.383.084.402,- sehingga Buku Besar Biaya Jasa ditambah biaya uang muka proyek jasa konstruksi selama tahun 2017 sebesar Rp514.247.131.997.
Tabel 3
Buku Besar Biaya Uang Muka Proyek Tahun 2017
Akun: Biaya uang muka proyek No.Akun: 202
TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT SALDO
30/12/2017 Pelaksanaan konstruksi
4,127,694,801 4,127,694,801
30/12/2017 Pelaksanaan konstruksi
3,200,000,601 7,327,695,402
31/12/2017 Pelaksanaan konstruksi
5,055,389,000 12,383,084,402
Ekualisasi Perhitungan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Final atas Jasa Konstruksi dengan Buku Besar Biaya Perusahaan
Ekualisasi pajak sangat penting bagi suatu perusahaan agar mempermudah pemeriksaan dan dapat mengetahui apakah ada selisih antara angka pada Laporan Keuangan dengan laporan perpajakan jika pada akhit tahun perusahaan tersebut harus diaudit dan diperiksa dengan hasil yang wajar tanpa pengecualian.
Berdasarkan data tabel diatas dibanding dengan tabel dibawah (Tabel 5), terdapat selisih tercatat angka Rp 501.864.047.595,- sedangkan pada Buku Besar Biaya jumlahnya sebesar Rp 514.247.131.997,-
Tabel 5
Daftar Transaksi Per-Masa Buku besar Biaya atas Jasa Tahun 2017
MASA
TRANSAKSI KETERANGAN DEBIT KREDIT SALDO
Januari Pelaksanaan konstruksi 62,733,005,949 62,733,005,949
Maret Pelaksanaan konstruksi 50,600,003,503 113,333,009,452
April Pelaksanaan konstruksi 47,049,754,462 160,382,763,914
Juni Pelaksanaan konstruksi 74,866,008,398 235,248,772,312
Juli Pelaksanaan konstruksi 78,416,257,436 313,665,029,748
Oktober Pelaksanaan konstruksi 62,733,005,949 313,665,029,748
November Pelaksanaan konstruksi 78,416,257,436 454,814,293,133
Desember Pelaksanaan konstruksi 59,432,838,864 514,247,131,997
Selanjutnya akan dilakukan ekualisasi antara buku besar biaya diatas dengan menggunakan bukti potong pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi, apakah selisih yang terjadi
20/06/2017 Pelaksanaan konstruksi
20,010,672,000 205,348,772,044
30/06/2017 Pelaksanaan konstruksi
29,900,000,266 235,248,772,310
02/07/2017 Pelaksanaan konstruksi
26,138,752,479 261,387,524,790
20/07/2017 Pelaksanaan konstruksi
27,077,504,000 288,465,028,790
29/07/2017 Pelaksanaan konstruksi
25,200,000,958 313,665,029,748
01/10/2017 Pelaksanaan konstruksi
20,911,001,983 334,576,031,731
10/10/2017 Pelaksanaan konstruksi
20,800,003,000 355,376,034,731
22/10/2017 Pelaksanaan konstruksi
21,022,000,966 376,398,035,697
05/11/2017 Pelaksanaan konstruksi
26,138,752,479 402,536,788,176
20/11/2017 Pelaksanaan konstruksi
26,000,504,000 428,537,292,176
25/11/2017 Pelaksanaan konstruksi
26,277,000,958 454,814,293,134
10/12/2017 Pelaksanaan konstruksi
15,683,251,487 470,497,544,621
17/12/2017 Pelaksanaan konstruksi
16,366,000,000 486,863,544,621
21/12/2017 Pelaksanaan konstruksi
15,000,502,974 501,864,047,595
MASA PAJAK DPP TARIF PPH YANG DIPOTONG
Januari 62,733,005,949 3% 1,881,990,178
Februari - - -
Maret 50,600,003,503 3% 1,518,000,105
April 47,049,754,462 3% 1,411,492,634
Mei - -
Juni 74,866,008,398 3% 2,245,980,252
Juli 78,416,257,436 3% 2,352,487,723
Agustus - -
September - -
Oktober 62,733,005,949 3% 1,881,990,178
November 78,416,257,436 3% 2,352,487,723
Desember 47,049,754,462 3% 1,411,492,634
501,864,047,595 3% 15,055,921,428
15 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
tersebut sudah sesuai dengan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.
Analisis Perhitungan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Final pasal 4 ayat 2 atas Usaha Jasa Konstruksi pada PTGI
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, PT.GI telah melakukan perhitungan atas penghasilan yang diperoleh dari klien sehubungan dengan jasa konstruksi, peredaran bruto (omzet) yang diperoleh PT.GI sudah melebihi Rp.4,8 M yang artinya PT.GI menggunakan SPT Tahunan Formulir 1771 dengan penghasilan bruto untuk pengusaha jasa konstruksi yaitu sebesar Rp501.684.047.595,- Penghasilan tertentu yang dikenai PPh final baik melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan menyetor sendiri harus sesuai dengan jumlah bruto atau nilai transaksinya. Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta membuat daftar rincian bukti-bukti pemotongan atau pembayaran pajaknya apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan kewajiban pajaknya.Berikut terlampir daftar rekapan bukti pemotongan PPh Pasal 4 Ayat 2 masa pajak Januari hingga Desember tahun 2017 :
Tabel 6
Daftar Rincian Bukti Potong Pelaksanaan Konstruksi tahun 2017
Rincian bukti potong diatas membuktikan bahwa PT.GI telah melakukan pembayaran atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi PPh final pasal 4 ayat (2) dengan tarif 3% karena PT.GI telah memiliki sertifikasi dan kualifikasi sebagai profesional dalam bidang konstruksi dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006 yang dinyatakan dalam Sertifikat Badan Usaha (SBU) atas pelaksanaan jasa konstruksi sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi Pengenaan tarif PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk usaha jasa konstruksi yaitu sebesar 3%.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 534/KMK.04 /2000 Pasal 2 Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan berisi data tambahan paling sedikit tentang :
a. jenis usaha dan klasifikasi lapangan usaha;
b. jumlah penghasilan;
c. jumlah kompensasi kerugian;
PPh final pasal 4 ayat (2) = Tarif x (Nilai termin pembayaran)
20/06/2 017
PT.CKJT 00137/PPh4(2) 20,010,672,000 3% 600,320,160
30/06/2 017
PT.CKJT 00138/PPh4(2) 29,900,000,266 3% 897,000,008
02/07/2 017
PT.CPI 00139/PPh4(2) 26,138,752,479 3% 784,162,574
20/07/2 017
PT.CPI 00140/PPh4(2) 27,077,504,000 3% 812,325,120
29/07/2 017
PT.CPI 00141/PPh4(2) 25,200,000,958 3% 756,000,029
01/10/2 017
PT.CKJT 00142/PPh4(2) 20,911,001,983 3% 627,330,059
10/10/2 017
PT.CKJT 00143/PPh4(2) 20,800,003,000 3% 624,000,090
22/10/2 017
PT.CKJT 00144/PPh4(2) 21,022,000,966 3% 630,660,029
05/11/2 017
PT.CW 00145/PPh4(2) 26,138,752,479 3% 784,162,574
20/11/2 017
PT.CW 00146/PPh4(2) 26,000,504,000 3% 780,015,120
25/11/2 017
PT.CW 00147/PPh4(2) 26,277,000,958 3% 788,310,029
10/12/2 017
PT.CPI 00148/PPh4(2) 15,683,251,487 3% 470,497,545
17/12/2 017
PT.CPI 00149/PPh4(2) 16,366,000,000 3% 490,980,000
21/12/2 017
PT.CPI 00150/PPh4(2) 15,000,502,974 3% 450,015,089 501,864,047,595 3% 15,055,921,428
TANGG AL
NAMA PERUSAHA
AN
NOMOR BUKTI POTONG
NILAI
OBJEK PAJAK TARIF PPH FINAL
02/01/2 017
PT.CMNP 00123/PPh4(2) 10,411,001,983 3% 312,330,059
15/01/2 017
PT.CMNP 00124/PPh4(2) 10,500,000,000 3% 315,000,000
18/01/2 017
PT.CMNP 00125/PPh4(2) 21,000,003,966 3% 630,000,119
22/01/2 017
PT.CMNP 00126/PPh4(2) 20,822,000,000 3% 624,660,000
03/03/2 017
PT.CMLJ 00127/PPh4(2) 10,800,667,000 3% 324,020,010
15/03/2 017
PT.CMLJ 00128/PPh4(2) 6,066,000,834 3% 181,980,025
25/03/2 017
PT.CMLJ 00129/PPh4(2) 16,600,000,000 3% 498,000,000
30/03/2 017
PT.CMLJ 00130/PPh4(2) 17,133,335,668 3% 514,000,070
05/04/2 017
PT.CMNP 00131/PPh4(2) 15,683,251,487 3% 470,497,545
10/04/2 017
PT.CMNP 00132/PPh4(2) 7,841,625,743 3% 235,248,772
21/04/2 017
PT.CMNP 00133/PPh4(2) 10,683,000,487 3% 320,490,015
25/04/2 017
PT.CMNP 00134/PPh4(2) 5,000,251,000 3% 150,007,530
28/04/2 017
PT.CMNP 00135/PPh4(2) 7,841,625,743 3% 235,248,772
10/06/2 017
PT.CKJT 00136/PPh4(2) 24,955,336,133 3% 748,660,084
16 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
d. jumlah pajak yang terutang;
e. jumlah kredit pajak;
f. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
g. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29;
h. bukan objek pajak;
i. jumlah harta dan kewajiban.
Daftar jumlah penghasilan dan pembayaran atas PPh Final pasal 4 ayat
atas dan kode akun diletakan di kanan atas, sebagaimana contoh berikut :
Nama Akun : Biaya Jasa Kode : 502
Gambar 2 Buku Besar bentuk T
Analisis Ekualisasi Perh tungan SPT (2) atas usaha jasa pelaksanaan
konstruksi diatas yang telah dilakukan oleh PT.GI memiliki jumlah nilai yang
Tahunan Badan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Konstruksi dengan Buku Besar Biaya
sama dengan penyajian pada SPT
Tahunan yaitu sebesar Rp.
15.055.921.428 selama 1 (satu) tahun masa pajak.
Analisis Perhitungan Buku Besar Biaya atas Jasa Konstruksi pada
Dilakukannya ekualisasi bertujuan untuk membandingkan penghasilan di laporan keuangan apakah jumlah nilai nya sudah sesuai dengan jumlah nilai pada SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan). Wajib pajak harus melakukan ekualisasi antara
PT.GI nilai atau jumlah yang tertera pada
Standar Akuntansi Keuangan secara laporan keuangan komersial dengan khusus mengatur tentang pengakuan
pendapatan dan biaya kontrak dengan menerbitkan sebuah pernyataan pada PSAK No.34 tentang Akuntansi Jasa
penyajian angka-angka yang tercantum pada SPT. Jika adanya perbedaan nilai bukan berarti adanya suatu kesalahan akan tetapi dapat dijelaskan dengan Konstruksi yang menggambarkan
perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya sehubungan dengan jasa konstruksi.
peraturan-peraturan yang berlaku baik undang-undang pajak, peraturan pemerintah maupun PSAK. Penulis akan Menurut PSAK 1 tentang Penyajian
Laporan Keuangan mengatur persyaratan
menganalisis ekualisasi tersebut pada PT.GI mengenai perhitungan buku besar Penyajian Laporan Keuangan,Struktur
Laporan Keuangan, dan Persyaratan Minimal Laporan Keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi
biaya dengan rincian bukti potong pada SPT Tahunan PT.GI, akan dilampirkan dengan tabel ekualisasi yang digabungkan antara Perhitungan SPT Keuangan. PT.GI adalah perusahaan
yang menyediakan jasa kepada pengguna jasa dengan menerapkan prinsip laporan keuangan sesuai dengan PSAK.Penyajian buku besar biaya oleh PT.GI menggunakan motif buku besar bentuk T yaitu bentuk buku besar yang paling sederhana dan hanya berbentuk seperti huruf T besar. Sebelah kiri menunjukan sisi Debet dan sebelah kanan menunjukan sisi Kredit. Nama akun diletakan di kiri
Tahunan Badan Pajak Pen hasilan Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Konstruksi dengan Buku Besar Biaya Jasa pada PT.GI.
Berikut terlampir tabel ekualisasi yang dimaksud penulis.
17 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
Tabel 7
Ekualisasi Buku Besar Biaya dengan Bukti Potong PPh final pasal 4 (2)
Ekualisasi diatas menunjukkan bahwa jumlah nilai antara Buku Besar Biaya dan Bukti Potong selama 1 tahun masa pajak terdapat selisih sebesar Rp12.383.084.402, Berikut terlampir tabel perhitungan selisih tersebut:
Tabel 8
Ringkasan Nominal Buku Besar Biaya, Nilai objek Bukti Potong, dan jumlah
nilai
pada SPT Tahunan 2017
Dalam tabel 8 dapat dilihat bahwa perhitungan mengenai ekualisasi pada PT.GI terjadi selisih antara jumlah nilai pada Buku Besar Biaya atas Jasa Konstruksi dengan jumlah Nilai Objek PPh Pasal 4 (2) pada SPT Tahunan maupun dengan Bukti Potong yang sudah sesuai dengan SPT Tahunan. Jumlah selisih yang terjadi yaitu sebesar
Rp12.383.084.402,- terjadi karena adanya beda perlakukan pada pencatatan Buku Besar Biaya Uang Muka Proyek atas Jasa yang tidak dikenai PPh final pasal 4 (2) atas Jasa Konstruksi.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 pasal 10 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, pengusaha jasa konstruksi menerima penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 2 harus dikenakan pajak yang bersifat final sesuai ketentuan dalam huruf d, dengan cara menyetor sendiri Pajak Penghasilan yang terutang pada saat menerima pembayaran uang muka dan termin, dalam hal pemberi penghasilan adalah pengguna jasa lainnya. Dengan adanya peraturan tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam Buku Besar Biaya Uang Muka Proyek seharusnya dikenakan PPh Final sesuai dengan peraturan yang telah dijelaskan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pelaksanaan Perhitungan SPT Tahunan Badan Pajak Penghasilan Final atas Jasa Konstruksi
Pelaksanaan perhitungan ini sudah sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, bersifat final artinya bahwa penghasilan tersebut tidak perlu digabung dengan penghasilan lainnya dalam perhitungan pajak penghasilan terutang.
Pelaksanaan Perhitungan Buku Besar Biaya atas Jasa Konstruksi
Dalam menyajikan perhitungan pada buku besar biaya atas jasa konstruksi sudah seuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang secara khusus mengatur tentang pengakuan pendapatan dan biaya kontrak sebagaimana PSAK No.34 tentang Akuntansi Jasa Konstruksi yang menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya sehubungan dengan jasa konstruksi.
BUKU BESAR BIAYA BUKTI PO TONG PPH PASAL 4 AYAT (2) Tanggal Saldo pada
Bk Besar Biaya
Tanggal Nomor Bukti Potong
Nilai Objek Pajak
PPh 4(2) 3%
02/01 10,411,001,983 02/01/2017 00123/PPh4(2) 10,411,001,983 312,330,059 15/01 10,500,000,000 15/01/2017 00124/PPh4(2) 10,500,000,000 315,000,000 18/01 21,000,003,966 18/01/2017 00125/PPh4(2) 21,000,003,966 630,000,119 22/0 20,822,000,000 22/01/2017 00126/PPh4(2) 20,822,000,000 624,660,000 03/03 10,800,667,000 03/03/2017 00127/PPh4(2) 10,800,667,000 324,020,010 15/03 6,066,000,834 15/03/2017 00128/PPh4(2) 6,066,000,834 181,980,025 25/03 16,600,000,000 25/03/2017 00129/PPh4(2) 16,600,000,000 498,000,000 30/03 17,133,335,668 30/03/2017 00130/PPh4(2) 17,133,335,668 514,000,070 05/04 15,683,251,487 05/04/2017 00131/PPh4(2) 15,683,251,487 470,497,545 10/04 7,841,625,743 10/04/2017 00132/PPh4(2) 7,841,625,743 235,248,772 21/04 10,683,000,487 21/04/2017 00133/PPh4(2) 10,683,000,487 320,490,015 25/04 5,000,251,000 25/04/2017 00134/PPh4(2) 5,000,251,000 150,007,530 28/04 7,841,625,743 28/04/2017 00135/PPh4(2) 7,841,625,743 235,248,772 10/06 24,955,336,133 10/06/2017 00136/PPh4(2) 24,955,336,133 748,660,084 20/06 20,010,672,000 20/06/2017 00137/PPh4(2) 20,010,672,000 600,320,160 30/06 29,900,000,266 30/06/2017 00138/PPh4(2) 29,900,000,266 897,000,008 02/07 26,138,752,479 02/07/2017 00139/PPh4(2) 26,138,752,479 784,162,574 20/07 27,077,504,000 20/07/2017 00140/PPh4(2) 27,077,504,000 812,325,120 29/07 25,200,000,958 29/07/2017 00141/PPh4(2) 25,200,000,958 756,000,029 01/10 20,911,001,983 01/10/2017 00142/PPh4(2) 20,911,001,983 627,330,059 10/10 20,800,003,000 10/10/2017 00143/PPh4(2) 20,800,003,000 624,000,090 22/10 21,022,000,966 22/10/2017 00144/PPh4(2) 21,022,000,966 630,660,029 05/11 26,138,752,479 05/11/2017 00145/PPh4(2) 26,138,752,479 784,162,574 20/11 26,000,504,000 20/11/2017 00146/PPh4(2) 26,000,504,000 780,015,120 25/11 26,277,000,958 25/11/2017 00147/PPh4(2) 26,277,000,958 788,310,029 10/12 15,683,251,487 10/12/2017 00148/PPh4(2) 15,683,251,487 470,497,545 17/12 16,366,000,000 17/12/2017 00149/PPh4(2) 16,366,000,000 490,980,000 21/12 15,000,502,974 21/12/2017 00150/PPh4(2) 15,000,502,974 450,015,089
30/12 4,127,694,801 30/12/2017 - - -
30/12 3,200,000,601 30/12/2017 - - -
31/12 5,055,389,000 31/12/2017 - - -
TOTAL 514,247,131,997 TOTAL 501,864,047,595 15,055,921,428
No. Keterangan Jumlah 1. Buku Besar
Biaya Jasa
514,247,131,997 2. Bukti Potong
PPh pasal 4 ayat (2)
501,864,047,595
3. SPT Tahunan 501,864,047,595 Selisih 12,383,084,402
18 Jurnal EKonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung Volume 1 - Nomor 1- Bulan November 2019
Email : uppm@praktisi.ac.id
Pelaksanaan Ekualisasi Perhitungan SPT Tahunan Badan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Konstruksi dengan Buku Besar Biaya Ekualisasi menyajikan terdapatnya selisih antara jumlah nilai pada Buku Besar Biaya atas Jasa Konstruksi dengan jumlah Nilai Objek PPh Pasal 4 (2) pada SPT Tahunan serta dengan Bukti Potong yang sudah sesuai SPT Tahunan. Selisih tersebut terjadi karena adanya beda perlakukan pada pencatatan Buku Besar Biaya Uang Muka Proyek atas Jasa yang tidak dikenai PPh final pasal 4 (2).
Artinya, PT.GI belum memenuhi peraturan yang berlaku dimana atas uang muka atas proyek seharusnya dikenai pajak PPh Final pasal 4(2).
Saran
Selisih yang terjadi karena adanya beda perlakukan pada pencatatan Buku Besar Biaya Uang Muka Proyek atas Jasa yang tidak dikenai PPh final pasal 4 (2) harus segara disesuaikan denganketentuan yang berlaku. Selanjutnya dilakukan rekonsiliasi fiskal agar terdapat penyesuaian antara ketentuan komersial (Sistem Akuntansi Keuangan) dengan ketentuan fiskal (Undang-undang Perpajakan).
Daftar Pustaka
B.Ilyas, Wirawandan Richard Burton.
2010. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi.
Ratnawati, Juli dan Retno Indah Hernawati (ed.1) 2015. Dasar-Dasar Perpajakan. Yogyakarta: Depublish.
Siti Resmi (ed.10) 2017. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Waluyo (ed.10) 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK no.34 tentang Akuntansi Jasa Konstruksi
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK no. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 534/Kmk.04/2000 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 08/PRT/M/2011 Tentang Pembagian Sub klasifikasi Dan Sub kualifikasi Usaha Jasa Konstruksi
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per-02/Pj/2019 Tentang : Tata Cara Penyampaian, Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 243/Pmk.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/Pmk.03/2008 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan tentang Pajak Penghasilan