• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM BAB I PRNDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM BAB I PRNDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

BAB I PRNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan dari manusia. Betapa tidak setiap manusia lebih dituntut dan diarahkan kearah ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sosrotan perkebangan IPTEK ini. Belakangan ini telah lahir IPTEK-IPTEK yang berpeluang mempermudah dalam keperluan analisis kimia. Salah satu bentuk kemajuan IPTEK ini yang biasa dikenal sekarang diantaranya alat serapan atom yang kemudian sangat mendukung dalam analisis kimia dengan metode Spektrometri Serapan Atom (SSA).

Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu.

Dewasa ini penggunaan istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistim kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu gelombang tertentu.

Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain semula merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat tetes-tetes sampel yang belum menguap keluar dari puncak nyala, dan gas-gas nyala itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi itu, lagi pula sistim optis itu tidak memerikasa seluruh nayala melainkan hanya mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu diatas titik puncak pembakar.

Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk analisisi dengan garis spektrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan

(2)

dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperatur nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dalam fotometri nyala dapat berfarisasi hasilnya. Dari segi biaya operasi, AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar beklakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)?

Bagaimanakah Penggunaan / penerapan Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam proses analis kimia?

Apakah sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada metode Spektrometri Serapan Atom (SSA)?

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari dosen mata kuliah, juga bertujuan agar penulis maupun pembaca dapat mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana metode ataupun prinsip kerja dari Spektrometri Serapan Atom (SSA) itu sendiri, selain itu juga diharapkan agar kita dapat melihat sejauh mana efisiensi dari penggunaan metode ini jika dilihat dari kelebihan dan kekurangannya.

(3)

BAB II ISI

2.1 Pengertian Spektrometri Serapan Atom (SSA)

Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum matahari. Sedangkan yang mememfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1995. Sebelum ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera di gantikan dengan Spektrometri Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectrofotometry (ASS).

Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan metode spektroskopi emisi konvensional.

Memang selain dengan metode serapan atom,unsur-unsur dengan energi eksitasi dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk analisis dengan garis spectrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna sedangkan antara 200-300 nm metode ASS lebih baik daripada fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif,metode fotometri nyala lebih disukai dari ASS, karena ASS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam ASS merupakan sarat utama. Dari segi biaya AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplomenter satu sama lainnya.

Komponen-komponen lainnya dari sebuah spektrofotometer serapan atom adalah konvensional sifatnya. Monokromatornya dapat tak semahal monokromator spektrofotometer biasa yang sepadan kualitasnya, karena kurang dituntut. Satu-satunya tuntutan adalah bahwa monokromator itu melewatkan garis resonan yang dipilih, tanpa dibarengi garis-garis lain dalam spektrum sumber cahaya yang timbul dari katode logam atau gas lambannya.

Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelaombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium

(4)

menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam- macam. Misalnya unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3S, artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang barada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:

Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monokrokatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.

Hukum Beer: intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.

Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

lt= lo.e-(€bc), atau A= -log lt/lo= €bc

Dimana: lo= intensitas sumber sinar

lt= intensitas sinar yang diteruskan

€= absortivitas molar b= panjang medium

c= konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A= absorbans

(5)

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).

2.2 Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelaombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi adsorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya (Gorund state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektromeri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti prinsip absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.

Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah peralatan dan bentuk spektrum absorpsinya.

Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen yaitu:

Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala) Sumber radiasi

Sistem pengukur fotometri Sistem Atomisasi dengan Nyala

Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi sampel dan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrument sumber atomisasi ini adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).

Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom.

Namun demikian yang saat ini menonjol dan dipakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jeni nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit (unsure yang dianalisis) dapat sitentikan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi, dan juga fluoresensi.

(6)

Nyala udara asetilen

Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS. Temperature nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsure dapat diminimalkan.

Nitrous oksida-asetilen

Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperatur nyala yang dihasilkan relative tinggi. Unsur- unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, Ti, V, dan W.

Sistem Atomisasi tanpa Nyala (dengan Elektrotermal/tungku)

Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi kelemahan dari system nyala seperti sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel.

Ada tiga tahap atomisasi dngan tngku yaitu:

Tahap pengeringan atau penguapan larutan

Tahap pengabutan atau penghilangan senyawa-senyawa organic Tahap atomisasi

Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten: Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y, dan Zr. Hal ini disebabkan karena unsure tersebut dapat bereaksi dengan graphit.

Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:

Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat.

Sufat dan fosfat bagus untuk pelarut smpel, biasanya setelah sampel ditempatkan dalam tungku.

Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada sampel dan standard.

Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas.

Temparatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Bahan bakar dan oksidator dimasukkan dalam kamar pencampur kemudian dilewatkan melalui bafle menuju ke pembakar. Hanya tetesan kecil dapat melalui bafle. Tetapi hal ini tidak selalu sempurna, karena kadang kala nyala tersedot balik kedalam kamar pencampur sehingga

(7)

menghasilkan ledakan. Untuk itu biasanya lebih disukai pembakar dengan lubang yang sempit dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan dengan seksama.

Dengan gas asetilen dan oksidator udara tekan, temperatur maksimum yang tercapai adalah 12000C. Untuk temperatur tinggi biasanya digunakan N:O:: 2:1 karena banyaknya interferensi dan efek nyala yang tersedot balik, nyala mulai kurang digunakan, sebagai gantinya digunakan proses atomisasi tanpa nyala, misalnya suatu perangkat pemanas listrik. Sampel sebanyak 1-2ml diletakkan pada batang grafit yang porosnya horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pipa. Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligur mendisosiasi senyawa yang dianalisis.

Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontinu. Disamping itu sistim dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromatis mungkin. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow Cathode. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantanya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalis. Lampu ini diisi denga gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang-panjang gelomabang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasi dengan suatu monokromator.

2.3 Instrumen dan Alat

Untuk menganalisis sampel untuk konstituen atomnya, itu harus atomize. Sampel kemudian harus diterangi oleh cahaya.. Cahaya ditransmisikan akhirnya diukur oleh suatu detektor. Dalam rangka mengurangi efek dari emisi dari pengabut (misalnya radiasi benda hitam ) atau lingkungan, spektrometer adalah biasanya digunakan antara pengabut dan detektor.

Teknik ini biasanya memanfaatkan api untuk menyemprotkan suatu cairan sampel, tetapi atomizers lain seperti tungku grafit atau plasma, terutama induktif ditambah plasma, juga digunakan. Ketika nyala api yang digunakan adalah panjang lateral (biasanya 10 cm) dan tidak mendalam. Tinggi api di atas kompor kepala dapat dikendalikan dengan menyesuaikan aliran campuran bahan bakar. Sebuah berkas cahaya melewati nyala api ini pada porosnya terpanjang

(8)

(sumbu lateral) dan sebuah detektor hits.

Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom dalam tiga langkah:

Desolvation (Pengeringan) - cairan pelarut yang menguap , dan sampel kering tetap Penguapan (bilik) - yang vaporises sampel padat ke gas

Atomisasi - senyawa yang membentuk sampel yang rusak menjadi bebas atom .

Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spektrum sempit dibandingkan dengan transisi atom.

Lampu katoda Hollow adalah sumber radiasi yang paling umum dalam spektroskopi serapan atom. Di dalam lampu, diisi dengan argon atau gas neon, adalah katoda silinder logam yang mengandung logam untuk eksitasi, dan anoda. Ketika tegangan tinggi diterapkan di anoda dan katoda, partikel gas yang terionisasi. Sebagai tegangan meningkat, ion gas mendapatkan energi yang cukup untuk mengeluarkan atom logam dari katoda. Beberapa dari atom berada dalam keadaan tereksitasi dan memancarkan cahaya dengan frekuensi karakteristik logam.

Banyak modern lampu katoda berongga yang selektif untuk beberapa logam.

Spektroskopi serapan atom juga dapat dilakukan dengan laser, terutama diode laser karena sifat baik mereka untuk penyerapan sperktrofoto laser . Teknik ini kemudian juga disebut sebagai Dioda laser spektrometri penyerapan atom (DLAAS atau DLAS), atau, karena panjang gelombang modulasi paling sering digunakan, modulasi spektrometri penyerapan panjang gelombang.

GAMBAR

Sumber radiasi ( Hollow Cathode Lamp)

Lampu katoda merupakan sumbe rcahaya paada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsure yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji akan mudah tereksitasi.

Tabung gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000 K dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas gas asetilen ± 30.000 K.

(9)

Kompresor

Merupakan alat yang terpisah dengan main unit karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS pada waktu pembakaran atom.

Burner

Merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen dan aquabides agar tercampur merata dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.

Ducting

Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS diolah sedemikian rupa didalam ducting agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.

Buangan pada AAS

Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen yang diletakan secara terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa agar sisa buangan sebelumnnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomian nyala api pada saat pengukuran sampel.

Monokromator

Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi resonansi dari sekian banyak spectrum yang dihasilkan oleh lampu pijar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.

Macam macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR dan kisi difraksi.

Detector

Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi infra merah termasuk thermocouple dan bolometer. Detektor berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energi listrik oleh fotomultiplier.Hasil pengukuran detektor

(10)

dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam detektor sebagai berikut:

Detektor cahaya atau detektor foton

Detektor foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam hal ini setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu elektron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.

Detektor infra merah dan detektor panas.

Detektor infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.

Cara kerja Spektrofotometer Serapan Atom

Pertama-tama gas dibuka terlebih dahulu, kemudian kompresor lalu ducting, main unit dan komputer secara berurutan.

Dibuka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ‘ apakah ingin mengganti lampu katoda’ jika ingin mengganti klik YES dan jika tidak NO.

Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan lampu katoda yang dipasang kedalam kotak dialog kemudian di klik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.

Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.

Pada program SAS 3.0 dipilh menu select element and working mode. Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada simbol unsur yang diinginkan.

Jika telah selesai klik OK, kemudian muncul tanpilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fluel flow: 1,2; meassurement; conentration;

number of sampel: 2; unit consentration: ppm; number of standard:3; standard list:

1ppm, 3ppm,9ppm.

Diklik OK and setup, ditunggu hingga selesai warming up.

Diklik icon bergambar burner/pembakar, setelah membakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.

Pada menu meassurement pilih meassure sample.

Diamsukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk kemudian dipindahkan ke standard 1ppm hingga data keluar.

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan validasi alat uji dan metode uji spektrometri serapan atom (SAA) menggunakan bahan standar pembanding (standard reference materials, SRM). Validasi alat uji

spektrometri serapan atom larutan sampel langsung dianalisis oleh spektrometer, sedangkan analisis secara spektrometri tampak dilakukan dengan perlakuan awal ekstraksi sampel

Analisis Logam Berat, Seng, Kadmium dan Tembaga pada Berbagai Tingkat Kemiringan Tanah Hutan Tanaman Industri PT.Toba Pulp Lestari dengan Metode Spektrometri Serapan Atom

EVALUASI KANDUNGAN LOGAM-LOGAM BERAT Ph, Fe, DAN Ca DALAM CONTOH WI LlNGKUNGAN SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA). Telah dilakukan preparasi contoh u)i lingkungan (daun bayam ,

Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), meru pakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada proses penyerapan energi

Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada proses penyerapan energi

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989). Pada alat SSA terdapat dua bagian utama