• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

No.602, 2022 KEMENDAGRI. IPDN. Statuta. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2022

TENTANG

STATUTA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi kepamongprajaan Kementerian Dalam Negeri guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang unggul lulusan pendidikan tinggi kepamongprajaan, perlu pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi kepamongprajaan Kementerian Dalam Negeri;

b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2018 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri, perlu disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran

(2)

Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500);

7. Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2021 tentang Kementerian Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 286);

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 139 Tahun 2014 tentang Pedoman Statuta dan Organisasi Perguruan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1670);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 810) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2021

(3)

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 48);

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 47);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG STATUTA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat IPDN adalah perguruan tinggi kedinasan di bawah Kementerian Dalam Negeri yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan dipimpin oleh Rektor, menyiapkan kader pemerintahan dalam negeri di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

2. Statuta IPDN adalah peraturan dasar pengelolaan IPDN yang digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan prosedur operasional Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan di IPDN.

3. Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan adalah pendidikan tinggi kedinasan yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri yang mempunyai spesifikasi/kekhususan dibidang ilmu pemerintahan terapan, yang ditempuh dalam sistem pendidikan melalui pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan sebagai satu kesatuan sistem yang terintegrasi.

4. Rektor adalah pimpinan penyelenggara IPDN yang jabatannya setara dengan jabatan pimpinan tinggi

(4)

madya.

5. Senat Institut adalah unsur penyusun kebijakan IPDN yang menjalankan fungsi penetapan, pertimbangan, dan pengawasan pelaksanaan kebijakan akademik dan perwakilan tertinggi di lingkungan IPDN.

6. Fakultas adalah unsur pelaksana akademik yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan vokasi dan/atau pendidikan akademik dalam 1 (satu) rumpun disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni.

7. Program Studi adalah kesatuan kegiatan Pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan vokasi, akademik, dan/atau pendidikan profesi.

8. Dekan adalah pimpinan Fakultas yang bertugas untuk memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan di lingkungan Fakultas.

9. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

10. Lembaga adalah unsur pelaksana akademik yang melaksanakan fungsi penelitian, pengabdian kepada masyarakat, pengembangan pendidikan dan penjaminan mutu internal, dan pengelolaan data dan sistem informasi.

11. Sekolah Pascasarjana adalah unsur pelaksana akademik yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan Program Studi magister dan Program Studi doktor.

12. Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan adalah unsur pendidikan setelah program sarjana untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan profesi kepamongprajaan.

13. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan

(5)

14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

Pasal 2

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan landasan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan IPDN dan dilaksanakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta kode etik profesi kepamongprajaan.

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, DAN PERENCANAAN

Pasal 3

Visi IPDN yaitu menjadi Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang unggul, profesional, berintegritas, dan berdaya saing sampai dengan tahun 2045.

Pasal 4

Untuk mencapai visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, IPDN mempunyai misi yaitu:

a. menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan dengan mengembangkan, membina dan memperkuat disiplin ilmu pemerintahan yang bersifat teoretis dan empiris;

b. menyelenggarakan penelitian dan pengabdian masyarakat untuk menerapkan dan mengembangkan teori serta praktik pemerintahan yang inovatif, berwawasan nasional, dan berakar pada kearifan lokal;

c. mengembangkan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang selaras melalui pendidikan akademik, vokasi, dan profesi sesuai kebutuhan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat; dan

d. menyebarluaskan pengalaman dan temuan inovatif

(6)

dalam disiplin ilmu pemerintahan teoretis dan ilmu pemerintahan terapan.

Pasal 5 (1) IPDN bertujuan untuk:

a. menghasilkan lulusan pamong praja yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. memenuhi 8 (delapan) pedoman pembinaan kader pamong praja; dan

c. menghasikan lulusan pamong praja yang dapat mengembangkan, memberdayakan, dan menerapkan ilmu terapan kepamongprajaan pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(2) 8 (delapan) pedoman pembinaan kader pamong praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu:

a. berjiwa Pancasila;

b. unggul, profesional, dan berintegritas;

c. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdaya saing;

d. kader revolusi mental dan agen perubahan;

e. mengayomi, melayani, dan melindungi masyarakat;

f. perekat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia;

g. berwawasan nasional dan global; dan

h. adaptif, inovatif, produktif, serta kompetitif.

Pasal 6

(1) Perencanaan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan IPDN terdiri atas Rencana Pengembangan Jangka Panjang, Rencana Strategis, dan Rencana Aksi yang sesuai dengan visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(2) Rencana Pengembangan Jangka Panjang IPDN memuat rencana dan pengembangan 25 (dua puluh lima) tahun.

(3) Rencana Strategis IPDN memuat rencana dan program pengembangan 5 (lima) tahun.

(7)

(satu) tahun.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Pengembangan Jangka Panjang, Rencana Strategis, dan Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB III IDENTITAS

Pasal 7

(1) Identitas IPDN paling sedikit meliputi sejarah, lambang, bendera, himne, mars, kode kehormatan, pakaian dinas, jas almamater, dan perayaan Dies Natalis IPDN yang dilaksanakan setiap tanggal 17 Maret.

(2) Ketentuan mengenai sejarah, lambang, bendera, himne, dan mars sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 8

(1) Identitas Fakultas meliputi bendera Fakultas dan lambang Program Studi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai identitas Fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 9

IPDN mempunyai lambang yang bermakna yaitu:

a. burung garuda, melambangkan IPDN bertujuan mendidik kader Pamong Praja yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pemerintahan, memiliki sikap dan mental kepribadian yang tangguh dan prinsip yang kuat, serta karakter kepemimpinan kepamongprajaan yang berwawasan nusantara berlandaskan pada Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia;

(8)

b. bintang warna kuning, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

c. rantai emas, melambangkan IPDN mendidik kader Pamong Praja berlandaskan persatuan dan kesatuan bangsa;

d. kapas warna putih, melambangkan keadilan;

e. daun kapas warna hijau, melambangkan kesejukan, dan ketentraman;

f. kombinasi bunga kapas dan daunnya berjumlah 17 (tujuh belas), melambangkan tanggal proklamasi 17 Agustus 1945 berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia;

g. padi warna kuning, melambangkan kemakmuran;

h. padi berjumlah 45 (empat puluh lima), melambangkan tahun kemerdekaan Republik Indonesia;

i. tahun 1956, melambangkan tahun berdirinya Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan;

j. merah putih, melambangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

k. tulisan Institut Pemerintahan Dalam Negeri, bermakna Lembaga Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan sebagai Pendidikan Kedinasan yang mendidik calon aparatur sipil negara di bidang pemerintahan;

l. tulisan Kementerian Dalam Negeri, bermakna kementerian yang membentuk dan menyelenggarakan IPDN; dan

m. lingkaran biru dan kuning, melambangkan sifat keluasan pemikiran atas penguasaan ilmu pengetahuan tanpa batas.

Pasal 10

IPDN memiliki bendera berbentuk persegi empat panjang dengan ukuran lebar 2 (dua) banding 3 (tiga), berwarna biru, dan ditengahnya terdapat lambang IPDN.

Pasal 11

(9)

b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia;

c. rela berkorban dan bekerja keras untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara;

d. melaksanakan pengabdian berdasarkan kaidah keilmuan, etika, dan estetika; dan

e. kejujuran, kearifan, keadilan, keterbukaan, taat asas,dan profesional dalam pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 12

(1) IPDN memiliki pakaian dinas, jas almamater, dan pakaian dinas upacara besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pakaian dinas, jas almamater, dan pakaian dinas upacara besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB IV

PENDIDIKAN IPDN

Pasal 13

Pendidikan di IPDN sesuai dengan tridharma perguruan tinggi yang didayagunakan untuk kepentingan:

a. pendidikan;

b. penelitian; dan

c. pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 14

(1) Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, berupa pendidikan vokasi, akademik, dan profesi.

(2) Kualifikasi pendidikan vokasi, akademik, dan profesi diselenggarakan atas dasar kualifikasi kompetensi nasional Indonesia.

(3) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

(10)

merupakan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan dengan keahlian khusus bagi lulusan sarjana atau sederajat nonilmu pemerintahan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 15

(1) Pelaksanaan pendidikan dilaksanakan di IPDN kampus pusat dan kampus daerah yang menyelenggarakan Program Studi tertentu sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

(2) Pelaksanaan pendidikan di IPDN kampus pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kampus pusat di Jatinangor dan kampus Jakarta.

(3) IPDN kampus daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kampus daerah di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Papua, dan Provinsi Kalimantan Barat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Program Studi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 16

(1) Tahun akademik dimulai pada minggu pertama bulan Agustus dan berakhir pada minggu terakhir bulan Juli tahun berikutnya.

(2) Pelaksanaan pendidikan di IPDN dibagi dalam 2 (dua) semester yaitu semester gasal dan semester genap.

(3) Setiap semester terdiri atas 14 (empat belas) sampai dengan 16 (enam belas) tatap muka perkuliahan, termasuk 1 (satu) kali ujian tengah semester, dan 1 (satu) kali ujian akhir semester.

(4) IPDN dapat menyelenggarakan ujian perbaikan pada saat

(11)

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pendidikan semester gasal dan semester genap diatur dengan Peraturan Rektor setelah mendapat persetujuan Senat Institut.

Pasal 17

(1) Bahasa pengantar yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan di IPDN yaitu bahasa Indonesia.

(2) Bahasa asing dan bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pendukung dalam pelaksanaan pendidikan, penyampaian pengetahuan, dan keterampilan tertentu untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna proses pembelajaran.

Pasal 18

(1) Pelaksanaan akademik diselenggarakan dengan menerapkan sistem kredit semester.

(2) Sistem kredit semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan sistem pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester untuk menyatakan beban studi praja dan mahasiswa, beban kerja Dosen, dan beban penyelenggara Program Studi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor setelah mendapat persetujuan Senat Institut.

Pasal 19

(1) Pendidikan program sarjana terapan diselenggarakan melalui sistem pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan.

(2) Sekolah Pascasarjana diselenggarakan melalui sistem kredit semester secara reguler serta berbasis akademik dan/atau terapan ilmu pemerintahan.

Pasal 20

(1) Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan

(12)

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

(2) Kurikulum terdiri atas mata kuliah, mata pelatihan, dan materi pengasuhan yang disusun berdasarkan Program Studi.

(3) Kurikulum disusun dan dikembangkan oleh setiap Program Studi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada standar nasional pendidikan perguruan tinggi.

(4) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Rektor setelah mendapat persetujuan Senat Institut.

Pasal 21

(1) Akreditasi dilaksanakan untuk menentukan kelayakan institut dan Program Studi.

(2) Kegiatan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh kepala Lembaga pengembangan pendidikan dan penjaminan mutu internal, Dekan, direktur, kepala pusat pengembangan penjaminan mutu internal dan fasilitasi akreditasi, ketua Program Studi, sekretaris Program Studi, dan Fakultas.

(3) Lembaga pengembangan pendidikan dan penjaminan mutu internal memberikan bantuan dan bimbingan teknis pelaksanaan akreditasi institut dan akreditasi Program Studi kepada Fakultas, Sekolah Pascasarjana, dan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan.

(4) Pemberian bantuan dan bimbingan teknis pelaksanaan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Lembaga pengembangan pendidikan dan penjaminan mutu internal dapat bekerjasama dengan badan akreditasi nasional perguruan tinggi dan pihak lain yang berkompeten dalam pelaksanaan akreditasi.

(5) Rektor bertanggung jawab terhadap pelaksanaan akreditasi institut dan Program Studi.

(13)

(1) Penilaian kegiatan pembelajaran dan kemajuan hasil belajar praja dan mahasiswa dilakukan secara berkala dalam bentuk ujian, tugas terstruktur, dan bentuk penilaian lainnya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk ujian, tugas terstruktur, dan bentuk penilaian lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor setelah mendapat persetujuan Senat Institut.

Pasal 23

(1) Praja dan mahasiswa dinyatakan lulus pada jenjang pendidikan setelah menempuh mata kuliah yang dipersyaratkan dan berhasil mempertahankan karya akhir studi.

(2) Karya akhir studi yang menjadi syarat kelulusan pendidikan program sarjana terapan yaitu skripsi.

(3) Karya akhir studi yang menjadi syarat kelulusan pendidikan Program Studi magister terapan studi pemerintahan yaitu tesis.

(4) Karya akhir studi yang menjadi syarat kelulusan pendidikan Program Studi doktor yaitu disertasi.

(5) Karya akhir studi yang menjadi syarat kelulusan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan yaitu laporan akhir praktik profesi kepamongprajaan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai karya akhir studi berupa skripsi, tesis, disertasi, dan laporan akhir praktik profesi kepamongprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Rektor setelah mendapat persetujuan Senat Institut.

Pasal 24

(1) Penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, merupakan kegiatan terpadu untuk menunjang kegiatan pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan kebijakan publik, dan pengabdian kepada

(14)

masyarakat.

(2) Kegiatan penelitian yang diselenggarakan di IPDN terdiri dari penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Lembaga penelitian.

(3) Penelitian dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

(4) Penelitian terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk menunjang pendidikan, pengembangan institusi, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

(5) Penelitian pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan umum dan otonomi daerah melalui kerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan institusi lain.

Pasal 25

(1) Penelitian dilakukan dengan mengikuti norma, moral, kaidah, dan kode etik akademik pada ruang lingkup bidang ilmu pemerintahan yang berlaku secara umum.

(2) Penyelenggaraan penelitian dilakukan melalui kegiatan:

a. perencanaan;

b. pelaksanaan;

c. pengendalian;

d. monitoring;

e. evaluasi;

f. pelaporan hasil;

g. peningkatan kapasitas peneliti; dan h. publikasi hasil penelitian.

(3) Hasil penelitian yang merupakan hak atas kekayaan intelektual wajib dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Publikasi hasil penelitian dilakukan dalam terbitan jurnal ilmiah secara berkala bagi kepentingan masyarakat luas dan masyarakat ilmiah dalam dan luar negeri.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor.

(15)

(1) Pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c, dilakukan pemanfaatan, pendayagunaan, pengembangan ilmu pemerintahan bagi kepentingan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat, serta pengembangan pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(2) Pengabdian kepada masyarakat melibatkan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik.

(3) Penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat dikoordinasikan oleh Lembaga pengabdian masyarakat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 27

(1) Penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat meliputi kegiatan

a. perencanaan;

b. pelaksanaan;

c. pengendalian;

d. monitoring;

e. evaluasi;

f. pelaporan hasil;

g. peningkatan kapasitas pelaksana pengabdian kepada masyarakat; dan

h. publikasi hasil pengabdian kepada masyarakat.

(2) Hasil pengabdian kepada masyarakat dipublikasikan dalam bentuk jurnal yang diterbitkan oleh Lembaga pengabdian masyarakat.

Pasal 28

(1) Hasil pengabdian kepada masyarakat dapat digunakan untuk:

a. penyelesaian masalah dalam masyarakat;

b. pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

(16)

c. pengembangan penyelenggaraan pemerintahan; dan d. pengayaan sumber belajar.

(2) Pemanfaatan hasil pengabdian kepada masyarakat diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB V

KEBEBASAN AKADEMIK, KEBEBASAN MIMBAR AKADEMIK, DAN OTONOMI KEILMUAN

Pasal 29

(1) IPDN menjunjung tinggi kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.

(2) Kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan merupakan kebebasan yang dimiliki sivitas akademika untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan secara mandiri dan bertanggung jawab.

(3) Kebebasan akademik dilaksanakan dalam upaya mendalami, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pelatihan, dan pengabdian kepada masyarakat secara bertanggung jawab.

(4) Kebebasan mimbar akademik sebagai kebebasan setiap anggota sivitas akademika dalam menyebarluaskan hasil penelitian dan menyampaikan pandangan akademik melalui kegiatan perkuliahan, ceramah, seminar, simposium, diskusi panel, ujian, dan kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan kaidah keilmuan.

(5) Otonomi keilmuan sebagai kemandirian dan kebebasan sivitas akademika dalam menemukan, mengembangkan, mengungkapkan, dan mempertahankan kebenaran menurut kaidah keilmuannya untuk menjamin keberlanjutan perkembangan ilmu pemerintahan.

(17)

Dalam melaksanakan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1), setiap sivitas akademika:

a. mengupayakan agar kegiatan serta hasilnya meningkatkan pelaksanaan kegiatan akademik;

b. bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan, hasil, manfaat, dan dampak sesuai dengan norma, moral, dan keilmuan; dan

c. dapat menggunakan sumber daya IPDN secara bertanggung jawab.

BAB VI PESERTA DIDIK

Pasal 31

(1) Penerimaan calon peserta didik IPDN terdiri atas:

a. praja; dan b. mahasiswa.

(2) Penerimaan calon praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan melalui seleksi penerimaan calon praja IPDN oleh Kementerian Dalam Negeri melalui IPDN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Calon praja IPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai status dan kedudukan yaitu hasil dari formasi/pengadaan/seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil yang diperuntukkan bagi calon praja sesuai dengan ketentuan terhadap status pendidikan ikatan dinas.

(4) Penerimaan calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan melalui seleksi penerimaan yang diselenggarakan oleh IPDN.

(5) Penerimaan calon praja dan mahasiswa tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerimaan

(18)

mahasiswa Sekolah Pascasarjana dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 32

(1) Peserta didik terdiri atas praja program sarjana terapan, mahasiswa Sekolah Pascasarjana, dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan.

(2) Praja program sarjana terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. praja pratama;

b. praja muda;

c. praja madya; dan d. praja utama.

(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik dan mengikuti proses pembelajaran melalui pertukaran mahasiswa Sekolah Pascasarjana sepanjang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai warga negara asing menjadi peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 33

(1) MahasiswaProgram Pendidikan Profesi Kepamongprajaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) yaitu pegawai negeri sipil yang tidak mempunyai latar belakang ilmu pemerintahan dan/atau menguasai pengetahuan teknis pemerintahan, diutus oleh Pemerintah Daerah masing-masing, dan disiapkan menjadi calon camat atau sebutan lainnya.

(2) Pegawai negeri sipil yang sudah diangkat menjadi camat tetapi tidak mempunyai latar belakang ilmu pemerintahan dan/atau menguasai pengetahuan teknis pemerintahan diutus oleh Pemerintah Daerah masing- masing untuk mengikuti Program Pendidikan Profesi

(19)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan dalam waktu 3 (tiga) bulan.

Pasal 34

(1) Praja program sarjana terapan mempunyai hak:

a. memperoleh pendidikan berupa pengajaran, pelatihan dan pengasuhan sesuai dengan ketentuan di IPDN;

b. mengemukakan pendapat secara rasional serta tidak menganggu hak-hak orang lain dan ketertiban IPDN;

c. memperoleh informasi tentang prestasi belajarnya;

d. memperoleh perlindungan hukum;

e. memperoleh tempat tinggal, makanan, layanan kesehatan, dan keamanan;

f. mengikuti kegiatan dan organisasi keprajaan serta ekstrakurikuler sesuai dengan minat bakatnya;

g. menggunakan peralatan dan/atau fasilitas IPDN untuk kepentingan akademik atau kepentingan lain yang dapat dipertanggungjawabkan kepatutannya;

dan

h. setelah lulus, diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil.

(2) Mahasiswa Sekolah Pascasarjana dan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan mempunyai hak:

a. memperoleh pendidikan dan pengajaran sesuai dengan persyaratan dan ketentuan di IPDN;

b. mengemukakan pendapat secara rasional serta tidak menganggu hak-hak orang lain dan ketertiban IPDN;

c. memperoleh informasi tentang prestasi belajarnya;

d. memperoleh perlindungan hukum;

e. mengikuti kegiatan dan organisasi kemahasiswaan sesuai dengan minat dan kegemarannya; dan

f. menggunakan peralatan dan/atau fasilitas IPDN untuk kepentingan akademik atau kepentingan lain yang dapat dipertanggungjawabkan kepatutannya.

(20)

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 35

(1) Praja Program Sarjana Terapan mempunyai kewajiban meliputi:

a. mematuhi pedoman tata kehidupan praja;

b. mengikuti proses pembelajaran berupa pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan sesuai dengan Peraturan Rektor;

c. menjunjung tinggi norma, etika akademik, tata krama, adat-istiadat, taat dan patuh terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan menghormati pelaksanaan ibadah peserta didik lain;

e. menghormati tenaga pendidik dan tenaga kependidikan;

f. memelihara kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan sosial;

g. menjaga, memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban sarana prasarana di lingkungan kampus IPDN;

h. menjaga kewibawaan dan nama baik almamater IPDN; dan

i. menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Mahasiswa Sekolah Pascasarjana dan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan mempunyai kewajiban meliputi:

a. mengikuti peraturan di IPDN;

b. mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan peraturan IPDN;

c. menjunjung tinggi norma, etika akademik, tata krama, adat-istiadat, taat dan patuh terhadap

(21)

d. menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan menghormati pelaksanaan ibadah peserta didik lain;

e. menghormati tenaga pendidik dan tenaga kependidikan;

f. memelihara kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan sosial;

g. menjaga, memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban sarana prasarana di lingkungan kampus IPDN;

h. menjaga kewibawaan dan nama baik almamater IPDN; dan

i. menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Praja Program Sarjana Terapan yang tidak mematuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan mahasiswa Sekolah Pascasarjana dan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan yang tidak mematuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikenakan sanksi atas pelanggaran kewajiban.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas pelanggaran kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB VII

PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN PRAJA

Pasal 36

(1) Praja setelah lulus dari IPDN diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil.

(2) Proses pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), IPDN melakukan persiapan administrasi usulan pengangkatan menjadi calon pegawai negeri sipil mulai pada tingkat praja utama yang selanjutnya diusulkan kepada Menteri melalui sekretaris jenderal.

(3) Proses pengangkatan praja lulusan IPDN menjadi calon

(22)

pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 37

Penempatan tugas bagi lulusan IPDN ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

BAB VIII

IJAZAH, GELAR, SERTIFIKAT KOMPETENSI, DAN PENGHARGAAN

Pasal 38

(1) IPDN memberikan ijazah dan gelar akademik kepada lulusan program sarjana terapan dan Sekolah Pascasarjana.

(2) IPDN memberikan sertifikat kompetensi kepada lulusan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan

(3) Selain pemberian ijazah dan gelar akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), IPDN dapat memberikan gelar kehormatan kepada seseorang yang dinilai telah berjasa dan memberikan kontribusi kepada IPDN, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Pasal 39

(1) Syarat pemberian ijazah bagi lulusan program sarjana terapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1), diberikan setelah menyelesaikan kewajiban administrasi.

(2) Syarat pemberian ijazah bagi lulusan Sekolah Pascasarjana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1), diberikan setelah menyelesaikan kewajiban administrasi dan keuangan Program Studi yang diikuti.

(3) Syarat pemberian sertifikat kompetensi bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2),

(23)

Pasal 40

(1) Menteri memberikan penghargaan kartika asthabrata kepada praja yang berprestasi.

(2) Pemberian penghargaan kepada praja yang berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(3) IPDN dapat memberikan penghargaan kepada seseorang yang mempunyai prestasi di bidang pemerintahan dan/atau berjasa terhadap pendidikan di IPDN.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB IX

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 41

(1) Organisasi IPDN terdiri dari penanggung jawab, dewan penyantun, Senat Institut, satuan pengawas internal, Rektor dan wakil Rektor, Fakultas, Lembaga, Sekolah Pascasarjana, Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan, satuan manggala praja, satuan bina pelatihan praja, biro dan kampus daerah.

(2) Organisasi IPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(24)

BAB X

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DEWAN PENYANTUN, SENAT INSTITUT, SATUAN PENGAWAS INTERNAL, REKTOR DAN WAKIL REKTOR, PELAKSANA

AKADEMIK, DAN PELAKSANA ADMINISTRASI

Bagian Kesatu Dewan Penyantun

Pasal 42

(1) Rektor memilih calon anggota dewan penyantun dari pejabat Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan tokoh masyarakat yang peduli terhadap pengembangan IPDN.

(2) Hasil pilihan Rektor diusulkan kepada Menteri untuk diangkat sebagai dewan penyantun.

Pasal 43

(1) Masa jabatan dewan penyantun selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.

(2) Pemberhentian dewan penyantun dilakukan oleh Menteri atas usul Rektor.

Bagian Kedua Senat Institut

Pasal 44

(1) Senat Institut diangkat dan diberhentikan oleh Rektor yang ditetapkan dengan Keputusan Rektor.

(2) Pemberhentian keanggotaan Senat Institut karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap; dan

d. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

(25)

penjara.

Bagian Ketiga

Satuan Pengawas Internal

Pasal 45

(1) Satuan pengawas internal diangkat dan diberhentikan oleh Rektor yang ditetapkan dengan Keputusan Rektor.

(2) Pemberhentian keanggotaan satuan pengawas internal karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap; dan

d. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana dengan ancaman hukuman paling rendah 5 (lima) tahun penjara.

Bagian Keempat Rektor dan Wakil Rektor

Pasal 46

Persyaratan untuk diangkat menduduki jabatan Rektor dan wakil Rektor meliputi:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. sehat jasmani dan rohani;

c. memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik dan tidak tercela;

d. bebas narkotika, prekursor, dan zat adiktif lainnya;

e. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;

f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

(26)

g. cakap dan mampu secara akademik, manajerial, koordinasi, dan kepemimpinan;

h. fungsional Dosen;

i. pada saat dilantik berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;

j. berpendidikan doktor;

k. telah membuat dan menyerahkan laporan harta kekayaan pejabat negara ke komisi pemberantasan korupsi; dan/atau

l. syarat lainnya yang ditentukan oleh Menteri.

Pasal 47

(1) Rektor dan wakil Rektor diangkat oleh Menteri.

(2) Masa jabatan Rektor dan wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan dengan batas usia paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun.

Pasal 48

(1) Dosen IPDN dapat diberi tugas tambahan sebagai Rektor dan wakil Rektor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.

(2) Tugas tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan apabila terdapat:

a. rotasi organisasi; dan b. perubahan organisasi.

(3) Rotasi organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, disebabkan:

a. pensiun;

b. masa jabatan berakhir;

c. diangkat dalam jabatan lain;

d. meninggal dunia; dan/atau e. mengundurkan diri.

(4) Perubahan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:

(27)

Pasal 49

(1) Rektor dan wakil Rektor diberhentikan dari jabatan karena:

a. masa jabatan fungsionalnya sudah berakhir;

b. telah berusia 65 (enam puluh lima) tahun;

c. berhalangan tetap;

d. permohonan sendiri;

e. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;

f. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;

g. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

h. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;

i. diberhentikan dari jabatan fungsional Dosen;

j. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6 (enam) bulan yang meninggalkan tugas tridharma perguruan tinggi; dan/atau

k. cuti di luar tanggungan negara.

(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.

Bagian Kelima Pelaksana Akademik

Pasal 50

(1) Pelaksana akademik meliputi kepala satuan pengawas internal, Dekan, kepala Lembaga, kepala satuan manggala praja, kepala satuan bina pelatihan praja, direktur, wakil dekan, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan, kepala pusat, ketua Program Studi, sekretaris Program Studi, kepala unit, ketua komisi, dan kepala gugus kendali mutu.

(2) Untuk dapat diangkat menjadi pelaksana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memenuhi persyaratan umum dan persyaratan tertentu.

(28)

(3) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berakhlak, bermoral, berbudi pekerti yang baik, dan tidak tercela;

c. sehat jasmani dan rohani; dan

d. cakap dan mampu secara akademik, manajerial, koordinasi, dan kepemimpinan.

(4) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terhadap:

a. Dosen dengan jabatan profesor untuk menduduki jabatan kepala satuan pengawas internal, Dekan, kepala Lembaga, direktur pada saat diusulkan pertama kali menduduki jabatan dengan usia paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun;

b. Dosen di luar jabatan profesor untuk menduduki jabatan kepala satuan pengawas internal, Dekan, kepala Lembaga, direktur, wakil Dekan, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan, kepala pusat, ketua Program Studi, sekretaris Program Studi, kepala unit, ketua komisi, dan kepala gugus kendali mutu pada saat diusulkan pertama kali menduduki jabatan dengan usia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;

c. Dosen dengan jabatan paling rendah lektor dapat menduduki jabatan pelaksana akademik kepala satuan pengawas internal, Dekan, kepala Lembaga, dan direktur;

d. Dosen dengan jabatan paling rendah asisten ahli dapat menduduki jabatan pelaksana akademik wakil Dekan, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan, kepala pusat, dan ketua Program Studi;

(29)

Program Studi berpendidikan doktor;

f. Dosen untuk menduduki jabatan pelaksana akademik wakil Dekan, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan, kepala pusat, sekretaris Program Studi, kepala unit, ketua komisi, dan kepala gugus kendali mutu paling rendah berpendidikan magister; dan

g. kepala satuan manggala praja dan kepala satuan bina pelatihan praja paling rendah berpendidikan sarjana atau magister dan pangkat yang memenuhi persyaratan untuk jabatan setara jabatan pimpinan tinggi pratama.

Pasal 51

(1) Kepala satuan pengawas internal, Dekan, kepala Lembaga, kepala satuan manggala praja, kepala satuan bina pelatihan praja, direktur, wakil Dekan, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamonprajaan, kepala pusat, ketua Program Studi, sekretaris Program Studi, kepala unit, ketua komisi, dan kepala gugus kendali mutu diangkat oleh Rektor.

(2) Wakil Dekan, kepala pusat, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan, ketua Program Studi, sekretaris Program Studi, dan kepala gugus kendali mutu diangkat oleh Rektor ata usul Dekan, kepala Lembaga, dan direktur yang bersangkutan.

(3) Kepala unit di IPDN kampus daerah, Kepala unit di Sekolah Pascasarjana, dan Kepala unit di Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaaan diangkat oleh Rektor atas usul direktur.

(4) Masa jabatan pelaksana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(30)

(5) Masa jabatan pelaksana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberhentikan oleh Rektor sebelum masa jabatan berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Pasal 52

Pelaksana akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Keenam Pelaksana Administrasi

Pasal 53

(1) Pelaksana administrasi meliputi kepala biro, kepala bagian, dan kepala subbagian.

(2) Kepala biro diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.

(3) Pengangkatan kepala biro melalui proses seleksi terbuka atau sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(4) Kepala bagian diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas usul Rektor.

(5) Kepala subbagian diangkat dan diberhentikan oleh sekretaris jenderal atas usul Rektor.

(6) Tata cara pengangkatan kepala biro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui proses seleksi terbuka dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 54

(1) Pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dilakukan:

a. rotasi jabatan; dan b. perubahan organisasi.

(2) Rotasi jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disebabkan:

c. pensiun;

d. masa jabatan berakhir;

(31)

g. mengundurkan diri.

(3) Perubahan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. penambahan satuan unit baru; dan b. perubahan bentuk organisasi.

(4) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian pelaksana administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI

TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Pasal 55

(1) Pelaksanaan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan dilaksanakan oleh:

a. tenaga pendidik; dan b. tenaga kependidikan.

(2) Tenaga pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. Dosen;

b. pelatih; dan c. pengasuh.

(3) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:

a. jabatan pimpinan tinggi;

b. jabatan administrator;

c. jabatan pengawas;

d. jabatan fungsional; dan e. jabatan pelaksana.

Pasal 56

Dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf a, terdiri dari:

a. Dosen tetap; dan b. Dosen tidak tetap.

(32)

Pasal 57

(1) Dosen tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf a, adalah Dosen yang bekerja penuh waktu yang berstatus sebagai tenaga pendidik tetap pada IPDN.

(2) Dosen tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b, adalah Dosen yang bekerja paruh waktu yang berstatus sebagai tenaga pendidik tidak tetap pada IPDN.

Pasal 58

Pelatih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf b, terdiri dari:

a. pelatih tetap; dan b. pelatih tidak tetap.

Pasal 59

(1) Pelatih tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf a, adalah pelatih yang bekerja penuh waktu dan memiliki keahlian tertentu yang berstatus sebagai tenaga pendidik tetap pada IPDN.

(2) Pelatih tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf b, adalah pelatih yang bekerja paruh waktu dan memiliki keahlian tertentu dibuktikan dengan sertifikat kompetensi yang berstatus sebagai tenaga pendidik tidak tetap pada IPDN.

Pasal 60

Pengasuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf c, terdiri atas:

a. pengasuh langsung; dan b. pengasuh tidak langsung.

Pasal 61

(1) Pengasuh langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a, adalah pegawai negeri sipil di lingkungan IPDN dan/atau unsur lain yang ditetapkan dengan

(33)

Pasal 60 huruf b, yaitu sivitas akademika IPDN dan pegawai negeri sipil di lingkungan kementerian dalam negeri.

Pasal 62

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian tenaga pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat (1) huruf a diatur dengan Peraturan Rektor.

(2) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XII

ORGANISASI KEPRAJAAN DAN KEMAHASISWAAN

Pasal 63

(1) Organisasi keprajaan dan kemahasiswaan merupakan kelengkapan nonstruktural yang terdapat di kampus pusat dan kampus daerah sebagai wadah dalam upaya terciptanya praja dan mahasiswa yang bertakwa, cerdas, kritis, santun, bermoral, demokratis, bertanggung jawab, dan memiliki daya saing.

(2) Organisasi keprajaan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk praja di bawah pembinaan dan tanggung jawab Rektor melalui kepala biro administrasi keprajaan, kemahasiswaan, dan alumni, direktur kampus daerah, dan wakil Rektor bidang kemahasiswaan.

(3) Organisasi kemahasiswaan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk mahasiswa di bawah pembinaan dan tanggung jawab Rektor melalui direktur Sekolah Pascasarjana dan direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan.

(4) Rektor dalam melakukan pembinaan terhadap organisasi keprajaan dan kemahasiswaan dibantu oleh pejabat

(34)

terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi keprajaan dan kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 64

(1) Kegiatan organisasi keprajaan dan kemahasiswaan diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi kepemimpinan, penalaran, partisipasi, minat, kegemaran, kerohanian, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

(2) Kegiatan organisasi keprajaan dan kemahasiswaan diselenggarakan dengan prinsip kemandirian, etis, edukatif, religius, humanis, dan berwawasan lingkungan.

BAB XIII ALUMNI

Pasal 65

(1) Alumni IPDN terdiri atas alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan, alumni Sekolah Pascasarjana, dan alumni Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan.

(2) Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada Akademi Pemerintahan Dalam Negeri, Institut Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, dan IPDN.

(3) Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disebut dengan purna praja.

(4) Organisasi Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan merupakan organisasi kemasyarakatan yang mandiri serta menjunjung tinggi nama dan kehormatan almamater.

(5) Struktur organisasi dan tata kerja ikatan alumni IPDN diatur dengan anggaran dasar dan anggaran rumah

(35)

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan pembinaan alumni diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB XIV KERJA SAMA

Pasal 66

(1) IPDN menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan tridharma perguruan tinggi dengan perguruan tinggi dalam negeri dan luar negeri, kementerian, Lembaga nonkementerian, Pemerintah Daerah, dan pihak lainnya.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama- sama berdasarkan prinsip saling memberi manfaat dalam pelaksanaan kegiatan tridharma perguruan tinggi.

(3) Pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 67

(1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1), dapat berbentuk:

a. kontrak manajemen;

b. program kembaran;

c. program pemindahan kredit;

d. tukar menukar tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dalam kegiatan tridharma perguruan tinggi;

e. pemanfaatan bersama sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan tridharma perguruan tinggi;

f. penerbitan bersama karya ilmiah;

g. penyelenggaraan bersama seminar atau kegiatan ilmiah lain; dan/atau

h. bentuk lainnya.

(2) Kerja sama dalam bentuk kontrak manajemen, program kembaran, dan program pemindahan kredit sebagaimana

(36)

dimaksud pada ayat (1) dengan perguruan tinggi luar negeri, dapat dilaksanakan sepanjang Program Studi dari perguruan tinggi luar negeri telah terakreditasi di negaranya.

(3) Pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang melibatkan mitra dari luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerja sama di lingkungan IPDN diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 68

(1) Kerja sama dituangkan dalam nota kesepahaman dan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama.

(2) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Menteri dan/atau Rektor dengan pihak lainnya.

(3) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Rektor dan/atau pihak lainnya.

(4) Penyelenggaraan seluruh kerja sama di lingkungan IPDN baik kampus pusat dan kampus daerah dioordinasikan dan difasilitasi oleh wakil Rektor yang membidangi kerja sama.

BAB XV

SARANA DAN PRASARANA

Pasal 69

(1) Sarana dan prasarana pendidikan digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

(2) Pemanfaatan sarana dan prasarana selain yang dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan standar berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 70

(37)

perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan sarana dan prasarana di lingkungan IPDN diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 71

(1) Penyediaan, pemakaian, perawatan, pemeliharaan rumah jabatan, perlengkapan, dan kendaraan dinas jabatan bagi Rektor, wakil Rektor, dan pejabat lainnya dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Perawatan, pemeliharaan rumah jabatan, perlengkapan, dan kendaraan dinas jabatan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara.

(3) Dalam hal Rektor, wakil Rektor, dan pejabat lainnya berhenti atau berakhir masa jabatan, maka rumah jabatan dan perlengkapannya serta kendaraan dinas jabatan harus dikembalikan dalam keadaan baik kepada IPDN paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal berhenti atau berakhirnya masa jabatan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan rumah jabatan, perlengkapan, dan kendaraan dinas jabatan diatur dengan Peraturan Rektor.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian rumah negara, perlengkapan, dan kendaraan dinas jabatan diatur dalam Peraturan Rektor.

Pasal 72

(1) Penyediaan, pemakaian, perawatan, pemeliharaan rumah jabatan, perlengkapan, dan kendaraan dinas jabatan bagi jabatan pimpinan tinggi pratama atau setara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Penyediaan, pemakaian, perawatan, pemeliharaan rumah dinas, perlengkapan, dan kendaraan operasional bagi jabatan administrator atau setara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(38)

BAB XVI

HAK KEDUDUKAN ADMINISTRATIF DAN KEPROTOKOLAN REKTOR, WAKIL REKTOR, DAN PELAKSANA AKADEMIK

Pasal 73

Hak kedudukan administratif dan keprotokolan Rektor, wakil Rektor, dan pelaksana akademik dalam urusan internal kementerian dalam negeri yaitu:

a. Rektor disetarakan dengan eselon Ia atau jabatan pimpinan tinggi madya;

b. wakil Rektor disetarakan eselon Ib atau jabatan pimpinan tinggi madya;

c. kepala satuan pengawas internal, Dekan, kepala Lembaga, kepala satuan manggala praja, kepala satuan bina pelatihan praja, direktur Sekolah Pascasarjana, dan direktur Pendidikan Profesi Kepamongprajaan disetarakan eselon IIa atau jabatan pimpinan tinggi pratama;

d. direktur kampus daerah, wakil Dekan, wakil direktur Sekolah Pascasarjana, dan sekretaris direktur Program Pendidikan Profesi Kepamongprajaan disetarakan eselon IIb atau jabatan pimpinan tinggi pratama;

e. kepala pusat dan ketua Program Studi disetarakan eselon IIIa atau jabatan administrator; dan

f. sekretaris Program Studi, kepala unit, ketua komisi, dan kepala gugus kendali mutu disetarakan eselon IIIb atau jabatan administrator.

BAB XVII

PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal 74

(1) Pengawasan dilakukan untuk mengendalikan penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi termasuk terhadap aspek kinerja pada bidang akademik dan nonakademik agar efektif dan efisien.

(39)

(3) Pengawasan internal pada bidang akademik dilakukan oleh Senat Institut dan gugus kendali mutu.

(4) Pengawasan internal pada bidang nonakademik dilakukan oleh Senat Institut dan satuan pengawas internal.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan internal pada bidang akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan pengawasan internal pada bidang nonakademik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Rektor.

(6) Pengawasan eksternal dilakukan oleh inspektorat jenderal kementerian dalam negeri dan pengawas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 75

(1) Laporan hasil pengawasan internal bidang akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3) disampaikan oleh:

a. Senat Institut kepada Rektor; dan b. gugus kendali mutu kepada Dekan.

(2) Laporan hasil pengawasan internal pada bidang nonakademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (4) disampaikan oleh Senat Institut dan satuan pengawas internal kepada Rektor.

(3) Laporan hasil pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (6) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVIII PENDANAAN

Pasal 76

Sumber pendanaan terkait penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan IPDN diperoleh dari anggaran pendapatan dan belanja negara, penerimaan negara bukan

(40)

pajak, hibah, sumber pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 77

Peraturan Rektor yang diatur dalam Peraturan Menteri ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

Pasal 78

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2018 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 809), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 79

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(41)

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juni 2022

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MUHAMMAD TITO KARNAVIAN

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 2022

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

Referensi

Dokumen terkait

Berikut uraian hasil penelitian pada siklus 2 : Pada tahap persiapan dilakukan persiapan pembelajaran sebagai hasil refleksi pembelajaran siklus 1 yaitu menyiapkan Silabus

Macam nutrisi enteral yaitu penggunaan susu formula, pemasangan kateter umbilikalis, polisitemia dan asfiksia berhubungan dengan hipoksia intestinalis yang berkembangan

model belajar Make A Match Berbantuan Media Semi Konkret terhadap hasil belajar PKn Siswa di Sekolah Dasar.. Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Kelengkapan Dokumen yang harus Saudara bawa pada saat acara dimaksud terdiri atas: - asli Dokumen Pengadaan sebagaimana yang telah diunggah pada LPSE Kota Medan; - asli

Rata- rata nilai ketepatan yang diperoleh dari penelusuran menggunakan kata kunci bidang Ilmu Perpustakaan mendapatkan nilai ketepatan rendah yaitu sebesar Google (0,68) dan

Akan tetapi yang perlu digarisbawahi pada hasil penelitian ini yaitu ketiga subjek dapat. dikategorikan pada

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan : Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Selanjutnya untuk mendapatkan kembali pesan asli dengan cara dekripsi RC4A maka terlebih dahulu dilakukan proses verifikasi file untuk menjamin bahwa file yang diterima