• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENSTRA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KETAHANAN PANGAN (DKP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENSTRA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KETAHANAN PANGAN (DKP)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

RENSTRA 2018 - 2023

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KETAHANAN PANGAN (DKP)

Jl. Segar III Komplek Perkantoran Pemda Kabupaten Bogor Cibinong 16914 Telp / Fax (021) 87917425

Website : http://dkp.bogorkab.go.id, email : dkp@bogorkab.go.id,

2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

050/03.a/kpts/DKP/I/2 TANGGAL : 10 Juli 2019 03 Januari 2017

RENCANA STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018-2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah Tahun 2018-2023 merupakan amanat Pasal 11 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa salah satu rencana perangkat daerah adalah renstra perangkat daerah. Sebagaimana ketentuan Pasal 1 Nomor 29 yang menyatakan bahwa Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Renstra Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra perangkat daerah memuat tujuan, sasaran, program, dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan wajib dan/atau urusan pemerintahan pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap perangkat daerah, yang disusun berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif.

Renstra Dinas Ketahanan Pangan Tahun 2018-2023 yang disusun merupakan dasar dan pedoman dalam perencanaan dan pencapaian target kinerja Dinas Ketahanan Pangan untuk tahun 2018-2023 sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan

(13)

Pangan dalam mendukung pembangunan Kabupaten Bogor berdasarkan kewenangan Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar pada Bidang Pangan, demi terwujudnya Kabupaten Bogor menjadi Kabupaten Termaju, Nyaman dan Berkeadaban.

Proses penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan Tahun 2018-2023 diawali dengan pembentukan Tim Penyusun Renstra Tahun 2018-2023 lingkup Dinas Ketahanan Pangan yang bertujuan untuk mengolah dan menformulasikan perencanaan kegiatan serta target kinerja sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan. Tugas awal dari tim ini adalah menyusun Rancangan awal renstra yang mengacu kepada Renstra Transisi yang sudah disusun pada tahun sebelumnya sebagai dasar penyusunan dengan mempertimbangkan perencanaan teknokratik. Selanjutnya penyusunan Renstra ini juga mengakomodir masukan-masukan dari stakeholder Dinas Ketahanan Pangan melalui Forum Renstra Perangkat Daerah. Hasil dari semua rumusan renstra disebut juga sebagai rancangan awal renstra yang kemudian dilakukan sinkronisasi dengan Bappedalitbang Kabupaten Bogor yang akan menghasilkan Rancangan Akhir Renstra atau Renstra Dinas Ketahanan Pangan Tahun 2018-2023.

Renstra Dinas Ketahanan Pangan Tahun 2018-2023 disusun dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2018-2023 dalam rangka mendukung visi misi Pemerintah Kabupaten Bogor dimana visi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2018-2023 adalah

“Terwujudnya Kabupaten Bogor Termaju, Nyaman dan Berkeadaban”. Upaya-upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor dalam rangka dituangkan ke dalam 5 Misi dimana Dinas Ketahanan Pangan mendukung Misi ke-1 Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2018-2023, yaitu Mewujudkan Masyarakat yang Berkualitas. DKP Kabupaten Bogor turut berperan terhadap proses pencapaian Prioritas Pembangunan : Terwujudnya masyarakat Bogor sehat, dengan Indikator Tujuan nya yaitu Indeks Kesehatan.

(14)

Sedangkan Fokus Pembangunan nya diarahkan pada Meningkatnya ketahanan pangan daerah, dengan Indikator Sasaran nya yaitu Skor Pola Pangan Harapan.

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor Tahun 2018 – 2023 telah dilaksanakan secara partisipasif dengan melibatkan unsur pimpinan, pejabat kunci dan Staf yang mampu memberikan masukan serta pemangku kepentingan lainnya. Selain itu Penyusunan Renstra telah memperhatikan Renstra Kementrian Pertanian dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan serta Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian Renstra Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor tahun 2018 – 2023 dapat menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) yang merupakan dokumen perencanaan periode 1 (satu) tahunan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor sampai dengan Tahun 2023 dengan memperhatikan evaluasi tahunan dan perkembangan kebijakan dan kebutuhan masyarakat.

1.2. Landasan Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(15)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

12. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan

(16)

Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019;

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang Kemandirian Pangan Daerah;

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 8 tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2019 tentang Rencana Strategis Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2016-2036 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2016 Nomor 95, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Nomor 95 Tahun 2016);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2016 Nomor 95);

22. Peraturan Bupati Bogor Nomor 38 Tahun 2014 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan; dan

23. Peraturan Bupati Bogor Nomor 61 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan.

1.3. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Renstra DKP Kabupaten Bogor Tahun 2018-2023 dimaksudkan sebagai dokumen perencanaan jangka menengah yang menjabarkan RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2018-2023 sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan kepada DKP

(17)

Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Sedangkan tujuan penyusunannya adalah untuk dijadikan landasan/pedoman dalam penyusunan Renja DKP, penguatan peran para stakeholders dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja tahunan dan lima tahunan DKP Kabupaten Bogor.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Renstra DKP Kabupaten Bogor Tahun 2018-2023, terdiri dari :

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan.

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BOGOR

Pada bab ini menjelaskan mengenai tugas, fungsi dan struktur organisasi, sumberdaya, kinerja pelayanan, serta tantangan dan peluang pengembangan pelayanan.

BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BOGOR

Pada bab ini menjelaskan mengenai identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan, telaahan visi, misi dan program bupati dan wakil bupati terpilih, telaahan Renstra K/L dan Renstra provinsi, telaahan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis, dan penentuan isu-isu strategis.

BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BOGOR

(18)

Pada bab ini menjelaskan mengenai tujuan dan sasaran jangka menengah yang akan dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan.

BAB V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai strategi atau langkah- langkah yang akan dilakukan serta arah kebijakan yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran PD.

BAB VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN Pada bab ini menjelaskan mengenai program dan kegiatan lokalitas PD, program lintas PD dan program kewilayahan disertai indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif yang direncanakan.

BAB VII. KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai uraian indikator kinerja yang akan dicapai sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian target pada RPJMD Kabupaten Bogor.

BAB VIII. PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan mengenai catatan penting yang perlu mendapat perhatian, baik dalam rangka pelaksanaan maupun pembiayaanya, maupun kaidah pelaksanaan serta rencana tindak lanjutnya.

(19)

KABUPATEN BOGOR

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Sebelum membahas tentang Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) serta struktur organisasi DKP Kabupaten Bogor, guna lebih memperjelas sudut pandang sekaligus mensinergikan kesamaan tujuan dan sasaran serta gerak langkah segenap stakeholders pembina ketahanan pangan, maka perlu disampaikan agar dapat dipahami bersama bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

DKP Kabupaten Bogor mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dengan fungsi yang melekat yaitu :

1. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan;

2. Penyelenggaraan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan meliputi kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan; dan

3. Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Adapun struktur organisasinya terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahi :

(20)

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Program dan Pelaporan c. Sub Bagian Keuangan

3. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, membawahi : a. Seksi Ketersediaan Pangan

b. Seksi Kerawanan Pangan

4. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan, membawahi : a. Seksi Distribusi dan Harga Pangan

b. Seksi Cadangan Pangan

5. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan, membawahi :

a. Seksi Konsumsi Pangan

b. Seksi Penganekaragaman dan Promosi Pangan 6. Bidang Keamanan Pangan, membawahi :

a. Seksi Pengawasan Keamanan Pangan

b. Seksi Kerjasama dan Informasi Keamanan Pangan 7. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun uraian tupoksi dari masing-masing unit kerja berikut dengan gambar struktur organisasi, sebagai berikut : 1. Sekretariat

Secara umum Sekretariat mempunyai tugas membantu dan bertanggung-jawab kepada Kepala Dinas dalam melaksanakan pengelolaan kesekretariatan dinas. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :

a. Pengkoordinasian penyusunan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan dinas;

b. Pengelolaan rumah tangga, tata usaha dan kepegawaian dinas;

c. Pengelolaan keuangan dinas;

d. Pengkoordinasian penyusunan rancangan produk hukum;

e. Penyusunan kebijakan penataan organisasi Dinas;

f. Pengelolaan situs web dinas; dan

(21)

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Sub Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan dan penyusunan program dan pelaporan dinas. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Sub Bagian Program dan Pelaporan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penyiapan bahan pengkoordinasian penyusunan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan dinas;

b. Pelaksanaan pengelolaan hubungan masyarakat;

c. Pengelolaan penyusunan anggaran dinas;

d. Pengelolaan situs web dinas; dan

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan rumah tangga, tata usaha dan kepegawaian dinas. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pengelolaan rumah tangga dan tata usaha dinas;

b. Pengelolaan barang/jasa dinas;

c. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan penataan organisasi dinas;

d. Penyiapan bahan penyusunan rancangan produk hukum;

e. Pengelolaan layanan administrasi kepegawaian dinas; dan f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai

bidang tugasnya.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dinas.

Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penatausahaan keuangan dinas;

b. Penyusunan laporan keuangan dinas; dan

c. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

(22)

2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian pendampingan serta pemantauan dan evaluasi ketersediaan dan kerawanan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan;

b. Penyelenggaraan fasilitasi ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan;

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Seksi Ketersediaan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberian pendampingan, pematauan dan evaluasi peningkatan ketersediaan pangan dan penyediaan infrastruktur dan sumberdaya pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Ketersediaan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis ketersediaan pangan dan penyediaan infrastruktur dan sumberdaya pangan;

b. Pelaksanaan teknis pengembangan dan fasilitasi dan penyediaan infrastruktur serta sumberdaya pangan;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Ketersediaan Pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

(23)

Seksi Kerawanan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberian pendampingan, pemantauan, dan evaluasi penanganan kerawanan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Kerawanan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan penyusunan bahan kebijakan teknis penanganan kerawanan pangan;

b. Pelaksanaan teknis dan fasilitasi penanganan kerawanan pangan;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Kerawanan Pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

3. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan

Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian pendampingan serta pemantauan dan evaluasi kegiatan distribusi dan cadangan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis distribusi, harga dan cadangan pangan;

b. Penyelenggaraan fasilitasi distribusi, harga dan cadangan pangan;

c. Penyelenggaraan pelayanan distribusi dan cadangan pangan;

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan distribusi dan cadangan pangan; dan

e. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Seksi Distribusi dan Harga Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan

(24)

koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan serta pemberian pendampingan, pemantauan dan evaluasi distribusi dan harga pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Distribusi dan Harga Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis distribusi dan harga pangan;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis dan fasilitasi distribusi dan harga harga pangan;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Distribusi dan Harga Pangan ; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Seksi Cadangan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajiaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberiaan pendampingan, pemantauan, dan evaluasi cadangan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Cadangan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis cadangan pangan;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis dan fasilitasi cadangan pangan;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Cadangan Pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan

Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian pendampingan serta pemantauan dan evaluasi konsumsi dan penganekaragaman pangan. Untuk

(25)

menyelenggarakan tugas dimaksud, Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan perencanaan program peningkatan konsumsi pangan, promosi penganekaragaman pangan dan pengembangan pangan lokal;

b. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis peningkatan konsumsi pangan, promosi penganekaragaman pangan dan pengembangan pangan lokal;

c. Penyelenggaran fasilitasi peningkatan konsumsi pangan, promosi penganekaragaman pangan dan pengembangan pangan lokal ;

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan konsumsi dan penganekaragaman pangan; dan e. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugasnya.

Seksi Konsumsi Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberian pendampingan, pemantauan, dan evaluasi konsumsi pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Konsumsi Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis peningkatan konsumsi pangan;

b. Pelaksanaan teknis dan fasilitasi peningkatan konsumsi pangan ;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Konsumsi Pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Seksi Penganekaragaman Pangan dan Promosi Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberian

(26)

pendampingan, pemantauan, dan evaluasi promosi penganekaragaman konsumsi pangan serta penganekaragaman pangan lokal. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Penganekaragaman Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis peningkatan penganekaragaman pangan dan promosi pangan serta pengembangan pangan lokal;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis dan fasilitasi peningkatan penganekaragaman dan promosi pangan serta pengembangan pangan lokal;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Penganekaragaman dan Promosi Pangan; dan d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugasnya.

5. Bidang Keamanan Pangan

Bidang Keamanan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian pendampingan serta pemantauan dan evaluasi keamanan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Bidang Keamanan Pangan mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis keamanan pangan;

b. Penyelenggaraan fasilitasi keamanan pangan;

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan keamanan pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Seksi Pengawasan Keamanan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberian pendampingan, pemantauan dan evaluasi pengawasan keamanan pangan dan kelembagaan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas

(27)

dimaksud, Seksi Pengawasan Keamanan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan program pengawasan keamanan pangan serta kelembagaan pangan;

b. Pelaksanaan teknis pengembangan dan fasilitasi pengawasan keamanan pangan serta kelembagaan pangan;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Pengawasan Keamanan Pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

Seksi Kerjasama dan Informasi Keamanan Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta pemberian pendampingan, pemantauan dan evaluasi kerja sama dan informasi keamanan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Seksi Kerjasama dan Informasi Keamanan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan program kerjasama dan informasi keamanan pangan;

b. Pelaksanaan teknis pengembangan dan fasilitasi kerjasama dan informasi keamanan pangan;

c. Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Seksi Kerja Sama dan Informasi Keamanan Pangan; dan

d. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan pimpinan sesuai bidang tugasnya.

6. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Berdasarkan Peraturan Bupati Bogor Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengujian Mutu Pangan Segar Kelas A Pada Dinas Ketahanan Pangan, UPT mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional pengujian mutu

(28)

pangan segar. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, UPT mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan ketatausahaan UPT;

b. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data pengujian pangan segar;

c. Penyusunan petunjuk teknis pengujian pangan segar;

d. Pelaksanaan pengambilan sampel, pengujian, analisa dan penyusunan laporan hasil pengujian pangan segar;

e. Pelaksanaan kerjasama dan/atau koordinasi pengujian pangan segar;

f. Pemeliharaan sarana dan prasarana UPT;

g. Pelaksanaan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium;

h. Pengoordinasian pelaksanaan tugas pokok dengan Perangkat Daerah yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai bidang keahlian;

b. Setiap kelompok sebagaimana dimaksud, dipimpin oleh seorang yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada di lingkungan dinas; dan

c. Nama dan jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud, ditentukan berdasarkan sifat, jenis, kebutuhan dan beban kerja yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati tersendiri.

(29)

Gambar II.1. Struktur Organisasi DKP Kabupaten Bogor

2.2. Sumberdaya

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan outsourcing yang bertugas di DKP Kabupaten Bogor sebanyak 97 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.

No Status Pegawai Jumlah (Orang) %

1 PNS 45 46,39

2 Outsourcing 52 53,51

Jumlah 97 100,00

Tabel diatas menunjukkan bahwa belum seluruh pegawai berstatus PNS, sehingga uraian selanjutnya tentang kondisi pegawai difokuskan pada PNS sebanyak 45 orang.

a. Jumlah pegawai berdasarkan formasi

No Formasi Jumlah (Orang) %

1 Eselon II 1 2,22

2 Eselon III 4 8,89

3 Eselon IV 13 28,89

4 Non Eselon 23 51,11

5 Penyuluh Pertanian 3 6,67

6 Analis Ketahanan Pangan 1 2,22

Jumlah 45 100,00

(30)

b. Jumlah pegawai berdasarkan golongan

No Golongan Jumlah (Orang) %

1 IV 9 20,00

2 III 32 71,11

3 II 4 8,89

Jumlah 45 100,00

c. Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) % 1 Strata 2 (S2) 17 37,78 2 Strata 1 (S1) 22 48,89

3 D III 2 4,45

4 SMU 4 8,89

Jumlah 45 100,00

2.3. Kinerja Pelayanan

Kinerja pelayanan DKP Kabupaten Bogor tahun 2013-2018 yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018, berikut dengan definisi, program utama dan rumus perhitungannya disajikan sebagai berikut :

1. Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (%)

 Definisi :

Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian tingkat ketersediaan energi dan protein per kapita yang berhasil dicapai

 Program utama :

Pengembangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan

 Rumus perhitungan :

 Tingkat Ketersediaan Energi (%) = Ketersediaan Energi x 100 Tingkat Ketersediaan Energi

(31)

Ketersediaan Energi (Kkal/Kapita/Hari) =

Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari x Kandungan Kalori x BDD 100

 Tingkat Ketersediaan Protein (%) = Ketersediaan Protein x 100 Tingkat Ketersediaan Protein

Ketersediaan Protein =

Ketersediaan Pangan (Gram/Kapita/Hari) x Kandungan (Gram/Kapita/Hari) Protein x BDD 100

 Keterangan :

1) BDD = Bagian yang Dapat Dimakan (Buku Daftar Komposisi Bahan Makanan/DKBM);

2) Tingkat Ketersediaan Energi rekomendasi Forum Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG ke X Tahun 2012 menetapkan tingkat ketersediaan energi sebesar 2.150 Kkal/Kapita/Hari dan protein sebesar 57 Gram/Kapita/Hari; dan

3) Ketersediaan Energi dan Protein didapat dari Software Neraca Bahan Makanan (NBM) dari MWA Training &

Consulting Lembaga Tata Kelola Ketahanan Pangan.

2. Ketersediaan Pangan Utama (%)

 Definisi :

Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian tingkat ketersediaan pangan utama yang berhasil dicapai

 Program utama :

Pengembangan Kemandirian Pangan

 Rumus perhitungan :

Capaian Ketersediaan Pangan Utama =

Rata-rata Jumlah Ketersediaan Pangan Utama per Tahun (Kg) x 100 Jumlah Penduduk

Rata-rata Jumlah Ketersediaan Pangan Utama per Tahun (Kg) =

62,74% x (Produksi Padi Sawah + Padi Gogo) x 100 (114,60 x Jumlah Penduduk) / 1.000

(32)

 Keterangan :

1) 62,74% = prosentase net production / beras yang diperoleh (37,26% = rendemen); 114,60 = tingkat konsumsi beras per kapita per tahun; dan 1.000 = konversi antara satuan Ton dan Kg.

3. Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan Pangan (%)

 Definisi :

Indikator ini berkaitan dengan perhitungan perbandingan antara daerah rawan pangan yang ditangani dengan jumlah daerah rawan pangan yang masih ada, yang terdiri dari beberapa kategori yaitu : Rawan Ketersediaan Pangan, Rawan Rumah Tangga Miskin, Rawan Akses Jalan, Rawan Akses Listrik, Rawan Gizi Kurang, Rawan Akses Air Bersih dan Rawan Akses Fasilitas Kesehatan

 Program utama :

Mitigasi dan Penanganan Rawan Pangan

 Rumus perhitungan :

Capaian Penanganan Daerah Rawan Pangan = Realisasi Penanganan Daerah Rawan Pangan x 100 Target Penanganan Daerah Rawan Pangan

 Keterangan :

Rumus perhitungan diterapkan per kategori rawan

4. a. Skor Angka Kecukupan Energi (%) b. Skor Angka Kecukupan Protein (%)

 Definisi :

a. Merupakan suatu nilai untuk menentukan banyaknya asupan makanan yang seimbang dengan pengeluarannya sesuai dengan susunan dan ukuran tubuh, tingkat kegiatan jasmani dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan tugas kehidupan secara ekonomis dalam jangka waktu lama

b. Merupakan suatu nilai untuk menentukan kecukupan rata- rata protein dalam sehari berdasarkan golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang

(33)

optimal, dengan rata-rata per kapita per hari untuk energi

sebesar 2.000 Kkal/Kapita/Hari dan protein sebesar 52 Gram/Kapita/Hari

 Program utama :

Pengembangan Penganekaragaman Pangan

 Rumus perhitungan :

a. Skor Angka Kecukupan Energi (%)

Kecukupan Energi masing-masing (kkal) x 100 2.000 kkal

 Kecukupan Energi Bayi (0 – 12 bulan) AKEIi = (129 – 9,4 Ui + 0,62 Ui2) (Bi)

 Kecukupan Energi Anak-anak (1 – 9 tahun) AKEIi = (AKEi) (Bi)

 Kecukupan Energi Remaja (10 – 19 tahun) - Pria

AKEI = (17,5 Bi + 651) (FKi) - Wanita

AKEI = (12,2 Bi + 746) (FKi)

 Kecukupan Energi Dewasa (20 – 60 tahun)

Pria (Tahun) Wanita (Tahun)

20 – 29 30 – 59 60 20 – 29 30 – 59 60

15,3 B + 679 (FKi)

11,6 B + 879 (FKi)

13,5 B + 487 (FKi)

14,7 B + 496 (FKi)

8,7 B + 829(FKi)

10,5 B+

596 (FKi)

 Kecukupan Energi Wanita Hamil dan Menyusui - Umur < 19 tahun

AKEI = (12,2 B + 746) FK + EH - Umur 20 – 29 tahun

AKEI = (14,7 B + 496 ) FK + EH - Umur 30 tahun

AKEI = ( 8,7 B + 829) FK + EH b. Skor Angka Kecukupan Protein (%)

AKP = Kecukupan Protein masing-masing (gram) x 100 52 gram

 Keterangan :

1) AKEIi = Angka Kecukupan Energi Individu bagi bayi pada umur Ui (kal/org/hari);

(34)

2) Ui = Umur bayi (bulan);

3) Bi = Berat badan bayi pada umur Ui (kg);

4) AKEIi = Angka Kecukupan Energi Individu bagi anak umur – I (Kal/org/hari);

5) AKEi = Angka Kecukupan Energi bagi anak umur –i (Kal/kg B/hr);

6) Bi = Berat badan sehat anak umur – i;

7) Bi = Berat badan sehat (kg);

8) EMB = Energi Metabolisme Basal;

9) Fki = Faktor Kelipatan EMB untuk menghitung kecukupan energi pada umur – i menurut jenis kelamin;

10) B = Berat badan sehat wanita sebelum hamil (kg);

11) EH = Tambahan energi wanita hamil (Kal/org/hari), yaitu :

- 285 Kal untuk kerja berat - 245 untuk kerja sedang - 200 Kal untuk kerja ringan

12) FK = Faktor Kelipatan EMB untuk menghitung kecukupan energi wanita; dan

13) Kkal = Kilo Kalori.

5. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (%)

 Definisi :

Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian tingkat cadangan pangan Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai

 Program utama :

Pendukung Ketahanan Pangan

 Rumus perhitungan :

Nilai Capaian Cadangan Pangan Pemerintah Daerah = Jumlah Cadangan Pangan Beras x 100

100 ton

(35)

6. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%)

 Definisi :

Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian tingkat stabilitas harga dan pasokan pangan yang berhasil dicapai

 Program utama :

- Pengembangan Informasi Harga dan Pasokan Pangan - Koordinasi Ketahanan Pangan

 Rumus perhitungan :

Stabilitas Harga (SH) dan Stabilitas Pasokan Pangan (SP) = n

SK = ∑ SKi

i=1 n

Stabilitas Harga dan Pasokan komoditas ke i (SKi) = 2 – CVKRi x 100

CVKTi

CVKRi = SDKRi x 100 ; CVKTi = SDKTi x 100 KRi KTi

n n SDKRi = √ ∑ (KRi – KRi)2 ; KRi = ∑ KRi

i=1 i=1 n – 1 n

n n SDKTi = √ ∑ (KTi – KTi)2 ; KTi = ∑ KTi i=1 i=1 n – 1 n

 Keterangan :

1) Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi normal;

2) Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan di suatu wilayah berkisar antara 5% - 40%;

H untuk Harga 3) K =

P untuk Pasokan

(36)

4) SHi = Stabilitas harga komoditas ke i; SPi = Stabilitas Pasokan komoditas ke i; i = 1,2,3,…….n; n = Jumlah komoditas;

5) SHi dan SPi digambarkan dengan koefisien keragaman (CV);

6) CVKRi = Koefisien keragaman realisasi untuk harga dan pasokan komoditas ke-i; CVKTi = Koefisien keragaman target untuk harga dan pasokan komoditas ke-i;

7) SDKRi = Standar deviasi realisasi untuk harga dan pasokan komoditas ke i; KRi = Rata-rata realisasi untuk harga dan pasokan komoditas ke i;

8) SDKTi = Standar deviasi target untuk harga dan pasokan komoditas ke i; KTi = Rata-rata target untuk harga dan pasokan komoditas ke i;

Realisasi harga komoditas ke i (HRi) 9) KRi =

Realisasi pasokan komoditas ke i (PRi) Rata-rata realisasi harga komoditas ke i (HRi) 10) KRi =

Rata-rata realisasi pasokan komoditas ke i (PRi)

7. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)

 Definisi :

Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian tingkat pengawasan dan pembinaan keamanan pangan yang berhasil dicapai

 Program utama :

Pengembangan Keamanan Pangan

 Rumus perhitungan : Pangan Aman =

Jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi x 100 Jumlah total sampel yang diperdagangkan

Target indikator kinerja secara keseluruhan selama lima tahun terakhir telah tercapai, hanya ada beberapa

(37)

capaian indikator kinerja yang belum tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Beberapa target indikator kinerja diantaranya yang belum tercapai adalah jumlah cadangan pangan pemerintah dan Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan Pangan. Faktor utama yang mempengaruhi dari ketercapaian indikator kinerja diantaranya keterbatasan anggaran, kesadaran masyarakat akan konsumsi penganekaragaman pangan, daerah rawan bencana alam, kemiskinan, alih fungsi lahan, masih kurangnya koordinasi antara dinas terkait dalam rangka penanganan daerah rawan pangan seperti infrastruktur, kesehatan, air bersih dan lain sebagainya.

Adapun penjelasan secara rinci tentang Pencapaian Kinerja tahun 2014-2018 diuraikan pada tabel II.1. serta tentang Anggaran dan Realisasi tahun 2014-2018 diuraikan pada tabel II.2. berikut ini :

(38)

Urusan : Wajib Non Pelayanan Dasar

Bidang Urusan : Pangan

Perangkat Daerah : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

1 6 7 8 9 10 11

1 Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (%)

- Energi 106,76 110,13 96,38 97,29 98,21 113,67 95,50 104,00 111,96 102,26 106,47 86,72 107,91 115,08 104,12 - Protein 141,15 145,60 113,84 114,90 115,95 152,63 112,78 138,75 114,16 143,68 108,13 77,46 121,88 99,36 123,92

2 Ketersediaan Pangan Utama (%) - 69,22 69,06 61,00 63,00 - 57,00 87,44 61,75 63,00 - 82,35 126,61 101,23 100,00

3 Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan Pangan (%)

- Rawan Ketersediaan Pangan 10,00 20,00 30,00 40,00 52,50 5,00 25,00 26,70 32,50 37,50 50,00 125,00 89,00 81,25 71,43 - Rawan Rumah Tangga Miskin 10,00 22,50 27,50 32,50 35,00 10,00 22,50 24,48 27,50 30,00 100,00 100,00 89,02 84,62 85,71 - Rawan Akses Jalan 10,00 22,50 30,00 35,00 37,50 7,50 12,50 26,70 35,00 32,50 75,00 55,56 89,00 100,00 86,67 - Rawan Akses Listrik 2,50 5,00 7,50 7,50 7,50 2,50 2,50 6,68 5,00 7,50 100,00 50,00 89,07 66,67 100,00 - Rawan Gizi Kurang 10,00 25,00 32,50 37,50 42,50 10,00 25,00 28,93 30,00 37,50 100,00 100,00 89,02 80,00 88,24 - Rawan Akses Air Bersih 17,50 42,50 50,00 60,00 72,50 17,50 27,50 44,50 47,50 62,50 100,00 64,71 89,00 79,17 86,21 - Rawan Akses Fasilitas Kesehatan 2,50 7,50 10,00 12,50 12,50 2,50 7,50 8,90 10,00 12,50 100,00 100,00 89,00 80,00 100,00

4 - Skor Angka Kecukupan Energi (%) - - - 102,90 102,30 - - - 109,20 105,80 - - - 106,12 103,42

- Skor Angka Kecukupan Gizi (%) - - - 110,70 110,90 - - - 113,50 110,90 - - - 102,53 100,00

5 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%) 70,00 80,00 80,00 - 91,00 54,84 90,91 87,50 - 91,00 78,34 113,64 109,38 - 100,00

6 Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%) 80,00 90,00 90,00 90,00 91,00 93,24 80,98 95,82 81,56 91,00 116,55 89,98 106,47 90,62 100,00

7 Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (%) 60,00 80,00 147,98 172,98 197,98 59,64 123,14 167,24 127,30 95,02 99,40 153,93 113,02 73,59 47,99 2

Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Perangkat Daerah

Target Renstra PD Tahun Realisasi Capaian Tahun Rasio Capaian pada Tahun

Tabel II.1.

(39)

PERANGKAT DAERAH : DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BOGOR

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 Anggaran Realisasi

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Belanja 44.745.747.000 35.354.444.000 47.950.379.000 18.892.784.000 19.908.057.000 40.978.709.819 33.413.245.965 45.557.373.486 18.139.244.885 19.692.072.232 91,58 94,51 95,01 96,01 98,92 4,91 8,14 A. Belanja Tidak 14.148.314.000 13.856.294.000 14.364.213.000 4.187.472.000 8.786.293.000 13.332.080.289 13.362.719.732 14.001.755.163 4.136.056.857 8.744.925.202 94,23 96,44 97,48 98,77 99,53 109,13 110,78

Langsung

- Belanja 14.148.314.000 13.856.294.000 14.364.213.000 4.187.472.000 8.786.293.000 13.332.080.289 13.362.719.732 14.001.755.163 4.136.056.857 8.744.925.202 94,23 96,44 97,48 98,77 99,53 109,13 110,78 Pegawai

B. Belanja 30.597.433.000 21.498.150.000 33.586.166.000 14.705.312.000 11.121.764.000 27.646.629.530 20.050.526.233 31.555.618.323 14.003.188.028 10.947.147.030 90,36 93,27 93,95 95,23 98,43 (24,67) (22,08) Langsung

- Belanja 6.300.800.000 5.480.410.000 6.061.444.000 3.105.750.000 991.000.000 5.090.200.000 5.322.445.000 5.847.235.000 3.001.395.000 984.100.000 80,79 97,12 96,47 96,64 99,30 (68,60) (67,55) Pegawai

- Belanja 10.914.612.000 10.246.263.000 17.142.552.000 11.346.500.000 9.693.814.000 10.414.941.842 9.678.071.358 16.327.441.820 10.762.426.028 9.532.536.830 95,42 94,45 95,25 94,85 98,34 (14,29) (11,15) Barang dan

Jasa

- Belanja 13.382.021.000 5.771.477.000 10.382.170.000 253.062.000 436.950.000 12.141.487.688 5.050.009.875 9.380.941.503 239.367.000 430.510.200 90,73 87,50 90,36 94,59 98,53 71,92 79,15 Modal

Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun (%)

Tabel II.2

1

Anggaran dan Realiasasi Pendanaan Pelayanan Perangkat Daerah

Uraian

Rata-rata Pertumbuhan (%)

Anggaran pada Tahun (Rp) Realisasi Anggaran pada Tahun (Rp)

(40)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor dalam menjalankan Tupoksi nya pada bidang urusan Pangan tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi baik internal maupun eksternal, akan tetapi permasalahan dimaksud harus dipandang sebagai suatu tantangan dan peluang dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pelayanan kinerja.

Tantangan yang paling nyata dihadapi terkait dengan pembinaan ketahanan pangan adalah makin merambahnya sektor non pertanian secara umum yang telah mengalihfungsikan lahan produktif pertanian, perikanan dan lahan hutan rakyat, baik sektor perumahan rakyat sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan atas perluasan pemukiman bagi masyarakat, maupun sektor industri barang serta jasa perdagangan dan wisata untuk mengembangkan skala usaha dalam pemenuhan target produksi dan jasanya, yang diakibatkan oleh adanya perkembangan global di berbagai sektor kehidupan masyarakat yang tidak dapat dihindari.

Sedangkan di sisi lain, sustainibilitas ketersediaan pangan bersumber pertanian, peternakan dan perikanan serta kelestarian daya dukung lahan konservasi dan hutan lindung melalui pemberdayaan berbagai bentuk kelompok masyarakat, masih harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan kesinambungannya.

Seiring dengan perkembangan global tersebut telah diantisipasi dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah baik pusat maupun provinsi, hal ini tentu berimplikasi pula terhadap kebijakan yang harus diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor agar teraplikasi sinergitas dan kesesuaian dalam menyelenggarakan berbagai program dan kegiatan yang mengedepankan prinsip keselarasan segenap potensi stakeholders yang terlibat dan berkepentingan didalamnya.

Berdasarkan metode SWOT Analysis terhadap tantangan dan peluang baik lingkungan internal yang meliputi Strengths

(41)

(Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan) maupun lingkungan eksternal yang meliputi Opportunity (Peluang) dan Threaths (Ancaman), maka masing-masing kondisi lingkungan internal dan eksternal dimaksud, yaitu :

A. Lingkungan Internal Kekuatan (S) :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;

2. Peraturan Bupati Bogor Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor;

3. Peraturan Bupati Bogor Nomor 38 Tahun 2014 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan;

4. Peraturan Bupati Bogor Nomor 48 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Bogor Nomor 23 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Cadangan Pangan Daerah;

5. Peraturan Bupati Bogor Nomor 61 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan;

6. Keputusan Bupati Bogor Nomor 501/679/Kpts/Per- uu/2013 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan;

dan

7. Peraturan Bupati Bogor Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengujian Mutu Pangan Segar Kelas A Pada Dinas Ketahanan Pangan.

Kelemahan (W) :

1. Pada tahun 2018, aparatur penyelenggaraan ketahanan pangan hanya berjumlah 45 orang (9 orang atau 20%

berusia diatas 50 tahun dan 36 orang atau 80% berusia 50 tahun ke bawah) yang terdiri dari : 1 orang Esselon II a, 1 orang Esselon III a, 3 orang Esselon III b, 12 orang Esselon IV a, 1 orang Esselon IV b dan 23 orang fungsional umum, 1 orang fungsional khusus analis ketahanan pangan dan 3 orang fungsional khusus penyuluh pertanian dan

(42)

peternakan yang diperbantukan, didukung oleh 35 orang outsourcing tenaga administrasi, 8 orang outsourcing tenaga kebersihan dan 9 orang outsourcing tenaga keamanan;

2. Baru memiliki 1 orang aparatur fungsional khusus Analis Ketahanan Pangan, serta belum memliki aparatur fungsional khusus Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian, yang berperan sebagai inisiator serangkaian proses dan implementasi hasil analisis ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan, sebagai bentuk aplikasi dari Pasal 24 Bab VI Peraturan Bupati Bogor Nomor 61 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan; dan

3. Belum terpenuhinya kelengkapan perlengkapan dan peralatan kantor penunjang kinerja aparatur, serta alat uji laboratorium portable sebagai upaya penjaminan keamanan pangan atas produk yang dihasilkan di tingkat produsen dan beredar di tingkat konsumen.

B. Lingkungan Eksternal Peluang (O) :

1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota;

5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

(43)

6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang Kemandirian Pangan Daerah;

7. Sejak tahun 2014, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menetapkan secara nasional upaya penekanan tingkat alih fungsi lahan produktif sekaligus penciptaan lahan sawah baru yang merupakan substitusi alih fungsi lahan dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan tata ruang wilayah, serta optimalisasi daya dukung Daerah Irigasi (DI), Jaringan Irigasi (JI) dan aksesibilitas jalan produksi perdesaan bagi pengembangan sektor pertanian, perikanan dan kehutanan sebagai tolok ukur keberhasilan kebinamargaan dan pengairan; dan 8. Setiap tahun terbit berbagai dokumen Petunjuk

Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis program / kegiatan ketahanan pangan dari lembaga koordinatif vertikal baik di tingkat pusat maupun provinsi, yang kemudian diterjemahkan dalam dokumen Petunjuk Teknis berdasarkan kebutuhan dan karakteristik masing-masing kabupaten / kota..

Ancaman (T) :

1. Pada skala nasional hingga Juni 2016, Institut Pertanian Bogor (IPB) melansir bahwa laju pertumbuhan penduduk sangat rawan pangan sekitar 5,96%/tahun, penduduk rawan pangan sekitar 3,32%/tahun dan penduduk tahan pangan sekitar minus 1,95%/tahun. Sedangkan kondisi di Kabupaten Bogor hingga Desember 2016, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa masih terdapat jumlah penduduk miskin sebanyak 498.500 jiwa atau 8,92% dari total penduduk sebanyak 5.587.390 jiwa;

2. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Bogor, menjelaskan bahwa kondisi di Kabupaten Bogor hingga Desember 2017 masih terdapat jumlah rumah

(44)

tangga miskin sebanyak 171.483 KPM (Keluarga Penerima Manfaat);

3. Sejak tahun 2015, telah berlangsung ASEAN Free Trade Area (AFTA) / area bebas bea masuk impor diantara negara ASEAN, yang mengancam persaingan pasar produk pertanian, perikanan dan kehutanan Kabupaten Bogor yang umumnya masih belum memenuhi standar Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam penerapan teknologi budidaya, pengolahan dan pengemasan, sekaligus berdampak pula terhadap keamanan & kehalalan produk yang di impor dari negara ASEAN lainnya;

4. Sejak tahun 2014, hasil analisa dan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa seluruh kepulauan di Indonesia akan dilalui oleh fenomena anomali alam El Nino (meningkatnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik, terutama bagian timur dan tengah) dan La Nina (menurunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik), yang berdampak terhadap ketidak-menentuan waktu dan volume musim penghujan dan kemarau serta intensitas badai angin dan hujan pada tiap kawasan, yang turut berpengaruh terhadap stabilitas dan kontinuitas ketersediaan produk pangan;

5. Pada skala nasional Kementerian Pertanian RI melansir bahwa sejak tahun 2013 sekitar 80.000 Ha/tahun lahan pertanian produktif beralih fungsi menjadi sektor lain, sedangkan hasil penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) menyimpulkan bahwa di Provinsi Jawa Barat setidaknya terdapat 50.000 – 100.000 Ha/tahun lahan sawah yang beralih fungsi maupun yang tidak lagi tergarap oleh petani (dari 826.000 rumah tangga petani, sebanyak 66,00%

memutasi lahan sawahnya karena alasan ekonomi dan sebanyak 34,00% karena tergusur proyek pemerintah dan tidak mampu mengelola lahannya lagi). Sekalipun Kementerian Pertanian RI sejak tahun 2010 – 2014 telah berhasil mencetak lahan pertanian baru seluas 347.984 Ha,

(45)

namun tingkat kualitas lahan dan produktivitasnya masih jauh di bawah lahan yang telah dialihfungsikan; dan

6. Menurunnya minat, orientasi dan motivasi usaha pada angkatan kerja usia muda terhadap usaha tani dan usaha mina, khususnya yang berdomisili pada wilayah hinterland pengembangan sektor non pertanian, perikanan dan kehutanan. Berdasarkan data dari Institut Pertanian Bogor

(IPB) untuk kondisi di Provinsi Jawa Barat hingga Juni 2016, dari 3.058.387 rumah tangga usaha pertanian

untuk usia < 25 tahun sebesar 0,59%, untuk usia 25 – 44 tahun sebesar 32,68%, untuk usia 45 – 64 tahun sebesar 50,77% dan untuk usia > 65 tahun sebesar 15.96%.

(46)

DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BOGOR

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Dalam menjalankan Tupoksi nya DKP Kabupaten Bogor tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang timbul, yaitu : 1. Masih terdapat alih fungsi lahan produktif usaha sektor

pertanian, peternakan dan perikanan menjadi sektor pembangunan lainnya, sebagai faktor berpengaruh terhadap stabilitas dan pemerataan ketersediaan, distribusi dan akses pangan;

2. Belum optimalnya hubungan kerjasama dalam transfer inovasi teknologi dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan praktisi usaha profesional, serta koordinasi pembinaan kelompok masyarakat bersama dengan pemerintahan tingkat kecamatan dan desa dalam pengembangan pola konsumsi dan penganekaragaman pangan;

3. Belum optimalnya kelembagaan dan sumberdaya aparatur beserta sarana dan prasarana pendukung kinerja yang memadai di tingkat wilayah binaan, dalam proses berkesinambungan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan baik di tingkat produsen maupun konsumen; dan 4. Belum optimalnya sinergitas kinerja diantara PD terkait dalam

ikhtiar penanganan 7 kategori kerawanan pangan, yang terdiri dari rawan : Ketersediaan Pangan, Rumah Tangga Miskin, Akses Jalan, Akses Listrik, Gizi Kurang, Akses Air Bersih dan Akses Fasilitas Kesehatan.

(47)

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati Terpilih

A. Pernyataan Visi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif dan produktif.

Visi dapat membantu organisasi untuk mendefinisikan kemana organisasi akan dibawa dan membantu mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilaksanakan.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

Dengan mempertimbangkan arah dan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, hasil-hasil yang sudah dicapai pada tahap sebelumnya dan permasalahan yang dihadapi serta isu-isu strategis yang berkembang, maka

pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2018-2023 adalah “Terwujudnya Kabupaten Bogor

Termaju, Nyaman dan Berkeadaban”.

Adapun makna pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten Bogor dimaksud adalah :

Kabupaten Bogor adalah batas administrasi Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa Barat yang didalamnya berkumpul sejumlah manusia atau masyarakat dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Termaju adalah bahwa perolehan pembangunan Kabupaten Bogor memiliki laju yang massif. Bisa menandingi laju pencapaian pembangunan di tingkat Jawa Barat maupun Nasional.

(48)

Nyaman adalah Kabupaten Bogor dapat menjadi Kabupaten yang nyaman untuk beraktivitas, nyaman sebagai tempat hunian dan ramah untuk berinvestasi.

Berkeadaban adalah masyarakat Kabupaten Bogor senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan melestarikan budaya. Menjadi parameter di Indonesia sebagai wilayah sebagai wilayah yang mampu menjadi simbol masyarakat Indonesia yang ramah, toleran dan berakhlakul karimah.

B. Pernyataan Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan stakeholders dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan Tupoksi.

Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

Dalam rangka pencapaian visi dimaksud di atas dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada serta tantangan ke depan serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi Pemerintah Kabupaten Bogor berikut dengan penjelasan yang terkandung didalamnya serta keselarasannya dengan rumusan misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya peningkatan nilai tambah produk industri biodiesel jarak pagar yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan gliserol hasil samping produksi biodiesel menjadi

Jika almarhum/ah tidak mempunyai ahli waris, maka rumah tersebut bisa dijual atau disewakan kepada warga Kampung Naga yang tinggal di wilayah Kampung Naga, warga keturunan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS maka hasil output dapat dilihat pada tabel 4.20 nampak bahwa secara simultan pengaruh dari tiga variabel

Dengan tujuan tersebut, pelaku jari@mah diharapkan tidak mengulangi perbuatan jeleknya, disamping itu juga merupakan tindakan preventif bagi orang lain untuk

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka untuk dapat melakukan smash yang keras, menukik ke bawah mengarah kesisi bagian yang tidak terjangkau oleh lawan diperlukan

kekasihya yang dimaksud dengan bercumbu adalah menyentuh bagian sensitive dari tubuh kekasihya dan mengarah kepada pembangkitan gairah seks tapi biasanya subyek

Dengan menggunakan sistem komputerisasi, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pencatatan pemesanan menu semakin kecil, dan informasi mengenai volume transaksi

Universal banking dalam penerapannya perlu memperhatikan hal-hal berikut antara lain meningkatkan kompetensi dan profesionalitas Sumber Daya Manusia (SDM),