• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transfer ke Daerah sebesar Rp156,04 triliun. sebesar Rp72,25 triliun. dan Dana Desa (TKDD) atau 8,45 persen dari. atau 3,72 persen pagu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Transfer ke Daerah sebesar Rp156,04 triliun. sebesar Rp72,25 triliun. dan Dana Desa (TKDD) atau 8,45 persen dari. atau 3,72 persen pagu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pendapatan Negara sebesar Rp156,04 triliun atau 8,45 persen dari target pada APBN 2022 dan tumbuh 54,9 persen (yoy), dan membaik dari tahun sebelumnya (negatif 4,2 persen).

Realisasi tersebut terdiri atas Penerimaan Pajak sebesar Rp109,11 triliun (8,63 persen dari target), tumbuh 59,39 persen (yoy), lebih tinggi dari tahun lalu (negatif 15,32 persen) serta Penerimaan Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp24,93 triliun (10,18 persen dari target), persen (yoy).

Penerimaan Negara Bukan Pajak telah mencapai Rp21,98 triliun (6,65 persen dari target), tumbuh 11,44 persen (yoy), lebih tinggi dari tahun lalu (0,25 persen).

Penerimaan Hibah sebesar sebesar Rp17,47 miliar, lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp51,50 miliar.

Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp72,25 triliun atau 3,72 persen pagu APBN 2022, lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun 2021, yang terdiri atas realisasi Belanja K/L sebesar Rp21,83 triliun (2,31 persen dari pagu APBN 2022), lebih rendah dari realisasi pada periode yang sama tahun 2021 dan realisasi Belanja Non-K/L yang mencapai Rp50,41 triliun atau meningkat 5,05 persen (yoy).

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp54,93 triliun (7,14 persen dari alokasi APBN 2022), meningkat 7,49 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2021 yang mencapai Rp51,10 triliun.

(2)

Ringkasan Eksekutif

beberapa negara, meskipun PMI Manufaktur global masih berada pada level ekspansi.

Tren kenaikan harga komoditas global terus berlanjut di awal 2022 yang dipengaruhi oleh disrupsi supply dan ketegangan geopolitik. Pasar keuangan global terus mewaspadai arah normalisasi kebijakan moneter AS yang akan mempengaruhi volatilitas pasar keuangan.

Selanjutnya, pemerintah akan berupaya untuk mendorong pemulihan ekonomi yang akan dilanjutkan disertai dengan

P

erekonomian di beberapa negara di tahun 2021 telah kembali ke level pra-pandemi, termasuk perekonomian Indonesia.

Sementara itu, masih banyak negara yang masih kesulitan mengembalikan kapasitas ekonominya ke level pra-pandemi. Di sisi lain, perkembangan varian omicron memberikan tekanan pada penyelesaian pandemi global dan menyebabkan penurunan aktivitas manufaktur di

(3)

pelaksanaan vaksinasi.

Mengawali tahun 2022, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga akhir Januari tercatat Rp156,04 triliun atau 8,45 persen dari target pada APBN 2022.

Capaian tersebut lebih tinggi Rp55,31 triliun dari periode yang sama tahun lalu, melanjutkan tren kinerja positif yang terjadi pada akhir tahun 2021. Dari sisi pertumbuhannya, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tumbuh 54,90 persen (yoy).

Secara nominal, realisasi komponen penerimaan yang bersumber dari perpajakan mencapai Rp134,04 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp21,98 triliun, dan realisasi hibah mencapai Rp0,02 triliun.

Berdasarkan pertumbuhannya, realisasi penerimaan

perpajakan dan PNBP tumbuh berturut-turut sebesar 65,57 persen (yoy) dan 11,44 persen (yoy), sedangkan capaian masing-masing komponen pendapatan negara terhadap target pada APBN 2022 berturut-turut perpajakan 8,88 persen dan PNBP 6,55 persen.

Capaian realisasi penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak serta kepabeanan dan cukai.

Dari sisi penerimaan pajak, hingga akhir Januari 2022 capaiannya tercatat sebesar

Rp109,11 triliun atau 8,63 persen terhadap APBN 2022. Penerimaan pajak tersebut tumbuh 59,39 persen secara yoy. Secara nominal, penerimaan pajak utamanya berasal dari penerimaan pajak penghasilan (PPh) non-migas dan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN/PPnBM).

Lebih detilnya, capaian PPh non-migas secara nominal ditopang oleh penerimaan dari subkomponen PPh 21, PPh 25/29 badan, dan PPh final.

Berdasarkan pertumbuhannya, PPh non-migas tumbuh 56,70 persen (yoy) dengan didukung utamanya oleh pertumbuhan subkomponen dari PPh 21, PPh badan, dan PPh final yang berturut-turut tumbuh 26,88 persen (yoy), 351,97 persen (yoy), dan 5,63 persen (yoy).

Komponen penerimaan pajak yang lain juga menunjukkan kinerja positif, seperti PPh 22 Impor, PPh 26, dan PPh OP.

Pertumbuhan subkomponen utama penerimaan PPh non-migas menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi hingga awal tahun 2022, dimana PPh 21 kinerjanya meningkat seiring utilisasi tenaga kerja dan pembayaran bonus akhir tahun. Kinerja PPh badan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi, sementara PPh final kinerjanya ditopang oleh kebijakan Program Pengungkapan Sukarela (PPS)

(4)

yang mulai berlaku di awal tahun 2022. Kinerja positif PPh non-migas juga didukung oleh kinerja pajak secara sektoral. Mayoritas sektor utama penerimaan pajak terus melanjutkan tren pertumbuhan yang positif. Sektor industri pengolahan dan perdagangan tumbuh double digits dimana kinerjanya didorong oleh peningkatan produksi, ekspor dan impor, serta konsumsi akibat pulihnya permintaan global dan domestik. Sektor jasa konstruksi dan real estate kinerjanya didorong oleh pertumbuhan aktivitas konstruksi. Selain itu, kinerja sektor pertambangan didorong oleh meningkatnya permintaan dan harga komoditas tambang, sementara sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Lebih lanjut, realisasi penerimaan pajak dari komponen penerimaan PPN/PPnBM secara nominal ditopang utamanya oleh penerimaan PPN, khususnya PPN Dalam Negeri (PPN DN) dan PPN Impor. Secara kumulatif PPN/PPnBM tumbuh cukup signifikan sebesar 45,86 persen (yoy). Pertumbuhan komponen penerimaan PPN DN didorong oleh aktivitas ekonomi yang kembali normal dan konsumsi masyarakat yang terus meningkat. Selain itu, seiring konsumsi dalam negeri yang terus membaik

mendorong kegiatan impor yang meningkat sehingga kinerja PPN Impor positif.

Penerimaan perpajakan yang bersumber dari kepabeanan dan cukai, realisasinya hingga akhir Januari 2022 mencapai Rp24,93 triliun atau 10,18 persen terhadap target pada APBN 2022 dan tumbuh signifikan 99,41 persen (yoy). Secara nominal, penerimaan kepabeanan dan cukai utamanya didukung oleh penerimaan dari cukai, khususnya cukai hasil tembakau (CHT). Kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai berdasarkan pertumbuhan penerimaannya tercatat positif dan tumbuh signifikan di semua

komponennya yang terdiri dari cukai, bea masuk (BM), dan bea keluar (BK), tumbuh berturut-turut 97,96 persen (yoy), 44,05 persen (yoy), dan 225,84 persen (yoy). Capaian penerimaan kepabeanan dan cukai didorong utamanya oleh penerimaan CHT yang konsisten tumbuh melanjutkan tren tahun 2021, serta

didukung juga oleh masih meningkatnya aktivitas ekspor impor di awal tahun 2022.

Faktor yang mendorong kinerja penerimaan CHT yaitu dampak penyesuaian kebijakan tarif cukai rokok dan kegiatan pengawasan. Penerimaan cukai MMEA didorong oleh membaiknya kondisi pandemi

(5)

terutama akibat relaksasi mobilitas masyarakat di daerah tujuan wisata. Lebih lanjut, pertumbuhan komponen penerimaan pajak perdagangan internasional yang berasal dari BM kinerjanya didorong oleh kinerja impor nasional terutama sektor perdagangan besar yang terus meningkat seiring pemulihan ekonomi.

Penerimaan komponen BK mengalami peningkatan kinerja yang sangat signifikan didorong oleh tumbuhnya volume ekspor terutama komoditas minerba tembaga dan produk Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya.

Pertumbuhan pajak

perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh membaiknya permintaan global yang mendorong peningkatan harga dan tarif BK yang tinggi.

Realisasi PNBP sampai dengan akhir Januari 2022 mencapai Rp21,98 triliun (6,55 persen dari target APBN 2022), atau tumbuh positif 11,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Pencapaian realisasi PNBP tersebut

terutama bersumber dari realisasi PNBP SDA dan PNBP Lainnya masing-masing sebesar Rp12,45 triliun dan Rp9,52 triliun. Dari sisi penerimaan SDA, pertumbuhan positif 139,23 persen (yoy) utamanya didorong oleh kenaikan harga minyak mentah

Indonesia atau ICP. Sementara itu, realisasi PNBP dari PNBP Lainnya utamanya dipengaruhi PNBP dari 10 Kementerian/

Lembaga dengan target PNBP tertinggi yang umumnya mengalami penurunan, kecuali Kemenhan, Kemenaker, dan Kemenkes yang mengalami pertumbuhan positif. Di sisi lain, pada bulan Januari 2022 belum ada pengesahan atas realisasi penerimaan BLU pada hampir semua K/L dengan BLU terbesar (kecuali Kemenhub).

Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Januari 2022 mencapai Rp127,17 triliun (4,7 persen dari pagu APBN 2022), lebih rendah 13,0 persen (yoy) dari tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp72,25 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp54,93 triliun. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan 31 Januari 2022 terkontraksi sebesar 24,0 persen (yoy). Lebih rendahnya realisasi Belanja Pemerintah Pusat periode Januari 2022 terutama terjadi pada Belanja Modal dikarenakan pada realisasi Januari 2021 terdapat realisasi pembayaran atas pekerjaan fisik yang selesai di tahun 2020 yang sempat tertunda. Kinerja penyerapan pada bulan-bulan berikutnya diharapkan semakin baik

(6)

untuk mendorong akselerasi penguatan ekonomi.

Realisasi belanja subsidi sampai dengan akhir Januari 2022 mencapai Rp10,18 triliun atau 4,92 persen dari pagu APBN 2022. Realisasi belanja subsidi tersebut terdiri dari subsidi energi sebesar Rp10,17 triliun atau 7,59 persen dari pagu, sedangkan realisasi subsidi nonenergi sebesar Rp3,72 miliar atau 0,01 persen dari pagu. Realisasi subsidi energi tersebut merupakan pembayaran kurang bayar TA sebelumnya yaitu masing- masing sebesar Rp1,51 triliun untuk subsidi BBM dan Rp8,66 triliun untuk subsidi LPG 3Kg. Adapun realisasi subsidi nonenergi terdiri dari Subsidi Bunga Kredit Biofuel (KPEN-RP) sebesar Rp3,13 miliar dan Subsidi Bunga Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) sebesar Rp0,59 miliar. Realisasi KPEN-RP dan KKP-E tersebut merupakan pembayaran atas bunga pada tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan sejak tahun 2015 kedua program tersebut sudah diintegrasikan dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sehingga sudah tidak terdapat penerbitan baru lagi.

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan 31 Januari 2022 mencapai Rp54,93 triliun atau

7,14 persen dari pagu APBN 2022, yang meliputi Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp54,59 triliun (7,78 persen) dan Dana Desa Rp0,34 triliun (0,50 persen). Realisasi TKDD lebih tinggi Rp3,83 triliun atau tumbuh 7,49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.

Secara lebih rinci, realisasi TKD sampai dengan akhir Januari 2022 hanya berasal dari Dana Perimbangan sebesar Rp54,59 triliun (8,11 persen pagu APBN), sedangkan Dana Insentif Daerah (DID), Dana

Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan DIY tidak ada realisasi karena belum memasuki periode penyaluran sesuai dengan ketentuannya.

Realisasi TKD lebih tinggi Rp4,24 triliun, naik 8,42 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2021 utamanya karena: (1) Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) yang lebih tinggi Rp0,64 triliun, atau meningkat 18,04 persen (yoy), yang bersumber dari realisasi DBH Sumber Daya Alam yang mencapai Rp4,16 triliun (tumbuh 18,04 persen yoy); dan (2) Realisasi DAU lebih tinggi Rp3,61 triliun, atau meningkat 7,70 persen (yoy) karena penyaluran DAU yang relatif lebih tinggi di awal tahun.

(7)

Sementara itu, realisasi Dana Desa sampai dengan Januari 2022 lebih rendah Rp0,41 triliun atau terkontraksi 54,73 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2021. Hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja realisasi

penyerapan Dana Desa hingga Januari 2022 yang belum optimal, terutama karena beberapa daerah yang masih berproses dalam penyusunan Perda APBD dan peraturan kepala daerah sebagai salah satu persyaratan dalam penyaluran Dana Desa tahap I.

Berdasarkan realisasi Pendapatan dan Belanja Negara, terdapat surplus anggaran pada akhir Januari 2022 sebesar Rp28,86 triliun atau sekitar 0,16 persen dari PDB. Sementara itu realisasi Pembiayaan hingga akhir Januari 2022 ini sudah mencapai negatif Rp2,98 triliun. Realisasi Pembiayaan sampai akhir Januari 2022 ini didominasi oleh Pembiayaan Utang sebesar negatif Rp3,04 triliun. Hal ini menunjukkan Pemerintah melakukan pembayaran utang luar negeri dan pelunasan jatuh tempo SBN lebih besar dibandingkan pengadaan utang baru.

Realisasi Pembiayaan Utang tersebut terdiri atas realisasi

Surat Berharga Negara (Neto) sebesar negatif Rp15,85 triliun dan Pinjaman (Neto) sebesar Rp12,81 triliun yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp17,27 triliun dan Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri sebesar negatif Rp4,45 triliun sedangkan realisasi Pinjaman Dalam Negeri sampai dengan 31 Januari 2022 belum terdapat realisasi. Disamping Pembiayaan Utang, Pemerintah juga telah merealisasikan Pembiayaan Investasi sebesar Rp37,70 miliar dari Penerimaan Kembali Investasi, Pemberian Pinjaman sebesar Rp5,30 miliar dan Pembiayaan Lainnya sebesar Rp13,90 miliar hingga akhir Januari 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Terbukti pada salah seorang subyek yang sebelum mendapat Penggunaan Strategi Pengelolaan Diri untuk mengurangi perilaku merokok siswa biasa menghabiskan lebih dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh Terapi Bermain Puzzle terhadap Perkembangan Kognitif Anak usia Prasekolah di TK/TPQ Plus Hidayatullah, yang

Dalam mengistinbath ( mengambil dan menetapkan) suatu hukum, dalam kitab Ar-Risalah, Imam Syafi’i menjelaskan bahwa ia memakai lima dasar, yaitu Al-Qur’an,

Sebagaimana kesimpulan hasil studi maka pada dasarnya penyelesaian tersebut memerlukan tiga hal (lihat gambar 27) yaitu: pertama adanya batasan tentang hak properti yang

Selain menganalisa dari segi sintaksis, penulis juga menganalisa sosial faktor yang mempengaruhi perubahan bahasa atau variasi bahasa Inggris yang digunakan pemeran utama

Hasil Penelitian Hasil analisis penentuan harga sewa perkantoran dan variabel yang berpengaruh guna mendapatkan pengetahuan empiris mengenai proses pembentukan harga

Simpulan, AT-III merupakan biomarker koagulasi yang memiliki hubungan dengan derajat keparahan PK yang dinilai dengan skor CURB-65 sehingga AT-III dapat digunakan untuk

Diharapkan dengan digunakannya algoritma branch and bound  akan diperoleh optimasi penjadwalan yaitu kondisi dimana terjadi kombinasi terbaik untuk pasangan mata kuliah