• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengembangkan Memelihara KSM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mengembangkan Memelihara KSM"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Mengembangkan Memelihara KSM

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Direktorat Jenderal Cipta Karya

MODUL KHUSUS KOMUNITAS C34

Relawan/BKM/Lurah/UP

PNPM Mandiri Perkotaan

(2)

Modul 1 Memetakan Kondisi KSM 1

Kegiatan 1: Memahami KSM Ideal 2

Kegiatan 2: Memetakan Kondisi KSM 3

Modul 2 Analisa Pemecahan Masalah 16

Kegiatan 1 : Identifikasi Pemecahan Masalah dan Pemetaan Kebutuhan 17

Modul 3 Peran Stakeholder Desa/Kelurahan dalam Mengembangkan dan Memelihara KSM 19 Kegiatan 1 : Diskusi Peran Stakeholder Desa/Kelurahan dalam

Mengembangkan dan Memelihara KSM 20

Modul 3 Merumuskan Rencana Pendampingan KSM 24 Kegiatan 1 : Diskusi Merumuskan Rencana Pendampingan 25

Modul 4 Monev Partisipatif Pengembangan dan Pemeliharaan

KSM 32

Kegiatan 1 : Curah Pendapat Monev Pengembangan KSM 33 Kegiatan 2 : Simulasi Memfasilitasi Monev Perkembangan KSM 34

(3)

Modul 1

Topik: Memetakan Kondisi KSM

1. Peserta mampu memahami kondisi KSM yang ideal (mandiri)

2. Peserta mampu mengetahui hasil pemetaan dan analisis fasilitator terhadap kondisi KSM yang ada di wilayahnya.

3. Peserta mampu memetakan lebih detail kondisi KSM yang ada di wilayahnya 4. Peserta mampu membandingkan kondisi KSM yang di wilayahnya dengan KSM

ideal.

Kegiatan 1 : Memahami KSM Ideal Kegiatan 2 : Memetakan Kondisi KSM

3 Jpl ( 135 ’)

Bahan Bacaan

1. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 2. Kelayakan KSM (Peminjam)

3. Kelompok Tani Sri Bangun

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(4)

Memahami KSM ideal

1) Berilah penjelasan kepada peserta bahwa kita akan memulai proses belajar dengan memetakan kondisi KSM, sampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam modul ini.

2) Jelaskan bahwa kita akan memasuki kegiatan 1, yaitu memahami KSM ideal.

3) Bagikan bahan bacaan KSM kepada peserta, ajaklah beberapa saat untuk membacanya.

4) Lakukan dialog dengan peserta mengenai, bagaimana sebaiknya peran dan fungsi KSM baik bagi anggotanya maupun masyarakat ? Tulislah seluruh jawaban peserta di dalam kertas plano.

5) Tanyakan kembali apa saja faktor-faktor suatu KSM dapat dikatakan KSM ideal (mandiri)?

6) Simpulkan bersama, berilah penguatan.

Prinsip/nilai yang dianut KSM

ƒ Kesetaraan

ƒ Saling mempercayai dan saling mendukung / memperhatikan

ƒ Bebas dalam membuat keputusan

ƒ Bebas dalam menetapkan kebutuhan

ƒ Mempunyai kewenangan / kebijakan sendiri

ƒ Berpartisipasi nyata

Peran dan fungsi KSM

ƒ Sarana mendorong proses perubahan sosial

ƒ Wadah pembahasan dan penyelesaian masalah

ƒ Wadah untuk menyalurkan aspirasi

ƒ Wadah menggalang tumbuhnya saling percaya

ƒ Sebagai sumber ekonomi

KSM merupakan kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama.

(5)

Dalam perjalanannya, tidak sedikit KSM mengalami kegagalan dalam membangun kelompok, sehingga tidak mampu bertahan lama. Adapun faktor – faktor yang menjadikan KSM mandiri, diantaranya sebagai berikut :

a. Keorganisasian :

• KSM memiliki tujuan dan program kerja yang jelas

• Semua pengurus KSM mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional

• KSM memiliki AD/ART atau aturan main

• Semua anggota melaksanakan kewajiban dan haknya dengan baik

• Solidaritas antar anggota semakin kuat

• KSM mampu mengambil keputusan secara mandiri dan demokratis b. Administrasi

• KSM memiliki perangkat administrasi dan pembukuan yang lengkap

• Pengurus KSM memiliki kemampuan dan trampil mengelola administrasi dan pembukuan

• KSM memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dilaporkan secara rutin ke anggota

• KSM memiliki sistem informasi manajemen c. Permodalan

• Tabungan/iuran KSM beragam dan terus meningkat

• kSM mampu mengelola dana dari luar

• Dana kelompok mampu memenuhi kebutuhan anggotanya d. Kegiatan

• Kegiatan produktif anggota terus berkembang dan menguntungkan

• Sarana kerja dan pelayanan semakin lengkap

• KSM mampu membiayai operasional secara layak e. Keberadaan

• Keanggotaan KSM terus meningkat baik jumlah maupun mutunya

• Pengetahuan dan keterampilan anggota semakin berkembang

• Kehadiran KSM semakin dikenal dan diterima masyarakat

• KSM ikut menentukan dalam pengambilan keputusan tingkat desa/kelurahan.

8) lanjutkan ke kegiatan 2.

Memetakan Kondisi KSM

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita memasuki kegiatan 2, yaitu memetakan kondisi KSM.

2) Bagikan hasil pemetaan dan analisa kondisi KSM yang telah dibuat oleh fasilitator (bagan kecenderungan dan perubahan) kepada peserta. Ajaklah beberapa saat untuk menganalisanya.

3) Tanyakan kepada peserta, apakah hasil pemetaan kondisi KSM tersebut, sudah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau masih ada yang kurang?

(6)

4) Kalau masih kurang, dan berbeda hasil pemetaannya, ajaklah peserta untuk memetakan kembali kondisi KSM di wilayahnya, khususnya pada hasil pemetaan yang tidak sesuai saja.

Dengan menggunakan bagan kecenderungan dan prubahan. (gunakan LK-1). Jelaskan sekilas mengenai teknik bagan kecenderungan dan perubahan.

Bagan Kecenderungan dan perubahan adalah salah satu teknik yang bisa diterapkan untuk mengkaji tingkat perkembangan KSM, teknik ini digunakan untuk mengambarkan perubahan-perubahan keadaan KSM di wilayahnya dari waktu ke waktu, sehingga bisa dianalisa peningkatan atau penurunan kualitas perkembangan KSM, alasan-alasan dan upaya yang harus dilakukan apabila ada permasalahan

5) Lakukan diskusi bersama dengan peserta untuk memperbaiki hasil pemetaan kondisi KSM yang ada di wilayahnya dengan menggunakan teknik bagan kesenderungan dan perubahan.

6) Setelah terjadi perbaikan, lanjutkan diskusi kelas, mengenai :

• Apakah ada perubahan dari dari setiap perkembangan KSM diatas dari tahun ke tahun ?

• Apakah perubahan itu menurun atau meningkat ? jenis perkembangan KSM mana yang menurun, dan mana yang meningkat ?

• Mengapa perubahan – perubahan tersebut terjadi ?

• Apa dampak-dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan tersebut ?

• Siapa yang banyak terkena dampak (bandingkan grafik-grafik di setiap kelompok) ?

• Bagaimana kemungkinan perkembangan KSM di masa mendatang apabila tidak ditangani?

7) Fasilitasi terjadinya dialog didalam diskusi kelas, dan simpulkan bersama hasilnya.

8) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

(7)

Memetakan Kelompok Swadaya Masyarakat

1. Lakukan perbaikan bersama hasil pemetaan kondisi KSM yang telah dilakukan oleh Fasilitator, dengan mengunakan teknik bagan kecenderungan dan perubahan.

Bagan Kecenderungan dan perubahan adalah salah satu teknik yang bisa diteraokan untuk mengkaji tingkat perkembangan KSM, teknik ini digunakan untuk mengambarkan perubahan-perubahan keadaan KSM di wilayahnya dari waktu ke waktu, sehingga bisa dianalisa peningkatan atau penurunan kualitas perkembangan KSM, alasan-alasan dan upaya yang harus dilakukan apabila ada permasalahan.

Jumlah KSM

0 50 100 150 200 250 300

2004 2005 2006 2007

Tingkat Pengembalian (RR)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

2004 2005 2006 2007

Perempuan Yang menjadi anggota KSM

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2004 2005 2006 2007

KSM Melakukan pertemuan Rutin

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

2004 2005 2006 2007

KSM Memiliki Tabungan Anggota

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2004 2005 2006 2007

Kepengurusan KSM masih Aktif

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2004 2005 2006 2007

(8)

2. Petakan dimana letak perbedaannya atau yang harus diperbaikinya. Apabila banyak perbedaannya, maka lakukan pemetaan kondisi KSM seperti yang telah dilakukan pada Fasilitator.

3. Buatlah bagan seperti gambar diatas, mengenai beberapa hal berikut ini : a. berapakah jumlah KSM dari tahun ke tahun ?

b. berapa persen keterlibatan perempuan di dalam anggota KSM dalam setiap tahunnya?

c. Berapa persen KSM memiliki tabungan/iuran anggota ?

d. Berapa persen KSM yang masih melaksanakan pertemuan rutin KSM?

e. Berapa persen tingkat keaktifan pengurus KSM dalam setiap tahunnya?

f. Berapa banyak KSM yang sudah berhasil menjalankan kegiatan usahanya?

g. Dll (silahkan ditambah sesuai dengan kebutuhan)

(9)

KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat akan menghadapi berbagai persoalan dimana persoalan tersebut bisa diselesaikan secara individu namun juga perlu diselesaikan secara bersama-sama.

Ketika persoalan diselesaikan dengan banyak orang akan memunculkan banyak gagasan sehingga akan banyak alternatif pemecahan. Sebab pada dasarnya warga masyarakat mempunyai niat baik untuk membantu sesama, sehingga masalah yang dihadapi oleh orang-perorang akan dirasakan sebagai persoalan bersama jika dalam kelompok. Selain itu setiap orang mempunyai motivasi, pengalaman, serta potensi-potensi yang lain yang pada umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Jika dihimpun dalam kelompok maka potensi tersebut akan menjadi kekuatan besar yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ibarat seikat sapu lidi maka jika satu lidi potensi dan manfaatnya sangat kecil serta gampang dipatahkan. Namun ketika diikat menjadi sapu lidi maka menjadi lebih kuat serta lebih bermanfaat. Oleh karena itu ketika dalam bermasyarakat orang-perorang perlu menghimpun diri dalam kelompok ketika menghadapi masalah ataupun dalam mengembangkan potensi.

Kelompok-kelompok yang tumbuh di masyarakat dikarenakan kebutuhan tersebut, sering disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yaitu kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu adanya Visi, kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama.

Dalam penanggulangan kemiskinan, visi yang menjadi ikatan pemersatu. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) berorientasi pada penanggulangan kemiskinan sehingga harus dipastikan warga miskin terdaftar dan terlibat dalam kegiatan kelompok dan merupakan penerima manfaat primer sebagai kelompok sasaran dari program-program yang sudah dikembangkan dalam PJM Pronangkis. Manfaat yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan kualitas hidup seperti kualitas pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi, permukinan dan lainnya.

Posisi KSM adalah independent, artinya KSM bukan bawahan BKM/LKM atau unit pengelola (UO).

Hubungan KSM dan BKM/LKM dan UP merupakan hubungan kemitraan, karena itu pengembangan KSM tidak boleh berorientasi semata-mata mengakses dana yang ada di BKM/LKM, KSM harus mengembangkan kegiatan mandiri atau mengembangkan akses sumber daya sendiri. Semua ini dilakukan agar KSM dapat menjadi kelompok pemberdaya baik bagi anggota KSM maupun masyarakat umum. Pemberdayaan ini dilakukan melalui proses berbagi pengalaman, bertukar informasi dan mendiskusikan berbagai persoalan kemasyarakatan. Karena BKM/LKM menjalankan tugas dan fungsinya merupakan amanah (mandat) dari masyarakat untuk menjamin tercapainya kualitas kehidupan warga, khususnya warga miskin, maka KSM harus mampu berperan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja BKM/LKM, KSM juga mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam keseluruhan siklus yang harus berlanjut dan difasilitasi oleh BKM/LKM sehingga dapat dijamin anggota KSM ikut dalam proses-proses pengambilan keputusan dalam setiap tahapan siklus.

Keberadaan KSM

Di masyarakat pada umumnya telah ada banyak Kelompok Masyarakat baik yang oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak-pihak tertentu yang punya kepedulian. Ketika PNPM Mandiri Perkotaan juga menggunakan pendekatan kelompok maka PNPM Mandiri Perkotaan akan banyak membentuk KSM meski tidak menutup kemungkinan memaksimalkan kelompok-

(10)

kelompok yang sudah ada, sebab ada kemungkinan kelompok PNPM Mandiri Perkotaan agak berbeda dengan kelompok lain yang sudah ada karena KSM di PNPM Mandiri Perkotaan adalah KSM yang terdiri dari warga miskin dan manfaatnya langsung dirasakan oleh warga miskin.

Munculnya KSM yang dibentuk PNPM Mandiri Perkotaan akan muncul di antara kelompok- kelompok yang sudah eksis. Hal itu akan menambah dinamika di masyarakat karena antar kelompok akan bisa saling berinteraksi dan saling belajar. Bahkan sangat memungkinkan kelompok yang telah lama eksis dan mempunyai banyak pengalaman bisa memberikan banyak masukan, bimbingan dan dorongan kepada kelompok baru. Sebaliknya, kelompok yang sudah eksis juga bisa belajar dari kelompok PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan demikian masing-masing kelompok bisa menggalang persatuan dan kekuatan untuk menanggulangi masalah kemiskinan.

2. Prinsip-prinsip KSM

Agar KSM dalam PNPM Mandiri Perkotaan benar-benar menjadi wadah bagi pemberdayaan anggota maka ada beberapa prinsip yang perlu sepakati, yang bisa dijadikan pedoman di internal KSM, antara lain saling mempercayai dan saling mendukung. Sikap tersebut bisa membuat anggota mengekspresikan gagasan, perasaan dan kekhawatirannya dengan nyaman. Setiap anggota KSM bebas mengungkapkan pemikiran dan pendapat serta mengajukan usul dan saran yang perlu dijadikan pembahasan dalam rapat kelompok tanpa adanya rasa segan atau adanya hambatan psikologis lainnya.

a. Bebas dalam membuat keputusan. Kelompok bebas menentukan dan memutuskan menurut kesepakatan yang diambil oleh kelompok sendiri. Keputusan kelompok harus merupakan hasil dari permusyawaratan bersama dan tidak diperkenankan adanya dominasi dari perorangan atau beberapa orang yang bersifat pemaksaan kehendak atau intervensi dari pihak manapun dan dalam bentuk apapun. Kelompok juga berwenang untuk mengatur rumah tangga sendiri sesuai dengan keputusan bersama,

b. Bebas dalam menetapkan kebutuhan. Dalam rangka peningkatan dan penguatan kapasitasnya KSM meningkatkan dan menguatkan tingkat kemampuan para anggotanya seperti: peningkatan kesejahteraan, peningkatan wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan baik bersifat individu maupun kelompok.

c. Berpartisipasi nyata. Setiap anggota wajib berkontribusi kepada kelompok sebagai wujud komitmen dalam rangka keswadayaan serta ikatan kelompok

3. Peran dan fungsi KSM

Dalam berkelompok masyarakat bisa mengambil banyak manfaat darinya, karena KSM bisa memenuhi kebutuhan materil maupun psikologis. Oleh karena itu, KSM bisa berperan dan berfungsi dalam banyak hal antara lain:

a. Sebagai sarana proses perubahan sosial. Proses pembelajaran yang terjadi dalam KSM adalah menjadi pendorong terjadinya perubahan paradigma, pembiasaan praktek nilai-nilai baru, cara pandang dan cara kerja baru serta melembagakannya dalam praktek kehidupan sehari-hari.

b. Sebagai wadah pembahasan dan penyelesaian masalah. Setiap kegiatan yang dilaksanakan KSM haruslah mengambarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, dan penyelesaiannya disepakati bersama

c. Sebagai wadah aspirasi. Jika ada masalah, kepentingan, atau harapan yang berkembang di masyarakat maka untuk menerima, membahas dan menyalurkan, kepada pihak-pihak yang relevan dengan berpijak pada hak-hak warga

d. Sebagai wadah menggalang tumbuhnya saling kepercayaan (menggalang social trust). Dalam kelompok anggota bisa saling terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan membagi tanggung jawab, Saling kepercayaan sosial ini dibangun melalui cara penjaminan, dan rekomendasi kelompok, Ketika kelompok membangun hubungan dengan pihak lain kepercayaan tersebut sebagai modalnya.

(11)

e. Sebagai sumber ekonomi. Jika masyarakat membutuhkan dana maka KSM bisa berfungsi sebagai sumber keuangan. Keuangan di KSM bisa saja bersumber dari pihak luar namun juga dari internal anggota sendiri. dengan cara iuran bersama. Iuran tersebut bisa menjadi modal usaha dan sekaligus menjadi salah satu bentuk ikatan pemersatu dan membangun kekuatan sendiri.

4. KSM Mandiri.

Dalam perjalanannya, tidak sedikit KSM mengalami kegagalan dalam membangun kelompok, sehingga tidak mampu bertahan lama. Adapun faktor – faktor yang menjadikan KSM mandiri, diantaranya sebagai berikut :

a. Keorganisasian :

• KSM memiliki tujuan dan program kerja yang jelas

• Semua pengurus KSM mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional

• KSM memiliki AD/ART atau aturan main

• Semua anggota melaksanakan kewajiban dan haknya dengan baik

• Solidaritas antar anggota semakin kuat

• KSM mampu mengambil keputusan secara mandiri dan demokratis b. Administrasi

• KSM memiliki perangkat administrasi dan pembukuan yang lengkap

• Pengurus KSM memiliki kemampuan dan trampil mengelola administrasi dan pembukuan

• KSM memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dilaporkan secara rutin ke anggota

• KSM memiliki sistem informasi manajemen c. Permodalan

• Tabungan/iuran KSM beragam dan terus meningkat

• kSM mampu mengelola dana dari luar

• Dana kelompok mampu memenuhi kebutuhan anggotanya d. Kegiatan

• Kegiatan produktif anggota terus berkembang dan menguntungkan

• Sarana kerja dan pelayanan semakin lengkap

• KSM mampu membiayai operasional secara layak e. Keberadaan

• Keanggotaan KSM terus meningkat baik jumlah maupun mutunya

• Pengetahuan dan keterampilan anggota semakin berkembang

• Kehadiran KSM semakin dikenal dan diterima masyarakat

• KSM ikut menentukan dalam pengambilan keputusan tingkat desa/kelurahan.

(12)

KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PEMINJAM

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Peminjam adalah KSM yang dibentuk oleh warga masyarakat dalam kepentingannya untuk memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perkotaan untuk kegiatan Pinjaman Bergulir. Disebut KSM Peminjam, karena KSM ini dibentuk hanya untuk kepentingan memperoleh pinjaman bergulir sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan mereka yang pada umumnya adalah warga masyarakat miskin.

Untuk mencapai pemanfaatan tersebut secara optimal perlu dikaji persyaratan KSM Peminjam yang ideal, Proses pembentukannya, pengelolaan KSM serta pembinaan terhadap KSM baik yang dilakukan oleh BKM/LKM, UPK, maupun oleh relawan, fasilitator, Aparat Kelurahan, maupun PJOK Kecamatan.

1. PERSYARATAN KSM PEMINJAM (IDEAL)

Pada dasarnya KSM peminjam sama dengan KSM pada umumnya, hanya untuk keperluan tujuan pinjaman bergulir diperlukan tambahan beberapa persyaratan khusus, antara lain : a. KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta

peningkatan pendapatan masyarakat.

b. Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin sesuai kriteria yang ditetapkan sendiri oleh BKM/LKM dan masyarakat (Anggota KSM termasuk dalam daftar warga miskin – PS2)

c. Jumlah anggota KSM minimum 5 orang, maksimum 10 orang, minimum 30 % anggota KSM tersebut adalah wanita serta telah memiliki pengurus KSM minimal ketua dan sekretaris yang dipilih oleh anggota dan aktif melaksanakan tugas –tugasnya.

d. semua anggota KSM menyetujui sistem tanggung renteng (bertanggung jawab bersama) terhadap pinjaman yang akan diterima KSM dan anggotanya serta dituangkan secara tertulis dalam pernyataan tanggung renteng.

e. semua anggota sudah memiliki tabungan masing-masing minimum sebesar 5 % dari besar pinjaman bergulir yang diajukan dan disimpan di UPK atau bank diwilayah UPK.

f. KSM sudah mempunyai pembukuan / pencatatan keuangan sederhana yang memadai sesuai kebutuhan.

g. semua anggota KSM telah memperoleh pelatihan tentang pinjaman bergulir, pembukuan, rencana usaha, kewirausahaan dan pengelolaan ekonomi rumah tangga (PERT) dari fasilitator dan BKM/LKM, UPK.

2. PEMBENTUKAN KSM PEMINJAM

a. KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara sukarela, demokratis, partisipatif, transparan dan kesetaraan;

b. Keluarga miskin yang berada dalam satu lingkungan (RT/RW) difasilitasi oleh BKM/LKM mengadakan pertemuan dan diberi sosialisasi mengenai KSM, tujuannya, ketentuan dasar KSM, kegiatan dan tanggung jawab masing-masing anggota KSM.

c. Berdasarkan sosialisasi tersebut kemudian BKM/LKM mengarahkan warga miskin tersebut untuk membentuk kelompok swadaya masyarakat. Pembentukan kelompok diserahkan kepada masyarakat untuk menentu kan sendiri berapa minimum jumlah anggota kelompok, siapa saja yang diterima menjadi anggota kelompok.

d. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang sudah terbentuk ini kemudi an memilih sendiri pengurus KSMnya yang minimal terdiri dari Ketua dan sekretaris KSM. Tugas Ketua adalah memimpin KSM dalam setiap pertemuan, melakukan pencatatan/pembukuan KSM dan mengarahkan anggota-angotanya sesuai tujuan dibentuknya KSM. Tugas sekretaris adalah mencatat hasil kesepakatan pertemuan

(13)

anggota KSM, membantu Ketua dalam mengelola kelompok dan membuat aturan main kelompok.

e. Hasil pembentukan kelompok dan pengurusnya ini kemudian dilaporkan kepada BKM/LKM untuk dibuatkan Berita Acara pembentukan KSM.

3. PENGELOLAAN KSM PEMINJAM

Agar KSM berfungsi sesuai dengan tujuan dibentuknya, maka KSM perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan KSM dilakukan secara partisipatif oleh seluruh anggota KSM dipimpin oleh Pengurus KSM. Langkah-langkah pengelolaan KSM yang baik antara lain :

a. Pengurus KSM membuat pembagian tugas antara Ketua dan Sekretaris. Ketua memimpin KSM dalam setiap pertemuan, melakukan pencatatan / pembukuan KSM dan mengarahkan anggota-angotanya sesuai tujuan dibentuknya KSM. Tugas sekretaris adalah mencatat hasil kesepakatan pertemuan anggota KSM, membantu Ketua dalam mengelola kelompok dan membuat aturan main kelompok.

b. Pengurus membuat aturan main KSM antara lain :

• Jadwal pertemuan rutin dan insidentil untuk membahas masalah usaha, pinjaman, tabungan dan tunggakan,

• Kesepakatan tanggung renteng dan bentuk pelaksanaannya,

• Peningkatan kemampuan dan ketrampilan usaha anggota, dll.

c. Seluruh anggota diusahakan memahami seluruh aturan main yang ditetap kan KSM dengan melakukan tanya jawab untuk pemahaman dan pemberian penjelasan terhadap hal-hal yang masih belum dipahami. Apabila diperlukan dapat meminta BKM/LKM atau UPK untuk memfasilitasi dan memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum dipahami tersebut.

d. Apabila seluruh anggota KSM sudah memahami aturan main KSM, diminta mereka mewujudkannya dengan mematuhi semua aturan main tersebut dalam bentuk :

• Menghadiri setiap pertemuan yang diadakan KSM baik yang rutin maupun yang insidentil

• Menandatangani pernyataan sepakat menanggung bersama (tang gung renteng) dan merealisasikan dalam bentuk saling mengingat kan kepada sesama anggota KSM tentang kewajian-2 yang harus dipenuhi dan menanggung bersama apabila terdapat anggota KSM yang menungak.

• Senantiasa mengikuti kegiatan pelatihan maupun coaching yang diadakan oleh BKM/LKM/UPK/Fasilitator dalam rangka peningkatan kemampuan dan ketrapilan usaha mereka.

(14)

Kelompok Tani Sri Bangun

Oleh Petrus Aprianto

“Di desa saya ini ada beberapa kelompok tani, baik itu kelompok tani pangan, maupun kelompok tani ternak. Kalau dihitung ada sekitar dua kelompok tani pangan dan dua kelompok tani ternak.

Itu yang ada di desa kami, kalau di tingkat kecamatan mungkin sudah banyak. Misalnya saja kita pukul rata tiap desa itu ada tiga kelompok tani, sudah berapa ya, banyak itu. Padahal dalam satu kecamatan ada sekitar 10-15 desa. Munculnya kelompok di desa kami ini, ada yang merupakan bentukan dari pemerintah, ada juga yang atas inisiatif para petani sendiri. Kelompok tani di dusun kami berdasarkan hamparan dan domisili, merupakan suatu kelompok yang muncul dari inisiatif kami sendiri. Jika yang lain itu, ya paling hanya anjuran dari para penyuluh pertanian yang ada.”

(Anggota Kelompok Tani, Cineumbeuy, Lebakwangi)

Cerita di atas, mengisyaratkan bahwa kelompok petani saat ini banyak bermunculan. Tetapi, kehadiran fenomena tersebut tidaklah cukup jika hanya memperhatikannya dari sudut pandang masyarakat petani itu sendiri. Perlu juga diperhatikan adanya momentum-momentum yang menjadi pendukungnya. Ada beberapa momentum yang mungkin atau bisa jadi dianggap berpengaruh munculnya kelompok petani.

Pertama, penerapan revolusi hijau tahun 70-an, yang dianggap sebagai suatu periode babak baru dalam pembangunan pertanian Indonesia. Peristiwa itu tidak bisa dipungkiri sangat berpengaruh pada kehidupan petani, baik di teknis pertanian ataupun budaya yang ada dalam kehidupan petani.

Seperti yang diungkapkan Hefner (1999) revolusi hijau dikaitkan dengan pengenalan yang serba baru, tanaman yang tumbuh lebih cepat dan secara potensial dapat memberi hasil yang lebih tinggi. Keberhasilan bibit padi varietas baru bergantung pada pengendalian air dan penggunaan pupuk kimia dan pestisida besar-besaran. Maka, di seluruh negeri diperlukan usaha yang bersamaan, yaitu pembuatan irigasi dan penambahan distribusi bahan-bahan kimia dengan harga terjangkau. Pemerintah memberikan bantuan berupa kredit yang bertujuan menyediakan modal bagi para petani pada awal musim tanam, ketika sebagian besar di antara mereka kekurangan uang tunai, sehingga tidak mampu membeli bahan-bahan pertanian.

Pada pertengahan tahun 1970-an, pemerintah membuat suatu program yang biasa disebut program Bimbingan Massal (Bimas), yang dijalankan di sebagian besar Jawa dan Bali untuk mendukung pelaksanaan revolusi hijau. Selama awal-awal tahun program Bimas, bibit dan pupuk tersedia hanya melalui kontak-kontak yang dibuat pemerintah, sehingga petani yang tidak mengikuti program pemerintah kesulitan mendapatkan pupuk.

Kedua, maraknya organisasi non-pemerintahan (LSM) yang memfokuskan program pada pemberdayaan petani atau pengembangan pedesaan yang terjadi tahun 80-an, bahkan sampai saat ini pun masih berjalan. Usaha yang dilakukan LSM berupa pengorganisasian petani dalam upaya melawan kebijakan-kebijakan negara yang dirasa merugikan petani dan menguntungkan para pemodal.

Ketiga, adanya usaha dari para petani sendiri yang mencoba mengorganisir diri sebagai usaha memperjuangkan kesejahteraan hidup dari para pemilik modal dan kebijakan pemerintah yang merugikannya, terutama pada penyediaan sarana produksi dan hasil produksi.

Mengapa para petani membentuk kelompok? Apa motivasi yang melatarbelakangi para petani masuk menjadi anggota kelompok? Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh kelompok tani?

(15)

Untuk menjawabnya, perlu memahami keberadaan kelompok tani sebagai suatu ekonomi moral ataukah rasionalitas petani, karena ada kelompok tani yang berdiri atas kemauan atau kehendak dari petani, tapi ada juga terbentuk karena program pemerintah.

Sejarah kelompok tani Sri Bangun saya dapatkan dari seorang tokoh. Ia merupakan salah satu pendiri kelompok tani Sri Bangun. Sewaktu ia kembali dari Jakarta, ia berkeinginan menetap dan mengolah lahan yang sudah dibelinya sewaktu kerja di Jakarta. Ia sudah lama tinggal di Jakarta sebagai penjual rokok di bandara Kemayoran. Kurang lebih selama 25 tahun. Ia mantan pengurus Persatuan Orang Cinieumbeuy yang ada di Jakarta (Pekat). Pengalaman keorganisasiannya terbawa sampai di desa. Setelah melihat keadaan kelompok yang sebelumnya ada sudah macet maka ia bersama kerabat dan tetangga dekatnya membentuk arisan beras (talitihan) sebanyak 25 kg tiap selesai panen, sekedar untuk ngumpul dan bergotong-royong.

Macetnya kelompok sebelumnya, karena ketergantungan pada satu tokoh, yaitu Kaur Ekbang. Kaur Ekbang merupakan pembina dan penggerak kelompok. Dikarenakan ketidakcocokan terhadap kebijakan desa, maka ia mengundurkan diri. Selanjutnya, kelompok tani yang ada di desa dipegang oleh penggantinya. Anggota merasa resah, karena kelompok hanya dijadikan alat untuk menurunkan bantuan saja oleh desa. Hal tersebut memunculkan ketidakpercayaan anggota pada pengurus, dan mempengaruhi kinerja kelompok itu. Dalam perkembangannya, kelompok itu mulai goyah dan akhirnya mandek.

Petani yang merasa penting memiliki kelompok akhirnya meminta orang-orang yang ikut dalam arisan itu untuk membentuk kelompok tani baru, yang akhirnya dinamakan kelompok tani Sri Bangun. Dapat dikatakan bahwa ide pendirian kelompok ini berawal dari perbincangan- perbincangan petani atau ide dari bawah yang merasa sebagai petani yang tidak mampu, seperti yang diungkapkan Tasdik, “Sejak KUD (Koperasi Unit Desa) tidak lagi melayani penjualan pupuk, petani di sini harus membeli pupuk di toko-toko pertanian yang harganya lebih mahal daripada di KUD, dan harus sebanyak limapuluh kilo atau empatpuluh kilo, dan harus kontan. Padahal kita tahu bahwa penghasilan petani di sini itu kecil, karena lahan yang dimiliki juga kecil, sekitar 350 bata atau sebahu. Jika ada kelompok, pupuk bisa dibeli oleh kelompok dalam jumlah yang besar, dan petani bisa hutang dulu, bayarnya menyicil setiap ada pertemuan. Belum lagi jika kita ingin menggunakan alat produksi seperti traktor atau semprotan hama jika ada kelompok kita bisa membeli secara gotong-royong. Setiap peminjaman ada biaya sewa, yang ditujukan untuk pengisian kas kelompok dan menambah modal kelompok. Penyediaan bibit dari kelompok juga bisa dibeli secara kredit. Jadi, kelompok itu sangatlah penting bagi petani kecil seperti kami ini.”

Sri Bangun berawal dari ide para petani yang tidak mampu mengusahakan kebutuhan sarana dan prasarana produksi pertanian secara sendiri, maka mereka membentuk suatu kelompok agar lebih mudah mendapatkan barang ataupun jasa yang diperlukan dalam usaha pertaniannya.

Kosim menambahkan, “Kelompok ini berdiri bukan karena ada dorongan atau bentukan pemerintah. Jika dibentuk pemerintah, anggota tidak punya rasa memiliki kelompok. Dan sulit untuk diajak maju, karena dalam situasi seperti itu, anggota hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah. Memang, harus diakui, mana ada orang yang menolak bantuan. Kebanyakan dari petani di sini jika mendapatkan bantuan akan kesulitan mengembalikan. Kesadarannya masih kurang. Namun jika kelompok itu adalah bentukan dari petani sendiri, bagaimanapun jika ada bantuan atau pinjaman, haruslah mengembalikan, karena akan semakin memperbesar modal kelompok dan kemajuan kelompok.”

Sri Bangun mendapat pengukuhan pada tanggal 31 Oktober 1996 oleh pemerintah desa dan BPP.

Kepengurusan pada saat pengukuhan sudah lengkap, meliputi pelindung, penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi (Pendidikan, Usaha, PHT, Humas, dan Pompanisasi). Jumlah

(16)

anggota pada awal berdiri sebanyak duapuluh orang dan terus berkembang, hingga saat ini beranggotakan sebanyak duapuluh delapan orang.

Jumlah petani di Jagatamu sebanyak 212 KK, tetapi yang menjadi anggota hanya 28 saja, sehingga masih banyak petani yang belum menjadi anggota kelompok tani. Boma mengungkapkan,

“Sebenarnya bisa saja merangkul petani masuk menjadi anggota, tetapi harus mempunyai kesadaran sendiri untuk masuk menjadi anggota, biar sama-sama merasakan, jangan hanya mau masuk ketika sudah maju saja.”

Syarat menjadi anggota Sri Bangun adalah mempunyai simpanan pokok sebesar Rp. 15.000,- membayar simpanan wajib Rp. 300,- perbulan, dan simpanan gabah sebanyak 25 kg tiap panen.

Anggota Sri Bangun tidak hanya petani kecil, petani yang berlahan sempit, dan penggarap, namun juga ada petani yang memiliki lahan luas di desa. Bisa dikatakan, dia adalah patron dari para petani penggarap yang ikut dalam kelompok tersebut. Ada yang menarik, seorang penjahit ikut menjadi anggota. Menurutnya, ia menjadi anggota untuk mengetahui cara atau teknis pertanian, karena ia berkeinginan mengerjakan tanah orang lain.

Berawal dari simpanan, menjadi modal awal jalannya Sri Bangun, dan saat ini modal mencapai Rp 2.500.000,- Simpanan pokok mulai tahun ini tidak berjalan lagi, karena ada dana yang berasal dari biaya administrasi penarikan listrik sebesar Rp. 250,- setiap pelanggan, baik anggota maupun non- anggota.

Susunan pengurus sudah terbentuk. Pemilihannya berdasarkan musyawarah anggota. Semenjak awal berdiri hingga saat ini, belum pernah ada pergantian pengurus, walaupun tetuanya sudah merasa kecapekan. Selain karena masih dipercaya anggota, juga karena belum ada yang menggantikannya.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tidak ada, yang ada hanya kesepakatan- kesepakatan dalam bentuk notulen. Semuanya diputuskan melalui hasil musyawarah antara pengurus dan anggota. Pengurus tidak akan mengambil keputusan tanpa melalui rapat dahulu.

Kekompakan mereka utamakan, baik pada kekompakan anggota dalam mendukung para pengurus, maupun antar-pengurus. Misalnya, ada keperluan tertentu sehingga pengurus yang membidangi tidak dapat menjalankan tugas, maka digantikan pengurus yang lain. Kekompakan anggota dapat terlihat pada keaktifan mereka dalam menghadiri pertemuan kelompok. Semua anggota hadir dalam setiap pertemuan.

Laporan keuangan dilakukan setiap tahun, yaitu laporan tahunan. Ada pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), yaitu keuntungan usaha. Pembagian SHU mengikuti peraturan, yaitu 30 % untuk dana cadangan, 55% untuk anggota, 10% untuk pengurus, dan 5% untuk dana sosial.

Dari perincian pembagian SHU tersebut, pengurus mendapatkan hasil atau gaji yang sedikit menguntungkan. Menurut mereka, ada keuntungan lain menjadi pengurus, yaitu menjadi lebih terkenal, karena dapat mengenal dan berhubungan dengan orang-orang di atas atau tokoh-tokoh, sehingga relasinya lebih luas. Uang dipegang dan diatur oleh bendahara, tetapi keputusan untuk pencairan harus diketahui ketua.

Pertemuan rutin bagi seluruh anggota dilakukan 1-2 kali dalam setahun, yaitu setelah panen.

Tujuannya memberikan informasi tentang teknis dan lain-lain untuk penanaman berikutnya. Apabila ada hal-hal yang mendesak, seperti misalnya ada masalah hama, dapat diadakan pertemuan. Bagi para pengurus setidaknya ada pertemuan setiap 2 bulan.

(17)

Usaha Sri Bangun dikembangkan ke arah perkoperasian yang mendukung peningkatan hasil usaha tani. Usaha yang sudah berjalan dengan baik adalah simpan-pinjam keperluan pertanian, yaitu benih dan pupuk. Selain itu, juga sebagai media pemberian informasi masalah teknis pertanian, tentang pola tanam, benih dan pemupukan yang baik. Adalah hak bagi anggota untuk mendapatkan pinjaman dari kelompok. Keuntungan diperoleh dari menaikkan harga bibit ataupun pupuk sedikit dan tidak mengambil bunga dari pinjaman. Apabila ada kemunduran waktu pelunasan hutang dari anggota, tidak ada uang sanksi atau hukuman, apalagi bunga, karena modal awal berasal dari uang anggota juga. Kecuali jika modalnya dari luar seperti KUT.

Dalam acara pertemuan dan pemberian informasi, masalah teknis pertanian bisa dihadiri petani yang bukan anggota guna mendapatkan informasi. Mereka diberikan toleransi meminjam 1-2 hari, tapi pada umumnya, petani bukan anggota malu mengajukan pinjaman pada kelompok.

Kegiatan lain, seperti halnya pemberantasan hama secara bersama dilakukan kadang kala saja, ketika ada hama seperti tikus dan wereng yang mengganas.

Kegiatan Sri Bangun yang dilakukan untuk menanggulangi permainan harga tengkulak, adalah berusaha membeli hasil panen anggotanya. Tugas tersebut dilakukan oleh ketua seksi usaha. Hasil pembelian, langsung disetor pada Bulog, jadi harga yang diperoleh standar dengan kebijakan Bulog.

Pemasaran hasil inilah yang biasa menjadi masalah bagi para petani kecil, namun setelah adanya kelompok tani, pemasarannya lebih mudah. Keuntungan maupun kerugian penjualan menjadi tangung-jawab kelompok, karena harga beli dari petani selalu lebih tinggi dari harga yang ditawarkan para tengkulak.

* Petrus Aprianto, kelahiran Klaten, Jawa Tengah. Tamatan Jurusan Antropologi, UGM yang saat ini bekerja di Gramedia, Jakarta.

(18)

Modul 2

Topik: Analisa Pemecahan Masalah

4. Peserta mampu mengidentifikasi apa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam mengembangkan dan memelihara KSM.

5. Peserta mampu mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan untuk memecahkan permasalahan perkembangan KSM.

6. Peserta mampu memetakan kebutuhan baik SDM maupun sumber daya lainnya dapat dapat mendukung terhadap pengembangan dan pemeliharaan KSM.

Kegiatan 1 : Identifikasi Pemecahan Masalah dan Pemetaan Kebutuhan

2 JPL (90’)

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(19)

Identifikasi Pemecahan Masalah dan Pemetaan Kebutuhan

1) Berilah penjelasan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul Analisa Pemecahaan Masalah, sampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam modul ini, yaitu :

• Peserta mampu mengidentifikasi apa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam mengembangkan dan memelihara KSM.

• Peserta mampu mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan untuk memecahkan permasalahan perkembangan KSM.

• Peserta mampu memetakan kebutuhan baik SDM maupun sumber daya lainnya dapat dapat mendukung terhadap pengembangan dan pemeliharaan KSM.

2) Jelaskan bahwa pada kegiatan sebelumnya telah dibahas mengenai kondisi KSM yang ada diwilayahnya dengar segara permasalahannya sehingga perlu didiskusikan bersama, bagaimana kita mengatasi persoalan – persoalan yang terjadi pada perkembangan KSM.

3) Kemudian bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah mereka untuk mendiskusikan:

a. Apa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan agar KSM yang ada diwilayahnya bisa menjadi KSM mandiri?

b. Kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk mendukung agar KSM menjadi mandiri?

c. Apa saja sumber daya yang dibutuhkan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya untuk mendukung terlaksananya kegiatan tersebut?

d. Bagiamana kondisi sumber daya yang ada?

e. Bagaimana upaya pemenuhannya agar sumber dayanya memadai?

Dalam melakukan diskusi, ajaklah peserta untuk melihat kembali hasil pemetaan kondisi KSM dan permasalahannya.

Untuk lebih memudahkan proses diskusi, gunakanlah tabel berikut ini :

No

Hal-Hal yang harus diperbaiki &

ditingkatkan

Kegiatan Pengembangan

KSM

Sumber daya manusia yang

dibutuhkan

Sumber daya yang ada

Upaya Pemenuhan

Kebutuhan

(20)

No

Hal-Hal yang harus diperbaiki &

ditingkatkan

Kegiatan Pengembangan

KSM

Sumber daya Lain yang dibutuhkan

Sumber daya yang ada

Upaya Pemenuhan

Kebutuhan

4) Berilah kesempatan kepada wakil setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, dorong terjadinya diskusi apabila terjadi perbedaan pendapat.

5) Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas.

6) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

(21)

Modul 3

Topik: Peran Stakeholders Desa/Kelurahan dalam Mengembangkan dan Memelihara KSM

Peserta mampu memahami peran BKM/LKM, UP-UP, relawan, lurah/kades dalam mengembangkan dan memelihara KSM

Kegiatan 1 : Diskusi peran stakeholder desa/kelurahan dalam mengembangkan dan memelihara KSM

2 JPL (90’)

Bahan Bacaan - Tahapan Perkembangan Kelompok

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(22)

Diskusi Peran Stakeholder desa/kelurahan dalam mengembangkan dan memelihara KSM

1) Berilah penjelasan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul peran BLM/LKM, UP-UP, relawan, lurah/kades dalam mengembangkan dan memelihara KSM, sampaikan tujuan yang ingin dicapai pada modul ini, yaitu Peserta mampu memahami peran BKM/LKM, UP-UP, relawan, lurah/kades dalam mengembangkan dan memelihara KSM.

2) Sampaikan bahwa pada kegiatan sebelumnya telah dibahas mengenai kondisi KSM yang ada diwilayahnya. Serta upaya – upaya yang harus dilakukan dalam rangka memecahkan persoalan yang terjadi pada perkembangan KSM di wilayahnya.

3) Lakukan dialog dengan peserta, siapa saja yang harus berperan dalam mengembangkan dan memelihara KSM agar menjadi KSM yang mandiri ?, tulislah seluruh jawaban peserta dalam kertas plano.

4) Kemudian bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah mereka untuk mendiskusikan:

Kelompok Aparat Pemerintah desa/kelurahan

Apa saja peran aparat desa / kelurahan dan Kepala desa/lurah dalam mengembangkan dan memelihara KSM?

Kelompok UP-UP

Apa saja peran UP-UP dalam mengembangkan dan memelihara KSM?

Kelompok Relawan

Apa saja peran Relawan dalam mengembangkan dan memelihara KSM?

Kelompok Anggota BKM/LKM

Apa saja peran BKM/LKM dalam mengembangkan dan memelihara KSM?

5) Berilah kesempatan kepada wakil setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, dorong terjadinya diskusi apabila terjadi perbedaan pendapat.

6) Tanyakan kepada peserta, apakah selama ini peran tersebut sudah berjalan dengan baik?

Mengapa demikian? Tulislah dalam bentuk tabel.

(23)

No Lembaga / Perorangan

Peran dalam Mengembangkan dan Memelihara KSM selama

ini Alasannya

1 BKM/LKM 2 UP-UP 3 Relawan 4 Lurah/Kades 5 Aparat

Desa/Kelurahan

7) Simpulkan bersama, hasil diskusi kelas.

Untuk mengembangkan KSM agar menjadi mandiri, diperlukan pendampingan dan pembinaan yang efektif dari berbagai kalangan, sehingga hasilnya diharapkan mampu mewujudkan kelompok yang menjadi wahana proses pembelajaran anggota dan mempertajam perumusahan masalah yang dihadapi anggotanya. KSM menjadi wahana pengambilan keputusan untuk menentukan strategi pemecahan masalah bersama. KSM juga menjadi mobilisasi sumberdaya anggota maupun luar anggotanya. Pada akhirnya diharapkan KSM dan anggota-anggotanya mampu mempengaruhi komunitasnya dan menjadi agen perubahan.

8) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

(24)

Tahapan Perkembangan Kelompok

Ada empat tahap perkembangan kelompok yang wajib diketahui fasilitator/Pendamping. Setiap tahap perkembangan memiliki ciri-ciri dan bentuk-bentuk pendampingannya sendiri. Secara diagramatik, tahap perkembangan, ciri, dan pendampingan fasilitator dapat digambarkan sebagai berikut.

Tahap Ciri-ciri Peran Pendamping dan Anggota Kelompok Tahap

Pertama:

Perintisan

Umur kelompok masih sangat muda, bahkan ada yang belum berbentuk kelompok

• Mengenali satu per satu anggota kelompok, apa kegiatan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

• Mendorong kehadiran anggota dalam setiap pertemuan.

• Meyakinkan anggota masyarakat bahwa pertemuan kelompok itu penting.

• Jaga agar kehadiran anggota di pertemuan bukan dipengaruhi oleh adanya BLM.

Tahap Kedua : Penataan (Tumbuh)

Kejelasan tujuan, kegiatan, aturan kelompok, peran pengurus, adalah hal penting yang harus diperhatikan

• Menyepakati dan memahami tujuan dan cita- cita kelompok.

• Menyusun rencana kegiatan dalam waktu tertentu (3 bulanan, satu kalender musim tanam, tahunan).

• Menyusun aturan kelompok seperti hari dan tempat pertemuan, ketentuan pengadaan dan pengembangan modal kelompok dan

administrasinya.

Tahap Ketiga : Pengembangan (Berkembang)

Pada tahap ini keadaan rumah tangga kelompok sudah mulai tertata, sehingga kelompok

perlu di fasilitasi untuk mengembangkan isi

pertemuan kelompok, modal, usaha, dan kerja sama dengan pihak-pihak lain

• Memperluas lingkup dan jangkauan progam yang dikembangkannya. Misalnya, jika awalnya hanya belajar tentang hama pada tahap ini kelompok di ajak untuk mengembangkan gagasan pengembangan pertanian yang bisa membawa hasil lebih banyak namun ramah lingkungan dan berkelanjutan.

• Kesetaraan kedudukan dan peran perempuan di kelompok harus semakin diperkuat.

• Kerja sama dengan pihak lain baik itu

pemerintah maupun swasta harus di perkuat.

Beri kepercayaan penuh dan dorongan bahwa mereka mampu menangani urusan melalui proses latihan dan mencoba.

Tahap Keempat : Pemandirian

Peran fasilitator/pendamping mulai berkurang, sebaliknya peran pengurus & anggota dalam mengambil keputusan semakin banyak. Pembuatan rencana kegiatan dan evaluasinya dilakukan secara mandiri oleh kelompok.

• Peran fasilitator/pendamping semakin berkurang, peran kelompok untuk mengelola pertemuan, rapat pengurus, dan kerjasama dengan pihak lain semakin besar.

(25)

Bagaimana Arah Pengembangan Kelompok?

Upaya-upaya pendampingan yang diarahkan kepada pembangunan kelompok mandiri sekurang- kurangnya terfokus kepada 2 hal penting.

Penguatan ke dalam Kelompok

Pertama, berorientasi kepada peningkatan pendapatan anggota dan kelompok. Dalam rangka ini perlu diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan kapasitas pengelolaan anggaran kelompok dan anggaran rumah tangga bagi anggota. Kapasitas ini terutama dalam hal pembentukan cadangan atau tabungan yang efektif, pemupukan modal swadaya dan pengembangan usaha-usaha produksi dan pemasaran.

Kedua, penguatan organisasi kelompok. Hal ini ditandai oleh pertemuan yang teratur, rutin dan berkelanjutan. Sistem administrasi keuangan tertib dan transparan. Pemilihan pengurus dipilih dari dan oleh anggota, secara teratur melakukan program pendidikan anggota. Perencanaan program kelompok, pelaksanaan, dan evaluasinya dilakukan secara partisipatif.

Ketiga, penguatan nilai-nilai dalam kelompok. Terutama menanamkan sikap keterbukaan di kalangan anggota terhadap hal-hal seperti peluang kerjasama dan teknologi-teknologi baru untuk mencapai skala usaha yang lebih besar. Selain itu juga menanamkan prinsip demokrasi dan partisipasi dalam kelompok, serta kesetaraan jender (laki-laki dan perempuan).

Penguatan ke tingkat Komunitas

Pertama, penguatan kepemimpinan alternatif. Selama proses pendampingan kelompok diharapkan muncul personil-personil yang mampu menjadi alternatif kepemimpinan lokal (kepemimpinan informal). Mengapa disebut kepemimpinan alternatif? Karena di desa telah ada kepemimpinan formal (pemerintah desa) dan informal (tokoh agama, adat, ketokohan). Kepemimpinan alternatif ini diharapkan bisa muncul karena kualitas dan kemampuannya, serta kepeduliannya kepada persoalan dan masa depan masyarakat.

Kedua, pengembangan kader-kader dan agen perubahan masyarakat. Kelompok, kepemimpinan kelompok, dan kader-kadernya yang kuat diharapkan menjadi agen perubahan di komunitasnya.

Mereka menjadi kelompok dan personil-personil yang aktif, kritis, dan berpengaruh di komunitasnya sehingga berkembang dinamika baru. Kelompok-kelompok ini – termasuk individu-individu yang menjadi anggotanya – menjadi simpul komunikasi di dalam dan keluar komunitasnya. Pengaruh yang diharapkan dari kelompok dan anggota-anggota kelompok adalah suatu penguatan kerjasama, jaringan komunikasi dan pembelajaran yang lebih terbuka dan partisipatif.

Ketiga, mendorong transformasi sosial dengan adanya penguatan organisasi, kepemimpinan lokal alternatif dan berkembangnya dinamika di masyarakat. Ini diharapkan terjadi karena kepemimpinan alternatif (demokratis, partisipatif, terbuka) menjadi pilihan baru ketimbang kepemimpinan tradisional (paternalistik, feodal). Model komunikasi pembangunan konvensional (penyuluhan, penerangan) diperkaya/digantikan dengan model komunikasi dialogis (musyawarah, lokakarya desa, forum warga, diskusi, dan sebagainya).

(26)

Modul 4

Topik: Merumuskan Rencana Pendampingan KSM

1. Peserta memahami pentingnya menyusun perencanaan pendampingan KSM 2. Peserta mampu merumuskan rencana untuk mendampingi KSM berdasarkan

perannya masing-masing.

Kegiatan 1 : Diskusi merumuskan rencana pendampingan

2 JPL (90’)

Bahan Bacaan

1. Pembinaan KSM Peminjam 2. Pendampingan Kelompok Mandiri 3. Membidik Mitra Strategis

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(27)

Diskusi Merumuskan Rencana Pendampingan

1) Berilah penjelasan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul merumuskan rencana pendampingan, sampaikan tujuan yang ingin dicapai pada modul ini, yaitu :

• Peserta memahami pentingnya menyusun perencanaan pendampingan KSM

• Peserta mampu merumuskan rencana untuk mendampingi KSM berdasarkan perannya masing-masing.

2) Jelaskan bahwa pada materi sebelumnya telah dipetakan sumberdaya yang dapat mendukung untuk mengembangkan dan memelihara KSM agar KSM menjadi mandiri termasuk peran masing-masing pelaku dalam mengembangkan dan memelihara KSM. Sekarang kita akan bersama-sama merumuskan rencana pendampingan dalam rangka mengembangkan dan memelihara KSM berdasarkan perannya masing-masing.

3) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok berdasarkan peran dan tugasnya masing-masing, (BKM/LKM, UP-UP, Relawan, Lurah/Kades, kelompok peduli), ajaklah mereka untuk merumuskan rencana pendampingan KSM. Gunakanlah tabel berikut ini.

No Pelaku/Stake

holder Kegiatan Pengembangan

KSM

Langkah-

langkah Penanggung

Jawab Waktu Pelaksanaan 1 BKM/LKM

2 UP-UP 3 Relawan

4 Lurah/Kepala Desa 5 Bidan Desa

6 Kelompok peduli 7 dll

4) Berilah kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil rumusannya.

5) Lakukan dialog dengan peserta, agar rumusan rencana pendampingan tersebut realistis dan dapat digunakan langsung di lapangan.

6) Simpulkan bersama, berilah penguatan.

(28)

Apa yang sebaiknya dilakukan dalam pendampingan kelompok?

• Mulailah membahas dari yang masyarakat tahu dan bisa. Kemudian tingkatkan ke pembahasan lain yang lebih sulit secara perlahan tapi pasti

• Meskipun sederhana, kegiatan kelompok harus direncanakan dan dievaluasi secara berkala (bulanan, tri wulan, tengah tahunan dan tahunan). Jangan sekali, kemudian kegiatan berjalan begitu saja tanpa suatu forum perencanaan dan monev lagi.

• Apabila penyusunan rencana kegiatan kelompok telah dilaksanakan, apakah anda dapat membayangkan berapa banyak tugas dan bagaimana cara anda membagi waktu untuk mendampingi semua kelompok tersebut?. Kumpulkan dan kompilasi seluruh rencana kegiatan kelompok untuk menyusun strategi pendampingan kelompok yang akan dilakukan agar berjalan dengan efektif dan efisien. Perhatikan kegiatan-kegiatan pendampingan apa saja yang bisa merupakan kegiatan bersama (antar kelompok) dan mana yang sebaiknya dilakukan kelompok masing-masing.

Apa yang harus dihindari dalam pendampingan kelompok?

• Kegiatan Kelompok Menjenuhkan. Rata-rata masyarakat sudah banyak beban, kegiatan kelompok sebaiknya jangan membebani mereka dengan terlalu banyak aturan. Pertemuan- pertemuan tidaklah perlu terlalu “serius” gunakan selalu teknik-teknik fasilitasi pertemuan secara partisipatif untuk mengatasi kejenuhan.

• Hasil belajar tidak aplikatif. Proses pembelajaran di masyarakat akan efektif bila (1) materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari-hari (2) materi yang dipelajari dapat menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup KSM dan warga.

Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah, dan kebutuhan warga belajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif.

• Tidak melakukan pengalihan kemampuan kepada kelompok. Pendampingan tidak akan dilakukan secara terus menerus, sehingga strategi penyapihan terhadap kelompok perlu dirancang sejak awal. Bentuknya misalnya dengan menyerahkan pimpinan pertemuan atau pencatat hasil pertemuan kepada kelompok.

7) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

(29)

PEMBINAAN KSM PEMINJAM

Kualitas KSM yang ideal tidak hanya ditentukan oleh proses pembentukan dan pengelolaannya akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh pembinaan dari pihak-pihak yang terkait dengan KSM. Adapun pihak – pihak yang terkait dengan KSM antara lain : BKM/LKM, UPK, Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator.

BKM/LKM dan UPK adalah mereka yang terlibat dan berkepentingan langsung dengan KSM, sementara Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator adalah mereka yang berkepentingan secara sosial terhadap KSM.

Pembinaan KSM oleh BKM/LKM/UPK

BKM/LKM dan UPK dikatakan berkepentingan secara langsung dengan KSM karena kinerja mereka juga sangat dipengaruhi oleh kualitas KSM yang menjadi nasabahnya. Apabila kualitas KSM tidak baik dan kerjasama antar anggota KSM tidak baik sehingga tidak terbentuk tangung jawab bersama (tanggung renteng) maka tanggung jawab pembayaran kembali pinjaman kepada UPK juga akan terganggu. Demikian sebaliknya apabila kualitas kerjasama antar anggota KSM dan taggung jawab bersama (tanggung renteng) sangat baik maka pembayaran kembali pinjaman kepada UPK akan berjalan dengan baik dan kinerja UPK serta BKM menjadi baik.

Untuk itu BKM/LKM dan UPK perlu melakukan pembinaan kepada KSM melalui kegiatan-kegiatan : a. BKM/LKM/UPK memastikan bahwa anggota KSM telah mulai membentuk tabungan sebagai

bukti kedisiplinan dalam mewujudkan tanggung jawab bersama sebelum memperoleh pinjaman dari UPK

b. BKM/LKM/UPK memberikan penjelasan tentang ketentuan umum pinjaman UPK kepada seluruh anggota KSM dalam pertemuan rutin yang diadakan oleh KSM. Kehadiran dalam pertemuan tersebut juga sebagai sarana BKM/LKM/UPK medeteksi kepatuhan anggota KSM dalam memenuhi undangan pengurus KSM untuk berkumpul dan sarana memahamkan anggota KSM atas ketentuan pemberian pinjaman dari UPK.

c. BKM /LKM/ UPK memberikan penyadaran kepada KSM dan anggotanya bahwa pinjaman yang akan diterima dari UPK adalah suatu hutang yang wajib dikembalikan / dibayar kembali, bukannya suatu hibah dari pemerin tah.

d. Disamping penyampaian ketentuan mengenai pemberian pinjaman dari UPK, BKM/LKM juga memberikan pemahaman tentang pengelolaan ekonomi rumah tangga serta bagaimana membuat rencana usaha dan berwirausaha yang baik. Pemahaman ini juga diperlukan oleh anggota KSM untuk dapat mengelola ekonomi dalam rumah tangganya agar mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya secara terencana.

e. BKM/LKM melalui Pengawas UPK / UPK memberikan pembinaan sebulan setelah KSM menerima pinjaman dari UPK. Pembinaan dilakukan dalam bentuk kunjungan ke lokasi usaha dan domisili anggota KSM untuk memastikan keadaan kehidupan rumah tangga dan usaha anggota KSM.

Disamping itu juga untuk memastikan penggunaan pinjaman yang diteri ma dari UPK apakah dipergunakan sesuai dengan tujuan pada waktu mengajukan permohonan pinjaman.

f. BKM/LKM dan UPK baik sendiri sendiri maupun bekerja sama dengan instansi pemerintah / swasta memberikan pelatihan / coaching kepada KSM dan anggtanya dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berusaha KSM dan anggotanya agar terjadi peningkatan kualitas SDM maupun produknya.

(30)

g. Pengawas UPK dan UPK membantu mencarikan pemecahan terhadap anggota KSM yang mengalami masalah baik dalam usaha maupun kedaan keuangannya. Disamping itu Pengawas UPK dan UPK juga mendorong anggota KSM lainnya ikut merealisasikan rasa tanggung jawab bersama (tanggung renteng) atas masalah yang dialami salah satu anggota KSM.

h. Pengawas UPK dan UPK membina KSM dan anggotanya dalam terus memupuk tabungan selama jangka waktu pinjaman, dan menghimbau agar tabungan tersebut tidak sampai diambil sampai lunasnya pinjaman yang diterima KSM.

i. Pengawas UPK dan UPK meminta bantuan BKM/LKM untuk mencarikan sumber dana lain selain BLM apabila KSM beserta anggotanya yang telah melewati batas maksimum pemberian pinjaman baik dari sisi frekuensi maupun jumlah pinjaman, agar mereka masih tetap mendapat akses dari lembaga keuangan maupun perbankan.

Pembinaan KSM oleh Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator.

Disamping pembinaan KSM yang dilakukan oleh BKM/LKM dan UPK sebagai pihak yang terkait langsung kepentingannya dengan KSM, Relawan, Aparat Kelurah an, PJOK Kecamatan dan Fasilitator / Konsultan juga memiliki peran yang cukup penting dalam pembinaan KSM

Peran mereka dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan antara lain :

a. Menumbuhkan penyadaran kepada warga masyarakat bahwa pinjaman yang diterimanya adalah suatu hutang yang harus dibayar kembali bukan merupakan hibah dari pemerintah b. Menumbuhkan penyadaran warga masyarakat bahwa setiap orang yang berhutang harus

bertanggung jawab membayar kembali pinjamannya sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya karena apabila menunggak berarti telah merampas kesem patan warga lain untuk memperoleh pinjaman dari UPK

c. Menumbuhkan penyadaran warga masyarakat bahwa wujud tanggung jawab bersama (tanggung renteng) adalah dengan saling mengingatkan antar sesama anggota dan bersedia menanggung bersama tunggakan yang terjadi karena salah seorang anggota tidak melaksanakan kewajibannya

d. Menumbuhkan penyadaran warga masyarakat bahwa kesinambungan pelayanan pinjaman oleh UPK sangat ditentukan oleh kedisiplinan semua anggota KSM peminjam dalam membayar kembali pinjaman yang diterimanya beserta jasa pinjamannya. Tanpa kedisiplinan akan terjadi penurunan modal UPK yang pada ujungnya akan menghentikan pelayanan pemberian pinjaman yang berarti juga menghentikan upaya pengentasan kemiskinan melalui sarana pinjaman bergulir.

e. Memahamkan kepada warga masyarakat bahwa pinjaman harus dipergunakan sesuai dengan tujuan awal waktu mengajukan pinjaman agar peningkatan kesejahteraan bisa tercapai.

Karena apabila terjadi penyalahgunaan penggunaan pinjaman akan mengakibatkan munculnya kesulitan baru, sehingga bukan pengentasan kemiskinan yang terjadi akan tetapi pemantasan kemiskinan.

(31)

Pendampingan Kelompok Mandiri

Oleh : PIDRA Indonesia

Pendampingan kelompok mandiri dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan rutin kelompok dan pelatihan penguatan internal kelembagaan kelompok mandiri oleh fasilitator desa. Jadwal pertemuan rutin kelompok mandiri untuk masing-masing kelompok di desa dampingan tidaklah sama. Jadwal pertemuan ditentukan oleh kelompok sendiri yang disesuaikan dengan ketersediaan waktu yang luang pada masing-masing anggota kelompok.

Pendampingan Melalui Pertemuan Rutin

Dalam pendampingan kelompok mandiri menggunakan komponen internal kelompok sebagai indikator pendampingan, dimana komponen internal terdiri dari lima (5) Bidang Hasil Pokok yang terdiri dari (i) Organisasi; (ii) Administrasi; (iii) Permodalan; (iv) Usaha/ Kegiatan On - Farm atau Of - Farm; (v) Akseptasi/ Kesinambungan.

Pembinaan lima (5) Bidang Hasil Pokok kepada kelompok mandiri dilaksanakan dalam setiap kegiatan pertemuan dan secara terperinci disampaikan sebagai berikut :

1. Organisasi. Kegiatan yang dilakukan adalah membimbing kelompok untuk melakukan pertemuan anggota serta menetapkan jadwal pertemuan setiap bulan atau setiap dua minggu sekali dan selanjutnya membahas fungsi, tugas dan tanggung jawab pengurus kelompok serta kewajiban dan hak baik pengurus maupun anggota.

2. Administrasi. Memberikan motivasi kepada anggota agar dapat menabung dalam rangka pengadaan buku-buku administrasi umum dan keuangan bagi dokumentasi kegiatan kelompok.

Perangkat administrasi yang ada pada masing-masing kelompok :

ƒ Buku Daftar Anggota

ƒ Buku Kehadiran anggota

ƒ Buku Simpan Pinjam

ƒ Buku Tamu

ƒ Buku Notulen Rapat

ƒ Buku Kas

ƒ Buku Induk

ƒ Buku Bank

3. Permodalan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan memberikan motivasi agar kelompok menghimpun modal berupa Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Anggota sebagai ikatan bagi mereka dalam memperkuat kelembagaan kelompok sedangkan pemupukan modal secara eksternal (dari luar anggota) adalah usaha ekonomi, misalnya pembersihan lahan serta angkat pasir baik milik anggota kelompok maupun di luar anggota kelompok, dagang kios, usaha ternak, dan lain-lain.

4. Usaha On Farm, of Farm dan Non-farm. Memotivasi anggota kelompok untuk mampu menciptakan kegiatan usaha ekonomi sesuai dengan sumberdaya lokal dan potensi yang dimiliki. Pendekatan yang dilakukan dengan melakukan kegiatan identifikasi minat untuk mendapatkan masukan tentang minat yang diinginkan anggota kelompok, sehingga akan menjadi panduan dalam memberikan pelatihan teknis.

5. Akseptasi/Keberlanjutan. Dalam pendekatan pendampingan dilakukan dengan melakukan pengkaderan tenaga relawan yang berasala dari kelompok atau masyarakat desa setempat.

Tujuannya adalah apabila proyek sudah berakhir maka relawan akan mampu menjadi pengganti fasilitator untuk mendampingi kelompok yang sudah ada. Disamping itu difasilitasi untuk membangun jejaring dengan pihak lain diluar kelompok agar pada gilirannya akan mampu memperkuat kelembagaan kelompok baik dari sisi usaha maupun permodalan.

(32)

Semarang, 25 Juli 2006

Membidik Mitra Strategis

Banyak jalan menuju Roma, mungkin itu istilah yang tepat untuk menangkap peluang kemitraan.

Kesempatan untuk melakukan kemitraan dengan berbagai pihak terbuka luas bagi BKM. Bahkan, pemerintah telah mendorong proses berjalannya kemitraan itu sendiri dengan mengeluarkan berbagai regulasi yang mengoptimalkan lembaga perbankan nasional maupun BUMN untuk berperan serta memberikan wadah bagi berjalannya kemitraan. Selama ini pemerintah menilai bahwa BUMN maupun perbankan dipandang memiliki peran strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang dampaknya adalah mengatasi kemiskinan di masyarakat.

Pihak BUMN dan perbankan sendiri ternyata menyambut baik adanya regulasi pemerintah, seperti Program Kredit Usaha Mikro Kecil yang menggunakan dana SUP 005 dan Keputusan Menteri BUMN No. 236 tahun 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Karena, misi mereka selain membantu usaha kecil yang ada di wilayah kerjanya, juga untuk meningkatkan citra perusahaan yang mampu mengembangkan mitra binaan di sektor usaha inti maupun non-inti.

Sekarang permasalahannya, sejauh mana BKM peka terhadap iklim kondusif yang diciptakan pemerintah dengan adanya program kemitraan yang terbuka luas ini. Hal tersebut memerlukan suatu strategi yang harus dimiliki BKM guna menangkap peluang tersebut. Keberadaan sebuah program kemitraan sebenarnya oleh BKM sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.

Karena, dalam perkembangannya BKM dituntut untuk mandiri. Sedangkan di sisi lain, perkembangan jumlah KSM menuntut BKM untuk mencari solusi dalam penambahan modal.

Menggali Potensi dan Menjajaki Kemitraan

Bagaimana kita bisa melakukan kemitraan tanpa mengenal terlebih dulu apa yang kita miliki dan siapa yang akan kita ajak bermitra, jawabnya tidak akan mungkin. Menggali potensi masyarakat dan mengenal lebih dulu siapa yang akan kita ajak bermitra adalah penting. Menggali potensi masyarakat ini dimaksudkan supaya kemitraan tersebut benar-benar tepat sasaran dan dibutuhkan oleh masyarakat. Jangan sampai terjadi, BKM sudah banyak melakukan kemitraan dengan pihak luar tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat karena kurang diminati dan kurangnya informasi. Sehingga, tidak bisa sesuai dengan tujuan untuk keberlanjutan penanggulangan kemiskinan.

Seperti yang terjadi di BKM Tlogo Makmur, Semarang. Menurut Tulus Widodo (Koordinator BKM Tlogo Makmur), BKM ini telah mampu menggali potensi yang bisa dimanfaatkan untuk program penanggulangan kemiskinan di daerahnya sendiri. Banyaknya tenaga dokter yang ada di Kelurahan Telogosari merupakan potensi untuk bermitra dengan para dokter, dengan merencanakan membentuk klinik yang difasilitasi oleh BKM dan kelurahan. Sampai sekarang hasilnya memang positif, selain bertujuan melayani masyarakat—karena letak Puskesmas yang jauh—pihak BKM tidak perlu mencari mitra di luar kelurahan untuk program penanggulangan kemiskinan. Selain itu pentingnya informasi dalam forum-forum BKM yang intensif hingga berhasil dan dapat direalisasikan kepada pihak yang akan memberikan kerjasama. Karena, informasi yang diberikan oleh pihak-pihak luar yang ingin bermitra biasanya sering disampaikan dalam forum-forum bersama, karena dianggap lebih efektif dan sasarannya akan lebih luas.

(33)

Kuncinya adalah Sosialisasi dan Kepercayaan

Tidak serta merta BKM akan memperoleh mitra yang strategis seperti yang diharapkan. Khususnya dalam penambahan modal untuk program penanggulangan kemiskinan atau pengembangan KSM.

BKM perlu dikenal terlebih dulu, bukan hanya oleh masyarakat tetapi juga oleh pihak yang akan bermitra. Dari berbagai pengalaman yang telah dilakukan oleh BKM-BKM yang berhasil melakukan kemitraan dengan dinas pemerintah, perbankan maupun BUMN, kemitraan diperoleh dari adanya kesadaran dan semangat pengurus BKM untuk melanjutkan program penanggulangan kemiskinan.

Seperti yang dilakukan BKM Podosugih, Kota Pekalongan. Menurut Bapak Anton (pengurus BKM Podosugih), hasil kemitraan yang ada selama ini berawal dari sosialisasi terprogram yang dilakukan BKM. Bahkan, BKM sendiri mempunyai unit khusus yang bertugas untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan selalu hadir di forum RT atau RW sambil mengenalkan BKM dan program- programnya. Maksud sosialisasi tersebut, agar masyarakat lebih merasa memiliki dan menumbuhkembangkan BKM. Sehingga, dengan ikatan yang erat antara BKM dan masyarakat, pihak luar yang ingin mengembangkan potensi di kelurahan akan dapat memanfaatkan BKM sebagai mitra untuk mengembangkan masyarakat.

Begitu juga yang terjadi di BKM Sari Asih, Kelurahan Padang Sari, Semarang. Walaupun tidak ada unit khusus untuk melakukan sosialisasi seperti di Podosugih, strategi yang dilakukan BKM ini sama, yaitu mengenalkan KSM-KSM yang potensial. Cara tersebut lebih efektif, dengan mengadakan pasar rakyat secara rutin, bekerjasama dengan aparat kelurahan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut.

Hasilnya sangat memuaskan. Pasar rakyat tersebut ternyata mampu mencuri perhatian Pertamina dan BTN yang pada waktu itu memang sedang fokus mencari mitra binaan guna membantu perbankan dan BUMN menyalurkan pinjaman kepada pengusaha kecil. Langkah yang ditempuh oleh kedua BKM di atas setidaknya telah memberikan gambaran bahwa sebenarnya sosialisasi adalah kunci awal untuk meraih kemitraan.

Menurut Pertamina UPMS Jateng dan DIY sebagai salah satu BUMN yang ikut serta mengembangkan mitra binaan, pihak Pertamina akan menyalurkan pinjaman ke usaha mikro kepada lembaga yang kegiatannya jelas dan dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga, pihak Pertamina percaya akan kemampuan dari lembaga tersebut untuk mengelola dan mengembangkan usaha mikro sesuai dengan tujuan bersama, yaitu penanggulangan kemiskinan dan kemanfaatan bersama.

Selain sosialisasi yang baik, hal lain yang perlu ditindaklanjuti dari kemitraan adalah menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pihak lain. Mungkin ini diperlukan konsistensi dari berbagai pihak.

Baik pengurus maupun masyarakat sebagai pengguna hasil kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga harus tepat sasaran sesuai dengan keinginan masyarakat, dan sesuai dengan prosedur dari pihak pemberi mitra. Kemudian juga perlu dilakukan monitoring dan pembinaan KSM.

Dengan adanya monitoring dan pembinaan KSM, resiko dari pemanfaatan dana kemitraan tidak tepat sasaran akan bisa diminimalisir. Monitoring dan pembinaan ini tidak saja dilakukan oleh BKM.

Sebagian BUMN biasanya memiliki program-program monitoring dan pembinaan yang dilakukan secara rutin, karena mereka juga bertanggungjawab terhadap dana yang disalurkan tersebut.

Dari kiat-kiat yang ada dalam menangkap peluang kemitraan, sekarang tergantung BKM untuk mengoptimalkan implementasinya. Mungkin masih banyak cara yang lebih kreatif untuk bisa memanfaatkan kemitraan dengan pemerintah, perbankan, BUMN atau dengan masyarakat sendiri.

(Haz, Tabloid Swara Mandiri, Edisi 03 Februari – Maret 2006, KMW Propinsi Jawa Tengah; nina).

(34)

Modul 4

Topik: Monev Partisipatif Pengembangan dan Pemeliharaan KSM

1. Peserta memahami pentingnya melakukan monev partisipatif pengembangan dan pemeliharaan KSM

2. Peserta mampu memfasilitasi monev partisipatif KSM sebagai media pengembangan KSM.

Kegiatan 1 : Curah Pendapat Monev Perkembangan KSM Kegiatan 2 : Simulasi Monev Perkembangan KSM

2 JPL (90’)

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian terhadap 6 sampel air danau dari proses pengambilan sampel pada aliran Danau Payawan di Kecamatan Tasik Payawan diperoleh kandungan

Input data Jenis Laporan, Tanggal awal laporan, Tanggal akhir laporan Conditions Data Surat Jalan Pesanan dalam waktu periode laporan telah. tersedia,

Kunci kesuksesan Wilayat al-Hisbah nantinya akan terlihat ketika masyarakat dengan kesadaran keagamaan yang tinggi terwujud, yaitu masyarakat dengan standar moral

Proses  penyelesaian  konflik  di  sektor  kehutanan  tidak  bisa  dengan  cepat  menyelesaikan  konfik  yang  sudah  ada  dan  bahkan  luput  untuk  dapat 

melaporka orkan n pela pelaksan ksanaan aan tuga tugas s sesu sesuai ai deng dengan an Pera Peratura turan n Peru Perundan ndang-un g-undang dangan an yang berlaku

Ruangan kantor menggunakan warna netral seperti krem pada dinding dan kaca agar lebih terasa luas saat berada di dalamnya dengan tambahan perabot difinishing hpl

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara keterampilan guru mengelola kelas terhadap efektivitas belajar siswa kelas

Knowledge: Chronic Disease Management yang dibuktikan dengan indikator (1: tidak tahu, 2: pengetahuan terbatas, 3: pegetahuan cukup baik, 4: pengetahuan baik, 5: