• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH

DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU

DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL

TESIS

UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER PENDIDIKAN PADA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Oleh

DARONI NIM. 1103503009

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal” telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 29 Maret 2007

Semarang, Februari 2007

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Ahmad Binadja, A.pt, Ph.D. NIP. 130805079

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Tesis ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 29 Maret 2007

Panitia Ujian :

Ketua, Sekretaris,

Prof. Mursid Saleh, Ph.D. NIP. 130354512

Prof. Soelistia, ML.,Ph.D. NIP. 130154821

Penguji I, Penguji II,

Dr. Kardoyo, M.Pd. NIP. 131570073

Prof. Drs. A. Maryanto, M.A, Ph.D. NIP. 130529509

Penguji III,

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, jangan mengenal kata menyerah

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk memenuhi harapan dari orang-orang yang kucintai

(5)

v

SARI

Daroni. 2006. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal

Kata Kunci : Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Kinerja Guru

Peningkatan kualitas pendidikan secara khusus berada di tangan para guru selaku ujung tombak proses pembelajaran di sekolah. Menyadari akan hal tersebut kinerja guru memiliki peranan penting untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru perlu diperhatikan, termasuk keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru, mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru dan mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru.

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan rancangan non eksperimen. Populasi adalah seluruh guru tetap dan berstatus Pegawai Negeri Sipil pada Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Margadana Kota Tegal sejumlah 156 orang dengan sampelnya 74 orang. Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah angket dengan jenis instrumennya angket dan skala yang terlebih dahulu diujikan tingkat validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data adalah menentukan kecenderungan umum responden, pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis.

(6)

vi

(7)

vii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari tesis lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2007

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke Hadirat Illahi Robby, Allah SWT., yang telah melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Adapun judul yang ditetapkan dalam tesis ini adalah “Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal”.

Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk 1) mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru dan 3) mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis, terutama kepada :

1. Prof. Ahmad Binadja, A.Pt, Ph.D. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik;

2. Prof. Drs. A. Maryanto, M.A, Ph.D. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi untuk menyelesaikan pembuatan tesis ini;

(9)

ix

4. Bapak/Ibu Dosen di Program Manajemen Pendidikan yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis;

5. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Margadana Kota Tegal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;

6. Bapak Kepala Sekolah di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian;

7. Bapak/Ibu guru di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal yang telah memberikan data dan informasi sehubungan dengan kajian penelitian yang penulis lakukan;

8. Teman-teman di Program Manajemen Pendidikan yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini;

9. Istri dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi; dan

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu kelancaran penulisan tesis ini.

Mudah-mudahan kebaikan Bapak/Ibu, Saudara/Saudari mendapatkan balasan yang sesuai dari Allah Swt. Akhirnya, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Amien.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

PENGESAHAN KELULUSAN ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

SARI ...

ABSTRACK ...

PERNYATAAN ……….

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR GAMBAR ………..

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ………..

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xii

xiii

xiv

BAB I PENDAHULUAN ………...

A. Latar Belakang Masalah ………... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Kegunaan Penelitian ...

1

(11)

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Landasan Teori ... 1. Kinerja Guru ... 2. Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah ... 3. Iklim Organisasi ... B. Kerangka Berpikir ... 1. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dengan

Kinerja Guru ... 2. Hubungan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru ... 3. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim

Organisasi dengan Kinerja Guru ... C. Hasil Penelitian yang Relevan ... D. Hipotesis Penelitian ...

16

16 16 22 41 43

43 44

45 47 48

BAB III METODE PENELITIAN ………...

A. Rancangan Penelitian ... 1. Pendekatan Penelitian ... 2. Variabel Penelitian ... 3. Paradigma Penelitian ... 4. Definisi Operasional ... B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 1. Populasi Penelitian ... 2. Sampel Penelitian ...

50

(12)

xii

C. Instrumen Penelitian ... 1. Uji Validitas Instrumen ... 2. Uji Reliabilitas Instrumen ... D. Data dan Pengolahannya ... 1. Menentukan Kecenderungan Umum Responden ... 2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 3. Pengujian Hipotesis ...

57 58 59 60 62 62 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 3. Pengujian Hipotesis ... 4. Kontribusi Variabel Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah

dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ………...

66

66 66 68 72

76 77

BAB V PENUTUP ...

A. Simpulan ………....

B. Saran-saran ……….…...

79

79 81

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Nama Gambar Halaman

1 Model Proses Komunikasi Philip Kotler ... 27

2 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hubungan Komunikasi ... 29

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel Halaman

1 Indikator dan Sub Indikator Variabel Kinerja Guru ... 19

2 Rekapitulasi Kecenderungan Variabel Penelitian ... 68

3 Hasil Uji Normalitas Data ... 70

4 Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Variabel X – Y ... 71

5 Hasil Uji Regresi Variabel X1 dengan Y ... 73

6 Hasil Uji Regresi Variabel X2 dengan Y ... 74

7 Model Summary Uji Regresi Linier Berganda ... 75

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Nama Lampiran Halaman

1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 87

2 Instrumen Penelitian ... 90

3 Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 99

4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 102

5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 108

6 Data-data Hasil Pengolahan Melalui SPSS ... 111

7 Surat Keputusan Pembimbing ... 114

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Namun demikian, keberhasilan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor guru (Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar 1993:112). Bahkan dapat dikatakan bahwa guru merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil (out put) pendidikan. Dengan demikian, guru adalah sosok sentral dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Karena itu, kesiapan guru dalam melakukan proses belajar mengajar, dedikasi dan loyalitas pengabdian mereka memiliki pengaruh yang positif bagi peningkatan kualitas pendidikan.

(17)

salah satu penyebab semakin menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut Walton dan Kossen (1993:14), terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, termasuk guru, yaitu sebagai berikut.

1. Kompensasi yang memadai dan wajar; 2. Kondisi kerja yang aman dan sehat;

3. Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan; 4. Kesempatan pertumbuhan berlanjut dan ketentraman; 5. Rasa ikut memiliki;

6. Hak-hak karyawan;

7. Ruang kehidupan kerja; dan

8. Relevansi sosial dari kehidupan kerja

(18)

komunikasi yang efektif, sebab tanpa keterampilan tersebut, seorang manajer tidak dapat membangun sebuah teamwork yang solid.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses komunikasi terdapat lima komponen yang saling terkait, yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Karena itu, seorang manajer yang memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif akan mampu mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, mampu menjadi pendengar yang baik, dan terampil dalam menggunakan berbagai media atau alat audio visual. (www.sinarharapan.co.id/ekonomi/

mandiri/2002/04/1/). Menurut Stephen Covey (Mulyasa 2003:118-120) “unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang tertulis dan terucap, tetapi sangat tergantung pada karakter sender dan bagaimana ia menyampaikan pesan kepada penerima pesan”. Jika kata-kata ataupun tulisan dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari dasar diri yang paling dalam (etika karakter), maka hubungan komunikasi akan berlangsung secara tidak normal dan rigid. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.

Keefektifan komunikasi ini memiliki hubungan yang erat dengan keberhasilan sebuah organisasi. People in organizations typically spend over 75% of their time in an interpersonal situation; thus it is no surprise to find

(19)

communications. Effective communication is an essential component of

organizational success whether it is at the interpersonal, intergroup,

intragroup, organizational, or external levels. (http://web.cba.neu.edu/ ~ewertheim/interper/commun.htm). William V. Hanney (Onong Uchyana Effendi 2001:116) mengatakan “organization consists of a number of people; it involves interdependence; interdependence alls for coordination and

coordination requires communication”. (organisasi terdiri atas sejumlah orang, ia melibatkan keaadaan saling bergantung, ketergantungan memerlukan koordinasi, dan koordinasi mensyaratkan komunikasi). Oleh karena itu, komunikasi adalah suatu sine qua non bagi organisasi.

(20)
(21)

berhubungan dengan orang-orang di luar organisasinya sama dengan waktu yang dipergunakan untuk berhubungan dengan bawahannya, sementara waktu yang dipergunakan untuk berhubungan dengan atasannya sendiri sangat sedikit. (Onong Uchjana Effendi 2001:118)

Selain memainkan peranan interpersonal, seorang manajer juga memainkan peranan informasional. Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi bagaikan pusat (hubungan) karena ia berada di tengah-tengah jaringan kontak dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan organisasi. Ia mengkomunikasikan banyak informasi ke luar yang oleh bawahannya kurang dilakukan. Sebaliknya, ia banyak menerima lebih banyak informasi yang oleh bawahannya jarang diperoleh. Komunikasi sering dilakukan oleh manajer dengan rekan manajer yang lain yang sama statusnya. Dengan demikian, manajer mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya. Peranan informasional tersebut meliputi peranan-peranan sebagai berikut.

1. Peranan Monitor (Monitor Role)

(22)

2. Peranan Penyebar (Disseminato Role)

Manajer berperan sebagai penyebar informasi yang ia terima kepada bawahannya, karena karyawan tidak banyak memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi dari luar, padahal informasi dari luar sangat penting artinya bagi organisasi.

3. Peranan Juru Bicara (Spokesman Role)

Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai juru bicara, ia harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang bepengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya, ia meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggungjawab sosial sebagaimana mestinya.

(23)

Dengan demikian, komunikasi memainkan peran sentral dalam organisasi, bahkan ia mampu menyentuh semua sektor kegiatan sebuah organisasi. Kemudian, dalam kaitannya dengan institusi pendidikan, seorang

komunikator dikatakan efektif apabila memliki tiga aspek berikut. (1) organizational stability (answers questions clearly and concisely, explains

guidelines, and points out what is important in each lesson); (2) instructional

adaptability (shows interest in student opinions); and (3) interpersonal

flexibility (does not put students down or interrupt them). (http://www. ericfacility.net/databases/ERIC_Digests/ed380847.html). Dengan demikian, keefektifan komunikasi ini memiliki hubungan erat dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin yang mampu memainkan diri sebagai pemimpin yang komunikatif, maka dia layak dianggap sebagai pemimpin yang efektif dan berkualitas.

(24)

keseluruhan gaya hidup suatu organisasi. Lebih lanjut Dawis (1996:25) mengemukakan ada beberapa unsur khas yang turut membentuk iklim yang menyenangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Kualitas kepemimpinan; 2. Kadar kepercayaan;

3. Komunikasi ke atas dan ke bawah

4. Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat; 5. Tanggung jawab;

6. Imbalan yang adil;

7. Tekanan pekerjaan yang nalar; 8. Kesempatan;

9. Pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nalar; 10.Keterlibatan pegawai dan keikutsertaan

Lebih khusus lagi kaitanya dengan sekolah, Koster (2001:2) berpendapat “iklim sekolah adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi lima aspek yaitu: (1) kondisi fisik dan fasilitas sekolah, (2) cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, (3) harapan pada prestasi sekolah, (4) hubungan kerja, (5) ketertiban/disiplin sekolah”.

(25)

akan berbeda dengan iklim organisasi sekolah yang lain menurut persepsi para guru atau orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut termasuk Dinas Pendidikan di Kota Tegal. Dinas Pendidikan Kota Tegal, membawahi empat UPTD SD Kecamatan yaitu UPTD SD Kecamatan Tegal Timur, UPTD SD Kecamatan Tegal Barat, UPTD SD Kecamatan Tegal Selatan, dan UPTD SD Kecamatan Margadana. UPTD SD Kecamatan Tegal Selatan dan Kecamatan Margana merupakan pengembangan dari Kota Tegal. Diantara kedua kecamatan tersebut yang jauh dengan kepala dinas pendidikan kota Tegal adalah Kecamatan Margadana. UPTD SD Kecamatan Margadana mempunyai 26 SD Negeri jumlah pendidik 156 orang.

(26)

yang optimal. Berkenaan dengan hal tersebut diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat.

(27)

Dikatakan praktis karena peneliti sebagai tenaga pengajar calon guru SD di Kota Tegal, di samping faktor tugas juga tempat. Dengan demikian secara keseluruhan proses penelitian yang dilakukan mengacu kepada kegiatan yang bersifat akademis dan praktis, secara akademis berkaitan dengan pengembangan keilmuan setiap variabel penelitian, sedangkan secara praktis berkaitan dengan manfaat hasil penelitian selanjutnya, terutama bagi para pengambil kebijakan sehubungan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk dikaji lebih dalam dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan dalam tesis ini adalah : “Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SD Negeri

se-Kecamatan Margadana Kota Tegal”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut.

(28)

2. Kinerja seorang guru dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu a) kompensasi

yang memadahi dan wajar, b) kondisi kerja yang aman dan sehat, c) kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, d) kesempatan untuk

pertumbuhan berlanjut dan ketentraman, e) rasa ikut memiliki, f) hak-hak karyawan, g) ruang kehidupan kerja, h) relevansi sosial dari kehidupan kerja, i) kepemimpinan kepala sekolah, j) faktor institusi, k) faktor kelompok organisasi, l) iklim norma-norma, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia sekolah.

3. Upaya mewujudkan suatu sekolah yang berkualitas tidak mungkin dapat diraih tanpa usaha dan kerjasama berbagai pihak. Kepala sekolah sebagai puncak pimpinan di sekolah mempunyai peran yang strategis menggerakkan dan mengarahkan para guru dan karyawan lain dalam upaya mewujudkan sekolah yang berkualitas dan meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

4. Peran kepala sekolah dalam menggerakkan dan mengarahkan para guru dan karyawan tersebut harus ditunjang dengan kualitas kepemimpinan yang baik didukung dengan kemampuan berkomunikasi yang efektif.

5. Iklim organisasi yang kondusif akan mempengaruhi kinerja guru ke arah yang lebih baik.

C. Batasan Masalah

(29)

dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi. Penelitian ini tidak mengungkap faktor-faktor lain yang mungkin ikut

mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi kinerja guru, dalam penelitian ini diabaikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sejauhmana hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru ?

2. Sejauhmana hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru ?

3. Sejauhmana hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui hubungan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru.

2. Mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru.

(30)

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengkajian masalah keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dalam hubungannya dengan kinerja guru.

(31)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kinerja Guru

Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja (Lembaga Administrasi Negara 1997:3). Sejalan dengan itu, Smith (1982:214) menyatakan kinerja adalah “…output drive from processes, human or otherwise”(hasil atau keluaran dari suatu proses). Badan Administrasi Kepegawaian Negara (1980:64) menjelaskan “prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai PNS dalam melaksanakan tugas yang diembannya”. Berikutnya Bedjo Siswanto (1997:195) mengemukakan “prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankannya”. Sementara itu Agus Dharma (1991:41) mengemukakan “prestasi kerja adalah suatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Selanjutnya secara lebih lengkap Idochi Anwar (1994:86) mengemukakan sebagai berikut.

(32)

Dengan demikian, dalam kaitannya dengan guru, maka kinerja guru adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya (proses belajar mengajar).

Guru yang tampil dalam melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya dituntut untuk memiliki sejumlah indikator kinerja yang diharapkan. Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa “kinerja guru hendaknya mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Sementara Tim Khusus (2005:5-6) menyatakan bahwa kinerja guru mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut.

a. Kepribadian, meliputi : intrapersonal dan inter personal

b. Keterampilan Proses, meliputi : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis, perbaikan dan pengayaan serta bimbingan dan Konseling.

c. Penguasaan Pengetahuan, meliputi : pemahaman wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik dan penguasaan akademik.

Sedangkan secara khusus dalam proses pembelajaran Muhammad

Rifa’i (1997:174) mengemukakan tentang kinerja guru, meliputi : a) merencanakan kegiatan mengajar, b) melaksanakan/menampilkan

pengajaran, c) menilai tingkah laku murid, d) berkomunikasi, e) mengembangkan pribadi murid dan f) melaksanakan tugas-tugas

(33)

khusus dirinci menjadi 10 kemampuan dasar guru, sebagaimana dikemukakan Tim Khusus (2005:12) sebagai berikut.

a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.

b. Pengelolaan program belajar-mengajar. c. Pengelolaan kelas.

d. Penggunaan prinsip, materi, metode, media dan sumber pembelajaran.

e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan. f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar. g. Penilaian prestasi siswa.

h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.

(34)

Tabel 2.1

Indikator dan Sub Indikator Variabel Kinerja Guru

No. Variabel Indikator Sub Indikator

1. Kinerja Guru

Pedagogik a. Memahami kurikulum pembelajaran b. Menguasai landasan kependidikan c. Menyusun tujuan pembelajaran d. Penggunaan pendekatan pembelajaran e. Penggunaan strategi pembelajaran f. Menggunakan metode pembelajaran g. Menggunakan media pembelajaran h. Memanfaatkan sumber belajar

i. Ketepatan waktu menyampaikan materi j. Melakukan pembelajaran remidial k. Melakukan evaluasi pembelajaran

2. Kepribadian a. Memiliki motivasi dalam mengajar

b. Tingkat kedisiplinan dalam mengajar

c. Penempatan kepentingan tugas dengan pribadi d. Kepatuhan terhadap pimpinan

e. Loyalitas terhadap lembaga

f. Moralitas dalam melaksanakan tugas

3. Sosial a. Melakukan komunikasi dengan peserta didik

b. Memahami karakteristik peserta didik c. Membantu memecahkan permasalahan siswa d. Membina hubungan baik

4. Profesonal a. Menguasai bahan ajar

b. Kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar

c. Pengembangan kualitas diri d. Pendalaman materi bahan ajar

Sumber : Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

(35)

Selanjutnya menurut Tim Khusus (1997:7) dikemukakan “faktor yang turut mempengaruhi kompetensi guru adalah : a) kepala sekolah dengan segala fungsinya, b) fasilitas pendidikan, c) latar belakang pendidikan, e) pengalaman serta f) kemampuan dan kemauan dari guru sendiri. Secara lebih jelasnya faktor-faktor tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut.

(36)

kinerjanya. Dengan demikian faktor-faktor yang turut mempengaruhi kinerja guru tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri guru itu sendiri, misalnya latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan kemauan dari guru sendiri, sedangkan faktor eksternal, misalnya kepala sekolah, fasilitas pendidikan dan lingkungan sekolah.

Peningkatan kinerja guru hendaknya dikelola dengan baik untuk mewujudkan hasil yang baik pula. Peningkatkan kinerja guru ini pada dasarnya diarahkan kepada peningkatan kegiatan belajar mengajar, agar guru lebih mampu menciptakan iklim proses belajar-mengajar yang kondusif, sehingga mampu mewujudkan produktivitas pendidikan yang bermutu. Kinerja guru untuk mampu mewujudkan peningkatan kegiatan belajar-mengajar yang kondusif demikian, tentunya memerlukan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kesemuanya harus dikembangkan dan ditingkatkan melalui suatu peningkatan yang kontinyu. Menurut Tim Khusus (1997:10) bahwa komponen-komponen yang terkait dalam sistem peningkatan kinerja guru adalah sebagai berikut.

a. Ketenagaan : pembinaan pengawas, kepala sekolah, tutor inti dan Gugus pemandu Mata Pelajaran.

b. Perangkat gugus : PKG dengan KKG KKKS dan KKPS.

(37)

d. Manajemen : organisasi, struktur kepengurusan, mekanisme kerja, disiplin, komunikasi, motivasi pencatatan dan pelaporan.

e. Dana : sumber penggunaan dan pertanggungjawaban.

f. Monitoring dan evaluasi : pemantauan rutin, penampungan masalah dan keluhan serta test hasil belajar.

Sistem dan bentuk peningkatan kinerja guru yang harus diterapkan hendaknya dilakukan dengan berupa bantuan dan pelayanan. Sistem bantuan yang dimaksud merupakan proses peningkatan yang dilakukan dengan cara para pembina membantu para guru untuk mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, misalnya dengan cara memberi contoh atau mendemonstrasikannya. Sistem pelayanan yang dimaksud dalam peningkatan merupakan proses yang dilakukan dengan cara kepala sekolah menerima dan berupaya membantu guru apabila dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ditemui di sekolahnya. Bantuan dan layanan yang diberikan oleh kepala sekolah merupakan kunci dari keberhasilan guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar secara kompeten. Keadaan ini tentunya dapat diwujudkan apabila dalam pelaksanaannya mampu dikelola dengan baik dan terdapat adanya sistem kerjasama antara guru dan kepala sekolah.

2. Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah

Dalam proses manajemen dan kepemimpinan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Dengan komunikasi dapat

(38)

lebih baik. Pada hakekatnya manajemen dan kepemimpinan adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain, maka tentu saja di antara manusia-manusia yang bekerjasama itu, harus ada komunikasi. Kerjasama tidak akan mungkin tercipta tanpa komunikasi. Demikian juga dengan organisasi atau perusahaan tidak akan dapat

melepaskan diri dari proses komunikasi, melainkan harus ada kontak dengan dunia luar yang dibina melalui saluran komunikasi yang tepat.

Seorang kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolahnya, perlu memiliki keterampilan dalam berkomunikasi agar apa yang diharapkannya dapat diterima dengan baik oleh semua personil sekolah. Komunikasi merupakan alat bagi kepala sekolah untuk berinteraksi dengan personil lainnya, sehinga dapat menumbuhkan saling pengertian, kepercayaan, menyelesaikan masalah akibat salah paham dan memadukan pendapat serta meluruskan salah penafsiran terhadap suatu masalah.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris coomunication

berasal dari bahasa latin communicati yang akar kata dari communicatio

adalah communis berarti sama. Evrett M. Rogers (Hafied Cangara 2002:19) mengemukakan “komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama Lawrence Kincaid (1999:213) sehingga melahirkan definisi baru yang menyatakan “komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”. Selanjutnya Oteng Sutisna (1989:226) mengemukakan sebagai berikut.

Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan dan pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan

(39)

Sejalan dengan pendapat tersebut G.R Terry (Hamzah Yaqub 1994:166) mengemukakan “komunikasi berhubungan dengan seni mengembangkan dan mencapai pengertian serta sebagai alat dan bukan merupakan tujuan”.

Komunikasi di samping menyalurkan segala bentuk informasi juga penting adanya penerimaan dari pihak penerima informasi, dan penerima informasi terpengaruh oleh informasi yang diterimanya, sehingga dapat menimbulkan perubahan sikap. Sebagai bukti adanya penerimaan dinyatakan dalam bentuk jawaban (respon). Bentuk informasi, ide, gagasan dan yang lainnya dapat disampaikan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat yang kemudian oleh penerima bentuk kata-kata atau isyarat itu diterjemahkan lagi menjadi bemtuk pikiran, kemudian dijadikan bentuk jawaban sebagai balikan dari pesan tadi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi organisasi tiada lain daripada suatu proses penyampaian

informasi, ide, penjelasan, perasaan dan pertanyaan untuk diterima oleh orang lain, sehingga memberikan reaksi atau mengadakan perubahan perilaku yang terjadi di dalam organisasi tempat orang-orang melakukan berbagai

aktivitasnya.

(40)

Effendi (2001:9-10) mengatakan “communication is the process to modify the behavior of other individuals”.

Kemudian, untuk sampai pada tujuan komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif tersebut, terdapat beberapa proses komunikasi yang harus dilalui oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan pada komunikan (receiver). Ini berarti ia memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator dalam konteks pengertiannya. Jadi, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meaning) yang pernah diperoleh komunikan. Jadi, bidang pengalaman merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman antara komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

(41)

Media

dan komunikator menjadi decoder. Inilah suatu proses yang dinamakan umpan balik (feedback). Umpan balik ini memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan apakah sebuah proses komunikasi akan berlanjut atau berhenti. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan positif apabila tanggapan, respon atau reaksi komunikan menyenangkan komunikator sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik dikatakan negatif apabila tanggapan komunikan tidak menyenangkan komunikator, sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya. (Onong Uchjana Effendi 2001:14). Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi Philip Kotler

Gambar tersebut menegaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi kunci agar komunikasi berlangsung efektif. Dalam hal ini, komunikator harus tahu khalayak mana yang ia jadikan sasaran dan tanggapan apa yang Sender Encoding Message Decoding Receiver

Noise

(42)

ia inginkan. Selain itu, komunikator juga harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran dapat mengawasandi pesan yang ia sampaikan. Bersamaan dengan itu, komunikator juga harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.

Karena itu, agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm (Onong Uchyana Efendi 2001:19) melihat pesan sebagai tanda essensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat menagawasandi dalam istilah-istiah pengalaman yang dimiliknya masing-masing. Karena itu, komunikasi akan menjadi persoalan bagi komunikator yang berasal dari strata sosial yang satu yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan komunikan yang berasal dari strata sosial yang lain. Akan tetapi dalam teori komunikasi dikenal istilah

(43)

Gambar 2.2

Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hubungan Komunikasi

Keefektifan komunikasi kepala sekolah merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi keefektifan kepemimpinan kepala sekolah tersebut. Menurut hasil riset yang yang dilakukan Rodger D. Collons (1987:38) ”karakter kepemimpinan tidak mengungkapkan satu sifat tunggal yang dimiliki semua pemimpin yang berhasil, tetapi sejumlah ciri yang umum dimiliki oleh banyak diantara mereka, telah diidentifikasikan sebagai pemimpin yang efektif”. Dikatakan lebih lanjut oleh Rodger D. Collons (1987:38-40) ”sejumlah ciri kepemimpinan yang efektif mencakup aspek: a) kelancaran berbicara, b) kemampuan untuk memecahkan persoalan, c) kesadaran akan kebutuhan, d) keluwesan, e) kecerdasan, f) kesediaan menerima tanggung jawab, g) keterampilan sosial, h) kesadaran akan diri dan lingkungan. Selanjutnya menurut Bernard M. Bass (Gibson 1985:337) sifat-sifat yang dikaitkan dengan keefektifan kepemimpinan adalah sebagai berikut.

Field of Experience

Encoder

Field of Experience

Decoder sig

nal

(44)

a. Kecerdasan, yang meliputi: pertimbangan, ketegasan, pengetahuan, dan kefasihan berbicara.

b. Kepribadian, yang meliputi: kemampuan adaptasi, kewaspadaan, kreatifitas, integritas pribadi, percaya diri, keseimbangan dan pengendalian emosional, dan mandiri (non konformitas).

c. Kemampuan, yang meliputi: kemampuan memperoleh kerjasama, popularitas dan prestise, kemampuan bergaul (keterangan antar pribadi), partisipasi sosial, bijaksana, dan diplomasi.

Sedangkan menurut School Improvement in Maryland Web Site

yang diterjemahkan bebas oleh Soelistia (2003:13) indikator yang menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah sebagai berikut.

a. Mengembangkan kolaborasi dalam pemecahan masalah dan mengadakan komunikasi terbuka

Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1) berkolaborasi dengan stakeholder dalam proses perbaikan sekolah, 2) berbagi data mengenai keberhasilan prestasi murid dengan

stakeholders, 3) menyediakan waktu untuk memecahkan masalah secara kolaboratif, 4) menunjukkan keterampilan membangun proses kelompok yang efektif dan mengembangkan consensus dalam

(45)

keikutsertaannya dalam perbaikan sekolah, 7) mengembangkan kemampuan memimpin orang lain, 8) mengevaluasi keterampilan staf dalam berkolaborasi dan memberi dukungan atas pengembangan staf. b. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data untuk

mengidentifikasi kebutuhan sekolah

Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1) memastikan bahwa berbagai sumber data dikumpulkan dan digunakan untuk mengevaluasi kinerja murid, 2) melibatkan semua staf dalam menganalisis data prestasi murid, 3) mengidentifikasi kekurang cocokan antara out come yang diinginkan dengan out come yang ada, 4) melibatkan staf dan stakeholders yang lain dalam suatu proses kolaboratif untuk mengklarifikasi suatu masalah, 5) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah yang diprioritaskan, berdasarkan analisis data, 6) menyusun model penggunaan data bagi pengambilan keputusan, 7) secara teratur meminta staf untuk mengidentifikasi data yang digunakan untuk mengambil keputusan, 8) mengevaluasi

kompetensi guru dan mengatasi kekurangannya dengan

menyelenggarakan pengembangan staf, dan 9) menggunakan berbagai sarana termasuk teknologi untuk mengorganisir dan menganalisis data.

(46)

Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1) memastikan bahwa rencana perbaikan sekolah didasarkan pada analisis data dan klarifikasi masalah, 2) menyediakan fasilitas bagi pengembangan rencana perbaikan tujuan, bukti-bukti pencapaian tujuan, dan setrategi jelas, 3) bersama dengan staf mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan guru yang diperlukan untuk melaksanakan setrategi pengajaran dalam rangka perbaikan sekolah, 4) memastikan bahwa dalam rencana perbaikan tersebut berbagai kegiatan untuk mendukung setrategi teridentifikasi, 5) memastikan bahwa antara evaluasi,

kurikulum dan pengajaran terkait satu sama lain, 6) memberi kesempatan kepada staf untuk mempelajari setrategi yang berbasis penelitian untuk memecahkan masalah, dan 7) memberi kesempatan kepada staf untuk belajar dari sekolah lain yang telah berhasil dalam menerapkan setrateginya.

d. Melakukan dan memonitor rencana perbaikan sekolah

(47)

menggunakan data mengenai keputusan-keputusan di tingkat kelas dan memberikan bantuan kepada individu atau kelompok murid, 5) menggunakan berbagai sarana termasuk teknologi untuk memonitor kemajuan, 6) memberikan apresiasi terhadap mereka yang berhasil, 7) menyerasikan sumber-sumber (dana staf, pengembangan staf)

untuk memaksimalkan pencapaian tujuan perbaikan sekolah, 8) mendukung staf bila mereka mengadakan perubahan instruksional untuk memperlancar pencapaian tujuan perbaikan, dan 9) bersama dengan staf menggunakan waktu dalam rapat, atau pertemuan lain untuk memonitor, mengkomunikasikan sesuatu.

e. Berfikir sistem dalam menetapkan fokus untuk mencapai tujuan prestasi belajar murid

(48)

Dengan demikian, kepemimpinan yang efektif memiliki hubungan erat dengan komunikasi efektif. Sedangkan kualifikasi manajer yang memiliki kemampuan komunikasi efektif dapat dilihat dari kemampuannya mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, mampu menjadi

pendengar yang baik, mampu atau terampil menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif. (www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/ 2002/04/1)

Kemudian, dalam kaitannya dengan institusi pendidikan, seorang komunikator dikatakan efektif apabila memliki tiga aspek berikut. a) organizational stability (answers questions clearly and concisely, explains guidelines, and points out what is important in each lesson);

b) instructional adaptability (shows interest in student opinions); and

c) interpersonal flexibility (does not put students down or interrupt them).

(www. ericfacility.net/databases/ERIC_Digests/). Selanjutnya Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel (www.sinarharapan.co.id/ekonomi

mandiri/2002/04/1), mengemukakan lima hukum komunikasi yang efektif

yaitu : a) respect, b) empathy, c) audible, d) clarity dan e) humble. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Respect

(49)

dalam berkomunikasi dengan orang lain, karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika komunikasi dibangun di atas rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka akan lahir kerjasama yang sinergi yang akan meningkatkan keefektifan kinerja seorang individu maupun organisasi sebagai sebuah tim.

b. Empathy

Empati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires

(50)

penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Dengan demikian, sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, seseorang harus mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan, sehingga pesan tersebut akan sampai tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif, karena essensi dari komunikasi adalah aliran dua arah.

c. Audible

(51)

d. Clarity

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, perlu dikembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim. Tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim secara keseluruhan.

e. Humble

(52)

Komunikasi dalam organisasi bukan hanya sekedar proses pertukaran

informasi yang dapat dilihat atau dimengerti semata, namun termasuk perilaku dan peranan-peranannya. Komunikasi merupakan hal yang mutlak harus ada karena dengan komunikasi yang efektif segala aktivitas dalam organisasi dapat dikoordinasikan yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Berdasarkan kepentingan tersebut, maka prinsip-prinsip komunikasi harus ditanamkan dalam komunikasi organisasi, sebagaimana dikemukakan oleh Abizar (1992:231) adalah sebagai berikut.

a. Komunikasi itu bukan benda dan bukan pula sesuatu yang statis. Komunikasi adalah suatu proses, pengirim dan penerima tidak statis tetapi dinamis. Prinsip ini membukan pemikiran bahwa komunikasi itu adalah dinamis, dalam arti pengirim dan penerima pesan dapat bertukar pikiran dan peran.

b. Komunikasi itu tidak linier tetapi sirkuler. Proses komunikasi itu bukan lurus tetapi berputar.

c. Komunikasi itu sangat kompleks, artinya kalau melakukan suatu komunikasi dengan banyak orang, maka terdapat keanekaragaman dalam proses komunikasi itu.

d. Komunikasi itu tidak dapat diputar dan tidak dapat diulang lagi.

e. Komunikasi melibatkan keseluruhan kepribadian. Walaupun ada usaha untuk membedakan pikiran dan perasaan, jasmani dan rohani, namun dalam proses komunikasi keseluruhan aspek kepribadian terlibat dan tidak dapat dipisahkan selama ia masih manusia.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka pengaruhnya terhadap kepala sekolah harus benar-benar melaksanakan komunikasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sehingga tingkat efektivitas dan efisiensi sekolah dapat tercapai. Dalam melaksanakan komunikasi terdapat dua teknik yang dapat dilakukan kepala sekolah, sebagaimana yang dikemukakan Udi Turmudi Saputra (1991:77) yaitu sebagai berikut.

a. Secara langsung, yaitu komunikasi satu sama lain dengan tatap muka tanpa menggunakan alat sebagai perantara atau langsung dengan menggunakan alat seperti telepon.

b. Secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan media tulisan atau bentuk lain.

(53)

a. Kejelasan, artinya komunikasi yang dilakukan harus jelas dan dapat dimengerti oleh komunikan, sehingga ia dapat melaksanakannya.

b. Ketepatan, artinya proses komunikasi harus memperhatikan apa yang hendak disampaikan, sehingga tepat sasaran.

c. Kecukupan, artinya pesan yang disampaikan jangan sampai berlebihan, sehingga dapat membingungkan bagi komunikan, jika dirasa telah cukup dipahami, maka pesan yang disampaikan diakhiri saja.

d. Mengadakan tindak lanjut, artinya untuk mengecek apakah informasi yang telah diberikan dapat dilaksanakan atau tidak. e. Mengatur arus informasi, informasi yang banyak harus dapat

dikendalikan oleh komunikan, sehingga tidak berlebihan dalam menerima pesan.

f. Pengulangan, artinya pesan yang disampaikan perlu dilakukan agar dipahami lebih jelas lagi.

g. Penghayatan, artinya pesan yang telah disampaikan perlu dilakukan komunikan, sehingga dapat dengan jelas makna sesungguhnya dari isi pesan yang dimaksudkan.

h. Mendorong saling mempercayai, artinya adanya kepercayaan memudahkan untuk membentuk saling pengertian, sehingga komunikan tidak merasa berat untuk melaksanakan pesan yang dibebankan kepadanya.

i. Penetapan waktu yang efektif, artinya penggunaan waktu yang efektif sangat membantu dalam cepat tidaknya pesan dilaksanakan, waktu yang benar-benar efektif dipergunakan akan mempercepat pelaksanaan pesan yang telah disampaikan.

j. Mendengarkan secara efektif, artinya komunikan harus dapat memilih mana yang sesungguhnya inti dari pesan yang disampaikan, sehingga dapat dengan tepat melaksanakannya. k. Menggunakan selentingan, artinya pesan yang disampaikan

secara tidak langsung yang berasal dari orang lain, sehingga hal yang terpenting adalah kepecayaan atau dengan kata lain apakah selentingan tersebut benar atau tidak.

(54)

mencapai tujuan organisasi. Keefektifan komunikasi kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Komunikasi akan melibatkan sumber pengiriman informasi. Hal ini berupa pesan yang disampaikan kepada penerima melalui media. Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Jika penerima/khalayak mengetahui atau memahami pesan maka komunikasi berhasil. Keberhasilan komunikasi tergantung efek perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pesan akan menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber, ini juga ditentukan lingkungan.

3. Iklim Organisasi

(55)

mempengaruhi perilaku pegawai”. Sementara Dawis (1996:21) mengemukakan ”iklim organisasi adalah lingkungan manusia yang di dalamnya para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Karena itu, iklim organisasi sebagai konsep sistem yang dinamis akan dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi”.

Dengan demikian, iklim organisasi merupakan konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu organisasi. Dalam hal ini, seorang pegawai akan merasakan bahwa iklim organisasi tempat mereka bekerja menyenangkan apabila mereka dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan berharga, pekerjaan yang menantang juga akan memberikan kepuasan bagi mereka yang mampu mengerjakannya dengan baik. Mereka menginginkan tanggung jawab dan mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil, ingin didengarkan, dipandang dan diperlakukan sebagai orang yang bernilai, sebagai bagian dari organisasi. Pegawai ingin merasakan bahwa organisasi benar-benar memperhatikan kebutuhan dan masalah mereka.

Lebih lanjut Dawis (1996:25) mengatakan bahwa terdapat beberapa unsur khas yang turut membentuk iklim yang menyenangkan, yaitu sebagai berikut.

a. Kualitas kepemimpinan; b. Kadar kepercayaan;

c. Komunikasi ke atas dan ke bawah;

d. Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat; e. Tanggung jawab;

f. Imbalan yang adil;

(56)

h. Kesempatan;

i. Pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nalar; dan j. Keterlibatan pegawai dan keikutsertaan.

Lebih khusus lagi, dalam kaitanya dengan sekolah, Koster (2001:2) berpendapat sebagai berikut.

Iklim sekolah adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi lima aspek yaitu: a) kondisi fisik dan fasilitas sekolah, b) cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, c) harapan pada prestasi sekolah, d) hubungan kerja, e) ketertiban/ disiplin sekolah.

Dengan demikian, dapat iklim organisasi adalah karakteristik suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain menurut persepsi para karyawan atau orang-orang di dalam organisasi yang sekaligus akan mempengaruhi perilaku orang tersebut. Dari beberapa teori di atas, iklim organisasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru yang berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi; kondisi fisik dan fasilitas sekolah, cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, harapan pada prestasi sekolah, hubungan kerja, dan ketertiban/disiplin.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dengan Kinerja

Guru

(57)

lain seperti faktor institusi dan kelompok organisasi (Gibson 1985:52). Kepala sekolah merupakan sosok pemimpin yang dapat menentukan arah perkembangan organisasi sekolah, sehingga kepemimpinan seorang kepala sekolah mampu mempengaruhi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan di suatu sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sementara itu, kualitas kepemipinan (leadership) seorang kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan berkomunikasi yang efektif yang dimiliki kepala sekolah tersebut. Komunikasi yang efektif dan dikembangkan kepala sekolah akan berhubungan dengan kinerja guru, mengingat dengan komunikasi memunculkan persamaan-persamaan yang membangun kerjasama ke arah yang lebih baik dalam kehidupan organisasi, termasuk persekolahan. Menurut Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel (1999:45) ”kesuksesan seorang manajer, termasuk kepala sekolah, tidak akan pernah diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif, sebab tanpa keterampilan tersebut, seorang manajer tidak dapat membangun sebuah teamwork yang solid”. Jadi, keefektifan komunikasi ini memiliki hubungan yang erat dengan keberhasilan sebuah organisasi. Hubungan ini dapat dipahami dari ungkapan William V. Hanney (Onong Uchyana Effendi 2001:113) “organization consists of a number of people; it involves interdependence; interdependence alls for coordination

(58)

kooerdinasi, dan koordinasi mensyaratkan komnikasi). Oleh karena itu, komunikasi adalah suatu sine qua non bagi organisasi. (Onong Uchyana Effendi 2001:116). Dengan demikian, komunikasi kepala sekolah yang efektif memegang peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan semua komponen yang terdapat di sekolah tersebut (termasuk guru), yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan kinerja guru tersebut.

2. Hubungan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru

Iklim organisasi adalah seperangkat prioritas lingkungan pengembangan kerja, yang dipersepsikan pegawai secara langsung atau tidak langsung, yang dianggap sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perilaku pegawai (Gibson 1985:121). Larsen Pidarta (1995:121) mengemukakan ”iklim, norma-norma, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia sekolah dapat mempengaruhi perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas”. Dengan ungkapan yang berbeda, tetapi dengan maksud yang kurang lebih sama, Owens (1991:43) mengatakan ”iklim organisasi berkaitan dengan persepsi orang yang ada di dalam organisasi yang menggambarkan tentang norma, asumsi, dan kepercayaan yang ada”.

(59)

kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, dan pengendalian. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh bahwa iklim yang lebih partisipatif dan berorientasi humanistik (manusia) akan menghasilkan tingkat prestasi (kinerja) yang lebih tinggi dan kepuasan kerja yang lebih besar.

Dari teori-teori tersebut, terlihat bahwa iklim organisasi mempunyai kontribusi yang jelas untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah. Pada kontek penelitian ini, iklim organisasi yang kondusif akan semakin mendorong kinerja guru dalam melakukan pekerjaannya.

3. Hubungan Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah dan Iklim

Organisasi dengan Kinerja Guru

Menurut Gibson (1985:52) ”seorang guru dapat menjadi professional dalam pekerjaannya ditentukan oleh faktor individu guru sendiri dan juga oleh faktor di luar dirinya”. Faktor luar tersebut akan menyangkut institusi

(organization), kepemimpinan (leadership), dan kelompok organisasi (group organization). Sementara itu, Owens (1991:132) mengatakan ”persepsi kelompok guru tentang kepala sekolah mereka ditentukan oleh beberapa hal yaitu a) trust (dorongan): sikap kepala sekolah yang mendorong untuk bekerja keras, b) consideration (perhatian): sejauh mana perhatian kepala sekolah terhadap guru yang berkaitan dengan martabat dan masalah kemanusiaan, c)

(60)

(menekankan kerja): sejauh mana kepala sekolah berusaha agar para guru lebih giat bekerja, misalnya melakukan supervisi secara ketat, bersikap memerintah, dan menekankan hasil kerja.

Dengan demikian bahwa kinerja guru sangat dipengaruhi oleh keefektifan komunikasi kepala sekolah dalam mengkomunikasikan program kerja lembaga sekolah tersebut. Demikian pula, iklim organisasi sekolah yang kondusif akan mendorong kinerja guru yang semakin tinggi, sebab iklim organisasi yang kondusif akan memberi perasaan nyaman dan menciptakan suasana kerja yang mendukung. Dengan kata lain, kinerja guru dapat dipengaruhi antara lain oleh keefektifan komunikasi kepala sekolah dan sekaligus juga dipengaruhi iklim organisasi di tempat guru bekerja.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Tjahya Witono Tahun 2003 di SD Negeri se-Kota Semarang, menunjukkan bahwa keterampilan manajerial dan supervisi kepala sekolah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Kemampuan manajerial berhubungan dengan pemberdayaan sumber daya dan personil sekolah, sedangkan supervisi berhubungan dengan proses pembinaan kepala sekolah kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran secara lebih baik.

(61)

memandang bahwa kriteria kepemimpinan merupakan aspek yang sangat berarti bagi guru dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan situasi dan kondisi kerja sehari-hari dalam kondisi lama, sehingga kedua variabel tersebut secara langsung memiliki pengaruh erat dengan kinerja guru.

3. Penelitian Mursini Purwati Tahun 2003 di SD Negeri se-Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang, menunjukkan bahwa supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompensasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Pengaruh tersebut sangat besar (80,56%), mengingat supervisi dan kompensasi berkaitan dengan kebutuhan guru akan pelaksanaan tugas dan peningkatan kinerja.

4. Penelitian Achmad Junaedi Tahun 2004 di SLTP Negeri se-Kabupaten Kudus, menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah dan iklim organisasi memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, sehingga apabila kinerja kepala sekolah dan iklim organisasi baik, maka kinerja guru pun akan baik pula.

5. Penelitian Sentot Widodo Tahun 2006 di SMA Negeri se-Kota Semarang, menunjukkan bahwa kemampuan kerja dan iklim organisasi memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian apabila kemampuan kerja dan iklim organisasi meningkat, maka kinerja guru secara otomatis akan meningkat pula.

(62)

organisasi dan kinerja guru yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan sekarang. Dengan demikian hasil-hasil penelitian terdahulu cocok untuk dikembangkan dan diteliti kembali lebih lanjut, sehingga memperkaya kajian keilmuan selanjutnya yang lebih kuat.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak dapat ditinggalkan, karena merupakan kerja dari teori. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Menurut Masri Singarimbun (1989:43) “hubungan antar variabel penelitian dapat dirumuskan secara eksplisit maupun implisit”. Selanjutnya menurut Suryabrata (1992:45) “hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala sekolah dengan kinerja guru.

2. Ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru. 3. Ada hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi kepala

(63)

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan rancangan non eksperimen. Dalam proses penelitian ini tidak menggunakan perlakuan terhadap penelitian melainkan mengkaji fakta-fakta yang telah terjadi dan pernah dilakukan oleh subjek penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian ex post facto (dari sebuah fakta), artinya peristiwa yang diteliti sudah terjadi secara alami ialah dengan cara menelusuri dan mengumpulkan data serta fakta-fakta yang ada sekarang tanpa memberi perlakuan (Jacobs dan Razaveih 1982:122).

Di sini peneliti akan menggali fakta-fakta dengan menggunakan angka yang berisi sejumlah pernyataan yang merefleksikan keefektifan komunikasi kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru. Pendekatan kuantitatif yang dimaksud adalah mencari hubungan antar variabel bebas (independent variable) dengan variable terikat (dependent variable).

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas

(64)

sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2), kemudian variabel terikat (dependent variable) yaitu : kinerja guru (Y).

3. Paradigma Penelitian

Hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut.

Variabel bebas Variabel terikat rx1y

rx1x2y

rx2y

Gambar 3.3

Hubungan Antar Variabel Penelitian

Dalam paradigma tersebut menggambarkan hal-hal sebagai berikut.

a. Hubungan murni X1 dengan Y, jika X2 dikendalikan/dibuat sama. b. Hubungan murni X2 dengan Y, jika X1 dikendalikan/dibuat sama. c. Hubungan murni X1 dengan X2, jika Y dikendalikan/dibuat sama. Dengan rumus korelasi ganda/regresi hasil perhitungan SPSS versi 10.0 penelitian tersebut dapat dirancang dengan paradigma tersebut.

Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah (X1)

Iklim Organisasi (X2)

(65)

4. Definisi Operasional

a. Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah

Keefektifan komunikasi kepala sekolah adalah kemampuan yang bersifat informatif dan persuasif dalam melaksanakan peranan interpersonal (interpersonal role), informasional (informasional role) dan peranan memutuskan (decissional role) untuk mengkoordinasikan guru (dan karyawan) agar bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, indikator yang akan digunakan untuk mengetahui keefektifan komunikasi kepala sekolah adalah sebagai berikut.

1) Kejelasan dalam bentu volume suara dan media yang digunakan; 2) Ketepatan dalam bentuk sasaran komunikasi dan iIsi pesan yang

disampaikan;

3) Kecukupan dalam bentuk mengakhiri komunikasi;

4) Mengadakan tindak lanjut dalam bentuk mengecek pesan; 5) Mengatur arus informasi dalam bentuk pengendalian pesan; 6) Pengulangan dalam bentuk mengulangi pesan;

7) Penghayatan dalam bentuk memaknai pesan yang disampaikan; 8) Saling mempercayai dalam bentuk kesadaran melaksanakan pesan

dan kejujuran penerima pesan;

(66)

10)Mendengarkan secara efektif dalam bentuk memahami makna pesan; dan

11)Menggunakan selentingan dalam bentuk melaksanakan pesan tidak langsung

b. Iklim Organisasi

Iklim organisasi adalah seperangkat prioritas lingkungan kerja, yang dipersepsikan pegawai secara langsung atau tidak langsung, yang dianggap sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perilaku pegawai. Lebih khusus lagi kaitanya dengan sekolah, maka iklim organisasi sekolah dapat diartikan sebagai keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi; kondisi fisik dan fasilitas sekolah, cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, harapan pada prestasi sekolah, hubungan kerja, dan ketertiban/disiplin

sekolah. Iklim organisasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan oleh guru pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Margadana, Kota Tegal yang berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi; kondisi fisik dan fasilitas sekolah, cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, harapan pada prestasi sekolah, hubungan kerja, dan ketertiban/disiplin sekolah. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mengetahui iklim organisasi adalah sebagai berikut.

(67)

2)Penghargaan pekerjaan dalam bentuk kompetensi dan kerjasama; 3)Kepercayaan dalam bentuk kemampuan, keterlibatan dan

perhatian;

4)Komunikasi dalam bentuk pembahasan masalah; 5)Manfaat dalam bentuk ukuran keberhasilan;

6)Tanggung jawab dalam bentuk menyusun prota, promes dan PSP; 7)Imbalan dalam bentuk keamanan dan kesejahteraan;

8)Tekanan pekerjaan dalam bentuk keterlibatan; 9)Kesempatan dalam bentuk waktu luang; 10)Pengendalian dalam bentuk penunjang;

11)Keterlibatan dalam bentuk pengembangan karier; 12)Kondisi fisik dalam bentuk lingkungan sekolah; 13)Prestasi dalam bentuk keputusan;

14)Hubungan kerja dalam bentuk kondisi konduktif; dan 15)Disiplin sekolah dalam bentuk Ketertiban

c. Kinerja Guru

Kinerja guru sebagaimana dimakusd dalam penelitian ini adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja yang

dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya di SD Negeri se-Kecamatan Margadana Kota Tegal. Kemudian, yang menjadi indikator kinerja guru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(68)

penggunaan pendekatan pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran, menggunakan metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, memanfaatkan sumber belajar, ketepatan waktu menyampaikan materi, melakukan pembelajaran remidial, dan melakukan evaluasi pembelajaran.

2) Kepribadian, meliputi : memiliki motivasi dalam mengajar, tingkat kedisiplinan dalam mengajar, penempatan kepentingan tugas dengan pribadi, kepatuhan terhadap pimpinan, loyalitas terhadap lembaga, dan moralitas dalam melaksanakan tugas.

3) Sosial, meliputi : melakukan komunikasi dengan peserta didik, mengetahui karakteristik peserta didik, membantu memecahkan permasalahan siswa, membina hubungan baik dengan personil sekolah, aktivitas dalam kehidupan masyarakat, dan keterlibatan dalam organisasi profesi.

4) Profesional, meliputi : menguasai bahan ajar, kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar, pengembangan kualitas diri, dan pendalaman materi bahan ajar.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Mohammad Ali (1995:54) mengemukakan “populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti”. Secara lebih jelasnya mengenai pengertian Mohammad Surya (1994:8) mengemukakan sagai berikut.

(69)

sumber data, yang berada dalam daerah yang jelas batasannya serta mempunyai pola-pola kualitas yang unik dan memiliki keseragaman ciri-ciri di dalamnya yang dapat diukur secara kualitatif untuk memperoleh suatu hasil penelitian.

Mengacu kepada pengertian yang telah dikemukakan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru tetap dan bersetatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Margadana Kota Tegal sejumlah 156 orang.

2. Sampel Penelitian

Mohamad Ali (1995:54) mengemukakan “sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili terhadap seluruh populasi”. Memperhatikan hal tersebut Winarno Surakhmad (1992:100) menyarankan “apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100, pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama denga atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi”. Berdasarkan keterangan tersebut, maka penentuan jumlah sampel dapat dirumuskan sebagai berikut.

%) 15 % 50 ( 100 1000

1000 %

15 −

− − +

= n

S

Keterangan:

S = jumlah sampel yang diambil n = jumlah anggota populasi

(70)

%) 15 % 50 ( 100 1000

156 1000 %

15 −

− − +

=

S = 47,55%, sehingga untuk

memperoleh banyaknya sampel adalah 47,55% x 156 = 74,178 dibulatkan menjadi 74 orang. Dengan demikian, maka sampel penelitian ini adalah 74 orang yang terdiri dari 13 SD masing-masing guru kelas 1, 2 dan 3; 11 SD masing-masing guru kelas 4, 5 dan 6; dan 2 SD masing-masing guru kelas 4 dan 5, sehingga totalnya 74 orang.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian, diperlukan suatu alat pengumpul data yang disebut instrumen penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Angket memiliki kedudukan yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk mengungkap dari subjek penelitian sama dengan lokasi peneltian susungguhnya. Dalam penelitian, sifat jawaban yang dikehendaki oleh peneliti, angket tertutup. Angket tertutup peneliti menyediakan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Responden bertugas memilih jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya sebagaimana dikemukakan Sanifiah Faisal (1992:178) sebagai berikut.

(71)

alternatif jawaban. Angket tertutup mudah diisi, memerlukan waktu singkat, memusatkan responden pada pokok pernyataan, relatif objektif dan sangat mudah ditabulasi dan dianalisa.

Angket yang dipergunakan dalam penelitian tersebut selain tertutup juga terstruktur, yaitu dengan menyediakan alternatif jawaban untuk memudahkan responden menjawabnya yang terdiri dari 75 butir masing-masing variabel terdiri dari variabel X1 sebanyak 25 butir, variabel X2 sebanyak 20 butir, dan variabel Y 30 butir.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun angket adalah sebagai berikut. 1) menentukan indikator variabel X1 (keefektifan komunikasi kepala sekolah), X2 ( iklim orgasasi), dan Y (kinerja guru), 2) mengidentifikasikan sub-sub variabel dari masing-masing variabel penelitian, 3) menyusun kisi-kisi instrumen, 4) membuat daftar pernyataan dari setiap variabel dengan disertai alternatif jawaban dan 5) menentukan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan demikian validitas instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang dimaksud berguna atau tidak.

Gambar

tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Philip Kotler
Gambar 2.2 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hubungan Komunikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Oleh karena itu, program pendidikan jasmani

It also explains how this e-procurement policy implementation method works and its relation with transparency in public procurement at Health Agency at Medan

L Mei 2OL7, mal<a untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan dipandang perlu untuk menugiskan Wakil Presiden melaksanakan tugas sehari-hari preiiden

KETIGA : Segera mengadakan langkah-langkah untuk sejauh mungkin mengarah kepada penertiban terhadap pemilikan dan atau penguasaan atas tanah yang melampaui batas kebutuhan

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG DALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tesis berjudul “ ANALISIS GAS KROMATOGRAFI-SPEKTROMETER MASSA (GC-MS) DARI KEMENYAN SUMATERA DENGAN TEKNIK ASAP CAIR DAN ESTERIFIKASI” ini dibuat sebagai salah satu

Dalam penelitian ini biji ketapang (Terminalia catappa L) diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan selama tujuh jam pada suhu 63 dan diperoleh randemen minyak

Telah dilakukan penelitian tentang analisis Gas Kromatografi-Spektrometer Massa (GC-MS) dari kemenyan sumatera dengan teknik asap cair dan esterifikasi.. Dengan membandingkan