RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOMPETENSI DASAR 3.6 DAN 4.6
TEKS CERITA PENDEK KELAS IX
Oleh :
NUR SUSANTI, S.Pd.
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PENDIDIKAN PROFESI GURU
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
2022
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1)
Satuan Pendidikan : SMP Muhammadiyah 1 Mlati Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : IX/1
Materi Pokok : Teks Cerpen
Alokasi Waktu : 3 x Pertemuan ( 4 x 40 Menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 dan KI 2
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran langsung yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budata sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
KI 3 KI 4
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.6 Menelaah struktur dan
aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar
Pertemuan pertama
3.6.1. Menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek yang dibaca atau didengar. (C4) 3.6.2. Menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks
cerita pendek yang dibaca atau didengar. (C4) 4.6 Mengungkapkan
pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerpen dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan.
Pertemuan kedua
4.6.1 Merancang kerangka pengalaman dan gagasan yang akan diungkap dalam bentuk cerita pendek. (C6) Pertemuan ketiga
4.6.2 Menyusun teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kebahasaan. (C6)
Nilai Karakter yang ditumbuhkan: religius, teliti, kerja sama, tanggung jawab, dan percaya diri.
B. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu menentukan dan
menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen yang dibaca dan didengar secara tepat serta
menjunjung nilai religius, teliti, kerja sama, tanggung jawab, dan percaya diri.
Pertemuan 2
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu merancang kerangka pengalaman gagasan yang akan diungkap dalam bentuk cerita pendek dengan baik serta menjunjung nilai religius, teliti, kerja sama, tanggung jawab, dan percaya diri.
Pertemuan 3
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu menyusun teks cerita pendek dengan memerhatikan struktur dan kaidah kebahasan teks cerita pendek dengan baik serta menjunjung nilai tanggung jawab, dan percaya diri.
D.Materi Pembelajaran
1.
Pembelajaran Reguler a. Faktual :
Teks cerita pendek b. Konseptual :
1) Pengertian teks cerita pendek
2) Struktur teks cerita pendek (pertemuan pertama)
3) Aspek kebahasaan teks cerita pendek (pertemuan kedua) 4) Gagasan teks cerita pendek
5) Rancangan kerangka teks cerpen c. Prosedural :
Langkah menyusun teks cerita pendek d. Metakognitif :
Penerapan pesan dari teks cerita pendek dalarn kehidupan sehari-hari 2. Materi Pembelajaran Remedial
a. Stuktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek b. Menentukan rangkaian peristiwa teks cerita pendek 3. Materi Pembelajaran Pengayaan
a. Menceritakan kembali teks cerita pendek yang pernah dibaca E. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN
Pertemuan Pendekatan Model Metode
1 Saintifik Discovery Learning Diskusi, tanya jawab, penugasan 2 Saintifik Project Based Learning Diskusi, tanya jawab, penugasan 3 Saintifik Project Based Learning Diskusi, tanya jawab, penugasan F. Media Pembelajaran
1. Media
1) PPT materi pembelajaran stuktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek 2) Teks cerita pendek ““Panggil Dia Ibu” karya Dwi Cafiyani.
3) Teks cerita pendek “Seragam” karya AA Basuki 4) Teks cerita pendek “Arti Kejujuran” karya Winarti
5) Film pendek yang berjudul “Berubah” melalui link youtube https://www.youtube.com/watch?v=0Nh61ktP90c
6) Google Classroom 7) Aplikasi Padlet 8) Gambar berseri 2. Alat Pembelajaran
a. Laptop b. Sound c. LCD G. Sumber Belajar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2018. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2018. Buku Guru Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak; Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2003. Teori Pengajaran Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
H. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama
Kegiatan Sintak Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Level Kognisi Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam pembuka/
berdoa untuk memulai pembelajaran dan mengondisikan diri untuk siap belajar 2. Peserta didik merespon guru saat
mengecek kehadiran
3. Peserta didik bersama guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman peserta didik saat mempelajari teks cerita pendek
4. Peserta didik mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan materi yang akan dipelajari.
5. Peserta didik memperhatikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru melalui tayangan PPT. (TPACK)
6. Peserta didik membentuk kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6 orang.
10 menit
Inti Stimulus
Pemberian Rangsangan
1. Peserta didik menyaksikan film pendek yang berjudul “Berubah” melalui link youtube
https://www.youtube.com/watch?v=0Nh 61ktP90c (TPACK)
2. Peserta didik b e r s a m a k e l o m p o k membahas permasalahan dalam film yang berjudul “Berubah”
3. Peserta didik membuka aplikasi Padlet 4. Peserta didik membaca teks cerita
pendek yang yang berjudul “Panggil Dia Ibu” karya Dwi Cafiyani yang berada pada Classrom
60 menit LOTS
LOTS
MOTS LOTS
Identifikasi Masalah
5. Peserta didik melakukan curah pendapat untuk menggali informasi berkaitan dengan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek yang berjudul
“Seragam” karya AK Basuki (cermat dan proaktif - kolaboratif)
6. Peserta didik merespon pertanyaan- pertanyaan membangun konteks berkaitan dengan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen.
7. Peserta didik secara berkelompok mengumpulkan berbagai informasi berupa struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen (cermat dan proaktif - kolaboratif) 8. Peserta didik secara berkelompok
menyimpulkan terkait informasi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen cermat dan proaktif - kolaboratif)
HOTS
HOTS
HOTS
HOTS
Pengumpulan Data
9. Peserta didik membaca dan memahami fungsi dan informasi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen.
LOTS
10. Peserta didik memilih, membaca, dan mencermati satu teks cerpen sebagai teks model dari buku siswa dan internet
11. Peserta menuliskan informasi secara rinci stuktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen yang dibaca.
HOTS
HOTS
Pengolahan Data
12. Peserta didik secara berkelompok membaca teks cerpen yang berjudul
“Seragam” karya AK Basuki (cermat).
13. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen yang dibaca.
(cermat, proaktif, dan kerja sama) (kritis) 14. Peserta didik secara berkelompok
berdiskusi menjelaskan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen (cermat, proaktif, dan kerja sama
15. Peserta didik secara berkelompok menuliskan hasil menelaah struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen
LOTS
HOTS
HOTS
HOTS
Pembuktian/
verifikasi
16. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas untuk diberikan komentar (berpikir kritis)
HOTS
Kesimpulan 17. Peserta didik secara berkelompok memperbaiki hasil kerja berdasarkan komentar kelompok lain. (kerja sama - kolaboratif)
18. Peserta didik secara berkelompok menyimpulkan hasil informasi berupa struktur teks cerpendan hasil perbaikan melalui diskusi. (cermat – berpikir kritis)
HOTS
Penutup 19. Peserta didik bersama guru merefleksi hasil pembelajaran mengenai identifikasi informasi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen
20. Peserta didik bersama guru menyimpulkan identifikasi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen
21. Peserta didik mengirimkan tugas diskusi pada Classroom
22. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu merancang gagasan dan pengalaman dalam menulis teks cerpen
23. Peserta didik bersama guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa bersama dan salam. (religius)
10 menit
Pertemuan Kedua
Kegiatan Sintak Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Level Kognisi Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam
pembuka/ berdoa untuk memulai pembelajaran dan mengondisikan diri untuk siap belajar
2. Peserta didik merespon guru saat mengecek kehadiran
3. Peserta didik bersama guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman peserta didik saat mempelajari teks cerpen
4. Peserta didik mengajukan
pertanyaan yang ada
10 menit
keterkaitannya dengan materi yang akan dipelajari.
5. Peserta didik memperhatikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru melalui tayangan PPT. (TPACK)
Inti
Project Based Learning
Pengenalan masalah (Penentuan Pertanyaan Mendasar)
1. Peserta didik secara individu membaca teks cerpen berjudul “Arti Kejujuran karya Winarti. (Literasi) 2. Peserta didik secara berkelompok
mendata cara menyusun kerangka teks cerpen berdasarkan cerpen yang di baca (cermat)
60 menit MOTS
LOTS
Mendesain Perencanaan Produk.
3. Peserta didik secara berkelompok merumuskan pertanyaan terkait hal- hal menyusun teks cerpen melalui diskusi (cermat – berpikir kritis).
4. Peserta didik secara berkelompok bertanya terkait hal-hal menyusun kerangka teks cerpen (proaktif – kolaboratif)
5. Peserta didik didampingi Guru membicarakan aturan main untuk disepakati bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati: pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, sansi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. (bekerja sama)
LOTS
LOTS
MOTS
Menyusun jadwal
6. Peserta didik dengan difasilitasi Guru membuat jadwal aktifitas yang mengacu pada waktu maksimal yang disepakati.
MOTS
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
7. Peserta didik secara individu menerima gambar dan mencermati gambar tersebut untuk dibuat rancangan cerita pendek.
8. Peserta didik secara individu merancang kerangka berdasarkan gambar berseri yang ditampilkan guru (cermat – berpikir kritis)
LOTS
HOTS
Penutup 9. Peserta didik bersama guru Peserta didik bersama guru merefleksi hasil pembelajaran mengenai menyusun dan menyunting teks cerpen
10. Peserta didik bersama guru menyimpulkan identifikasi informasi berupa menyusun kerangka teks cerpen
11. Peserta didik diberi tugas untuk menyelesaikan proyek yang telah direncanakan selama 1 minggu, yaitu menulis cerita pendek berdasarkan rancangan yang dibuat secara individu.
10 menit
12. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mempresentasikan hasil menulis cerita pendek
13. Peserta didik bersama guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa bersama dan salam. (religius)
Pertemuan Ketiga
Kegiatan Sintak Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Level Kognisi Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam
pembuka/ berdoa untuk memulai pembelajaran dan mengondisikan diri untuk siap belajar
2. Peserta didik memperhatikan guru saat mengecek kehadiran
3. Peserta didik bersama guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman peserta didik saat mempelajari teks cerpen
4. Peserta didik mengajukan
pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan materi yang akan dipelajari.
5. Peserta didik memperhatikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru melalui tayangan PPT. (TPACK)
10 menit
Inti
Project Based Learning
Menguji hasil 14. Peserta didik secara individu menampilkan hasil menulis cerpen yang telah dikembangkan dari kerangka teks cerpen dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan yang telah dibuat pada kegiatan proyek (cermat dan jujur - berpikir kritis)
15. Peserta didik memperbaiki hasil kerja berdasarkan komentar peserta didik lain (cermat)
60 menit HOTS
Evauasi pengalaman
16. Peserta didik mengungkapkan pengalamanya selama pembelajaran kesulitan kesulitan yang dialami dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada saat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
HOTS
HOTS Penutup 17. Peserta didik bersama guru Peserta
didik bersama guru merefleksi hasil pembelajaran mengenai teks cerpen 18. Peserta didik bersama guru
menyimpulkan identifikasi informasi berupa teks cerpen
19. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu Teks Diskusi
20. Peserta didik bersama guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa bersama dan salam. (religius)
10 menit
I. Penilaian
a. Teknik Penilaian
1) Penilaian Jurnal Sikap Spiritual No Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Butir Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan 1 Tertulis jurnal Lihat lampiran 1 Saat pembelajaran
berlangsung
Penilaian untuk pembelajaran
2) Penilaian Jurnal Sosial No Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Butir Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan 1 Tertulis jurnal Lihat lampiran 1 Saat pembelajaran
berlangsung
Penilaian untuk pembelajaran
3) Pengetahuan No Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Butir Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan 1 Tertulis uraian Lihat lampiran 2 Saat pembelajaran
berlangsung
4) Keterampilan No Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Butir Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan 1 Unjuk
kerja
uraian Lihat lampiran 2 Saat pembelajaran berlangsung
a. Pembelajaran Remedial
1. Pembelajaran Remedial pada Kompetensi Dasar 3.6
Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar mengerjakan tugas menelaah struktur dan kaidah kebahasaan cerita pendek berjudul “Kartu Pos Dari Surga” karya Agus Noor dengan bimbingan tutor sebaya.
2. Pembelajaran Remedial pada Kompetensi Dasar 4.6
Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar, mengerjakan tugas menulis cerita pendek sesuai pengalaman masing-masing dengan bimbingan tutor sebaya.
b. Pembelajaran Pengayaan
a. Pembelajaran Pengayaan pada Kompetensi Dasar 3.6
Peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar, menelaah struktur, aspek kebahasaan, dan jenis-jenis alur dari buku kumpulan cerpen secara mandiri.
b. Pembelajaran Pengayaan pada Kompetensi Dasar 4.6
Peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar, memerankan cerita pendek yang telah ditulis dan diwujudkan dalam bentuk video secara berkelompok.
Mlati, Mengetahui,
Kepala Sekolah
(Moch. Yusuf. S.S., M.S.I)
Guru Bahasa Indonesia
(Nur Susanti, S.Pd.)
Lampiran : Penilaian
1. Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial
Jurnal Penilaian Sikap Spiritual Nama Satuan Pendidikan : SMP Muhammadiyah 1 Mlati Tahun pelajaran : 2022/2023
Kelas/Semester : IX/Gasal
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No Hari Tanggal Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap
Positif/
Negatif
Tindak Lanjut 1
2
3
4
5
Dst
Jurnal Penilaian Sikap Sosial Nama Satuan Pendidikan : SMP Muhammadiyah 1 Mlati Tahun pelajaran : 2022/2023
Kelas/Semester : IX/Gasal
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No Hari Tanggal Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap
Positif/
Negatif
Tindak Lanjut 1
2
3
4
5
Dst
Format Penilaian Antar teman
Nama teman yang dinilai : ………. ……..
Nama penilai : ……….
Kelas : ……….
Semester : ……….
Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan kalian yang sebenarnya.
Keterangan: Pernyataan dapat diubah atau ditambah sesuai dengan butir-butir sikap yang dinilai.
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Teman saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas 2 Teman saya sholat lima waktu tepat waktu.
3 Teman saya tidak mengganggu teman saya yang beragama lain berdoa sesuai agamanya.
4 Teman saya tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan.
5 Teman saya tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas.
6 Teman saya mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya 7 Teman saya melaporkan data atau informasi apa adanya.
8 ...
dst Jumlah
Keterangan: Pernyataan dapat diubah atau ditambah sesuai dengan butir-butir sikap yang dinilai.
2. Penilaian Pengetahuan
a. Kisi-kisi Penilaian Pengetahuan
Nama Satuan PendidikanTahun pelajaran Kelas/Semester Mata Pelajaran Tujuan
: : : : :
SMP Muhammadiyah 1 Mlati 2022/2023
IX/Gasal
Bahasa Indonesia
Mengukur kompetensi peserta didik dalam menelaah struktur dan aspek kebahasaan teks cerpen yang dibaca atau didengar
Kompetensi Dasar Indikator Soal Bentuk
Soal
Jml Soal
No Soal
Level Kognisi
3.6 Menelaah struktur
dan kebahasaan dari
teks cerpen
(lingkungan hidup,
kondisi sosial,
dan/atau keragaman budaya, dll) berupa kritik, sanggahan, atau
pujian yang didengar dan/atau
dibaca
3.6.1 Disajikan teks cerpen peserta didik mampu menentukan stuktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen
Uraian 1 1 HOTS
3.6.2 Disajikan teks cerpen peserta didik mampu menelaah struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen
Uraian 1 2 HOTS
b. Pedoman Penilaian Pengetahuan No
Soal
Aspek Bobot Skor Kriteria Penilaian
1 Menentukan
struktur teks cerpen.
1 1-5 5
4
3
2
1
a. Peserta didik dapat menentukan struktur kaidah kebahasaan teks cerpen dengan tepat dan lengkap (evaluasi, deskripsi teks, penegasan ulang)
b. Peserta didik dapat menentukan dua struktur kaidah kebahasaan teks cerpen kurang lengkap (kurang satu dari semua struktur)
c. Peserta didik dapat menentukan dua struktur kaidah kebahasaan teks cerpen secara tepat namun kurang lengkap (kurang dua dari semua struktur )
d. Peserta didik dapat menentukan dua struktur kaidah kebahasaan teks cerpen secara tidak lengkap dan kurang tepat
e. Peserta didik dapat menentukan 1 struktur kaidah kebahasaan teks cerpen secara tidak lengkap dan tidak tepat)
2 Menelaah
struktur teks cerpen
2 1-5 5
4
3
2
1
a. Peserta didik dapat menelaah sturktur kaidah kebahasaan teks cerpen dengan tepat dan lengkap (evaluasi, deskripsi teks, penegasan ulang)
b. Peserta didik dapat menelaah dua struktur kaidah kebahasaan teks cerpen kurang lengkap (kurang satu dari semua struktur)
c. Peserta didik dapat menelaah dua struktur kaidah kebahasaan teks cerpen secara tepat namun kurang lengkap (kurang dua dari semua struktur ) d. Peserta didik dapat menelaah struktur teks kaidah
kebahasaan cerpen dengan kurang tepat dan kurang lengkap (menguraikan 2 struktur).
e. Peserta didik dapat menelaah struktur kaidah kebahasaan teks cerpen dengan tidak tepat dan tidak lengkap (menguraikan 1 struktur)
Skor Maksimal 20
Nilai akhir : x 100
3. Penilaian Keterampilan
a. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan
Nama Satuan Pendidikan : SMP Muhammadiyah 1 Mlati Tahun pelajaran : 2022/2023
Kelas/Semester : IX/Gasal
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tujuan :
Mengukur kompetensi peserta didik dalam merancang kerangka dan menyusun teks cerita pendek dengan memerhatikan sturktur dan kaidah kebahasaanKompetensi Dasar Indikator Bentuk
soal
Level Kognisi 4.6 Mengungkapkan
pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerpen dengan
memperhatikan struktur dan kebahasaan.
4.6. 1 Merancang kerangka teks cerpen dengan memerhatikan struktur dan kaidah kebahasaan
Uraian HOTS
4.6.2 Menyusun teks cerpen dengan memerhatikan struktur dan kaidah kebahasaan
HOTS
Pedoman Penilaian Ketrampilan (tertulis)
No Aspek Bobot Skor Kriteria Penilaian
1 Isi 3 1-5 5
4 3 2
1
Isi dikembangkan dengan sangat baik (optimal)
Isi dikembangkan dengan baik (cukup optimal namun satu kesalahan kecil)
Isi dikembangkan dengan cukup baik ( ada beberapa kesalahan kecil)
Isi dikembangkan dengan kurang baik; kurang sesuai sistematika, kurang lengkap dan kurang jelas
Isi dikembangkan dengan kurang baik; tidak sesuai sistematika, tidak lengkap dan jelas
2 Strtuktur. 2 1-5 5
4 3 2 1
Sesuai dengan struktur dan gagasan tertata dengan baik Sesuai dengan struktur namun terdapat satu gagasan yang kurang tertata dengan baik
Sesuai dengan struktur namun terdapat dua atau tiga gagasan yang kurang tertata dengan baik
Sesuai dengan struktur, namun kurang dan gagasan kurang tertata dengan baik
Tidak sesuai dengan struktur dan gagasan tidak tertata dengan baik
3 KosaKata 2 1-5 5
4
3
2 1
Pilihan kata baik, menggunakan ungkapan secara efektif, dan menguasai pembentukan kata dengan baik
Penguasaan pembentukan kata baik; pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ ungkapan kadang-kadang salah (satu atau dua), tetapi tidak mengganggu.
Penguasaan pembentukan kata memadai; sering terjadi kesalahan pilihan kata/ungkapan, dan makna membingungkan atau tidak jelas
Penguasaan pembentukan kata kurang; banyak kesalahan pilihan kata/ungkapan; makna tidak jelas.
Pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah.
4 Kalimat 2 1-5 5
4
3
2
1
Konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi)
Konstruksi sederhana, tetapi efektif; terdapat sedikit kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi makna jelas
Konstruksi kalimat dan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi) terkadang salah (dua atau tiga kesalahan), tetapi makna jelas.
Sering terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks; terdapat banyak kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi);
dan makna membingungkan
Tidak menguasai tata kalimat; terdapat banyak kesalahan;
dan makna tidak jelas (tidak komunikatif)
5 Penggunaan unsur
1 1-5 5 Penggunaan unsur kebahasaan (kalimat kompleks, konjungsi, kata rujukan, pilihan kata)
kebahasaan 4 3 2 1
Penggunaan unsur kebahasaan (3 dari 4) sesuai dengan konteks kalimat dan topik.
Penggunaan unsur kebahasaan (2 dari 4) sesuai dengan konteks kalimat dan topik.
Penggunaan unsur kebahasaan (1 dari 4) sesuai dengan konteks kalimat dan topik.
Penggunaan unsur kebahasaan tidak sesuai dengan konteks kalimat dan topik.
6 Mekanik 1 1-5 5
4 3 2 1
Penulisan huruf, kata, dan kalimat sangat tepat, penggunaan tanda baca tepat.
Penulisan huruf, kata, dan kalimat tepat, ada sedikit kesalahan penggunaan tanda baca.
Ada sedikit kesalhan penulisan huruf, kata, dan kalimat, dan tanda baca.
Ada beberapa kesalahan penulisan huruf, kata, kalimat, dan tanda baca.
Ada banyak kesalahan penulisan huruf, kata, kalimat, dan tanda baca.
Skor Maksimal 50
Nilai akhir : ×100
INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PENGETAHUAN
Bentuk Instrumen : Tes Tertulis
Topik : Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerpen
Kompetensi Dasar : 3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar
Indikator :
3.6.1. Menentukan struktur d a n k a i d a h k e b a h a s a a n cerita pendek yang dibaca atau
didengar.3.6.2. Menganalisis struktur d a n k a i d a h k e b a h a s a a n cerita pendek yang dibaca atau didengar.
Instrumen
A.
Bacalah teks cerita pendek berjudul “Panggil Dia Ibu” karya Dwi Cafiyani!B. Berdasarkan teks tersebut, jawablah soal berikut!
1. Identifikasi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek tersebut!
2. Analisislah struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek tersebut dengan disertai bukti!
3. Simpulkan struktur kaidah kebahasaan teks cerita pendek tersebut!
4. Berilah tanggapan terhadap struktur kaidah kebahasaan teks cerita pendek tersebut!
C. Tuliskan hasilnya pada tabel berikut!
Lembar Jawab
Tabel Telaah Aspek Kebahasaan Cerita Pendek “Panggil Dia Ibu”
karya Dwi Cafiyani
Struktur Letak Uraian Bukti
Tanggapan
Simpulan Struktur Teks Cerpen
Dilarang Melamun di Kelas Cerpen Andri Wikono (Pikiran Rakyat, 30 September 2018)
Setelah menegur lembut muridnya yang bernama Markiso, Pak Pandiko kembali mengalirkan arus ilmu pengetahuannya yang sempat menggedor-gedor dinding mulut karena sejenak berhenti. Maka diterangkanlah materi ihwal perkembangan awal suatu tumbuhan, yaitu tahap pembelahan sel, morfogenesis, dan diferensiasi seluler.
Secara ilmiah, ketat, dan sistematis, Pak Pandiko menerangkan tiga tahap perkembangan awal tumbuhan tersebut kepada para murid-muridnya. (1)
Pak Pandiko sebenarnya paham betul kalau murid-murid tak mengerti apa yang ia jelaskan. Terutama karena banyak istilah ilmiah yang sengaja ia ucapkan. Kediaman dan anggukan murid-muridnya adalah kamuflase ketidakpahaman. Namun, menurut Pak Pandiko, dunia memang sedang berada pada puncak peradaban, di mana cara berpikir manusia di dalamnya senantiasa ilmiah. “Ini harus dipertahankembangkan,” pikir Pak Pandiko. Manusia harus objektif. Begitulah landasan berpikir Pak Pandiko. Landasan ini pula yang ia pegang dalam menuangkan materi di kelas. Soal ketidakpahaman murid-muridnya, bagi Pak Pandiko, hanyalah sebuah proses yang diyakini akan berujung pada terciptanya manusia-manusia logos, manusia yang selalu berpikir dengan nalar, manusia yang berpikir objektif. (2)
“Markiso?” Pak Pandiko terpaksa kembali berhenti bicara soal materi. Ia melihat, Markiso tak memperhatikannya untuk kedua kalinya. Markiso gelagapan, membuat kacamatanya berubah letak. Ia sadar kalau tadi dirinya melamun lagi.
“Apa yang kamu lihat di papan tulis itu?” tanya Pak Pandiko.
Markiso membenarkan letak kacamatanya. Lalu menatap Pak Pandiko.
“Apa kamu punya masalah?” tanya Pak Pandiko sekali lagi.
Markiso hanya diam dan menggeleng.
“Lalu kenapa kamu melamun terus?” (3)
Markiso termenung. Tadi dirinya sempat membayangkan kalau di atas papan tulis, gambar burung garuda itu benar-benar hidup. Burung itu melintas-melintas di udara. Ia turun menukik mendekati muka sungai yang airnya jernih. Di permukaan air sungai itu sesekali melintas berbagai jenis capung. Di tepi sungai, ada batu. Dia atas batu lembab itu ada banyak kupu-kupu warna kuning. Di pinggir sungai, ada orang memancing. Itu bukanlah corat-coret tentang materi pelajaran belaka, tetapi lebih seperti sulur-sulur akar tanaman. Ia lihat kemudian, warna akarnya berubah agak putih kecokelatan. Sesekali, di sela-sela akar itu ada ikan kecil seperti ikan gupi dan ikan-ikan berwarna perak yang mirip acang-acang. Markiso sukar memberitahu itu semua pemandangan itu kepada Pak Pandiko. Ia takut jadi bahan olok-olok. Akan dianggap aneh. (4)
“Markiso, saya bertanya pada kamu; kenapa kamu melamun terus?” Markiso gelagapan. Mulutnya tergagap.
Markiso gugup. Manik-manik keringat tumbuh di keningnya. “Jawab, Markiso. Kenapa?” (5)
Terasa betul seperti ada gembok yang mengunci mulut Markiso. Sementara itu, Pak Pandiko berkali-kali bertanya, berharap dirinya mengucapkan sesuatu. Tetapi memang apa pula yang akan dikatakan dirinya. Markiso tak tahu apa yang akan ia ucapkan. “Maaf, Pak,” akhirnya Markiso berkata. (6)
“Ya, Bapak tahu. Tapi kenapa kamu melamun?” Tentu Markiso makin bingung hendak menjawab apa. Dan karenanya, Markiso hanya bisa bilang, “Maaf, Pak. Saya tak akan mengulangi.” (7)
Melihat mata muridnya itu, Pak Pandiko merasa trenyuh. Matanya polos. Meski di sisi lain dirinya cukup sakit hati kalau tidak diperhatikan oleh Markiso, kesabarannya lebih tebal. Oleh karena itu, ia hanya menyarankan Markiso untuk memperhatikan pelajaran lagi. (8)
“Tapi ingat, jangan kamu ulangi. Kamu akan jadi anak ketinggalan zaman kalau tidak memerhatikan pelajaran,” kata Pak Pandiko kepada Markiso. (9)
Markiso kembali mencopot kacamatanya. Dibersihkannya lagi bagian lensa itu dengan ujung lengan bajunya yang putih, dan karena putih, debu pada lensa membuatnya belepotan warna abu-abu. Debu dari jalan raya di dekat kelas telah membuat pandangannya kabur, pikir Markiso. (10)
Materi tentang tumbuh kembang tanaman pun terus diterangkan Pak Pandiko dengan lancar. Pak Pandiko mulai menerangkan pula jenis-jenis tanaman air dan tanaman yang hidup di daerah tropis. Informasi terkait usia berbagai jenis tanaman, pemanfaatan-pemanfaatan manusia terhadapnya, hewan apa saja yang tergantung pada tanaman tersebut, pengaruh sebuah tanaman terhadap kondisi alam dan manusia, dan lain-lain. Dan, untuk ketiga kalinya… (11)
“Markiso!!!” suara Pak Pandiko menggelegar. Markiso segera digelandang secara kasar oleh Pak Pandiko.
Markiso memelas meminta maaf. Murid-murid melongo melihat peristiwa itu. Murid-murid di kelas lain bersorobok di balik kaca jendela. (12)
“Markiso!” sengat Pak Pandiko di ruang perpustakaan yang sepi, “Saya harus sesabar apalagi! Hah?! Kamu sama sekali kurang adab! Sudah saya bilang, dilarang melamun di kelas! Kamu masih saja melamun! Tidak sopan!”
(13)
Pak Pandiko memberondongi Markiso dengan kata-kata penuh kesal. Sementara Markiso hanya menenggelamkan mukanya pada kedua lulutnya yang gemetar. Perasaan bingung menyergapnya. Ia sungguh tak mengerti mengapa imajinasi-imajinasi di dalam kepalanya begitu liar. Ia merasa, imajinasi tersebut datang tiba-tiba, lalu dengan cepat dan tanpa disadari telah membawanya pada dunia lain, dunia yang bertolak belakang dengan harapan Pak Pandiko. (14)
Setelah dirasa semprotannya cukup membuat jera Markiso, Pak Pandiko akhirnya menghukum muridnya yang suka mengabaikan pelajaran itu dengan tugas. Tugasnya adalah membawa tanaman. (15)
“Kalau tidak di dalam air, ya di atas air, kalau tidak ada, ya tanaman lembap saja yang hidup di sekitar sungai.
Paham?” Markiso mengangguk pelan. (16)
Tak lama setelah itu, Pak Pandiko pun lekas menuju kelasnya. Dengan perasaan yang masih menyisakan asap kesal. (17)
Mata Pak Pandiko memandang sekitar sekolah. Dunia dirasakannya telah berubah begitu cepat. Dulu, sekolahnya dikelilingi alam yang indah dengan hawa sejuk. Hamparan sawah yang hijau, selalu menyenangkan perjalanan pulang dan perginya, membuatnya tenang dan sabar dalam mengajar. Tetapi sekarang, yang menyelimuti sekolahnya adalah gedung-gedung tinggi dan jalan-jalan aspal yang menguapkan hawa panas serta gatal. (18)
Terpekur sejenak akan kenangan masa lalu, akhirnya membuat Pak Pandiko berbalik arah. Pak Pandiko merasa, sikapnya terhadap Markiso terlalu berlebihan. Barangkali Markiso adalah korban dari perasaannya yang sedang tak keruan. (19)
“Nak,” sapa Pak Pandiko lembut kepada Markiso, “Loh, loh, loh, kenapa menangis…?” Pak Pandiko kaget karena Markiso memeluknya tiba-tiba. (20)
“Tugasnya susah, Paaaak. Di dekat rumahku yang baru kini hanya ada selokan! Airnya hitam. Banyak sampah. Bau,” rengek Markiso sambil menepuk dada gurunya itu, “Jangan itu. Ganti saja. Ganti saja, Pak. Aku mohon…” (21)
Tergeruslah hati Pak Pandiko. Ia sekali lagi tersadar kalau pembelajaran kontekstualnya, di mana ia sering membawa muridnya ke alam bebas, juga ikut berubah. Pembelajaran menjadi menyempit serta menuntut modal;
kalau harus wisata pendidikan, sekolah membawa muridnya ke kebun binatang, ke museum, ke ruangan tertutup di mana ruang antariksa buatan dapat dinikmati, ke taman buatan, dan kalau belajar di kelas, paling sering melihat-lihat buku. (22)
Dan, bagi Pak Pandiko, tugas Markiso semacam itu di zaman sekarang, cukup berat dirasakan. Barangkali pula, kata hati Pak Pandiko, mungkin alasan mengapa Markiso sering melamun adalah karena ia rindu rumahnya yang dulu, yang dekat dengan sungai, tempat ia biasa membantu orangtuanya mencari ikan dan kijing, tempat ia mandi bersama teman-temannya. Tetapi, jalan tol terpaksa membuat mereka pergi dari tempat yang sudah turun- temurun dihuni itu. Begitulah kabar ketika pertama kali sepasang ibu dan bapak menitipkan Markiso kepadanya.
Lagi-lagi, Pak Pandiko menyadari, kalau lingkungan keluarga pun tak luput dari perubahan. (23)
“Kumohon jangan tugas itu, Pak! Kumohon!” Pak Pandiko memeluk lebih erat Markiso. “Tidak, Nak. Tidak akan.” (24)
***
Panggil Dia Ibu
Dwi Cafiyani SMP IT Arraidan Bantul
Bruukk! Pintu kamar kubanting keras. Tanpa melepas sandal kuhempaskan badan ke tempat tidur. Dadaku membuncah, sejak kejadian itu, ingin rasanya meminta maaf kepada ibu dan mendapat pelukan hangatnya. Langit-langit kamar seakan ikut menertawakanku. Gambaran pertengkaran dengan ibuku seakan satu persatu mulai mimcul dalam pikiran layaknya rekaman video. Peristiwa dua tahun silam kembali mengingatkan pada sosok ibuku. Wanita yang kuanggap perkasa karena peijuangannya mencerdaskan kedua anaknya tanpa mengandalkan bantuan suami. Hujan turun dengan derasnya ketika aku dan ibuku terlibat pembicaraan kecil tentang kehidupan kami yang mulai membaik. " Wik, masih ingat ketika kamu kuajak ketempat orang pintar untuk meminta berkah/' ibuku memulai pembicaraan. "Ingat Bu, saat itu Ibu tidak memberitahu tujuan kepergian kita. Aku ikut saja daripada di rumah sendiri. Kalau ingat peris tiwa itu, malu sekali rasanya." "Kau yang bersikeras melarang ibu masuk ke rumah itu. Tapi ibu tetap melangkahkan kaki meski kamu melarang. Malu sama kamu dan kakakmu yang lebih dulu mengenal Tuhan."
Siang yang panas sekali, kuputuskan membeli es teh di waning Bu Ijah. Sebenamya ibu selalu melarang hidup bores karena untuk biaya sekolah saja keluargaku kesulitan. Tapi kuabaikan nasihat ibu, rasa haus tak tertahan. Kubayangkan tiduran di kamar lengkap dengan pendingin dan segala perabot mewah. Rumahku sangat sederhana, beralaskan plesteran semen.
Dindingnya masih dibuat setengah permanen. Tapi alhamdulillah aku masih bersyukur, masih bisa makan, masih bisa sekolah.
Sementara banyak ribuan anak tidak bisa bersekolah karena biaya, hams tidur dikolong jembatan karena tidak punya mmah. Aku sering mendengar berita itu dari ibu gum yang selalu membaca koran di sekolah. ''Wik....! Kamu pura-pura tidak mendengar ya?
Awas! Nanti budeg beneran. Dasar anak tidak tahu diri," ujar ibuku sambil tems membungkusi dagangannya. Waduh! Bisa kiamat ini! Secepat kilat aku beranjak dari kamar dan kuhampiri ibu. Ibuku sekarang jadi pemarah, salah sedikit langsung mengomel. Bahkan bila kemarahannya sudah memimcak, tangannya kadang ikut bemain. Pemah sekali tamparan ibu mendarat di pipiku. Aku bingung dengan sikap ibu akhir-akhir ini. Apa yang kulakukan tidak pemah ada baiknya. Aku yang selalu berprestasi dalam pendidikan semestinya mendapatkan sanjungan dan ucapan selamat, tapi lain halnya dengan ibuku, seolah-olah beliau tidak suka dengan prestasiku. Suatu hari, ibu memintaku mengambilkan minum. Beliau bam saja pulang berjualan. Karena terlalu lama mengantarkan minum, ibu langsimg berteriak. Karena tidak tahan dengan makian dan teriakan ibu setiap hari, aku mencoba mencari tahu penyebabnya. Kuberanikan diri datang ke tetangga sebelah yang sering diajak ibu cerita tentang kehidupan kami yang sulit. "Budhe kenapa ibu akhir-akhir ini selalu memarahiku? Pulang jualan juga selalu marah, apalagi saat aku cerita kalau juara lomba, sepertinya ibu kurang suka."
"Kamu mau tahu alasannya, Wik?" kata Budhe berusaha menenangkanku yang terus memberondongnya dengan pertanyaan. ''Sekarang jualan di pasar bam sulit, apalagi sebentar lagi kamu dan kakakmu lulus SMP, hams melanjutkan ke SMA agar tidak menjadi bumh kasar seperti ibu/' Sekarang aku tahu alasannya kenapa ibu bersikap seperti itu. Temyata aku dan kakakku tidak peka dengan keadaan orang tua kami. Malam itu saat aku dan kakak belajar dimang makan, ibu menghampiri kami dan mengatakan hal yang sangat membuat kami kaget. "Sebentar lagi kalian berdua masuk SMA, ibu belum tahu dapat uang darimana," ucap ibu dengan nada putus asa. "Wik, besok hari minggu antarkan ibu ke suatu tempat ya...." Aku hanya mengangguk, tanpa berani membantah. "Sekarang jualan sedang sulit, ibu ingin ganti berdagang yang lain, sebentar lagi kalian berdua SMA! Biaya yang dibutuh kan tidak sedikit." Keadaan kami semakin sulit setelah kepergian ayah, entah ke mana. Sejak saat itu ibu jadi orang tua tunggal bagi kami. Hari itu tepat jam 08.00 pagi, dengan berboncengan sepeda, kami menuju suatu tempat. Alangkah kagetnya aku saat itu, temyata ibu mendatangi orang pintar, dukun. "Bu, benar ini tempat tujuan kita?" "Benar Wik, ibu merasakan usaha apapun tidak pernah sukses, selalu bangkmt, kalaupun tidak bangkmt, hanya segitugitu saja." "Masih ada Allah bersama kita Bu, mari kita urungkan niat kita." "Tidak bisa, sudah sampai disini, ibu tetap mau masuk. Kamu dan kakakmu tidak pemah tahu perasaan ibu. Satu desa juga pada datang kesini jika ingin memulai sebuah usaha. Orang ini hebat, terbukti sudah banyak orang yang berhasil usahanya setelah minta doa darinya." "Istighfar Bu, jangan sampai kita keluar Islam tanpa sadar/' sambil kutarik tangan Ibu kembali keboncengan sepeda. Ibu terns meronta dan menolak ajakanku. "Kalian berdua tidak pemah tahu perasaan ibu dalam kemiskinan ini. Ibu bosan hidup miskin terus, setiap hari dihantui perasaan besok makan apa, bisa memberi uang saku tidak^ bisa menyekolahkan kalian atau tidak. Ibu ingin jadi orang kaya, biar tidak diremehkan, direndahkan, dan dikucilkan/' teriak Ibu sambil menangis. Kudekap tubuh ibu yang kurus. Dari dekat kupandangi wajah tirusnya, tulang pipinya menonjol. Jari-jarinya lebar dan kasar. Sempuma sebagai sosok pekerja keras. Wajahnya kotor dan terlihat lebih tua dari usianya. Ibu tidak pemah mengenal apa namanya bedak, apalagi susu pembersih dan face tonic. Mukanya cukup dicuci dengan air setiap hari. Tak tega melihatnya. Di usianya yang mulai senja seharusnya beliau sudah menikmati jerih payahnya selama ini. "Aye pulang Bu," sambil kupapah tubuh kurusnya menuju sepeda. Tanpa perlawanan, akhimya ibu mau kuajak pulang. Sepanjang peijalanan tak sepatah katapim keluar dari mulut ibu. Sesampai dimmah pun ibu langsung masuk kamar.
Sengaja tak kujawab pertanyaan kakakku yang penasaran dengan apa yang terjadi.
Malam semakin terasa sedih ketika kulihat ibu tidak keluar kamar sejak siang tadi. Kucoba melihat keadaan ibu. "Ibu makan malam sudah siap. Aye makan Bu, kakak sudah menunggu." "Makanlah kalian, ibu tidak lapar." Kuberanikan diri menghampiri ibu yang terbaring di kamarnya. Kulihat matanya yang sembab bekas tangisan tadi siang.
''Makanlah Bu, nanti Ibu sakit. Kejadian tadi pagi tidak usah dipikirkan, kami mengerti kenapa Ibu melakukan itu. Mari kita mulai dari awal lagi Bu. Sekarang kita makan," kutuntun tubuh kurusnya menuju ruang makan. Dengan lahap ibu menyantap makanan hari ini. Kami senang melihatnya. Setelah makan, ibu beranjak masuk ke kamar. Kakak menghampiriku saat beres- beres meja makan. "Apa yang terjadi Wik?" tanyaKakak dengan hati-hati. "Tidak apa-apa Kak..." "Ada sesuatu yang kamu sembimyikan dari kakak. Kalian pergi kemana pagi ini?"
Aku tak kuasa memberitahu Kakak kemana kami pergi. Kakak yang terkenal religius di kampimg. Betapa menyakitkan kalau sampai Kakak tabu. Seperti pepatah bilang, sepandaipandai menutupi bangkai pasti baunya akan tercium.... Tidak tahu dari kami, tetapi tahu dari mulut yang lain. Ya, Mbok Giyem namanya, tetanggaku yang terkenal penggosip. "Ko, apa tidak salah anak yang terkenal paling saleh dikampung pimya ibu yang doyan pergi ke dukun?" "Apa maksud Mbok Giyem...."jawab Kakakku dengan tenang. "Seluruh kampung juga tahu, bahkan sampai kekampimg sebelah." "Astagfirullah, jangan menyebar berita yang belum tentu kebenarannya Mbok." "Mau kutanyakan langsimg ke ibumu?" jawab Mbok Giyem menantang. "Tidak perlu, biar saya tanya langsung ke ibu kami." Tanpa bertanya, sebenamya aku tahu apa alasan ibu pergi ketempat seperti itu.
Tanpa pikir panjang, kakakku langsung menghampiri ibu yang sedang melaksanakan salat, belum sempat melepas mukena, dengan wajah berapi-api kakak menghampiri ibu.
"Apa benar yang dikatakan Mbok Giyem,Bu?" "Benar Ko, ibu memang pergi ke dukun, ibu minta maaf, ibu benar- benar khilaf, ibu janji tidak akan mengulangi lagi!" Melihat keributan di rumah, kuhampiri ruang sumber suara. Kudapati kakak dan ibuku saling berpelukan "Maafkan ibu, anakku, dalam kemiskinan seharusnya ibu lebih mendekatkan diri kepada Allah/' Aku pun larut dalam suasana haru dan membahagiakan, terima kasih Allah atas karuniamu kembali kami saling berpelukan dan memanggilnya: Ibu!.
Seragam
AK Basuki
Malam itu saya belajar bersamanya. Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis. Di atas amben, ayahnya santai minum kopi. Ibunya, seorang perempuan yang banyak tertawa, berada di sudut sembari bekerja memilin sabut-sabut kelapa menjadi tambang. Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati. Itu yang membuat perasaan saya semakin dekat dengan kesahajaan hidup keluarganya.
Selesai belajar, dia menyuruh saya pulang karena hendak pergi mencari jangkrik. Saya langsung menyatakan ingin ikut, tapi dia keberatan. Ayah dan ibunya pun melarang. Sering memang saya mendengar anak-anak beramai- ramai berangkat ke sawah selepas isya untuk mencari jangkrik. Jangkrik-jangkrik yang diperoleh nantinya dapat dijual atau hanya sebagai koleksi, ditempatkan di sebuah kotak, lalu sesekali digelitik dengan lidi atau sehelai ijuk agar berderik lantang. Dari apa yang saya dengar itu, proses mencarinya sangat mengasyikkan. Sayang, Ayah tidak pernah membolehkan saya. Tapi malam itu toh saya nekat dan sahabat saya itu akhirnya tidak kuasa menolak.
“Tidak ganti baju?” tanya saya heran begitu dia langsung memimpin untuk berangkat. Itu hari Jumat. Seragam coklat Pramuka yang dikenakannya sejak pagi masih akan terpakai untuk bersekolah sehari lagi. Saya tahu, dia memang tidak memiliki banyak pakaian hingga seragam sekolah biasa dipakai kapan saja. Tapi memakainya untuk pergi ke sawah mencari jangkrik, rasanya sangat-sangat tidak elok. “Tanggung,” jawabnya.
Sambil menggerutu tidak senang, saya mengambil alih obor dari tangannya. Kami lalu berjalan sepanjang galengan besar di areal persawahan beberapa puluh meter setelah melewati kebun dan kolam gurami di belakang rumahnya. Di kejauhan, terlihat beberapa titik cahaya obor milik para pencari jangkrik selain kami. Rasa hati jadi tenang. Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh. Saya merasa tidak akan berani berada di sana sendirian.
Kami turun menyusuri petak-petak sawah hingga jauh ke barat. Hanya dalam beberapa menit, dua ekor jangkrik telah didapat dan dimasukkan ke dalam bumbung yang terikat tali rafia di pinggang sahabat saya itu. Saya mengikuti dengan antusias, tapi sendal jepit menyulitkan saya karena tanah kering membuatnya berkali-kali terlepas, tersangkut, atau bahkan terjepit masuk di antara retakan-retakannya. Tunggak batang-batang padi yang tersisa pun bisa menelusup dan menyakiti telapak kaki. Tapi melihat dia tenang-tenang saja walaupun tak memakai alas kaki, saya tak mengeluh karena gengsi.
Rasanya belum terlalu lama kami berada di sana dan bumbung baru terisi beberapa ekor jangkrik ketika tiba- tiba angin berubah perangai. Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah membakar punggung saya!
“Berguling! Berguling!” terdengar teriakannya sembari melepaskan seragam coklatnya untuk dipakai menyabet punggung saya. Saya menurut dalam kepanikan. Tidak saya rasakan kerasnya tanah persawahan atau tunggak- tunggak batang padi yang menusuk-nusuk tubuh dan wajah saat bergulingan. Pikiran saya hanya terfokus pada api dan tak sempat untuk berpikir bahwa saat itu saya akan bisa mendapat luka yang lebih banyak karena gerakan itu.
Sulit dilukiskan rasa takut yang saya rasakan. Malam yang saya pikir akan menyenangkan justru berubah menjadi teror yang mencekam!.
Ketika akhirnya api padam, saya rasakan pedih yang luar biasa menjalar dari punggung hingga ke leher. Baju yang saya kenakan habis sepertiganya, sementara sebagian kainnya yang gosong menyatu dengan kulit. Sahabat saya itu tanggap melingkupi tubuh saya dengan seragam coklatnya melihat saya mulai menangis dan menggigil antara kesakitan dan kedinginan. Lalu dengan suara bergetar, dia mencoba membuat isyarat dengan mulutnya.
Sayang, tidak ada seorang pun yang mendekat dan dia sendiri kemudian mengakui bahwa kami telah terlalu jauh berjalan. Sadar saya membutuhkan pertolongan secepatnya, dia menggendong saya di atas punggungnya lalu berlari sembari membujuk-bujuk saya untuk tetap tenang. Napasnya memburu kelelahan, tapi rasa tanggung jawab yang besar seperti memberinya kekuatan berlipat.
Saya langsung dilarikan ke puskesmas kecamatan. Seragam coklat Pramuka yang melingkupi tubuh saya disingkirkan entah ke mana oleh mantri. Tidak pernah terlintas di pikiran saya untuk meminta kepada Ayah agar menggantinya setelah itu. Dari yang saya dengar selama hampir sebulan tidak masuk sekolah, beberapa kali dia terpaksa membolos di hari Jumat dan Sabtu karena belum mampu membeli gantinya.
“Salahmu sendiri, tidak minta ganti,” kata saya setelah saya sembuh. “Mengajakmu saja sudah sebuah kesalahan. Aku takut ayahmu marah nantinya. Ayahku tidak mau mempermasalahkan seragam itu. Dia lebih memilih membelikan yang baru walaupun harus menunggu beberapa minggu.” Kami tertawa. Tertawa dan tertawa. Seakan- akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami.
Dikutip dari Kompas, 12 Agustus 2012 dengan pengubahan seperlunya.
***
B. KETERAMPILAN
Bentuk Instrumen : Tes Tertulis
Topik : Menulis teks cerpen dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan Kompetensi Dasar : 4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerpen dengan
memperhatikan struktur dan kebahasaan.
Indikator :
4.6.1 Merancang kerangka pengalaman dan gagasan yang akan diungkap dalam bentuk cerita pendek.
4.6.2 Menyusun teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kebahasaan.
Langkah-langkah kegiatan
1. Pilihlah gambar-gambar berseri di bawah ini!
2. Rancanglah kerangka teks cerpen berdasarkan gambar berseri, tema, dan data pendukung !
3. Perhatikan struktur dan ciri kebahasaannya!
4. Setelah selesai tuliskan teks cerpen berdasarkan kerangka yang telah dibuat!
5. Kumpulkan rancangan teks cerpen yang sudah disusun dalam Assignment!
Pilihlah Gambar di bawah ini Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Lembar Kerja Peserta Didik KD 4.6
Nama : ...
Tanggal : ...
Kelas : ...
Materi Pokok : Teks Cerita Pendek
1.
Deskripsikan kerangka gagasan pokok teks cerpen berdasarkan gambar berseri
Lembar Kerja Peserta Didik KD 4.6
Nama : ...
Tanggal : ...
Kelas : ...
Materi Pokok : Teks Cerita Pendek
2.
Kembangkan kerangka yang sudah ditulis menjadi teks cerpen berdasarkan gambar berseri
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
No Soal
Aspek Bobot Skor Kriteria Penilaian
1 Menentukan
struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek.
1 1-5 5
4
3
2
1
a. Peserta didik dapat menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tepat dan lengkap (orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi).
b. Peserta didik dapat menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan lengkap (orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi) dan cukup tepat.
c. Peserta didik dapat menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan cukup tepat dan cukup lengkap (mengidentifikasi 3 struktur).
d. Peserta didik dapat menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan
kurang tepat dan kurang lengkap
(mengidentifikasi 2 struktur).
e. Peserta didik dapat menentukan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tidak tepat dan tidak lengkap (mengidentifikasi 1 struktur)
2 Menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek
2 1-5 5
4
3
2
1
a. Peserta didik dapat menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tepat dan lengkap (orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi).
b. Peserta didik dapat menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan lengkap (orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi) dan cukup tepat.
c. Peserta didik dapat menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan cukup tepat dan cukup lengkap (menguraikan 3 struktur).
d. Peserta didik dapat menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan kurang tepat dan kurang lengkap (menguraikan 2 struktur).
e. Peserta didik dapat menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tidak tepat dan tidak lengkap (menguraikan 1 struktur)
3 Menyimpulkan
struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek
1 1-5 5
4
3
2
1
a. Peserta didik dapat menyimpulkan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tepat dan sesuai.
b. Peserta didik dapat menyimpulkan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tepat dan cukup sesuai.
c. Peserta didik dapat menyimpulkan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan cukup tepat dan cukup sesuai.
d. Peserta didik dapat menyimpulkan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan kurang tepat dan kurang sesuai.
e. Peserta didik dapat menyimpulkan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tidak tepat dan tidak sesuai.
4 Menanggapi
struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek
1 1-5 5
4
3
a. Peserta didik dapat menanggapi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tepat dan sesuai.
b. Peserta didik dapat menanggapi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tepat dan cukup sesuai.
c. Peserta didik dapat menanggapi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan cukup tepat dan cukup sesuai.
d. Peserta didik dapat menanggapi struktur dan
No Soal
Aspek Bobot Skor Kriteria Penilaian
2
1
kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan kurang tepat dan kurang sesuai.
e. Peserta didik dapat menanggapi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek dengan tidak tepat dan tidak sesuai.
Skor Maksimal 50
Nilai akhir : x 1