• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INDIKATOR KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode

2016-2020)

(Skripsi)

Oleh:

Destria Wulandari

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRAK

PENGARUH INDIKATOR KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI Periode 2016-2020)

Oleh

Destria Wulandari

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh indikator keuangan yang meliputi profitabilitas, likuiditas, kebijakan hutang dan investment opportunity set terhadap nilai perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, didapatkan sebanyak 28 perusahaan dengan 140 observasi dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 21. Hasil pengujian menujukkan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara profitabilitas dan likuiditas tidak berpengeruh terhadap terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, dan Investment Opportunity Set

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FINANCIAL INDICATORS TOWARDS FIRM VALUE (Empirical Study of Manufacturing Companies Listed on the IDX

for the 2016-2020 Period)

By

Destria Wulandari

This study aims to examine the influence of financial indicators including profitability, liquidity, debt policy and investment opportunity set on the firm value.

The data collecting technique was carried out by collecting the financial reports on consumer goods sector manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2016-2020. This study used a purposive sampling technique in which the samples were 28 companies with 140 observations conducted by using the Statistical Package for Social Sciences (SPSS) program version 21. The test results showed that the investment opportunity set had positive and significant effect on firm value, debt policy showed a negative and significant effect on company value, while the profitability and liquidity did not have any effect on the firm value.

Keywords: Firm Value, Profitability, Liquidity, and Investment Opportunity Set

(4)

PENGARUH INDIKATOR KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode

2016-2020)

Oleh

DESTRIA WULANDARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA MANAJEMEN

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2022

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti memiliki nama lengkap Destria Wulandari, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Desember 1998. Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Saitur Rohman dan Ibu Indah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Taman Kanak-kanak (TK) Al-Azhar 18 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004,

2. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010,

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013,

4. Pada tahun 2013 peneliti melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 9 Bandar Lampung. Peneliti menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016,

5. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2016 melalui jalur SNMPTN dengan konsentrasi Manajemen Keuangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis berorganisasi di internal kampus dan diamanahkan menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai Sekretaris Biro Kesekretariatan periode 2018-2019.

(9)

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”

(Q.S Ar-Rad: 11)

“Jangan bersedih atas apa yang telah berlalu kecuali kau tahu itu bisa membuatmu bekerja lebih keras untuk apa yang akan datang.”

(Umar bin Khattab)

“There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure.”

(Paulo Coelho, The Alchemist)

(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya telah terselesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya ini kupersembahkan kepada:

Orang tuaku tercinta, Ibunda Indah (alm)

Om & Ketiga tanteku tersayang,

Din Martin, Lena Asmara, Uswatun Hasana & Rusnaini Teman-teman seperjuangan

serta

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung

(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmaanirrohim,

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Indikator Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2016- 2020)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Strata Satu (S-1) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh peneliti dapat membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Nairobi, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Aripin Ahmad, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Ribhan, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Sri Hasnawati, S.E., M.E., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan, pengalaman, dan semangat untuk peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya pribadi mengucapakan terima kasih atas ilmunya yang sangat bermanfaat.

i

(12)

ii

5. Ibu R.A. Fiska Huzaimah, S.E., M.M., selaku Dosen Pembimbing Pendamping.

Terimakasih untuk kesediaannya memberikan waktu, bimbingan, arahan, masukan, dan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., M.Sc., selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan evaluasi serta saran yang membangun selama proses penyusunan skripsi.

7. Bapak Mirwan Karim, S.E., M.M., selaku Pembimbing Akademik selama masa perkuliahan yang telah memberikan saran dan nasihat selama perkuliahan.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga.

9. Seluruh staff akademik, administrasi, tata usaha, para pegawai, serta staff keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.

10. Orangtuaku; Mama Indah (alm) yang telah melahirkan aku dengan penuh kasih sayang, semoga amal ibadahmu senantiasa diterima disisi Allah SWT dan menjadi penghuni surga yang abadi, Aamiin Ya Rabbal Alamin.

11. Om, Uwo dan kedua Cicikku; Din Martin, Lena Asmara (alm), Uswatun Hasana & Rusnaini untuk segala bentuk dukungan, didikan, dan perjuangannya demi keberhasilanku. Terima kasih sudah merawatku sejak kecil sampai saat ini dengan penuh kasih sayang untuk doa, nasihat, serta motivasi yang tak henti- hentinya selama ini.

12. Sahabat tersayang ORF, Nara, Heni, Ica, Paung, Refina, Eva, Laras, Hanu, Kevin. Terima kasih telah menemani dan mendukungku selama masa perkuliahan, memotivasi, dan pembelajaran selama menulis skripsi. Semoga kalian sukses kedepannya dan kebaikan kalian akan dibalas Allah.

13. Terima kasih teruntuk Robby Tito Dermawan yang tidak lelah memberikan semangat, motivasi, waktu luangnya untuk mendengarkan keluh kesah dalam

(13)

iii

proses penyelesaian skripsi. Semoga apa yang kamu cita-citakan selama ini dapat tercapai.

14. Teman seperjuanganku dalam menyusun skripsi, Moch & Dicky, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan selama penyusunan skripsi ini.

15. Saudara-saudaraku “Osis Smalan Crew”. Bagus, Caesar, Nara, Amey, Gita, Robby, Meilin, Prima, Repsi, Alvita, Lusi, Balkis, Muthiah. Terima kasih sudah menemani masa-masa SMA ku menjadi berwarna. bersama kalian saya belajar arti sebuah keluarga, profesionalitas, dan tanggung jawab. Semoga tercapai segala sesuatu yang kalian inginkan.

16. Teman-temanku Flora, Nara, Pira, Eca, Nicky, Moh, Dicky, Jin, Derry, Anjar, Cui, Juri, Dino, Hendry, dan seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih telah membantu belajar, berbagi canda tawa, dan sukses untuk kalian semua. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT dan kita dapat menjadi orang-orang sukse di kemudian hari.

17. Presidium BEM 18/19. Kak Mauldan, kak Fitria, kak Jaya, kak Nanda, kak Lutfi, kak Puja, kak Hafidz, kak Hana, kak Zelni, kak Erick, kak Bari, kak Indri, kak Momon, Nara, Ncek, Putri. Terima kasih untuk satu tahunnya, bersama kalian saya belajar arti sebuah keluarga, profesionalitas, dan tanggung jawab.

18. Teman-teman KKN Desa Gumuk Mas, Semaka, Tanggamus, Bagus, Nara, Thia, Yuni, Yusri. Terimakasih menjadi bagian dari proses Kuliah Kerja Nyata selama 40 hari, semoga kalian semua akan sukses di kemudian hari.

18. Teman-teman Pengurus GenBI 2019, Arif, kak Santi, kak Tiwi, kak Nadya, kak Anggun, kak Ais, kak Kanti, kak Imelda, kak Alfa, Alda, Ridho, Samuel, Fadiyah, & Novicha. Terima kasih untuk satu tahunnya berproses bersama kalian saya belajar arti sebuah, profesionalitas, dan tanggung jawab.

19. Teman-teman S1 Manajemen Angkatan 2016, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan selama menjalani perkuliahan.

(14)

iv

20. Almamaterku yang kubanggakan, Universitas Lampung

21. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 21 Agustus 2022 Penulis,

Destria Wulandari

(15)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Teori Perusahaan (Theory of the Firm) ... 11

2.1.2 Nilai Perusahaan ... 12

2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 14

2.1.4 Profitabilitas ... 15

2.1.5 Likuiditas ... 18

2.1.6 Kebijakan Hutang ... 20

2.1.7 Investment Opportunity Set (IOS) ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Pemikiran ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 28

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan... 28

2.4.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan... 29

2.4.3 Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan ... 30

2.4.4 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 33

(16)

3.1 Desain Penelitian ... 33

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 35

3.4 Variabel Dependen (Y) ... 35

3.4.1 Nilai Perusahaan ... 35

3.5 Variabel Independen (X) ... 36

3.5.1 Profitabilitas (X1) ... 36

3.5.2 Likuiditas ... 37

3.5.3 Kebijakan Hutang (X3) ... 37

3.5.4 Investment Opportunity Set (IOS) (X4) ... 38

3.6 Jenis dan Sumber Data... 40

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.8 Metode Analisis Data ... 40

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 40

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.8.2.1 Uji Normalitas... 41

3.8.2.2 Uji Heterokedastisitas ... 41

3.8.2.3 Uji Multikolonieritas ... 42

3.8.2.4 Uji Autokorelasi ... 42

3.8.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 43

3.8.4 Uji Hipotesis ... 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.2 Statistik Deskriptif ... 47

4.2.1 Profitabilitas (X1) ... 47

4.2.2 Likuiditas (X2) ... 48

4.2.3 Kebijakan Hutang (X3) ... 48

4.2.4 IOS (X4) ... 49

4.2.5 Nilai Perusahaan ... 49

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 50

4.3.1 Uji Normalitas ... 50

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 52

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas... 53

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 54

4.5 Uji Hipotesis ... 56

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 56

4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T) ... 56

(17)

4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (Uji Statistik R2) ... 59

4.6 Pembahasan ... 59

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Simpulan ... 64

5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(18)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ... 24

2. Kriteria Pemilihan Sampel... 34

3. Daftar Sampel Perusahaan ... 34

4. Ringkasan Definisi Operasional Variabel ... 38

5. Hasil Statistik Deskriptif ... 47

6. Hasil Uji Normalitas ... 51

7. Hasil Uji Multikolinearitas ... 52

8. Hasil Uji Autokorelasi ... 54

9. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 55

10. Hasil Uji Statistik F ... 57

11. Hasil Uji Statistik T... 56

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 28 2. Hasil Uji Normalitas ... 51 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 53 9

(20)

10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran... Halaman 1. Sampel Penelitian Pada Perusahaan Manufaktur Sektor barang Konsumsi

Tahun 2016-2020 ...L-1 2. Data Nilai Perusahaan Profitabilitas, Likuiditas, Kebijakan Hutang,

Dan Ivestment Opportunity Set (IOS) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efekindonesia Tahun 2016-2020 ...L-2 3. Data Perhitungan Nilai Perusahaan...L-9 4. Data Perhitungan Profitabilitas ...L-20 5. Data Perhitungan Likuiditas...L-24 6. Data Perhitungan Kebijakan Hutang...L-28 7. Data Perhitungan Investment Opportunity Set (IOS) ...L-32 8. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...L-38 9.

Hasil Uji Asumsi Klasik...L-39 10.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda ...L-41 11.

Hasil Uji Hipotesis ...L-42

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya perekonomian dunia saat ini dan dibukanya pasar bebas menyebabkan gejolak persaingan bisnis semakin ketat, sehingga setiap perusahaan harus mampu bersaing untuk dapat tumbuh menjadi perusahaan yang lebih baik dan mampu mempertahankan pangsa pasarnya. Perusahaan adalah badan usaha yang merupakan tempat berkumpulnya modal, tenaga kerja, dan sumber daya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan.

Tujuan sebuah perusahaan terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah mendapatkan keuntungan sedangkan tujuan jangka panjang perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat mencapai tujuan jangka panjang yaitu dengan mengoptimalisasikan nilai perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan yang baik dapat membuat para investor percaya bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik untuk prospek di masa yang akan datang. Keberhasilan suatu perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan yang tinggi tentunya akan memberikan harapan kepada pemegang saham untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Kolibu et al., 2020). Parameter yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah Tobin,s Q.

Tobin’s Q merupakan salah satu rasio yang paling rasional dan rasio ini dinilai mampu memberikan informasi tentang nilai pasar suatu perusahaan yang baik karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan dengan cara membandingkan nilai pasar saham yang beredar suatu perusahaan

(22)

2

dengan nilai buku ekuitas. Selain itu, Tobin’s Q juga memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Harga saham yang digunakan merupakan harga saat penutupan (closing price) sehingga memungkinkan terjadinya fluktuasi harga pasar dan akan berdampak pada nilai perusahaan.

(Marthadiani & Astika, 2019).

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjual produknya mulai dari proses produksi yaitu dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan baku hingga menjadi barang jadi. Meskipun pertumbuhan industri manufaktur tidak terus menerus meningkat, tetapi industri manufaktur tetap mengalami pertumbuhan dan tidak mengalami penurunan. Perusahaan industri manufaktur terbagi lagi dalam tiga sektor yang masing-masing memberikan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketiga sektor tersebut adalah industri barang dan konsumsi, aneka industri, industri dasar dan kimia. Salah satu yang paling menonjol dalam mendorong pertumbuhan ekonomi industri di Indonesia adalah sektor industri barang dan konsumsi. Dalam perusahaan manufaktur industri barang konsumsi khususnya subsektor makanan dan minuman yang merupakan penopang perekonomian nasional di tengah ketidakpastian perekonomian dunia karena sektor ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri barang konsumsi terdiri dari 35 perusahaan yang terdiri dari 5 sub sektor seperti makanan & minuman, rokok, obat-obatan, kosmetik, dan peralatan rumah tangga. Industri barang konsumsi merupakan industri besar yang banyak menyerap tenaga kerja dan dana besar sehingga untuk memenuhi dana tersebut perusahaan akan membutuhkan dana dari investor.

Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian menyatakan bahwa peran sektor makanan dan minuman memiliki kontribusi yang konsisten dan signifikan terhadap produk domestik bruto industri non-minyak dan gas serta peningkatan realisasi investasi. Kementrian Perindustrian mencatat sumbangan industri makanan dan minuman terhadap produk domestik bruto nonmigas mencapai 34,95% pada triwulan ketiga 2017. Hasil itu menjadikan sektor makanan dan minuman menjadi kontributor terbesar dibanding subsektor lain. Selain itu, pencapaian tersebut

(23)

3

mengalami kenaikan 4% dibanding periode yang sama pada 2016. Sedangkan kontribusinya pada triwulan ketiga 2017 sebesar 6,21% atau naik 3,85% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penelitian ini akan meneliti perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dengan harapan dapat memberikan informasi yang lebih baik bagi calon investor yang ingin berinvestasi. Selain itu, penelitian ini menggunakan sektor industri barang konsumsi dikarenakan sifatnya yang menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan masyarakat sehingga pertumbuhan sektor ini dapat dikatakan terus meningkat terutama pada industri makanan dan minuman yang dapat bertahan dari perlambatan ekonomi, sektor barang konsumsi di Indonesia masih tetap kuat pada tingkat pertumbuhan konsumsi publik walaupun terjadi perlambatan ekonomi, yakni sebesar 5,6 persen pada kuartal I/2014 menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

Saham industri barang konsumsi juga memiliki prospek pertumbuhan perusahaan yang cukup baik disebabkan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai angka 268 juta lebih sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengusaha lokal maupun asing untuk masuk dan berinvestasi di perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan memberikan kontribusi berupa perolehan tingkat laba yang cukup signifikan terhadap perkembangan pasar modal Indonesia. Pertumbuhan industri makanan dan minuman mengalami kenaikan yang signifikan menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman ini tidak hanya menunjukkan prospek yang baik, tetapi ini juga menjadi indikasi bahwa persaingan antar produk makanan dan minuman ini sangatlah ketat. Hal ini membuat para produsen produk makanan dan minuman dituntut untuk dapat mengembangkan dan menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat mempertahankan pasar yang sudah dimiliki dan memenangkan persaingan. Pertumbuhan industri manufaktur ini juga sejalan dengan perkembangan investasi pada sektor industri manufaktur. Apabila pertumbuhan manufaktur meningkat, maka para investor akan tertarik untuk berinvestasi dengan harapan mendapatkan return yang lebih baik.

Bagi perusahaan yang belum go-public nilai perusahaan merupakan sejumlah biaya yang bersedia dikeluarkan oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual,

(24)

4

sedangkan bagi perusahaan yang sudah go-public nilai perusahaan dapat dilihat dari besarnya nilai saham yang ada di pasar modal. Nilai saham sendiri didefinisikan dengan jumlah lembar saham yang dikalikan nilai pasar perlembar saham ditambah nilai hutang, dengan asumsi jika nilai hutang konstan maka secara langsung peningkatan nilai saham akan meningkatkan nilai perusahaan (Husnan, 2013).

Adapun indikator keuangan yang menjadi faktor untuk menentukan nilai perusahaan antara lain profitabilitas, likuiditas, kebijakan hutang, dan investment opportunity set (IOS). Terdapat 4 indikator keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba, dalam kaitannya dengan investasi (Horne & Wachowicz, 2012)

2. Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut (Horne & Wachowicz, 2012).

3. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal perusahaan. Kebijakan ini menggambarkan hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan (Palupi & Hendiarto, 2018).

4. Investment Opportunity Set (IOS)

Menurut Myers (1977) dan Hasnawati (2005), Investment Opportunity Set (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value (NPV) positif yang akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Rasio profitabilitas merupakan salah satu aspek keuangan di dalam perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dewasa ini banyak pimpinan mendasarkan kinerja perusahaan yang dipimpinnya pada financial performance.

(25)

5

Paradigma yang dianut perusahaan tersebut adalah profit oriented. Perusahaan yang dapat memperoleh laba besar dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja keuangan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil, maka dapat dikatakan perusahaan kurang berhasil atau kinerja yang kurang baik. Hal ini dikarenakan profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan.

Menurut Novarianto & Dwimulyani (2019), profitabilitas merupakan suatu ukuran dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan dan investasi perusahaan. Apabila hasil profitabilitas perusahaan tinggi maka para stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier, dan investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan.

Kinerja keuangan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan. Adapun penelitian terdahulu yang menghubungkan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Lubis et al. (2017), menjelaskan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Amijaya et al. (2014), Martha et al. (2018), (Novarianto & Dwimulyani, 2019), menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan (Ukhriyawati & Malia, 2018), yang menunjukkan tidak adanya pengaruh antara profitabilitas dengan nilai perusahaan.

Likuiditas merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang mana dapat meningkatkan nilai perusahaan karena nilai hutang yang sedikit namun nilai likuiditas yang tinggi juga menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur yang pada akhirnya mengurangi kemampuan laba perusahaan.

Likuiditas merupakan ukuran kinerja perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dilunasi yaitu kewajiban keuangan yang jatuh temponya sampai dengan 1 tahun ( Hor ne & W ac ho w icz , 201 2 ) . Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka semakin baik posisi perusahaan di mata kreditur karena perusahaan dianggap dapat membayar kewajibannya kepada kreditur pada tepat waktu, tetapi hal ini

(26)

6

mengakibatkan dana atau keuangan yang menganggur sehingga tidak memaksimalkan pinjaman dana yang diperoleh untuk meningkatkan keuntungan dari sebelumnya.

Salah satu rasio yang sering digunakan dalam menghitung tingkat likuiditas yaitu rasio lancar (curent ratio). Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar nya dan rasio ini digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjuk kan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan akan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Hal ini didukung oleh penelitian Amijaya et al. (2014), Lubis et al. (2017), Yanti dan Darmayanti (2019), yang menemukan adanya pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan. Namun, berbeda halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Sukoco, (2013), Awulle et al. (2018), tidak menunjukkan adanya pengaruh antara likuiditas terhadap nilai perusahaan.

Manajemen keuangan berperan penting demi meningkatnya nilai perusahaan, manajer perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengalokasikan modal perusahaan demi meningkatkan kinerja perusahaan. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi antara modal internal dan modal eksternal. Salah satu modal eksternal yang diperoleh perusahaan yaitu kebijakan penggunaan hutang. Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan.

Penggunaan hutang dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun dalam kasus lain penggunaan hutang dapat berakibat buruk terhadap nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya. Pemilik saham lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada angka tertentu, namun dengan catatan bahwa manajer dan komisaris perusahaan juga ikut serta dalam kepemilikan saham perusahaan tersebut. Dalam artian bahwa ketika suatu perusahaan menciptakan hutang pada angka tertentu

(27)

7

maka manajer dan komisaris mempunyai tanggung jawab yang lebih karena mereka juga merupakan anggota pemegang saham.

Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk mendanai operasi dengan menggunakan hutang keuangan atau biasa disebut financial leverage. Berdasarkan pecking order theory yang menjelaskan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Myers, 1984). Pada Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal lebih di dahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal.

Penggunaan sumber dana dari eksternal dilakukan apabila sumber dana internal tidak mencukupi. Sehingga semakin kecil nilai Long term Debt to Equity Ratio (LDER) akan berpengaruh pada nilai perusahaan. Berdasarkan Pecking order theory semakin kecil proporsi hutang, menunjukkan perusahaan mengoptimalkan dana internal untuk mengurani risiko dari penggunaan hutang yang berlebihan.

Hal ini didukung oleh penelitian Cheng et al. (2014), serta Darmanto & Ardiansari (2017), yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan Hutang dengan nilai perusahaan. Berbeda halnya pada peneltian yang dilakukan oleh Diani (2017), Bagus et al. (2016), Palupi & Hendiarto (2018) yang menemukan tidak ada pengaruh antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Artinya, perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dari modal sendiri ataupun perusahaan yang menggunakan hutang lebih kecil dari modal sendiri tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan dan peningkatan nilai perusahaan merupakan hal yang paling diharapkan dari perusahaan dan para stakeholder. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi. Hal ini disebabkan set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) dari suatu perusahaan mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor, dan kreditur terhadap perusahaan. IOS sendiri merupakan keputusan investasi yang melakukan kombinasi antara aktiva yang

(28)

8

dimiliki (assets in place) dengan pilihan atau opsi investasi di masa yang akan datang, dimana pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Myers (1977) dan Hasnawati (2005), memperkenalkan set peluang investasi (Investment Opportunity Set) dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan.

Menurutnya, Investment Opportunity Set (IOS) memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset place) dan pilihan di masa yang akan datang dengan net present value positif. IOS dari suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi cara pandang manajer, kreditur, dan investor terhadap perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Sudiani & Darmayanti (2016), Nisa (2016) dan Nur’aini, (2017), yang menjelaskan bahwa IOS berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian berbeda diperoleh Kolibu et al. (2020) bahwa tidak ada pengaruh antara IOS terhadap nilai perusahaan.

Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang membahas pengaruh variabel indikator keuangan yaitu profitabilitas, likuiditas, kebijakan hutang, dan investment opportunity set (IOS) terhadap nilai perusahaan yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan terdapat perbedaan simpulan. Berdasarkan latar belakang, dan gap research yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini meneliti lebih dalam tentang indikator keuangan yang meliputi, Profitabilitas, Likuiditas, Kebijakan Hutang dan Investment Opportunity Set (IOS). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Industri barang konsumsi ini terdiri dari lima sub sektor, yaitu makanan dan minuman, farmasi, rokok, kosmetik, dan barang keperluan rumah tangga serta peralatan rumah tangga.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada jumlah variabel, sampel, dan periode pengamatan. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti faktor–faktor yang masih belum konsisten dari penelitian–penelitian sebelumnya karena masih terdapat perbedaan lain antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada variabel independen yang digunakan. Pada

(29)

9

penelitian ini menggunakan empat variabel proksi independen yaitu variabel profitabilitas yang dalam penelitian ini diwakili oleh proksi return on equity (ROE).

Variabel likuiditas dalam penelitian ini diwakili oleh proksi current ratio (CR).

Kebijakan Hutang yang diwakili oleh proksi long term debt to equity ratio (LDER) dan variabel investment opportunity set (IOS) yang diwakili oleh proksi market to book value of equity (MBVE).

Periode pengamatan yang peneliti lakukan yaitu lima tahun dari tahun 2016 – 2020 dengan sampel perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut–turut dalam periode pengamatan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH INDIKATOR KEUANGAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka pernyataan penelitian ini yaitu bagaimana indikator keuangan berdasarkan variabel independen profitabilitas, likuiditas, kebijakan hutang, investment opportunity set (IOS) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Beberapa pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan?

2. Apakah likuiditas mempengaruhi nilai perusahaan?

3. Apakah kebijakan hutang mempengaruhi nilai perusahaan?

4. Apakah investment opportunity set (IOS) mempengaruhi nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris yakni:

1. Untuk menguji apakah profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Untuk menguji apakah likuiditas mempengaruhi nilai perusahaan.

3. Untuk menguji apakah kebijakan hutang mempengaruhi nilai perusahaan.

(30)

10

4. Untuk menguji apakah investment opportunity set (IOS) mempengatuhi nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya:

1. Bagi Mahasiswa Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kalangan mahasiswa dan akademis dalam mengetahui indikator apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada manajer tentang indikator apa sajakah yang patut untuk dipertimbangkan dalam menentukan nilai perusahaan.

3. Bagi Investor

Manfaat bagi investor yaitu sebagai sumber informasi tentang indikator keuangan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Perusahaan (Theory of the Firm)

Perusahaan adalah organisasi yang mengkombinasi dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dalam memproduksi barang dan jasa untuk dijual. Dalam theory of the firm, disebutkan bahwa tujuan jangka pendek perusahaan adalah mendapatkan keuntungan dan tujuan jangka panjang perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Secara khusus, tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham dengan memaksimumkan nilai perusahaan yang dilihat dari harga sahamnya. Nilai perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan dijual (Husnan, 2014). Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut adalah dengan cara menjalankan fungsi-fungsi manajemen keuangan.

Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencairan dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan juga memiliki fungsi yang antara lain adalah:

1. Menetapkan Pengalokasian Dana (Investment Decision) adalah keputusan yang diambil manajer keuangan dalam pengalokasian dana dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan dana dimasa yang akan datang.

2. Memutuskan Alternatif Pendanaan (Financial Decision) adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan.

(32)

12

3. Kebijakan Dalam Pembagian Deviden (Devidend Decision) adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan.

Fungsi-fungsi manajemen keuangan tersebut tercermin dalam laporan keuangan yang menjadi tolak ukur indikator keuangan pada penelitian ini. Adapun indikator keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Profitabilitas, merupakan faktor yang dapat memperngaruhi nilai perusahaan.

Jika manajemen mampu mengelola perusahaan dengan baik, maka para kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan.

2. Likuiditas, faktor yang dapat digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Apabila suatu likuiditas perusahaan rendah, hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran perusahaan untuk tidak dapat menutupi kewajiban jangka pendek.

3. Kebijakan hutang, yang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan perusahaan.

4. Investment Opportunity Set (IOS), nilai perusahaan dapat diperoleh melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan harus dapat memanfaatkan kesempatan investasi dengan tepat agar dana yang dikeluarkan bisa menghasilkan laba yang tinggi di masa yang akan datang.

Dengan meningkatnya nilai perusahaan, hal ini dapat memakmurkan pemegang saham sehingga akan berpengaruh untuk prospek perusahaan di masa yang akan datang.

2.1.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten yang bersangkutan (Hasibuan & Ar, 2016). Nilai perusahaan juga dapat diartikan sebagai nilai yang dipasarkan. Husnan (2014)

(33)

13

menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Ketika suatu perusahaan telah terbuka atau telah menawarkan saham ke publik maka nilai perusahaan diartikan sebagai persepsi seorang investor terhadap perusahaan itu sendiri. Investor dapat mempergunakan nilai perusahaan sebagai dasar untuk melihat kinerja perusahaan pada periode mendatang, dimana nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham. Investor akan memperoleh keuntungan apabila harga saham perusahaan tinggi. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang.

Ada beberapa model untuk mengukur nilai pasar perusahaan, menurut Harmono (2017) indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan:

1. PBV (Price Book Value).

Price Book Value merupakan salah satu yang dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli.

2. PER (Price Earning Ratio)

Price Earning Ratio adalah harga perlembar saham, indikator ini secara praktis telah dipublikasikan dalam laporan laba rugi bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai harga saham kelipatan earnings.

3. EPS (Earning Per Share)

Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.

4. Tobin’s Q

Analisis Tobin’s Q juga dikenal dengan rasio Tobin’s Q. Rasio ini merupakan

(34)

14

konsep yang berharga karena menunjukkan estimas pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi di masa depan.

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satu aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik dalam mengetahui nilai perusahaan, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Marthadiani & Astika, 2019).

2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal pertama kali dikemukakan oleh Spence yang melakukan penelitian dengan judul Job Market Signaling pada tahun 1973. Spence (1973) menyatakan bahwa informasi asimetris terjadi pada pasar ketenagakerjaan. Oleh karena itu, Spence membuat suatu kriteria sinyal guna untuk menambah kekuatan pada pengambilan keputusan. Brigham & Houston (2013) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut. Signalling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh Ros pada tahun 1997, menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang mengenai prospek bisnis perusahaan.

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat

(35)

15

diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi (Jogiyanto, 2013).

Asumsi dari signaling theory adalah para manajer perusahaan memiliki informasi yang lebih akurat mengenai perusahaan yang tidak diketahui oleh pihak luar (investor). Hal ini akan mengakibatkan suatu asimetri informasi antara pihak-pihak yang berkepentingan (Jogiyanto, 2013). Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi privat yang hanya dimiliki investor-investor yang hanya mendapat informasi saja (Jogiyanto, 2013). Munculnya asimetri informasi menyulitkan investor dalam menilai kualitas perusahaan secara obyektif. Informasi yang dipublikasikan akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan, pelaku pasar (investor) terlebih dahulu menginterprestasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik atau sinyal buruk. Jika pengumuman tersebut mengandung sinyal baik, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2013). Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau signal buruk (bad news).

Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Hubungan signaling theory dengan nilai perusahaan yaitu nilai perusahaan yang baik dapat menjadi sinyal positif dan sebaliknya nilai perusahaan yang buruk dapat menjadi sinyal negatif. Hal ini disebabkan karena motivasi investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan, sehingga perusahaan yang bernilai tidak baik cenderung akan dihindari investor. Dengan kata lain investor tidak akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang bernilai tidak baik.

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

(36)

16

keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah manajemen telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, manajemen dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode.

Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen periode ke depan.

Kegagalan ini harus diselidiki di mana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang.

Profitabilitas merupakan faktor yang dapat memperngaruhi nilai perusahaan. Jika manajemen mampu mengelola perusahaan dengan baik, maka para kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilitas sangat penting bagi perusahaan karena tujuan utama perusahaan menghasilkan keuntungan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya, sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut (Hermuningsih, 2012).

Menurut (Hery, 2017) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan dalam menilai tingkat profitabilitas, di antaranya:

1. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets)

Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam

(37)

17

menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset.

2. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas.

3. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Yang dimaksud dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta potongan penjualan.

4. Marjin Laba Operasional (Operating Profit Margin)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Beban operasional disini terdiri atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi.

5. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan di sini adalah laba operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain.

(38)

18

Pada penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROE (Return On Equity). ROE adalah perbandingan antara laba bersih dengan total modal yang tertanam dalam perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan membuat profitabilitas perusahaan tinggi. Semakin tinggi nilai ROE maka kinerja perusahaan semakin baik dan akan memberikan sinyal positif bagi investor. Hal tersebut dapat memberi daya tarik bagi para investor untuk memiliki saham perusahaan dan akan meningkatkan harga saham sehingga nilai perusahaannya pun meningkat (Amijaya et al. (2016).

2.1.5 Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut (Horne & Wachowicz, 2012).

Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.

Likuiditas sangat penting bagi suatu perusahaan karena likuiditas dapat menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi. Likuiditas sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Apabila suatu likuiditas perusahaan rendah, hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran perusahaan untuk tidak dapat menutupi kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian indikator keuangan yaitu likuiditas peneliti menggunakan pengukuran rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Rasio ini menunjukan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham dan Houston, 2013).

Jenis-jenis rasio likuiditas adalah sebagai berikut:

1. Rasio Lancar (current ratio)

(39)

19

Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar.

2. Rasio Cepat (quick ratio)

Rasio cepat merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang sejak jatuh tempo dengan menggunakan aset sangat lancar. Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory).

3. Rasio Kas (cash ratio)

Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek.

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang ada.

Pada penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Rasio lancar diperoleh dengan membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Aset lancar adalah kas dan aset lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama. Sedangkan pengertian kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aset lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling

(40)

20

lama. Semakin besar perbandingan aset lancar dengan kewajiban lancar, maka semkain tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban lancar (Hery, 2017).

2.1.6 Kebijakan Hutang

Hutang adalah salah satu sumber pembiayanaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya (Septariani, 2017). Perusahaan mampu memperoleh keuntungan penggunaan hutang berupa pengurangan pajak penghasilan karena adannya beban bunga yang dibayarkan perusahaan. Meskipun penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan berupa pengurangan pajak penghasilan, namun hal tersebut perlu dipertimbangkan mengingat bahwa penggunaan hutang yang berlebihan juga dapat memperbesar risiko kebangkrutan yang mungkin akan dialami perusahaan, sehingga akan berpengaruh pada menurunnya nilai perusahaan. Pengertian hutang menurut Munawir (2004) adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Kebijakan hutang merupakan hal yang penting untuk mencapai struktur modal yang sesuai, untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan untuk menghadapi lingkungan kompetitifnya (Vieira, 2018)

Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal perusahaan. Kebijakan ini menggambarkan hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan (Palupi

& Hendiarto, 2018). Semakin tinggi level hutang perusahaan, maka kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan perusahaan juga semakin tinggi. Dengan begitu, semakin rendah tingkat hutang perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio leverage dalam mengukur variable kebijakan hutang.

Leverage merupakan rasio yang memproyeksikan keadaan hutang dalam keuangan perusahaan.

Menurut Hanafi (2016), ada beberapa rasio hutang, diantaranya adalah:

(41)

21

1. Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)

2. Rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio)

3. Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt to equity ratio)

Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan long term debt to equity ratio (LDER), karena LDER merupakan rasio yang berhubungan langsung dengan struktur modal perusahaan dan rasio ini dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban jangka panjangnya. Apabila rasio ini semakin tinggi artinya penggunaan proporsi hutang oleh perusahaan juga semakin tinggi dan modal sendiri proporsinya semakin sedikit menjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah mencerminkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban. Jadi, jika LDER meningkat menunjukkan kinerja perusahaan semakin memburuk. LDER yang tinggi menujukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur meningkat, apabila perusahaan memperoleh laba maka akan diserap untuk melunasi hutang dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin kecil yang berakibat investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan akan turun (Yuniati et al., 2016).

Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal (Myers, 1984). Esensi teori ini adalah adanya dua jenis modal external financing dan internal financing. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable umumnya menggunakan utang dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu; (1) dana internal tidak mencukupi, dan (2) utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Maka dari itu, teori pecking order ini membuat hirarkhi sumber dana, yaitu dari internal (laba ditahan), dan eksternal (utang dan saham). Ada juga pendapat dari Myers (1984) bahwa pemilihan sumber eksternal disebabkan karena

(42)

22

adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Asimerti informasi terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemegang saham.

Pada pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan.

Penggunaan dana internal lebih di dahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Penggunaan sumber dana dari eksternal dilakukan apabila sumber dana internal tidak mencukupi. Berdasarkan Pecking order theory semakin kecil proporsi hutang, menunjukkan perusahaan mengoptimalkan dana internal untuk mengurani risiko dari penggunaan hutang yang berlebihan.

2.1.7 Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan set kesempatan investasi yang dimiliki suatu perusahaan di masa yang akan datang. Hasnawati (2005) menyimpulkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini maupun di masa yang akan datang dengan nilai/return/prospek sebagai hasil dari keputusan investasi untuk menghasilkan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diperoleh melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan harus dapat memanfaatkan kesempatan investasi dengan tepat agar dana yang dikeluarkan bisa menghasilkan laba yang tinggi di masa yang akan datang. Perusahaan dianggap mengalami pertumbuhan yang baik apabila nilai pasar lebih besar daripada nilai bukunya. Hal tersebut dapat terlihat pada rasio MVE/BVE, apabila rasio ini tinggi artinya perusahaan memiliki pertumbuhan ekuitas yang besar. Pertumbuhan ekuitas yang besar dapat mendukung perusahaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan investasi.

Kallapur dan Trombey dalam Argamaya dan Alifa (2014) menggolongkan proksi IOS menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Proksi IOS berbasis harga

(43)

23

Proksi ini menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Rasio-rasio yang berkaitan dengan proksi berbasis harga, antara lain:

a. Market to Book Value of Asset (MBVA) b. Market to Book Value of Equity (MBVE) c. Earning to Price Ratio

d. Firm Value to Book Value Property, Plant and Equipment (VPPE) 2. Proksi IOS berbasis investasi

Proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Rasio yang berkaitan dengan proksi berbasis investasi, antara lain:

a. Capital Expenditure to Book Value Asset (CAPBVA) b. Capital Expenditure to Market Value of Asset (CAPMVA) c. Investment Asset to Net Sales

3. Proksi IOS berbasis varian

Proksi ini mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas retun yang mendasari peningkatan aktiva. Rasio yang berkaitan dengan proksi berbasis varian, antara lain:

a. Variance of Total Return (VARRET) b. Market Model Beta

Penelitian ini menggunakan proksi IOS berbasis harga dengan rasio Market to Book Value of Equity (MBVE). Proksi ini adalah yang paling valid digunakan oleh peneliti bidang keuangan, serta proksi ini memiliki korelasi yang tinggi dalam pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang (Sumarni et al, 2014)

(44)

24

Apabila dilihat dari teori sinyal, terjadinya pengeluaran untuk invesitasi oleh perusahaan akan memberikan sinyal yang positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham yang merupakan indikator nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh persepsi dari para pelaku pasar modal yang melihat bahwa adanya pengeluaran untuk investasi yang berarti menunjukkan keseriusan manajemen dalam mengembangkan perusahaan.

Nilai IOS yang tinggi membuat perusahaan memiliki kesempatan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan. Meningkatnya pertumbuhan penjualan mengakibatkan laba perusahaan semakin meningkat sehingga akan menjadi informasi yang baik untuk pasar ataupun para investor dalam melakukan keputusan investasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

TABEL 1. PENELITIAN TERDAHULU

No

Nama Peneliti dan

Tahun Penelitian

Variabel Penelitian

Objek Penelitian

Alat

Analisis Hasil Penelitian

1. Yanti dan Darmayanti (2019)

Variabel Dependen (Y):

Nilai Perusahan

Variabel

Independen (X):

- Profitabilitas - Ukuran perusahaan - Struktur Modal - Likuiditas

Perusahaan sektor makanan

dan minuman di BEI periode 2014-2017

Metode Regresi Linear Berganda

Berdasarkan variabel tersebut semua variabel independen dalam penelitian ini yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur modal, dan likuiditas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Nur’aini (2019)

Variabel Dependen (Y):

Nilai Perusahan Variabel

Independen (X):

- Struktur Modal - Profitabilitas - Ukuran Perusahaan - Investment

Opportunity Set

Perusahaan food and beverage di BEI periode 2013-2017

Metode Penelitian

Kausal (causal- comparati

ve research)

Berdasarkan penelitian pada variabel perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Namun, pada variabel

independen struktur modal dan

investment opportunity set

Referensi

Dokumen terkait

setelah pemberian jus semangka rata-rata tekanan darah sistolik menjadi. 166,24 mmHg, sedangkan untuk tekanan darah diastolik rata-rata

Karena current ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya (Brigham dan Houston,

Hasil yang didapat juga adanya beberapa karakter yang menonjol di cerita sejarah perang Makassar, yaitu Sultan Hasanudin, Aru Palakka dan Cornelis Janzoon Spellman

Sebagai penelitian antropologi, maka perspektif struktural fungsional tetap saja berada dalam kawasan kajian budaya dalam kaitannya dengan struktur dan sistem

Untuk menguji kemampuan memecahkan masalah dan sikap percaya diri pada materi perkalian kelas III SDN Ngadirejo 01 yang menggunakan pendekatan RME dengan media prezi lebih

Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan

Metode WIMV adalah salah satu metode analisis tekstur bahan yang diperoleh dengan teknik difraksi neutron atau difraksi sinar-X.. Hasil analisis bahan

Kursus Bahasa dan budaya Melayu mula diperkenalkan di Pusat Pengajian Bahasa, Literasi dan Terjemahan (PPBLT), USM pada tahun 2002. Peserta sulung yang diterima