ANALISIS KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PABRIK TEPUNG KELAPA (PT. TRI JAYA TANGGUH) KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO
Sri Haryati Ismail1) , Reni Hiola2), Sri Manovita Pateda3)
1. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Sri Haryati Ismail) Email : dydyledy@rocketmail.com
2. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Reni Hiola) Email : renihiola@gmail.com
3. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Sri Manovita Pateda) Email : manovita.pateda@gmail.com
Abstrak
Laporan ILO (2008) menyatakan tiap tahun diperkirakan 1,2 juta jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Angka kecelakaan kerja selama lima tahun terakhir cenderung naik. Di pabrik tepung kelapa terdapat 2 kasus kecelakaan berat. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah keselamatan kerja pada pekerja pabrik tepung kelapa Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keselamatan kerja pada pekerja di pabrik tepung kelapa (PT. Tri Jaya Tangguh) Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Dimana sampel yang diteliti adalah 60 orang pekerja pabrik. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified sampling dimana pengambilan sampel mempunyai susunan bertingkat. Dengan instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan check list.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui karakteristik pekerja lebih banyak pekerja berusia lanjut, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA dan pengetahuan yang masih kurang, sedangkan dari proses kerja dilihat dari mesin dan alat kerja semuanya memenuhi syarat dan juga untuk penggunaan APD tidak semua pekerja menggunakan APD yang lengkap. Jadi karakteristik pekerja, proses kerja maupun penggunaan APD akan mempengaruhi keselamatan kerja. Untuk itu diharapkan kepada pihak industri pabrik untuk melakukan pengawasan tentang keselamatan kerja pada pekerja pabrik.
Kata Kunci : Keselamatan Kerja, Pekerja Pabrik, K3 di Pabrik.
Abstract
The International Labor Organization (ILO) report (2008) stated about 1,2 million workers die in every year, because of the accident and disease work. The accidents numbers during the previous five years tend to go up. In coconut flour factory has to be case of accident. So, the problem statement of this research is how the safety works to the workers in Coconut Flour factory (PT. Tri Jaya Tangguh) sub-district of Tibawa, District of Gorontalo.
This was a descriptive research and the sample were 60 workers in the factory. Technique of sampling used stratified sampling, where the collecting of sample had multilevel composition. The instrument used questionnaire and check list.
The result of the analyzing of the data acquired the characteristics of worker, more workers are on elderly age, men educational level until Senior High School (SMA) and lack of knowledge while the working process from the infrastructure were in good condition, to use the uniform (APD), not all workers had use complete APD. Thereby, worker characteristics, working process, and the use of APD, influenced the safety work. It hopes that the factory needs to do supervision on safety work on factory workers.
Keywords: Safety Work, Factory Workers, K3 in the Factory.
I.
PENDAHULUANIndustri di Indonesia semakin beraneka ragam. Adanya keanekaragaman itu membuat industri harus menambah para tenaga kerja untuk bekerja di industri tersebut. Semakin banyak tenaga kerja di sebuah industri semakin tinggi risiko kecelakaan yang akan terjadi.
Laporan ILO (International Labour Organisation) tahun 2008 menyatakan bahwa tiap tahun diperkirakan 1,2 juta jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan Sungkono (2012) menyatakan angka kecelakaan kerja selama lima tahun terakhir cenderung naik.
Dalam keselamatan kerja, aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menjaga keselamatan di tempat kerja adalah mesin dan peralatan, bahan yang digunakan, keadaan dan kondisi pekerja, cara kerja, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan upaya perlindungan seperti penggunaan APD yang benar agar pekerja selalu dalam keadaan selamat selama melakukan pekerjaan dan juga aspek pelayanan kesehatan di tempat kerja yaitu preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.
Bagian produksi yang disebut juga sebagai pabrik merupakan tempat melakukan proses produksi. Bagian produksi sebagai salah satu tempat diterapkannya penggunaan alat dan mesin, menjadi tempat dengan potensi bahaya yang besar dan risiko pekerjaan yang tinggi.
Pabrik merupakan salah satu tempat melakukan produksi, dimana di dalam pabrik tersebut terdapat para pekerja dan mesin/peralatan yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja.
Oleh karena itu suatu pabrik perlu memperhatikan keselamatan para pekerja agar tidak menimbulkan bahaya bagi pekerja yang dapat merugikan perusahaan.
Pabrik Tepung Kelapa (PT. Tri Jaya Tangguh) merupakan pabrik penghasil tepung kelapa yang berada di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Pabrik tersebut menggunakan bahan baku kelapa. Kelapa tersebut diolah dengan cara manual menggunakan pekerja maupun menggunakan alat dan mesin yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, bahwa pada Pabrik Tepung Kelapa tercatat 2 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat permanen. Pabrik Tepung Kelapa memiliki beberapa proses pengolahan sampai menjadi tepung kelapa yang saling
menunjang berjalannya proses produksi.
Beberapa proses yang dimiliki oleh Pabrik diantaranya, opening (tempat penampungan/sortir kelapa, mengupas batok kelapa dan kulit ari), white meat (sortir akhir), washing (mencuci bagian luar), grinder (menggiling), dryer (pengeringan), meja picker (sortir), packing (pengemasan), penyimpanan bahan jadi tepung kelapa yang semua proses tersebut memiliki potensi risiko yang cukup tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja.
II.
METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis keselamatan kerja pada pekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara langsung di Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Dimana sampel dalam penelitian ini adalah pekerja pabrik tepung kelapa yang berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara Stratified sampling, pengambilan sampel dari populasi yang terdiri dari strata yang mempunyai susunan bertingkat. Data dianalisis secara univariat dengan teknik presentase untuk menganalisis faktor risiko kecelakaan kerja pada pekerja di Pabrik Tepung Kelapa.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian3.1.1 Karakteristik responden (pekerja) 1. Umur pekerja
Tabel 3.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah
n %
< 20 2 3,3
20 – 29 6 10,0
30 – 39 31 51,7
≥ 40 21 35,0
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur terbanyak yaitu pada kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 31 orang dengan presentase sebesar 51,7% dan kelompok umur yang paling sedikit yaitu pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 3,3%.
2. Jenis kelamin
Tabel 3.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Jenis Kelamin Jumlah
n %
Laki – laki 39 65,0
Perempuan 21 35,0
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu laki – laki sebanyak 39 orang dengan presentase sebesar 65% dan yang sedikit yaitu perempuan 21 orang dengan presentase sebesar 35%.
3. Masa kerja
Tabel 3.3 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Masa Kerja (tahun)
Jumlah
N %
< 1 2 3,3
1 – 5 28 46,7
> 5 30 50,0
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa masa kerja yang terbanyak yaitu masa kerja > 5 tahun sebanyak 30 orang dengan presentase sebesar 50% dan yang sedikit yaitu masa kerja < 1 tahun yaitu sebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 3,3%.
4. Tingkat pendidikan
Tabel 3.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa Tingkat
Pendidikan
Jumlah
N %
SD 9 15,0
SMP 24 40,0
SMA 26 43,3
S1 1 1,7
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 26 orang dengan presentase 43,3% dan yang paling sedikit tingkat pendidikan yaitu S1 sebanyak 1 orang dengan presentase 1,7%.
5. Pengetahuan pekerja tentang K3
Tabel 3.5 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang K3 pada pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Pengetahuan K3
Jumlah
n %
Baik 29 48,3
Kurang Baik 31 51,7
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa yang berpengetahuan baik (mempunyai skor 5-10 dari 10 pertanyaan) sebanyak 29 orang dengan presentase 48,3% dan yang berpengetahuan kurang baik (mempunyai skor
<5 dari 10 pertanyaan) sebanyak 31 orang dengan presentase 51,7%.
3.1.2 Penggunaan alat pelindung diri (APD) Tabel 3.6 Distribusi responden berdasarkan
penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Kelengkapan APD
Jumlah
n %
Lengkap 40 66,7
Tidak lengkap 20 33,3
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa yang menggunakan APD lengkap sebanyak 40 orang dengan presentase 66,7%
sedangkan 20 orang dengan presentase 33,3%
tidak menggunakan APD lengkap.
3.1.3 Karakteristik proses kerja (mesin dan alat kerja)
1. Mesin
Tabel 3.7 Distribusi proses kerja berdasarkan mesin kerja yang digunakan Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Mesin Skor
Syarat Memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Opening 8 √ -
Washing 8 √ -
Grinder 8 √ -
Dryer 8 √ -
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.7 dimana keempat proses kerja yaitu Opening (mesin penampungan/sortir), washing (mesin pencuci), grinder (mesin penggiling) dan dryer (mesin pengering) memenuhi syarat dimana masing - masing proses melebihi skor (≥ 5) yang ditentukan yaitu Opening skor 8, washing skor 8, grinder skor 8 dan dryer skor 8.
2. Alat kerja
Tabel 3.8 Distribusi proses kerja berdasarkan alat kerja yang digunakan Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa
Alat
Kerja Skor
Syarat Memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Opening 7 √ -
White
meat 7 √ -
Meja
picker 7 √ -
Packing 7 √ -
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 3.8 dimana keempat proses kerja yaitu Opening (alat pengupas batok), white meat (sortir akhir), meja picker (penyortiran tepung) dan packing (pengemasan) memenuhi syarat dimana masing-masing proses melebihi skor yang ditentukan (≥ 5) yaitu opening skor 7, white meat skor 7, meja picker skor 7 dan packing skor 7.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Karakteristik responden (pekerja) 1. Umur pekerja
Berdasarkan tabel 3.1 kelompok umur terbanyak yaitu pada kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 31 orang dengan presentase sebesar 51,7%. dan paling sedikit yaitu pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 3,3%.
Banyaknya pekerja pada kelompok umur 30-39 tahun ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah sehingga banyak pekerja lebih memilih bekerja di Pabrik Tepung Kelapa daripada melanjutkan pendidikannya. Kebanyakan pekerja berusia lanjut ini lebih cenderung mengalami kecelakaan kerja dibandingkan pekerja berusia muda, ini dikarenakan usia muda lebih gesit atau cepat tanggap dibanding usia lanjut.
Ini dipertegas dalam penelitian Rajagukguk (2009) bahwa ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.
2. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 3.2 jenis kelamin terbanyak yaitu laki – laki sebanyak 39 orang dengan presentase sebesar 65% dan sedikit yaitu perempuan 21 orang dengan presentase sebesar 35%. Pada Pabrik Tepung Kelapa ada beberapa proses membutuhkan tenaga perempuan seperti pada pengupasan kulit ari, tetapi untuk proses lain lebih dominan laki – laki karena proses seperti opening (pengupasan tempurung) dibutuhkan tenaga yang kuat yaitu tenaga laki – laki. Menurut H.W Heinrich sifat pekerjaan juga mempengaruhi keselamatan kerja dimana sifat pekerjaan dapat menentukan apakah pekerjaan tersebut layak untuk dikerjakan oleh laki – laki ataupun perempuan.
3. Masa kerja
Berdasarkan tabel 3.3 masa kerja yang terbanyak yaitu >5 tahun sebanyak 30 orang dengan presentase sebesar 50% dan sedikit yaitu < 1 tahun yaitu sebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 3,3%. Pekerja yang mempunyai masa kerja lebih lama yaitu pengalaman mereka lebih banyak
dibandingkan pekerja yang baru. Pernyataan ini diperkuat oleh Hikmawan, dkk (2013) dalam penelitiannya yaitu masa kerja berhubungan langsung dengan pengalaman kerja, semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi pengalaman dan jam terbang pekerja tersebut, sehingga pekerja akan mampu lebih memahami tentang bagaimana bekerja dengan aman untuk menghindarkan diri mereka dari kecelakaan kerja.
4. Tingkat pendidikan
Berdasarkan tabel 3.4 tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 26 orang dengan presentase 43,3% dan paling sedikit tingkat pendidikan yaitu S1 sebanyak 1 orang dengan presentase 1,7%. Pada dasarnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan tentang keselamatan kerja.
Demikian juga dalam menerima pelatihan tentang keselamatan kerja seperti pencegahan kecelakaan kerja (penggunaan APD). Dalam penelitian Rajagukguk (2009) pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
5. Pengetahuan pekerja tentang K3
Berdasarkan tabel 3.5 yang berpengetahuan baik sebanyak 29 orang dengan presentase 48,3% dan yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 31 orang dengan presentase 51,7%. Ini ada hubungannya dengan tingkat pendidikan, dimana apabila tingkat pendidikan lebih tinggi maka pengetahuan akan lebih luas dan sebaliknya.
Tetapi tidak selamanya tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuannya, apabila pengalaman lebih banyak juga mempengaruhi pengetahuannya. Pengetahuan yang rendah mempengaruhi keselamatan kerja, ini dikarenakan pekerja yang memiliki pengetahuan rendah lebih beresiko mengalami kecelakaan kerja. Menurut H.W. Heinrich 1931 perbuatan berbahaya (unsafe action) dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
3.2.2 Penggunaan alat pelindung diri
Berdasarkan tabel 3.6 tidak semua pekerja menggunakan alat pelindung diri lengkap seperti kacamata ini didasari dengan alasan tidak terlalu penting dan juga
ketidaknyamanan dalam memakai APD tersebut. Dalam penelitiannya Vesta (2012) menyatakan responden (pekerja) berpersepsi bahwa fungsi APD adalah untuk mengikuti prosedur K3 di tempat kerja, alat pelindung diri bukan suatu kebutuhan melainkan kewajiban serta tidak masalah apabila orang lain memasuki tempat kerja tanpa menggunakan alat pelindung diri.
Berdasarkan hasil penelitian analisis keselamatan kerja pada pekerja di Pabrik Tepung Kelapa dapat dikatakan bahwa keselamatan kerja di pabrik belum maksimal, karena dilihat dari penggunaan APD yang belum lengkap. Hal ini diperkuat adanya kecelakaan kerja di pabrik akibat kelalaian pekerja itu sendiri.
3.2.3 Karakteristik proses kerja (mesin dan alat kerja)
1. Mesin
Berdasarkan tabel 3.7 terdapat empat (4) proses kerja yang menggunakan mesin yaitu diantaranya pada proses opening, washing, grinder dan dryer yang sudah memenuhi keselamatan kerja atau memenuhi syarat.
Apabila mesin tidak memenuhi syarat maka mempengaruhi keselamatan kerja para pekerja.
Mesin dapat dikatakan memenuhi syarat keselamatan kerja apabila mesin tersebut memiliki petunjuk penggunaan mesin dan dioperasikan oleh operator yang handal, dilakukan perawatan menyeluruh apabila ditemukan kondisi mesin yang tidak layak, dan kondisi mesin yang aman untuk pekerja.
2. Alat kerja
Berdasarkan tabel 3.8 terdapat empat (4) proses kerja yaitu opening (pengupas batok dan kulit ari), white meat, meja picker dan packing yang sudah memenuhi keselamatan kerja atau memenuhi syarat. Alat kerja dapat dikatakan memenuhi syarat keselamatan kerja apabila ada tempat penyimpanan khusus, dikelompokkan menurut fungsinya, diberi label apabila perlu, tidak membahayakan pekerja dan dirawat setiap hari. Apabila tidak memenuhi syarat maka dapat mempengaruhi keselamatan dan dapat membahayakan para pekerja.
Mesin dan alat kerja menurut H.W Heinrich penyebab dari kecelakaan kerja di tempat kerja karena termasuk kategori kondisi
berbahaya (unsafe condition). Untuk mengetahui apakah proses kerja dalam hal ini dilihat dari mesin dan alat kerja tidak menimbulkan bahaya kecelakaan kerja maka dapat dilakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja (Inspeksi K3) sesuai dengan program kesehatan dan keselamatan kerja.
IV.
KESIMPULANAdapun simpulan pada penelitian ini yaitu pada proses kerja dimana mesin dan alat kerjanya sudah memenuhi syarat yaitu untuk mesin keempat proses kerja mempunyai skor 8 dan sudah melebihi skor minimal (≥ 5), dan alat kerja keempat proses mempunyai skor 7 dan sudah melebihi skor minimal yang diperoleh dari pengisian check list yang telah diobservasi dan dibandingkan. Dilihat dari penggunaan alat pelindung diri (APD) yang lengkap, tidak semua pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa menggunakan APD yang lengkap seperti kacamata. Pada karakteristik pekerja dilihat dari segi umur pekerja lebih banyak kelompok umur 30-39 tahun dan lebih banyak pekerja laki – laki dimana tingkat pendidikan paling banyak yaitu SMA dengan pengetahuan yang masih kurang.
Kebanyakan pekerja Pabrik Tepung Kelapa Kecamatan Tibawa sudah bekerja > 5 tahun.