• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA MURID KELAS III SD NEGERI 30 MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA MURID KELAS III SD NEGERI 30 MAROS"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA MURID KELAS III SD NEGERI 30 MAROS

THE RULE OF SCHOOL AREA AS LEARNING MEDIA IN WRITING POETRIES FOR TRIERD CLASS

SD NEGERI 30 MAROS

Tesis

Oleh:

Hj. SYAMSURYANI

Nomor Induk Mahasiswa: 04.08.872.2013

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

i

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA MURID KELAS III SD NEGERI 30 MAROS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan

Kekhususan: Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

Hj. SYAMSURYANI

Nomor Induk Mahasiswa: 04.08.872.2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)

ii

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH

SEBAGAIMEDIA PEMBELAJARANMENULIS PUISI PADA MURID KELAS III SD NEGERI 30 MAROS

yang disusun dan diajukan oleh

Hj. SYAMSURYANI NIM. 04.08.872.2013

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 28 Mei 2015

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum.

NBM. NBM.

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur Pascasarjana

Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar

Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd.

NBM. NBM. 988 463

(4)

iii

Judul: : Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi pada Murid Kelas III SDN No.30 Maros

Nama : Hj. Syamsuryani

NIM : 04.08.872.2013

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia Konsentrasi : -

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal 22 Mei 2015 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 28 Mei 2015 TIM Penguji:

1. Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Hum. (...) (Ketua/Pembimbing/Penguji)

2. Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum. (...) (Sekretaris/Penguji)

3. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd. (...) (Penguji)

4. Sulfasyah, M.A., Ph.D. (...) (Penguji)

(5)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hj. Syamsuryani Nomor Pokok : 04.08.872.2013

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 28 Mei 2015 Yang menyatakan,

Hj. Syamsuryani

(6)

v

Syukur Alhamdulillah, penulispanjatkanatasberkatrahmat danhidayah Allah Swt, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi pada Murid Kelas III SD Negeri 30 Maros”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.Selain itu, tulisan ini merupakan tolok ukur identitas penulis, baik sebagai insan akademik maupun insan sosial yang menjadi abdi masyarakat, negara,bangsa dan agama.

Penulis menyadari bahwa banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dalam penyelesaian tesis ini, namun berkat dukungan dan bimbingan pembimbing, penguji, keluarga, teman sejawat, dan rekan mahasiswa pascasarjana sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasihkepada

Dr.Abd Rahman Rahim, M. Hum., dosen pembimbing 1 dan

Dr. H.Bahrun Amin, M. Hum., dosen pembimbing II atas segala bantuan, bimbingan, dan arahan dengan penuh keikhlasankepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya tesis ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada

Dr. Irwan Akib, M. Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M, M.Pd., Direktur Program Pascasarjana

(7)

vi

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum, KetuaProgram StudiPascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tidaklupapenulismenyampaikanterimakasih yang sedalam- dalamnyakepadaseluruhtenagapengajar dan stafpadaProgram Studi

PascasarjanaBahasadanSastraIndonesia, yang

telahmembekalipenulisdenganberbagaiilmupengetahuanselamaperkuliaha nsampaipadapenyusunan tesisini.

Ucapan terima kasih, juga penulis sampaikan kepada Kepala SD Negeri 30 Maros, Dra.Hj.Mambua Goccang, M.M., khususnya

Hj. Megawati, S.Pd guru kelas III SDN 30 Maros, para guru, staf dan seluruh siswa kelas III yang turut membantu dan berpartisipasi secara maksimal dalam penelitian ini.

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada

Hj. Halimah Tahang, M.Pd. Kepala SD Negeri 2 Unggulan Maros beserta teman sejawat dan staf.tidaklupa pula sahabatkuRosdiana Mangatta,Bahtiar, H.Jufri Matta, Abdul Halik, Meysa, Diah yang

setiamemberi motivasi,

menemaniberdiskusidanmembersolusiterhadapmasalah yang dihadapi, sertatemankelas A Program Studi Pascasarjana BahasadanSastra Indonesia Angkatan2013atassegalabantuannya baik secara langsung

maupun tidak langsung, perhatian,

(8)

vii esisini.

Kepada kedua orangtua, Achmad Saleh (Almarhum) dan Ibunda Siti Hafsah (Almarhumah) penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan ikhlas serta mengirimkan doa kepada beliau.

Secarakhususucapanterimakasih yang tidakterhinggakepadaBunda

Hj. Jamarro Dg Singara dan Ibu Mertua Hj.Hasniah Dg Te’ne atas motivasi dan do’a yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih pula kepada kakakku Ni’no/Mimin dan adik-adikku :,Syahrir/atiek, Sinar/Halik, Ancu/Idha, Anca/Dina dan Amran/sri serta keponakan yang telah mendukung dan mendoakan penulis.

Teristimewa ucapan terima kasih kepada suami tercintaMuhammad Israk Halimsyah, S.E., sebagai motivator dan penasihatku yang selalu setia antarjemput ke kampus.Doa restu dan harapan Inilah sebagai bukti pengorbanan dan kasih sayangmu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada jenjang S-2

Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu mendapatkanpahala yang berlipatgandadari Allah Swt. Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar,Mei 2015

Hj. Syamsuryani

(9)

viii ABSTRAK

HJ.SYAMSURYANI,2015. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi pada Murid Kelas III SDN No.30 Maros.( Dibimbing oleh Abd.Rahman Rahim sebagai pembimbing pertama dan H.Bahrun Amin sebagai pembimbing kedua ).

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan Lingkungan Sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi ,(2) mendeskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan Lingkungan Sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi dan (3) mendeskripsikan tentang hasil pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan Lingkungan Sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Data penelitian berupa observasi,wawancara,dan lembar kerja siswa. Teknik pengumpulan datanya berupa hasil lembar observasi,wawancara,dan dokumentasi.Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan: Pemanfaatan Lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi pada siswa murid kelas III SDN No.30 Maros sangat bermanfaat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan perencanaan, proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

Dari aspek perencanaan pada pertemuan bagian pertama, mmasih banyak aspek kegiatan yang berada pada kategori cukup. Sedangkan pada bagian kedua semua aspek kegiatan sudah berada pada kategori baik dn sangat baik. Aktivitas siswa dan guru yang sebelumnya kurang aktif dan kurang serius menjadi aktif dan serius. Pada pertemuan bagian pertama masih ada beberapa kegiatan yang belum terlaksana, sedangkan pada pertemuan bagian kedua semua kegiatan telah terlaksana dengan baik. Peningkatan hasil menulis puisi dari pencapaian target semula berada pada nilai rata-rata 61,37 menjadi rata-rata 90,56. Dari aspek KKM siswa yang tuntas pada tes bagian pertama hanya 3 orang saja atau 10%, sedangkan pada tes akhir bagian kedua siswa yang tuntas secara KKM sebanyak 29 orang siswa atau 96,67%.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi murid kelas III SDN 30 Maros dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran.Selanjutnya, disarankan peneliti berikutnya hendaknya dapat meneliti lebih lanjut tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi lebih mendalam lagi sehingga dapat diperoleh hasil temuan yang baru dan inovatif.

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Hasil Penelitian ... 10

B. Tinjauan Teori dan Konsep... 12

C. Kerangka Pikir ... 57

BAB III METODE PENELITIAN... 59

A. Pendekatan Penelitian ... 69

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan ... 60

(11)

x

E. Teknik Analisis Data ... 65

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. HasilPenelitian ... 67

B. PembahasanHasilPenelitian ... 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

RIWAYAT HIDUP ... 100

LAMPIRAN ... 101

(12)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Hal.

Tabel. 3.1 Tabel. 4.1 Tabel. 4.2

Tabel. 4.3

Tabel. 4.4

Tabel. 4.5

Tabel. 4.6 Tabel. 4.7

Tabel. 4.8

Tabel. 4.9 Tabel. 4.10

Pedoman Penilaian puisi

Hasil observasi perencanaan pembelajaran menulis puisi

kelas III SDN No.30 Maros Hasil observasi perencanaan pembelajaran menulis puisi

kelas III SDN No.30 Maros

Hasil pengamatan aktivitas guru pembelajaran menulis Puisi pada kelas III SDN No.30 Maros (pertemuan 1)

Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pembelajaran Menulis Puisi pada Kelas III SDN No.30 Maros (pertemuan 2)

Hasil pengamatan aktivitas guru pembelajaran menulis puisi pada kelas III SDN No.30 Maros (pertemuan 3) Hasil pengamatan aktivitas guru pembelajaran menulis puisi pada kelas III SDN No.30 Maros (pertemuan 4) Hasil Menulis Puisi Siswa Kelas III SD No. 30 Maros

Perolehan skor tiap aspek penilaian puisi siswa kelas III SDN 30 Maros

Hasil Menulis Puisi Siswa Kelas III SD No. 30 Maros

Perolehan skor tiap aspek penilaian puisi siswa kelas III SDN 30 Maros

64 71 73

76

79

81

84

86 87

88 88

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Hal.

Lampiran. 1

Lampiran. 2 Lampiran. 3 Lampiran. 4 Lampiran. 5 Lampiran. 6

Lampiran. 7

Lampiran. 8

Lampiran. 9

Pedoman wawancara sebelum pelaksanaan pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pedoman observasi perencanaan pembelajaran Pedoman Penilaian Puisi

Lembar Kegiatan Siswa

Hasil observasi perencanaan pembelajaran menulis puisi pada murid kelas III SDN No.30 Maros

Hasil pengamatan aktivitas guru pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas III SDN No.30 Maros

Nilai Menulis Puisi Siswa Kelas III SDN No. 30 Maros

Dokumentasi Penelitian

101

102 121 122 123 124

126

132

134

(14)
(15)
(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran bahasa merupakan suatu pemberian kemampuan dan keterampilan berbahasa melalui pendidikan formal mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa sangat kompleks, sebab diperlukan adanya guru, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, media pembelajaran (gambar), dan evaluasi. Tujuan pembelajaran bahasa itu untuk membentuk penutur bahasa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap bahasa yang digunakan (Ambo Enre, 1994: 7).

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi dan urutan bunyi terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam komunikasi interpersonal. Bahasa juga dapat digunakan oleh kelompok manusia untuk mengungkapkan peristiwa dan proses kejadian lainnya yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Bahasalah yang menandakan manusia sebagai makhluk yang berakal.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi untuk mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1993: 21).

Berbahasa pada dasarnya merupakan pencetusan pikiran, gagasan dan maksud. Pencetusan ini dijelmakan secara konkret ke dalam bentuk ucapan atau tulisan. Seperti dikatakan Nierwenhius (dalam Nafiag, 1981:

(18)

4) bahwa bahasa itu kadang-kadang berupa bunyi, kadang-kadang berupa tanda. Akan tetapi, senantiasa berupa pikiran. Kedua bentuk ini, yaitu bunyi dan tanda mempunyai kedudukan sejajar dan merupakan aspek produktif. Pada saat tertentu digunakan bentuk lisan, pada saat lain mungkin lebih efektif menggunakan bentuk tulisan. Memang keduanya mempunyai kedudukan sejajar, tetapi keefektifan dan keefesienan masing-masing bersifat situsional.

Menurut Tarigan (2008:2) keterampilan berbahasa (languae arts, languae skills) dalam kurikulum sekolah biasanya mencakup empat segi,

yaitu menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill), dan menulis (writing skill). Menyimak merupakan

keterampilan berbahasa awal yang dikuasai oleh manusia. Keterampilan menyimak menjadi dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah itu belajar berbicara, kemudian membaca, dan menulis. Tariganjuga menyatakan bahwa dalam keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal.

Dalam proses belajar menulis (mengarang), berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai seseorang secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dikuasai oleh para penulis yang sudah profesional

(19)

mulai satu proses, setahap demi setahap. Proses penguasaan berbagai kemampuan berjalan cepat atau lambat bergantung pada besarnya potensi yang dimiliki dan ketekunannya dalam menulis.

Menulis atau mengarang merupakan suatu proses yang menggunakan lambang-lambang atau sejumlah huruf untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan, serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain (Darmadi, 1996: 21).

Selanjutnya, pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang seperti ini dapat berwujud karangan argumentasi, eksposisi, deskripsi, narasi, dan persuasi (Darmadi, 1996: 21).

Dalam setiap pembelajaran, ada tujuan yang harus dicapai. Tujuan proses belajar mengajar dapat dicapai dengan berbagai cara. Salah satunya adalah pemanfaatan media lingungan sekolah. Penggunaan media lingungan sekolah dalam pengajaran yang diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu belajar- mengajar, merangsang minat dan menimbulkan kesiapan mental murid untuk terlibat dalam situasi belajar.

Media sebagai sarana yang efektif dalam menyampaikan pelajaran.

Walaupun itu hanya sederhana, tetapi sangat membantu komunikasi menjadi efektif. Seperti dikemukakan oleh Sujana dan Rivai (1990: 3) bahwa: “Tahap berpikir manusia adalah tahap perkembangan dimulai dari

(20)

berpikir konkret menuju berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana hingga berpikir kompleks. Penggunaan media sangat erat kaitannya dengan taraf berpikir tersebut, sebab melalui media pengaruh hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal yang kompleks dapat disederhanakan”.

Media lingkungan merupakan salah satu bentuk media yang sering digunakan guru dalam menyampaikan pesan kurikulum bahasa Indonesia kepada murid. Tujuannya tentu untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pengajaran.

Munculnya inisiatif guru untuk menggunakan media pengajaran seperti media lingkungan dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas menjadi indikasi adanya keinginan yang kuat untuk lebih meningkatkan prestasi belajar murid. Karena selama ini, masih sering terdengar keluhan tentang kemampuan berbahasa Indonesia para murid, baik di sekolah dasar maupun di perguruan tinggi.

Setelah melakukan survei awal di sekolah, diperoleh informasi bahwa pembelajaran menulis khususnya menulis puisi di SD Negeri 30 Maros masih kurang maksimal. Oleh karena itu, guru perlu melakukan pembaruan-pembaruan dalam penerapan metode-metode pembelajaran ataupun penggunaan media pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan pengamatan, ada lima hambatan dalam pembelajaran menulis puisi yaitu: pertama, pemahaman murid terhadap keterampilan menulis masih kurang. Kedua, murid merasa kurang mendapatkan

(21)

manfaat dari belajar menulis puisi sehingga kurang motivasi untuk belajar.

Ketiga, metode pembelajaran menulis yang kurang bervariasi. Keempat, media pembelajaran menulis puisi kurang mencukupi dan belum dimanfaatkan secara efektif. Kelima, jumlah murid terlalu besar.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan pada peningkatan menulis bagi murid kelas III Sekolah Dasar. Untuk membangkitkan semangat belajar menulis bagi anak kelas III SD, perlu dibantu dengan menerapkan media pembelajaran yang menarik sesuai dengan karakter anak, seperti media lingkungan sekolah.

Kemampuan menulis merupakan salah satu tujuan dan tuntutan dalam Kurikulum KTSP, khususnya pada tingkat pendidikan SD kelas III.

Tujuan yang dimaksud, yaitu mengungkapkan informasi dalam bentuk tulisan.

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2009: 3) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran menulis puisi sangat perlu diajarkan di sekolah. Kenyataan menunjukkan bahwa kompetensi murid menulis sampai saat ini tergolong rendah. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi awal di lapangan yang menunjukkan bahwa murid tidak mampu menulis dengan baik yang

(22)

disebabkan oleh berbagai kendala. Oleh karena itu, peneliti menerapkan media lingkungan sebagai media yang dapat membantu murid dalam menulis.

Mencermati fenomena pembelajaran menulis tersebut yang masih kurang, peneliti berinisiatif melakukan penelitian kualitatif sebagai upaya meningkatkan pembelajaran menulis. Upaya pengembangan tersebut dilakukan dengan menerapkan media pembelajaran yang belum lazim digunakan selama ini. Media yang dimaksud yaitu media lingkungan.

Oleh karena itu, peneliti mengangkat sebuah judul yaitu

“Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi pada Murid Kelas III SD Negeri 30 Maros”.Melalui penelitian ini, peneliti berharap menemukan adanya pemerolehan hasil yang beragam untuk dideskripsikan.

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Jumadi (2009) dengan judul “Efektivitas Metode Inquiri dalam Setting Lingkungan terhadap Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Makassar”. Penelitian ini menunjukkan hasil analisis yang memperlihatkan bahwa kelas yang menggunakan metode inquiri dalam setting lingkungan memperoleh nilai rata-rata 8,90. Sedangkan kelas yang tidak menggunakan metode inquiri dalam setting lingkungan memperoleh nilai rata-rata 6,00.

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dirumuskan seperti yang diuraikan berikut ini.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas III SD Negeri 30 Maros ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas III SD Negeri 30 Maros ?

3. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas III SD Negeri 30 Maros ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini seperti yang diuraikan berikut ini.

1. Untuk mendeskripsikan tentang perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas III SD Negeri 30 Maros.

2. Untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas III SD Negeri 30 Maros.

(24)

3. Untuk mendeskripsikan tentang hasil pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas III SD Negeri 30 Maros.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dapat dijadikan acuan dan teori baru bagi lembaga atau guru tentang penggunaan media lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi murid kelas III SD Negeri 30 Maros..

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh, sebagai berikut:

a. Bagi murid yaitu mengembangkan kemampuan menulis puisi melalui media lingkungan sekolah murid kelas III SD Negeri 30 Maros.

b. Bagi akademisi/lembaga pendidikan, dan guru akan menjadi bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapan media lingkungan sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada pembelajaran menulis puisi.

c. Bagi peneliti; menjadi masukan dalam meneliti dan mengembangkan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan media lingkungan sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Penelitian tentang penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran dalam menulis puisi pernah dilakukan oleh Jumadi pada tahun 2009. Dengan judul “Efektivitas Metode Inquiri dalam Setting Lingkungan terhadap Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Makassar”.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas metode inquiri dalam setting lingkungan terhadap pembelajaran keterampilan menulis puisi siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Makassar.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen yang bersifat statistik inferensial jenis uji t.

Populasi adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Makassar semester genap tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 240 siswa.

Sampel penelitian berjumlah 80 siswa. Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel kluster, artinya penentuan sampel dilakukan secara sengaja dengan jumlah yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes. Dengan instrumen yang berupa tes menulis puisi. Data yang dikumpul dianalisis dengan menggunakan rumus uji t.

(26)

Dari penelitian yang dilakukan, hasil analisis memperlihatkan bahwa kelas yang menggunakan metode inquiri dalam setting lingkungan memperoleh nilai rata-rata 8,90. Sedangkan kelas yang tidak menggunakan metode inquiri dalam setting lingkungan memeperoleh nilai rata-rata 6,00.

Pengolahan data penelitian dengan menggunakan uji–t, menunjukkan bahwa t hitung bernilai 1,70 sedangkan harga t tabel menunjukkan 1,66 pada taraf signifikansi 5 % dengan taraf kebebasan (db) 78. Jadi harga t hitung lebih besar dari pada harga t tabel maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima. Dengan demikian dilihat dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa metode inquiri dalam setting lingkungan efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Makassar.

Penelitian serupa juga pernah dilaksanakan oleh Novita Angra (2010) “Efektivitas Penggunaan Media Lingkungan dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X5 SMA Negeri 1 Watansoppeng”. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu hasil penelitian yang dinyatakan dalam bentuk angka untuk mengukur efektivitas penggunaan media lingkungan dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Watansoppeng.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan menulis paragraf deskriptif siswa dengan menggunakan media lingkungan (postes) lebih efektif dibandingkan sebelum menggunakan media lingkungan

(27)

(pretes). Hal ini tampak berdasarkan perolehan nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan media, nilai rata-rata yang diperoleh yaitu: 6,56 dan meningkatkan menjadi 7,36; (2) penggunaan media lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa khususnya menulis paragraf deskriptif.

Nurfaedah (2009) juga pernah meneliti tentang pembelajaran menulis puisi dengan judul “Keefektifan Media Audiovisual dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dalam Menulis Puisi.” Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keefektifan media audiovisual dalam meningkatkan kompetensi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar menulis puisi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media audiovisual efektif diterapkan dalam meningkatkan kompetensi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar menulis puisi. Hal ini tampak pada nilai yang diperoleh siswa sebelum menggunakan menggunakan media audiovisual yang masih kurang dan dapat meningkat setelah menggunakan media audiovisual.

Keefektifan media ini diketahui pula berdasarkan hasil perhitungan uji t.

Perbandingan hasil kompetensi menulis puisi pada pretes dan postes menunjukkan bahwa nilai t hitung sebanyak 7,20> nilai t tabel 1,70. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu media audiovisual efektif diterapkan dalam meningkatkan kompetensi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar menulis puisi.

(28)

Sri Darmayanah (2009) dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Puisi Model Sinektik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Makassar”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar puisi melalui penerapan strategi pembelajaran puisi model sinektik pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Makassar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus 1 hasil belajar puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Makassar berdasarkan interval nilai yang ditetapkan (75% ke atas), yakni 28 siswa mendapatkan nilai di bawah 75% dan 8 siswa mendapatkan nilai di atas 75%. Ini berarti penerapan strategi pembelajaran puisi model sinektik pada siklus 1 belum berhasil. Pada siklus 2 seluruh siswa mendapatkan nilai 75% ke atas. Dari 36 siswa yang hadir saat itu, semuanya mendapatkan nilai sesuai interval yang ditetapkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran puisi model sinektik dapat meningkatkan hasil belajar puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Makassar.

B. Tinjauan Teori dan Konsep 1. Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

(29)

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia (Depdiknas, 2006).

Pembelajaran adalah proses, cara, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, (Depdikbud, 1997: 14). Pembelajaran secara umum berarti meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Pembelajaran bahasa adalah kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia secara real di dalam kelas. Pembelajaran bahasa Indonesia melibatkan guru, murid, buku pelajaran bahasa, media, pengajaran bahasa, lingkungan sekolah dan situasi belajar. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi bidang kebahasaan, pemahaman dan penikmatan karya sastra, dan penggunaan bahasa.

Tujuan pembelajaran sangat penting karena merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran, dan juga menjadi tolok ukur keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Ada tiga tujuan yang harus dicapai dalam proses belajar, yaitu:

a. Tujuan kognitif, yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan (konsep ilmu). Domain kognitif terdiri atas enam bagian, yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Tujuan afektif, yaitu tujuan yang berhubungan dengan upaya mengubah nilai, sikap, atau alasan. Tujuan ini terbagi dalam lima

(30)

kategori, yakni: penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi.

c. Tujuan psikomotorik, yaitu tujuan yang berkaitan dengan keterampilan menggunakan tangan, mata, telinga, dan alat indra yang lainnya.

Tujuan ini terbagi dalam lima kategori, yaitu; peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalaman.

Menurut Sardiman (1996: 7), pembelajaran adalah usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan upaya terencana dalam membina pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak didik melalui interaksi dengan lingkungan belajar. Pelaksanaan pembelajaran secara formal melibatkan dua unsur, yaitu guru sebagai penyampai pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Oleh karena itu, guru dituntut agar dapat berperan sebagal fasilitator yang baik dan dapat memberi pelajaran yang optimal (Arifin, dkk, 2000: 12). Untuk menghasilkan pembelajaran yang maksimal, guru harus dapat mengelola lingkungan belajar yang menarik dan kondusif bagi siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh seorang guru untuk menghidupkan suasana pembelajaran bahasa Indonesia adalah merancang materi pembelajaran sehingga anak didik dapat menciptakan karya sendiri yang sangat bermakna.

Gagne (dalam Haling, 2004: 9) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar.

Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi

(31)

terjadinya proses belajar siswa. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi terjadniya proses belajar siswa, tidak selamanya berada di luar diri siswa, tetapi berada dalam diri siswa itu sendiri.

Pembelajaran yang efektif dalam hal ini dapat ditunjang oleh beberapa tujuan seperti yang diuraikan berikut ini.

a. Merinci hasil yang diharapkan bagi siswa dan menyusun tujuan pembelajaran yang tepat.

b. Mengimplementasikan struktur tujuan yang tepat, kooperatif, komparatif atau individualistik.

c. Merakit/menyeleksi materi sumber belajar yang dibutuhkan.

d. Menciptakan iklim pembelajaran yang memperlancar tipe interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan belajarnya untuk mencapai tujuan.

Suasana belajar yang kondusif itu mengandalkan prinsip-prinsip ilmu psikologi. Davis dan Brumfit (Nurgiyantoro, 1995: 7) mengemukakan beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Pengajaran akan memberikan hasil apabila isi suatu unit aktivitas dikaitkan dengan kebutuhan dan pengalaman siswa.

b. Pengajaran bisa terjadi jika para siswa termotivasi penuh.

c. Pengajaran akan lancar apabila pelajaran dan latihan tentang unsur- unsur bahasa dibuat bermakna karena dapat bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari (atau bahkan disimulasikan).

(32)

d. Siswa harus diberi kesempatan luas untuk dapat berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar.

e. Siswa harus dibantu untuk dapat mengamati dan memahami hubungan antara unsur-unsur bahasa, situasi komunikasi dan budaya lewat diagram, grafik, dan visualisasi yang beragam dan sederhana sehingga mudah dipahami.

f. Aktivitas di kelas harus mempertimbangkan kenyataan bahwa setiap individu memiliki gaya belajar dan laju kecepatan belajar yang berbeda- beda.

g. Transfer belajar tidak selalu otomatif.

2. Pembelajaran Menulis Puisi di SD

Pembelajaran menulis di SD dilaksanakan sejak kelas I sampai dengan kelas VI. Kegiatan menulis tidak dapat terlepas dari kegiatan bahasa lainnya seperti kegiatan membaca, menyimak dan berbicara.

Untuk itu dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus dapat memadukan keempat unsur kebahasaan tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pelaksanaan pembelajaran menulis di SD terutama di kelas I dan II tidak dapat dipisahkan dengan pelajaran membaca permulaan, walaupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif.

Kemampuan menulis siswa tidak diperoleh dengan sendirinya, melainkan melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf

(33)

sebagai lambang bunyi, siswa harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakkan tangannya dengan memperhatikan apa yang harus dituliskan. Siswa harus dilatih mengamati lambang bunyi itu, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu, sampai menuliskannya dengan benar. Agar bermakna proses belajar menulis permulaan ini dilaksanakan setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf itu. Kemudian dalam kegiatan menulis lanjut siswa berlatih menungkapkan gagasannya secara tertulis.

Pembelajaran menulis di kelas tinggi diarahkan pada kegiatan menulis lanjutan. Dalam kegiatan menulis lanjutan siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menulisnya dalam bentuk yang lebih beragam. Jenis tulisan yang bisa dikembangkan pada kegiatan menulis lanjutan ini adalah menulis pantun, puisi, surat, dan prosa.

Pengembangan kemampuan menulis di SD banyak bergantung kepada kreativitas seorang guru. Oleh karena itu, guru harus membekali dirinya dengan kemampuan menulis. Guru juga dituntut mampu memilih metode yang sesuai sehingga dapat merangsang kreativitas siswa.

Latihan yang intensif dan terarah akan dapat membimbing siswa memiliki kemampuan menulis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini setiap guru hendaknya menyadari bahwa pembelajaran menulis tidak ditekankan pada pengetahuan kebahasaan tetapi bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut.

(34)

Materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP (2006) memuat beberapa standar kompetensi yang berisi pengembangan kemampuan menulis siswa baik dalam segi kebahasaan maupun nonkebahasaan.

Menulis puisi terdapat dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SD kelas III semester 2 dengan standar kompetensi (SK) 8, yaitu : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi. Berdasarkan SK tersebut maka kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan materi pokok yang diajarkan oleh guru adalah menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik sesuai dengan kompetensi yang ada pada silabus pada bagian 8.2.

Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi:

a. Pendekatan komunikatif

Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran, pendekatan komunikatif tampak pada pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan.

b. Pendekatan integratif

Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan ini tampak pada butir pembelajaran,

(35)

misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan suatu peristiwa sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang didengar.

c. Pendekatan keterampilan proses

Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses ini tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kalimat acak menjadi paragraf yang padu.

d. Pendekatan tematis

Pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam pembelajaran.pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya: menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.

Pendekatan-pendekatan tersebut pada hakikatnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan sebagat objek pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam membangkitkan potensi siswa dalam membangun/mengkonstruksi gagasan/ide masmg-masing di dalam pembelajaran.

(36)

3. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, melainkan dengan cara mengungkapkan ide atau gagasan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan kosakata dan struktur kalimat dengan lebih baik sehingga karya tulisnya dapat dimengerti orang lain.

Alwi (2001: 1219) menjelaskan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Tarigan (2008: 21) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Enre (1994: 2) mengatakan bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan pikiran dan juga perasaan dalam tulisan yang efektif.

Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan). Tentu saja segala lambang (tulisan) yang dipakai haruslah merupakan hasil kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya saling memahami.

Apabila seseorang diminta untuk menulis, maka berarti ia akan

(37)

mengungkapkan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Jadi, menulis itu berarti melakukan dengan tulisan.Menulis sebagai salah satu bentuk peristiwa komunikasi pada hakikatnya menuangkan gagasan,pendapat,perasaan,keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan kemudian mengirimkannya kepada orang lain

( Syafi‟ie,1988:45)Kegiatan menulis memerlukan suatu perencanaan.

Setiap kali seseorang akan memulai menulis ia harus mempunyai perencanaan penulisan. Perencanaan itu mungkin ada dalam pikiran saja atau mungkin pula dituangkan secara rinci di atas kertas.Selain itu, menulis juga merupakan aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujud berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca . Menulis juga merupakan suatu proses penyampaian pesan,gagasan,sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol- simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh pembaca. Menurut De Porter dan Hernacky (2004:179) menulis merupakan aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Otak kanan berhubungan dengan emosi, perasaan, sedangkan otak kiri berhubungan dengan logika dan ilmu pengetahuan . Belajar menulis harus memanfaatkan kedua belahan otak itu.

Menulistidak hanya berhubungan dengan kalimat, paragraf,ejaan,gagasan,larik,bait, dan tema, tetapi juga berhubungan

(38)

dengan semangat ,spontanitas,emosi,warna,gairah,kegembiraan,inspirasi dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis adalah pengungkapan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Tentu saja tulisan yang dipakai harus dipahami dan merupakan kesepakatan pemakai bahasa.

b. Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan pengalamannya secara teratur.

Halim (2004: 23) mengemukakan bahwa indikator keterampilan menulis ini, yaitu: 1) kemampuan memilih ide yang akan dipaparkan; 2) kemampuan menata atau mengorganisasikan ide pilihannya secara sistematis; 3) kemampuan menggunakan bahasa menurut kaidah-kaidah serta kebiasaan pemakaian bahasa yang telah umum sifatnya; 4) kemampuan menggunakan gaya bahasa, yaitu pilihan struktur dan kosakata untuk memberikan nada atau makna terhadap karangan itu; 5) kemampuan mengatur mekanisme tulisan, yaitu tata cara penulisan lambang-lambang bahasa tertulis (ejaan) yang dipaparkan dalam bahasa tersebut.

(39)

Hairston (dalam Halim, 2004: 23) menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan kemampuan menulis itu menjadi penting, yaitu:

1) Kegiatan menulis adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu.

Dalam hal ini, dengan menulis kita dapat merangsang pemikiran kita dan kalau itu dilakukan dengan intensif, maka akan dapat membuka penyumbat otak kita dalam rangka mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.

2) Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru. Ini terutama terjadi kalau kita membuat hubungan antara ide yang satu dengan yang lain dan melihat keterkaitannya secara keseluruhan.

3) Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita miliki. Dengan menuliskan berbagai ide itu berarti kita harus dapat mengaturnya di dalam suatu bentuk tulisan yang padu.

4) Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang. Dengan menuliskan ide-ide itu ke dalam suatu tulisan berarti akan melatih diri kita untuk membiasakan membuat jarak tertentu terhadap ide yang kita hadapi dan mengevaluasinya.

5) Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk menyerap dan memproses informasi. Bila kita akan menulis sebuah topik, maka hal itu berarti kita harus belajar tentang topik itu dengan lebih baik. Apabila kegiatan seperti itu kita lakukan terus-menerus, maka berarti akan

(40)

dapat mempertajam kemampuan kita dalam menyerap dan memproses informasi.

6) Kegiatan menulis akan memungkinkan kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus. Dengan menempatkan unsur-unsur masalah dalam sebuah tulisan berarti kita akan dapat menguji dan, kalau perlu, memanipulasinya.

7) Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

c. Persiapan Awal Belajar Menulis

Dalam proses belajar menulis, berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai seseorang secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dikuasai oleh para penulis yang sudah profesional melalui suatu proses, setahap demi setahap. Proses penguasaan berbagai kemampuan dapat berjalan cepat atau lambat tergantung pada besarnya potensi yang dimiliki dan ketekunannya dalam menulis. Adapun tingkat penguasaan berbagai kemampuan itu, selain dipengaruhi oleh kedua faktor tadi, juga sangat dipengaruhi oleh lama waktu seseorang telah berlatih menulis.

Semakin lama ia melakukan kegiatan menulis, semakin tinggi pula tingkat penguasaan berbagai kemampuan yang dimilikinya.

Karena kemampuan itu tidak bisa dikuasai secara serentak, maka untuk mempermudah mempelajarinya perlu dibuat skala prioritas.

Penentuan prioritas ini diharapkan dapat digunakan sebagai strategi dasar untuk memulai belajar menulis.

(41)

Menurut Hairston (dalam Darmadi, 1996: 23-24), skala prioritas dalam belajar menulis tidak hanya berupa suatu rangkaian kemampuan yang mengarah pada terbentuknya sebuah tulisan. Rangkaian kemampuan yang dimaksud, adalah: 1) kemampuan untuk mengingat dan mengapresiasi tulisan yang baik,2) kemampuan untuk memahami proses penulisan, 3) kemampuan mempelajari tentang bagaimana sebuah tulisan itu dimulai, 4) kemampuan mengorganisasi tulisan, dan 5) kemampuan menyatukan tulisan.

Untuk dapat mengapresiasi tulisan yang baik, pertama-tama kita harus mengetahui kriteria utama tulisan yang baik. Kriteria itu sangat penting karena akan sangat menentukan sikap kita dalam menilai suatu tulisan, termasuk tulisan yang telah kita susun. Kriteriai utama itu adalah apakah tulisan itu telah benar-benar mencapai sasaran yang dimaksud (baik dari segi pembaca dan tujuannya)? Jika jawabannya ya, itu berarti bahwa tulisan yang kita baca sudah merupakan tulisan yang baik dan efektif. Akan tetapi, jika jawabannya tidak, itu berarti bahwa tulisan yang kita evaluasi itu belum merupakan tulisan yang baik dan efektif walaupun dari sisi lain tulisan itu mungkin cukup menarik.

d. Teknik Pengajaran Menulis

Halim (2004: 16) mengemukakan bahwa indikator keterampilan menulis ini, yaitu: 1) kemampuan memilih ide yang akan dipaparkan; 2) kemampuan menata atau mengorganisasikan ide pilihannya secara sistematis; 3) kemampuan menggunakan bahasa menurut kaidah-kaidah

(42)

serta kebiasaan pemakaian bahasa yang telah umum sifatnya; 4) kemampuan menggunakan gaya bahasa, yaitu pilihan struktur dan kosakata untuk memberikan nada atau makna terhadap karangan itu; 5) kemampuan mengatur mekanisme tulisan, yaitu tata cara penulisan lambang-lambang bahasa tertulis (ejaan) yang dipaparkan dalam bahasa tersebut.

Baradja (dalam Nurhadi, 2004: 343) menyebutkan lima tahap dalam latihan menulis, yaitu: 1) mencontoh, yakni pembelajaran menulis melalui atau sesuai contoh; 2) reproduksi, yakni pembelajaran menulis tanpa model; 3) rekombinasi atau transformasi, yakni pembelajar mulai menggabungkan kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi gabungan beberapa kalimat; 4) menulis terpimpin, pembelajar mulai berkenalan dengan penulisan alinea; 5) menulis, yakni pembelajar mulai menulis bebas untuk mengungkapkan ide dalam bentuk tulisan yang sebenarnya.

Rivers (dalam Parera dan Tasai, 1996: 14-15) menganjurkan beberapa teknik secara berjenjang untuk keterampilan menulis, yaitu: 1) menyalin naskah dalam bahasa,2) menulis kembali (mereproduksi) hal yang telah didengar atau dibaca,3) melakukan kombinasi antara hal yang telah dibaca dan didengar dengan adaptasi kecil, 4) menulis terpimpin, dan 5) menyusun karangan atau komposisi dengan tema, topik, atau judul yang dipilih murid sendiri.

2. Pembelajaran Menulis Puisi di SD

(43)

Pembelajaran menulis di SD dilaksanakan sejak kelas I sampai dengan kelas VI. Kegiatan menulis tidak dapat terlepas dari kegiatan bahasa lainnya seperti kegiatan membaca, menyimak dan berbicara.

Untuk itu dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus dapat memadukan keempat unsur kebahasaan tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pelaksanaan pembelajaran menulis di SD terutama di kelas I dan II tidak dapat dipisahkan dengan pelajaran membaca permulaan, walaupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif.

Kemampuan menulis siswa tidak diperoleh dengan sendirinya, melainkan melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, siswa harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakkan tangannya dengan memperhatikan apa yang harus dituliskan. Siswa harus dilatih mengamati lambang bunyi itu, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu, sampai menuliskannya dengan benar. Agar bermakna proses belajar menulis permulaan ini dilaksanakan setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf itu. Kemudian dalam kegiatan menulis lanjut siswa berlatih menungkapkan gagasannya secara tertulis.

Pembelajaran menulis di kelas tinggi diarahkan pada kegiatan menulis lanjutan. Dalam kegiatan menulis lanjutan siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menulisnya dalam bentuk yang lebih

(44)

beragam. Jenis tulisan yang bisa dikembangkan pada kegiatan menulis lanjutan ini adalah menulis pantun, puisi, surat, dan prosa.

Pengembangan kemampuan menulis di SD banyak bergantung kepada kreativitas seorang guru. Oleh karena itu, guru harus membekali dirinya dengan kemampuan menulis. Guru juga dituntut mampu memilih metode yang sesuai sehingga dapat merangsang kreativitas siswa.

Latihan yang intensif dan terarah akan dapat membimbing siswa memiliki kemampuan menulis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini setiap guru hendaknya menyadari bahwa pembelajaran menulis tidak ditekankan pada pengetahuan kebahasaan tetapi bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut.

Materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP (2006) memuat beberapa standar kompetensi yang berisi pengembangan kemampuan menulis siswa baik dalam segi kebahasaan maupun nonkebahasaan.

Menulis puisi terdapat dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SD kelas III semester 2 dengan standar kompetensi (SK) 8, yaitu : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi. Berdasarkan SK tersebut maka kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan materi pokok yang diajarkan oleh guru adalah menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik sesuai dengan kompetensi yang ada pada silabus pada bagian 8.2.

(45)

Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi:

e. Pendekatan komunikatif

Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran, pendekatan komunikatif tampak pada pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan.

f. Pendekatan integratif

Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan ini tampak pada butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan suatu peristiwa sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang didengar.

g. Pendekatan keterampilan proses

Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalammengamati,mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses ini tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kalimat acak menjadi paragraf yang padu.

h. Pendekatan tematis

(46)

Pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam pembelajaran.pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya: menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.

Pendekatan-pendekatan tersebut pada hakikatnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan sebagat objek pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam membangkitkan potensi siswa dalam membangun/mengkonstruksi gagasan/ide masmg-masing di dalam pembelajaran.

3. Puisi

a. Pengertian Puisi

Secara etimologis, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima

„membuat‟ atau poeisis‟pembauatan‟, dan dalam bahasa Inggris puisi disebut poem atau poetry. Kemudian Hudson mengungkapkan bahwa puisi merupakan ilusi dan imajinasi yang dituangkan oleh penulis dengan media berupa kata-kata. Puisi juga merupakan salah satu cabang sastra (Aminuddin, 2009: 134). Waluyo (2007: 25) menyatakan puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan kekuatan bahasa dan struktur fisik serta struktur batin.

(47)

Kemudian, Pradopo (2005: 7) menjelaskan juga bahwa puisi adalah sarana mengekspresikan ide, menumbuhkan dan membangkitkan perasaan kepada penulis atau penikmatnya, merangsang imajinasi panca indera dengan struktur yang berirama. Semua itu merupakan hal yang sangat krusial, yang direkam dan diekspresikan, dalam pengungkapannya menarik dan meninggalkan kesan. Dengan demikian, puisi itu merupakan rekaman dan hasil interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan.

Sementara menurut Altenbernd (dalam Pradopo, 2005:5), puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum).

b. Unsur-unsur Puisi

Unsur-unsur puisi terdiri atas dua bagian yakni unsur bentuk (struktur fisik) dan struktur batin puisi.

1) Struktur fisik puisi

Struktur fisik puisi, terdiri atas:

a) Diksi (Pemilihan Kata)

Waluyo (2007: 72) menyatakan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari

(48)

kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair.

b) Pengimajian atau Pencitraan

Pengimajian adalah pengungkapan pengalaman sensoris penyair ke dalam kata dan ungkapan, sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkrit. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu atau turut merasakan sesuatu (Djojosuroto, 2005: 20-21).

Waluyo (2007: 78) menyatakan pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi seolah menggambarkan gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), dan sesuatu yang dapat dirasakan, disentuh, atau diraba (imaji taktil). Ungkapan perasaan penyair dijelmakan ke dalam gambaran kongkrit mirip musik atau gambaran atau cita rasa tertentu.

Sejalan dengan itu, Jabrohim (2009: 36) menyatakan bahwa gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji (image). Sedangkan cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajiaan.

Citraan dapat dikelompokkan atas tujuh macam yaitu:

(49)

(1) Citraan penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah kelihatan.

(2) Citraan pendengaran, yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau berupa onomatope dan persajakan yang berturut-turut.

(3) Citraan penciuman, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indera penciuman sehingga hal-hal yang tidak berbau seolah-olah tercium.

(4) Citraan pengecapan, yang dihasikan dengan memberi rasa pada lidah sebagai alat pengecapan

(5) Citraaan rabaan, yakni citra yang berupa rangsangan-rangsangan kepada perasaan atau sentuhan.

(6) Citraan pikiran/intelektual, yakni citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran.

(7) Citraan gerak, yakni citraan yang dihsilkan dengan cara menghidupkan dan menvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak.

c) Kata konkret

Jabrohim (2009: 41) menyatakan bahwa kata konkret adalah kata- kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Hampir sama yang dikatakan Waluyo (2007: 81) bahwa kata

(50)

konkret adalah kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh, erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang.

Kata konkret dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan penyair.

d) Bahasa figuratif (majas)

Bahasa figuratif oleh Waluyo disebut pula sebagai majas sedangkan Pradopo menyamakan bahasa figuratif dengan kiasan.

Jabrohim (2009: 42) menjelaskan bahwa bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencari arti dan efek tertentu.

Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi menurut Perine (dalam Djojosuroto, 2005: 17), antara lain (1) agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, (2) agar menghasilkan makna tambahan, (3) agar dapat menambah intensitas dan menambah kongkret sikap dan perasaan penyair, dan (4) agar makna yang diungkapkan lebih padat.

Rachmat Djoko Pradopo membagi bahasa figuratif ke dalam tujuh bagian, yakni:

1) Perbandingan (simile)

Perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata- kata perbandingan seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal,

(51)

seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding yang lain.

Jabrohim (2009: 44) menjelaskan bahwa simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Sebagai sarana dalam menyamakan tersebut, simile menggunakan kata-kata pembanding: bagai, sebagi, bak, seperti, laksana, serupa, sepantun dan sebagainya. Keraf menyatakan bahwa simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan demikian dimaksudkan ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang lain.

Untuk itu diperlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, misalnya dengan mempergunakan kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan lain-lain.

2) Metafora

Metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal yang lainnya yang pada dasarnya tidak serupa. Oleh karena itu, di dalam metafora ada dua hal pokok yaitu hal-hal yang diperbandingkan dengan pembandingnya.

Pada dasarnya bentuk metafora ada dua jenis, yaitu metafora eksplisit (metafora penuh) dan metafora implisit (metafora tak penuh).

Metafora eksplisit adalah metafora yang mempunyai tenor dan vehicle.

Sedangkan metafora implisit adalah metafora yang salah satu unsurnya

(52)

tidak dinyatakan dengan jelas. Salah satu unsur yang tidak jelas itu dapat berupa tenornya dan dapat pula vehiclenya.

3) Perumpamaan (epic simile)

Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat- kalimat atau frase-frase yang berturut-turut. Kadang-kadang lanjutan ini sangat panjang.

Jabrohim (2009: 49) mengemukakan bahwa epik simile atau perumpamaan epos ialah pembadingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.

4) Personifikasi

Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir, dan sebagainya seperti manusia.

Personifikasi ini banyak dipergunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu memberikan bayangan angan yang kongkret.

Jabrohim (2009: 48) menjelaskan bahwa personifikasi mempersamakan benda atau hal dengan manusia. Benda atau hal itu digambarkan dapat bertindak dan mempunyai kegiatan seperti manusia.

Benda atau hal yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat

(53)

kemanusiaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambaran, menimbulkan bayangan angan yang kongkret, dan mendramatisasikan suasana dan ide yang ditampilkan.

5) Metonimi

Metonimi dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Pradopo (dalam Djojosuroto,2005 : 19) mengatakan bahwa metonimia adalah bahasa kias pengganti nama, yakni berupa penggunaan atribut sebuah obyek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat dengan obyek yang digantikan.

Jabrohim (2009: 51) mengatakan bahwa metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat. Dengan istilah lain, pengertian yang satu dipergunakan sebagai penganti pengertian lain karena adanya unsur-unsur yang berdekatan antara kedua pengartian itu.

Kaitan itu berdasarkan berbagai motivasi, misalnya hubungan kausal, logika, hubungan dalam waktu dan ruang.

6) Sinekdoki (synecdoche)

Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri.

Sinekdoki ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan totum pro parte. pars pro toto adalah penyebutan dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan, sedangkan totum pro parte adalah penyebutan

(54)

keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk sebagianya (dalam Jabrohim, 2009 : 52).

7) Allegori

Allegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Allegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru. Namun pada waktu sekarang banyak juga terdapat dalam sajak-sajak Indonesia modern yang kemudian. Allegori ini sesungguhnya metafora yang dilanjutkan.

e) Verifikasi

Verifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Waluyo (2007: 90) menjelaskan bahwa rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Pengulangan bunyi itu menjadikan puisi merdu jika dibaca dan pemilihan bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.

Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Rima meliputi onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi (misalnya: aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berulang, sajak penuh), intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi.

(55)

Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang tetap.

f) Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. karena itu tipografi merupakan pembeda yang sangat penting. Baris- baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan. Tepi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya prosa.

Waluyo (2007: 97) mengatakan tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait.

2) Unsur batin puisi, meliputi:

a) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisinya. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti: cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes (Djojosuroto, 2005: 24).

Secara lebih spesifik, Waluyo (2007: 17) menjelaskan, tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui

Referensi

Dokumen terkait

Akibat terjadinya proses mengarang pada PVC saat pencampuran dengan bahan susun beton aspal, maka penggunaan PVC yang berasal dari pipa air sebagai bahan tambah pada beton aspal

Download Samsung Galaxy mini GT S5570 User Guide Manual Handbook on samsung Blog Samsung Galaxy Mini S5570 Games Mobile Toones / Android App Free?. download android samsung galaxy

Ditambah lagi dengan surat Leonhard yang mengatakan bahwa dia tidak bisa bersama Klara karena Klara adalah saudara dari seorang pencuri, dan itu akan merusak reputasinya

2.3 Kajian Lepas antara Kepimpinan Distributif dengan Komitmen Guru untuk Berubah Dalam konteks pengurusan organisasi yang sentiasa mengalami perubahan akibat daripada

3) Ujian tertutup disertasi atau ujian disertasi dapat dilangsungkan bilamana telah dihadiri oleh ketua penguji dan anggota penguji, yang terdiri atas minimal satu

Pendaftaran tanah merupakan suatu kegiatan administrasi yang dilakukan oleh pemilik terhadap hak atas tanah, baik dalam pemindahan hak ataupun pemberian dan pengakuan hak baru,

Penelitian ini mengusulkan model pendugaan ketenggelaman TRV dengan metode yang lebih sederhana dari model-model yang sudah ada sebelumnya yaitu dengan parameter kadar

Ikan yang diberi hormon tiroksin dengan dosis yang besar memberikan pertumbuhan yang lebih baik.Laju pertumbuhan harian ikan pawas tertinggi (2,64%) terdapat pada