• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802010012 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802010012 Full text"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

SELF-MONITORING

DENGAN KINERJA

PADA TENAGA PENJUAL PT.BANK PERMATA, Tbk CABANG

SEMARANG

OLEH

MARIA OKTAFIANTI

802010012

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan

untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA

SELF-MONITORING

DENGAN KINERJA

PADA TENAGA PENJUAL PT.BANK PERMATA, Tbk CABANG

SEMARANG

Maria Oktafianti

Sutarto Wijono

Jusuf Tjahjo Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan self-monitoring terhadap kinerja para tenaga penjual bank, khususnya kinerja tenaga penjual bank Permata Semarang. Desain penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode angket (kuisioner). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuisioner yang terdiri dari skala kinerja tenaga penjual (Behrman & Perreault, 1982) dan skala self-monitoring (Snyder & Gangestad, 1986). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga penjual pada bank Permata Semarang yang berjumlah 50 orang. Sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik korelasi Pearson products moment. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,805 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-monitoring dengan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi self-monitoring maka semakin tinggi pula kinerja.

(9)

ii ABSTRAC

This study was conducted to know the relationship of self-monitoring of the sales performance, especially on sales performance of Permata bank in Semarang. The design of this study used a quantitative approach and techniques of data collection in this study was conducted by questionnaire. Measuring instruments used in this study using a questionnaire consisting of sales performance scale (Behrman & Perreault, 1982) and self-monitoring scale (Snyder & Gangestad, 1986). The population in this study are all Permata bank’s sales in Semarang that totaling 50 people. Samples were taken using a saturation sampling.Data analysis technique used the correlation technique Pearson products moments. From the data analysis, the correlation coefficient (r) 0.805 (p <0.01), which means there is a significant positive relationship between monitoring of performance. When the score of self-monitoring is high, the score of the performance is high too.

(10)

1

PENDAHULUAN

Ketatnya persaingan antar bank dalam era ekonomi global memacu masing-masing bank membuat strategi jitu untuk terus bertahan hidup serta menuntut perbankan untuk menjadi yang terdepan, tercepat dan terbaik dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Namun bukan berarti situasi seperti ini membuat bisnis perbankan dapat berkembang maju dengan sendirinya. Peranan tenaga penjual sangat dibutuhkan dan akan menentukan kesuksesan sebuah penjualan, kesuksesan tersebut ditandai dengan kemampuan tenaga penjual untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan misalnya dengan mengembangkan kepuasan pelanggan, kepercayaan, dan berkomitmen (Schwepker, Good & Odneal, 2012).

(11)

2

pekerjaannya, dan menimbulkan emosi negatif terhadap nasabah serta rekan kerjanya karena gagal dalam mencapai target yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Atas dasar fenomena tersebut dapat dipahami bahwa kinerja pada tenaga penjual bank Permata Semarang mengalami masalah, oleh sebab itu kinerja tenaga penjual bank menarik untuk diteliti.

Kinerja tenaga penjual adalah bagian yang berfungsi sangat penting dalam memegang peranan dalam sebuah manajemen penjualan yang dapat memberikan pengaruh langsung pada hasil penjualan (Johnson & Bharadwaj, 2005). Kinerja tenaga penjual penting untuk diteliti karena kinerja dapat memberikan peran penting dalam mencapai strategi pemasaran industri dengan mengembangkan strategi dan produk. Penjual memainkan peranan penting dalam mempengaruhi pengembangan produk baru dan mengembangkan strategi pemasaran dengan memberikan ide-ide tentang inovasi produk yang diperoleh melalui transaksi dengan pelanggan (Saleh & Kamarudin, 2011). Apabila seorang tenaga penjual memiliki kinerja yang buruk atau rendah maka dapat dikatakan tenaga penjual tersebut tidak berkompeten. Pengaruh dari buruknya kinerja tenaga penjual tersebut dapat menghambat pertumbuhan penjualan produk dan profitabilitas sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan (Ikechukwu, Okorie, Christopher, & Benson, 2011).

(12)

3

Adapun berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan yaitu motivasi kerja, kepuasan kerja, desain pekerjaan, komitmen, kepemimpinan, partisipasi, fungsi-fungsi manajemen, kejelasan arah karir, kompetensi, dan budaya organisasi (Sudarmanto, 2009). Selain itu keterampilan interpersonal dan keterampilan sosial yang dimiliki tenaga penjual dapat mempengaruhi kinerja penjualan (Ahmad, Sah & Kitchen, 2010; Moharam & Shawky, 2012). Kemudian selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, Jawahar (2001) dan Day, Unckless, Schleicher & Hiller (2002) mengemukakan bahwa self-monitoring dapat memengaruhi performansi kerja (kinerja). Self-monitoring pada individu berperan dalam menentukan kesan apa yang ingin ditampilkan individu terhadap individu lain, sehingga individu dengan self-monitoring yang baik (High self-monitoring) akan lebih mudah beradaptasi, lebih mudah menjalin suatu hubungan yang baik antar individu. Sehingga pada akhirnya self-monitoring dapat mempengaruhi kinerja mereka.

Berdasarkan fenomena yang didapatkan ketika tenaga penjual menawarkan produknya mereka mengalami kesulitan saat melakukan pendekatan terhadap calon nasabah dan sering kesal dengan nasabah serta rekan kerjanya. Atas dasar fenomena tersebut peneliti melihat bahwa terdapat masalah pada self-monitoring dalam diri tenaga penjual tersebut yang mempengaruhi kinerja mereka.

(13)

4

Pada suatu kesempatan Harmon, Hammond, Conrad, & Webster (2007) meneliti self-monitoring yang dimiliki manajer penjualan dan membandingkan hasilnya dengan

penelitian-penelitian sebelumnya terhadap tenaga penjual, seperti penelitian-penelitian yang telah dilakukan Goolsby, Rosemary & Michael (1992) dan Durbinsky & Hartley (1986a, 1986b). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajer penjualan dengan kecenderungan self-monitoring yang tinggi mempunyai kinerja yang tinggi pula. Dengan self-monitoring yang tinggi ditemukan bahwa manajer penjualan mampu mempresentasikan dirinya dengan baik kepada pelanggan, sehingga dapat lebih peka terhadap respon pelanggan dan dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggan.

(14)

5

Namun dalam penelitian Durbinsky & Hartley (dalam Harmon et.al, 2007) yang meneliti pengaruh self-monitoring terhadap kinerja, konflik peran, dan ambiguitas peran hal ini menunjukan adanya pengaruh negatif tidak langsung self-monitoring terhadap kinerja tenaga penjual. Self-monitoring yang tinggi pada tenaga penjual mengakibatkan konflik peran dan ambiguitas peran yang tinggi pula. Ketika tenaga penjual memiliki konflik peran dan ambiguitas peran yang tinggi tenaga penjual tidak mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugasnya dan tidak yakin pada apa yang dia lakukan. Hal ini membuat tenaga penjual tersebut

tidak mengerti apa yang diharapkan pada dirinya sehingga mengakibatkan penurunan kinerja.

Barrick, Parks & Mount (2005) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa karyawan dengan self-monitoring yang rendah tidak selalu memiliki kinerja yang rendah pula apabila karyawan tersebut memiliki stabilitas emosional yang tinggi, berkepribadian ekstrovert, dan memiliki keterbukaan terhadap pengalaman. Hal ini disebabkan individu dengan stabilitas emosi yang tinggi dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dan toleran terhadap stres sehingga dapat menghasilkan hubungan kerja yang lebih berkualitas dan mampu meningkatkan kinerja. Pada individu berkepribadian ekstrovert mereka cenderung mudah bergaul, suka berteman dan dapat bekerja dengan orang lain sehingga mampu menyesuaikan lingkungan sosialnya untuk meningkatkan kinerja. Kemudian keterbukaan terhadap pengalaman pada individu dengan self-monitoring yang rendah juga tidak selalu memiliki kinerja yang rendah pula, hal ini disebabkan individu yang memiliki keterbukaan terhadap pengalaman cenderung imajinatif, penasaran, dan kreatif sehingga hal tersebut bermanfaat dalam meningkatkan kinerja.

(15)

6

tenaga penjual. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan positif antara self-monitoring dengan kinerja pada tenaga penjual di PT.Bank Permata, Tbk cabang Semarang.

Kinerja

Kinerja tenaga penjualan diartikan oleh Challagalla & Shervani (1996) sebagai suatu tingkat dimana tenaga penjualan dapat mencapai target penjualan yang ditetapkan pada dirinya. Sementara itu Baldauf, David, Cravens & Piercy (2001) menggunakan istilah kinerja perilaku (behavioral performance) yang merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan tenaga penjualan dalam upaya untuk memenuhi tanggung jawab pekerjaannya. Dalam mencapai hasil yang diinginkan para tenaga penjualan akan melakukan aktivitas-aktivitas yang mungkin saja tidak langsung berdampak terhadap peningkatan penjualan seperti membangun hubungan yang efektif dengan pelanggan dan membuat presentasi penjualan yang efektif. Walaupun aktivitas-aktivitas ini tidak selalu berakhir dengan pembelian produk, namun ini tetap diperlukan karena dapat digunakan untuk meningkatkan pelanggan pada perusahaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja tenaga penjual adalah tingkat dimana tenaga penjual mampu mencapai target pekerjaannya melalui aktivitas-aktivitas penjualan (membangun hubungan yang efektif dengan pelanggan dan membuat presentasi penjualan yang efektif) yang dilakukan.

(16)

7

mengukur kinerja berdasarkan pencapaian tujuan organisasi atau mengukur hasil-hasil akhir saja. Tujuan organisasi ditetapkan oleh pihak manajemen atau kelompok kerja, kemudian karyawan dipacu dan dinilai kinerjanya berdasarkan seberapa jauh karyawan mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan. Kriteria pengukuran ini mengacu pada konsep management by objective (MBO).

Pengukuran berdasarkan perilaku lebih menekankan pada cara atau sarana dalam mencapai tujuan dan bukan hanya pada pencapaian hasil akhir. Pengukuran berdasarkan perilaku condong pada aspek kualitatif daripada aspek kuantitatif yang terukur. Pengukuran berdasarkan perilaku umumnya bersifat subjektif dimana diasumsikan karyawan dapat menguraikan dengan tepat kinerja yang efektif untuk dirinya sendiri maupun untuk rekan kerjanya (Faustion, 1995).

Untuk menilai kinerja dalam penelitian ini menggunakan penilaian subjektif, dikarenakan pengukuran berdasarkan perilaku mendapat perhatian luas dari penelitian-penelitian mengenai perilaku organisasi dan sumber daya manusia karena terbukti skala pengukuran subjektif mempunyai konsistensi (reliabilitas) yang tidak kalah dengan pengukuran objektif (Singh, Verbeke & Rhoads, 1996).

Sementara itu, Behrman & Perreault (1982) mengukur kinerja tenaga penjual menggunakan lima aspek yaitu :

(17)

8

2. Penggunaan pengetahuan teknis (Using Technical Knowledge) yaitu mengembangkan penjualan dengan memfasilitasi tenaga penjual dengan pengetahuan teknis (seperti aplikasi produk, spesifikasi produk, dan menggunakan situasi pelanggan) untuk membantu tenaga penjual mengkoordinasikan hubungan pelanggan dengan perusahaan.

3. Menyediakan informasi ke perusahaan (Providing Information) merefleksikan peran

tenaga penjual sebagai “garis depan” dan pemberi masukan sebagai umpan balik

terhadap perusahaan. Informasi yang diberikan kepada perusahaan meliputi tugas tenaga penjual untuk memberikan dokumen hasil tentang penjualan, memberikan masukan mengenai operasional perusahaan, pelanggan, dan persaingan antar perusahaan secara akurat.

4. Pengendalian biaya (Controlling Expenses) yaitu bagaimana seorang tenaga penjual mampu mengendalikan biaya pengeluaran yang tidak perlu. Pengendalian biaya tersebut berkaitan dengan keterbatasan anggaran operasional, kebijaksanaan dalam penggunaan biaya promosi produk dan biaya perjalanan.

5. Presentasi penjualan (Sales Presentation), peran tenaga penjual sebagai perwakilan perusahaan yang mampu memberikan presentasi penjualan dengan kualitas yang baik kepada pelanggan. Presentasi penjualan tersebut berhubungan dengan bagaimana seorang tenaga penjual menangani pelanggan seperti mampu memahami kebutuhan pelanggan, memberikan penjelasan, memikirkan presentasi yang baik, dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari pelanggan.

(18)

9

menumbuhkan kepercayaan dan nilai dari pelanggan dengan keterampilan sosialnya akan memiliki kinerja penjualan yang lebih baik. Selain faktor-faktor di atas Jawahar (2001) mengemukakan bahwa self-monitoring dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Self-Monitoring

Self-monitoring merupakan konsep yang berhubungan dengan konsep pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Snyder (1974) yang pertama kali mengajukan konsep self-monitoring, yang menjelaskan mengenai proses yang dialami dari tiap individu dalam menampilkan impression management dihadapan orang lain. Menurut Snyder (1974), self-monitoring merupakan suatu

usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya atau petunjuk-petunjuk yang ada di sekitarnya.

Menurut Baron & Byrne (1994) self-monitoring merupakan kemampuan mengawasi dan mengendalikan perilaku berdasarkan situasi lingkungan dan reaksi orang lain atau situasi eksternal (self-monitoring tinggi), atau berdasarkan faktor internal seperti kepercayaan, sikap, minat dan kepentingan individu (self-monitoring rendah). Synder (1974) mengemukakan dua jenis self-monitoring, yaitu:

(19)

10

2. Low self-monitoring: individu dengan low self-monitoring adalah individu yang melakukan segala kegiatan berdasarkan pada apa yang dirasakan dan dipercayai.

Berdasarkan konsep dan definisi yang telah disampaikan di atas maka self-monitoring dapat diartikan sebagai kemampuan individu mengatur diri dalam menampilkan kesan atau perilakunya di hadapan orang lain berdasarkan situasi lingkungan sekitarnya maupun situasi dari dalam individu tersebut.

Briggs & Cheek (dalam Snyder & Gangestad, 1985; 1986) mengemukakan tiga aspek untuk mengukur self-monitoring secara individual, sebagai berikut:

1. Expressive self-control, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai self-monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar terlihat baik.

2. Social stage presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial.

3. Other directed self-present, yaitu kemampuan untuk memainkan peran seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial, kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi.

Hubungan antara Self-Monitoring dengan Kinerja pada Tenaga Penjual

Dalam satu perusahaan tenaga penjual merupakan ujung tombak strategi pemasaran

yang merefleksikan perannya sebagai “garis depan” dalam memberikan masukan sebagai

(20)

11

menentukan kesuksesan sebuah penjualan (Schwepker, Good & Odneal, 2012). Tenaga penjual juga memainkan peranan penting dalam mempengaruhi pengembangan produk baru dan mengembangkan strategi pemasaran dengan memberikan ide-ide tentang inovasi produk yang diperoleh melalui transaksi dengan pelanggan. Oleh sebab itu kinerja pada tenaga penjual penting untuk ditingkatkan karena hal ini dapat memberikan peran penting dalam mencapai strategi pemasaran industri dengan mengembangkan strategi dan produk (Saleh & Kamarudin, 2011).

Kinerja tenaga penjualan diartikan oleh Challagalla & Shervani (1996) sebagai suatu tingkat dimana tenaga penjualan dapat mencapai target penjualan yang ditetapkan pada dirinya. Kinerja tenaga penjual adalah bagian yang berfungsi sangat penting dalam memegang peranan dalam sebuah manajemen penjualan yang dapat memberikan pengaruh langsung pada hasil penjualan (Johnson & Bharadwaj, 2005). Joko (2006) menemukan jika semakin tinggi kinerja hasil tenaga penjual maka akan meningkatkan efektifitas penjualan perusahaan sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan perusahaan yang berhasil dan efektif dalam pencapaian target nominal yang sudah disepakati bersama. Namun apabila kinerja tenaga penjual itu buruk atau rendah maka hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan penjualan produk dan profitabilitas sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan (Ikechukwu F, Okorie, Christopher, & Benson, 2011).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja salah satunya adalah self-monitoring. Jawahar (2001) dan Day, Unckless, Schleicher & Hiller (2002) mengemukakan

(21)

12

mempengaruhi kinerja mereka. Self-monitoring penting bagi individu dalam dunia pekerjaan untuk membentuk suatu organisasi yang berhasil melalui hasil kerja seperti kinerja, kemajuan, kemampuan, perilaku kepemimpinan yang muncul dan beberapa sikap yang berhubungan dengan pekerjaan dalam diri pekerja (Day et.al, 2002).

Menurut Goolsby et.al (1992) self-monitoring pada tenaga penjual sendiri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja penjualan guna mencapai target. Tenaga penjual dengan sifat-sifat adaptif seperti self-monitoring lebih sensitif dalam interaksi sosialnya daripada individu lain yang tidak memilikinya, sehingga dikatakan lebih mampu menyesuaikan diri secara psikologis. Dengan sensitivitas ini, individu yang memiliki sifat-sifat tersebut akan lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan pesan mereka dengan kebutuhan tertentu dari pelanggan sehingga hal ini akan mempengaruhi kinerja penjualan. Moningka & Widyarini (2005) juga mengungkapkan bahwa tenaga penjual yang memiliki self-monitoring tinggi mampu melakukan hubungan interpersonal yang baik dengan individu lain. Hal ini disebabkan individu ini mampu mengatur perilakunya sesuai dengan tuntutan lingkungan, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja individu.

(22)

13

dapat bekerja dengan orang lain sehingga mampu menyesuaikan lingkungan sosialnya untuk meningkatkan kinerja. Kemudian keterbukaan terhadap pengalaman pada individu dengan self-monitoring yang rendah juga tidak selalu memiliki kinerja yang rendah pula, hal ini

disebabkan individu yang memiliki keterbukaan terhadap pengalaman cenderung imajinatif, penasaran, dan kreatif sehingga hal tersebut bermanfaat dalam meningkatkan kinerja.

METODE

VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah self-monitoring, yaitu kemampuan individu mengatur diri dalam menampilkan kesan atau perilakunya di hadapan orang lain berdasarkan situasi lingkungan sekitarnya maupun situasi dari dalam individu tersebut.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja, yang merupakan tingkat dimana tenaga penjual mampu mencapai target pekerjaannya melalui aktivitas-aktivitas penjualan (membangun hubungan yang efektif dengan pelanggan dan membuat presentasi penjualan yang efektif) yang dilakukan.

PARTISIPAN

(23)

14

INSTRUMEN PENELITIAN

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket (kuisioner) yang diberikan langsung kepada partisipan. Kuisioner tersebut terdiri dari dua skala, yaitu skala kinerja tenaga penjual (sales) dan skala self-monitoring. Alat ukur tersebut sudah memenuhi standar namun aitem-aitem dalam alat ukur tersebut perlu untuk diteliti kembali.

Skala Kinerja Tenaga Penjual

Skala kinerja dalam penelitian ini menggunakan skala kinerja sales yang dikembangkan oleh Behrman dan Perreault (1982). Skala ini terdiri 31 aitem yang dikelompokan dalam lima aspek yaitu Achieving Sales Objectives dengan 7 aitem misalnya,

“Saya dapat menghasilkan pangsa pasar yang tinggi untuk perusahaan”. Controlling Expenses dengan 7 aitem misalnya, “Saya melakukan pekerjaan menggunakan biaya yang ditentukan perusahaan”. Sales Presentation dengan 6 aitem misalnya, “Saya mampu memberikan solusi atas pertanyaan atau keberatan nasabah”. Providing Information dengan 5 aitem misalnya, “Saya menyerahkan laporan yang diperlukan tepat waktu”. Using Technical Knowledge dengan 6 aitem misalnya, “Saya mengetahui desain dan spesifikasi produk

perusahaan”. Model skala ini adalah skala Linkert dan memiliki empat alternatif pilihan yang meliputi pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Sistem penilaian jawaban Sangat Sesuai (SS)= 4, Sesuai (S)= 3, Tidak Sesuai (TS)= 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS)= 1.

Skala Self-Monitoring

(24)

15

aitem misalnya “Dalam suatu kelompok, saya jarang menjadi pusat perhatian”. Other directed self-present dengan 6 aitem misalnya, Saya dapat berpura-pura bersikap ramah dengan seseorang meskipun sebenarnya saya tidak menyukainya”. Expressive self-control 7 aitem. Misalnya “Saya selalu dapat bersandiwara dengan baik di hadapan orang lain”. Model skala ini adalah skala Guttman dengan dua alternatif pilihan Benar (B) atau Salah (S) dengan sistem penilaian Benar (B)= 1 dan Salah (S)= 0.

RELIABILITAS ITEM

Kinerja

Berdasarkan seleksi item pada skala kinerja didapat 31 item yang digunakan dalam pengolahan data, skala ini memiliki reliabilitas 0,928.

Self-Monitoring

Berdasarkan seleksi item pada skala self-monitoring didapat 7 item yang gugur dan menyisakan 11 item yang digunakan dalam pengolahan data. Dari hasil seleksi item skala ini memiliki reliabilitas 0,778.

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ASUMSI

Penelitian ini merupakan studi korelasional dimana untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara self-monitoring dengan kinerja pada tenaga penjual. Namun untuk melakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu.

Uji Normalitas

(25)

16

Hasil ini menunjukan data-data yang didapatkan berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0, 05 (p > 0,05). as dalam pengolahan data ini menunjukan adanya hubungan yang linear antara variabel self-monitoring dengan variabel kinerja pada tenaga penjual, karena nilai F-Linearity berada pada

rentang signifikan (F = 115,298; p < 0,05) meskipun nilai F-Deviation from Linearity berada pada rentang tidak signifikan dengan nilai F = 2,636; p = 0,017 (p < 0,05).

DATA DEKSRIPTIF

Tabel 2 merupakan data analisis statistik deskriptif dari skala kinerja dan self-monitoring terhadap skor partisipan. Rata-rata skor self-monitoring yang didapat adalah sebesar 7,6 (SD = 2,836) dan rata-rata skor kinerja yang diperoleh adalah sebesar 101,18 (SD = 11,282). Peneliti kemudian membagi skor dari kedua skala masing-masing menjadi 5

kategori dimulai dari “sangat rendah” sampai dengan “sangat tinggi”. Pengkategorian dalam

(26)

17

No Interval Kategori Frekuensi Presentase (%)

1 X > 100,75 Sangat Tinggi 27 54 % tenaga penjual berada pada kategori tinggi sampai sangat tinggi. Sedangkan untuk hasil kategorisasi skor self-monitoring, pada skala ini terdiri atas 18 aitem yang kemudian hanya menyisakan 11 aitem setelah melalui uji reliabilitas. 11 aitem ini terdiri atas 7 aitem unfavorable dan 4 aitem favorable dengan 2 pilihan jawaban (B) = 1 dan (S) = 0 dengan

satuan deviasi standarnya σ = 1,83 dan mean teoritiknya µ = 5,5.

Tabel.4 Kriteria Skor Self-Monitoring

No Interval Kategori Frekuensi Presentase (%)

1 X > 8,24 Sangat Tinggi 25 50 %

2 6,41 < X ≤ 8,24 Tinggi 6 12 %

3 4,58 < X ≤ 6,41 Sedang 11 22 %

4 2,75 < X ≤ 4,58 Rendah 6 12 %

5 X ≤ 2,75 Sangat Rendah 2 4 %

(27)

18

UJI KORELASI

Setelah diketahui bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel linear maka uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Pearson product moment correlation dengan bantuan SPSS 16.0.

Tabel.5 Correlations

Self Monitoring Kinerja

Self Monitoring Pearson Correlation 1 .805**

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

Kinerja Pearson Correlation .805** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi dalam penelitian ini didapatkan nilai r = 0,805; p = 0,000 (p < 0,01), hal ini menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara self-monitoring dengan kinerja. Dilihat dari segi kekuatannya, korelasi antara self-monitoring dengan kinerja

berada pada kisaran 0,80 ≤ r ≤ 1,0 sehingga dapat dikatakan memiliki korelasi yang sangat kuat (Sugiyono, 2007). Sementara nilai positif mengindikasikan pola hubungan antara self-monitoring dengan kinerja adalah searah (semakin tinggi self-monitoring maka semakin tinggi pula kinerja). Perolehan p = 0,000 (p < 0,01) juga menandakan bahwa hubungan yang terjadi adalah signifikan. Dapat dilihat dari hasil uji korelasi bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara self-monitoring dengan kinerja tenaga penjual sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

PEMBAHASAN

(28)

19

p < 0,05). Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa individu yang memiliki self-monitoring tinggi juga mempunyai kinerja yang tinggi pula. Hasil hubungan yang positif dan

signifikan pada variabel self-monitoring dan variabel kinerja serta kontribusi variabel self-monitoring yang tinggi ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan.

Pertama, ada kemungkinan bahwa self-monitoring dianggap sebagai atribut kepribadian yang penting bagi tenaga penjual (sales) saat melakukan serangkaian aktifitas penjualan sehingga kinerja mereka menjadi tinggi. Pernyataan ini didukung oleh Day, Unckless, Schleicher & Hiller (2002) yang mengemukakan bahwa self-monitoring dalam dunia pekerjaan berkaitan signifikan terhadap hasil kerja seperti kinerja, kemajuan, kemampuan, dan perilaku kepemimpinan. Karyawan yang menggunakan self-monitoring-nya dengan baik akan lebih memiliki nilai kinerja tinggi dan akan lebih dipromosikan dibandingkan yang tidak menggunakan self-monitoring dalam pekerjaannya.

(29)

20

Penelitian ini memberikan bukti bahwa self-monitoring mempunyai peranan yang cukup penting terhadap peningkatan kinerja tenaga penjual (sales) bank Permata. Berdasarkan hasil korelasi aspek-aspek self-monitoring dan kinerja maka aspek self-monitoring memberikan kontribusi yang efektif sebesar 61,1%. Aspek social stage presence

dan other directed self-presence memberikan kontribusi paling besar pada aspek kinerja sebesar masing-masing 22,2%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Goolsby, Rosemary & Michael (1992) menyatakan bahwa sifat-sifat adaptif seperti self-monitoring berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja. Individu yang memiliki sifat-sifat adaptif tersebut lebih sensitif dalam interaksi sosial daripada individu lain yang tidak memilikinya, sehingga dikatakan lebih mampu menyesuaikan diri secara psikologis sehingga hal ini akan mempengaruhi kinerja penjualan.

(30)

21

Penelitian-penelitian sebelumnya telah menjelaskan variabel self-monitoring berpengaruh terhadap kinerja. Namun dalam penelitian ini ditemukan juga bahwa terdapat partisipan yang memiliki kategori skor self-monitoring sangat rendah sampai sedang dengan kinerja dalam kategori skor tinggi sebesar 22%. Peneliti kemudian melihat dari data demografi partisipan ditemukan bahwa partisipan yang memiliki skor self-monitoring sangat rendah sampai sedang dengan skor kinerja tinggi adalah partisipan yang kebanyakan memiliki masa kerja 1 - 3 tahun. Selain itu partisipan tersebut memiliki rata-rata gaji per bulan sebesar ≤ 2 juta (2 orang), 2 – 3,5 juta (8 orang), dan ≥ 5 juta (1 orang dengan kategori self-monitoring sangat rendah). Dapat dilihat bahwa lebih dari 50% partisipan dengan self-monitoring rendah sampai sedang yang memiliki kinerja tinggi adalah partisipan dengan

rata-rata gaji per bulan 2 – 3,5 juta dan 1 orang dengan rata-rata gaji per bulan ≥ 5 juta berada pada kategori sangat rendah namun memiliki kinerja tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kompensasi finansial (gaji) mempengaruhi kesetiaan karyawan pada organisasi, kemauan bekerja keras dan kebanggaan karyawan pada organisasi sehingga dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Djati & Khusaini, 2003).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

(31)

22

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Kekurangan penelitian ini adalah peneliti mengangkat tema penelitian lebih berdasarkan asumsi dan fenomena berdasarkan sudut pandang karyawan saja, sehingga dalam penilaian kinerja peneliti menggunakan penilaian subjektif yang kemungkinan bias lebih besar. Dalam penelitian ini juga hanya melibatkan 50 partisipan sehingga kekuatan generalisasi menjadi terbatas. Menurut peneliti hasil penelitian dengan menggunakan variabel self-monitoring dengan kinerja dirasa cukup baik dan bermanfaat bagi perusahaan, sehingga

melalui penelitian ini perusahaan dapat lebih mengembangkan self-monitoring yang ada dalam diri tenaga penjual (sales) untuk peningkatan kinerja karyawan yang akan berpengaruh pada efektivitas perusahaan.

IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengajukan saran kepada beberapa pihak, sebagai berikut :

1. Tenaga Penjual (sales)

(32)

23

b. Setiap tenaga penjual (sales) diharapkan dapat memanfaatkan waktu dan kesempatan dalam mengikuti pertemuan/latihan/simulasi untuk dapat meningkatkan self-monitoring mereka. Misalnya, melakukan latihan atau simulasi dengan rekan kantor ataupun mentor dalam mempresentasikan produk dari bank Permata.

2. Perusahaan (Bank Permata)

a. Perusahaan diharapkan untuk memberikan training serta simulasi yang dapat mengembangkan self-monitoring kepada tenaga penjual yang baru agar dalam menjalankan pekerjaannya tenaga penjual tersebut mampu berinteraksi baik dengan nasabah dengan baik.

b. Perusahaan diharapkan untuk dapat menyediakan fasilitas berupa ruang pertemuan untuk memberikan pelatihan berupa simulasi kegiatan menjual agar para sales dapat berlatih dalam menghadapi nasabah dan mengembangkan self-monitoring mereka secara baik.

3. Peneliti selanjutnya

a. Agar dapat meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk mencari iklim organisasi berbeda dari penelitian sebelumnya dan menambahkan jumlah subjek.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan data deskriptif berupa divisi untuk bagian marketing agar hasil yang diperoleh lebih dapat dideskripsikan.

(33)

24

yang diukur sesuai dengan tujuan organisasi dan bukan berdasarkan asumsi karyawan sendiri.

(34)

25

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.Z., Sah, B.M & Kitchen P, J. (2010). The Relationship between Sales Skills and Salesperson Performance, and the Impact of Organizational Commitment as a Moderator: An Empirical Study in Malaysian Telecomunications Company. Journal of Economics and Management, 4, 181-211.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Baldauf, A., W, David., Cravens & Piercy, N.F. (2001). Examining Business Strategy, Sales Management, and Salesperson Antecedents of Sales Organization Effectiveness. Journal of Personal Selling and Sales Management, 21, 109-122.

Baron, R.A & Byrne, D. (1994). Social Psychology: Understanding Human Interaction. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Barrick, M.R., Parks, L., & Mount, M.K. (2005). Self-Monitoring as A Moderator of The Relationship Between Personality Traits And Performance. Personnel Psychology, 58, 745-767.

Behrman, D.N & Perreault, W.D. (1982). Measuring the Performance of Industrial Salespersons. Journsal of Business Research, 10, 335-370.

Brehm, S.S., & Kassin, S.M. (1993). Social Psychology (Ed.2). New Jersey : Houghton-Mifflin Company.

Castleberry, S.B & Shepherd, C.D. (1993). Effective Interpersonal Listening and Personal Selling. Journal of Personal Selling & Sales Management, 13, 35-49.

Challagalla, G.N & Shervani, T.A. (1996). Dimension and Types of Supervisory Control: Effects on Salesperson Performance and Satisfication. Journal Marketing, 60, 89-105. Day, D.D., Unckless, A.L., Schleicher, D.J & Hiller, N.J. (2002). Self-Monitoring Personality at Work: A Meta-Analytic Investigation of Construct Validity. Journal of Applied Psychology, 87, 390-40.

Djati, P.S & Khusaini, M. (2003). Kajian Terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi, Dan Prestasi Kerja. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 5, 25-41. Faustino C.G. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.

Goolsby, J.R., Rosemary RL & Michael L.B. (1992). Psychological Adaptiveness and Sales Performance. Journal of Personal Selling and Sales Management, 7, 51-66.

Harmon, H.A., Hammond, K.L., Conrad, CA & Webster, R.L. (2007). Are Sales Managers Predisposed To Self-Monitoring. Academy of Marketing Studies Journal, 11, 31-51. Ikechukwu F,A., Okorie, A.H., Christopher, A & Benson, O. (2011). Salesforce Competence

Development and Marketing Performance of Industrial and Domestic Products Firms in Nigeria. Far East Journal of Psychology and Business, 2, 43-59.

Jawahar, I.M. (2001). Attitudes, Self Monitoring, and Appraisal Behavior. Journal of Applied Psychology, 86, 875-883.

(35)

26

Kasus Pada BPR Di Eks.Karesidenan Semarang). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, 3, 64-78.

Johnson, D.S & Bharadwaj, S. (2005). Digization of Selling Activity and Sales Force Performance: An Empirical Investigation. Journal of the Academy of marketing Science, 33, 3-18.

Malik, M.E. (2011). Organizational Effectiveness: A Case Study of Telecommunication and Banking Sector of Pakistan. Far East Journal of Psychology and Business, 2, 37-48. Moharam, M. O & Shawky, A.Y. (2012). Measuring The Effects of Personalized Integrated

Marketing Communication Tools on the Consumers’’ Intention to Purchase Credit Cards in the Private Banking Sector in Egypt. American Academic & Scholarly Research Journal Special Issue, 4.

Moningka, C & Widyarini, M.M. (2005). Pengaruh Hubungan Interpersonal, Self Monitoring, Dan Minat Terhadap Performasi Kerja Pada Karyawan bagian Penjualan. Prosiding Seminar Nasional PESAT. 23-24 Agustus. Jakarta. Auditorium Universitas Gunadarma: P146-P158.

Preko, A & Adjetey, J. (2013). A Study on the Concept of Employee Loyalty and Engagement on the Performance of Sales Executives of Commercial Banks in GHANA. International Journal of Business Research and Management (IJBRM), 4, 51-62.

Saleh, F & Kamarudin, A.R. (2011). The Effects of Personality Factors on Sales Performance of Takaful (Islamic Insurance) Agents in Malaysia. International Journal of Business and Social Science, 2, 259-265.

Singh, J., Verbeke, W & Rhoads, G.K. (1996). Do Organizational Practices Matter in Role Stress Processes? A Study of Direct and Moderating Effects for Marketing-Oriented Boundary Spanners. Journal of Marketing, 60, 69-86.

Snyder, M. (1974). Self-Monitoring of Expressive Behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 30, 526-537.

Snyder, M & Gangestad, S. (1986). On the Nature of Self-Monitoring: Matters of Assessment Matters of Validity. Journal of Personality and Social Psychology, 51, 125-139. _______________________. (1985). To Carve Nature at Its Joints: On the Existence of

Discrete Classes in Personality. Journal of Personality and Social Psychology, 92, 317-349.

Sudarmanto. (2009). Kinerja Dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran, Dan Implementasi Dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

(36)

Gambar

Tabel 1. ANOVA Table

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu semakin tinggi peringkat obligasi yang didapatkan perusahaan, maka semakin rendah perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut

Perkembangan komunikasi data pada jaringan komputer semakin pesat dengan munculnya konten yang yang semakin kompleks, seperti file audio dan video yang sudah menjadi

Aiming to find how The Jaka rta Post’ s editorial portrays it supporting stance toward Joko Widodo, his working cabinet, and Na wa Cita, I used appraisal theory

pada pada siswa kelas II jurusan permesinan SMK Yayasan Pendidikan Delanggu. Artinya semakin tinggi self control maka akan semakin rendah prokrastinasi akademik. dan

Satu partisipan cenderung takut akan kata pernikahan dan juga perceraian dalam hubungan yang sedang

Hal ini dapat diartikan bahwa semakin efektif komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak maka sibling rivalry akan semakin rendah, karena ketika komunikasi

Semakin tinggi motivasi dalam kerja pegawai maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasinya karena pegawai yang memiliki motivasi yang tinggi mampu mengatur waktu,

Apabila yang diharapkan, diinginkan dan dibutuhkan banyak terpenuhi, maka dapat diduga semakin puas pula kehidupan perkawinannya, namun semakin jauh antara harapan