• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 232009060 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 232009060 Full text"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP

PERPUTARAN KAS DAN LIKUIDITAS PADA BPR

KONVENSIONAL DI WILAYAH REGIONAL

JAWA TENGAH

Oleh :

ANDREAS ANDRAGUNA SINAGA NIM : 232009060

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan

kepadamu; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu”

-Matius 7:7-

Every day is happy day and no day

without smile”

-Andreas Sinaga-

“Untuk satu tujuan yang sama tidak

perlu memilih jalan yang lebih rumit”

-Giras Camar-

“Opo ora eman duite gawe tuku Water of

Evil”

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat, penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan kertas kerja ini.

Kertas kerja ini dapat terselesaikan atas bantuan dari pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua Bapak Tumbur Sinaga dan Ibu Tio Napitupulu, tidak lupa untuk adik-adik tercinta Daniel Parsaoran Sinaga dan Dian Putra Gustinus Sinaga. Serta orang-orang terkasih Kakak Pipit, Uda Regar, Michael, Ustin, Nathan, Kak Okto, Kak Anjaya, Kak Bella, Cik Nana, Jurefa Dongoran, John dongoran, Marno Sigalingging dan Aninditya Pakpahan

2. Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing yang dengan sabar selalu memberi nasehat, arahan dan petunjuk kepada penulis. 3. Seluruh pengajar dan staff pegawai FEB UKSW yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.

4. Brian Alfa Rosa sebagai sahabat sejak SD, SMP, SMA, sampai bangku perkuliahan dan lulus bersama-sama.

5. Sahabat penulis selama berkuliah, baik yang sudah lulus maupun yang masih berjuang, Adiel, Giras, Erwan, Fuad, Nafi, Nelphy, Adit, Bofi, Adityo, Rendi, Rian, Yulius, Arya, Tiar, Endhyka, Sani, Adi, Dian Paula, Paula, Astrid, Monika, Mima, Rizky, Okta, Dewi, Ayu, Arron, Ian, Dimas R, Dimas C, Wahyu, Rara, Xandra, Berny, Helmy, Murio, Ryonaldo, Hermanto, Steve, serta teman-teman ORB Gereh Layur dan teman-teman seangkatan FEB 2009 yang tidak dapat saya sebut satu persatu. Terima kasih atas persahabatan, masukan dan kebersamaan selama ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

(8)

vi ABSTRACT

The objectives of this research is to know the influence of non performing loan to cash turnover and liquidity of BPR in Central Java. In this research, there was three variable, first, Non Performing Loan (NPL) as independent variable that counted by the comparison of estimated unclaimed loan and the total of the loan. Second, there was Cash Turnover as dependent variable that counted by the comparison of total income from loan earning and average cash. Third, there was Liquidity as dependent variable that counted by cash ratio. The samples consist of

244 financial report from conventional BPR that listed in Bank Indonesia’s

publication report 2012 in Central Java. The method used in this research was reggresion analyze linear. The result of this research showed that : NPL has significant influence to Cash Turnover and NPL have no significant influence to Liquidity in 2012. It showed that NPL ratio need to be considered.

(9)

vii SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat perputaran kas dan tingkat likuiditas pada BPR yang berada di wilayah Regional Jawa Tengah. Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang digunakan, yaitu Non Performing Loan (NPL) sebagai variabel independen yang dihitung dengan perbandingan kredit macet dan kredit yang diragukan dengan total kredit yang dikeluarkan. Lalu ada perputaran kas sebagai variabel dependen yang yang didapat dengan perbandingan pendapatan yang diterima melalui pemberian kredit dengan kas rata-rata. Dan likuiditas sebagai variabel dependen yang dihitung dengan cash ratio. Sampel yang digunakan terdiri dari 244 laporan keuangan dari BPR konvensional yang terdaftar pada laporan publikasi Bank Indonesia pada tahun 2012 di wilayah Regional Jawa Tengah. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) tehadap Perputaran kas dan Likuiditas diuji dengan analisis regresi linear. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap perputaran kas, dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa rasio NPL suatu BPR perlu untuk diperhatikan.

(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….. i

Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ……… ii

Halaman Persetujuan / Pengesahan ……….. iii

Halaman Motto ………. iv

Halaman Persembahan ………. v

Abstract ……… vi

Latar Belakang Masalah ………... 1

Rumusan Masalah ………. 4

2. KERANGKA TEORITIS ……….. 4

Konsep dan Definiendum Konsep ………. 5

Nalar Konsep ………. 6

Kerangka Konsep ……….. 8

3. METODE PENELITIAN ……….. 9

Populasi Dan Sampel ……… 9

Jenis dan Sumber Data .……… 9

Metode Pengumpulan Data .……….... 9

(11)

ix

Teknik dan Langkah Analisis ………. 10

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 12

Pengaruh NPL terhadap Perputaran Kas …...………...…… 18

Pengaruh NPL terhadap Likuiditas ...………... 20

5. PENUTUP ………...……….. 22

Kesimpulan dan Saran ……… 22

Keterbatasan Penelitian ……….. 23

Saran Untuk Penelitian Mendatang ……….. 23

DAFTAR PUSTAKA ……… 24

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Data ...……….. 9

Tabel 2. Deskriptif Statistik. .………….………. 12

Tabel 3. Regresi ...…………... 18

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

(15)

1 1. PENDAHULUAN

Latar belakang masalah

Pada masa-masa saat ini, hampir semua lapisan masyarakat maupun badan usaha memerlukan dan menggunakan jasa dari jasa perbankan. Jasa perbankan dianggap sebagai kebutuhan utama dan pusat dari perekonomian. Ini terkait dengan fungsi utama bank, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya akan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit.

Adanya penyaluran kredit oleh bank kepada masyarakat menunjukkan betapa pentingnya bidang perbankkan itu. Bidang perbankan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi karena bank merupakan salah satu sumber untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan oleh masyarakat dan badan usaha untuk dapat menjalankan kegiatan operasinya. Maka bank dianggap sebagai sarana yang dipakai pemerintah untuk memajukan perekonomian, dalam arti ikut serta membiayai masyarakat melalui jasa pemberian kredit.

Kredit merupakan pemberian pinjaman berupa dana kepada pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk membayarnya kembali beserta bunganya selama jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

(16)

2

perencanaan dan analisis yang tepat agar bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya kredit macet dan bermasalah.

Menurut Basel Committee on Banking Supervision yang dapat diakses pada website http://www.bis.org/publ/bcbs54.htm (diakses pada 28 Oktober

2012, Pukul 20:25), menyatakan bahwa: “Credit risk is most simply defined as the potential that a bank borrower or counterparty will fail to meet its obligations in accordance with agreed terms”. Basel Committee on Banking Supervision, menyatakan bahwa risiko kredit yang paling sederhana didefinisikan sebagai potensi bahwa pihak debitur gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan (waktu jatuh tempo).

Kredit bermasalah adalah salah satu bentuk dari risiko kredit pada bank. Kredit yang bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan. Kredit bermasalah akan berdampak pada jumlah persediaan kas sehingga jumlah kas yang berada di bank akan tinggal sedikit, karena jumlah arus kas yang berasal dari kredit yang seharusnya diterima tidak dibayar secara penuh.

Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya dana dalam bentuk deposito/simpanan oleh deposan/penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan dana dari para penitip dana maupun dari para peminjam/debitur.

(17)

3

bermasalah karena aktivitas BPR yang tidak sama dengan aktivitas bank konvensional. Aktivitas BPR menyalurkan dananya kepada peminjam dan peminjam akan mengembalikan dana tersebut secara mengangsurnya dalam tempo tertentu. Apabila kemampuan peminjam tidak sesuai dengan apa yang telah diperhitungkan maka dampak dari risiko kredit bisa saja akan menyebabkan pengaruh pada perputaran kas dan tingkat likuiditas BPR.

BPR di wilayah regional Jawa Tengah sangat rawan terkena dampak dari munculnya kredit-kredit yang bermasalah. Ini bisa dilihat dari perhitungan rata-rata tingkat rasio NPL sebesar 6,88% yang didapat dari laporan publikasi BPR konvensional pada Bank Indonesia. Dengan nilai rata-rata sebesar 6,88% ini BPR pada wilayah regional Jawa Tengah dianggap tidak sehat karena nilai mempunyai nilai NPL yang lebih tinggi dari peraturan Bank Indonesia yaitu maksimal 5% untuk dinyatakan sehat.

Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai tingkat Non Performing Loan (NPL) pada BPR konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah karena tingkat NPL pada BPR konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah lebih tinggi dari peraturan Bank Indonesia untuk dinyatakan sehat.

(18)

4

BPR yang baik diharapkan kepercayaan nasabah yang mempercayakan dananya untuk disalurkan kepada BPR akan meningkat.

Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah ada pengaruh antara kredit bermasalah terhadap perputaran kas pada BPR di cakupan wilayah regional Jawa Tengah ?

2. Apakah ada pengaruh antara kredit bermasalah terhadap likuiditas pada BPR di cakupan wilayah regional Jawa Tengah ?

2. KERANGKA TEORITIS

Penyaluran Kredit selalu mendatangkan manfaat yaitu pendapatan, namun di sisi lain juga menimbulkan risiko dan ada kesempatan yang hilang karena dana tidak dapat diputar karena masih ada di tangan peminjam.

Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Pengunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70%-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga (Siamat, 2005).

(19)

5

ditetapkan kriteria siapa saja yang layak diberikan kredit dan bagaimana cara dan syarat pembayarannya.

Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang di berikan kepada debitur. Bank dikatakan mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah lebih besar dari pada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur.

Konsep dan Definiendum Konsep

Kredit Bermasalah

PSAK No. 31 Tahun 2009 Tentang Akuntansi Perbankan menyatakan bahwa kredit bermasalah/kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat 90 (sembilan puluh) hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.

(20)

6

Menurut Burns (1991) likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

Pernyataan tersebut sependapat dengan Wood (1982) yang mengatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan.

Nalar Konsep

Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Perputaran kas

Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali.

Untuk menentukan berapa jumlah persediaan kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu bank, belum ada standar rasio yang bersifat umum. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan bank untuk mengatasi permasalahan ini yaitu diantaranya dengan melakukan manajemen kas yang baik melalui pengelolaan perputaran kas yang baik.

(21)

7

Akibat dari perputaran kas yang rendah maka jumlah dana yang berada di BPR akan semakin berkurang dan bahkan bisa juga habis.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut. H1= Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap perputaran kas.

Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas

Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi BPR. Salah satu fungsi BPR adalah sebagai mediator atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.

Pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar kegiatan operasional BPR tetap dapat berjalan dengan lancar. Apabila terjadi banyak penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka BPR tidak bisa mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkan, dan hal ini tentu saja dapat mempengaruhi tingkat likuiditas BPR dan bisa berpengaruh pada penurunan tingkat kepercayaan masyarakat kepada BPR.

Tingkat likuiditas BPR merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan secara tepat oleh manajemen BPR. Manajemen BPR diharuskan memantau keadaan aktiva lancar yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas BPR.

(22)

8

juga BPR tersebut, karena dia tidak dapat memenuhi permintaan kredit dari peminjam.

Suatu BPR dikatakan likuid apabila BPR yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utangnya, dapat membayar kembali semua deposito, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa penangguhan. Makin tidak likuid maka akan menimbulkan runtuhnya kepercayaan masyarakat yang dapat menyebabkan penarikan dana dan menurunkan kinerja.

Aspek likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan BPR tersebut mampu membayar kewajibannya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Payamta dan Machfoedz, 1999).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut. H2= Kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap likuiditas

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep

Likuiditas

Kredit Bermasalah

(23)

9 3. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BPR di wilayah regional jawa Tengah yang dipublikasikan di website Bank Indonesia. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan keperluan. Kriteria yang digunakan adalah BPR yang melaporkan laporan keuangannnya pada tahun 2012.

Tabel 1. Kriteria Data

KRITERIA JUMLAH

Data seluruh BPR di wilayah Jawa Tengah

Tidak ada laporan keuangan tahun 2012

250 (6)

Data yang memenuhi kriteria 244

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumber datanya diperoleh dari website Bank Indonesia.

Metode Pengumpulan Data

(24)

10 Pengukuran Variable

Kredit bermasalah dapat dihitung dengan menggunakan rumus Non Performing Loan sebagai berikut (Manurung dan Raharja, 2006).

x 100%

Perputaran kas menurut Mulyono, (2000) dapat dihitung sebagai berikut:

Aspek likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Payamta dan Machfoedz, 1999)

Likuiditas bank dapat dilihat dengan menggunakan alat ukur cash ratio. Cash Ratio menurut Jumingan (2008) dapat dihitung dengan rumus:

X100%

Teknik dan Langkah Analisis

Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, sebelumnya perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar data sampel yang diolah dapat benar-benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan

Uji Normalitas

(25)

11

tidak, agar dapat digunakan untuk melanjutkan ke uji berikutnya yaitu uji regresi linear. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogrov smirnov. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal sehingga dapat dilanjutkan untuk uji selanjutnya. Sebaliknya apabila

nilai probabilitas ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal sehingga harus dilakukan penormalan data.

Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan dalam penelitian ini untuk menguji besar pengaruh antara variabel independen (Kredit Bermasalah) dengan variabel dependen (Perputaran Kas dan Likuiditas) dan menunjukkan arah pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependennya. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Regresi Linear Sederhana. Dimana model regresi untuk hipotesis pertama, yaitu:

Y1 = b0 + b1x1 + e

(26)

12 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan

pengamatan sejumlah variabel yang digunakan dalam model analisis regresi linear untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Non Performing Loan (NPL) sebagai variabel independen terhadap tingkat perputaran kas dan tingkat likuiditas sebagai variabel dependen.

Deskriptif Statistik

Tabel 2. Deskriptif Statistik

Variabel

BPR Minimum Maksimum Mean

Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah

Non

Sumber : Hasil olahan, November 2013

Terdapat 3 variabel yang dipakai dalam peneitian ini yaitu NPL (Non Performing Loan), Perputaran Kas, dan Likuiditas yang diperoleh dari 244 BPR konvensional wilayah regional Jawa Tengah, yang terdiri dari 185 BPR konvensional milik swasta dan 59 BPR konvensional milik pemerintah.

(27)

13

besar dari pada total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha. Berbeda dengan BPR milik swasta yang lainnya yang perbandingan total kreditnya tidak mencapai 25 kali dengan total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macetnya.

Sedangkan NPL yang paling tinggi terdapat pada BPR milik swasta adalah BPR Sahabat Purwokerto sebesar 48,37% karena besarnya total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang disalurkan oleh BPR Sahabat Purwokerto hampir mencapai setengah kali dari total kredit yang disalurkan. Besarnya nilai NPL rata-rata dari seluruh BPR konvensional milik swasta yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar lebih besar dari pada total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang dikeluarkan oleh BPR Bank Purworejo. Berbeda seperti BPR milik pemerintah yang lainnya yang perbandingan total kreditnya tidak mencapai lebih dari 6 kali dengan total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macetnya.

(28)

14

BP Kota Tegal mencapai lebih dari seperempat kali dari total kredit yang disalurkan. Besarnya nilai NPL rata-rata dari seluruh BPR konvensional milik pemerintah yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

5,599%.

Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut dinyatakan mempunyai NPL yang tinggi atau dengan kata lain tidak sehat. Bedasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa rata-rata BPR konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah baik yang dimiliki oleh swasta maupun pemerintah merupakan BPR yang tidak sehat.

Pada variabel Perputaran kas yang dihitung dengan rumus pendapatan operasional dibagi dengan rata-rata kas, BPR milik swasta yang mempunyai tingkat perputaran kas yang paling rendah terdapat pada BPR Arismentari Ayu yaitu sebesar 1,75 kali, nilai ini diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan operasional dari BPR Arismentari Ayu dengan rata-rata kas yang dimiliki oleh BPR Arismentari Ayu. BPR Arismentari Ayu memiliki tingkat perputaran kas yang paling rendah dari antara BPR milik swasta yang lainnya, nilai ini perlu untuk ditingkatkan lagi karena tingkat perputaran kas yang rendah dan tidak efisien yang bisa menghambat kinerja dan mempengaruhi kesehatan BPR yang akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada BPR Arismentari Ayu.

(29)

15

Kondisi perputaran kas tinggi ini dapat terjadi karena besarnya nilai pendapatan operasional yang lebih besar dari pada rata-rata kas yang dimiliki. Karena kondisi perputaran kas yang tinggi dari BPR Wira Ardana Sejahtera maka penggunaan kas pada BPR Wira Ardana Sejahtera dinilai sangat efisien sehingga tidak ada kas yang menumpuk terlalu banyak dan tidak dipergunakan.

Tingkat perputaran kas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik swasta yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

47,85 kali. Dengan nilai tingkat perputaran kas rata-rata yang cukup tinggi, maka BPR konvensional milik swasta yang berada wilayah regional Jawa Tengah dapat dinyatakan efisien dalam mengelola kas karena sedikit kas yang menumpuk dan kas digunakan secara efisien.

BPR milik pemerintah yang mempunyai tingkat perputaran kas yang paling rendah terdapat pada BPR BKK Mandiraja yaitu sebesar 0,55 kali, nilai ini diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan operasional dari BPR BKK Mandiraja dengan rata-rata kas yang dimiliki oleh BPR BKK Mandiraja. BPR BKK Mandiraja memiliki tingkat perputaran kas yang paling rendah dari antara BPR milik pemerintah yang lainnya, ini merupakan keadaan yang tidak baik bagi BPR BKK mandiraja, karena tingkat perputaran kas yang rendah sehingga penggunaan kas dirasa tidak efisien yang bisa menghambat kinerja dan mempengaruhi kesehatan BPR yang akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada BPR BKK Mandiraja.

(30)

16

kali. Kondisi perputaran kas tinggi ini dapat terjadi karena besarnya nilai pendapatan operasional yang lebih besar dari pada rata-rata kas yang dimiliki. Karena kondisi perputaran kas yang tinggi dari BPR Bank Pasar Kota Semarang maka penggunaan kas pada BPR Bank Pasar Kota Semarang dinilai sangat efisien sehingga tidak ada kas yang menumpuk terlalu banyak dan tidak dipergunakan.

Tingkat perputaran kas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik pemerintah yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

23,44 kali. Dengan nilai tingkat perputaran kas rata-rata yang cukup tinggi, maka BPR konvensional milik pemerintah yang berada di wilayah regional Jawa Tengah dapat dinyatakan efisien dalam mengelola kas karena sedikit kas yang menumpuk dan kas dipergunakan secara efisien.

Sedangkan pada variabel likuiditas yang dihitung menggunakan cash ratio, dengan rumus kas dibagi dengan kewajiban lancar. Tingkat likuiditas terendah yang terdapat pada BPR milik swasta adalah BPR Mitra Banaran Mandiri sebesar 0,13. Tingkat likuiditas yang rendah yang dimiliki oleh BPR Mitra Banaran Mandiri terjadi karena besarnya nilai kas yang lebih kecil dibanding nilai kewajiban lancarnya.

(31)

17

Sedangkan tingkat likuiditas tertinggi pada BPR milik swasta terdapat pada BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera sebesar 251. Tingginya tingkat likuiditas BPR Panasayu Arthalan Sejahtera disebabkan oleh nilai kas yang lebih besar dari pada nilai kewajiban lancarnya, yang dengan kata lain BPR Panasayu Arthalan Sejahtera merupakan BPR yang liquid yang dapat membayar seluruh kewajiban lancarnya.

Tingkat likuiditas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik swasta di wilayah regional Jawa Tengah adalah sebesar 9,011. Nilai rata-rata likuiditas pada BPR milik swasta yang berada di wilayah regional Jawa Tengah cukup tinggi, sehingga rata-rata BPR milik swasta yang berada di wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang liquid yang dapat membayar seluruh kewajiban lancarnya.

Sedangkan tingkat likuiditas terendah yang terdapat pada BPR milik pemerintah adalah BPR Bank Magelang sebesar 0,23. Tingkat likuiditas yang rendah yang dimiliki oleh BPR Bank Magelang terjadi karena besarnya nilai kas yang lebih kecil dibanding nilai kewajiban lancarnya.

Kondisi seperti itu merupakan kondisi yang tidak sehat bagi BPR karena BPR dinyatakan tidak liquid dan tidak dapat membayar seluruh kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar, kondisi ini dapat berdampak menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat yang mempercayakan dananya kepada BPR Bank Magelang.

(32)

18

kewajiban lancarnya, yang dengan kata lain BPR Bank Karanganyar merupakan BPR yang liquid yang dapat membayar seluruh kewajiban lancarnya.

Tingkat likuiditas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik pemerintah di wilayah regional Jawa Tengah adalah sebesar 5,156. Nilai rata-rata likuiditas pada BPR milik pemerintah yang berada di wilayah regional Jawa Tengah cukup tinggi, sehingga rata-rata BPR milik pemerintah yang berada di wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang liquid yang dapat membayar seluruh kewajiban lancarnya.

Pengaruh NPL terhadap Perputaran Kas

Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 18.0 maka diperoleh hasil seperti tabel dibawah ini.

(33)

19

menurunkan perputaran kas. Sehingga semakin tinggi tingkat kredit bermasalah maka tingkat perputaran kas akan semakin rendah, karena semakin kecil jumlah pendapatan operasional dari penyaluran kredit. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kredit bermasalah maka tingkat perputaran kas akan semakin tinggi, karena semakin besar jumlah pendapatan operasional dari penyaluran kredit.

Berdasarkan hasil regresi linear dari variabel perputaran kas dengan koefisien regresi sebesar -0,102 dan konstanta sebesar 3,345 maka dapat dibuat model regresi linear sebagai berikut:

Perputaran Kas = 3,345 + (-0,102)NPL + e

Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit bermasalah dapat dilihat dari hasil output SPSS yang memberikan nilai signifikansi sebesar 0,077. Pada tingkat keyakinan 90%, Non Per forming Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap perputaran kas karena nilai signifikansi sebesar 0,077<0,1.

(34)

20

Besarnya kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen dari NPL terhadap Perputaran Kas dapat dilihat dari nilai R-square pada tabel yaitu sebesar 0.013 atau 1,3% dan selebihnya 98,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya di luar penelitian ini.

Pengaruh NPL tehadap Likuiditas

Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 18.0 maka diperoleh hasil seperti tabel dibawah ini.

Variabel Dependen : Likuiditas

Sumber : Hasil olahan, November 2013

Nilai koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh antara kredit bermasalah dan likuiditas sebesar 0,115. Dengan kata lain NPL memiliki pengaruh yang positif terhadap likuiditas.

Berdasarkan hasil regresi linear dari variabel likuiditas dengan koefisien regresi sebesar 0,115 dan konstanta sebesar 0,881 maka dapat dibuat model regresi linear sebagai berikut:

(35)

21

Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit bermasalah dapat dilihat dari hasil output SPSS yang memberikan nilai signifikansi sebesar 0,167. Ini menunjukakan bahwa pengaruh antara Non Performing Loan (NPL) terhadap Likuiditas adalah tidak signifikan walaupun pada tingkat keyakinan sebesar 90%, Non Performing Loan (NPL) karena nilai signifikansi sebesar 0,077<0,1.

Hasil ini menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR konvensional yang berada pada regional Jawa Tengah. Sehingga hasil ini tidak mendukung hipotesis bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap tingkat likuiditas. Ini dapat disebabkan karena adanya pendapatan yang didapat selain karena pendapatan dari pemberian kredit, misalnya karena adanya dana tabungan yang ditanamkan oleh nasabah. Hal yang juga dapat menjadi alasan penyebab pengaruh NPL yang positif terhadap Likuiditas adalah karena adanya window dressing yang menyebabkan adanya distorsi akuntansi.

(36)

22 5. PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pada hasil pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengaruh dari tingkat NPL adalah negatif dan signifikan terhadap tingkat perputaran kas pada BPR yang berada di wilayah regional Jawa Tengah. 2. Pengaruh dari tingkat NPL adalah tidak signifikan terhadap tingkat

likuiditas pada BPR yang berada di wilayah Regional Jawa Tengah.

Mengingat hasil penelitian pengaruh NPL terhadap tingkat perputaran kas adalah signifikan maka manajemen BPR yang ada pada wilayah regional Jawa Tengah hendaknya lebih memperhatikan risiko-risiko yang diakibatkan oleh besarnya NPL supaya tingkat perputaran kas mempunyai nilai yang baik dan meminimalkan risiko kehabisan kas yang dapat menghambat penyaluran kredit terhadap nasabah.

Dan walaupun hasil penelitian NPL terhadap tingkat likuiditas adalah tidak signifikan akan tetapi bukan berati manajemen mengabaikan tingkat NPL mengingat peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut dinyatakan tidak sehat.

(37)

23 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, penelitian ini masih memiliki keterbatasan, diantaranya: pengunaan data yang hanya pada satu periode waktu sehingga membuat kemungkinan ada penggunaan window dressing sehingga dapat menyebabkan terjadinya distorsi akuntansi.

Saran Untuk Penelitian Mendatang

(38)

24 Daftar Pustaka

Abiwodo. Salim, Ubud dan Swasto, Bambang., (2004) ,”Pengaruh Modal, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas terhadap Rasio Laba Bersih Industri Perbankan yang Go Public di Indonesia”, Jurnal Aplikasi Manajemen:Vol 2, No 2

Crosse, Howard D. and George H. Hempel., (1973) ,”Management Policies for

Commercial Bank”, Prentice-Hall.

Dahlan.Siamat., (2005) ,”Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima. Jakarta: LPFE UI.

Greg. Anggana L., (1996) ,”PERANAN MANAJEMEN LIKUIDITAS BAGI

INDUSTRI PERBANKAN”, Gema Stikubank.

Jumingan., (2008), ”Analisis Laporan Keuangan”, Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Komang. Darmawan., (2004) ,"Analisis Rasio-Rasio Bank," Info Bank, Juli, 18- 21.

Mandala. Manurung, Prathama. Raharja., (2006) ,”Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter”. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Payamta, dan Machfoedz, M., (1999) ,”Evaluasi Kinerja perusahaan Perbankan

sebelum dan sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek

Jakarta”, KELOLA No. 20/VIII/ 1999.

Teguh. Pudjo Mulyono., (2000) ,”Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan”, Edisi Revisi, Jakarta: Djambatan.

(39)

25

Widianti. Rita, Ekawati. Henny, Atahau. Apriani Dorkas Rambu, Sucahyo. Usil

Sis., (2006) ,”MANAJEMEN KEUANGAN”, Salatiga: Fakultas

(40)

26 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Contoh Data Laporan Keuangan Publikasi BPR

PD. BPR BKK Ungaran

a. Pada bank umum 25,948,083 18,160,214

b. Pada BPR 49,105 161,717

4 Kredit yang diberikan

a. Pihak terkait 677,841 760,513

b. Pihak tidak terkait 134,358,870 148,397,618

5 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif -/- 5,794,168 5,122,583

6 Aktiva dalam valuta asing 0 0

7 Aktiva tetap dan inventaris

a. Tanah dan gedung 724,716 778,791

b. Akumulasi penyusutan gedung -/- 424,426 417,982

c. Inventaris 3,559,201 3,408,074

d. Akumulasi penyusutan inventaris -/- 3,037,174 2,821,475

8 Aktiva Lain-lain 1,747,964 1,761,155

(41)

27

1 Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar 295,168 353,761

2 Tabungan

a. Pihak terkait 110,132 416,554

b. Pihak tidak terkait 39,135,834 37,761,095

3 Deposito berjangka

a. Pihak terkait 3,018,815 2,423,765

b. Pihak tidak terkait 65,884,076 65,818,816

4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 0 0

5 Antarbank pasiva 27,296,579 39,147,696

6 Pinjaman yang diterima 0 0

7 Pinjaman subordinasi 0 0

8 Rupa-rupa Pasiva 1,809,252 1,810,432

9 Ekuitas :

a. Modal dasar 50,000,000 25,000,000

b. Modal yang belum disetor -/- 38,152,503 13,652,502

c. Agio 0 0

d. Disagio -/- 0 0

e. Modal sumbangan 0 0

f. Modal pinjaman 0 0

g. Dana setoran modal 0 0

h. Cadangan revaluasi aktiva tetap 0 0

i. Cadangan umum 2,996,040 2,356,892

j. Cadangan tujuan 1,226,063 719,387

k. Laba yang ditahan -248,872 241,853

l. Saldo Laba (Rugi) tahun berjalan 6,076,194 5,234,336

(42)

28

5 Jumlah Pendapatan Operasional 29,770,195 30,493,522

6 Pendapatan Non Operasional 137,466 209,137

7 Jumlah Pendapatan 29,907,661 30,702,659

8 Beban Operasional

9 - Beban Bunga 10,556,914 12,685,287

10 - Beban Administrasi dan Umum 1,346,735 1,356,175

11 - Beban Personalia 7,229,433 7,039,726

12 - Penyisihan Aktiva Produktif 1,235,005 1,220,706

13 - Beban Operasional Lainnya 1,504,371 1,625,556

14 Jumlah Beban Operasional 21,872,458 23,927,450

15 Beban Non Operasional 144,676 111,275

16 Jumlah Beban 22,017,134 24,038,725

17 Laba/Rugi sebelum Pajak Penghasilan (PPh) 7,890,527 6,663,934

18 Taksiran Pajak Penghasilan 1,814,333 1,429,598

19 Laba/Rugi Tahun Berjalan 6,076,194 5,234,336

Laporan Komitmen dan Kontinjensi

1 Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik 0 0

2 Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik 0 0

(43)

29

Jumlah Komitmen 0 0

1 Pendapatan bunga dalam penyelesaian 4,776,910 4,306,541

2 Lain-Lain 5,616,173 5,701,687

Jumlah Kontinjensi 10,393,083 10,008,228

Laporan Kualitas Aktiva Produktif & Informasi Lainnya

(Ribuan Rp.)

Keterangan L KL D M Jumlah

1. Penempatan pada bank lain 19,206,058 0 0 0 19,206,058

2. Kredit yang diberikan 0 0 0 0 0

a. Kepada pihak terkait 677,841 0 0 0 677,841

b. Kepada pihak tidak terkait 125,626,000 1,318,339 1,174,013 6,240,518 134,358,870

3. Jumlah aktiva produktif 145,509,899 1,318,339 1,174,013 6,240,518 154,242,769

(44)

30 Lampiran 2

Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

NPL PERPUTARAN_KAS LIKUIDITAS

N 244 244 244

Normal Parametersa,b Mean 1.4718 3.1953 1.0504

Std. Deviation 1.05105 .94323 1.36442

Most Extreme Differences Absolute .059 .042 .043

Positive .035 .042 .043

Negative -.059 -.042 -.029

Kolmogorov-Smirnov Z .914 .653 .676

Asymp. Sig. (2-tailed) .374 .788 .750

a. Test distribution is Normal.

(45)

31 Lampiran 3

Uji Regresi Linear NPL terhadap Perputaran Kas

Variables Entered/Removedb

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 NPLa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

(46)
(47)

33 Lampiran 4

Uji Regresi Linear NPL terhadap Likuiditas

Variables Entered/Removedb

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 NPLa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: LIKUIDITAS

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

(48)
(49)

Gambar

Tabel 4. Regresi .........…………………………………………………….
Gambar 1. Kerangka Konsep  …………………………………………...
Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 1. Kriteria Data
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kertas Kerja ini berjudul “Peranca ngan aplikasi database sistem penjualan, penerimaan kas, pembelian dan pengeluaran kas pada Toko Sarana.. Elektronik ” disusun

Denka Komputama tidak menggunakan bukti jurnal pembelian karena dalam pembayaran pajak hanya menggunakan jurnal pengeluaran kas, karena dari jurnal pengeluaran kas sudah

Analisis terhadap sektor ekonomi yang dimiliki oleh suatu wilayah dapat menyimpulkan sektor unggulan dari suatu wilayah, sehingga potensi utama wilayah tersebut

Admin memiliki hak akses penuh kedalam sistem, yang terdiri dari setting tahun ajaran, manajemen data kelas, manajemen data Siswa, manajemen data wali

1. Resource, terdiri dari persediaan bahan baku, dan kas. Event, terdiri dari pengeluaran bahan baku, pembelian, pengeluaran kas. Agen, terdiri dari karyawan dan pemasok. Pada

Api Abadi Mrapen adalah salah satu tempat wisata alam di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang memiliki tiga buah obyek fenomena alam yaitu Api Abadi, Sendang Dudo dan

Sementara itu melalui studi kasus pada tenaga penjual BPR Semarang yang dilakukan oleh Joko (2006) ditemukan jika semakin tinggi kinerja hasil tenaga penjual maka akan

maut” , mereka juga mengetahui bahwa Yesus turun ke dalam kerajaan maut untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia serta Yesus akan berkuasa di tengah-tengah kerajaan