• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 232009024 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 232009024 Full text"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP TINGKAT

KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

(Studi Pada BPR Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010 - 2011)

Oleh :

RIKA MULIAWANTI NIM : 232009024

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi sebagian dari Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Tingkat kesehatan sangat diperlukan dalam dunia perbankan. Penilaian kesehatan

tersebut merupakan penilaian berbagai aspek/faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

suatu bank melalui penilaian aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,

rentabilitas dan likuiditas yang dinamakan dengan analisis rasio CAMEL. Dengan

diterapkannya analisis CAMEL tersebut dapat dilihat peringkat kesehatan bank. Namun,

kenyataannya tidak semua bank terlihat dan termasuk kedalam predikat sehat. BPR yang

terlihat dekat dengan masyarakat karena tugasnya untuk menghimpun dan menyalurkan

dana masyarakat juga belum tentu termasuk sehat. Melalui skripsi ini penulis ingin

melihat dan menganalisis tingkat kesehatan BPR di Propinsi Jawa Tengah dan

mengetahui faktor mana yang mendukung tingkat kesehatan BPR.

Kertas kerja ini terbagi atas lima bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai

latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian ini.

Kemudian bagian kedua menjelaskan mengenai teori penelitian yang dapat dijadikan

dasar pemikiran untuk analisis dan pembahasan pada penelitian ini. Bagian ketiga

menjelaskan mengenai populasi, sampel, pengukuran dan analisis data pada penelitian.

Bagian keempat menjelaskan mengenai analisis data dan pembahasan. Sedangkan bagian

kelima menjelaskan mengenai saran, kesimpulan serta keterbatasan dan agenda

penelitian.

Salatiga, 01 Juli 2013

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tak terkira besarnya penulis panjatkan Tuhan Yesus Kristus atas

segala rahmat, anugerah, bimbingan dan penyertaanNya kepada penulis, sehingga kertas

kerja ini dapat tersusun dan terselesaikan. Kertas kerja ini disusun dalam rangka

memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E), Program Studi

Akuntansi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Penulis telah merasakan berbagai tantangan, hambatan, serta kesulitan selama

proses penelitian dan penyusunan kertas kerja ini. Berkaitan dengan hal tersebut penulis

menyadari bahwa dengan selesainya kertas kerja ini tidak terlepas dari bantuan-bantuan

berbagai pihak yang sangat membantu dan memberi banyak dukungan. Pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa dan Mama tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang, serta bekal

baik material maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan

kertas kerja ini.

2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis, yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis serta Bapak

Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku kaprogdi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan

kertas kerja ini.

3. Prof. Supramono, SE., MBA., DBA selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, memberikan ide, masukan dan saran dengan penuh kesabaran

dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan kertas kerja.

4. Ibu Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak selaku wali studi, atas

pengarahan-pengarahan yang telah diberikan selama penulis menuntut ilmu.

5. Seluruh dosen pengajar, staff administrasi dan karyawan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu.

Untuk Bapak Elias Mudiyono dan Bapak Suharyono, terima kasih atas bantuan

dan dukungannya mulai dari proses penyusunan proposal hingga sidang proposal

dan skripsi.

6. Maya, Mbak Dessy dan Mas Yo, adik dan kakak-kakakku tersayang yang

(7)

keponakanku terlucu, terima kasih atas canda tawamu yang selalu

menghibur tante, membuat ceria dan semangat. Tante sayang Noah…

7. Diana, Tina, Debby, Setha, Dita, Redina, Vian, Gian, Riska, Citra, Cila,

Erlyna, Kiki, Iga, Ester, Ayu, Shella, Christin, Vika, Rosita, Arum, Adit

“Raden”, Nerisa, Fellya, Mbak Arin, Okky, Nia, Cindy “Sindol”, Peter,

Vania. Sahabat yang saling menguatkan, menghibur, memberikan

dukungan, bantuan, kebersamaan, semangat, canda tawa dan keceriaan,

tempat sharing dikala penulis mengalami keputus-asaan dalam pembuatan

skripsi ini, sehingga penulis dapat bangkit lagi dan termotivasi kembali.

Terima kasih sudah menjadi sahabat dan teman satu perjuangan.

Pengalaman suka maupun duka dan kenangan yang “menggila” bersama

kalian tak akan pernah penulis lupakan.

8. Keluarga besar, teman-teman FEB angkatan 2009 dan pihak-pihak lain yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung, memberikan

bantuan dan dukungan moral kepada penulis dari awal hingga akhir, sehingga

dapat terselesaikannya kertas kerja ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa pastilah penuh

dengan ketidaksempurnaan. Apabila di dalam penulisan ini terdapat kekurangan, penulis

memohon maaf yang sebesar-besarnya, serta mengharapkan saran yang membangun dan

masukan demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap semoga penulisan kertas kerja

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, serta demi kemajuan penelitian-penelitian

selanjutnya.

Salatiga, 01 Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul/cover ... i

Surat Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ... ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstract ... x

Saripati ... xi

1. Pendahuluan ... 1

2. Telaah Pustaka 2.1 Rasio Keuangan CAMEL ... 2

2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 6

3. Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 8

3.2 Pengukuran Data ... 9

3.3 Teknik Analisis Data ... 10

4. Analisis Data dan Pembahasan 4.1 Statistik Deskriptif ... 12

4.2 Kesehatan BPR Berdasarkan Rasio CAMEL ... 17

4.3 Rasio CAMEL yang Kurang Mendukung Tingkat Kesehatan BPR ... 20

4.4 Pembahasan ... 22

5. Penutup 5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang... 26

Daftar Pustaka ... 27

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Ukuran Penilaian Bobot Camel ... 7

Tabel 2.2 : Ukuran Penilaian Tingkat Kesehatan BPR ... 8

Tabel 3.1 : Pengambilan Sampel Penelitian ... 8

Tabel 4.1 : Hasil statistik Deskriptif Tahun 2010 - 2011 ... 13

Tabel 4.2 : Rata-rata Nilai Kredit Faktor Camel Tahun 2010 - 2011 ... 17

Tabel 4.3 : Rekapitulasi Tingkat kesehatan BPR ... 19

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sampel BPR Propinsi Jawa Tengah ... 30

(11)

ABSTRACT

The aim of this is research to determine the health of BPR in Central Java by using the CAMEL method during the period 2010 - 2011 whether included in the predicate healthy, fairly healthy, less healthy or unhealthy, and see which ratio is less support for BPR soundness. CAMEL analysis has five factors; capital factor using the CAR (Capital Adequacy Ratio), asset quality factor using the ratio of NPLs (Non Performing Loan) and PPAP (Allowance for Earning Assets), management factor using ratios NPM (Net Profit Margin), earnings factor using ROA (Return on Assets) and BOPO (Operating Expenses to Operating Income) and the liquidity factor using the ratio of Cash Ratio and LDR (Loan to Deposit ratio). The benchmark to determine the soundness of a bank after an assessment of each CAMEL's component as a variable of this study is by determine the results of the assessment classified to be bank's soundness ratings. Based on the results of research that has been done on BPR in Central Java during the study period of 2010 – 2011, states that the health of BPR in Central Java Province received the healthy predicate because CAMEL credit score more than 81 (minimum healthy) and asset quality factor using NPL ratio and PPAP are less support for the bank’s soundness because during the study period is decreasing and standard limit has not been reached.

(12)

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan BPR di Propinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode CAMEL selama periode tahun 2010 – 2011 apakah termasuk dalam predikat sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat dan melihat rasio manakah yang kurang mendukung tingkat kesehatan BPR. Analisis CAMEL memiliki lima faktor, yaitu faktor permodalan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), faktor kualitas aktiva produktif menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan) dan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), faktor manajemen menggunakan rasio NPM (Net Profit Margin), faktor rentabilitas menggunakan rasio ROA (Return On Assets) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan faktor likuiditas menggunakan rasio Cash Ratio dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Adapun tolok ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing komponen CAMEL yang merupakan variabel dari penelitian ini, yaitu dengan menentukan hasil penilaian yang digolongkan menjadi peringkat kesehatan bank. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada BPR di Propinsi Jawa Tengah selama periode penelitian tahun 2010 – 2011 menyatakan bahwa tingkat kesehatan BPR di Propinsi Jawa Tengah mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL lebih dari 81 (batas minimum sehat) dan faktor kualitas aktiva produktif dengan rasio NPL dan PPAP adalah rasio yang kurang mendukung tingkat kesehatan bank karena selama periode penelitian kinerja manajemen mengalami penurunan dan belum mencapai batas standar.

(13)

1. PENDAHULUAN

Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk

melaksanakan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik melalui cara-cara yang sesuai

dengan peraturan yang berlaku (Susilo, 2000). Dalam menjaga kestabilan

industri perbankan seperti BPR tentu tidak lepas dari penilaian kinerja

keuangan (Setiawan, 2007). Tingkat kesehatan bank dapat dinilai

menggunakan beberapa indikator, salah satunya adalah laporan keuangan

bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan dapat dihitung

sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat

kesehatan BPR. Hasil analisis laporan keuangan dapat membantu

menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang

dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan

perusahaan di masa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Menilai tingkat kesehatan perbankan umumnya digunakan lima aspek

penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity)

yang diambil berdasarkan analisis laporan keuangan perusahaan (Machfoedz,

1994). Dari publikasi laporan keuangan BPR pada Bank Indonesia maka dapat

dikategorikan menjadi rasio CARatau rasio KPMM, NPL Net, PPAP, NPM,

ROA, BOPO, Cash Ratio dan LDR (www.bi.go.id). Hasil pengukuran

berdasarkan alat analisis CAMEL diterapkan untuk menentukan tingkat

kesehatan bank yang dikategorikan dalam empat predikat yaitu: “Sehat”, “Cukup Sehat”, “Kurang Sehat”, dan “Tidak Sehat” (Nugroho, 2011).

Penelitian Kalvin (2005) tentang Penilaian Kesehatan Keuangan Bank

dengan Analisis CAMEL (Studi Kasus pada BPR. ABC) menyatakan bahwa

tingkat kesehatan PT. BPR ABC dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu

2003 hingga 2005 mendapat predikat sehat dengan nilai total CAMEL. Sari

(2009) dalam penelitiannya pada Kasus: PT. BPR Agro Cipta Adiguna Pare,

Kediri menemukan bahwa tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna

(14)

CAMEL yang dimiliki bank tersebut lebih dari 81 (batas minimum sehat).

Demikian juga Anggraeni (2011) meneliti PT. Bank Pembangunan Daerah

Jawa Tengah 2006 – 2009 bahwa tingkat kesehatan bank tersebut pada tahun 2006 – 2009 dinyatakan sehat.

Meskipun sudah terdapat berbagai penelitian tentang kesehatan BPR

namun sifatnya masih kasustik. Oleh karena itu, peneliti hendak menganalisis

tingkat kesehatan bank dengan cakupan yang lebih luas di Jawa Tengah.

Propinsi Jawa Tengah periode tahun 2009-2011 dipilih karena perkembangan

BPR Propinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan

yang signifikan, baik dari sisi kelembagaan maupun kinerja. Berdasarkan pada

cetak biru BPR yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, menyatakan bahwa

dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sejak Desember 2009 – Desember 2011, BPR Propinsi Jawa Tengah mengalami pertambahan total aset mencapai

17,9% dari Rp 11,36 triliun menjadi Rp 12,85 triliun pada tahun 2011. Dana

Pihak Ketiga (DPK) meningkat 15,0% dari Rp 7,67 triliun menjadi sebesar Rp

9,05 triliun. Sedangkan kredit tumbuh 20,2% dari Rp 8,68 triliun menjadi

sebesar Rp 9,79 triliun (www.bi.go.id).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

tingkat kesehatan BPR Propinsi Jawa Tengah tahun 2009 – 2011 berdasarkan Rasio CAMEL dan Rasio CAMEL mana yang kurang mendukung kesehatan

BPR. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya

pengetahuan dalam bidang akuntansi, terutama dalam hal analisis laporan

keuangan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan bank.

2. TELAAH PUSTAKA 2.1Rasio Keuangan CAMEL

Rasio keuangan berhubungan dengan kinerja perusahaan dan

membantu pemakai dalam mengambil keputusan keuangan. Ukuran dari

manfaat rasio keuangan dapat disediakan dengan menguji kekuatan dari

hubungannya (Chen dan Shimerda, 1981). Analisis rasio keuangan

(15)

keuangan. Rasio memperlihatkan hubungan matematis diantara satu kuantitas

dengan kuantitas lainnya. Hubungan ini dinyatakan dalam prosentase, tingkat,

maupun proporsi tunggal (Gamayuni, 2006). Rasio-rasio keuangan memberi

indikasi tentang keuangan dari suatu perusahaan (Winarto, 2006).

Unsur-unsur penilaian tingkat kesehatan bank dalam metode CAMEL

berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR

tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR

sebagai berikut:

1. Permodalan (Capital)

Penilaian permodalan bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam

menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat

pula digunakan untuk mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut

atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya (Achmad dan

Kusumo, 2003). Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk faktor

permodalan adalah menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)

atau KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) yang merupakan

rasio atau perbandingan antara modal bank dengan aktiva tertimbang

menurut risiko (ATMR) dan menjadi pedoman bank dalam melakukan

ekspansi di bidang perkreditan. Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio

modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko adalah ≥ 8% berpredikat

“Sehat”, 7,9 - < 8% berpredikat “Cukup Sehat”, 6,5 - < 7,9% berpredikat

“Kurang Sehat”, dan < 6,5% berpredikat “Tidak Sehat” (SK DIR BI No.

30/21/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat

kesehatan bank).

2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset)

Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas

yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan

sesuai dengan fungsinya, yaitu pemberian kredit, kepemilikan surat-surat

berharga, penempatan dana kepada bank lain dari dalam maupun luar

negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyerahan

(16)

a. NPL (Non Performing Loan) adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah

yang diberikan oleh bank. Kredit bermasalah adalah kredit dengan

kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Almilia dan

Herdiningtyas, 2005). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil

NPL semakin kecil risiko kredit yang ditanggung oleh bank. Bank

dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, baik pencadangan

aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap

kerugian bank (Nugroho, 2011). Kriteria penilaian tingkat kesehatan

rasio NPL adalah ≤ 5% berpredikat ”Sehat” dan > 5% berpredikat

”Tidak Sehat” yang menandakan bahwa menurunnya laba yang diterima oleh bank (SK DIR BI No. 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April

1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank).

b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk

(PPAPWD) digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam

menjaga kolektibilitas atau pinjaman yang disalurkan semakin baik.

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio PPAP adalah ≥ 81% berpredikat ”Sehat”, 66 - < 81% berpredikat ”Cukup Sehat”, 51 - <

66% berpredikat ”Kurang Sehat” dan < 51% berpredikat ”Tidak Sehat” (SK DIR BI No. 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank).

3. Manajemen (Management)

Penilaian manajemen didasarkan kepada manajemen permodalan,

manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan

manajemen umum. Angka perhitungan ini diperoleh melalui pengedaran

kuesioner kepada pihak manajemen, namun keterbatasan data dan sulitnya

untuk melakukan penelitian terhadap bank yang bersangkutan maka pada

penelitian ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank

Indonesia, tetapi diproksikan dengan berdasarkan rasio laba bersih

(17)

Seluruh kegiatan manajemen tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi

dan bermuara pada perolehan laba (Nanang dan Sutapa, 2010). Semakin

tinggi laba maka kinerja manajemen dinilai semakin baik atau semakin

besar NPM dan tingkat kesehatan bank semakin bagus.

4. Rentabilitas (Earning)

Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan

kemampuan rentabilitas bank dalam mendukung kegiatan operasional dan

permodalan dalam rangka menciptakan laba.

a. ROA (Return On Assets) adalah rasio yang untuk digunakan mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba

sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang

bersangkutan. Semakin tinggi aset bank dialokasikan pada pinjaman

dan semakin rendah rasio permodalan, maka kemungkinan bank untuk

gagal akan semakin meningkat. Sedangkan semakin tinggi nilai ROA,

maka kemungkinan bank akan gagal semakin kecil (Haryati, 2001).

Kriteria penilaian ROA adalah ≥ 1,215% berpredikat ”Sehat”, 0,99 - <

1,215% berpredikat ”Cukup Sehat”, 0,765 - < 0,99% berpredikat

”Kurang Sehat” dan < 0,765% berpredikat ”Tidak Sehat” (SK DIR BI No. 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian

tingkat kesehatan bank).

c. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan

operasional (Mahardian, 2008). Kriteria penilaian BOPO adalah ≤ 93,52% berpredikat ” Sehat”, > 93,52 - ≤94,72% berpredikat ”Cukup

Sehat”, > 94,72 - ≤ 95,92% berpredikat ”Kurang Sehat” dan > 95,92%

(18)

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank

dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan

manajemen risiko likuiditas.

a. Cash Ratio merupakan perbandingan antara aktiva likuid terhadap

hutang lancar. Aktiva Likuid yaitu kas dan penanaman pada bank lain

dalam bentuk giro dan tabungan (setelah dikurangi tabungan lain pada

bank). Hutang lancar yaitu meliputi kewajiban segera, tabungan dan

deposito (Taufik, 2012). Kriteria penilaian Cash Ratio adalah ≥ 4,05%

berpredikat ”Sehat”, 3,30 - < 4,05% berpredikat ”Cukup Sehat”, 2,55 - < 3,30% berpredikat ”Kurang Sehat” dan < 2,55% berpredikat ”Tidak

Sehat”.

b. LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio yang menunjukkan seberapa

jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang

dilakukan nasabah, dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan

suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar (Almilia dan

Herdiningtyas, 2005). Kriteria penilaian LDR ≤ 94,75% berpredikat

“Sehat”, > 94,75 - ≤ 98,50% berpredikat “Cukup Sehat”, > 98,50 - ≤

102,25% berpredikat “Kurang Sehat” dan > 102,25% berpredikat “Tidak Sehat” (SK DIR BI No. 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April 1997

tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank).

2.2Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku (Triandaru dan Totok, 2006:51). Supardi dan Mastuti

(2003) menyatakan bahwa manajemen cukup sering mengalami kegagalan

(19)

dengan jelas. Perusahaan menjadi tidak sehat (sakit), bahkan berkelanjutan

mengalami krisis yang berkepanjangan. Martin (1995) dalam Supardi dan

Mastuti (2003) menyatakan bahwa kondisi bermasalah sebagai suatu

kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan.

Kesehatan bank diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku (Susilo, 2000). Penilaian tingkat kesehatan bank

bertujuan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian serta mengantisipasi risiko

yang timbul sehubungan dengan kegiatan operasional bank. Penetapan dan

implikasi strategi pengawasan bank yang dilakukan oleh bank Indonesia juga

menggunakan dasar penilaian tingkat kesehatan bank (Astutik, 2009).

Mengacu pada peraturan Bank Indonesia Tentang Sistem Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank yang menyatakan bahwa untuk menilai kesehatan

bank di Indonesia pada umumnya menggunakan rasio keuangan CAMEL.

Tingkat kesehatan BPR dinilai atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap

kondisi dan perkembangan suatu bank, yang meliputi aspek Capital

(Permodalan), Aset Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Management

(Manajemen), Earning (Kemampuan mencetak laba/rentabilitas), dan

Liquidity (Likuiditas) atau biasa disingkat dengan CAMEL. Berikut ukuran

penilaian bobot CAMEL menurut BI:

Tabel 2.1

Ukuran Penilaian Bobot Camel

Faktor CAMEL Bobot

Permodalan 30%

Kualitas Aktiva Produktif 30%

Kulaitas Manajemen 20%

Rentabilitas 10%

Likuiditas 10%

Sumber: www.bi.go.id, diakses tahun 2012

Terhadap masing-masing komponen tersebut maka diberikan bobot

(20)

Berdasarkan nilai CAMEL secara keseluruhan maka dapat ditetapkan empat

golongan tingkat kesehatan bank. Berikut ukuran kesehatan BPR menurut BI:

Tabel 2.2

Ukuran Penilaian Tingkat Kesehatan BPR

Nilai Kredit CAMEL Predikat

81 – 100 Sehat

66 - < 81 Cukup Sehat

51 - < 66 Kurang Sehat

0 - < 51 Tidak Sehat

Sumber: www.bi.go.id, diakses tahun 2012

3. METODE PENELITIAN 3.1Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah BPR Propinsi Jawa Tengah yang

terdaftar di Bank Indonesia untuk periode pengamatan tahun 2009 - 2011.

Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPR

pemerintah maupun swasta di Jawa Tengah periode tahun 2009 - 2011. Teknik

pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling yaitu sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi berdasarkan

kriteria sebagai berikut: 1). BPR di Jawa Tengah yang terdaftar di Bank

Indonesia tahun 2009 – 2011; 2). BPR tersebut menerbitkan Laporan Keuangan Tahunan selama tiga tahun yaitu tahun 2009 – 2011; 3). BPR tersebut mempunyai Laporan Keuangan yang berakhir 31 Desember; 4).

Terdapat data identitas yang lengkap (profil, alamat lokasi BPR).

Tabel 3.1

Pengambilan Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah

1. Bank Perkreditan Rakyat Propinsi Jawa Tengah

yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2009 – 2011 260

2. Data tidak lengkap (200)

Sampel yang digunakan 60

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

Dari 260 BPR Propinsi Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia,

(21)

tersedianya data kualitas aktiva produktif pada laporan keuangan publikasi di

BPR Propinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, sampel yang dapat digunakan

untuk penelitian hanya 60 BPR pada tahun 2010 dan tahun 2011 yang sesuai

dengan kriteria pemilihan sampel.

3.2 Pengukuran Data

Pengukuran data pada variabel penelitian ini menggunakan rasio

keuangan dalam metode CAMEL sebagai berikut:

1. Permodalan

a. CAR merupakan perbandingan antara modal bank dengan aktiva

tertimbang menurut risiko/ATMR (kredit, penyertaan, surat berharga,

tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

*modal bank = modal inti + modal pelengkap

b. Perhitungan ATMR

ATMR = Aktiva neraca x bobot risiko

2. Kualitas Aktiva Produktif

a. NPL merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah (kredit

yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet)

terhadap total kredit yang diberikan.

b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan

Penghapusan Akiva Produktif Wajib Dibentuk (PPAPWD)

3. Faktor Manajamen

NPM merupakan perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan

(22)

kegiatan manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen

umum, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas pada akhirnya akan

bermuara untuk pencapaian laba dari operasional bank tersebut (Nadhif,

2007) dalam Ahmadi (2009).

4. Faktor Rentabilitas

a. ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total

aktiva suatu bank. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan

operasional sebelum pajak dan total aktiva adalah rata-rata aktiva.

b. BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional suatu bank. Biaya operasional dihitung

berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban

operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari

total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

5. Faktor Likuiditas

a. Cash Ratio merupakan perbandingan kewajiban bersih terhadap aktiva

dalam rupiah.

b. LDR merupakan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank

dalam rupiah dan valuta asing (Rivai, 2007). Kredit yang diberikan

tidak termasuk kredit kepada bank lain, sedangkan dana yang diterima

adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito.

(23)

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode CAMEL bedasarkan Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara

Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Setelah dilakukan penilaian terhadap

masing-masing variabel rasio CAMEL kemudian menentukan nilai kredit dan

nilai kredit faktor masing-masing rasio CAMEL sebagai berikut:

1. Permodalan

Nilai kredit rasio CAR dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 Nilai Kredit Rasio CAR =

 Nilai Faktor CAR = NK Rasio CAR x Bobot Rasio CAR

2. Kualitas Aktiva Produktif

a. Nilai kredit rasio NPL dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 Nilai Kredit Rasio NPL =

 Nilai Faktor CAR = NK Rasio NPL x Bobot Rasio NPL

b. Nilai kredit rasio PPAP dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 Nilai Kredit Rasio PPAP = 1 +

 Nilai Faktor CAR = NK Rasio PPAP x Bobot Rasio PPAP 3. Manajemen

Oleh karena menggunakan pendekatan NPM maka penilaian terhadap

kualitas manajemen yaitu semakin besar nilai prosentase (%) rasio maka

menunjukkan kinerja manajemen semakin baik dan sebaliknya (Sawir,

2001:31).

4. Rentabilitas

a. Nilai kredit rasio ROA dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 Nilai Kredit Rasio ROA =

 Nilai Faktor ROA = NK Rasio ROA x Bobot Rasio ROA

(24)

 Nilai Kredit Rasio BOPO =

 Nilai Faktor BOPO = NK Rasio BOPO x Bobot Rasio BOPO 5. Likuiditas

a. Nilai kredit Cash Ratio dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 Nilai Kredit Rasio Cash Ratio =

 Nilai Faktor = NK Rasio Cash Ratio x Bobot Rasio Cash Ratio

b. Nilai kredit rasio LDR dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 Nilai Kredit Rasio LDR =

 Nilai Faktor LDR = NK Rasio LDR x Bobot Rasio LDR

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif

Tabel 4 berisi statistik deskriptif untuk menjelaskan gambaran data

yang digunakan dalam penelitian ini berupa nilai minimum, nilai maximum,

nilai rata-rata dan nilai standar deviation dari rasio CAR, NPL, PPAP, NPM,

(25)

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif 2010 – 2011 (dalam prosentase)

Variabel Minimum Maximum Mean Std.Dev Panel A: CAR

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4, rasio CAR pada BPR di Jawa Tengah selama

tahun 2010 – 2011 mengalami penurunan. Dapat dilihat dari rata-rata rasio CAR dari tahun 2010 sebesar 30,96% dan menurun di tahun 2011 menjadi

24,98%. Standar minimum untuk rasio CAR yaitu 8%, semakin tinggi rasio

CAR yang dimiliki bank maka semakin baik kinerja bank dan semakin kecil

(26)

menyediakan modal dalam jumlah yang besar. Meskipun mengalami

penurunan sebesar 5,98% dan terdapat nilai minimum negatif pada tahun

2010, rata-rata BPR di Jawa Tengah selama tahun 2010 – 2011 mampu untuk menjaga posisi CAR diatas standar minimum yang telah ditetapkan oleh Bank

Indonesia. Hal ini menandakan bahwa BPR di Jawa Tengah masih memiliki

peluang yang luas dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat karena

berdasarkan data yang diperoleh masih memiliki kelebihan modal yang dapat

dilihat dari ATMR yang cukup baik dan modal minimum yang lebih kecil dari

modal. Namun, dengan kondisi tersebut BPR di Jawa Tengah harus lebih

berhati-hati lagi dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat dari tabungan

maupun deposito untuk menghindari terjadinya kredit bermasalah.

Berdasarkan Tabel 4, rasio NPL pada BPR di Jawa Tengah selama

tahun 2010 – 2011 mengalami penurunan. Dapat dilihat dari rata-rata NPL dari tahun 2010 sebesar 7,03% lalu menurun sebesar 0,31% menjadi 6,72% di

tahun 2011. Standar rasio NPL yaitu ≤ 5%, semakin tinggi rasio NPL menandakan bahwa semakin tinggi risiko bank memiliki aktiva produktif yang

bermasalah dan menandakan bahwa menurunnya laba yang diterima oleh bank

karena NPL sendiri memiliki hubungan yang negatif dengan perubahan laba,

sehingga apabila rasio NPL meningkat maka laba yang dihasilkan justru

menurun. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata BPR di Jawa Tengah

selama periode penelitian mengalami peningkatan pada kualitas aktiva tidak

produktif (kredit bermasalah), sehingga kualitas aktiva produktif juga akan

menghasilkan nilai yang tinggi karena komponen ini terdiri dari kredit

bermasalah dan kredit lancar. Apabila nilai kredit bermasalah yang merupakan

komponen kualitas aktiva produktif bermasalah sudah tinggi maka nilai aktiva

produktif yang dihasilkan juga akan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

selama periode penelitian masih ada beberapa BPR di Jawa Tengah yang

belum menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit karena

rasio NPL masih melebihi dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia.

Berdasarkan Tabel 4, rasio PPAP pada BPR di Jawa Tengah selama

(27)

dari tahun 2010 sebesar 53,29% lalu menurun sebesar 4,28% menjadi 49,01%

di tahun 2011. Standar rasio PPAP yaitu ≥ 81%, semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik posisi aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang harus segera dipenuhi. Rata-rata PPAP pada BPR di Jawa

Tengah selama tahun 2010 termasuk kurang sehat dan tahun 2011 termasuk

tidak sehat karena berada dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia.

Berdasarkan Tabel 4, rasio NPM pada BPR di Jawa Tengah selama

tahun 2010 – 2011 mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari rata-rata rasio NPM dari tahun 2010 sebesar 10,71% dan meningkat sebesar 5,5% pada tahun

2011 menjadi 16,21%. Semakin besar nilai rasionya, mengindikasikan tingkat

kesehatan bank semakin baik. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata BPR

di Jawa Tengah selama periode penelitian mengalami peningkatan pada laba

bersih dan pendapatan operasional yang menjadikan rasio selama periode

penelitian mengalami peningkatan. Angka NPM menunjukkan kemampuan

bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak (net income) ditinjau dari

sudut pendapatan operasinya sebesar 10,71% pada tahun 2010 dan 16,21%

pada tahun 2011. Hal tersebut menandakan bahwa selama periode penelitian

menunjukkan peningkatan dalam kinerja manajemen BPR di Jawa Tengah.

Berdasarkan Tabel 4, rasio ROA pada BPR di Jawa Tengah selama

tahun 2010 – 2011 mengalami peningkatan. Dapat dilihat rata-rata rasio ROA pada tahun 2010 sebesar 2,94% dan meningkat sebesar 1,53% menjadi 4,47%

di tahun 2011. Standar rasio ROA yaitu 1,215%, semakin besar rasio ROA

bank maka menunjukkan tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank

membesar/meningkat. Hal ini menandakan bahwa semakin baik posisi bank

dari segi penggunaan dan pemanfaatan aset yang dimilikinya. Meskipun

terdapat nilai minimum negatif yang mengindikasikan adanya bank yang

mengalami kerugian, rata-rata rasio ROA selama periode penelitian

memperlihatkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan relatif tinggi. Hal ini menunjukkan BPR di Jawa

(28)

Berdasarkan Tabel 4, rasio BOPO pada BPR di Jawa Tengah tahun

2010 – 2011 mengalami penurunan. Dapat dilihat dari nilai rata-rata yang didapat pada tahun 2010 sebesar 87,96% lalu mengalami penurunan sebesar

6,62% dan menjadi 81,34% pada tahun 2011. Standar rasio BOPO yaitu ≤ 93,52%, semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Meskipun pada rasio BOPO ini

terdapat nilai maksimum 188,29% pada tahun 2010 dan 125,33% pada tahun

2011 yang melebihi nilai yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, selama

periode penelitian BPR di Jawa tengah rata-rata mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin rendah prosentase BOPO maka akan semakin

baik keadaan BPR di Jawa Tengah dikarenakan biaya operasional yang

digunakan semakin kecil.

Berdasarkan Tabel 4, Cash Ratio pada BPR di Jawa Tengah selama

tahun 2010 – 2011 mengalami penurunan. Dilihat dari rata-rata Cash Ratio dari tahun 2010 sebesar 21,53% lalu menurun sebesar 0,66% menjadi 20,87%

di tahun 2011. Standar Cash Ratio yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu ≥ 4,05%. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata BPR di Jawa Tengah

selama periode penelitian mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan

bahwa selama periode penelitian masih ada beberapa BPR di Jawa Tengah

yang belum menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit

karena Cash Ratio masih melebihi dari standar yang ditetapkan Bank

Indonesia.

Berdasarkan Tabel 4, BPR di Jawa Tengah selama tahun 2010 – 2011 mengalami penurunan pada rasio LDR. Pada tahun 2010 rasio LDR sebesar

83,83% lalu menurun sebesar 4,98% dan menjadi 78,85% pada tahun 2011.

Standar rasio LDR yaitu ≤ 94,75%, semakin tinggi rasio LDR maka semakin rendah pula kemampuan likuiditas suatu bank. Penurunan ini menunjukkan

bahwa selama periode penelitian BPR di Jawa Tengah membaik meskipun

terdapat nilai maksimum sebesar 130,65% pada tahun 2010 yang melebihi

(29)

rata-rata BPR di Jawa Tengah selama periode penelitian mengalami kenaikan pada

dana yang diterima oleh bank melalui pembiayaan yang menjadikan rasio

selama periode penelitian mengalami penurunan.

4.2Kesehatan BPR berdasarkan Rasio CAMEL

Setelah melakukan perhitungan nilai rasio CAMEL, selanjutnya adalah

melakukan analisis nilai kredit faktor rasio CAMEL pada BPR di Jawa

Tengah tahun 2010 – 2011 dengan mengalikan bobot rasio.

Tabel 4.2

Rata-rata Nilai Kredit Faktor CAMEL Tahun 2010 - 2011

No. Faktor yang Dinilai Bobot Rasio (%)

Keterangan: * Rasio = rumus masing-masing rasio ** Nilai Kredit = formulasi masing-masing rasio *** NK Faktor = nilai maksimum x bobot rasio

Nilai Kredit Faktor untuk rasio CAR pada faktor permodalan sebesar

30 dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa rasio CAR baik selama tahun

2010 maupun tahun 2011 memenuhi nilai maksimum dari prosentase pada

bobot faktor permodalan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal tersebut

(30)

mampu dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta

menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam

operasional bank.

Nilai Kredit Faktor untuk rasio NPL pada faktor kualitas aktiva

produktif sebesar 25 baik pada tahun 2010 maupun tahun 2011 sedangkan

rasio PPAP sebesar 2,66 pada tahun 2010 dan sebesar 2,45 pada tahun 2011.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif selama periode

penelitian tahun 2010 – 2011 belum memenuhi nilai maksimum dari prosentase bobot rasio, yang berarti BPR di Propinsi Jawa Tengah masih

kurang didalam menunjukkan kemampuan bank dalam menjaga kolektibilitas

atau pinjaman yang disalurkan.

Nilai Kredit Faktor untuk rasio NPM pada faktor manajemen sebesar

20 dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa rasio NPM baik selama tahun

2010 maupun tahun 2011 memenuhi nilai maksimum dari prosentase pada

bobot faktor manajemen yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam mengumpulkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan

pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

Nilai Kredit Faktor untuk rasio ROA pada faktor rentabilitas sebesar 5

dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa rasio ROA baik selama tahun 2010

maupun tahun 2011 memenuhi nilai maksimum dari prosentase pada bobot

faktor rentabilitas untuk rasio ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang dicapai bank semakin

besar dan posisi bank dalam penggunaan aset juga semakin baik. Sedangkan

Nilai Kredit Faktor untuk rasio BOPO sebesar 5 dimana nilai tersebut juga

menunjukkan bahwa rasio BOPO baik selama tahun 2010 maupun tahun 2011

memenuhi nilai maksimum dari prosentase rasio BOPO yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa BPR di Jawa Tengah

selama periode penelitian semakin efisien dalam melakukan kegiatan

operasionalnya, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan

(31)

Nilai Kredit Faktor untuk Cash Ratio pada faktor likuiditas sebesar 5

dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa Cash Ratio baik selama tahun 2010

maupun tahun 2011 memenuhi nilai maksimum dari prosentase pada bobot

faktor likuiditas untuk Cash Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Sedangkan Nilai Kredit Faktor untuk rasio LDR sebesar 5 dimana nilai

tersebut juga menunjukkan bahwa rasio LDR baik selama tahun 2010 maupun

tahun 2011 memenuhi nilai maksimum dari prosentase rasio LDR yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan BPR di Jawa Tengah selama periode penelitian baik didalam

membayar kembali simpanan nasabah (deposan) pada saat ditarik dengan

menggunakan alat likuid yang dimilikinya.

Untuk mengetahui tingkat kesehatan BPR di Jawa Tengah selama

periode tahun 2010 – 2011 berdasarkan rasio CAMEL, dapat dilihat dari tabel rekapitulasi tingkat kesehatan BPR di Jawa Tengah tahun 2010 – 2011:

Tabel 4.3

Rekapitulasi Tingkat Kesehatan BPR

Tahun

Kriteria

2010 2011

Pemda Swasta Pemda Swasta

Sehat 18 34 19 34

Cukup Sehat 1 4 1 5

Kurang Sehat 2 1 - 1

Tidak Sehat - - - -

Total 60 60

Sumber: Lampiran 3

Secara umum, BPR di Jawa Tengah selama periode penelitian

memiliki predikat sehat. Namun, terdapat BPR yang diantaranya termasuk

dalam predikat cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Dari Tabel 4.3 dapat

diketahui bahwa BPR di Jawa Tengah tahun 2010 yang termasuk pada

predikat sehat dalam rentang nilai 81 – 100 berjumlah 52 BPR diantaranya 18 BPR milik pemda dan 34 BPR milik swasta, sedangkan pada tahun 2011

berjumlah 53 BPR diantaranya 19 BPR milik pemda dan 34 BPR milik

(32)

rentang 66 - < 81 berjumlah 5 BPR diantaranya 1 BPR milik pemda dan 4

BPR milik swasta sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 6 BPR diantaranya

1 BPR milik pemda dan 5 BPR milik swasta. Tahun 2010 BPR yang termasuk

predikat kurang sehat dalam rentang 51 - < 66 berjumlah 3 BPR diantaranya 2

BPR milik pemda dan 1 BPR milik swasta sedangkan pada tahun 2011

berjumlah 1 BPR milik swasta. Sedangkan BPR yang termasuk predikat tidak

sehat dalam rentang 0 - < 51 tidak ada baik BPR milik pemda maupun milik

swasta.

Hasil rekapitulasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BPR

di Jawa Tengah selama periode penelitian tahun 2010 sampai dengan tahun

2011 mengalami kenaikan. Dapat dilihat dari Tabel 4.3 dengan jumlah 52

BPR berada di posisi sehat pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011

dengan jumlah 53 BPR. Sedangkan terdapat 5 BPR berada di posisi cukup

sehat pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 6 BPR. Selain

itu, didukung pula dengan berkurangnya BPR yang berpredikat kurang sehat

pada tahun 2010 dengan jumlah 3 BPR dan pada tahun 2011 menjadi 1 BPR,

serta ditunjukkan pula dengan BPR yang berpredikat tidak sehat pun tetap

tidak ada perubahan baik tahun 2010 maupun tahun 2011.

4.3 Rasio CAMEL yang Kurang Mendukung Tingkat Kesehatan BPR

Untuk mengetahui rasio CAMEL mana yang kurang mendukung

(33)

Tabel 4.4

Rekapitulasi Rasio CAMEL Tahun 2010 – 2011 Kriteria

Rasio Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat CAR 0,99%, tidak sehat < 0,765%

BOPO = sehat ≤ 93,52%, cukup sehat > 93,52 -≤ 94,72%, kurang sehat > 94,72 -≤ 95,92%, tidak sehat > 95,92%

Cash Ratio = sehat ≥ 4,05%, cukup sehat 3,30 -< 4,05%, kurang sehat 2,55 -< 3,30%, tidak sehat < 2,55%

LDR = sehat ≤ 94,75%, cukup sehat > 94,75 -≤ 98,50%, kurang sehat > 98,50 -≤ 102,25%, tidak sehat > 102,25%

Tingkat kesehatan untuk rasio CAR menunjukkan bahwa lebih banyak

BPR yang termasuk sehat, ditunjukkan dari 57 BPR pada tahun 2010 dan 59

BPR pada tahun 2011, sedangkan hanya 1 BPR yang termasuk tidak sehat.

Namun, untuk rasio NPL menunjukkan bahwa terdapat BPR yang tidak sehat

dimana jumlahnya melebihi BPR yang sehat, yaitu 21 BPR pada tahun 2010

(34)

tidak sehat selama periode penelitian. Sama halnya dengan rasio PPAP yang

juga menunjukkan bahwa BPR pada rasio ini cenderung tidak sehat,

ditunjukkan dari BPR yang sehat sebanyak 15 BPR di tahun 2010 dan 11 BPR

di tahun 2011 sedangkan terdapat 71 BPR yang tidak sehat selama periode

penelitian.

Selama periode penelitian, pada rasio ROA menunjukkan bahwa lebih

banyak BPR di Jawa Tengah yang termasuk sehat, yaitu 49 BPR di tahun

2010 dan 54 BPR di tahun 2011 sedangkan yang tidak sehat lebih sedikit yaitu

sebanyak 8 BPR di tahun 2010 dan berkurang menjadi 4 BPR di tahun 2011.

Demikian juga dengan rasio BOPO yang menunjukkan bahwa lebih banyak

BPR yang termasuk sehat sebanyak 48 BPR di tahun 2010 dan meningkat

menjadi 52 BPR di tahun 2011, sedangkan yang tidak sehat sebanyak 12 BPR

selama tahun 2010 – 2011. Pada Cash Ratio juga menunjukkan bahwa BPR di Jawa Tengah termasuk sehat ditunjukkan dari hasil penelitian sebanyak 43

BPR di tahun 2010 dan 41 BPR di tahun 2011, sedangkan yang tidak sehat

terdapat 25 BPR selama periode penelitian. Sama halnya dengan rasio LDR,

selama periode penelitian sebanyak 50 BPR dan 57 BPR yang termasuk sehat

sedangkan 7 BPR yang termasuk tidak sehat.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR

di Jawa Tengah untuk faktor permodalan dengan rasio CAR selama tahun

2010 – 2011 termasuk dalam predikat sehat. Hal ini menunjukkan bahwa BPR di Jawa Tengah dengan kecukupan modalnya mampu untuk menutupi risiko

kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan usaha bank tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mahardian (2008) dimana CAR

berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan yang membuktikan bahwa

peran kecukupan modal bank dalam menjalankan usaha pokoknya adalah hal

yang mutlak harus dipenuhi, sehingga dengan terpenuhinya CAR maka bank

(35)

Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk

faktor kualitas aktiva produktif dengan rasio NPL dan PPAP selama tahun

2010 – 2011 termasuk dalam predikat tidak sehat yang menunjukkan bahwa banyaknya BPR di Jawa Tengah yang mengalami penurunan pada faktor

kualitas produktif ini. Rasio NPL yang melebihi batas standar yang ditetapkan

dan rasio PPAP yang tidak mencapai standar yang ditetapkan mencerminkan

bahwa semakin besarnya biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun

biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005).

Seperti penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif antara rasio NPL dengan tingkat prediksi kondisi

bermasalah pada sektor perbankan. Hal ini merupakan dampak dari pemberian

kredit yang tingkat kolektibilitasnya rendah, sehingga dana yang dikelola tidak

produktif dalam menghasilkan laba sebagaimana mestinya. Djohanputro dan

Kountur (2007) serta Ristadewi (2009) mengungkapkan bahwa faktor

penyebab tingginya NPL pada BPR dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam

menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal

pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit

disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan

kredit maupun indikasi gagal bayar, kondisi internal bank, kondisi calon

debitur dan kondisi lingkungan bank.

Penilaian terhadap faktor manajemen pada penelitian ini menggunakan

rasio NPM yang erat hubungannya dengan kegiatan manajemen permodalan.

Sawir (2011) mengungkapkan bahwa semakin besar nilai presentasinya maka

semakin bagus dalam menunjukkan kinerja yang baik dan sebaliknya. Sejalan

dengan hal tersebut, dalam penelitian ini tingkat kesehatan keuangan bank

pada BPR di Jawa Tengah selama tahun 2010 – 2011 mengalami peningkatan pada rasio NPM, yang berarti kinerja manajemen BPR semakin bagus dan

meningkatkan kesehatan bank.

Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk

(36)

standar yang ditetapkan. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian

Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang menyatakan bahwa rasio ROA

mempunyai pengaruh negatif yang artinya semakin rendah rasio ini semakin

besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah dan rasio BOPO

mempunyai pengaruh positif yang artinya semakin tinggi rasio ini

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan berjalan secara efisien sehingga

meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut.

Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk

faktor likuiditas dengan Cash Ratio dan LDR selama tahun 2010 – 2011 termasuk dalam predikat sehat dimana kedua rasio tersebut telah mencapai

standar yang ditetapkan. Seperti penelitian Achmad dan Kusumo (2003) yang

menyatakan bahwa komponen likuiditas mampu menunjukkan pengaruh

rasio-rasio keuangan yang masuk ke dalam kelompok-kelompok tersebut

terhadap kebangkrutan suatu bank pada periode dua tahun dan tiga tahun

sebelum kebangkrutan.

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa perkembangan tingkat

kesehatan pada BPR di Jawa Tengah dengan menggunakan rasio CAMEL

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan

melihat faktor modal, aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan

likuiditasnya selama tahun 2010 - 2011 diperoleh predikat sehat. Jumlah BPR

yang termasuk sehat sebanyak 52 BPR pada tahun 2010 dan meningkat

menjadi 53 BPR pada tahun 2011, sedangkan BPR yang tidak sehat sebanyak

4 BPR pada tahun 2010 dan menurun menjadi 1 BPR pada tahun 2011. Hasil

tersebut sejalan dengan penelitian Anggraeni (2011) yang menyatakan dalam

penelitiannya bahwa penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan

metode CAMEL (Studi Kasus pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa

(37)

5. PENUTUP 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan bank pada BPR di Jawa

Tengah selama tahun 2010 – 2011, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kesehatan BPR di Jawa Tengah periode 2010 sampai dengan 2011

seluruhnya mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL yang

diperoleh berada diatas 81 (batas minimum sehat) dan mengalami

peningkatan pada BPR yang berpredikat sehat dari tahun 2010 sebanyak

52 BPR dan naik menjadi 53 BPR di tahun 2011.

2. Secara umum Faktor Kualitas Aktiva Produktif dalam rasio CAMEL

kurang mendukung pada tingkat kesehatan BPR di Jawa Tengah periode

2010 sampai dengan 2011. Rasio NPL dan PPAP menunjukkan penurunan

yang terlihat dari jumlah BPR yang berpredikat sehat lebih sedikit

daripada jumlah BPR yang berpredikat tidak sehat.

5.2Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan yang telah

dibahas sebelumnya, saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Nilai kualitas aktiva produktif yang belum memenuhi batas standar dapat

diperbaiki. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kualitas aktiva

produktif belum meningkat ditunjukkan pada rasio NPL dan PPAP yang

belum memenuhi batas standar. Sebaiknya bank menerapkan prinsip

kehati-hatian dalam menyalurkan kredit kepada setiap nasabah BPR di

Jawa Tengah yang lebih ketat lagi dalam artian kredit hanya diberikan

kepada nasabah yang benar-benar memegang janjinya untuk melakukan

kewajiban membayar kembali dana dan bunganya. Dalam pemberian

kredit kepada nasabah bank tetap menjaga prinsip 5C yaitu character,

capacity, capital, collateral dan condition of economy dimana persyaratan

tersebut harus dipenuhi untuk menjaga prinsip prudential banking (prinsip

kehati-hatian). Character nasabah merupakan unsur yang diutamakan

(38)

nasabah dalam memberikan informasi, keberadaaan nasabah di lingkungan

sekitar serta kesungguhan nasabah dalam mengangsur ke BPR hingga

lunas.

2. Predikat sebagai bank sehat yang telah dicapai oleh BPR sebaiknya tetap

dipertahankan dengan terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap

nasabah disertai pula dengan menjaga setiap faktor CAMEL supaya

masing-masing faktor dapat mencapai batas minimum sehat sehingga

tingkat kesehatan bank tetap terjaga dan meningkat.

5.3Keterbatasan dan Agenda Penelitian

1. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan yang relatif

singkat dikarenakan data yang diunggah dibatasi dua tahun terakhir. Oleh

karena itu, peneliti selanjutnya disarankan yang memiliki akses tentang

informasi data-data BPR di Bank Indonesia dengan penelitian yang lebih

lengkap dan jangka waktu periode penelitian yang lebih panjang.

2. Pada faktor manajemen tidak mengikuti pola pengukuran yang ditetapkan

Bank Indonesia karena sulitnya melakukan pengukuran terhadap faktor

manajemen ini, maka menggunakan pendekatan NPM untuk memudahkan

pengukuran aspek/faktor tersebut. Peneliti selanjutnya disarankan dapat

melibatkan jumlah sampel BPR yang lebih sedikit sehingga dapat

mengikuti pengukuran faktor manajemen seperti yang ditetapkan oleh

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T. dan Willyanto Kartiko Kusumo. 2003. Analisis Rasio-Rasio Keuangan Sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia. Media Ekonomi & Bisnis. Vol.XV, No.1, Juni

Ahmadi, Imam. 2009. Analisis Model Z-Score dan Rasio Camel untuk Menilai Tingkat Kesehatan Perbankan. Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (dipublikasikan)

Almilia, L.S. dan Winny Herdiningtyas. 2005. “Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode

2000-2002”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Vol.7, No.2

Anggraeni, Oktafrida. 2011. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode Camel pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 – 2009. Skripsi Program S1 Universitas Diponegoro Semarang (dipublikasikan)

Astutik, Evi. 2009. Analisis Kesehatan Bank Berdasarkan Model Camels pada Perusahaan Perbankan Go Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007. Skripsi Tesis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Bank Indonesia. 1997. Surat Keputuasan Direksi Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR/1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Indonesia, Jakarta

Chen, K. H., dan Shimerda, T. A. 1981. An Empirical Analysis of Useful Financial Ratios, Financial Management. pp.51-60

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta

Djohanputro, Bramantyo dan Ronny Kountur. 2007. Non Performing Loan (NPL) Bank Perkreditan Rakyat (BPR).www.profi.or.id

Gamayuni, R. R. 2006. “Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Kegagalan Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 3, No. 1, September 2006, pp.15-38

Haryati, S. 2006. “Studi Tentang Model Prediksi Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Indonesia.” Jurnal Ventura. Vol.9, No.3, Desember 2006, pp.1-19

Kalvin. 2005. “Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL (studi kasus

pada BPR. ABC)”

Laksito dan Sutapa. 2007. ”Memprediksi Kesehatan Bank dengan Rasio Camels

(40)

Machfoedz, M. 1994. The Usefulness of Financial Ratio in Indonesia. Jurnal KELOLA. September: 94-110

Mahardian, Pandu. 2008. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ periode Juni 2002 – Juni 2007). Tesis Program S2 Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (dipublikasikan)

Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi. Vol.14, No.1, Juli, pp.83-94

Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi. VOL.12, No.1, hal.100-108

Nanang dan Sutapa. 2010. Model Prediksi Tingkat Kesehatan Bank Melalui Rasio Camels. Universitas Islam Sultan Agung

Nugroho, Aji. 2011. Analisis Pengaruh Rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Usaha Perbankan di Indonesia Versi Majalah Infobank. Skripsi Program S1 Univesritas Diponegoro (dipublikasikan)

Ristadewi, Ida Ayu Arie. 2009. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 dengan Metode CAMEL. Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Udayana

Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2006. Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah. PT. Raja Grafindo, Jakarta

Sari, N.N. 2009. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Bantuan Program Komputer (Studi Kasus: PT. BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (dipublikasikan)

Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Setiawan, A.E. 2007. Hubungan Kinerja BPR dan EVA (Studi pada BPR yang Beroperasi di Jawa Tengah Tahun 2009). Skripsi Program S1 Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan)

Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai Kondisi Bermasalah pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Kompak. No.7, Januari-April, hal.68-93

(41)

Taufik, A.D. 2012. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Hasa Mitra dengan Metode Camel (periode 2006 – 2010). Skripsi Program S1 Universitas Hasanuddin Makasar (dipublikasikan)

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta

Winarto, Jacinta. 2006. “Prediksi Kinerja Keuangan Perusahaan dengan

Pendekatan Bankruptcy Model Altman’s Z-Score”. Jurnal MODUS. Vol.18 (1), pp.1-9

(42)

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1

SAMPEL BANK PERKREDITAN RAKYAT

PROPINSI JAWA TENGAH

NO. NAMA BANK PERKREDITAN RAKYAT

1 BPR BKK BLORA 8 BPR UKABIMA SEJAHTERA 9 BPR ARTAMAS

10 BPR ARTHA MRANGGENJAYA 11 BPR KARTICENTRA ARTHA 12 BPR BKK PURWODADI 13 BPR WIROSARI IJO 14 BPR BKK JEPARA KOTA

15 BPR NUSAMBA PECANGAN JEPARA 16 BPR BANK KARANGANYAR

17 BPR CITA DEWI

18 BPR TAWANGMANGU JAYA 19 BPR KENDALI ARTHA 20 BPR BKK KENDAL

21 BPR ARTHA KALIWUNGU 22 BPR DHANATANI CEPIRING 23 BPR WELERI JAYAPERSADA 24 BPR BANK KLATEN

25 BPR UKABIMA BMMS 26 BPR GUNUNG LAWU

27 BPR RESTU KLATEN MAKMUR 28 BPR HARTHA MURIATAMA 29 BPR BKK MUNTILAN 30 BPR BKK PATI

(43)

42 BPR KARTASURA MAKMUR 43 BPR SINARGUNA SEJAHTERA 44 BPR SOLOBARU PERMAI 45 BPR NUSUMMA JATENG 46 BPR BKK TEMANGGUNG 47 BPR INTAN SURYA 48 BPR MULTI ARTHANUSA 49 BPR BKK WONOGIRI 50 BPR SINAR GARUDA 51 BPR BANK SALATIGA

52 BPR DINAMIKA BANGUN ARTHA 53 BPR ARTO MORO

(44)

Lampiran 2

Rasio dan kriteria CAMEL

NO. NAMA BPR CAR/KPMM

(45)

34 BPR BP. Kab. Rembang 12,17 SEHAT 12,61 SEHAT 35 BPR BKK Ungaran 29,55 SEHAT 13,56 SEHAT 36 BPR Agung Sejahtera 11,44 SEHAT 11,21 SEHAT 37 BPR Argo Dana Ungaran 11,67 SEHAT 11,52 SEHAT 38 BPR Klepu Mitra Kencana 22,2 SEHAT 19,71 SEHAT 39 BPR Restu Klepu Makmur 19 SEHAT 23,8 SEHAT 40 BPR BKK Karangmalang 27,64 SEHAT 14,54 SEHAT 41 BPR Kartadhani Mulya 41,74 SEHAT 151 SEHAT 42 BPR Kartasura Makmur 58,11 SEHAT 12,86 SEHAT 43 BPR Sinarguna Sejahtera 50,76 SEHAT 17,48 SEHAT 44 BPR Solobaru Permai 41,26 SEHAT 35,41 SEHAT

45 BPR Nusumma Jateng 7,79 KURANG

(46)

NO. NAMA BPR NPL

2010 KRITERIA 2011 KRITERIA

1 BPR BKK Blora 9,64 TIDAK

10 BPR Artha Mranggenjaya 9,28 TIDAK

SEHAT 7,75

22 BPR Dhanatani Cepiring 5,79 TIDAK

SEHAT 2,59 SEHAT

23 BPR Weleri Jayapersada 12,82 TIDAK

(47)

27 BPR Restu Klaten Makmur 1,34 SEHAT 1,19 SEHAT

43 BPR Sinarguna Sejahtera 16,72 TIDAK

(48)

55 BPR Kedung Arto 0,88 SEHAT 1,19 SEHAT 56 BPR Mandiri Artha 4,28 SEHAT 4,51 SEHAT

57 BPR Setia Karib Abadi 12,15 TIDAK

SEHAT 19,76

TIDAK SEHAT

58 BPR Weleri Makmur 6,89 TIDAK

SEHAT 7,61

TIDAK SEHAT

59 BPR Dana Utama 5,39 TIDAK

SEHAT 7,7

TIDAK SEHAT

60 BPR Kota Tegal 23,68 TIDAK

SEHAT 26,81

(49)

NO. NAMA BPR PPAP

2010 KRITERIA 2011 KRITERIA

1 BPR BKK Blora 33,62 TIDAK

8 BPR Ukabima Sejahtera 56,53 KURANG

SEHAT 43,12

TIDAK SEHAT

9 BPR Artamas 86,91 SEHAT 39,19 TIDAK SEHAT

10 BPR Artha Mranggenjaya 25,87 TIDAK

SEHAT 16,24

TIDAK SEHAT

11 BPR Karticentra Artha 75,73 CUKUP

SEHAT 46,76

15 BPR Nusamba Pecangan Jepara 66,97 CUKUP

SEHAT 55,16 22 BPR Dhanatani Cepiring 108,73 SEHAT 111,18 SEHAT

23 BPR Weleri Jayapersada 26,86 TIDAK

(50)

26 BPR Gunung Lawu 29,94 TIDAK

43 BPR Sinarguna Sejahtera 9,12 TIDAK

(51)

52 BPR Dinamika Bangun Arta 23,4 TIDAK

SEHAT 29,17

TIDAK SEHAT 53 BPR Arto Moro 158,72 SEHAT 134,96 SEHAT

54 BPR Gunung Kinibalu 40,56 TIDAK

SEHAT 45,72

TIDAK SEHAT 55 BPR Kedung Arto 84,8 SEHAT 90,39 SEHAT

56 BPR Mandiri Artha 39,72 TIDAK

SEHAT 30,41

TIDAK SEHAT

57 BPR Setia Karib Abadi 21,74 TIDAK

SEHAT 11,8

TIDAK SEHAT

58 BPR Weleri Makmur 49,6 TIDAK

SEHAT 28,56

TIDAK SEHAT

59 BPR Dana Utama 22,37 TIDAK

SEHAT 8,08

TIDAK SEHAT

60 BPR Kota Tegal 24,09 TIDAK

SEHAT 10,87

(52)
(53)

40 BPR BKK Karangmalang 22,81 23,1 41 BPR Kartadhani Mulya 17,88 15,38 42 BPR Kartasura Makmur 17,06 20,57 43 BPR Sinarguna Sejahtera 3,59 0,33 44 BPR Solobaru Permai 24,84 18,8 45 BPR Nusumma Jateng 11,89 9,09 46 BPR BKK Temanggung 12,94 16,91 47 BPR Intan Surya 26,09 28,57 48 BPR Multi Arthanusa 14,65 8,03 49 BPR BKK Wonogiri 22,76 23,08 50 BPR Sinar Garuda 19,92 23,83 51 BPR Bank Salatiga 8,22 11,47 52 BPR Dinamika Bangun Arta 4,6 7,3

53 BPR Arto Moro 18,28 25,24

54 BPR Gunung Kinibalu 37,42 35,81

55 BPR Kedung Arto 9,78 7,29

56 BPR Mandiri Artha 9,8 11,41 57 BPR Setia Karib Abadi 10,81 4,11 58 BPR Weleri Makmur 19,44 16,08

59 BPR Dana Utama 1,7 14,36

(54)

NO. NAMA BPR ROA

2010 KRITERIA 2011 KRITERIA 1 BPR BKK Blora 6,11 SEHAT 6,84 SEHAT

11 BPR Karticentra Artha -22,63 TIDAK

(55)

34 BPR BP. Kab. Rembang 1,81 SEHAT 3,66 SEHAT 35 BPR BKK Ungaran 4,15 SEHAT 3,42 SEHAT 36 BPR Agung Sejahtera 4,05 SEHAT 3,34 SEHAT 37 BPR Argo Dana Ungaran 4,33 SEHAT 3,74 SEHAT 38 BPR Klepu Mitra Kencana 7,69 SEHAT 7,28 SEHAT 39 BPR Restu Klepu Makmur 5,18 SEHAT 7,47 SEHAT 40 BPR BKK Karangmalang 4,69 SEHAT 5,02 SEHAT 41 BPR Kartadhani Mulya 3,47 SEHAT 4 SEHAT 42 BPR Kartasura Makmur 3,33 SEHAT 4,56 SEHAT

43 BPR Sinarguna Sejahtera 0,7 TIDAK

SEHAT 0,07

TIDAK SEHAT 44 BPR Solobaru Permai 7,16 SEHAT 5,29 SEHAT 45 BPR Nusumma Jateng 3,51 SEHAT 2,43 SEHAT 46 BPR BKK Temanggung 2,68 SEHAT 4 SEHAT 47 BPR Intan Surya 8,25 SEHAT 9,26 SEHAT 48 BPR Multi Arthanusa 3,85 SEHAT 2,23 SEHAT 49 BPR BKK Wonogiri 4,25 SEHAT 4,55 SEHAT 50 BPR Sinar Garuda 5,79 SEHAT 10,42 SEHAT 51 BPR Bank Salatiga 1,52 SEHAT 2,18 SEHAT 52 BPR Dinamika Bangun Arta 2,12 SEHAT 1,82 SEHAT 53 BPR Arto Moro 4,47 SEHAT 7,34 SEHAT 54 BPR Gunung Kinibalu 9,65 SEHAT 7,3 SEHAT 55 BPR Kedung Arto 2,93 SEHAT 2,47 SEHAT 56 BPR Mandiri Artha 2,88 SEHAT 3,1 SEHAT

57 BPR Setia Karib Abadi 2,84 SEHAT 0,81 KURANG SEHAT 58 BPR Weleri Makmur 5,56 SEHAT 4,28 SEHAT

59 BPR Dana Utama 0 TIDAK

SEHAT 0

TIDAK SEHAT

60 BPR Kota Tegal -0,58 TIDAK

SEHAT -21,98

Gambar

Tabel 2.1 : Ukuran Penilaian Bobot Camel  ..................................................................
Tabel 2.1 Ukuran Penilaian Bobot Camel
Tabel 2.2 Ukuran Penilaian Tingkat Kesehatan BPR
Tabel 4 berisi statistik deskriptif untuk menjelaskan gambaran data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Pertanian Propinsi Maluku dapat disimpulkan bahwa perancangan dan implementasi Sistem Informasi Pertanian ini

Rawa Pening merupakan salah satu danau alami yang terdapat di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Selain memiliki potensi pariwisata, ternyata Rawa Pening menyimpan hasil alam yang dapat

Sedangkan untuk perbedaan kinerja keuangan antara BPR Swasta dengan BPR Pemerintah, yang dihasilkan oleh rasio NIM menunjukkan bahwa kemampuan memperoleh keuntungan

Api Abadi Mrapen adalah salah satu tempat wisata alam di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang memiliki tiga buah obyek fenomena alam yaitu Api Abadi, Sendang Dudo dan

Secara umum BUMD bidang jasa produksi di Propinsi Jawa Tengah selama periode riset 2011-2016, masih dapat dinyatakan efisien dengan tingkat rata-rata efisiensi

sebelumnya Adnan.I (2010) menyatakan bahwa karyawan merasa tidak menjadi suatu bagian dalam suatu organisasi tersebut berbeda dengan Mohammed &amp; Eleswed (2013) yang juga

BPS Propinsi Jawa Tengah, Semarang Dalam Angka 2009.. BPS Propinsi Jawa Tengah, Jawa Tengah Dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional antara anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu.. Metode penelitian yang digunakan adalah