• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visi, Misi dan Strategi Ormas dan LSM dalam Pembangunan Daerah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Visi, Misi dan Strategi Ormas dan LSM dalam Pembangunan Daerah."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah disajikan pada

Kegiatan Sosialisasi dalam rangka Pemberdayaan Ormas dan LSM Angkatan III tanggal 26 September 2001

di Kabupaten Garut.

Oleh

!

"

#

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat Tuhan Yang Mahaesa, makalah tentang

Visi, Misi, dan Strategi Ormas dan LSM dalam Pembangunan Daerah” telah selesai disusun kembali.

Makalah ini pernah disajikan pada kegiatan “Sosialisasi dalam rangka

Pemberdayaan Ormas dan LSM”, Angkatan III, tanggal 26 September 2001, di

Kabupaten Garut. Makalah ini diajukan oleh penyusun untuk memenuhi

kenaikan jabatan dan pangkat sebagai dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (FISIP UNPAD) yang setara dengan

Golongan IV/b.

Demikian makalah ini ditulis dan semoga dapat memenuhi ajuan

dimaksud.

Bandung, 26 November 2001

Penyusun,

Pipin Hanapiah, Drs.

NIP. 131832050

(3)

Makalah disajikan pada

Kegiatan Sosialisasi dalam rangka Pemberdayaan Ormas dan LSM Angkatan III tanggal 26 September 2001

di Kabupaten Garut.

Oleh

Menyetujui:

Dosen Senior,

(4)

DAFTAR ISI

Persetujuan Dosen Senior ……….……… iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

DAFTAR ISI ……… v

A. Pendahuluan ……… 1

B. Teori Fungsionalisme Struktural …….……… 2

C. Kedudukan, Fungsi, dan Peran Ormas dan LSM dalam Sistem Peme-rintahan Daerah ………. 5

D. Visi, Misi, dan Strategi Ormas dan LSM dalam Pembangunan Daerah 7 F. Daftar Pustaka ………. 9

(5)

1

VISI, MISI, DAN STRATEGI ORMAS DAN LSM

DALAM PEMBANGUNAN DAERAH*

Pipin Hanapiah**

A. Pendahuluan

Dalam proses pembangunan daerah—sebagai bagian terintegrasi dari

pembangunan nasional Indonesia—diperlukan visi, misi, dan strategi. Visi berkaitan

dengan gagasan, cita-cita, tujuan, dan sasaran. Misi berkaitan dengan program,

kegiatan, dan rencana. Strategi berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, fungsi,

peran, metode, teknik, partisipasi, dan sebagainya.

Kalau mengacu pada batas-batas waktu pemulaan era-era perdagangan bebas

di kawasan-kawasan, visi bisa dibatasi untuk kurun waktu dari sekarang sampai

dengan tahun 2003 (kawasan ASEAN), sampai dengan tahun 2010 (negara-negara

berkembang memasuki kawasan negara-negara maju (di Asia Pasifik), atau sampai

dengan 2020 (negara-negara maju memasuki kawasan negara berkembang di Asia

Pasifik). Untuk periode waktu yang cukup, visi Ormas dan LSM diharapkan untuk

sampai tahun 2020. Atas dasar ini, misi dan strateginya disusun untuk kurun waktu

yang sama.

---

* Makalah kegiatan Sosialisasi dalam rangka ‘Pemberdayaan Ormas dan LSM’, Angkatan III,

tanggal 26 September 2001, di Kabupaten Garut.

(6)

2

Dalam kurun waktu 19 tahun (2001—2020), visi beserta misi dan strategi

Ormas dan LSM di Kabupaten Garut—sebagai dua dari beberapa pilar pelaku

pembangunan daerah—perlu diantisipasi dan disiapkan sejak kini. Untuk

menjangkau gambaran ke arah sana, makalah ini membahas:

1. Teori Fungsionalisme Struktural;

2. Kedudukan, Fungsi, dan Peran Ormas dan LSM dalam Sistem Pemerintahan

Daerah;

3. Visi, Misi, dan Strategi Ormas dan LSM dalam Pembangunan Daerah;

B. Teori Fungsionalisme Struktural

Dalam memahami kehidupan bernegara, Gabriel A. Almond (1960)

menemukan Teori Fungsionalisme Struktural, yang pada pokoknya mengajarkan

sebagai berikut. Negara dipandang oleh Ilmu Politik sebagai suatu Sistem Politik.

Sistem Politik berproses dari mulai adanya input (masukan dalam bentuk dukungan,

kritikan, dan apati) dari masyarakat dan lingkungan fisiknya. Input ini diartikulasi

(disusun dan disampaikan) oleh kelompok kepentingan (termasuk di dalamnya

kelompok penekan) sebagai suatu kepentingan masyarakat. Hasil kerja

masing-masing kelompok kepentingan/penekan ini kemudian diagregasi oleh partai politik

untuk dipadukan satu sama lainnya dalam bentuk rencana program dan kegiatan

partai politik, yang akan diperjuangkan di parlemen (lembaga legislatif). Di dalam

parlemen (melalui diskusi dan lobi politik antarfraksi partai politik atau antara

(7)

3

masing-masing partai politik itu dirumuskan menjadi suatu kebijakan negara atau

kebijakan pemerintah dalam arti luas. Kebijakan ini kemudian dilaksanakan oleh

birokrasi, yang diawasi oleh yudikatif dan sekaligus untuk menghakimi

pelanggarannya. Pengawasan dan penghakiman oleh yudikatif ini pada akhirnya

akan memberikan output (keluaran) dan pengaruh terhadap opini dan sikap/perilaku

masyarakat di kemudian hari. Proses politik itu pun sangat ditentukan oleh

pelaksanaan fungsi-fungsi sosialisasi politik, komunikasi politik, dan rekrutasi

politik yang dilakukan di dalam negaranya. Bila ketiga fungsi ini didominasi oleh

pemerintah (negara), demokratisasi akan tersendat dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan akan bersifat semu dan terkesan formalitas. Bila ketiga fungsi ini

menyebar kedalam berbagai pilar, demokratisasi dan partisipasi akan terwujud

secara alami dan wajar.

Proses dari sistem politik dalam suatu negara itu dipengaruhi oleh

lingkungan internasional dan oleh sistem-sistem lainnya diluar sistem politik.

Begitu seterusnya proses politik itu berjalan secara berulang dan membaik atau

berulang dan memburuk (berfluktuasi dalam waktu).

Itulah sebabnya kehidupan politik suatu negara tidak bisa terlepas dari

pengaruh negara-negara internasional dan juga tidak bisa mengabaikan dinamika

masyarakatnya sendiri.

Bila disimpulkan, teori fungsionalisme struktural itu mengajarkan:

1. Negara terdiri atas struktur-struktur dan fungsi-fungsi bernegara:

(8)

4

1.2Struktur kelompok kepentingan/penekan berfungsi mengartikulasi

kepentingan masyarakat;

1.3Struktur partai politik berfungsi mengagregasi kepentingan masyarakat;

1.4Struktur legislatif dan eksekutif bersama-sama berfungsi membuat kebijakan;

1.5Struktur birokrasi berfungsi melaksanakan kebijakan;

1.6Struktur yudikatif berfungsi mengawasi dan menghakimi pelaksanaan

kebijakan;

1.7Semua struktur sama-sama melaksanakan fungsi-fungsi sosialisasi politik,

komunikasi politik, dan rekrutasi politik;

1.8Semua struktur dan fungsinya itu dipengaruhi oleh lingkungan internasional

dan juga sistem-sistem lainnya (sistem ideologi nasional, sistem konstitusi

negara, sistem hukum nasional, sistem sosial budaya, sistem agama, sistem

ekonomi, sistem pertahanan-keamanan, dan sebagainya dari negara yang

bersangkutan).

2. Demokratis tidaknya suatu negara bergantung pada ada/tidaknya pembagian

fungsi-fungsi bernegara kedalam struktur-struktur negara yang ada/hidup di

dalamnya.

3. Semakin fungsi bernegara itu disebar kepada pilar-pilar pembangunan

bangsanya, semakin banyak komponen/pilar masyarakat untuk secara

bersama-sama pemerintah (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) melakukan pembangunan

(9)

5

4. Penegakkan HAM, pembangunan masyarakat madani, akuntabilitas publik, good

governance, penegakkan hukum, keadilan politik dan ekonomi, dan sebagainya

akan dapat dikembangkan di dalam penerapan teori tersebut.

C. Kedudukan, Fungsi, dan Peran Ormas dan LSM dalam Sistem

Pemerintahan Daerah

Meminjam teori fungsionalisme struktural, Ormas dan LSM diposisikan/

didudukkan sebagai pelaku dari struktur kelompok kepentingan yang berfungsi

sebagai pengartikulasi kepentingan masyarakat. Artinya, Ormas dan LSM

berkedudukan sebagai kelompok kepentingan (interest group) di dalam suatu

negara. Bila mereka melakukan artikulasinya itu secara menekan (memaksa,

mengancam, menteror, dan sebagainya), mereka berkedudukan sebagai kelompok

penekan (pressure group).

Dengan demikian, Ormas dan LSM bermula dari (secara sejarah) dan

berperan sebagai:

1. Dibentuk oleh masyarakat sendiri;

2. Diurus/dikelola oleh masyarakat sendiri;

3. Untuk memperjuangkan kepentingan masyarakatnya sendiri (masyarakat

selingkup);

4. Dalam upaya membantu tugas-tugas pemerintah dalam membangun

(10)

6

Perbedaannya adalah bahwa Ormas:

1. Dibentuk dan diurus sendiri dengan dukungan pemerintah;

2. Diselaraskan dengan program-program pemerintah;

3. Untuk menjadi mitra-kerjasama pemerintah.

Sementara LSM adalah:

1. Dibentuk dan diurus oleh masyarakat sendiri;

2. Bergerak untuk mengisi dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan

masyarakat yang terabaikan (termarjinalisasi)oleh pemerintah;

3. Untuk menjadi pengontrol terhadap cara/hasil-kerja pemerintah.

Kebergantungan Ormas dan LSM kepada pemerintah sangat ditentukan

oleh: (1) sumber dana bagi kegiatan organisasi: apakah dari (sebagian atau

seluruhnya) dari bantuan pemerintah atau tidak; (2) pengaruh kerjasama rekrutasi

ketika menjadi pimpinan: apakah meminta bantuan (atau direkayasa) pemerintah

ketika menjadi pimpinan Ormas/LSM atau tidak; atau (3) motivasi pendirian

organisasi: apakah karena mengejar dana tawaran pemerintah atau bukan (seperti

dana JPS di era pasca tahun 1970-an).

Atas dasar itu, Ormas dan LSM dalam Sistem Pemerintahan Daerah

Kabupaten Garut dapat berkedudukan sebagai kelompok kepentingan yang

berfungsi untuk/dalam memperjuangan kepentingan masyarakat di lingkup-kerjanya

(11)

7

1. Mempengaruhi partai-partai politik (melalui fraksinya) di DPRD Kabupaten

Garut untuk memperjuangkan atau membuat keputusan (melalui peraturan

daerah) yang berpihak kepada program/kegiatan Ormas dan LSM;

2. Mempengaruhi pemerintah/eksekutif (Bupati atau Dinas/Instansi terkait) untuk

memperjuangkan kepentingan Ormas dan LSM kedalam Peraturan Daerah atau

Keputusan-keputusan Pemerintah.

3. Mengontrol/mengawasi kinerja Pemerintah dan DPRD (termasuk di dalamnya

Dinas/Instansi Pemerintah dan partai-partai politik) di Kabupaten Garut.

4. Saling memantau dan mengontrol antarsesama kelompok kepentingan (Ormas

pada Ormas, LSM pada LSM) agar tidak terjadi saling

bersaing-yang-tidak-sehat, agar tidak mencemarkan korsa-organisasi di mata pemerintah dan

masyarakat umum (untuk ini bisa dalam bentuk adanya forum bersama,

kelompok kerja bersama, etika profesi bersama, atau yang lainnya);

5. Bersedia secara sadar dan bertanggungjawab untuk dipantau dan dikontrol oleh

masyarakat umum dan pemerintah di Kabupaten Garut sebagai bentuk adanya

akuntabilitas-publik dari Ormmas dan LSM.

D. Visi, Misi, dan Strategi Ormas dan LSM dalam Pembangunan

Daerah

Visi Ormas dan LSM di Kabupaten Garut untuk 2020 misalnya, dapat

(12)

8

1. Ormas dan LSM sebagai kelompok-kepentingan-artikulatif yang aspiratif,

responsif, representatif, dan akuntabilitatif di Kabupaten Garut; atau

2. Ormas dan LSM sebagai kelompok-kepentingan-artikulatif yang partisipatif,

demokratis, dan moderen di Kabupaten Garut; atau

3. Ormas dan LSM sebagai kelompok-kepentingan-artikulatif yang berimtaq dan

beriptek di Kabupaten Garut; atau

4. Ormas dan LSM sebagai kelompok-kepentingan-artikulatif yang Pancasilais di

Kabupaten Garut; atau

5. Ormas dan LSM sebagai kelompok-kepentingan-artikulatif yang globalis,

nasionalis, dan intani di Kabupaten Garut; atau

6. Yang lain.

Atas dasar visi itu, Ormas dan LSM di Kabupaten Garut bermisi:

Untuk visi (1):

a. Menjabarkan visi itu kedalam bentuk fungsi, peran, program, dan kegiatan

beserta strateginya dalam bentuk metode/teknik, proses/mekanismenya,

produk/output-nya, dan sebagainya yang relevan dengan makna aspirartif,

responsif, representatif, dan akuntabilitatif;

b. dan seterusnya.

Untuk visi (2):

(13)

9

McLean, Iain and David Butler (Eds.), 1996, Fixing the Boundaries: Defining and Redefining

Single-Member Electoral Districts, Vermont: Dartmouth.

Nohlen, Dieter, 1996, Elections and Electoral Systems, Bonn: Friedrich-Ebert-Stiftung.

Reynolds, Andrew, 1999, Electoral Systems and Democratization in Southern Africa, N.Y.:

Oxford University Press.

Reynolds, Andrew et.al., 1997, The International IDEA Handbook of Electoral System

Design, Stockholm: International IDEA.

Ryan, Selwyn, 1999, Winner Takes All, St. Augustine: The University of the West Indies.

Sartori, Giovanni, 1997, Comparative Constitutional Engineering: An Inquiry into Structures, Incentives, and Outcomes (2nd Ed.), New York University Press: N.Y.

* 0 % /" ; + * $ ( & " # #

,-" * # " # # # . #! -! 9! 2( #"<"

Tien, Hung-Mao (Ed.), 1996, Taiwan in the Modern World: Taiwan’s Electoral Politics and

Democratic Transition, N.Y.: M.E. Sharpe.

" ) '

(

* UUD 1945 Setelah Perubahan Pertama dan Kedua Tahun 2000;

* Tap-tap MPR hasil Sidang MPR 1998, 1999, dan 2000;

* Lima (5) UU Bidang Politik Tahun 1985, terutama UU 8/1985 tentang Organisasi

(14)

10

* UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka

Umum;

* Tiga (3) UU Bidang Politik Tahun 1999, terutama UU 2/1999 tentang Partai Politik;

* UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM;

Referensi

Dokumen terkait

Di dalamnya disebutkan bahwa Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang

Tekanan politik dari luar sistem, lobi dan dialog untuk perubahan kebijakan, menggunakan jaringan advokasi transnasional Tekanan politik dari luar sistem, memperkuat

Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan tetapi ketersediaan lahan semakin berkurang, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi

dokumen AMDAL yang dinilai oleh Tim Komisi AMDAL dan Peningkatan Kualitas Laboratorium Lingkungan Menurunkan tingkat pencemaran dari industri menengah/besar dan

Kepentingan tata dunia dengan adanya jaminan pemeliharaan terhadap sistem politik dan ekonomi internasional dimana suatu negara dapat merasakan keamanan sehingga

Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam yang memberi manfaat ekonomi untuk pendapatan daerah dam masyarakat sekitar dengan dampak lingkungan yang minimal...

➨ Tidak ada desain sistem yang baik atau yang buruk; yang ada adalah apakah suatu desain sistem pas (fit) dengan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh organisasi. Kesesuaian

Lingkungan eksternal meliputi kebijakan serta tindakan yang dilakukan oleh negara lain di dalam sistem internasional baik yang bersifat ofensif terhadap suatu negara maupun