• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK Pengembangan Kemampuan Berperilaku Mulia Melalui Story Telling Di Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK Pengembangan Kemampuan Berperilaku Mulia Melalui Story Telling Di Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU

MULIA MELALUI

STORYTELLING

DI KELOMPOK B TK

DHARMA WANITA KRENDOWAHONO, GONDANGREJO,

KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1

Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

NOVI NUR ENDAH RAHAYU

A 520090023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrohim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama : Novi Nur Endah Rahayu NIM : A 520 090 023

Fakultas/Jurusan : FKIP / Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jenis : Skripsi

Judul : “ Pengembangan Kemampuan Memahami Perilaku Mulia Melalui Story Telling Di Kelompok B TK Dharma Wanita

Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013”

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana semestinya

Surakarta, 12 Maret 2014 Yang Menyatakan

(4)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORY TELLING DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA

KRENDOWAHONO, GONDANGREJO, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Novi Nur Endah Rahayu, A520090023, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui story telling. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis dengan metode deskriptif interaktif (pengumpulan data, reproduksi data, dan menarik kesimpulan). Subyek penelitian anak TK Dharma Wanita Krendowahono, dengan banyak anak didik 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan dengan story telling dapat mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia anak. Pencapaian prosentase pada siklus I adalah 76,75% dan siklus II adalah 84,5%. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa melalui story telling dapat meningkatkan pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia di TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.

(5)

Pendahuluan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarga agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Melalui pendidikan, kita mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya. Secara teoritis dan fisiologis tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Anak dilahirkan dengan suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, dan bila otak berkembang dengan baik, kemampuan belajar akan bertambah dan kemungkinan kegagalan di sekolah dan di kehidupan selanjutnya semakin kecil (Anwar dan Arsyad, 2009: xviii).

Memahami Perilaku mulia dapat diajarkan kepada anak melalui berbagai teknik pembelajaran salah satunya adalah Storytelling. Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Storytelling

merupakan suatu proses kreatif anak-anak yang dalam perkembangannya, senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya berfantasi, dan imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan. Berbicara mengenai storytelling, secara umum semua anak-anak senang mendengarkan storytelling, baik anak balita, usia sekolah dasar, maupun yang telah beranjak remaja bahkan orang dewasa. Dalam kegiatan storytelling, proses bercerita menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari cerita tersebut dapat sampai pada anak. Pada saat proses storytelling berlangsung terjadi sebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikan pencerita kepada

(6)

Menurut Kohlberg pada awalnya anak berperilaku adalah agar mendapatkan pujian dan terhindar dari hukuman, dan diterima oleh lingkungan sekitar serta terhindar dari kecaman orang lain. Sementara pandangan ahli psikologi perilaku

mulia adalah hasil pemberian penguatan “hukuman” dan perilaku “model” dari

orang tua (Eprilia Hanny, 2007:15). Menurut Adler (1974) (dalam PUT, 2004:1.22) perilaku mulia adalah dalam rangka pembentukan kepribadian yang harus dimiliki manusia. Perilaku adalah cara berfikir atau cara pandang seseorang yang akan tercermin dalam pola pikir dan tindak seperti bersikap, berbicara, atau mengekspresikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dimana anak berada (Depdiknas, 2007:6.7). Menurut Santrouck (2007) (dalam Eprilia Hanny, 2007:1) pengembangan perilaku adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku standar benar dan salah. Perkembangan moral anak menurut beberapa pakar di dalam bidang pengembangan moralitas anak. Ada baiknya jika mempertimbangkan teori tersebut dibuat berdasarkan pola pikir karena jati diri banyak dipengaruhi para pakar. Masalah ini hanya bersifat ilmiah. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa memahami perilaku mulia adalah strategi atau cara individu untuk mengetahui pembentukan karakter serta kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai atau tuntutan norma yang berlaku sehingga dapat diterima oleh masyarakat lingkungan setempat dan dapat dikembangkan melalui pembelajaran.

Kerangka pemikiran

(7)

storytelling juga mampu mengembangkan perilaku mulia pada anak didik kelompok B, melalui kondisi awal, siklus 1, siklus 2, dst sampai mencapai target yang diharapkan dan kondisi akhir.

Hipotesis tindakan

Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan kesimpulan yang nilai kebenarannya masih harus di uji. Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Storytelling bisa mengembangkan kemampuan memahami Perilaku Mulia.

Metode penelitian

(8)

Instrument digunakan untuk mencatat atau memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Berikut butir amatan pedoman observasi perkembangan memahami perilaku mulia melalui storytelling.

Indikator penelitian

Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun indikator pencapain setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak mencapai 76,75% pada siklus I, 84,5% pada siklus II.

Hasil penelitian

Peneliti melakukan pengamatan lebih dulu pada hari Senin - Jumat tanggal 16 – 20 September 2013. Pengamatan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai dengan selesai. Pada hari Senin - Rabu tanggal 16 - 18 September 2013, peneliti melakukan observasi. Pembelajaran dilakukan didalam kelas, guru kelas memberi pembelajaran kepada anak yaitu meronce dengan manik-manik, menempel gambar bunga pada buku menempel, mewarnai gambar dan membedakan perbuatan baik (diberi tanda contreng) dan perbuatan buruk (diberi tanda silang). Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 19–20 September 2013, peneliti melakukan observasi lagi. Pembelajaran masih dilakukan di dalam kelas, guru kelas melakukan pembelajaran kepada anak yaitu anak melakukan kegiatan story telling

(9)

sudah mencapai prosentase 76,75% dikarenakan masih banyak anak yang belum sesuai dengan pencapaian keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti karena masih ada anak yang belum mampu mendengarkan storytelling dengan baik yang disampaikan guru sehingga pengembangan kemampuan perilaku mulia melalui

storytelling pada anak didik kelompok B masih rendah. Dari analisa tersebut peneliti merasa belum maksimal. Oleh sebab itu, peneliti membuat perencanaan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Proses pelaksanaan pada siklus II berjalan dengan baik, kelemahan yang ada pada siklus I dapat sedikit teratasi dan memuaskan kemampuan anak sudah mengalami pengembangan pada siklus I yaitu 76,75% dan pada siklus II ini mengalami pengembangan yang signifikan yaitu 84,5% hal ini dapat dilihat dari hasil refleksi pada siklus II yaitu mampu mendengarkan storytelling dengan baik. Berdasarkan dari refleksi diatas, tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil. Pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia anak melalui storytelling meningkat jika dibandingkan pada siklus I. Kegiatan melalui storytelling yang telah dilakukan menunjukan peningkatan dan sudah mencapai target yang diharapkan.

Pembahasan

(10)

Melalui serangkaian penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terdapat perubahan mengenai storytelling pada anak. Dari tindakan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Dengan menggunakan kegiatan melalui storytelling sebagai metode dan media belajar yang menarik serta proses pembelajaran yang berlangsung menyenangkan serta melibatkan anak untuk mendengarkan storytelling. Telah mampu mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling pada anak kelompok usia 6 - 7 tahun di TK B Dharma Wanita Krendowahono Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2012 / 2013. Adapun peningkatan rata-rata prosentase kerjasama anak dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II yakni prasiklus mencapai 40,55%, siklus I mencapai 76,75%, dan siklus II mencapai 84,5%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a) Guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran yang menarik serta sesuai minat anak.

b) Guru hendaknya berani dalam memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Supaya anak tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak merasa bosan dalam pembelajaran. Sehingga anak dapat berkembang dengan optimal. c) Guru sebaiknya mengoptimalkan mengembangkan kemampuan anak

didik baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang pembelajaran

2. Bagi Orang Tua Anak

(11)

maksimal apabila tanpa bantuan orang orang tua. Bimbingan orang tua sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. 3. Bagi Peneliti Berikutnya

(12)

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Depdiknas.

IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Maimunah, Hasan. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: DIVA Press.

Eprilia, Hanny. 2007. Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial Dan Emosi. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, Satibi. 2004. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susilowati, Wiwik. 2013. Pengembangan Perilaku Mulia Melalui Metode Bercerita Dengan Papan Flanel. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusumastuti, Dina Nurcahyani. 2010. Pengaruh Kegiatan Story Telling Terhadap Pertumbuhan Minat Baca Siswa. Skripsi. Surakarta: Universitas

Referensi

Dokumen terkait

1. Keadaan dimana suatu daerah tidak dapat mengalami bencana. Keadaan dimana suatu daerah rentan untuk mengalami bencana. Keadaan dimana suatu daerah rentan untuk mengalami bencana

Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan tentang waktu fermentasi dan dosis ragi yang optimal untuk menghasilkan kadar alkohol tertinggi pada fermentasi sari

Dalam penelitian ini perhitungan statistik yang digunakan adalah Chi-Square, yaitu untuk mengetahui keterkaitan antara karakteristik konsumen yang meliputi: tingkat

Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan pertama yaitu apakah fungsi aritmatika pada Freepascal dapat digunakan secara bersama-sama dengan operator aritmatika yang

Perhitungan Kementrian Lingkungan Hidup (KemenLH) tahun 2013 mengenai tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hanya 57%. Dengan dimunculkannya hasil

Hal ini terjadi karena pada kemiringan yang lebih curam pertumbuhan pelepah sawit kurang optimum, sehingga lolosan intensitas cahaya semakin besar.. Ilustrasi dan

Om Swastyastu, segala puja dan puji penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap efektivitas pembiayaan, faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan dan dampak pembiayaan bagi anggota Kospin