• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PONDOK PESANTREN TERPADU DENGAN SISWA REGULER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PONDOK PESANTREN TERPADU DENGAN SISWA REGULER."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh CUCU SUANDA

0705179

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Oleh Cucu Suanda

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Cucu Suanda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

0705179

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PONDOK PESANTREN TERPADU

DENGAN SISWA REGULER

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dra. Lilis Komariyah, M. Pd. NIP. 195906281989012001

Pembimbing II

Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd. NIP. 196005181987032003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

(4)

TERPADU DENGAN SISWA REGULER

Cucu Suanda1, Lilis Komariyah2, Oom Rohmah3 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Pendidikan jasmani di lingkungan sekolah pada dasarnya merupakan sarana pendidikan yang dilaksanakan melalui aktivitas fisik dan olahraga tertentu yang dilakukan melalui proses pembelajaran atau bimbingan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan di sekolah dan pembentukan pribadi anak. Untuk itu, pendidikan yang memadukan sekolah dan pesantren (Sekolah Terpadu) dipandang sebagai salah satu solusi baik bagi orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang. Namun dengan perbedaan kultur pendidikan yang berbeda serta sarana dan prasarana penunjang yang tersedia antara sekolah terpadu dengan sekolah reguler tentu akan memberikan dampak yang berbeda terhadap kebugaran jasmani siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa di SMA Terpadu Darul ‘Amal dengan siswa di SMA Negeri 1 Jampangkulon. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Terpadu Darul ‘Amal dan SMA Negeri 1 Jampangkulon yang berjumlah 469 orang siswa. Sementara jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25% dari total populasi, yaitu berjumlah 118 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto dengan pendekatan static group commparisson, menitik beratkan pada penelitian komparatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes psikomotor berupa Tes Kebugaran Jasmani untuk anak usia SMA (16-19 tahun), yaitu: a. lari cepat (sprint) 60 meter, b. gantung siku tekuk (pull up), c. baring duduk (sit up) 30 detik, d. loncat tegak (vertical jump), dan e. lari jarak sedang 1200 meter. Hasilnya terjadi perbedaan signifikan nilai rata-rata tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul ‘Amal dengan rata-rata 13,69 dan siswa SMA Negeri 1 Jampangkulon dengan rata-rata 11,58. Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul ‘Amal lebih baik dibandingkan SMA Negeri 1 Jampangkulon.

Kata Kunci : Perbandingan, kebugaran jasmani, pendidikan, sekolah terpadu, sekolah regular.

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

2Penulis Penanggung Jawab 3

(5)

STUDENTS

Cucu Suanda1, Lilis Komariyah2, Oom Rohmah3 Physical Education Healthy and Recreation,

Faculty of Sport Education and Healthy, Indonesia Education University

ABSTRAC

Physical education in the school environment is essentially education tools supported througha physical activity and certain sports made through the process of learning or teacher guidance in efforts to achieve the goal of education. The development of a social environment rapidly increasing challenges and no small influence for the development of education in private schools and the formation of the child. There for, an education that combined school and boarding school (Integrated School) is seen as one of the solutions for parents and children in addressing the challenges of the times right now. But with the difference of the different educational cultures as well supporting infrastructure and facilities that are available between the school integrated with the school's regular course will give you a different impact on the physical fitness of students.This research aims to identify method used was ex post facto method with a static group approach commparisson, drip at a series of comparative research. Research instrument used is a psychomotor test Physical fitness test for High School-aged children (16-19 years), namely:a. Sprint 60 meters, b. Hanging elbow bend (pull up), c. Sit up, d. 30 sec vertical jump, and e. Run medium distance 1200 meters. Results significant differences occurred average value physical fitness level high school students Integrated of Darul ‘Amal with average 13,69 and Jampangkulon 1st senior high school with an average 11,58. Thus physical fitness level high school students of Darul ‘Amal better than Jampangkulon 1st senior high school.

Keywords: Comparison, Education Integrated , Physical Fitness, Education, Regular School

1

Student of Physical Health and Recreation Education , Sport and Healthy Education Faculty, Indonesia Education University

2

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... . 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Pendidikan Jasmani ... 11

a. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 11

b. Esensi Pembelajaran Penjas ... 12

2. Kebugaran Jasmani ... 13

a. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 13

b. Fungsi Kebugaran Jasmani ... 15

c. Komponen Kebugaran Jasmani ... 15

(7)

3. Pendidikan Terpadu ... 17

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 38

(8)

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Data Tes Kebugaran Jasmani ... 64

2. Uji Normalitas ... 69

3. Uji Homogenitas ... 69

4. Uji Hipotesis ... 71

B. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat berperan penting dalam

upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Disadari atau tidak,

sejak lahir hingga sekarang ini manusia terus dididik dan dibina agar mendapat

tempat terbaik dikemudian hari serta berguna bagi dirinya, masyarakat di

lingkungannya, maupun bagi bangsa dan negaranya.

Proses pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan terhadap

peserta didik agar mampu mengembangkan kemampuan dan potensi dalam

dirinya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 2 tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Sedangkan menurut Syaripudin (2007:27), pendidikan adalah hidup,

pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang

mempengaruhi pertumbuhan individu.

Pendidikan jasmani sebagai salah satu program pendidikan yang tercantum

dalam kurikulum pendidikan nasional, yaitu dalam upaya meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Abduljabar (2010:v) mengungkapkan bahwa

pendidikan jasmani dalam kurikulum sekolah adalah sebuah mata pelajaran unik,

merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar gerak, mengembangkan kebugaran jasmani, dan mendapatkan

pemahaman tentang aktivitas jasmani.

Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik dan atau

kecabangan olahraga tertentu yang dilakukan melalui proses pembelajaran atau

(10)

(2008:40) pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui

aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Senada dengan hal

tersebut, Mahendra (2003:3) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani pada

hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk

menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik secara fisik,

mental, serta emosional. Pendapat lain juga mengungkapkan hal yang sama,

Harold M. Barrow (dalam Abduljabar, 2010:4) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan

latihan (exercise). Hasil yang dicapai… individu yang terdidik secara fisik.Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka nampak jelas bahwa pendidikan

jasmani merupakan proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani

melalui gerakan, permainan, dan kecabangan olahraga sebagai media untuk

mengembangkan kemampuan dan potensi siswa agar berkembang secara

kesuluruhan, khususnya penekanan pada tiga domain kependidikan, yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Salah satu tujuan utama dari pendidikan jasmani adalah mengarah pada

penekanan aspek psikomotor, yaitu perbaikan kebugaran jasmani siswa. Hal ini

dikarenakan kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain

psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ

tubuh. Sebagaimana diungkapkan oleh Adisasmita (1989:23) bahwa “perbaikan

status kebugaran jasmani siswa adalah merupakan tujuan terpenting dari

pendidikan jasmani. Hal ini disebabkan karena pengembangan kebugaran jasmani

merupakan tanggungjawab pendidikan jasmani, dan tidak ada yang lainnya dalam

(11)

Kebugaran jasmani juga memiliki fungsi dan manfaat bagi setiap orang

dengan latar belakang atau kalangan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bagi

olahragawan kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan prestasi,

sementara bagi karyawan kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan

produktivitas kerja, sedangkan bagi pelajar kebugaran jasmani berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan belajar. Selain itu kebugaran jasmani juga berlaku

untuk keadaan tertentu, misalkan bagi orang yang mengalami kecacatan

kebugaran jasmani dapat dijadikan sebagai rehabilitasi. Sementara bagi ibu hamil

kebugaran jasmani dapat berfungsi dalam mempersiapkan proses melahirkan,

serta dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan bagi kalangan

anak-anak.

Berkaitan dengan kebugaran jasmani, Giriwijoyo (dalam Hakama, 2013:2)

mengemukakan definisi tentang jebugaran jasmani sebagai berikut:

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap lingkungan yang harus diatasi dengan cara efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

Lebih lanjut Komariyah dan Angkawijaya (2010:21) mengungkapkan

bahwa “kebugaran jasmani (KJ) adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan

pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan”. Sementara menurut Pekik (2004:2),

mengemukakan bahwa “kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang

melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan

sehingga masih menikmati waktu luangnya”. Senada dengan hal tersebut

(12)

Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta dengan cadangan energi yang tersisa ia masih mampu menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal darurat yang tidak terduga sebelumnya.

Secara konseptual kebugaran jasmani lebih menunjuk kepada aspek

kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan (otot), daya tahan

(jantung-paru), dan kelentukan (otot dan persendian). Sehingga dengan demikian

kebugaran jasmani juga kerap diartikan sebagai keadaan seseorang yang

mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan, dan daya

tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa kelelahan (Kosasih,

1985:10).

Kebugaran jasmani dimiliki oleh semua orang, namun tidak semua

memiliki tingkat kebugaran jasmani yang sama, ada yang mempunyai derajat

sehat yang tinggi namun adapula yang memiliki derajat sehat yang rendah (sakit).

Derajat sehat yang tinggi berarti memiliki kemampuan melakukan kerja fisik yang

lebih berat. Hal ini dapat disebabkan dari segi anatomis, fisiologis, maupun

ergosistema seseorang yang berbeda-beda.

Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi

kemampuan dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh

karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang

agar kebugaran jasmaninya dapat terus terjaga. Tak terkecuali dalam dunia

pendidikan khusunya di lingkungan sekolah.

Kebugaran jasmani di lingkungan sekolah perlu dibina untuk tercapainya

proses belajar mengajar yang optimal, karena penulis meyakini bahwa siswa yang

memiliki kebugaran jasmani yang baik maka tugas belajarnya dapat dilaksanakan

dengan baik pula. Selain itu dengan kondisi kebugaran siswa yang baik, siswa

akan dapat mengembangkan keterampilan fisikal yang memungkinkan siswa

(13)

kebugaran fisikal dan berfungsi normalnya system tubuh untuk hidup aktif siswa

pada lingkungannya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Tarigan (dalam Benny, 2013:3)

mengemukakan bahwa “...seorang siswa yang memiliki tubuh yang bugar akan

mampu menjalani aktivitas fisik sehari-hari tanpa ada keluhan dan kelelahan

berarti. Sebaliknya tingkat kebugaran jasmani yang rendah akan merupakan

kendala dalam pelaksanaan pekerjaan...”.

Pendidikan jasmani di lingkungan sekolah dalam pelaksanaannya

mempunyai tiga kegiatan, yaitu intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan melalui

tahap tatap muka yang alokasi waktunya telah ditentukan dengan struktur program

yang bertujuan mencapai kemampuan minimal untuk bidang studi. Kegiatan

kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa yang

bertujuan agar siswa lebih memahami dan menghayati apa yang dipelajari dalam

kegiatan intrakurikuler. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di

sekolah maupun di luar sekolah untuk lebih memperluas atau kemampuan

peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah

dipelajari dari berbagai mata pelajaran.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang memiliki organisasi

yang tersusun rapi. Segala kegiatannya direncanakan dan diatur dengan

kurikulum. Untuk menghadapi perkembangan zaman, maka kurikulum selalu

diadakan perubahan, diperbaiki dan disempurnakan agar apa yang diberikan

sekolah terhadap anak didiknya dapat digunakan untuk menghadapi tantangan

hidup di masa sekarang serta di masa yang akan datang, sehingga sekolah

merupakan tempat untuk belajar agar tujuan hidup dan cita-citanya dapat tercapai.

Namun demikian, perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat

meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan

pendidikan di sekolah dan pembentukan pribadi anak, seperti meluasnya

peredaran obat terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga

(14)

lagi dengan globalisasi dalam bidang budaya, etika dan moral yang didukung oleh

kemajuan teknologi di bidang tarnsportasi dan teknologi. Bagi anak yang tidak

dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan benar akan

menghantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari agama dan

mangakibatkan krisis moral pada anak bangsa.

Dari hal itulah beberapa pihak memandang perlunya suatu pendidikan

yang mana didalamnya tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan pada

anak yang hanya bersifat umum, tetapi juga pengetahuan keagamaan yang dapat

memperbaiki akhlak dan dapat dijadikan panduan untuk menjalani kehidupan

yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran sang kholik. Ini berarti ada

keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama. Untuk itu, pendidikan yang

memadukan sekolah dan pesantren (Sekolah Terpadu) dipandang sebagai salah

satu solusi baik bagi orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan

perkembangan zaman sekarang dan untuk mencapai keunggulan, baik pada aspek

akademik, nonakademik, maupun pribadi yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri

anak atau siswa.

Salah satu lembaga pendidikan yang menjalankan sistem pendidikan

terpadu (sekolah dan pesantren) adalah Pondok Pesantren Terpadu Darul „Amal

yang terletak di Kampung Selajati, Desa Bojong Genteng, Kecamatan Jampang

Kulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lembaga pendidikan ini melaksanakan

program pendidikan yang memadukan pendidikan sekolah secara umum dengan

pendidikan pesantren dan sistem asrama (Boarding School) dengan jenjang

pendidikan bertahap dari mulai Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kurikulum yang digunakan pun adalah perpaduan antara Kurikulum Pesantren

dan Kurikulum Pendidikan Nasional, termasuk di dalamnya adalah mata pelajaran

Pendidikan Jasmani.

Melihat konsep kurikulum terpadu yang kompleks dan sarat dengan

perubahan dan penambahan dari berbagai sisi, maka proses pembelajaran pada

lembaga pendidikan terpadu memerlukan waktu yang relatif lebih lama

(15)

boarding school ini adalah seluruh waktu siswa dalam beraktivitas dihabiskan di

pondokan (asrama) dan sekolah, sehingga boleh jadi rasa jenuh dan kebosanan

akan selalu menghantui siswa selama berada di pondokan atau sekolah tersebut.

Ditengah kemungkinan munculnya kejenuhan dan kebosanan pada diri

siswa pada lembaga pendidikan terpadu, muncul suatu kekhawatiran terhadap

kebugaran jasmani siswa-siswi yang berada pada lingkungan tersebut. Guna

menjawab kekhawatiran tersebut, Pondok Pesantren Terpadu Darul „Amal

kemudian menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kebugaran

jasmani siswa-siswinya. Hal tersebut juga sebagai implementasi dari motto “Olah

Rasa, Olah Rasio, dan Olah Raga” yang diterapkan oleh lembaga tersebut.

Namun kemudian muncul sebuah pertanyaan, dengan kultur pendidikan

yang berbeda serta ditunjang sarana dan prasarana yang tersedia, apakah tingkat

kebugaran jasmani siswa di SMA pada lembaga pendidikan berbasis pondok

pesantren tersebut akan lebih baik dibandingkan siswa SMA regular lainnya?

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk

meneliti lebih lanjut perihal perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa di

pondok pesantren terpadu dengan siswa di sekolah reguler lainnya. Penelitian ini

akan menggunakan metode penelitian ex post facto pada pokok pembahasan

tingkat kebugaran jasmani pada satuan pendidikan tingkat menengah atas (SMA)

di pondok pesantren terpadu Darul „Amal dan SMA regular lain pada semester genap tahun pelajaran 2013/14.

B. Identifikasi Masalah

Menurut Riduwan (2011:21), identifikasi masalah pada umumnya

mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan

berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan

diteliti. Maka berdasarkan pada latar belakang penelitian diatas, masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut, yaitu: (1) kebugaran

jasmani, (2) Pendidikan Terpadu, dan (3) SMA Terpadu dan SMA reguler.

(16)

1. Kebugaran jasmani, meliputi:

a. Pengertian kebugaran jasmani

b. Fungsi kebugaran jasmani

c. Komponen kebugaran jasmani

d. Upaya meningkatkan kebugaran jasmani

2. Pendidikan terpadu, meliputi:

a. Pengertian Pendidikan Terpadu

b. Penerapan Kurikulum Terpadu

c. Sistem Asrama (Boarding School)

3. SMA terpadu dan SMA reguler, meliputi:

a. Profil sekolah

b. Sarana dan prasarana

c. Jumlah dan Kegiatan Siswa

C. Batasan Masalah

Secara konseptual penelitian ini akan menelaah dua unsur yang terjadi

dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani pada lembaga pendidikan,

yaitu unsur siswa dengan menelaah kebugaran jasmaninya dan unsur lembaga

pendidikan dengan menelaah sistem pendidikan terpadu dan pendidikan reguler.

Secara hipotetik diduga ada keterkaitan antara kebugaran jasmani siswa dengan

sistem pendidikan yang diterapkan pada sebuah lembaga pendidikan terpadu

berbasis asrama (boarding school) dengan sistem pendidikan reguler.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman dan penafsiran yang

terlampau luas dalam menafsirkan dan mengartikan judul penelitian ini, maka

penulis akan membatasi masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini

sebagai berikut:

1. Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Tingkat kebugaran jasmani siswa (variabel bebas).

b. SMA berbasis pondok pesantren terpadu (variabel bebas).

(17)

2. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa

kelas XII di SMA Terpadu Darul „Amal dan SMA Negeri 1

Jampangkulon.

3. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini metode

penelitian ex post facto.

4. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

tes kebugaran jasmani.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran

jasmani antara siswa SMA Terpadu Darul „Amal dengan siswa SMA Negeri 1 Jampangkulon?”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

“Untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa di

SMA Terpadu Darul „Amal dengan siswa di SMA Negeri 1 Jampangkulon”.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan

keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis

dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran bagi guru pendidikan jasmani dalam proses

pembelajaran di sekolah terkait dengan upaya peningkatan kebugaran

jasmani siswa.

2. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan agar lebih memperhatikan

dan meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pada mata

(18)

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani agar lebih

memperhatikan kebugaran jasmani siswa, sehingga kemampuan dan

potensi siswa dapat berkembang secara utuh dan menyeluruh.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisikan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Pada bab ini berisikan tentang deskripsi teori, penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Adapun

teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat diambil dari berbagai sumber

dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan penelitian

BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini berisikan tentang lokasi dan

subjek/populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian,

definisi operasional, instrument penelitian, serta teknik pengumpulan dan

pengolahan data. Metodologi penelitian ini digunakan untuk mendukung dalam

pengolahan data yang dikumpulkan selama penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini berisikan hasil

dari pengolahan atau analisis penelitian serta pembahasannya, yang akan

digunakan sebagai jawaban terhadap masalah yang timbul dalam penelitian ini.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini berisikan kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan serta berisikan saran-saran yang kiranya bersifat

membangun bagi kepentingan ilmu pengetahuan pada umumnya dan lembaga

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada dua tempat yang berbeda.

Pertama, lokasi penelitian dilakukan di SMA Terpadu Darul „Amal yang

beralamat di Jalan Cikaso-Cinagen, Kampung Selajati RT 02/01, Desa

Bojonggenteng, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kedua, lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Jampangkulon, yang

beralamat di Jalan Raya Warungtagog, Desa Nagraksari, Kecamatan

Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

2. Populasi

Sugiyono (2011:80) memberikan pengertian bahwa “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Zuriah (dalam Benny 2007:116) menyebutkan bahwa

“populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti”. Sedangkan Riduwan (2009:6) mengatakan bahwa “populasi merupakan subjek atau objek

yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, maka populasi dalam

penelitian dapat disimpulkan sebagai subjek/objek penelitian yang mengenainya

dapat diperoleh data yang dipermasalahkan. Adapun populasi yang berkenaan

dengan penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Terpadu Darul „Amal dan

siswa kelas XII SMA Negeri 1 jampangkulon. Adapun jumlah populasi tersebut

(20)

a) Kelompok SMA Terpadu Darul „Amal

Tabel 3.1

Populasi di SMA Terpadu Darul „Amal

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah

L P

b) Kelompok SMA Negeri 1 Jampangkulon

Tabel 3.2

Populasi di SMA Negeri 1 Jampangkulon

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah

(21)

3. Sampel

Secara garis besar sampel merupakan bagian dari populasi yang akan

diteliti (Arikunto, 2002:29). Sementara Sugiyono (2011:81) mengungkapkan

bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Maka dengan demikian yang dimaksud sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian jumlah siswa yang menjadi subjek dalam

penelitian.

Adapun cara menentukan sampel dalam penelitian ini penulis

berpedoman pada pendapat Arikunto (2002:112) yang mengungkapkan bahwa

”untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau

20-25% atau lebih”.

Berdasar pada pendapat tersebut diatas dan karena keterbatasan

penelitian yaitu dengan jumlah anggota populasi, anggaran biaya, dan waktu

penelitian. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel 25% dari

populasi diatas 100 atau dinamakan sampel Propotional Random Sampling.

Proporsional digunakan untuk menentukan besarnya sampel pada tiap-tiap

kelas, sedangkan random adalah pengambilan sampel dengan cara mengacak

jumlah sampel yang ada. Adapun sebaran sampel untuk kedua sekolah tersebut

diuraikan sebagai berikut:

a) Kelompok SMA Terpadu Darul „Amal

Karena populasi pada kelompok SMA Terpadu Darul „Amal

berjumlah 126 siswa (lebih dari 100), maka sampel jumlah sampel untuk

kelompok tersebut adalah 126 x 25% = 31,5 atau 32 orang siswa, dengan

(22)

Tabel 3.3

Penyebaran sampel di SMA Terpadu Darul „Amal

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah Sampel

L P L P Total

b) Kelompok SMA Negeri 1 Jampangkulon

Karena populasi pada kelompok SMA Negeri 1 Jampangkulon

berjumlah 343 siswa (lebih dari 100), maka jumlah sampel untuk

kelompok tersebut adalah 343 x 25% = 85,75 atau 86 orang siswa, dengan

penyebaran jumlah sampel dipaparkan dalam tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Penyebaran sampel di SMA Negeri 1 Jampangkulon

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah Sampel

(23)

IPS 3 22 x 25% = 5,50 19 x 25% = 4,75 5 5 10

IPS 4 24 x 25% = 6,00 20 x 25% = 5,00 6 5 11

Jumlah 164 x 25% = 41,00 179 x 25% = 44,75 41 45 86 B. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam suatu penelitian diperlukan sebagai pedoman atau

pegangan yang lebih jelas bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Design

research atau rancangan penelitian merupakan gambaran umum penelitian yang

akan dilaksanakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan tertentu. Rancangan

penelitian disajikan dalam satu kesatuan naskah yang ringkas dan utuh.

Rancangan penelitian menunjukkan adanya format penulisan yang disusun secara

sistematis dan operasional meliputi langkah-langkah dan tahapan yang harus

dijalani oleh peneliti. Rancangan penelitian memiliki beberapa manfaat sebagai

berikut:

1. Memberikan pedoman penelitian kepada peneliti

2. Menentukan batas penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian

3. Memberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang kemungkinan

dihadapi dan seharusnya dilakukan

Adapun desain dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(24)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai

tujuan penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian secara

umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Berkaitan dengan metode penelitian, Sugiyono (2012:6) mengemukakan

bahwa:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi maslah dalam bidang pendidikan.

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini

berupa penelitian ex post facto dengan pendekatan static group commparisson.

Metode yang penulis gunakan ini menitik beratkan pada penelitian komparatif.

Berkaitan dengan penelitian ex post facto, Arikunto (dalam Hakama, 2013:30)

menjelaskan bahwa “Pada penelitian ini peneliti tidak memulai prosesnya dari

awal, tetapi langsung mengambil hasil”.

Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena

dan menguji hubungan sebab-akibat dari data-data setelah semua kejadian yang

dikumpulkan telah selesai berlangsung. Menurut Sukardi (dalam Hakama,

2013:30) mengungkapkan bahwa “ penelitian ex post facto merupakan penelitian

dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai

(25)

adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel dan peneliti tidak mengadakan

pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana

adanya (Nasir, 1999:73).

Selain penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, pada

bagian ini penulis juga menjelaskan mengenai prosedur penelitian untuk

memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang penulis lakukan sebagai

bentuk rencana kerja. Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian ini

penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, yaitu tahap mempersiapkan proposal penelitian, survey

pendahuluan untuk memperoleh data yang diperlukan, dan studi

dokumentasi serta literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Tahap pelaksanaan, yaitu tahap untuk melaksanakan penelitian yang

dimulai dengan menentukan subjek penelitian (populasi dan sampel

penelitian), kemudian dilanjutkan dengan melakukan Tes Kebugaran

Jasmani Indonesia (TKJI) kepada setiap responden yang menjadi subjek

penelitian.

3. Tahap pengolahan data, yaitu tahapan yang dilakukan untuk pengumpulan

dan pengolahan data yang telah diperoleh dari hasil pengetesan yang

kemudian dilakukan analisis dan uji statistik terhadap data-data tersebut.

4. Tahap penyusunan laporan penelitian, yaitu tahapan yang dilakukan untuk

menyusun dan menyajikan hasil penelitian yang berupa skripsi.

D. Definisi Operasional

Adapun defininisi operasional dalam penelitian ini dapat penulis jelaskan

sebagai berikut:

1. Perbandingan: dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perbandingan

adalah perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMA pada lembaga

pendidikan terpadu (Pondok Pesantren Terpadu) dengan siswa SMA

(26)

2. Kebugaran Jasmani: yang dimaksud kebugaran jasmani dalam penelitian

ini adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan

fisik berupa kekuatan (strength), kemampuan (ability) kesanggupan, dan

daya tahan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari secara efisien tanpa

menimbulkan kelelahan berarti dan masih mampu melaksanakan aktivitas

lainnya pada waktu luang.

3. Pendidikan Terpadu: yang dimaksud pendidikan terpadu dalam penelitian

ini adalah pendidikan yang memadukan kurikulum pesantren dengan

kurikulum pendidikan secara umum dalam pelaksanan pendidikan.

4. Siswa SMA Terpadu: yang dimaksud siswa SMA terpadu dalam penelitian

ini adalah pelajar/siswa setingkat SMA yang berada di Pondok Pesantren

Terpadu Darul „Amal

5. Siwa SMA Reguler: yang dimaksud siswa SMA reguler dalam penelitian

ini adalah pelajar/siswa yang berada SMA Negeri 1 Jampangkulon.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mempermudah metode yang dipakai dalam melakukan penelitian. Sugiyono

(2011:102) mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang dimati”. Senada dengan

hal tersebut, Arikunto (2011:203) mengungkapkan bahwa “ instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik…”

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan instrument tes psikomotor berupa Tes Kebugaran Jasmani untuk

anak usia SMA (16-19 tahun) yang berupa:

a. Lari cepat (sprint) 60 meter,

b. Gantung siku tekuk (pull up),

c. Baring duduk (sit up) 30 detik,

(27)

e. Lari jarak sedang 1200 meter.

Untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan antara variabel penelitian,

sumber data, metode, dan instrumen penelitian dapat dipaparkan dalam tabel 3.6

berikut ini:

Tabel 3.6

Rancangan instrumen penelitian

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tingkat

1) Lari cepat (sprint) 60 meter,

2) Gantung siku tekuk (pull up),

3) Baring duduk (sit up), 30 detik

4) Loncat tegak (vertical jump),

5) Lari jarak sedang 1200 meter

Adapun petunjuk pelaksanaan dan penilaian tes kebugaran jasmani yang

dilakukan dalam pengambilan data ini sesuai dengan pendapat Nurhasan dan

Hasanudin Cholil (2007: 104-116) dan Pusat kebugaran jasmani dan rekreasi

dalam

http://kebugaran.wordpress.com/2011/07/15/tes-kebugaran-jasmani-indonesia-tkji/ tentang penyusunan rangkaian tes yang diberi nama Tes

Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) adalah sebagai berikut:

a. Lari Cepat (sprint) 60 meter

1) Tujuan

Tes lari ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

2) Alat dan fasilitas

a) Lintasan harus lurus, datar, tidak licin, berjarak 60 meter, dan

mempunyai lintasan lanjutan

b) Bendera start

(28)

d) Stopwatch

e) Tiang pancang (berfungsi untuk tanda garis start dan finish)

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

b) Gerakan

i. Pada aba-aba “start” peserta mengambil sikap start berdiri,

siap untuk berlari

Gambar 3.1

Posisi start lari cepat 60 meter

ii. Pada aba-aba “ya” peserta mulai berlari (lihat gambar 3.1)

c) Pencatatan hasil

Pengukuran waktu dilakukan pada saat bendera start diangkat

hingga pelari tepat melintas garis finish

i. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari

untuk menempuh jarak 60 meter, dalam satuan detik.

ii. Waktu dicatat dengan satu angka di belakang koma

d) Ketentuan lain

Pelaksanaan lari dapat diulang apabila:

i. Pelari mencuri start

(29)

iii. Pelari terganggu dengan pelari lain

e) Pedoman penilaian

Tabel 3.7

Pedoman penilaian lari cepat (sprint) 60 meter

Catatan waktu

Nilai

Putera Puteri

Sd - 7.2 detik Sd – 8.4 detik 5

7.3 – 8.3 detik 8.5 – 9.8 detik 4

8.4 – 9.6 detik 9.9 – 11.4 detik 3

9.7 – 11.0 detik 11.5 – 13.4 detik 2

11.1 – dst 13.5 – dst 1

b. Gantung Siku Tekuk (pull up)

1) Tujuan

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengukur kekuatan dan

ketahanan otot lengan dan bahu.

2) Alat dan fasilitas

a) Tiang gantung berupa palang tunggal (atau alat lain yang

menyerupai palang tunggal) yang dapat diatur ketinggiannya

(30)

Gambar 3.2 Tiang gantung siku tekuk

b) Stopwatch

c) Serbuk kapur atau magnesium karbonat

d) Formulir tes dan alat tulis

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

Peserta berdiri dibawah palang tunggal, kedua tangan

berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan

telapak tangan menghadap ke belakang (lihat gambar 3.3)

Gambar 3.3

Sikap permulaan gantung siku tekuk

b) Gerakan

Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas

(31)

bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai

mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas

palang tunggal. Untuk kelompok puteri, sikap tersebut

dipertahankan selama mungkin (lihat gambar 3.4). Sementara

untuk kelompok putera penilaian gerakan dilakukan pada

frekuensi pengulangan dari sikap bergantung hingga dagu

berada diatas palang tunggal.

Gambar 3.4

Sikap bergantung siku tekuk

4) Pencatatan hasil

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk

mempertahankan sikap tersebut di atas, dalam satuan waktu detik.

5) Ketentuan lain

Peserta yang tidak dapat melakukan gerakan di atas dinyatakan

tidak mampu, hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

6) Pedoman penilaian

Tabel 3.8

Pedoman penilain gantung siku tekuk (pull up)

Catatan waktu Nilai

Putera Puteri

(32)

14 – 18 20 – 39 detik 4

09 – 13 08 – 19 detik 3

05 – 08 02 – 07 detik 2

00 – 04 00 – 02 detik 1

c. Baring Duduk (sit up) 30 detik

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot

perut

2) Alat dan fasilitas

a) Lantai / lapangan yang rata dan bersih

b) Stopwatch

c) Formulir tes dan alat tulis

d) Alas / tikar / matras

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

i. Berbaring terlentang di lantai atau rumput, kedua lutut

ditekuk dengan sudut ± 90o, kedua tangan jari-jarinya berselang selip diletakkan dibelakang kepala (gambar 3.5)

ii. Petugas/peserta lain memegang atau menekan kedua

(33)

Gambar 3.5

Sikap permulaan baring duduk (sit up)

b) Gerakan

i. Gerakan aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap

duduk (lihat gambar 3.6), sehingga kedua sikunya menyentuh

kedua paha, kemudian kembali ke sikap permulaan (lihat

gambar 3.7)

Gambar 3.6

(34)

Gambar 3.7

Sikap duduk kedua siku menyentuh paha

ii. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa

istirahat, selama 30 detik

4) Pencatatan hasil

a) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring

duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik.

b) Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini,

hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

5) Ketentuan lain

Gerakan tidak dihitung jika:

a) Tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi.

b) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha

c) Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh

6) Pedoman penilaian

Tabel 3.9

Pedoman penilaian baring duduk (sit up) 30 detik

(35)

Putera Puteri

41 keatas 29 keatas 5

30-40 kali 20-28 kali 4

21-29 kali 10-19 kali 3

10-20 kali 03-09 kali 2

00-09 kali 00-02 kali 1

d. Loncat Tegak (vertical jump)

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai.

2) Alat dan fasilitas

a) Papan berskala centi meter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm,

dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai

dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 150 cm (lihat

gambar 3.8).

Gambar 3.8

Papan loncat tegak (vertical jump)

b) Serbuk kapur

(36)

d) Formulir tes dan alat tulis

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

i. Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan

serbuk kapur atau magnesium karbonat.

ii. Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala

berada disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang

dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan

ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan

bekas raihan jarinya (lihat gambar 3.9).

Gambar 3.9

Sikap menentukan raihan tegak

b) Gerakan

i. Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut

dan kedua lengan diayun kebelakang (lihat gambar 3.10).

Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil

menepuk papan dengan tangan yang terdekat dengan dinding

papan skala sehingga menimbulkan bekas (lihat gambar

(37)

Gambar 3.10 Sikap awal loncatan

Gambar 3.11 Gerakan meloncat

ii. Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut

4) Pencatatan hasil

a) Raihan tegak dicatat

b) Ketiga raihan loncatan dicatat

c) Raihan loncatan tertinggi dikurangi raihan tegak dicatat

5) Pedoman penilaian

Tabel 3.10

(38)

Lompatan yang diraih

Nilai

Putera Puteri

73 cm keatas 50 cm keatas 5

60-72 cm 39-49 cm 4

50-59 cm 31-38 cm 3

39-49 cm 23-30 cm 2

Dibawah 39 cm Dibawah 23 cm 1

e. Lari Jarak Sedang 1200 meter

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan

pembuluh darah.

2) Alat dan fasilitas

a) Lintasan lari 600 meter

b) Stopwatch

c) Bendera start

d) Peluit

e) Tiang pancang (berfungsi untuk tanda garis start dan finish)

f) Formulir tes dan alat tulis

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

b) Gerakan

i. Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri,

(39)

Gambar 3.12 Sikap start lari 1200 meter

ii. Pada aba-aba “Ya” peserta lari menuju garis finish,

menempuh jarak 1200 meter.

4) Pencatatan hasil

a) Pengambilan waktu dilakkan dari saat bendera diangkat sampai

pelari tepat melintas garis finish.

b) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk

menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit

dan detik, contoh: seorang pelari dengan hasil waktu 3 menit 12

detik ditulis 3‟12”.

5) Pedoman penilaian

Tabel 3.11

Pedoman penilaian lari 1200 m

Catatan waktu

Nilai

Putera Puteri

Sd 3‟14” Sd 3‟52” 5

3‟15”-4‟25” 3‟53”-4‟56” 4

(40)

5‟13”-6‟33” 5‟59”-7‟23” 2

Dibawah 6‟33” Dibawah 7‟23” 1

Selanjutnya untuk kreteria kategori kebugaran kita harus menjumlahkan semua nilai dari lima item tes tersebut kemudian cocokan dengan tabel berikut:

Tabel 3.12

Kategori Nilai Kebugaran

No. Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22 - 25 Baik Sekali (BS)

2 18 - 21 Baik (B)

3 14 - 17 Sedang (S)

4 10 - 13 Kurang (K)

5 05 - 09 Kurang Sekali (KS

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam meneliti,

oleh karena itu dalam pengumpulan data terdapat beberapa teknik ataupun metode

yang biasanya digunakan. Adapun teknik dalam pengumpulan data menurut

Riduwan (2011:69) dilakukan melalui: angket (questionnaire), wawancara

(interview), pengamatan (observation), tes/ujian (test), dan dokumentasi

(documentation).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan salah satu teknik yang

diungkapkan tersebut diatas, yaitu teknik berupa tes dalam pengumpulan data.

Teknik tes (test) menurut Riduwan (2011:76) adalah “sebagai instrument

pengumpul data yang merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, maupun

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Selain teknik pengumpulan data penelitian, pada bagian ini penulis juga

(41)

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Secara

umum, data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

responden melalui proses penelitian, sementara data sekunder adalah data yang

diperoleh dari dokumen yang sudah ada atau data yang diperoleh dari data yang

telah dikumpulkan oleh pihak lain. Berkaitan dengan sumber data dalam

penelitian, Riduwan (2011:69) menjelaskan bahwa “pengambilan data yang

dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer, sedangkan apabila

pengambilan data melalui tangan/pihak kedua disebut sumber sekunder”.

Adapun data primer tentang tingkat kebugaran jasmani siswa dalam

penelitian ini diperoleh dari tes dan observasi langsung kepada responden melalui

tes kebugaran jasmani. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini deperoleh dari beberapa pihak, yaitu pihak sekolah, internet, dan beberapa

buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam proses penelitian ini dilakukan

dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Editing. Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat

kebenaran data hasil pengetesan kepada responden. Hal ini dilakukan

apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan yang kemudian akan

segera diperbaiki ataupun dilengkapi.

b. Coding. Yaitu tahapan yang dilakukan untuk mengklarifikasi hasil tes.

Klarifikasi ini dilakukan dengan cara mengelompokkan angka-angka

yang kemudian dimasukkan ke dalam lembar tabel kerja.

c. Saving. Yaitu proses penyimpanan data sebelum data tersebut diolah

atau dianalisis.

d. Tabulating. Yaitu proses penyusunan data dalam bentuk tabel maupun

(42)

e. Cleaning. Yaitu proses pengetikan kembali data yang sudah di”entry”

untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan ataupun tidak.

Selanjutnya, untuk memperoleh data suatu generalisasi atau kesimpulan

masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan salah satu langkah penting

dalam penelitian, karena dengan analisis data akan dapat ditarik kesimpulan

mengenai masalah yang akan diteliti. Untuk menganalisis data diperlukan suatu

teknik analisis yang sesuai dengan bentuk data yang terkumpul. Dan data yang

diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka, maka penyusun menggunakan

analisis data statistik.

Adapun teknik yang digunakan untuk proses analisis data dalam penelitian

ini adalah statistik deskripsi dengan uji t. Uji beda rata-rata T-test adalah sebuah

teori dalam statistik yang digunakan untuk menguji suatu nilai tertentu (yang

diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan

rata-rata sebuah sampel. Untuk melakukan uji beda rata-rata-rata-rata dengan T-test data yang

digunakan adalah data kuantitatif.

Adapun langkah langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Mencari nila rata-rata (̅) dari setiap kelompok, dengan rumus:

̅

Keterangan:

̅ : rata-rata suatu kelompok : jumlah sampel

: nilai data

: jumlah data suatu kelompok

b. Mencari simpangan baku, dengan rumus:

(43)

Keterangan:

S : simpangan baku

n : jumlah sampel

̅ : jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

c. Uji Normalitas

Menghitung uji normalitas edengan pendekatan uji liliefors, dimana

prosedur penghitungannya sebagai berikut:

1) Pengamatan X1, X2,…, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…, Zn

2) Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung F, dengan:

(Zi) = P (Z≤ Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Zi. Jjika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

=

4) Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0

Dengan bantuan nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah

nilai L. kemudian bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai L0

untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis, dengan

kriteria:

(44)

– Tolak H0 jika L0 L

d. Menghitung homogenitas, dengan rumus:

F=

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika F hitung lebih kecil

daripada F tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan

taraf nyata ( ) = 0,05

e. Menghitung signifikansi dua rata-rata (dua pihak) dengan pendekatan

uji t sebagai berikut:

t =

Sebelum uji T terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) melalui rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

T : Nilai t yang dicari (Thitung)

S2 : Simpangan baku gabungan

n1 : Jumlah sampel kelompok 1

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan,

maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul

Amal dengan siswa SMAN I Jampangkulon. Sehingga dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul Amal

lebih baik dibandingkan SMAN I Jampangkulon.

B. Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh, selanjutnya peneliti

mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat digunakan sebagai pemahaman

maupun literatur tambahan bagi partisipan olahraga khususnya bagi guru maupun

calon guru pada mata pelajaran pendidikan jasmani, saran-saran tersebut antara

lain:

1. Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan yang secara khusus lebih

membahas mengenai faktor-faktor yang kiranya dapat mempengaruhi

kebugaran jasmani siswa di sekolah, seperti pemanfaatan waktu luang,

lingkungan, serta hal-hal lainnya.

2. Peneliti berharap agar para guru pendidikan jasmani di sekolah dapat lebih

memperhatikan aspek kebugaran jasmani seluruh siswa-siswi

disekolahnya.

3. Peneliti berharap kepada lembaga pendidikan, sekolah, dan guru-guru

serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya agar menjadikan hasil

penelitian ini sebagai salah satu indikator untuk membuat desain

kurikulum, program pembelajaran, maupun program latihan yang dapat

(46)

4. Peneliti berharap agar para siswa di sekolah dapat memiliki dan menjaga

kondisi fisik serta kebugaran jasmani agar tetap prima, sehingga kemudian

siswa dapat menjalani aktivitas kesehariannya secara optimal.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung. Rizqi.

---. (2009). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Adisasmita, Yusuf. (1989). Prinsip-prinsip Pendidikan Jasmani Hakekat, Filsafat,

dan Peranan Pendidikan Jasmani dalam Masyarakat. Jakarta. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rienika Cipta.

Asmara, Andri A. A. 2013: Perbandingan Pendekatan Bermain dan Pendekatan

Tradisional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani. Skripsi, Universitas

Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/4194/.

[Diakses 22 Februari 2014]

Benny, Niara Ayu. (2013). Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa yang

Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Basket dengan Futsal di SMPN 1 Paseh Kabupaten Bandung Tahun 2013. Skripsi, Universitas Pendidikan

Indonesia. [Online]. Tersedia http://repository.upi.edu/3282/. [Diakses 14 Januari 2014].

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Hakama, Adli. (2013). Perbandingan Kebugaran Jasmani Siswa SMP yang

Masuk Pagi dengan Masuk Siang. Skripsi, Universitas Pendidikan

Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/3423/. [Diakses 22 Februari 2014].

Hermawan, (2013). Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Teknik Dasar

Futsal Siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu. Skripsi,

Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/4549/. [Diakses 22 Februari 2014].

Komariyah, L. dan Angkawijaya, L. (2010). Modul Mata Kuliah Kesehatan

Olahraga Sport Medicine. Bandung. FPOK UPI.

(48)

Marjaan, Sella. (2012). Pendidikan Terpadu Dengan Sistem Boarding School. [Online]. Tersedia: http://sellamarjaan.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. [Diakses 14 Januari 2014].

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung. Alfabeta.

Saputra, Y.M., Sunarya, E., dan Badruzaman. (2007). Modul Mata Kuliah Filsafat

Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung. FPOK UPI.

Sharkley, Brian J. (2011). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta. RajaGrafindo Persada.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung. Tarsito.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sumardiyanto. (2007). Modul Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Triantoro, Untung. 2009. Pendidikan Islam Terpadu (Pengembangan Pendidikan

bagi Sekolah Model). [Online]. Tersedia. : http://asyahidah.blogspot.com/.

[Diakses 23 Desember 2013]

Wahjoedi.(2001).Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta. RajaGrafindoPersada.

... (2011). Tes Kebugaran Jasmani (TKJI). [Online]. Tersedia:

http://kebugaran.wordpress.com/2011/07/15/tes-kebugaran-jasmani-indonesia-tkji/. [Diakses 23 Desember 2013].

... (2012). Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia:

http://dhitblueworld.blogspot.com/2012/08/definisi-kebugaran-jasmani.html. [Diakses 18 Desember 2013].

... (2012). Pengertian Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia: http://bedande.blogspot.com/2012/01/pengertian-kebugaran-jasmani.html.

[Diakses 18 Desember 2013].

Gambar

Populasi di SMA Terpadu Darul „AmalTabel 3.1
Tabel 3.4 Penyebaran sampel di SMA Negeri 1 Jampangkulon
Tabel 3.5 Desain penelitian
Tabel 3.6 Rancangan instrumen penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran bola voli di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) Negeri Gentra Masekdas Bandungadalah ketersediaan alat

Pemimpin selalu memberikan dukungan mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh

Inspection Agency (RFQIA) Pangkal Pinang;1. Regional Fish

Regional Fish Quarantine and Inspection Agency (RFQIA) Jakarta

Pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional cenderung tidak mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan pada pascaperlakuan pada kelas eksperimen terjadi

Sehubungan dengan adanya penelitian mengenai “Pengaruh Efikasi Diri dan Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha terhadap Mahasiswa/i Program Studi Manajemen

Bawang merah dinyatakan keras, apabila umbi bawang merah setelah mengalami curing atau pengeringan dengan baik cukup keras dan tidak lunak bila ditekan jari.